Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laktasi merupakan keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI

diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI, laktasi merupakan

bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia. Masa laktasi

mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun

secara baik dan benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh secara alami

(Heryani .R, 2012).

WHO merekomendasikan untuk menyusui secara eksklusif dalam 6

bulan pertama kehidupan bayi dan melanjutkan menyusui untuk waktu dua

tahun, karena ASI sangat seimbang dalam memeuhi kebutuhan nutrisi bayi

baru lahir, dan merupakan satu- satunya makanan yang dibutuhkan sampai

usia enam bulan, serta nutrisi yang baik untuk diteruskan hingga masa usia

dua tahun berdampingan dengan makanan pendamping. Meskipun banyak

sekali manfaat dan keuntungan pemberian ASI, namun WHO memperkirakan

hanya 40% dari seluruh bayi di dunia yang mendapat ASI untuk jangka waktu

enam bulan (Wahyuningsih,P.H,2018).

Masalah yang sering terjadi pada ibu nifas dalam menyusui salah satunya

adalah ASI yang tidak lancar atau keluarnya hanya sedikit, penyebab utama

kegagalan dalam pemberian ASI yaitu tidak melakukan Inisiasi Menyusui Dini

(IMD) segera setelah bayi dilahirkan, menyusui hanya dari satu payudara saja,
memberikan sumber nutrisi selain ASI, bayi yang cenderung sering tidur,

mempersingkat masa menyusui, menyusui dengan posisi dan perlekatan yang

kurang nyaman (Arifianto, 2019).

Dampak dari penurunan produksi ASI pada bayi akibat air susu yang tidak

lancar atau keluar hanya sedikit yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan kalori pada

bayi, kebutuhan kalori pada bayi 0-3 bulan sebanyak 116 kkal/kg dari berat

badan per hari. Dampak lainnya yaitu bayi rewel, bayi ikterus atau bayi kuning

karena kurang pemberian ASI pada minggu pertama setelah lahir (Suhaimi,

2019).

Upaya untuk memperlancar ASI pada ibu menyusui yaitu makanan ibu

harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak dan vitamin serta mineral yang

cukup. Selain itu ibu juga sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi sayuran atau

buah yang banyak mengandung laktogagum, salah satu sayuran yang kaya

akan laktogogum adalah daun bangun-bangun (Mangkuji ,dkk, 2018).

Daun tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus Lour) termasuk

salah satu tanaman pangan yang memiliki fungsi sebagai laktagogum, yaitu

dapat meningkatkan sekresi dan produksi air susu ibu. Oleh karena itu, daun

bangun-bangun sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai salah satu bahan

makanan bagi ibu menyusui ( Syarief H ,dkk 2014).

Berdasarkan penelitian Mangkuji, dkk (2018) mengatakan bahwa

keterbatasaan produksi ASI yang tidak mencukupi menjadi alasan yang sering

dilaporkan oleh ibu pada masa awal menyusui. Penggunaan senyawa

galaktagogum yang berasal dari tanaman merupakan salah satu upaya yang
dilakukan dalam mengatasi hal tersebut. Daun bangun-bangun (Coleus

Amboinicus L), secara empiris telah diketahui bermanfaat untuk

meningkatkan produksi ASI. Produksi ASI dipengaruhi oleh dua hormone,

yaitu prolaktin dan oksitosin serta laktogagum dalam bahan makanan mampu

meningkatkan produksi ASI sehingga daun bangun-bangun cocok untuk

peningkatan ASI karena mengandung laktogagum (Mangkuji, dkk, 2018)

Berdasarkan Penelitian Ariescha (2018) salah satu tanaman yang memiliki

laktagogum adalah tanaman bangun-bangun yang dapat meningkatkan volume

produksi ASI, permberian daun bangun-bangun sebanyak 150 gram yang

diberikan selama 14 hari, volume ASI pada minggu pertama meningkat

sebesar (47,4 %) serta ibu yang mengkonsumsi daun bangun-bangun merasa

segar dan tidak lelah. Selanjutnya volume ASI pada minggu ke dua mampu

meningkatkan produksi ASI hingga (65 %) per hari (Ariescha A, 2018 ).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 cakupan ASI di

Indonesia masih cukup rendah yaitu (37,3/100),berdasarkan data Profil

Kesehatan Indonesia (2015) Persentase bayi 0-5 bulan yang masih mendapat

ASI eksklusif sebesar (54/100), sedangkan bayi yang telah mendapatkan

ASI eksklusif sampai usia enam bulan adalah sebesar (29,5/100). Mengacu

pada target Renstra tahun 2016 yang sebesar (42/100), namun secara nasional

cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar (80/100). Melihat hal ini

pemberian ASI eksklusif belum memenuhi target nasional (Riskesdas, 2018)

Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu (2018)

cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi kurang dari 6 bulan yang
mendapat ASI eksklusif di Provinsi Bengkulu dari jumlah bayi kurang dari 6

bulan sebanyak 8.235 bayi hanya sebesar (76/100). Dengan pemberian ASI

ekslusif tertinggi adalah Kabupaten Kaur (83/100), Kabupaten Lebong

(83/100), Kabupaten Kepahiang (83/100), dan terendah adalah Kabupaten

Seluma (62/100).

Berdasarkan data Dinas kesehatan Kota Bengkulu (2018) cakupan

pemberian ASI eksklusif tahun 2018 adalah 2.732 orang (74,1/100),cakupan

pemberian ASI eksklusif berbeda-beda untuk masing – masing puskesmas.

Cakupan pemberian ASI eksklusif tertinggi di puskesmas Nusa Indah

(86,9/100). Dan cakupan pemberian ASI eksklusif terendah adalah Puskesmas

Lingkar Barat (63,8/100).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang diatas diketahui tingginya

kejadian gagal ASI eksklusif karena ASI tidak lancar sebesar (41,4 %)

diPMB “R” Kota Bengkulu. Maka rumusan masalah dalam studi kasus ini

adalah “Bagaimana cara menerapkan Implementasi pemberian daun bangun-

bangun untuk memperlancar ASI pada ibu nifas di PMB “R” kota Bengkulu

tahun 2020” ?

C. Tujuan Penilitian

1. Tujuan Umum
Mampu mengetahui efektivitas pemberian daun bangun-bangun untuk

memperlancar ASI dengan metode asuhan kebidanan pada ibu nifas

diPMB “R” Kota Bengkulu.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu mengetahui gambaran pengaruh pemberian daun bangun-

bangun untuk memperlancar ASI pada ibu nifas di PMB “R” Kota

Bengkulu.

b. Mampu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran ASI

pada ibu nifas.

c. Dapat melakukan asuhan kebidadanan pada ibu nifas menyusui

dengan pemberian daun bangun-bangun untuk memperlancar ASI

pada ibu nifas.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi

Memberikan sumbangan ilmiah dan referensi pada penelitian – penelitian

selanjutnya yang berhubungan dengan implementasi pemberian daun

bangun-bangun untuk memperlancar ASI pada ibu nifas.

2. Bagi penulis

Sebagai bahan penambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis dalam

bidang kebidanan dengan asuhan pada ibu nifas dengan ASI tidak lancar.

3. Bagi Klien
Manfaat bagi klien adalah memahami dan melakukan konsumsi daun

bangun – bangun untuk memperlancar ASI pada ibu nifas.

E. Ruang Lingkup

Pada ibu nifas primipara (20-35 tahun) dengan ASI tidak lancar di PMB “R”

Kota Bengkulu.

Anda mungkin juga menyukai