TINJAUAN PUSTAKA
suhu inti dan suhu kulit. Suhu inti adalah suhu dari tubuh bagian dalam dan
hari, kecuali bila seseorang mengalami demam. Sedangkan suhu kulit berbeda
dengan suhu inti, dapat naik dan turun sesuai dengan suhu lingkungan. Bila
dibentuk panas yang berlebihan di dalam tubuh, suhu kulit akan meningkat.
pengukuran untuk suhu inti yaitu rektum, membran timpani, arteri temporalis,
permukaan yaitu kulit, oral dan aksila (Potter & Perry, 2009).
suhu mulut dan suhu mulut 0,5°C lebih tinggi dibandingkan suhu aksila
(Sherwood, 2014).
5
6
disebabkan oleh aktivitas otot, termasuk kontraksi otot yang disebabkan oleh
di dalam sel sendiri, terutama bila suhu tubuh didalam sel meningkat,
dalam, terutama di hati, otak, jantung, dan otot rangka selama berolahraga.
Kemudian panas ini dihantarkan dari organ dan jaringan yang lebih dalam ke
kulit, yang kemudian dibuang ke udara dan lingkungan sekitarnya (Guyton &
Hall, 2012).
oleh dua faktor yaitu seberapa cepat panas yang dapat dikonduksi dari tempat
asal panas dihasilkan, yakni dari dalam inti tubuh ke kulit dan seberapa cepat
panas kemudian dapat dihantarkan dari kulit ke lingkungan (Guyton & Hall,
2012).
7
pengukur suhu tubuh ini banyak jenisnya yaitu termometer air raksa,
Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan dari Empat Lokasi Pengukuran Suhu
Tubuh
Lokasi Kelebihan Kekurangan
Oral Mudah diakses dan nyaman Nilai tidak akurat apabila pasien
baru saja mengkonsumsi cairan
atau makanan yang dingin atau
panas.
Rektal Hasil reliabel Tidak nyaman dan lebih tidak
menyenangkan bagi pasien, sulit
dilakukan pada pasien yang
tidak dapat miring kiri kanan,
dan dapat melukai rektum.
2.2 Demam
2.2.1 Definisi Demam
2009). Demam merupakan kenaikan suhu tubuh menjadi > 37,5°C yang
diukur di aksila dan pada pengukuran rektal lebih tinggi 0,5°C (WHO, 2014).
karena aliran darah makin cepat sehingga makanan dan oksigenasi makin
lancar. Namun jika suhu di atas 38,5°C pasien mulai merasa tidak nyaman,
aliran darah cepat, jumlah darah untuk mengaliri organ vital (otak, jantung,
metabolisme yang sangat cepat, jantung dipompa lebih kuat dan cepat, dan
frekuensi napas lebih cepat. Dehidrasi terjadi akibat penguapan kulit dan
yaitu:
9
1. Demam infeksi, antara lain infeksi virus (cacar, campak dan demam
2. Demam non infeksi, antara lain karena kanker, tumor, atau adanya
sendiri).
seperti bakteri, virus dan jamur. Sedangkan pirogen endogen berupa molekul-
androgenik dan sitokin inflamasi (IL-1, IL-6, TNF dan IFN). Pirogen dapat
Pirogen eksogen yang masuk ke dalam tubuh atau zat asing akan
selanjutnya difagosit oleh makrofag (sel kupfeer). Proses ini akan melepaskan
sejumlah sitokin pro inflamasi seperti IL-1, IL-6, TNF-α, Interferon (IFN)
yang akan bekerja pada daerah preoptik hipotalamus anterior. Sitokin akan
susunan saraf pusat dan menyebabkan demam (Dalal & Zhukovsky, 2007 ;
(seperti besi, seng, dan tembaga) yang diperlukan untuk pertumbuhan bakteri
(biasanya pada bayi dan anak-anak) atau bila demamnya sangat tinggi
fisiologi, dan akhirnya berdampak pada kerusakan susunan saraf pusat. Pada
awalnya anak tampak menjadi gelisah disertai nyeri kepala, pusing, kejang,
serta akhirnya tidak sadar. Keadaan koma terjadi bila suhu >43°C dan
kematian terjadi dalam beberapa jam bila suhu 43°C sampai 45°C (Plipat,
2002).
dilatasi dengan kuat. Hal ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis
Phylum : Tracheophyta
Classis : Liliopsida
Order : Pandanales
Family : Pandanaceae
Genus : Pandanus
Steenis, 2008)
(Kurnawidjaja, 2016)
Gambar 2.2
Pandan wangi
tegak dengan tinggi 3-7 meter, kadang memiliki cabang, dengan batang
berduri, dan memiliki akar tunjang disekitar pangkal batang. Daun pandan
wangi dewasa umumnya memiliki panjang 2-3 meter, lebar 8-12 cm, daun
tunggal, duduk, dengan pangkal memeluk batang; helai daun berbentuk pita,
bertulang sejajar, memiliki ujung daun berbentuk segitiga lancip, tepi daun
13
dan ibu tulang daun bagian bawah berduri, berwarna hijau muda-hijau tua
dengan tekstur daun berlilin. Bunga pandan wangi jantan dan betina terdapat
pada tumbuhan yang berbeda, memiliki buah yang letaknya terminal atau
lateral, soliter atau berbentuk bulir atau malai yang besar (Jacqueline, 2011).
Pandan wangi juga dapat tumbuh liar di tepi sungai, rawa dan tempat-tempat
lain yang tanahnya sedikit lembab dan dapat tumbuh subur di daerah pantai
(Dalimartha, 2009).
flavonoid dan terpenoid (Bindu, 2015). Kandungan terpenoid, saponin dan flavonoid
yang cukup tinggi didapat dari hasil maserasi daun pandan wangi dengan methanol
Beberapa golongan flavonoid yang ditemukan dalam daun pandan wangi yaitu
damage pada sel-sel hati. Kaempferol juga terbukti memiliki aktivitas antipiretik
14
dengan menghambat COX-2 (Yoon et al., 2013). Naringenin juga tebukti dapat
2.3.5 Khasiat
Daun pandan wangi sebelumnya telah banyak digunakan dalam pengobatan
sakit gigi dan sebagai penenang (Khare, 2004; Nor, 2008). Beberapa penelitian
tentang efek farmakologi daun pandan wangi telah dilakukan yaitu ekstrak
coli (Madiyaningsih et al., 2014), ekstrak air daun pandan wangi juga
2009), dan ekstrak etanol 96% dapat digunakan sebagai antioksidan alami
a. Saponin
15
antipiretik (Gorge & Kazuo, 2013). Senyawa aktif saponin memiliki efek
lahan akan turun dan kembali normal dan demam sama sekali tidak
b. Flavonoid
warna merah, ungu, biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan
terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzen (C6) terikat pada
(Lenny, 2006).
16
(Abdi, 2010)
Gambar 2.3
Struktur C6-C3-C6 Flavonoid
al, 2011). Dimana PGE2 akan berperan dalam peningkatan set point di
c. Kaempferol
d. Naringenin
menghambat sitokin pro inflamasi yaitu TNF-α, IL-1 dan IL-6 sehingga
e. Alkaloid
17
2.4 Parasetamol
Asetaminofen atau lebih dikenal dengan parasetamol merupakan salah satu
derivat para amino fenol (Wilmana, 2012). Selain asetaminofen derivat lain dari
para amino fenol adalah fenasetin, tetapi fenasetin sekarang jarang digunakan lagi
(Ganiswara, 2008).
(Ganiswara, 2008).
parasetamol terjadi cepat yaitu dalam waktu 30 menit dengan konsentrasi tertinggi
dalam plasma dicapai dalam waktu 10-60 menit. Obat ini terdistribusi dengan
baik, dan di dalam plasma sebanyak 25% parasetamol terikat plasma. Parasetamol
sebagian kecil dengan asam sulfat. Ekskresi parasetamol melalui ginjal, sebagian
(Ganiswara, 2008).
tetanus dan vaksin pertusis yang dicampur dalam satu semprit. Vaksin DPT
berfungsi mencegah terjadinya ketiga penyakit, yaitu difteria, tetanus dan pertusis.
Kejadian ikutan pasca imunisasi DPT yang tersering adalah demam dimana terjadi
pada 58,8% kasus, bahkan 16,2% kasus mengalami hiperpireksia (Jong, 2001).
yang berbeda, sedangkan vaksin DtaP hanya mengandung dua sampai lima
komponen tersebut sebagai benda asing yang harus dilawan. Komponen tersebut
akan difagosit oleh leukosit darah, makrofag jaringan dan limfosit pembunuh
bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri
dan melepaskan zat IL-1 yang disebut juga leukosit pirogen atau pirogen endoen
19
2012).
Untuk imunisasi rutin pada anak, dianjurkan pemberian 5 dosis pada usia 2,
4, 6, 15-18 bulan dan saat masuk sekolah dengan dosis setiap pemberiannya
dan meningkatkan suhu rektal awal pada menit ke-30 (Agustin et al., 2017).
yaitu: bebas dari rasa lapar dan haus, bebas dari rasa tidak nyaman, bebas dari rasa
nyeri, trauma, dan penyakit, bebas dari ketakutan dan stress jangka panjang, bebas
mengekspresikan tingkah laku alami, diberikan ruang dan fasilitas yang sesuai
(Ridwan, 2013).
adalah jenis Rattus norwegiens, galur wistar, atau sprague dawley. Hewan ini
relatif tahan terhadap infeksi dan tergolong cerdas. Tikus tergolong hewan
yang aktif pada malam hari, tetapi relatif lebih tenang bila dibandingkan
20
berkelompok asalkan masih dapat melihat atau mendengar suara tikus lain
(Lucia E, 2011).
Karakteristik dari tikus putih strain wistar adalah kepala yang luas,
telinga yang panjang, ekor yang panjang tetapi tidak melebihi panjang
badannya (Alexandru, 2011). Suhu tubuh tikus putih yang normal adalah
adalah 20°C - 25°C dan menjadi sukar berkembang biak bila suhu diatas
30°C. Masa hidup tikus dapat mencapai 4 tahun. Tikus dewasa dapat
berumur 40-60 hari. Bobot badan normal tikus jantan dewasa adalah 300-
400gr dan maksimum 500gr. Sedangkan berat badan normal tikus betina
(Alexandru, 2011)
Gambar 2.4
Tikus putih jantan strain wistar (Rattus norvegicus)
hewan uji lain yaitu lebih mudah untuk berkembang biak, lebih cepat menjadi
percobaan ini digunakan tikus putih jantan sebagai binatang percobaan karena
21
tikus putih jantan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih stabil karena
tidak dipengaruhi oleh faktor hormonal seperti pada tikus putih betina yang
dapat menyebabkan kenaikan suhu tubuh lebih tinggi ± 0,3-0,6°C di atas suhu
basal akibat dari pengeluaran hormon progesteron pada masa ovulasi dan
Tikus putih jantan juga mempunyai kecepatan metabolisme obat yang lebih
cepat dan kondisi biologis tubuh yang lebih stabil dibanding tikus betina
Tikus putih jantan yang digunakan sebagai hewan percobaan model demam