Anda di halaman 1dari 19

USULAN

PENELITIAN.........................................................................

ANALISA PENGGUNAAAN/PENEMPATAN MARKA DAN


RAMBU JALAN DITINJAU DARI ASPEK SITUASI DAN
GEOMETRI UNTUK KENYAMANAN DAN KESELAMATAN
PENGGUNA JALAN

(NAMA)

............................

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN


2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Pekanbaru merupakan pusat regional yang memikul tiga fungsi


kegiatan utama, yaitu pusat kegiatan pemerintahan, pusat kegiatan perdagangan
dan pusat kegiatan transportasi. Perkembangan ini telah menciptakan daya tarik
investasi bagi pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa di dalamnya,
terutama pada titik-titik lokasi yang strategis. Sebagai jantung perekonomian,
Kota Pekanbaru juga mempunyai permasalahan yang berupa kemacetan lalu
lintas.

Di dalam Undang-undang No 22 tahun 2009 pasal 1 ayat 2, lalu lintas


didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan,
sedangkan yang dimaksud dengan ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang
diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan orang, barang yang berupa jalan dan
fasilitas pendukung. Termasuk dalam pengertian penetapan kebijaksanaan lalu
lintas dalam ketentuan ini antara lain penataan sirkulasi lalu lintas, penentuan
kecepatan maksimum dan minimum, larangan penggunaan jalan, larangan dan
perintah bagi pemakai jalan.

Jalan sebagai prasarana transportasi merupakan kebutuhan yang amat


penting bagi manusia. Pada era sekarang ini fungsi jalan terasa sangat berperan.
Dengan adanya kondisi jalan yang memadai, baik itu fisik maupun non fisik, baik
itu dalam jumlah maupun tingkat kebutuhannya, diharapkan hasil pembangunan
yang telah dicapai dapat dirasakan oleh segenap masyarakat.

Saat ini pengendara kendaraan bermotor baik roda 2 dan roda, semakin
banyak setiap tahunnya. Fenomena ini berjalan seiring dengan semakin
bertambahnya penduduk dan banyaknya kepentingan masyarakat sehari-harinya
yang mengharuskan masyarakat berkendara setiap harinya. Banyaknya
pengendara kendaraan ini tentunya sangat berdampak terhadap kondisi lalu lintas
yang ada di sepanjang jalan. Kemacetan terjadi di hampir setiap jalan di seluruh
wilayah Kota Pekanbaru. Maka tak jarang kita melihat banyak kendaraan-
kendaraan yang terjebak macet hampir di sepanjang jalan setiap harinya
khususnya di daearah persimpangan.

Persimpanagan adalah suatu bentuk pertemuan jalan,di mana setiap mulut


simpang(akhir jalan/pertemuan dengan jalan lain) memiliki pergerakan lalu lintas,
geometrik jalan dan konflik tertentu yang terjadi pada suatu persimpangan
tersebut. Identifiasi masalah menunjukkan lokasi kemacatan terletak pada
persimpangan atau titik tertentu yang terletak di sepanjang ruas
jalan.permasalahan konflik pergerakan-pergerakan kendaraan yang berbelok
(belok kanan dan bertemu dengan lurus) dan pengendalian nya banyak
berpengaruh terhadap kinerja persimpangan yang selanjut nya menyebabkan
tingkat pelayanannya menjadi berkurang.konflik kendaraan dengan kendaraan
ataupun pejalan kaki juga akan menimbulkan tundaan,kecelakan dan bahkan
kemacetan yang mana hal tersebut berdampak sangan merungikan pengemudi
atau pemakai jalan(morlok 1991)

Keselamatan jalan adalah upaya dalam penanggulangan kecelakaan yang


terjadi di jalan raya yang tidak hanya disebabkan oleh faktor kondisi kendaraan
maupun pengemudi, namun disebabkan pula oleh banyak faktor lain (Direktorat
Jenderal Bina Marga, 2006). Faktor-faktor lain tersebut meliputi kondisi alam,
desain ruas jalan (alinyemen vertikal atau horizontal), jarak pandang kendaraan,
kondisi perkerasan, kelengkapan rambu atau petunjuk jalan, pengaruh budaya dan
pendidikan masyarakat sekitar jalan, dan peraturan atau kebijakan tingkat lokal
yang berlaku dapat secara tidak langsung memicu terjadinya kecelakaan di jalan
raya.

1.2 Rumusan Masalah


Mengacu pada latar belakang masalah yang di bahas sebelumnya,
diperoleh perumusan masalah yaitu :

1. Bagaimana kenyamanan dan keselamatan pengguna jalan terhadap adanya


marka dan rambu jalan ?
2. Bagaimana karakteristik daerah rawan kecelakaan lalu lintas di jalan ?
3. Bagaimana kondisi geometri terhadap adanya penggunaaan/penempatan
marka dan rambu jalan ?
4. Bagaimana pengaruh permasalahan di persimpangan terhadap geometri
jalan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang diatas maka tujuan penelitian ini


adalah untuk mengetahui kenyamanan dan keselamatan perilaku pengguna jalan
pada pada jalan Kota Pekanbaru, dan menentukan buruk atau tidaknya dampak
bagi pengguna Jalan. Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu :

1. Bagi pelaku lalu lintas


a. Hasil penelitian ini di harapkan dapat di jadikan informasi sebagai
pengetahuan bagi pengguna lalu lintas khususnya pengguna jalan
daerah Kota Pekanbaru.
2. Bagi mahasiswa dan pemerintah
a. Dengan melakukan penelitian ini mahasiswa dapat memperoleh
pengalaman dan pengetahuan tentang marka dan rambu jalan yang
bermanfaat tentang kenyamanan dan keselamatan terhadap
pengguna jalan khususnya di daerah persimpanagn.
b. Sebagai syarat dalam menyelesaikan perkuliahan pada program
sarjana srata satu (ST) jurusan teknik sipil fakultas teknik
universitas pasir pengaraian.
c. Meninjau kembali persimpangan dan tikungan yang kurang sesuai
dengan geometri jalan dan menambah marka/ rambu jalan untuk
kenyamanan dan keselamatan.

1.4 Pembatasan Masalah

Batasan Masalah di buat agar dalam penulisan ini lebih terarah dan tidak
terlalu luas untuk dibahas, maka penulis membuat pembatasan masalah yaitu:
1. Marka yang digunakan adalah marka penyeberangan.dan garis-garis
lalu lintas harus jelas.
2. Jalan yang digunakan adalah di jalan Kota Pekanbaru, Riau
3. Penelitian ini menggunakan data primer mengenai hal-hal berkait
dengan kenyamanan pengguna jalan terhadap adanya marka jalan.
4. Mengambil contoh sampel persimpangan dan tikungan dengan kondisi
realitas dilapangan (geometri dan situasi).
5. Hanya meninjau masalah teknis berupa situasi dan geometri jalan yang
berhubungan dengan kenyaman dan keselamatan pengguna jalan.
6.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Andri Alfian (2011) Dari penelitian yang terdahulu yang berjudul Alat
Pendeteksi Pelanggaran Marka Lalu-Lintas dengan Indikasi Jumlah Pelanggar,
menjelaskan bahwa zaman sekarang seiring dengan banyaknya kepentingan yang
dimiliki para pengendara kendaraan tersebut di jalanan, membuat mereka sering
kali melupakan mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan
di sepanjang jalan. Rambu-rambu lalu lintas yang telah ada pun, terkadang tidak
memberikan banyak manfaat bagi para pengendara kendaraan.

Charles Edison Chandra (2013) Dari penelitian yang terdahulu yang


berjudul deteksi marka jalan dan estimasi posisi menggunakan multiresolution
hough transform, menjelaskan bahwa Lane detection merupakan suatu metode
untuk mengetahui lokasi dari marka jalan tanpa diketahui terlebih dahulu noise
yang terdapat pada lingkungan sekitarnya. Lane detection ini telah menjadi
penelitian yang sering dilakukan oleh banyak orang agar bisa menjadi salah satu
pendukung driver assistant maupun untuk autonomous navigation yang termasuk
bagian dari inteligent transportation system. Namun, penelitian ini masih
berlanjut sampai sekarang ini karena masih terdapat banyak masalah-masalah
yang belum bisa diselesaikan dalam lane detection ini. Contohnya adalah sulitnya
menentukan marka jalannya pada berbagai kondisi, terutama terhadap noise yang
ada di lingkungan sekitarnya, seperti bayangan, garis-garis lain yang terdapat pada
jalan, dan juga marka jalan yang sudah tidak utuh lagi atau sudah terputus-putus.

Ridho Wicaksono (2014) Dari penelitian yang terdahulu yang berjudul


studi perilaku penyeberang pejalan kaki dan pengaruhnya terhadap kinerja lalu
lintas ( Studi kasus ruas Jalan Brigjen Katamso depan SMP 2 N Semarang ),
menjelaskan bahwa masalah lalu lintas dapat disebabkan oleh berbagai faktor dan
yang terpenting adalah faktor manusia sebagai pemakai jalan, baik sebagai
pengemudi maupun sebagai pemakai jalan pada umumnya. Sedangkan disiplin
dan kesadaran hukum masyarakat pemakai jalan masih belum dapat dikatakan
baik, belum memiliki kepatuhan, ketaatan untuk mengikuti perundang-undangan/
hukum yang berlaku.

Herland Jufry (2013) ,Melakukan Penelitian Deteksi Marka Jalan Dan


Estimasi Posisi Menggunakan Multiresolutin Hough Transform.hasil penelitian di
dapatkan tingkat pendeteksian keberhasilan marka jalan hampir rata-rata 100%
,kecuali 2posisi yang tidak dapt terdeteksi marka jalannya. Tingkat akurasi dalam
estimasi posisi juga sudah sangat bagus dengan rata-rata error posisi sebesar
2.0502 cm dan rata-rata error sudut sebesar 1.35555 derajat.namun,waktu rata-rata
yang dibutuhkan untuk pendeteksian marka jalan dan estimasi posisi termasuk
lama yaitu 4.329301 detik.diharapkan kedepannya di tambah algaritma lagi
untukmenambah ketelitian pendeteksiannya . tentunya dengan ditambah algoritma
lagi,waktu yang di butuhkan akan semakin lama sehinnga di harapkan juga bisa
dioptimalkan lagi algoritma untuk mempesingkat waktu perhitungan dengan cara
mengimplementasikan secara real time. Karena apabila real time tresholdnyabisa
dinaikkan lagi agar garis yang terdeteksi semakin sedikit dan waktu prosesnya
juga akan semakin cepat.

A.R.Indra Tjahjani ,Niko Pratama Hutapea (2013),Melakukan Penelitian


Analisa Kinerja Marka Yellow Box Junction. Hasil penelitian di dapatkan
berdasarkan pengamatan pada marka yellow box junction pada simpang jalan
mayjen sutoyo maka diperoleh sebagai berikut :

1. Hasil analisis kinerja simpang jalan mayjen sutoyo cililitan menggunakan


metode manual kapasitas jalan indonesia 1997.nilai derajat kejenuhan dan
tundaan simpang jalan majen sutoyo cililitan adalah 0,896 smp/jam
dengan tundaan simpang rata-rata sebesar 42,04 det/simp. Dari hasil
analisis tersebut nilai ini terletak pada tingkat pelayanan E berarti volume
lalu lintas sudah mendekati kapasitas ruas jalan,kecepatan kira-kira lebih
rendah dari 40 km/jam. Pergerakan lalu lintas kadang-kadang terhambat.
2. Besarnya persentase pelanggaran pengguna kendaraan bermotor pada jam
sibuk yaitu pada hari senin 07:00-08:00 adalah sebesar 27,14%. Dan
besarnya persentase masyarakat yang mengetahui tentang yellow box
junction ada sebesar 20%. Berdasarkan hasil tersebut dapat diperkirakan
bahwa pelanggaran pada yellow junction yang terjadi dimungkinkan
kurangnya pemahaman masyarakat tentang yellow box junction.
3. Berdasarkan persyaratan penempatan yellow box junction dan hasil
analisis simpang jalan mayjen sutoyo tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa simpang jalan mayjen sutoyo cililitan memenuhi persyaratan untuk
diberi marka yellow box junction dikarenakan arus lalu lintas yang
melewati simpang tersebut digambarkan dengan tingkat layanan pada
simpang tersebut yaitu tingkat E yang berarti simpang tersebut berarus
jenuh atau padat.

Teuku Hermansyah,M.Isya,Ssofyan M.Saleh (2015),Keserasian Rambu Dan


Marka Terhadap Geometri Jalan Pada Jalan Antar Kota. hasil yang didapatkan
dari beberapa jenis alat kelengkapan jalan maka dibawah ini akan diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Jarak pandang henti

Jarak pandang henti yang di rangkum dalam penelitian ini dimana


antara hasil survey pengamatan lapangan dengan acuan standar dapat
dijelaskan bahwa untuk kecepatan kendaraan di empat titik tinjauan jarak
pandang henti disesuikan dengan kecepatan rencana di masing masing
daerah tinjauan, adapun kesimpulan yang di dapat pada Km 46 + 100 s/d
Km 46 + 250 jarak pandang henti sebesar 28.86 meter dengan kecepatan
rencana 30 Km/Jam, Km 52 + 300 s/d Km 52 + 650 jarak pandang henti
sebesar 62.00 meter dengan kecepatan 50 Km/Jam, Km 54 + 650 s/d Km
55 + 000 jarak pandang henti sebesar 56.35 meter dengan kecepatan
rencana 50 Km/Jam, Km 63 + 500 s/d Km 63 + 850 jarak pandang henti
sebesar 29.23 meter dengan kecepatan rencana 30 Km/Jam.

2. Jarak Pandang Menyiap

Jarak pandang menyiap yang di rangkum dalam penelitian ini dimana


antara hasil survey pengamatan lapangan dengan acuan standar dapat
dijelaskan bahwa untuk kecepatan kendaraan di empat titik tinjauan jarak
pandang menyiap disesuikan dengan kecepatan rencana di masing masing
daerah tinjauan, adapun kesimpulan yang di dapat pada Km 46 + 100 s/d
Km 46 + 250 jarak pandang menyiap sebesar 187.58 meter dengan
kecepatan rencana 40 Km/Jam, Km 52 + 300 s/d Km 52 + 650 jarak
pandang menyiap sebesar 287.28 meter dengan kecepatan rencana 50
Km/Jam, Km 54 + 650 s/d Km 55 + 000 jarak pandang menyiap sebesar
265.71 meter dengan kecepatan rencana 40 Km/Jam, Km 63 + 500 s/d Km
63 + 850 jarak pandang menyiap sebesar 158.80 meter dengan kecepatan
rencana 40 Km/jam.

3. Marka Jalan

Hasil survey pengamatan lapangan juga terjadi penyimpangan tentang


ukuran panjang marka dan spasi marka jalan di empat lokasi tinjauan ini,
acuan standar ukuran panjang marka 5 meter spasinya 3 meter sedangkan
menurut hasil survey pengamatan lapangan sebaliknya yaitu ukuran
panjang marka 3 meter dan spasinya meter 5 meter hal ini jelas telah
menyalahi aturan spesifikasi yang ada.

4. Rambu Lalu Lintas

Untuk rambu lalu lintas ini juga telah menyalahi acuan standardimana
hasil surveypengamatan lapangan keempat titik tinjauan ini terjadi
perbedaan ukuran baik itu ukuran tinggi tiang maupun ukuran daun rambu
serta penempatannya berbeda dengan acuan standar yang ada.

5. Lampu Jalan

Untuk variabel ini dari hasil pengamatan lapangan keempat titik


tinjauan hanya satu yang terpasang lampu jalan yaitu di Km 63 + 500 s/d
Km 63 + 850, sedangkan tiga titik tinjauan lagi di Km 46 + 100 s/d 46 +
250, Km 52 + 300 s/d 52 + 650, Km 54 + 650 s/d 55 + 000 belum
terpasang sama sekali hal ini sangat membahayakan bagi pengguna jalan
saat melintasi di titik tinjauan terutama saat malam hari.
6. Guard Rail

Guard rail ini sama halnya seperti lampu jalan hanya dua titik tinjauan
saja yang terpasang yaitu Km 46 + 100 s/d 46 + 250 dan Km 63 + 500 s/d
Km 63 + 850 kedua guard rail ini sudah mulai rusak berat, sedangkan dua
titik tinjauan lagi belum terpasang ini juga sangat berbahaya bagi
pengguna jalan.

Wardan Suyanto, Ed.D ( 2013 ) yang berjudul Pengenalan Rambu-Rambu


Dan Marka Lalu Lintas Bagi Siswa Smk Dalam Rangka Membentuk Perilaku
Tertib Berlalu Lintas , menyebutkan bahwa marka adalah suatu tanda yang berada
di permukaan jalan atau di atas jalan yang meliputi peralatan atau tanda garis
membujur, melintang, garis serong, serta lambang lainnya yang berfungsi untuk
mengarahkan arus lalu lintas yang membatasi daerah kepentingan lalu lintas.

I Wayan Suteja yang berjudul Analisis kebutuhan penanganan


simpang empat gedung di lombok barat. Simpang sebagai pertemuan dari
beberapa ruas jalan merupakan titik kritis padda jaringan jalan pada bagian kritis
ini,potensi permasalahan yang dapat terjadi di gamabarkan dengan banyak nya
konflik arus lalu lintas sebagai akibat bertemunya beberapa arus dari berbagai
arah pergerakan kendaraan pada tititk yang sama disamping,pergerakan tersebut
terutama arah kendaraan yang membelok kekanan dan lururs adalah konflik-
konflik primer penyebab kemacatan.konflik-konflik inilah yang akan
mempengaruhi baik buruknya kinerja suatu simpang,serta yang menimbulkan
masalah berupa kemacetan lalu lintas.

Hengki Firgian (2015)yang berjudul Evaluasi Keberadaan Rambu

Dan Marka Jalan Di Kota Pontianak, Sistem jaringan jalan umumnya


dapat dibedakan atas 2 (dua) jenis jalan yaitu, Jalan umum merupakan prasarana
angkutan yang diperuntukkan bagi seluruh lalu lintas umum, sedangkan jalan
khusus adalah prasarana angkutan yang diperuntukkan bagi lalu lintas selain lalu
lintas umum, seperti jaringan jalan di kompleks–kompleks perkebunan, di
kompleks kehutanan, jalan pertambangan, , dan lain–lain. sistem jaringan yaitu
sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder.
Tingkat kesadaran hukum masyarakat pemakai jalan dapat diukur dari
kemampuan dan daya serap tiap individu dan bagaimana penerapannya di jalan
raya. Berfungsinya hukum secara efektif tergantung dari kondisi perundang-
undangan lalu lintas yang berlaku, kemampuan aparat penegak hukum dalam
melakukan penindakan-penindakan, fasilitas-fasilitas lalu lintas yang disediakan
dan kondisi masyarakat pemakai jalan. Apabila hal-hal tersebut dinilai baik, maka
hukum sebagaimana dimaksud dapat berfungsi secara efektif dan efisien, sehingga
lingkup penugasan yang diberikan dapat terjangkau secara memadai.

Supradian Sujanto (2010) Dari penelitian yang terdahulu yang berjudul


inspeksi keselamatan jalan di jalan lingkar selatan yogyakarta, menjelaskan
bahwa Keselamatan jalan adalah upaya dalam penanggulangan kecelakaan yang
terjadi di jalan raya yang tidak hanya disebabkan oleh faktor kondisi kendaraan
maupun pengemudi, namun disebabkan pula oleh banyak faktor lain (Direktorat
Jenderal Bina Marga, 2006). Faktor-faktor lain tersebut meliputi kondisi alam,
desain ruas jalan (alinyemen vertikal atau horizontal), jarak pandang kendaraan,
kondisi perkerasan, kelengkapan rambu atau petunjuk jalan, pengaruh budaya dan
pendidikan masyarakat sekitar jalan, dan peraturan atau kebijakan tingkat lokal
yang berlaku dapat secara tidak langsung memicu terjadinya kecelakaan di jalan
raya.

Sobri Abusini (2014) Dari penelitian yang terdahulu yang berjudul Kajian
Audit Keselamatan Jalan Raya Kapongan Kabupaten Situ bundo, menjelaskan
bahwa keselamatan lalu lintas merupakan indikator utama tingkat
keselamatanjalan raya. Kecelakaan lalu lintas di jalan raya pada dekade 10 tahun
terakhir telah sangat memperihatinkan. Tidak pernah satu hari terlewatkan tanpa
adanya kecelakaan.

2.2 Keaslian Penelitian

Penelitian ini memang mempunyai kemiripan dengan penelitian terdahulu


tetapi di pertegas lagi terhadap perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya diantaranya yaitu:

a) Tempat penelitian dilakukan di Jalan Kota Pekanbaru, Riau


b) Untuk mengetahui penggunaaan marka dan rambu jalam terhadap
kenyamanan dan keselamatan pengguna jalan khususnya di daerah
persimpangan dan tikungan di tinjau dari aspek situasi dan geometri.
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Umum

Transportasi adalah perpindahan barang dan manusia dari satu tempat ke


tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh
manusia atau mesin. jenis-jenis transportasi antara lain:

a) Transportasi Darat
Alat transportasi darat dipilih berdasarkan faktor-faktor seperti
jenis dan spesifikasi kendaraan, jarak perjalanan, tujuan perjalanan,
ketersediaan alat transportasi , ukuran kota dan kerapatan permukiman,
faktor sosial-ekonomi. Contoh transportasi darat adalah kendaraan
bermotor, dan kereta api.
b) Transportasi Laut
Alat transportasi laut merupakan kendaraan yang dapat beroperasi
dilaut atau di air antara lain: Kapal, Sampan, dan Feri
c) Transportasi Udara
Alat transportasi udara merupakan kendaraan yang beroperasi di
udara seperti pesawat terbang. Pesawat terbang mampu terbang di
udara atau atmosfir dan umunya digunakanuntuk mengangkut manusia
maupun barang.

3.2 Pengertian Jalan

Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang sangat penting dalam


sektor perhubungan terutama untuk kesinambungan distribusi barang dan jasa.
Keberadaan jalan raya sangat diperlukan untuk menunjang laju pertumbuhan
ekonomi, seiring dengan meningkatnya kebutuhan sarana transportasi yang dapat
menjangkau daerah terpencil yang merupakan sektor produksi pertanian.

Perkembangan kapasitas maupun kuantitas kendaraan yang


menghubungkan kota-kota provinsi dan terbatasnya sumber dana untuk
pembangunan jalan raya , untuk membangun ruas jalan baru maupun peningkatan
yang diperlukan sehubungan dengan penambahan kapasitas jalan raya, tentu
sangat memerlukan metode efektif dalam perencanaan agar diperoleh hasil yang
terbaik dan ekonomis, tetapi memenuhi unsur-unsur keselamatan dan kenyamanan
pengguna jalan dan tidak mengganggu ekosistim yang ada.

3.3 Marka Jalan

Marka Jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau di
atas permukaan jalan yang meliputi peralataan atau tanda yang membentuk garis
membujur, garis melintang, garis serong serta lambang lainnya yang berfungsi
untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas.
Marka jalan diatur dalam peraturan menteri perhubungan Nomor 34 tahun 2004.

3.4 Jenis-jenis Marka jalan

a) Marka Membujur
Marka membujur adalah tanda yang sejajar dengan sumbu jalan.
Marka membujur yang dihubungkan dengan garis melintang yang
dipergunakan untuk membatasi ruang parkir pada jalur lalu lintas
kendaraan.
b) Marka Melintang
Marka melintang adalah tanda yang tegak lurus terhadap sumbu jalan,
seperti pada garis henti di zebra cross atau di persimpangan.

c) Marka Sorong
Marka sorong adalah tanda yang membentuk garis utuh yang tidak
termasuk dalam pengertian marka membujur atau melintang, untuk
menyatakan suatu daerah permukaan jalan yang bukan merupakan jalur
lalu lintas.
d) Marka Lambang
Marka lambang adalah tanda yang mengandung arti tertentu untuk
menyatakan peringatan, perintah, dan larangan untuk melengkapi atau
menegaskan maksud yang telah disampaikan oleh rambu-rambu lalu lintas
atau tanda lalu lintas lainnya.
3.5 Rambu Lalu Lintas
Menurut UU No. 22 Tahun 2009 tentang Angkutan Jalan, rambu lalu
lintas dapat didefinisikan sebagai bagian perlengkapan jalan yang berupa
lambang, huruf, angka, kalimat, atau perpaduan yang berfungsi sebagai
peringatan, larangan, perintah, atau petunjuk bagi pengguna jalan.

Ada tiga jenis informasi yang digunakan oleh pemakai jalan yaitu :

a. Yang bersifat perintah atau larangan yang harus dipatuhi.


b. Peringatan suatu bahaya.
c. Petunjuk berupa arah, identifikasi tempat,fasilitas-fasilitas alat
pengendalian yang efektif.

3.6 Geometri Jalan


Geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititik
beratkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi dasar
dari jalan yaitu memberikan pelayanan yang optimum pada arus lalu lintas dan
sebagai akses kerumah-rumah, jadi geometrik jalan juga bertujuan untuk
menghasilkan infrastruktur yang aman, efisiensi pelayanan arus lalu-lintas dan
memaksimalkan tingkat penggunaan/biaya pelaksanaan, ruang, bentuk, dan
ukuran jalan dikatakan baik, jika dapat memberikan rasa aman dan nyaman
kepada pemakai jalan

3.7 Perilaku Berlalu Lintas

Masalah lalu lintas dapat disebabkan oleh berbagai faktor dan yang
terpenting adalah faktor manusia sebagai pemakai jalan, baik sebagai pengemudi
maupun sebagai pemakai jalan pada umumnya.Sedangkan disiplin dan kesadaran
hukum masyarakat pemakai jalan masih belum dapat dikatakan baik, belum
memiliki kepatuhan, ketaatan untuk mengikuti perundangundangan/ hukum yang
berlaku. Tingkat kesadaran hukum masyarakat pemakai jalan dapat diukur dari
kemampuan dan daya serap tiap individu dan bagaimana penerapannya di jalan
raya. Berfungsinya hukum secara efektif tergantung dari kondisi perundang-
undangan lalu lintas yang berlaku, kemampuan aparat penegak hukum dalam
melakukan penindakan-penindakan, fasilitas-fasilitas lalu lintas yang disediakan
dan kondisi masyarakat pemakai jalan. Apabila hal-hal tersebut dinilai baik, maka
hukum sebagaimana dimaksud dapat berfungsi secara efektif dan efisien, sehingga
lingkup penugasan yang diberikan dapat terjangkau secara memadai.

3.8 Arus lalu lintas

Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997), arus lalu lintasadalah


jumlah kendaraan bermotor yang melewati suatu titik pada jalan per satuan
waktu, dinyatakan dalam kendaraan/jam, smp/jam atau LHRT (Lalu lintas Harian
Rata-rata Tahunan). Arus lalu lintas jalan perkotaan dibagi men jadi 4 jenis yaitu :

1. Kendaraan ringan / Light Vehicle (LV) Meliputi kendaraan bermotor 2 as


beroda empat dengan jarak as 2 m - 3 m (termasuk mobil penumpang,
opelet, mikrobis, pik-up dan truk kecil sesuai sistem klasifikasi Bina
Marga).
2. Kendaraan berat / Heavy Vehicle (HV) Meliputi kendaraan bermotor
dengan jarak as lebih dari 3,5 m biasanya beroda lebih dari empat
(termasuk bis, truk dua as, truk tiga as dan truk kombinasi sesuai sistem
klasifikasi Bina Marga).
3. Sepeda motor / Motor Cycle (MC) Kendaraan bermotor beroda dua atau
tiga (termasuk sepeda motor dan kendaraan beroda tiga sesuai sistem
klasifikasi Bina Marga).
4. Kendaraan tak bermotor / un motorized (UM) Kendaraan beroda yang
mengunakan tenaga manusia atau hewan (termasuk sepeda, becak, kereta
kuda dan kereta dorong sesuai sistem klasifikasi Bina Marga). Pengaruh
kehadiran kendaraan tak bermotor dimasukkan sebagai kejadian terpisah
dalam faktor penyesuaian hambatan samping.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian

Untuk dapat lebih mengarah pada jalannya penelitian dan dapat


menghasilkan penelitian yang cermat dan teliti, maka dibutuhkan adanya bagan
aliran penelitian sebagai pedoman pelaksanaan seperti di bawah ini:

Mulai

Rumusan Masalah

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder


 Kuisiner
 Gambar/
kenyamanan
dokumentasi
pengguna jalan
 Rambu dan marka
 Peta Lokasi
 Situasi dan geometri  Data penduduk
jalan

Pengolahan Data
dan Analisa Data

Penentuan dan penempatan Survey Kondisi Jalan (trase


kenyamanan pengguna Jalan jalan menggunakan alat
(kuisioner) pengukuran)

Pembahasan

Selesai
Gambar 1.Bagan Alir Penelitian

4.2 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian ini dilakukan diruas jalan Kota Pekanbaru di jalan.....dan
pesimpangan .......Yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah penempatan
rambu dan marka jalan terhadap kenyamanan dan keselamatan pengguna jalan
pada daerah tikungan dan persimpangan yang ditinjau dari aspek situasi dan
geometri

4.3 Rancangan Penelitian


Dalam melaksanakan penelitian diperlukan suatu rancangan penelitian
agar dapat membantu dalam menentukan langkah-langkah penelitian. Rancangan
penelitian di harapkan dapat mempelancar dalam mencapai sasaran sesuai dengan
yang di inginkan. Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan teratur, yaitu dengan
tahapan yang sistematis yang berupa:
1. Pengumpulan data dasar penelitian yang dilakukan di lapangan dengan
pengambilan data yang telah ada sebagai pendukung di awal.
2. Data dari lapangan kemudian diolah dalam bentuk perhitungan sistematis
yang saling terkait dan untuk selanjutnya dipakai sebagai dasar analisis.
3. Kajian tersebut dapat dilakukan melalui penganalisaan terhadap data
primer dan sekunder yang diperoleh dari survey ke lapangan.
4. Berdasarkan suatu perumusan yang akan di gunakan yang berasal dari
studi pustaka selanjutnya dilakukan analisis data. Hasil dari analisis data
tersebut akan di pakai sebagai dasar pembuatan kesimpulan sehingga akan
muncul saran-saran.

4.4 Pengumpulan Data


Data yang ditampilkan terdiri dari data primer dan data sekunder.
4.5 Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan ataupun diperoleh langsung


dari lapangan. Tujuan dari pengambilan data primer adalah untuk mencari data
yang sifatnya merupakan data yang memiliki tingkat keakuratan yang tinggi.

4.6 Data Sekunder


Data sekunder merupakan data penunjang yang dikumpulkan melalui studi
kepustakaan yang diambil dari instasi-instasi terkait seperti kementrian pekerjaan
umum, dinas perhubungan, hasil penelitian terdahulu, data dari interner dan lain
sebagainya. Tujuan dari pengumpulan data sekunder ini adalah untuk
mendapatkan data instansi yang selanjutnya akan diolah dan dianalisis.

4.7 Analisa Data


Analisa data merupakan pekerjaan yang terintegrasi setelah data
didapatkan, kemudian dikumpulkan dan dikelompokkan sesuai dengan kebutuhan.
Dalam penelitian ini yang menjadi objek data yang akan dijadikan pembahasan
adalah data kenyamanan pengguna jalan, data kondisi jalan, data fasilitas
keselamatan jalan. Objek-objek data dalam penelitian ini pengamatan yang
dilakukan dengan menganalisis dari kedua arah atau sebaliknya. Adapun variabel
yang dijadikan objek penelitian adalah: kenyamanan pengguna jalan, kecepatan
kendaraan, keselamatan jalan dan variabel fasilitas alat-alat kelengkapan pada
jalan.

Anda mungkin juga menyukai