Anda di halaman 1dari 10

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

STUNTING PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI KELURAHAN


KAMPUNG TENGAH KOTA PEKANBARU TAHUN 2017

Melinda Susanti S*, Juraida Roito Hrp*


*Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau

ABSTRAK

Stunting merupakan salah satu masalah gizi kronis yang ditandai dengan
tinggi badan yang tidak sesuai dengan umur. Dampak kejadian stunting pada masa
yang datang diantaranya adalah pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang
terhambat, memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit kronis yang tidak
menular, serta persalinan dengan sectio caesarea karena dikaitkan dengan ukuran
panggul yang tidak sesuai pada wanita dewasa yang memiliki tubuh pendek.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian stunting pada bayi usia 6-12 Bulan. Jenis penelitian ini adalah
penelitian analitik dengan desain Cross Sectional yang dilaksanakan bulan
September 2016-Juli 2017 di Kelurahan Kampung Tengah Kota Pekanbaru.
Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi berusia 6-12 bulan
periode Maret-Mei 2017 berjumlah 74 orang. Sampel penelitian ini berjumlah 62
orang yang diambil menggunakan teknik Proportionate Stratified Random
Sampling. Analisis data menggunakan uji statistik Chi-square pada derajat
kepercayaan 95% . Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara
tinggi badan ibu (p=0,000), berat badan lahir (p=0,021), panjang badan lahir
(p=0,039), ASI eksklusif (p=0,021) dengan kejadian stunting pada bayi usia 6-12
bulan dan tidak ada hubungan antara usia ibu saat hamil (p=0,273) dan jarak
kehamilan (p=1,000) dengan kejadian stunting pada bayi usia 6-12 bulan.
Disarankan kepada bidan untuk meningkatkan upaya pencegahan kejadian
stunting pada bayi dengan cara deteksi dini di posyandu.

Kata kunci : Stunting, tinggi badan ibu, jarak kehamilan, BBLR,


panjang badan lahir, ASI eksklusif .
Daftar bacaan : 48 (2002-2016)

PENDAHULUAN termasuk perhatian khusus sektor


Salah satu tujuan dalam kesehatan. Istilah stunted (pendek)
agenda pembangunan berkelanjutan atau severely stunted (sangat pendek)
tahun 2030/ Sustainable merupakan suatu masalah gizi kronis
Development Goals (SDGs) adalah yang ditandai oleh pertumbuhan
mengakhiri kelaparan, mencapai tinggi badan atau panjang badan
ketahanan pangan dan meningkatkan yang tidak sesuai dengan umur
gizi yang memiliki 8 target. Menurut berdasarkan ambang batas Z-score
Kemenkes RI (2015) penurunan menurut WHO antara -3 SD sampai
angka stunting pada balita dengan -2 SD (Kepmenkes RI,
merupakan salah satu target 2010).
Internasional tahun 2025 karena

42
Melinda Susanti S, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian 43

Pada tahun 2016 prevalensi hingga 730 hari pertama setelah bayi
stunting di provinsi Riau masih lahir. Intervensi yang diberikan pada
tinggi yaitu 29,7% meskipun ibu adalah perbaikan gizi dan
persentase ini telah mengalami kesehatan ibu sejak hamil, pemberian
penurunan dari sebelumnya yaitu makanan tambahan pada ibu yang
34,1% pada tahun 2013. Persentase mengalami KEK (kekurangan energi
balita sangat pendek di kota kronis), pemberian minimal 90 tablet
Pekanbaru adalah 1,69% dan tambah darah selama kehamilan,
persentase balita pendek adalah melakukan IMD saat dilahirkan,
6,97%. Hasil survey yang dilakukan pemberian ASI eksklusif yang
oleh dinas kesehatan kota Pekanbaru berlanjut hingga usia 2 tahun,
didapatkan bahwa angka kejadian pemberian makanan pendamping
stunting di wilayah kerja Puskesmas ASI sejak usia 6 bulan, pemberian
langsat kecamatan Sukajadi adalah vitamin A, dan imunisasi dasar
21 orang dengan persentase kejadian lengkap. (Kemenkes RI, 2013).
stunting 15% dari jumlah 140 balita Penelitian ini bertujuan untuk
yang ditimbang, dan 11 diantaranya mengetahui faktor-faktor (tinggi
berada pada kelurahan Kampung badan ibu, usia ibu saat hamil, jarak
Tengah wilayah kerja Puskesmas kehamilan, berat badan lahir, panjang
Langsat (Dinas kesehatan kota badan lahir, ASI eksklusif) yang
pekanbaru, 2016). berhubungan dengan kejadian
Dampak kejadian stunting stunting pada bayi usia 6-12 bulan di
dapat terjadi pada usia anak-anak Kelurahan Kampung Tengah Kota
maupun dewasa. Pertumbuhan dan Pekanbaru Tahun 2017.
perkembangan fisik serta mental
anak yang terhambat akan cenderung METODE PENELITIAN
menghambat pertumbuhan dan Jenis penelitian adalah
perkembangan kognitifnya sehingga penelitian analitik dengan desain
keadaan ini berpengaruh pada cross sectional. Penelitian
kurangnya produktivitas dalam dilaksanakan pada bulan September
belajar maupun bekerja pada usia 2016-Juli 2017 di Kelurahan
dewasa. Seseorang yang memiliki Kampung Tengah Kota Pekanbaru.
kemampuan dan produktivitas yang Populasi penelitian adalah ibu yang
rendah sering berada dalam keadaan memiliki bayi usia 6-12 bulan
kemiskinan karena tidak dapat berjumlah 74 bayi dan sampel
menghasilkan penghasilan tambahan diambil menggunakan teknik
yang memungkinkan untuk hidup Proportionate Stratified Random
lebih baik dan mendapatkan gizi Sampling sebanyak 62 orang.
yang baik (Astuti Lamid, 2015). Pengolahan data dilakukan secara
Upaya untuk menurunkan komputerisasi dengan menggunakan
angka kejadian stunting adalah uji statistic chi-square.
dengan dengan suatu program
kebijakan yang disebut dengan
Scaling Up Nutrition (SUN) yang
dikenal di Indonesia dengan sebutan
gerakan 1000 hari kehidupan yang
dimulai sejak bayi dalam kandungan
selama 270 hari dan terus berlanjut
44 Jurnal Proteksi Kesehatan, Volume 6, Nomor 1, April 2017, hlm 42-51

HASIL PENELITIAN Tabel 5. Hubungan Berat Badan Lahir


1. Analisis Univariat dengan kejadian Stunting pada bayi usia
Tabel 1. Distribusi Bayi Berusia 6-12 6-12 bulan di Kelurahan Kampung
Bulan Berdasarkan Kejadian Stunting di Tengah Kota Pekanbaru tahun 2017.
Kelurahan Kampung Tengah Kota Berat Kejadian Stunting P
Jumlah OR
badan Tidak Ya value
Pekanbaru Tahun 2017. lahir n % n % N %
No Kejadian
Frekuensi Persentase (%) Normal 52 92,9 4 7,1 56 100 0,002 2,78
stunting
1. Ya 7 11,3 BBLR 2 33,3 4 66,7 6 100
2. Tidak 55 88,7 Jumlah 54 87,1 8 12,9 62 100
Jumlah 62 100

Tabel 6. Hubungan Panjang Badan


2. Analisis Bivariat Lahir dengan kejadian Stunting pada
Tabel 2. Hubungan Tinggi Badan Ibu
bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan
dengan kejadian Stunting pada bayi usia 6-
Kampung Tengah Kota Pekanbaru
12 bulan di Kelurahan Kampung Tengah
tahun 2017.
Kota Pekanbaru tahun 2017.
Panjang Kejadian Stunting P
Jumlah OR
Kejadian stunting P badan Tidak Ya value
Tinggi
Jumlah OR lahir
Badan Tidak Ya value n % n % N %
Ibu n % n % N % Normal 46 92,0 4 8,0 50 100
Normal 0,039 5,75
(≥ 145 52 94,5 3 5,5 55 100 Tidak
8 66,7 4 33,3 12 100
cm) 0,000 4,33 normal
Pendek Jumlah 54 87,1 8 12,9 62 100
(< 145 2 28,6 5 71,4 7 100
cm)
Jumlah 54 87,1 8 12,9 62 100 Tabel 7. Hubungan ASI Eksklusif dengan
kejadian Stunting pada bayi usia 6-12
Tabel 3. Hubungan Usia Ibu saat Hamil bulan di Kelurahan Kampung Tengah
dengan kejadian Stunting pada bayi usia 6- Kota Pekanbaru tahun 2017.
12 bulan di Kelurahan Kampung Tengah
Kota Pekanbaru tahun 2017. ASI Kejadian Stunting
Jumlah P value OR
Eksklu- Tidak Ya
Usia Kejadian Stunting P sif
Ibu Jumlah OR n % n % N %
Tidak Ya value
saat Ya 23 100 0 0,0 23 100 0,021 1,25
Hamil n % n % N %
Resiko Tidak 31 79,5 8 20,5 39 100
48 88,9 6 11,1 54 100 0,273 2,66
Rendah
Resiko Total 54 87,1 8 12,9 62 100
6 75,0 2 25,0 8 100
Tinggi
Jumlah 54 87,1 8 12,9 62 100

PEMBAHASAN
Tabel 4. Hubungan Jarak Kehamilan
(spacing) dengan kejadian Stunting pada
1. Hubungan Tinggi Badan Ibu
bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan Kampung dengan kejadian Stunting pada
Tengah Kota Pekanbaru tahun 2017. bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan
Kampung Tengah Kota
Jarak Kejadian Stunting
Jumlah
P
OR
Pekanbaru tahun 2017.
Kehamilan value Hasil uji statistik ditemukan
Tidak Ya
(Spacing)
n % n % N % bahwa terdapat hubungan yang
Tidak
47 87,0 7 13,0 54 100 bermakna secara statistik antara tinggi
beresiko 1,000 0,959
badan ibu dengan kejadian stunting (p=
Beresiko 7 87,5 1 12,5 8 100
0,000) dengan OR 4,33. Hal ini berarti
Jumlah 54 87,1 8 12,9 62 100 bahwa bayi yang lahir dari ibu yang
memiliki tinggi badan pendek memiliki
resiko menjadi stunting sebesar 4,3 kali
Melinda Susanti S, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian 45

dibanding bayi yang lahir dari ibu yang Umur seorang ibu saat hamil
memiliki tinggi badan ≥ 145 cm. akan berkaitan dengan alat-alat
Berdasarkan teori diketahui reproduksi wanita. Kehamilan pada
bahwa pertumbuhan anak dipengaruhi usia kurang dari 20 tahun dan diatas
oleh beberapa faktor diantaranya adalah 35 tahun merupakan kehamilan
faktor genetik, lingkungan, dan hormon. beresiko tinggi meskipun semua
Genetik merupakan salah satu faktor kehamilan dianggap beresiko.
yang dapat menentukan intensitas dan Kehamilan usia muda akan
kecepatan dalam pembelahan sel telur, mengakibatkan pertumbuhan dan
tingkat sensitivitas jaringan terhadap perkembangan janin tidak optimal
rangsangan, umur pubertas, dan karena secara biologis ibu belum
berhentinya pertumbuhan tulang (Aziz, optimal mengontrol emosi yang
2009). cenderung labil dan mental yang
Faktor genetik yang berpengaruh belum matang sehingga mudah
pada pertumbuhan tinggi badan bayi mengalami depresi yang
adalah ibu yang memiliki tinggi badan mengakibatkan kurangnya perhatian
yang pendek. Hal ini terjadi karena gen terhadap pemenuhan gizi selama
pembawa kromosom memiliki kondisi kehamilan. Seorang wanita yang
patologis dimana gen tersebut hamil pada usia muda atau kurang
mengalami defisiensi hormon dari 20 tahun akan mengalami
pertumbuhan sehingga menurunkan kompetisi makanan dengan janinnya
secara genetik terhadap anaknya. karena ibu masih mengalami masa
Keadaan gagal tumbuh (stunted) ini akan pertumbuhan sesuai usia sedangkan
terus berlanjut pada generasi berikutnya bayi juga mengalami masa
bila ibu yang memiliki genetik pendek pertumbuhan dalam kandungan. Hal
tidak didukung oleh asupan nutrisi yang ini akan memperburuk pertumbuhan
adekuat (Atmarita, 2015). dan perkembangan janin bila suplai
gizi ibu selama hamil kurang karena
2. Hubungan Tinggi Badan Ibu pada usia dibawah 20 tahun ibu
dengan kejadian Stunting pada hamil masih mengalami masa
bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan pertumbuhan (Sulistyoningsih,
Kampung Tengah Kota 2011).
Pekanbaru tahun 2017.
Berdasarkan hasil uji chi- 3. Hubungan antara jarak
square ditemukan bahwa usia ibu kehamilan (spacing) dengan
hamil resiko rendah mayoritas tidak kejadian Stunting
mengalami kejadian stunting 88,9% Hasil penelitian yang
dan 11,1% lainnya mengalami dilakukan di Kelurahan Kampung
kejadian stunting. sedangkan usia ibu tengah mengenai faktor-faktor yang
resiko tinggi mayoritas tidak berhubungan dengan kejadian
mengalami kejadian stunting 75% stunting menunjukkan bahwa bayi
dan 25% lainnya mengalami kejadian dengan spacing tidak beresiko
stunting. Hasil uji statistik mayoritas tidak mengalami kejadian
menunjukkan bahwa tidak ada stunting (87%) dan 13% bayi lainnya
hubungan antara usia ibu saat hamil mengalami kejadian stunting.
dengan kejadian stunting pada bayi Sedangkan bayi yang memiliki
usia 6-12 bulan (p=0,273). spacing beresiko mayoritas tidak
mengalami kejadian stunting (87,5%)
46 Jurnal Proteksi Kesehatan, Volume 6, Nomor 1, April 2017, hlm 42-51

dan 12,5% lainnya mengalami yaitu sebelum usia anak mencapai 2


kejadian stunting. Hasil uji statistik tahun dan keadaan gagal tumbuh ini
menunjukkan bahwa tidak ada terus berlanjut pada kemudian hari.
hubungan yang bermakna antara Seorang anak perempuan
jarak kehamilan (spacing) dengan yang mengalami kegagalan
kejadian stunting (p=1,000). pertumbuhan akan menjadi seseorang
Jarak kehamilan (spacing) yang pendek (stunted) dan ketika
yang ideal adalah lebih dari 2 tahun, dewasa akan menjadi ibu hamil
selama 2 tahun tubuh bekerja untuk pendek yang cenderung melahirkan
memperbaiki organ-organ reproduksi bayi BBLR dan anak yang dilahirkan
untuk mempersiapakan tubuh hamil lebih beresiko menjadi anak stunting
kembali. Wanita dengan jarak pula. Hal seperti ini merupakan
kehamilan kurang dari 2 tahun akan intergenerasi terhadap pertumbuhan
mengalami hambatan dalam linear dimana anak stunting akan
pertumbuhan dan perkembangan berkembang menjadi wanita dewasa
janin selama masa kehamilan karena pendek dan melahirkan anak yang
sistem reproduksinya yang terganggu pendek pula, keadaan seperti ini akan
dan belum kembali sempurna terus berulang jika selama hamil
sehingga Rahim kurang siap untuk asupan nutrisi ibu kurang bergizi dan
terjadinya implantasi bagi embrio. sebaiknya diimbangi dengan
Kondisi ibu yang lemah dapat melakukan ANC yang berkualitas
berdampak pada kesehatan janin dan selama kehamilan (Astuti Lamid,
berat badan lahirnya (Yolan, 2007). 2015).

4. Hubungan berat badan lahir 5. Hubungan antara panjang


dengan kejadian Stunting pada badan lahir dengan kejadian
bayi usia 6-12 bulan di Stunting
Kelurahan Kampung Tengah Hasil uji statistik
Kota Pekanbaru tahun 2017. memperlihatkan bahwa terdapat
Berat lahir merupakan salah hubungan yang bermakna secara
satu indikator pengukuran untuk statistik antara panjang badan lahir
status gizi bayi dan balita dan bayi dengan kejadian stunting (p=
umumnya sangat berkaitan dengan 0,039) dan nilai OR = 5,750. Oleh
pertumbuhan dan perkembanagan. karena itu, bayi dengan panjang
Sehingga, dampak lanjutan dari bayi badan lahir tidak normal memiliki
yang lahir dengan BBLR dapat resiko menjadi stunting sebesar 5,8
berupa gagal tumbuh (Growth kali dibandingkan dengan bayi yang
Faltering). Gagal tumbuh dapat lahir dengan panjang badan normal.
terjadi sejak masa kehamilan, Hasil penelitian ini sejalan
seorang bayi yang lahir dengan dengan literatur yang menjelaskan
BBLR akan sulit dalam mengejar bahwa panjang badan lahir
ketertinggalan pertumbuhan awal berhubungan dengan kejadian
dari anak yang normal sehingga akan stunting. Panjang badan berdasarkan
menyebabkan anak tersebut stunting umur pada bayi 3-6 bulan merupakan
(Unicef, 2010). Kegagalan cerminan dari gagalnya pertumbuhan
pertumbuhan yang mengakibatkan yang berkelanjutan (stunting). WHO
terjadinya stunting pada umumnya (1995) dalam Gibson 2005
terjadi dalam periode yang singkat menerangkan bahwa pengukuran
Melinda Susanti S, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian 47

panjang badan pada usia tiga bulan ASI secara eksklusif dan mengalami
juga dapat dijadikan sebagai alat kejadian stunting sebesar 20,5%.
untuk menskrining risiko stunting Hasil uji chi-square pada derajat
selama tiga tahun kedepan. pada kepercayaan 95% menunjukkan
enam bulan pertama kehidupan bahwa terdapat hubungan antara
panjang badan bayi dapat dinilai pemberian ASI secara eksklusif
setiap satu bulan, sedangkan pada dengan kejadian stunting (p= 0,021)
usia 6-12 bulan, panjang badan dapat dan nilai OR sebesar 1,258. Hal ini
dinilai setiap 2 bulan sekali. Defisit berarti bayi yang tidak diberikan ASI
panjang badan merupakan hasil secara Eksklusif memiliki resiko
dalam waktu yang lama, jadi menjadi stunting sebesar 1,3 kali
penilaian status gizi berdasarkan dibandingkan dengan bayi yang
panjang badan menurut umur dapat diberikan ASI secara Eksklusif sejak
mencerminkan terjadinya malnutrisi lahir.
pada bayi dalam beberapa keadaan Pada hasil penelitian bayi
(Gibson, 2005). yang tidak mendapatkan ASI
Bayi dengan panjang badan Eksklusif akan beresiko 1,25 kali
lahir pendek memiliki peluang untuk mengalami stunting. Hal ini dapat
tumbuh pendek dibandingkan dengan terjadi karena ASI eksklusif
anak yang lahir dengan panjang merupakan suatu nutrisi yang
badan normal karena adanya gagal dibutuhkan bayi dan memiliki fungsi
tumbuh yang telah terjadi sejak masa sebagai antiinfeksi. Bayi yang
kehamilan. Akibat gagal tumbuh diberikan susu formula cenderung
tersebut, dapat menyebabkan lebih mudah terkena penyakit infeksi
penurunan proporsi pada seperti diare dan pernafasan.
pertumbuhan skeletal (kerangka) Pemberian ASI yang dicampur
tubuh. Keadaan gagal tumbuh yang dengan susu formula dapat
terjadi sejak masa kehamilan dapat memenuhi kebutuhan zat gizi bayi,
disebabkan oleh suplai gizi yang namun susu formula tidak memiliki
kurang dari plasenta untuk janin. zat antibodi sebaik kandungan
Faktor asupan nutrisi dan penyakit antibodi pada ASI sehingga bayi
memang mempengaruhi lebih sering terkena penyakit. Hal ini
pertumbuhan anak, bila anak yang dapat menyebabkan growth faltering
stunting diberikan asupan nutrisi atau mengalami defisiensi zat gizi
yang memadai dan jarang terserang karena bayi yang terkena infeksi
penyakit, maka anak akan mampu biasanya akan mengalami kenaikan
mencapai catch-up grow yang suhu tubuh sehingga kebutuhan zat
maksimal (Astuti Lamid, 2015). gizi juga meningkat (Pudjiaji, 2005).
Setelah usia 6 bulan bayi
6. Hubungan antara Riwayat ASI diberikan ASI dan Makanan
Eksklusif dengan kejadian Pendamping ASI (MP-ASI) karena
Stunting dengan ASI saja (jumlah dan
Berdasarkan data yang komposisi ASI mulai berkurang)
ditemukan diketahui bahwa bayi usia tidak mampu mencukupi kebutuhan
6-12 bulan yang diberikan ASI anak. Namun, ASI tidak harus
secara eksklusif 100% tidak digantikan oleh makanan utama.
mengalami kejadian stunting. Pemberian MP-ASI yang terlalu dini
Sedangkan bayi yang tidak diberikan juga berhubungan dengan kejadian
48 Jurnal Proteksi Kesehatan, Volume 6, Nomor 1, April 2017, hlm 42-51

stunting pada anak karena pemberian DAFTAR PUSTAKA


MP-ASI yang terlalu dini sering Aditianti. 2010. Faktor
menyebabkan diare pada bayi dan Determinan Stunting pada
infeksi saluran cerna. Secara Anak Usia 24-59 Bulan di
patofisiologi penyakit diare dan Indonesia.Tesis. Bogor:
infeksi saluran cerna terjadi karena Sekolah Pascasarjana, Institut
peningkatan kehilangan cairan atau Pertanian Bogor.
zat gizi, mual dan muntah yang terus
menerus dan kurangnya nafsu makan Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar
setelah sakit sehingga terjadi Ilmu Gizi. Jakarta: PT.
kekurangan jumlah makanan dan Gramedia Pustaka Utama
minuman yang masuk kedalam
tubuhnya dan dapat mengakibatkan Anugraheni HS & Kartasurya MI.
kekurangan gizi (Arif N., 2009). 2012. Faktor Risiko Kejadian
Stunting Pada Anak Usia 12-
KESIMPULAN 36 Bulan Di Kecamatan Pati,
1. Kejadian stunting pada bayi usia Kabupaten Pati. Program
6-12 bulan ditemukan sebesar Studi Ilmu Gizi Fakultas
12,9%. Kedokteran Universitas
2. Terdapat hubungan antara tinggi Diponegoro. Journal of
badan ibu (p=0,000), berat badan Nutrition College, Volume 1,
lahir (p=0,002), panjang badan Nomor 1, Tahun 2012.
lahir (p=0,039), dan ASI
eksklusif (p=0,021) dengan Arif N. 2009. ASI dan Tumbuh
kejadian stunting pada bayi usia Kembang Bayi. Yogyakarta:
6-12 bulan. MedPress
3. Tidak terdapat hubungan antara
usia ibu saat hamil (p=0,273) dan Astuti Lamid. 2015. Masalah
jarak kehamilan (spacing) Kependekan (Stunting) pada
(p=1,000) dengan kejadian Anak Balita: Analisis
stunting pada bayi usia 6-12 Prospek Penanggulangannya
bulan. di Indonesia. Bogor:
Percetakan IPB.
SARAN
Diharapkan kepada bidan Atmarita. 2015. Pendek (Stunting) di
agar meningkatkan upaya Indonesia, Masalah dan
pencegahan stunting pada bayi Solusinya. Jakarta: Lembaga
dengan cara promosi kesehatan Penelitian dan Pengembangan
nutrisi ibu selama hamil, promosi Kesehatan
kesehatan nutrisi bayi setelah lahir
dengan pemberian ASI eksklusif dan Aulia. 2011. Hubungan Jarak
melakukan pengukuran tinggi badan Kehamilan dengan Kejadian
di posyandu untuk mendeteksi Bayi Berat Lahir Rendah di
kejadian stunting. RSUD Panembahan Senopati
Bantul Tahun 2011.

Aziz Alimul Hidayat. 2009.


Pengantar Ilmu Keperawatan
Melinda Susanti S, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian 49

Anak 1. Jakarta: Salemba Endang L. Achadi. 2014. Masalah


Medika Gizi di Indonesia dan
Posisinya secara Global
_________________. 2007. Metode (Global Nutrition Report).
Penelitian Kebidanan Dan Jakarta: FKM UI.
Tehnik Analisis Data.
Surabaya: Salemba. Faizatul Ummah. 2015. Kontribusi
Faktor Risiko I Terhadap
Balitbangkes. 2013. Riset Kesehatan Komplikasi Kehamilan di
Dasar 2013. Jakarta: Rumah Sakit Muhammadiyah
Kemenkes RI. Surabaya.

Branca F, Ferrari M. 2002. Impact of Faradilla, dkk. 2015. Hubungan


Micronutrient Deficiencies on Usia, Jarak kehamilan dan
Growth: The Stunting Kadar Hemoglobin Ibu
Syndrome. Italy: National Hamil dengan Kejadian
Institute for Food Nutrition Berat Bayi Lahir Rendah di
Research. RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau.
Candra A. 2010. Hubungan
Underlying Factors Dengan Friska Meilyasari. 2014. Faktor
11 Kejadia n Stunting Pada Risiko Kejadian Stunting pda
Anak Usia 1 – 2 Tahun. Balita Usia 12 bulan di Desa
ejournal.undip.ac.id. Purwokerto Kecamatan
Patebon, Kabupaten Kendal.
Dedi Zaenal Arifin. 2012. Analisis Semarang: Universitas
Sebaran dan Faktor Risiko Diponegoro.
Stunting pada Balita di
Kabupaten Purwakarta. Gibson RS. 2005. Principles of
Bandung: Universitas Nutritional Assessment.
Padjajaran Oxford. Second Edition.

Dian Kusuma Astuti. 2016. Imtihanatun Najahah, dkk. 2013.


Hubungan Karakteristik Ibu Faktor Risiko Balita Stunting
dan Pola Asuh dengan Usia 12-36 bulan di
Kejadian Balita Stunted di Puskesmas Dasan Agung,
Desa Hargorejo Kulon Progo Mataram, provinsi Nusa
DIY. Surakarta: Universitas Tenggara Barat.
Muhamadiyah Surakarta
Irwansyah. 2016. Hubungan
Dinas kesehatan Kota Pekanbaru. Kehamilan Usia Remaja
2016. Laporan Pemantauan dengan Kejadian Stunting
di Kota Pekanbaru Tahun Anak Usia 6-23 Bulan di
2016. Lombok Barat Provinsi Nusa
Tenggara Barat.
Donna L. Wong, et al. 2009. Buku
Ajar Keperawatan Pediatrik
Volume 1. Jakarta: EGC.
50 Jurnal Proteksi Kesehatan, Volume 6, Nomor 1, April 2017, hlm 42-51

Kemenkes RI. 2013. Faight Against Balita usia 24-36 Bulan di


Stunting. Yogyakarta: Gizinet Kecamatan Semarang Timur.
Info Nasional Jawa. Semarang: Program Studi
Ilmu Gizi Fakultas
____________. 2015. Kesehatan Kedokteran Universitas
dalam Kerangka Sustainable Diponegoro.
Development Goals (SDGs).
Jakarta: Dirjen BGKIA. Nursalam, Rekawati Susilaningrum.
2008. Asuhan Keperawatan
Kepmenkes RI. 2010. Standar Bayi dan Anak (untuk
Antropometri Penilaian Perawat dan Bidan). Jakarta:
Status Gizi Anak. Jakarta: Salemba Medika.
Direktorat Bina Gizi dan
KIA. Nursalam. 2011. Konsep dan
Penerapan Metodologi
Khoirun Ni’mah, dkk. 2015. Faktor Penelitian Ilmu Keperawatan
yang Berhubungan dengan Edisi 2. Jakarta: Salemba
Kejadian Stunting pada Medika.
Balita. Surabaya: FKM
Universitas Airlangga Nurul Fajrina. 2016. Hubungan
Faktor Ibu dengan kejadian
Kosim, M. sholeh, dkk.2012. Buku Stunting pada Balita di
Ajar Neonatologi. Jakarta: Puskesmas Piyungan
Ikatan Dokter Anak Kabupaten Bantul.
Indonesia. Yoyakarta: Universitas
Aisyiyah
Leni Sri Rahayu. 2011. Pengaruh
BBLR (berat badan lahir Onetusfifsi putra. 2015. Pengaruh
rendah) dan Pemberian ASI BBLR terhadap Kejadian
Eksklusif terhadap Stunting pada anak usia 12-
Perubahan Status Stunting 60 bulan di wilayah kerja
pada Balita di Kota dan puskesmas Pauh pada tahun
Kabupaten Tangerang 2015. Padang: Universitas
Provinsi Banten. Andalas

Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan Potter dan Perry. 2012. Buku Ajar
Penyakit Kandungan dan Fundamental Keperawatan:
Keluarga Berencana untuk Konsep, Proses, dan Praktik
Pendidikan Bidan. Jakarta: Edisi 4 Volume 2. Jakarta:
EGC. EGC

Mochtar, Rustam. 2007. Sinopsis Pudjiadi, dkk. (2010). Pedoman


Obstetri, Jilid 2. Jakarta: Pelayanan Medis Ikatan
Penerbit Buku Kedokteran Dokter Anak Indonesia.
EGC Jakarta: IDAI.

Nasikhah, R. 2012. Faktor Risiko Rahmayani Isma. 2015. Hubungan


Kejadian Stunting pada tinggi badan orang tua dan
Melinda Susanti S, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian 51

riwayat pemberian ASI Ikatan Dokter Anak


Eksklusif terhadap kejadian Indonesia.
stunting pada balita usia 6-59
di kecamatan kuta baro, Unicef. 2010. The State of the
kabupaten aceh besar. Aceh: world’s children. New York,
Universitas Syiah Kuala USA: United Nation
Children’s Fund (UNICEF).
Rulina Suradi. 2010. Ilmu Kebidanan
Sarwono Prawirohardjo. WHO. 2005. Child growth standard.
Jakarta: P.T. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. _____. 2013. Childhood stunting:
context, causes and
Sugiyono. 2010. Statistika untuk consequences. WHO
Penelitian. Bandung: conceptual framework.
Alfabeta.
Yolan. 2007. Perencanaan
Suiraoka, Kusumajaya, Larasati N. Kehamilan. Jakarta: Salemba
2011. Perbedaan Konsumsi Medika
Energi, Protein, Vitamin A
dan Frekuensi Sakit Karena Yupi Supartini. 2004. Konsep Dasar
Infeksi pada Anak Balita Keperawatan Anak. Jakarta:
Status Gizi Pendek (Stunted) EGC.
dan Normal di Wilayah Kerja
Puskesmas Karangasem. Zildan Oktarina, 2010. Hubungan
Jurnal Ilmu Gizi Berat Lahir dan Faktor-
faktor lain dengan Kejadian
Sujono Riyadi & Sukarmin. 2013. Stunting pada Balita Usia 24-
Asuhan Keperawatan pada 59 bulan di Provinsi Aceh,
Anak. Yogyakarta: Graha Sumatera Utara Selatan, dan
Ilmu. Lampung. Depok: FKM UI.

Sulistyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi


Untuk Kesehatan Ibu dan
Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu

Supariasa, I. D. Y. 2002. Penilaian


Status Gizi. Jakarta: EGC

Susilaningrum, Rekawati dkk. 2013.


Asuhan Keperawatan Bayi
dan Anak untuk Perawat dan
Bidan. Jakarta: Salemba
Medika.

Sylviati M. Damanik. 2012. Buku


Ajar Neonatologi. Jakarta:

Anda mungkin juga menyukai