66-Article Text-121-2-10-20181023
66-Article Text-121-2-10-20181023
ABSTRAK
Stunting merupakan salah satu masalah gizi kronis yang ditandai dengan
tinggi badan yang tidak sesuai dengan umur. Dampak kejadian stunting pada masa
yang datang diantaranya adalah pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang
terhambat, memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit kronis yang tidak
menular, serta persalinan dengan sectio caesarea karena dikaitkan dengan ukuran
panggul yang tidak sesuai pada wanita dewasa yang memiliki tubuh pendek.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian stunting pada bayi usia 6-12 Bulan. Jenis penelitian ini adalah
penelitian analitik dengan desain Cross Sectional yang dilaksanakan bulan
September 2016-Juli 2017 di Kelurahan Kampung Tengah Kota Pekanbaru.
Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi berusia 6-12 bulan
periode Maret-Mei 2017 berjumlah 74 orang. Sampel penelitian ini berjumlah 62
orang yang diambil menggunakan teknik Proportionate Stratified Random
Sampling. Analisis data menggunakan uji statistik Chi-square pada derajat
kepercayaan 95% . Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara
tinggi badan ibu (p=0,000), berat badan lahir (p=0,021), panjang badan lahir
(p=0,039), ASI eksklusif (p=0,021) dengan kejadian stunting pada bayi usia 6-12
bulan dan tidak ada hubungan antara usia ibu saat hamil (p=0,273) dan jarak
kehamilan (p=1,000) dengan kejadian stunting pada bayi usia 6-12 bulan.
Disarankan kepada bidan untuk meningkatkan upaya pencegahan kejadian
stunting pada bayi dengan cara deteksi dini di posyandu.
42
Melinda Susanti S, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian 43
Pada tahun 2016 prevalensi hingga 730 hari pertama setelah bayi
stunting di provinsi Riau masih lahir. Intervensi yang diberikan pada
tinggi yaitu 29,7% meskipun ibu adalah perbaikan gizi dan
persentase ini telah mengalami kesehatan ibu sejak hamil, pemberian
penurunan dari sebelumnya yaitu makanan tambahan pada ibu yang
34,1% pada tahun 2013. Persentase mengalami KEK (kekurangan energi
balita sangat pendek di kota kronis), pemberian minimal 90 tablet
Pekanbaru adalah 1,69% dan tambah darah selama kehamilan,
persentase balita pendek adalah melakukan IMD saat dilahirkan,
6,97%. Hasil survey yang dilakukan pemberian ASI eksklusif yang
oleh dinas kesehatan kota Pekanbaru berlanjut hingga usia 2 tahun,
didapatkan bahwa angka kejadian pemberian makanan pendamping
stunting di wilayah kerja Puskesmas ASI sejak usia 6 bulan, pemberian
langsat kecamatan Sukajadi adalah vitamin A, dan imunisasi dasar
21 orang dengan persentase kejadian lengkap. (Kemenkes RI, 2013).
stunting 15% dari jumlah 140 balita Penelitian ini bertujuan untuk
yang ditimbang, dan 11 diantaranya mengetahui faktor-faktor (tinggi
berada pada kelurahan Kampung badan ibu, usia ibu saat hamil, jarak
Tengah wilayah kerja Puskesmas kehamilan, berat badan lahir, panjang
Langsat (Dinas kesehatan kota badan lahir, ASI eksklusif) yang
pekanbaru, 2016). berhubungan dengan kejadian
Dampak kejadian stunting stunting pada bayi usia 6-12 bulan di
dapat terjadi pada usia anak-anak Kelurahan Kampung Tengah Kota
maupun dewasa. Pertumbuhan dan Pekanbaru Tahun 2017.
perkembangan fisik serta mental
anak yang terhambat akan cenderung METODE PENELITIAN
menghambat pertumbuhan dan Jenis penelitian adalah
perkembangan kognitifnya sehingga penelitian analitik dengan desain
keadaan ini berpengaruh pada cross sectional. Penelitian
kurangnya produktivitas dalam dilaksanakan pada bulan September
belajar maupun bekerja pada usia 2016-Juli 2017 di Kelurahan
dewasa. Seseorang yang memiliki Kampung Tengah Kota Pekanbaru.
kemampuan dan produktivitas yang Populasi penelitian adalah ibu yang
rendah sering berada dalam keadaan memiliki bayi usia 6-12 bulan
kemiskinan karena tidak dapat berjumlah 74 bayi dan sampel
menghasilkan penghasilan tambahan diambil menggunakan teknik
yang memungkinkan untuk hidup Proportionate Stratified Random
lebih baik dan mendapatkan gizi Sampling sebanyak 62 orang.
yang baik (Astuti Lamid, 2015). Pengolahan data dilakukan secara
Upaya untuk menurunkan komputerisasi dengan menggunakan
angka kejadian stunting adalah uji statistic chi-square.
dengan dengan suatu program
kebijakan yang disebut dengan
Scaling Up Nutrition (SUN) yang
dikenal di Indonesia dengan sebutan
gerakan 1000 hari kehidupan yang
dimulai sejak bayi dalam kandungan
selama 270 hari dan terus berlanjut
44 Jurnal Proteksi Kesehatan, Volume 6, Nomor 1, April 2017, hlm 42-51
PEMBAHASAN
Tabel 4. Hubungan Jarak Kehamilan
(spacing) dengan kejadian Stunting pada
1. Hubungan Tinggi Badan Ibu
bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan Kampung dengan kejadian Stunting pada
Tengah Kota Pekanbaru tahun 2017. bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan
Kampung Tengah Kota
Jarak Kejadian Stunting
Jumlah
P
OR
Pekanbaru tahun 2017.
Kehamilan value Hasil uji statistik ditemukan
Tidak Ya
(Spacing)
n % n % N % bahwa terdapat hubungan yang
Tidak
47 87,0 7 13,0 54 100 bermakna secara statistik antara tinggi
beresiko 1,000 0,959
badan ibu dengan kejadian stunting (p=
Beresiko 7 87,5 1 12,5 8 100
0,000) dengan OR 4,33. Hal ini berarti
Jumlah 54 87,1 8 12,9 62 100 bahwa bayi yang lahir dari ibu yang
memiliki tinggi badan pendek memiliki
resiko menjadi stunting sebesar 4,3 kali
Melinda Susanti S, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian 45
dibanding bayi yang lahir dari ibu yang Umur seorang ibu saat hamil
memiliki tinggi badan ≥ 145 cm. akan berkaitan dengan alat-alat
Berdasarkan teori diketahui reproduksi wanita. Kehamilan pada
bahwa pertumbuhan anak dipengaruhi usia kurang dari 20 tahun dan diatas
oleh beberapa faktor diantaranya adalah 35 tahun merupakan kehamilan
faktor genetik, lingkungan, dan hormon. beresiko tinggi meskipun semua
Genetik merupakan salah satu faktor kehamilan dianggap beresiko.
yang dapat menentukan intensitas dan Kehamilan usia muda akan
kecepatan dalam pembelahan sel telur, mengakibatkan pertumbuhan dan
tingkat sensitivitas jaringan terhadap perkembangan janin tidak optimal
rangsangan, umur pubertas, dan karena secara biologis ibu belum
berhentinya pertumbuhan tulang (Aziz, optimal mengontrol emosi yang
2009). cenderung labil dan mental yang
Faktor genetik yang berpengaruh belum matang sehingga mudah
pada pertumbuhan tinggi badan bayi mengalami depresi yang
adalah ibu yang memiliki tinggi badan mengakibatkan kurangnya perhatian
yang pendek. Hal ini terjadi karena gen terhadap pemenuhan gizi selama
pembawa kromosom memiliki kondisi kehamilan. Seorang wanita yang
patologis dimana gen tersebut hamil pada usia muda atau kurang
mengalami defisiensi hormon dari 20 tahun akan mengalami
pertumbuhan sehingga menurunkan kompetisi makanan dengan janinnya
secara genetik terhadap anaknya. karena ibu masih mengalami masa
Keadaan gagal tumbuh (stunted) ini akan pertumbuhan sesuai usia sedangkan
terus berlanjut pada generasi berikutnya bayi juga mengalami masa
bila ibu yang memiliki genetik pendek pertumbuhan dalam kandungan. Hal
tidak didukung oleh asupan nutrisi yang ini akan memperburuk pertumbuhan
adekuat (Atmarita, 2015). dan perkembangan janin bila suplai
gizi ibu selama hamil kurang karena
2. Hubungan Tinggi Badan Ibu pada usia dibawah 20 tahun ibu
dengan kejadian Stunting pada hamil masih mengalami masa
bayi usia 6-12 bulan di Kelurahan pertumbuhan (Sulistyoningsih,
Kampung Tengah Kota 2011).
Pekanbaru tahun 2017.
Berdasarkan hasil uji chi- 3. Hubungan antara jarak
square ditemukan bahwa usia ibu kehamilan (spacing) dengan
hamil resiko rendah mayoritas tidak kejadian Stunting
mengalami kejadian stunting 88,9% Hasil penelitian yang
dan 11,1% lainnya mengalami dilakukan di Kelurahan Kampung
kejadian stunting. sedangkan usia ibu tengah mengenai faktor-faktor yang
resiko tinggi mayoritas tidak berhubungan dengan kejadian
mengalami kejadian stunting 75% stunting menunjukkan bahwa bayi
dan 25% lainnya mengalami kejadian dengan spacing tidak beresiko
stunting. Hasil uji statistik mayoritas tidak mengalami kejadian
menunjukkan bahwa tidak ada stunting (87%) dan 13% bayi lainnya
hubungan antara usia ibu saat hamil mengalami kejadian stunting.
dengan kejadian stunting pada bayi Sedangkan bayi yang memiliki
usia 6-12 bulan (p=0,273). spacing beresiko mayoritas tidak
mengalami kejadian stunting (87,5%)
46 Jurnal Proteksi Kesehatan, Volume 6, Nomor 1, April 2017, hlm 42-51
panjang badan pada usia tiga bulan ASI secara eksklusif dan mengalami
juga dapat dijadikan sebagai alat kejadian stunting sebesar 20,5%.
untuk menskrining risiko stunting Hasil uji chi-square pada derajat
selama tiga tahun kedepan. pada kepercayaan 95% menunjukkan
enam bulan pertama kehidupan bahwa terdapat hubungan antara
panjang badan bayi dapat dinilai pemberian ASI secara eksklusif
setiap satu bulan, sedangkan pada dengan kejadian stunting (p= 0,021)
usia 6-12 bulan, panjang badan dapat dan nilai OR sebesar 1,258. Hal ini
dinilai setiap 2 bulan sekali. Defisit berarti bayi yang tidak diberikan ASI
panjang badan merupakan hasil secara Eksklusif memiliki resiko
dalam waktu yang lama, jadi menjadi stunting sebesar 1,3 kali
penilaian status gizi berdasarkan dibandingkan dengan bayi yang
panjang badan menurut umur dapat diberikan ASI secara Eksklusif sejak
mencerminkan terjadinya malnutrisi lahir.
pada bayi dalam beberapa keadaan Pada hasil penelitian bayi
(Gibson, 2005). yang tidak mendapatkan ASI
Bayi dengan panjang badan Eksklusif akan beresiko 1,25 kali
lahir pendek memiliki peluang untuk mengalami stunting. Hal ini dapat
tumbuh pendek dibandingkan dengan terjadi karena ASI eksklusif
anak yang lahir dengan panjang merupakan suatu nutrisi yang
badan normal karena adanya gagal dibutuhkan bayi dan memiliki fungsi
tumbuh yang telah terjadi sejak masa sebagai antiinfeksi. Bayi yang
kehamilan. Akibat gagal tumbuh diberikan susu formula cenderung
tersebut, dapat menyebabkan lebih mudah terkena penyakit infeksi
penurunan proporsi pada seperti diare dan pernafasan.
pertumbuhan skeletal (kerangka) Pemberian ASI yang dicampur
tubuh. Keadaan gagal tumbuh yang dengan susu formula dapat
terjadi sejak masa kehamilan dapat memenuhi kebutuhan zat gizi bayi,
disebabkan oleh suplai gizi yang namun susu formula tidak memiliki
kurang dari plasenta untuk janin. zat antibodi sebaik kandungan
Faktor asupan nutrisi dan penyakit antibodi pada ASI sehingga bayi
memang mempengaruhi lebih sering terkena penyakit. Hal ini
pertumbuhan anak, bila anak yang dapat menyebabkan growth faltering
stunting diberikan asupan nutrisi atau mengalami defisiensi zat gizi
yang memadai dan jarang terserang karena bayi yang terkena infeksi
penyakit, maka anak akan mampu biasanya akan mengalami kenaikan
mencapai catch-up grow yang suhu tubuh sehingga kebutuhan zat
maksimal (Astuti Lamid, 2015). gizi juga meningkat (Pudjiaji, 2005).
Setelah usia 6 bulan bayi
6. Hubungan antara Riwayat ASI diberikan ASI dan Makanan
Eksklusif dengan kejadian Pendamping ASI (MP-ASI) karena
Stunting dengan ASI saja (jumlah dan
Berdasarkan data yang komposisi ASI mulai berkurang)
ditemukan diketahui bahwa bayi usia tidak mampu mencukupi kebutuhan
6-12 bulan yang diberikan ASI anak. Namun, ASI tidak harus
secara eksklusif 100% tidak digantikan oleh makanan utama.
mengalami kejadian stunting. Pemberian MP-ASI yang terlalu dini
Sedangkan bayi yang tidak diberikan juga berhubungan dengan kejadian
48 Jurnal Proteksi Kesehatan, Volume 6, Nomor 1, April 2017, hlm 42-51
Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan Potter dan Perry. 2012. Buku Ajar
Penyakit Kandungan dan Fundamental Keperawatan:
Keluarga Berencana untuk Konsep, Proses, dan Praktik
Pendidikan Bidan. Jakarta: Edisi 4 Volume 2. Jakarta:
EGC. EGC