Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam manajemen bencana ada dua kegiatan besar yang dilakukan : Pertama ; pada
saat sebelum bencana (pre event) berupa kesiapsiagaan menghadapi bencana (disaster
preparedness) dan pengurangan resiko bencana (disaster mitigation), Kedua ; kegiatan
tanggap bencana (emergency response) dan kegiatan pemulihan akibat bencana (disaster
recovery). Kegiatan pendidikan kesadaran bencana (disaster awareness), Pelatihan
Penanggulangan Penderita Gawat Darurat, Penyiapan Teknologi Tahan/Siaga Bencana,
Membangun Sistem Sosial yang tanggap bencana dan Perumusan Kebijakan
Penanggulangan Bencana secara komprehensif dan terpadu.

Karena mereka paham bagaimana menyiapkan sistem kesiapsiagaan menghadapi


bencana dan mereka memiliki bekal pengetahuan-ketrampilan teknis medis yang bisa
didayagunakan dalam penanggulangan korban gawat darurat pasca bencana Bencana
menjadi tanggung jawab seluruh komponen masyarakat dan pemerintah maupun swasta.
Namun dalam pelaksanaannya menolong korban haruslah secara tepat dan cepat, selain
itu juga diperlukan koordinasi yang bagus. Diperlukan skill dan pengetahuan yang cukup
tentang penanganan pertama disamping pengetahuan medan bencana serta komunikasi
yang terpadu dalam menolong korban bencana.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pelaporan kondisi penderita dan lingkungan ke sarana
pelayanan kesehatan rujukan?
2. Apa yang dimaksud dengan Tanggap darurat bencana?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Pelaporan kondisi penderita dan lingkungan ke sarana
pelayanan kesehatan rujukan.
2. Untuk mengetahui apa itu Tanggap darurat bencana.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pelaporan kondisi penderita dan lingkungan ke sarana pelayanan kesehatan


rujukan
Contoh Kasus :
Ny.A G1P0A0 umur 25 tahun datang ke BPM Melati dengan keluhan nyeri dibagian
perut dan kepala yang tidak hilang meski dibawa tidur.Ny A mengatakan
penglihatannya menjadi kabur. Usia kehamilannya sekarang memasuki 6 bulan dan
gerakan janinnya terasa 8 kali/hari. Hasil pemeriksaan TD 170/110 MmHg, Nadi 85
kali/menit, pernapasan 19 kali/menit, suhu 36,50C, nyeri pada epigastrium. Hasil
laboratorium HB 11 gr %, Protein +3.
1. Persiapan Pelaporan
a. Sebelum memberikan laporan, bidan Laila sudah mengetahui dimana sarana
kesehatan terdekat dari BPM Melati yaitu RSUD M. Yunus yang mampu
memberikan penenganan terhadap kasus Pre Eklamsia Berat dan
menghubunginya dengan cara menelpon pihak rumah sakit serta memberikan
surat rujukan untuk rumah sakit tersebut bahwa ada pasien yang akan segera
dirujuk.
b. Kondisi pasien sudah dilaporkan kepada pihak rumah sakit melalui telepon
yaitu pasien dengan Pre Eklamsia Berat dengan keluhan nyeri pada bagian
epigastrium dan kepala serta mengalami gangguan visus dan Hasil
pemeriksaan TD 170/110 MmHg, Nadi 85 kali/menit, pernapasan 19
kali/menit, suhu 36,50C. Hasil laboratorium HB 11 gr %, Protein +3.

2. Pelaksanaan Pelaporan
a. Identitas Pelapor :
1) Nama : Bidan Laila Nahdiyah
2) Tempat tugas : Desa Lagan

b. Kondisi Pasien
1) Jenis kelamin : Perempuan

2
2) Umur : 25 tahun
3) Keluhan
a) Jenis : -Nyeri epigastrium dan kepala
: -Gangguan visus (penglihatan kabur)
b) Lokasi : Bagian epigastrium dan kepala
c) Intensitas Sering
4) Status kesehatan
a) Kesadaran : Compos mentis
5) Pernapasan
a) Frekwensi : 19x/menit
b) Ritme : Teratur dan Kuat
c) Suara : Bronchial
6) Cardiovaskuler
a) Frekwensi : 85x/menit
b) Ritme : Teratur dan Kuat
c) Tensi : 170/110 mmHg
c. Lokasi/tempat kejadian
Desa Lagan
d. Tindakan yang sudah dilakukan
Usaha untuk menurunkan tekanan darah yaitu ibu istirahat selama 4 jam pada
siang hari dan 8 jam pada malam hari dengan berbaring/ tidur miring,
pemberian sedativa ringan: diazepam 3 x 2 mg peroral selama 7 hari,
pemberian vitamin C dan B kompleks, dan pemeriksaan laboratorium untuk
mengetahui kadar hemoglobin dan protein.

B. Tanggap Darurat Bencana


1. Pengertian Sistem penanggulangan gawat darurat (SPGDT) didesa siaga
a. Pengertian SPGDT
SPGDT adalah sebuah sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri
dari unsur, pelayanan pra Rumah Sakit, pelayanan di Rumah Sakit dan antar Rumah
Sakit. Pelayanan berpedoman pada respon cepat yang menekankan time saving is

3
life and limb saving, yang melibatkan pelayanan oleh masyarakat awam umum dan
khusus, petugas medis, pelayanan ambulans gawat darurat dan sistem komunikasi
2. Safe Community
Safe Community adalah keadaan aman dan sehat dalam seluruh siklus kehidupan
sejak dalam kandungan sampai dengan lanjut usia . Perlindungan keadaan aman dan
sehatbagi segenap bangsa adalah sesuai dengan apa yang termasuk dalam pembukaan
UUD1945 . Safe community adalah nilai hakiki kemanusiaan yang untuk mencapainya
peranmasyarakat ( dari , untuk dan oleh masyarakat ) merupakan unsur utama
didukungpemerintah dan seluruh unsur terkait . Pemerintah sebagai fasilitator
yangmemberdayakan seluruh masyarakat untuk menciptakan safe community .
Namundalam life dan limb saving yang merupakan situasi kritis yang
membutuhkanpertolongan segera pada saat masyarakat tak berdaya merupakan tugas
PemerintahanNegara atau secara teknis disebut sebagai public goods .Safe community
dapat terwujud di Desa Siaga, jika pada aspek care yang terdiri dari community
preparedness , prevention dan mitigation dikembangkan secara lintas sektoral , seiring
dengan aspek cure yang terdiri dari quick response untuk life and limb saving dan
rehabilitasi. Sebagai pengejewantahan dari konsep Safe Community maka
dikembangkan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT).

3. Komponen SPGDT
a. pelayanan pra rumah sakit
b. Komponen penunjang: komunikasi dantransportasi.
Komponen Komunikasi : mulai dari komunikasi yang paling
sederhana/tradisional sampai modern yang dimiliki dan dapat diopersionalkan
oleh masyarakat setempat.
Komponen Transportasi : seperti ojek, mobil angkutan umum atau pribadi,
Jika tersedia menggunakan Ambulans. Komponen ini sangat diperlukan
sebagai sarana penunjang untuk mendukung penyebaran informasi, sistem
kewaspadaan dini dan rujukan pasien.
c. Komponen sumber daya manusia: petugas kesehatan (dokter,perawat/ paramedis
dari Puskesmas) dan Kader Kesehatan (Petugas Polkesdes /awam umum)

4
JENIS SDM JENIS PELATIHAN KEGAWAT
DARURATAN MEDIK
 Dokter Umum (Puskesmas) GELS Dokter Umum ATLS, ACLS, APLS,
dll sesuai kebutuhan (optional).
PPGD
 Perawat (Puskesmas) Perawat

PPGD
 Paramedik Ambulans
Paramdi
 Petugas Polkesdes (Kader PPGD
Kesehatan).
Awam
 Masyarakat Umum: Khusus
Seperti sopir
angkot,tukang Ojek dll.

d. Komponen sektor-sektor terkait : yaitu seluruh stake holder (Individu dan


lembaga) yang mendukung terselenggaranya desa siaga, misalnya : Pemda, LSM,
tokoh masyarakat, organisasi profesi, dunia usaha dll

5
4. Kompetensi Petugas di Poskesdes
Kader Kesehatan yang bertugas di polkesdes,dalam mendukung Safe Community dan
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu harus dapat melakukan:
a. Pertolongan awal (Bantuan Hidup
Dasar)
1) Hindari dari bahaya barulainnya.
2) Cegah kematian dan kecatatan :
Airway-breathing-circulation control dan bebat bidai.
b. Mengaktifkan sistem pertolongan (call for help)
c. Bila perlu,melakukan evakuasi dan transportasi dengan benar
d. Mengaktifkan sistem peringatan dini akan adanya ancaman kegawatdaruratan dan
bencana.
Untuk itu kader kesehatan tersebut perlu dilatih keterampilan dalam menangani
kasus gawatdarurat sebelum kedatangan petugas kesehatan.

5. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dilakukan oleh kader segera setelah kegiatan penanggulangan gawat
darurat dilakukan. Pencatatan dilakukan dengan menggunakan format yang
ada,antara lain:
a. Nama korban :
b. Umur / Jenis Kelamin :
c. Tempat dan waktu kejadian :
d. Penolong :
e. Tindakan yang dilakukan :
f. Tempat rujukan selanjutnya :
Laporan tersebut disampaikan pelaksana Polkesdes kepada Puskesmas

6
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
SPGDT adalah sebuah sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri dari unsur,
pelayanan pra Rumah Sakit, pelayanan di Rumah Sakit dan antar Rumah Sakit. Pelayanan
berpedoman pada respon cepat yang menekankan time saving is life and limb saving, yang
melibatkan pelayanan oleh masyarakat awam umum dan khusus, petugas medis, pelayanan
ambulans gawat darurat dan sistem komunikasi.
B. Saran
Sebagai calon tenaga bidan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
pembaca.

7
Daftar Pustaka

Depkes, RI. 2007. Buku Pegangan Kader Desa Siaga. Depkes RI. Jakarta

Kemenkes RI, 2014. Panduan Orientasi Bidan Poskesdes dalam penyelenggaraan


Poskesdes. Pusat Promosi Kemenkes. Jakarta

Kemenkes RI, 2014 . Pedoman Pelaksanaan Pencatatan dan Pelaporan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif, Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta

8
9

Anda mungkin juga menyukai