Anda di halaman 1dari 19

Sistem Ekonomi Sosialis Tidak Bertahan

Dosen Pengampu : MARUTHA KRISTIAN SE

DI SUSUN OLEH :

1. KARWINDA
2. KETRI DWI AGUSTINA
3. LASMITA
4. MIRAJ FERIGANI
5. MUFLIHATUL AINI

PROGRAM STUDI : S1 EKONOMI SYARIAH

SEMESTER : 1 (SATU)

SEKOLAH TINGGI EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (STEBIS)

MUARA ENIMTAHUN 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat nikmatnya dan atas
kehendak-Nya lah makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Saya menyadari, bahwa sebagai mahasiswa yang ilmu pengetahuannya belum
seberapa sehingga makalah ini masih memiliki kekurangan, maka dari itu
diharapkan adanya kritik dan saran yang positif agar makalah ini menjadi lebih
baik.
Harapan saya, mudah-mudahan makalah yang sederhana ini banyak memiliki
manfaat yang baik dan diharapkan benar.

Muara Enim , 10 Oktober 2019

ii
DAFTAR ISI

Judul

Kata Pengantar

Daftar isi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1LatarBelakangMasalah
1

1.2RumusanMasalah
1

1.3TujuanPembahasan
1

BAB II PEMBAHASAN

2.1Runtuhnya sistem ekonomi sosialis di venezuela


5

2.2Apakah sistem ekonomi sosialis sudah gagal


5

2.3Sebab sebab runtuhnya sistem ekonomi sosialis


14

iii
BAB III PENUTUP
3.1Kesimpulan
22

3.2DaftarPustaka
23

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kejatuhan dan kemerosotan sosialis adalah merupakan salah satu dari
fenomena abad 20 yang amat terasa. Sistem sosialis yang baru memuncak naik
pada awal abad ke 20 tidak dapat bertahan lama. Ia diterima dan telah dilaksanakan
oleh beberapa negara dunia bagian barat dan timur. Bahkan terdapat beberapa
negara yang masih coba untuk menggunakan sistem ini sampai walaupun selepas
kemerosotannya.

Sejarah kelahiran dan perkembanganSosialisme adalah satu faham yang


mengakar dan ada kaitan erat dengan komunisme. Walaupun tidak semestinya
sistem ekonomi sosialis itu komunis tetapi biasanya komunis akan mengamalkan
sosialis di dalam sistem ekonomi mereka. Bentuk pemikiran sosialis yang menjadi
ikatan dan pegangan dikebanyakkan negara komunis dan sebagian dari negara
bukan komunis sebenarnya berasal dari zaman awal Greek lagi. Beberapa tokoh
Greek sebelum Islam dianggap telah mengemukakan cikal bakal ide pemikiran
sosialis ini. Antara mereka yang popular ialah Plato.

Sosialis adalah satu faham dan cara praktik yang mengamalkan beberapa
ciri khusus. Ianya adalah hasil tindak balas dari sistem kapitalis yang telah terguna
dalam beberapa kelompok manusia. Keadaan ekonomi terutama selepas kelahiran

‘renaisance’ kebangkitan dan revolusi industri di Eropamenjadikan


fenomena kelahiran dan keperluan kapitalis begitu mendadak. Walaupun kapitalis
ini telah wujud sejak lama juga seperti sosialis, tetapi ia tidak ketara dan tercetus
tanpa revolusi dan kebangkitan eropa pada tahun 1700an. Penciptaan alat dan
barang baru yang memerlukan ‘mass-production’ produksi besar-besaran telah
menyebabkan masyarakat memerlukan modal yang besar untuk membina kilang-
kilang dan pusat penghasilan. Modal ini tidak dapat diperolehi melainkan dari
individu yang mempunyai harta yang banyak. Pada masa tersebut, modal ini hanya
1
dimiliki oleh kaum bangsawan dan para penyimpan duit (biasanya tukang-tukang
emas – gold smith). Perkembangan ini menjadikan masyarakat mula terbahagi
kepada 2 kelompok besar yaitu kaum pemodal (atau digelar kapitalis) dan juga
pekerja biasa yang menjalankan kerja di kilang-kilang dan ladang-ladang. Semakin
lama, wujud jurang menjadi semakin besar dan akhirnya secara tidak langsung
golongan pemodal dapat memegang kekuasaan politik. Kuasa politik akhirnya
digunakan untuk mencapai matlamat ekonomi yang mereka pegang. Bila kedua
lapangan ini (politik dan ekonomi) telah dikuasai, maka lengkaplah sistem kapitalis
telah menguasai sesebuah negara.

Di sebagian tempat, golongan kapitalis ini telah menyebar dan ini telah
menyebabkan perasaan anti kapitalis mula membuak. Dari sini bermula era
kelahiran sosialis yang bercantum dengan faham Karl Marx (1818-1883) yang
membawa ide komunis. Ledakan anti kapitalis telah digaungkan lagi oleh Lenin
(1870-1924) dan Stalin (1879-1954) di Rusia dan akhirnya mereka berhasil
menumbangkan Czar Rusia yang terakhir melalui revolusi Bolsevik 1917.
Penguasaan komunis di Rusia juga memulakan era pemerintahan ekonomi melalui
sistem sosialis.

Sebagaimana kapitalisme, sosialisme merupakan dasar ekonomi yang


berasaskan falsafah materialisme dan atheisme. Ia lahir sebagai antithesis terhadap
kapitalisme. Jika kapitalisme lebih mementingkan kaum pemodal, maka

sosialisme pula lebih membela kumpulan pekerja buruh atau petani. Untuk
mewujudkan cita-citanya ia membangun manifesto dan memasuki wilayah politik
yang kemudian mendirikan partai sosialis atau juga lebih ekstrim dikenal partai
komunis.

Cara pemerintahan ini merebak cepat ke negara-negara lain bersama


dengan pengaruh komunis (terutama di negara-negara bukan Islam) atau tidak
menzahirkan akidah komunis secara terang-terang tetapi menggunakan sistem
sosialis dalam cara atur ekonomi mereka. Negara-negara ini termasuk di kawasan
yang mayoritas berpenduduk Islam seperti Mesir, Libya, Syria, Yaman, Tunisia
dan Iraq. (Kumar, t.th). Terdapat juga kelahiran pemikir dari Islam yang
menyokong cara pemikiran ini seperti di Algier, Pakistan dan Indonesia. 2
Setelah beberapa dekade, sistem sosialis mula merosot. Ini disebabkan oleh
kemunduran ketara yang mula kelihatan di negara-negara yang mengamalkan
sistem ini berbanding terbalik dengan negara tetangga yang berpegang kepada
sistem kapitalis. Penduduk German Timur mula merasai perbedaan yang jauh lebih
maju dibandingkan dengan keadaan di German Barat. Begitu juga antara kuba dan
Amerika Syarikat, Poland dan di Eropah barat. Secara perlahan cara pelaksanaan
dan keterbukaan barat mula diamalkan di dalam sistem sosialis. Keadaan ini bukan
hanya berlaku di dalam ekonomi, tetapi ia mula menjalar dan mengubah lanskap
sistem politik. Kegagalan sistem sosialis ini dikaitkan langsung juga dengan ide
komunis yang mula dianggap sebagai kuno, mundur dan tabir besi. Negara Islam
yang menggunakan sistem ekonomi sosialis ini juga menerima nasib yang sama.

2. Rumusan Masalah

a. Merosotnya sistem ekonomi sosialis di venezuela.

b. Apakah sistem ekonomi sosialis sudah gagal ?

c. Sebab sebab runtuhnya sistem ekonomi sosialis

3. Tujuan

a. Mengetahui Merosotnya sistem ekonomi sosialis di venezuela

b. Memahami Apakah sistem ekonomi sosialis sudah gagal

c. Mengetahui Sebab sebab runtuhnya sistem ekonomi sosialis

BAB II

PEMBAHASAN
3
Sosialisme begitu diidamkan beberapa dekade lalu, ia seolah menjadi ideologi
alternatif yang mampu menguasai dunia. Puluhan negara mengadopsinya dan
mendewakannya, menjadikannya sebagai sebuah mitos dan juga kepercayaan.
Namun hanya dalam waktu yang relatif singkat, sosialisme tumbang layaknya
bidak-bidak domino. Satu persatu negara yang mengadopsinya kolaps, dan negara-
negara yang masih bertahan terpaksa untuk memodifikasinya. Sekarang kita
melihat China, Korea Utara, dan Kuba dalam ideologi yang unik. Mencoba
mempertahankan slogan sosialisme-nya namun berbalut dengan kapitalisme, atau
totalitarian.

Karl Marx mencita-citakan sebuah dunia tanpa kelas, dimana semua orang
mempunyai kesempatan dan hak hidup yang sama. Sebuah cita-cita yang
sebenarnya tidaklah buruk. Namun di sisi lain, disinilah letak kesalahan, atau
setidaknya kesukaran dari ideologi ini. Sosialisme menginginkan sebuah dunia
Utopis, dimana harta seolah tak lagi punya suara. Dimana orang tidak perlu untuk
bersusah payah mendapatkan kehormatan, dimana hidup yang nyaman adalah
milik semua orang. Berita baiknya adalah, semua orang menginginkan hal ini,
namun berita buruknya, dunia tidak bekerja dengan cara seperti itu.

Ketika membicarakan dunia, maksud kami adalah dunia-nya manusia. Manusia


akan selalu mencari celah untuk kepentingan dan keuntungannya sendiri. Seorang
pedagang akan selalu mencari laba, seorang pegawai akan selalu mencari
kedudukan yang lebih tinggi. Merasa lebih kaya dan lebih berkedudukan
dibandingkan orang lain adalah kepuasan bagi manusia, dan kepuasan itu adalah
hal yang alami, hal yang lumrah. Kejadian yang sama ada pada makhluk hidup
lain, singa pejantan yang kuat misalnya, ia akan selalu mempunyai kesempatan
lebih untuk kawin dengan betina-betina yang jauh lebih banyak. Ia juga akan
mempunyai wilayah teritori yang mempunyai paling banyak sumber makanan.

Manusia dalam sejarahnya belum mampu berbuat adil kepada siapapun. Walaupun
kita mempunyai tatanan sosial berupa moral dan juga tatanan legal berupa hukum.
Ketimpangan akan selalu ada karena itu adalah keterbatasan dan juga sifat alami
dari manusia. Sifat ini ada bukan karena kita menyerah kepada hukum alam, namun
4
kita memang tidak mampu untuk menghindari hukum alam yang ada di sekitar kita.
Karena itulah, moral dan hukum dibuat oleh komunitas dan kemudian oleh negara.
Kedua hal itu untuk mengatur dan membatasi ketamakan manusia, individualisme,
dan kesewenang-wenangan.

Kembali lagi ke Sosialisme, mengapa ia tidak mampu untuk mengatur hidup


manusia, padahal ia juga mempunyai tatanan moral dan hukum seperti diatas?
Masalah hukum memang jelas diatur, dan moral tergantung dari masyarakat mana
mereka berada, walaupun terkadang memang sedikit terabaikan.Sosialisme yang
awalnya bertujuan untuk menyetarakan seluruh kesempatan warga negara justru
menjadi cara untuk mengekangnya. Kekuatan negara semakin ditingkatkan untuk
mengatur ekonomi sedangkan individu semakin berkurang haknya, ia seolah hanya
tinggal menanti jatah yang diberikan dari negara ia tinggal.Dan jika negara gagal,
maka gagal-lah seluruh individu di dalam negara itu.

2.1 Runtuhnya sistem ekonomi sosialis di venezuela

A. Merosotnya sistem ekonomi venezuel

Gaya kepemimpinan petinggi negara mempunyai pengaruh kuat terhadap


bagaimana suatu negara akan berkembang sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintahan berkuasa. Venezuela yang dahulu terkurung
dengan produk imperialisme Spanyol berupa neoliberalisme di bidang
perekenomian mengalami reformasi menuju ekonomi sosialis yang diprakarsai
Presiden Hugo Chávez. Ikhtiar dalam melepas belenggu sistem ekonomi kapitalis
dilakukannya dengan menempuh cara nasionalisasi perusahaan asing yang
umumnya dimiliki oleh pemegang saham privat, terutama pada perusahaan
pengolah minyak. Harus diakui, kekayaan sumber daya minyak di Venezuela
menjadi potensi daya tarik bagi penanam modal untuk menjalin keuntungan
ekonomi yang besar. Inilah yang digadang sebagai sektor pemasok utama sekaligus
pengundang ketidakstabilan ekonomi di Venezuela.

Prinsip politik dan ekonomi sosialis yang dianut Presiden Hugo Chávez
memberikan dampak perubahan bagi rakyat Venezuela. Ambil alih negara dalam
berbagai sektor yang sempat dicampuri kepentingan swasta menjadi pembuka 5
kesempatan bagi kalangan buruh dan miskin yang sebagian besar adalah penduduk
asli Venezuela. Pendapatan sektor minyak sendiri dipakai untuk mendanai program
kesejahteraan rakyat, serta muncul dukungan pertumbuhan ekonomi rakyat dengan
pemberian modal untuk usaha kecil. Paham sosialis dalam diri Presiden Hugo
Chávez terlukis gamblang pada setiap program pembangunan ekonomi dan
keberpihakannya terhadap rakyat sehingga tidak kurang simpatisan bagi sosok
reformis berlatar belakang militer ini untuk keluar dari kemerosotan ekonomi
akibat krisis yang berkepanjangan.

Kebijakan-kebijakan ekonomi Venezuela tak jarang berbenturan dengan


rekomendasi kebijakan finansial yang diberikan International Monetary
Fund (IMF) dan World Bank karena dinilai menyusupkan prinsip atau dasar
keuangan kapitalis dalam mekanismenya agar semakin mengukuhkan kekuasaan
ekonomi negara pemodal di Amerika Latin, khususnya Venezuela yang
mempunyai riwayat ikatan modal dengan Amerika Serikat hingga 50%. Walaupun
kebijakan politik dan ekonomi sosialis Presiden Hugo Chávez terkesan berada di
jalur “kiri”, perubahan nyata dapat terlihat tidak hanya melalui nasionalisasi
perusahaan-perusahaan, tetapi juga pembaruan kontrak minyak di Venezuela,
pendirian Badan Usaha Milik Negara sampai pemberagaman ekonomi untuk tidak
memfokuskan kegiatan ekspor minyak ke Amerika Serikat semata-mata demi
memutuskan hubungan saling bergantung dengan negara kapitalis.

Keputusan Presiden Hugo Chávez untuk mengentaskan masalah ekonomi


negaranya dengan mengadakan reformasi beraliran sosialis tidak lepas dari
serangan kritik, terlebih pada kebijakan yang tidak dipertimbangkan secara matang
seperti devaluasi mata uang bolivar terhadap dolar Amerika Serikat dalam rangka
menekan laju inflasi di dalam negeri dan tujuan lainnya. Devaluasi (penurunan
nilai mata uang) kerap dilakukan secara berkelanjutan, bahkan setelah presiden
meninggal dunia. Beberapa kebijakan yang diwarisi Presiden Hugo Chávez
ternyata memberikan andil dalam kehancuran dan lambatnya kemajuan ekonomi
Venezuela. Kecenderungan Presiden Hugo Chávez memilih kebijakan yang tidak
6
begitu menyelesaikan akar permasalahan ekonomi secara mendasar menjadi faktor
terbesarnya.

Melalui pemilihan umum tahun 2013, jabatan sang presiden digantikan oleh
mantan menteri luar negeri sekaligus wakil presiden, Nicholás Maduro. Gesernya
kekuasaan tidak membuat kebijakan politik dan ekonomi yang revolusioner
muncul. Presiden yang baru justru melanjutkan kebijakan-kebijakan lama dan
menghasilkan masa depan ekonomi Venezeula yang sulit diprediksi untuk
mencapai pemulihan, serta menimbulkan perluasan krisis yang tidak kunjung
terobati. Mengenai usaha diversifikasi ekonomi yang menginginkan adanya sektor
selain minyak sebagai kekuatan ekonomi untuk meratakan sumber pendapatan
negara sepertinya tidak terwujud dengan baik. Selain itu, kesalahan mengelola
kebijakan di sektor minyak adalah melewatkan investasi penghasilan yang bisa
dipakai untuk memancangkan produksi malah tak ubahnya sistem kas yang sebatas
membiayai pengeluaran aktivitas sosial pada aspek perumahan, transportasi, dan
kesehatan sehingga menahan arus putar penerimaan negara sebagai modal untuk
meningkatkan kegiatan perekonomian.

Utang Venezuela yang membengkak dan ketidakmampuan pemerintahnya untuk


membayar membuat penyedia layanan industri minyak dan tambang beramai-
ramai pergi, kendati memaksa bertahan penurunan aset yang ditimbulkan
berdampak sangat fatal bagi berlangsungnya bisnis korporasi tersebut. Tidak hanya
layanan industri minyak dan tambang seperti Schlumberger dan Baker Hughes
yang mengaku mengalami kerugian ratusan juta dolar atas produksinya di
Venezuela, perusahaan makanan seperti Mondelez menghentikan operasional
bisnisnya di tahun 2016 pada saat kerugian sebesar US$800 juta menghantam
perusahaan yang terkenal dengan produk biskuit Oreo. Buruknya ekonomi di
Venezuela menjadi induk dari krisis yang merajalela, bahkan McDonald’s
mengentikan pengeluaran kentang gorengnya dan menu andalan “Big Mac”
sempat kosong untuk sementara waktu di tahun 2016 karena kekurangan stok roti
akibat krisis pangan yang tidak mereda.
7
Kebijakan ekonomi yang sama-sama dikerjakan oleh dua presiden terakhir
Venezuela menyebabkan banyak kekacauan di negaranya. Instabilitas dalam
berpolitik atas suatu paham atau teori rupanya mengambil peran terhadap
goyahnya sejumlah kebijakan di pemerintahan. Sosialisme di Venezuela yang
dulunya dianggap sinar bagi perubahan baik ternyata gagal membawa rakyatnya
hidup lebih makmur dan sejahtera. Terlepas dari isu korupsi dalam tatanan
pemerintahan, sosialisme tidak sepenuhnya membuat sistem atau keadaan menjadi
lebih baik hanya karena mengangkat rakyat. Salah satu yang memperburuk adalah
bagaimana paham ini hendak menyamakan posisi lapisan masyarakat dengan
membuat kelas negara sebagai pengaturnya supaya tidak lagi timbul kecemburuan
sosial. Namun, negara untuk mengurusi perekonomian agaknya mustahil untuk
melepas prinsip kapitalisme sehingga kesulitan mengadopsi “sama rata, sama
rasa”. Menganut keyakinan politik dan ekonomi tertentu pasti punya sisi positif
dan negatifnya, tetapi melalui jalan keterbukaan inovasi-inovasi dalam segi
kebijakan semakin mudah terbentuk untuk membawa kehidupan rakyat Venezuela
menuju taraf yang lebih baik.

2.2Apakah sistem ekonomi sosialisme sudah gagal

Semenjak runtuhnya Uni Soviet hampir semua orang mengatakan sosialisme sudah
gagal. Krisis di Venezuela juga mendorong banyak orang untuk berteriak bahwa
sosialisme tidak dapat bertahan. Dari semua pendapat yang mengalir ini apa yang
ingin disampaikan adalah sistem kapitalisme, kendati semua keburukannya,
merupakan sistem yang paling mungkin bagi umat manusia.

Semenjak itu semua orang berbondong-bondong mencari-cari ‘ide-ide baru’.


Mereka terus mencari perpaduan ideologi atau jalan tengah antara sosialisme dan
kapitalisme. Dari ini kita mengenal ‘teori baru’ seperti teori Sosialisme Abad 21,
yang mengklaim berbeda dengan sosialisme pendahulunya yang ada di Uni Soviet.
Adalah Heinz Dieterich seorang sosiolog Frankfurt yang belajar dengan Adorno,
Horkheimer dan Habermas yang memperkenalkan teori Sosialisme Abad 21. Heinz
Dieterich, sang ‘penemu’ Sosialisme Abad 21, mengklaim bahwa revolusi dan
8
perjuangan kelas sudah tidak lagi dibutuhkan. Dieterich menganggap jika pasar
mampu dijinakkan maka pasar akan memenuhi kebutuhan semua orang.

“Jika pasar tidak monopolistik dan jika Anda memiliki daya beli untuk barang yang
Anda hasilkan dan untuk layanan, maka pasar berkoordinasi cukup baik. Anda
dapat pergi ke negara raksasa, seperti Amerika Serikat, dan Anda dapat membeli
apa saja, di mana saja di negara raksasa itu, kapan saja. Jadi, [pasar] itu berfungsi
dengan baik, jika Anda memenuhi dua kondisi ini.” (Rekaman video Heinz
Dieterich oleh O. Ressler, Jerman)

Faktanya pasar tidak pernah bisa dijinakkan. Pasar bersifat impulsif dan kacau. Bila
saja pasar bisa dijinakkan tentu kapitalisme tidak akan pernah mengalami krisis
dan Venezuela bisa berjaya berkat anjuran Dieterich. Tapi toh akhirnya teori
Sosialisme Abad 21 juga tidak mampu bertahan di hadapan realitas. Venezuela
mengalami krisis dan inflasi yang tajam justru karena ingin mempertahankan
program-program kesejahteraan sembari tetap mengadopsi ekonomi pasar
kapitalis. Dengan kata lain ekonomi Venezuela tidak pernah benar-benar
menghapuskan kapitalisme.

Selain itu, dari semua kritik dan gagasan yang diajukan atas kegagalan sosialisme
di Uni Soviet, tidak satupun dari mereka yang memahami Uni Soviet dan
keruntuhannya. Kenyataannya, keruntuhan Uni Soviet merupakan produk dari
keterisolasian Revolusi Rusia yang jauh telah diprediksi sebelumnya oleh Lenin
dan Trotski. Lenin dan Trotski sejak awal telah menekankan bahwa tanpa revolusi
di Eropa, terutama di Jerman waktu itu, maka Revolusi Rusia akan kalah. Prediksi
ini terbukti benar. Keterisolasian dan kesulitan internal akibat warisan
keterbelakangan ekonomi Rusia di masa lalu membangkitkan kembali sampah
lama birokrasi yang telah diperangi oleh negara buruh ini. Proses degenerasi
birokratik ini berlangsung untuk waktu yang lama, sebelum akhirnya Stalinisme
mengubur capaian-capaian Revolusi Oktober pada 1991.

Berkebalikan dengan Stalinisme yang birokratik, sosialisme sejatinya merupakan


sebuah sistem dimana tuas-tuas ekonomi dimiliki dan dijalankan secara
demokratik oleh kelas pekerja. Yang belakangan ini sangatlah penting, karena 9
demokrasi buruh adalah oksigen bagi sosialisme. Tanpanya sosialisme akan
tercekik.

Untuk mencegah agar negara buruh yang baru terbentuk dari revolusi sosialis tidak
mengalami birokratisasi, Lenin menganjurkan empat kondisi yang harus dipenuhi
oleh negara buruh: (1) Pemilu bebas untuk semua jabatan pemerintah dan setiap
orang bisa direcall setiap saat; (2) Gaji pejabat pemerintah tidak boleh lebih tinggi
daripada gaji buruh terampil; (3) semua posisi pemerintah harus digilir di antara
rakyat pekerja, sehingga bila semua adalah birokrat maka tidak ada lagi birokrat;
(4) Menghapus tentara tetap, dan menggantikannya dengan rakyat bersenjata.
Lenin juga menambahkan bahwa negara buruh adalah negara yang akan akhirnya
pupus dan menghilang. Tidak ada satupun kondisi ini yang dipenuhi oleh Uni
Soviet di bawah Stalin dan penerus-penerusnya. Yang ada adalah negara birokratik
dengan privilese-privilese bagi para pejabat dan mesin kekerasan yang kejam. Dari
fakta ini, apa yang gagal di Rusia bukanlah sosialisme melainkan Stalinisme,
sebuah karikatur sosialisme birokratis dan totaliter.

Bagaimanapun juga Revolusi Rusia telah memberikan pengalaman besar bagi


kelas buruh bagaimana revolusi sosialis bisa dimenangkan. Mereka yang
mengklaim mendirikan ‘ide-ide baru’ sosialisme minus revolusi dan perjuangan
kelas hanyalah mengulang ide tua reformisme yang telah terbukti memimpin ke
jalan buntu. Kelas pekerja hanya bisa berhasil menggulingkan kapitalisme dengan
mempelajari pengalaman-pengalaman kelas mereka sendiri. Akhirnya,
mempelajari Revolusi Rusia menjadi penting, bukan sebagai pengejaran terhadap
kepentingan abstrak akademis tetapi sebagai jalan bagaimana memahami dunia
dan lantas mengubahnya. Bukan sebagai ‘intelektual akademis’ tapi sebagai
seorang revolusioner!

Ada dua peristiwa besar yang sering dianggap para kapitalis sebagai bukti
kegagalan sosialisme: pertama, runtuhnya Uni Soviet dimana Gorbachev
membuka pintu negaranya untuk pasar bebas dan kedua, runtuhnya Tembok Berlin
yang sempat memisahkan Jerman Barat dan Jerman Timur. Dari kedua peristiwa
itu tesis “Akhir Sejarah”dikemukakan oleh Francis Fukuyama, salah satu dari
10
banyak nabi kapital. Dalam bukunya yang berjudul The End of History and the
Last Man, ia menyatakan kemenangan definitif pasar bebas dan demokrasi borjuis
adalah sebuah keniscayaan. Oleh karenanya kapitalisme adalah peradaban final
dari umat manusia yang tidak dapat digantikan dengan sistem apapun. Sejak saat
itu, kita saksikan serangan luar biasa besar terhadap ide-ide Marxisme dalam skala
dunia pada 25 tahun terakhir ini dan masih terus berlangsung sampai sekarang.

Ide tentang kapitalisme sebagai bentuk akhir sistem ekonomi dan demokrasi
borjuis sebagai bentuk akhir pemerintahan manusia nampaknya dikonfirmasi oleh
20 tahun lebih pertumbuhan ekonomi dan melonjaknya pasar dunia yang
berlangsung hampir tanpa gangguan. Para politisi, gubernur bank sentral dan para
manajer Wall Street yakin bahwa mereka telah berhasil menjinakkan siklus boom-
and-slump ekonomi yang sebelumnya menjadi karakter utama dari kapitalisme.
Para pembela kapitalisme begitu gembira. Sejak runtuhnya Uni Soviet, mereka
terus saja berbicara tentang kematian sosialisme dan komunisme dan bahkan
Marxisme. Mereka menjanjikan masa depan yang damai penuh kemakmuran
berkat kemenangan pasar bebas dan demokrasi (borjuis) yang menopangnya.
“Liberalisme telah menang!”, begitu pekik mereka, dan oleh karenanya sejarah
telah mencapai ekspresi akhir dari kapitalisme. Inilah arti penting dari ungkapan
yang begitu terkenal dari Francis Fukuyama.

Selama dua puluh tahun terakhir, para ekonom borjuis terus saja membual tidak
akan ada lagi kejatuhan dan kemerosotan ekonomi, bahwa siklus semacam ini telah
dihapuskan sepenuhnya dari kapitalisme. Tapi sekarang roda sejarah telah
berubah. Hari ini tidak sedikitpun ada yang tersisa dari semua prediksi mereka yang
begitu percaya diri dalam strategi kapital. Sejarah telah berbalik dengan sepenuh
hati dan siap menyambut kelahiran peradaban baru.

Berkaitan dengan peristiwa runtuhnya Uni Soviet, apa yang gagal di Rusia
bukanlah sosialisme yang sesungguhnya, melainkan karikatur birokratik dari
sosialisme. Naiknya Stalin ke tampuk kekuasaan adalah kontra-revolusi, yang
dicapainya di atas tulang belulang kaum Bolshevik. Cita-cita membangun
masyarakat sosialis diselewengkan sama sekali. Rezim birokratik yang
dibangunnya adalah antitesis dari rezim demokratis yang dilahirkan oleh Revolusi
11
Oktober, oleh para Bolshevik dan oleh massa kelas buruh Rusia pada 1917. Lenin
menjelaskan bahwa dibutuhkan kontrol demokratis terhadap industri, masyarakat
dan negara oleh kaum proletar untuk menuju sosialisme. Dengan kondisi dimana
para elit birokrasinya mempunyai kekuasaan penuh atas hak-hak istimewa, sudah
sepatutnya hal-hal seperti korupsi, kolusi dan nepotisme berlangsung tanpa adanya
interupsi dan pada gilirannya membuka jalan ke kembalinya kapitalisme.

2.3 Sebab-sebab runtuhnya sistem ekonomi sosialis

Negara- negara di dunia tak lagi berminat dengan sistem ini hingga beberaapa
pengikutnya diantaranya jerman timur (sekarang jerman) meninggalkan sistem ini.

Berikut sebab – sebab runtuhnya sistem ekonomi sosialis :

1. Kelesuan aktifitas ekonomi

Tawar menawar adalah salah satu bentuk aktifitas ekonomi yang sangat
penting.dengan adanya tawar menawar aktifitas ekonomi menjadi lebih
dinamis.Sebuah transaksi akan berakhir memuaskan jika terjadi taawar
menawar,pihak produsen bisa mengukur dan memperkirakan kualitas dan harga
sebuah barang yang diproduksi. Begitu juga konsumen akan lebih leluasa dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya.

Bisa memilah dan memilih harga mana yang sesuai dengannya.Karena harga
barang di pasar meski relatif seragam dengan adanya tawar menawar bisa menekan
harga sebagian barang.

Namun jika yang terjadi semua harga di pasar ditentukan oleh pemerinytah,
aktifitas ekonomi akan mengalami kelesuan`

2. Negara membatasi kepemilikan pribadi

Demi tercapainya sebuah kesejahteraan bersama, pemerintah tidak harus


sepenuhnya membatasi kepemilikan pribadi.Namun,pemerintah diharapkan
mampu mengontrol kepemilikan pribadi, agar tidak hanya berputar diantara para
pemodal,sehingga setiap individu merasakan manfaatnya.

3 Abai teerhadap nilai moral 12


Abai terhadap nilai moral adalah unsur paling domain yang menjadi sebab
lemah dan runtuhnya sistem ekonomi ini.Tujuan manusia berekonomi adalah
tercapainya sebuah keuntungan dan tersebarnya kesejahteraan bersama
sebagaimana yang mereka dengungkan.

4. Penolakan terhadap agama

Sebagai manusia secara dasar memerlukan dua unsur utama ; materi dan
imater.Unsur materi sangat jelas, aktifitas ekonomi yang menjadi sarana
pemenuhan kebutuhan tersebut.Adapun unsur imateri atau yang sering dikenal
dengan rohani tidak akan bisa jika hanya mengandalkan usaha manusia saja.Maka
butuh kepada konsep yang lebih ditentukan oleh pihak sang pencipta yang benar
benar sangat memahami kebutuhan rohani manusia.

Maka agama sebagai konsep yang real mengatur segala kebutuhan manusia
dalam ruang imateri bahkan hal hal materi, menjadikan agama sebagai syarat
mutlak yang tidak dapat ditinggalkan dari segala sisi kehidupan.

Kesombongan adalah lebel yang paling pas disandangkan kepada paham-


paham yang menolak masuknya agama.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

13
Dari sini bisa kita tarik kesimpulan bahwa, system ekonomi sosialis
tidak dapat bertahan walaupun sistem ini terlahir setelah sistem ekonomi kapitalis.
Uni soviet dan Venezuela adalah contoh besar kegagalan system ekonomi sosialis
dimata masyarakat. Dari semua pendapat yang mengalir ini apa yang ingin
disampaikan adalah sistem kapitalisme, kendati semua keburukannya, merupakan
sistem yang paling mungkin bagi umat manusia.

14
DAFTAR PUSTAKA

Marxis. 2014. Manifesto Partai Komunis Karl Marx & Friedrich Engel.Makassar:
Titik Api

Caporaso,A.James.2008.Teori Teori Ekonomi Politik.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Deliarnov.2005.Perkembangan Pemikiran Ekonomi.Jakarta:Grafindo

Grosmann, Gregory. 2001. Sistem-Sistem Ekonomi. Jakarta: Bumi Aksara.

http://www.militanindonesia.org/analisa-perspektif/lain-lain/8740-apakah-
sosialisme-sudah-gagal.html

www.wikipedia.id

15

Anda mungkin juga menyukai