4.2.1 Pengaruh Suhu Heat Moisture Treatment dan penambahan Tepung Porang terhadap
Nilai Swelling Power
Swelling power adalah kemampuan pati untuk mengembang jika dipanaskan pada
suhu dan waktu tertentu (Balagopalan et al., 1988 dalam Baah, 2009). Semakin besar nilai
swelling power maka kemampuan pengembangan dan volume semakin besar. Nilai swelling
power. Penentuan kondisi yang optimal didasarkan pada nilai swelling power yang paling
mendekati karakteristk tepung terigu.
10
9
8
7
6
Swelling 0% porang
5
Power 5% porang
4
10% porang
3 15% porang
2 20% porang
1
0
0 80 90 100 110 120
Suhu HMT
9
8
7
6
Swelling 5 Suhu 0 oC
Power 4 Suhu 80 oC
Suhu 90 oC
3 Suhu 100 oC
Suhu 110 oC
2 Suhu 120 oC
1
0
0 5% 10% 15% 20%
Penambahan Porang
10
9
8
7
6
Solubility 5 0% porang
4 5% porang
10% porang
3
15% porang
2
20% porang
1
0
0 80 90 100 110 120
Suhu HMT
Gambar 4.3 Pengaruh Suhu Heat Moisture Treatment terhadap Nilai Solubility
Semakin tinggi suhu, semakin banyak amilosa yang keluar dari granula
pati menyebabkan semakin tinggi nilai kelarutam atau solubility tepung modifikasi.
Granula pati dapat mengembang ketika dipanaskan bersama air, ikatan hidrogen
yang menstabilkan struktur double heliks dalam kristal terputus sehingga ikatan
hidrogen tergantikan oleh air (Herawati, 2009). Pengembangan granula
mengakibatkan granula pecah dan keluarnya molekul pati terutama amilosa.
Semakin banyak amilosa yang kelaur maka semakin besar solubility. Oleh karena
itu, pati dengan kandungan amilosa tinggi, pada umunya memiliki solubility yang
tinggi pula.
10
9
8
7 Suhu 0 oC
6 Suhu 80 oC
Solubility 5 Suhu 90 oC
4 Suhu 100 oC
3 Suhu 110 oC
2 Suhu 120 oC
1
0
Gambar 4.40 Pengaruh5%
Penambahan Tepung 15%
Porang terhadap nilai Solubility
10% 20%
Penambahan Porang
Menurut grafik yang didapatkan nilai solubility mengalami peningkatan seiring
dengan peningkatan komposisi tepung porang. Nilai daya serap air yang semakin besar
menunjukan bahwa bubursemakin semakin mudah larut dalam air sehingga memudahkan
pada saat proses penyeduhan. emakin tinggi tepung porang yang ditambahkan, maka
akan semakin banyak pula air yang akan diserap. Sesuai dengan pernyataan Wojtowicz
(2007) bahwa penambahan berbagai jenis emulsifier, stabilizer dan thickener akan
meningkatkan volume pengembangan dari suatu produk pasta. Tepung porang
merupakan salah satu jenis thickening agent yang memiliki kemampuan mengikat air
yang sangat kuat (Charoenrein et al. 2011). Wen et al. (2008) juga menyebutkan bahwa
glukomanan dalam air mampu mengembang hingga 200 x berat awal. Glukomannan
sendiri dilaporkan mempunyai kemampuan menyerap air yang tinggi yaitu hingga 100 g
air per g glukomannan (Tatirat & Charoenrein, 2011).
4.3 Pengaruh HMT dan Penambahan Porang terhadap Volume Pengembangan Roti
Analisa volume pengembangan roti dilakukan pada variabel terbaik uji swelling
power dan solubility, serta pada masing-masing perlakuan untuk melihat pengaruh yang
diberikan berdampak nyata atau tidak. Hasil percobaan pengaruh HMT dan penambahan
porang terhadap volume pengembangan roti dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.2 Pengaruh perlakuan HMT dan penambahan porang terhadap volume
pengembangan roti
Volume
Pengem Persen Volume Persen
Variabel bangan Pengembangan Pengembangan Pengemban
Adonan Adonan (%) Roti (ml) gan Roti(%)
(ml)
Tepung Terigu 140 46.67 470 156.67
Tepung Beras
Penambahan 50 16.67 330 110
Porang 10%
Tepung Beras
80 26.67 370 123.33
HMT 100
Tepung Beras
HMT 100,
90 30 370 123.33
Penambahan
Porang 10%
Berdasarkan tabel hasil percobaan pada variabel tepung beras HMT 100 dan
HMT 100 serta penambahan porang 10% memiliki nilai pengembangan adonan dan
roti terbesar dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Volume penambahan tertinggi
masih berada di bawah volume pengembangan tepung terigu dengan perbedaan
sebesar 16.67% pada adonan dan 23.34% pada pengembangan roti.