Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan
petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam
dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di
beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan
kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering
terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan
pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja,
sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan
upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja,
keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan
hidupnya. Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan
faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang
mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri,
keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir
Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan
mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan
dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.
Di Amerika Serikat 5000 petugas kesehatan terinfeksi hepatitis B, 47
positif HIV dan setiap tahun 600.000-1.000.000 luka tertusuk jarum
dilaporkan (diperkirakan lebih dari 60% tidak dilaporkan). Lembaga survei di
Amerika (1998) mencatat frekuensi angka kecelakaan akibat kerja di rumah
sakit lebih tinggi 41% dibanding pekerja lain dengan angka kecelakaan akibat
kerja terbesar adalah Needle Stick Injuries (NSI). (Depkes RI 2010)

KPK3 | 1
Kecelakaan kerja yang terjadi pada petugas kesehatan dipengaruhi
oleh beberapa faktor, Faktor penyebab yang sering terjadi karena kurangnya
kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang
memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak
menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia serta kurangny
motivasi kerja dan tingginya stres kerja yang dialami oleh pekerja rumah sakit.
Suardi (2005) menyatakan penyebab kecelakaan dapat dibagi menjadi: 1)
faktor perorangan yang berupa kurang pengetahuan, keterampilan, motivasi
kerja, masalah fisik dan mental (stres), 2) faktor pekerjaan yang berupa standar
kerja, perencanaan dan perawatan yang kurang baik.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari kesehatan keselamatan kerja?
2. Apa pengertian penyakit menular?
3. Apa faktor yang mempengaruhi penyakit akibat kerja?
4. Apa jenis penyakit menular pada perawat?
5. Apa masalah kesehatan dan keselamatan kerja?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian kesehatan dan keselamatan kerja.
2. Untuk mengetahui pengertian penyakit menular.
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi penyakit akibat kerja.
4. Untuk mengetahui jenis penyakit menular pada perawat.
5. Untuk mengetahui masalah kesehatan dan keselamatan kerja.

KPK3 | 2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun
rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya
dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan
pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya
dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan
proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan
setelah Indonesia merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan
intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di
lingkungan kerja.
Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih
tinggi dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk
maupun jenis kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan
yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang
pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan
menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan.
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja
atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan
dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan
harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah
peraturan perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja
sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl

KPK3 | 3
No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan
dan perkembangan yang ada.
Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja,
baik di darat, didalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang
berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja
dimulai dari perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan,
pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan,
barang produk tekhnis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat
menimbulkan bahaya kecelakaan.
Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada
pelaksaannya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya
personil pengawasan, sumber daya manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh
karena itu, masih diperlukan upaya untuk memberdayakan lembaga-lembaga
K3 yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan kerjasama dengan
mitra sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar terjalan
dengan baik.

B. Pengertian penyakit menular


Dalam medis penyakit menular atau infeksi adalah sebuah penyakit yang
disebabkan oleh sebuah agen biologi (seperti virus,bakteria,atau
parasit),bukan disebabkan faktor fisik(seperti luka bakar)atau kimia(seperti
keracunan). Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan atau
berpindah dari orang yang sakit ke orang yang sehat atau belum terkena
penyakit menular tersebut. Penularan penyakit tersebut dapat terjadi baik
melalui perantara maupun secara langsung. Penyakit infeksi dan penyakit
menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara
berkembang. Seperti halnya di Indonesia, penyakit infeksi masih merupakan
penyebab angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality).
Penularan penyakit dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung.

KPK3 | 4
Mekanisme penularan penyakit pada manusia melalui bagian tubuh seperti
mulut, hidung, kulit dan telinga. Penularan penyakit tersebut dapat melalui
percikan ludah/dahak, suntikan, transfusi darah, operasi atau melalui tusukan
jarum.
(Widoyono, 2011).

C. Faktor yang mempengaruhi penyakit akibat kerja

Penyakit akibat kerja di Tempat Kerja Kesehatan umumnya berkaitan


dengan :

1. faktor biologis
Kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien.
Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi
berkembang biaknya strain kuman yang resisten, terutama
kuman-kuman pyogenic, colli, bacilli dan staphylococci, yang
bersumber dari pasien, benda-benda yang terkontaminasi dan
udara. Virus yang menyebar melalui kontak dengan darah dan
sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapat menginfeksi pekerja
hanya akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena
tergores atau tertusuk jarum yang terkontaminasi virus.
Pencegahan:
a. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang
kebersihan, epidemilogi dan desinfeksi.
b. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk
memastikan dalam keadaan sehat badani, punya cukup
kekebalan alami untuk bekerja dengan bahan infeksius,
dan dilakukan imunisasi.
c. Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara
penggunaan yang benar.
d. Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa
bahan infeksius dan spesimen secara benar.

KPK3 | 5
e. Pengelolaan limbah infeksius dengan benar
f. Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai.
g. Kebersihan diri dari petugas.
2. faktor kimia
Pemaparan dalam dosis kecil namun terus menerus seperti
antiseptik pada kulit, zat kimia/solvent yang menyebabkan
kerusakan hati.
Petugas di tempat kerja kesehatan yang sering kali kontak
dengan bahan kimia dan obat-obatan seperti antibiotika,
demikian pula dengan solvent yang banyak digunakan dalam
komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang
paling karsinogen. Semua bahan cepat atau lambat ini dapat
memberi dampak negatif terhadap kesehatan mereka. Gangguan
kesehatan yang paling sering adalah dermatosis kontak akibat
kerja yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak,
dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton). Bahan
toksik (trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan,
terhirup atau terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit
akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan korosif (asam dan
basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible
pada daerah yang terpapar.
a. ”Material safety data sheet” (MSDS) dari seluruh bahan
kimia yang ada untuk diketahui oleh seluruh petugas
untuk petugas atau tenaga kesehatan laboratorium.
b. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum
untuk mencegah tertelannya bahan kimia dan terhirupnya
aerosol untuk petugas / tenaga kesehatan laboratorium.
c. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata,
sarung tangan, celemek, jas laboratorium) dengan benar.
d. Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat
antara mata dan lensa.

KPK3 | 6
e. Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.
3. faktor ergonomi

Cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah.


Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya
menyerasikan alat, cara, proses dan lingkungan kerja terhadap
kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk terwujudnya
kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan
tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya.
Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan
Kesehatan pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang
ergonomis, misalnya tenaga operator peralatan. Posisi kerja
yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah
sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka panjang
dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan
keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low
back pain).
4. faktor fisik
Panas pada kulit, tegangan tinggi, radiasi. Faktor fisik di
laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan masalah
kesehatan kerja meliputi:
a. Kebisingan, getaran akibat alat / media elektronik dapat
menyebabkan stress dan ketulian.
b. Pencahayaan yang kurang di ruang kerja, laboratorium,
ruang perawatan dan kantor administrasi dapat
menyebabkan gangguan penglihatan dan kecelakaan
kerja.
c. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja.
d. Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan
sekitar.

KPK3 | 7
e. Terkena radiasi khusus untuk radiasi, dengan
berkembangnya teknologi pemeriksaan, penggunaannya
meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol dapat
membahayakan petugas yang menangani.

Pencegahan :

a. Pengendalian cahaya di ruang kerja khususnya ruang


laboratorium.
b. Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang
cukup memadai.
c. Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi
d. Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.
e. Pelindung mata untuk sinar laser
f. Filter untuk mikroskop untuk pemeriksa demam
berdarah
5. faktor psikologis
Ketegangan di kamar penerimaan pasien, gawat darurat,
karantina. Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium
kesehatan yang dapat menyebabkan stress :
a. Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan
menyangkut hidup mati seseorang. Untuk itu pekerja di
tempat kerja kesehatan di tuntut untuk memberikan
pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan
kewibawaan dan keramahan-tamahan.
b. Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.
c. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan
bawahan atau sesama teman kerja. Beban mental karena
menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal
ataupun informal.

KPK3 | 8
D. Jenis penyakit menular pada perawat
1. Influenza
Influenza atau yang lebih umum dikenal dengan flu adalah
penyakit menular yang paling umum diderita oleh orang-orang. Influenza
ini disebabkan oleh virus. Virus influenza adalah virus yang setiap
waktunya bermutasi, sehingga sistem imunitas tubuh sulit mendeteksi
virus yang satu ini. Karena sulitnya sistem imun tubuh mendeteksi virus
influenza ini, maka tubuh cenderung lebih mudah terkena flu. Bahkan
tubuh dapat beberapa kali terkena flu dalam waktu yang berdekatan.
a. Media Penularan
Flu dapat ditularkan melalui sistem pernapasan juga melalui air
ludah. Maka jika kita berdekatan dengan orang yang sedang flu,
kemungkinan kita tertular flu sangatlah besar. Perantara udara
adalah media penularan flu yang paling cepat.
b. Cara Pencegahan
Menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang virus.
Misalnya dengan makan teratur, istirahat yang cukup, minum air
putih sesuai kebutuhan, berolah raga, dan memiliki gaya hidup
yang sehat.Selain itu, menjaga daya tahan tubuh juga dapat juga
didukung dengan asupan vitamin terutama Vitamin C yang bisa
didapatkan di buah-buahan maupun vitamin yang dijual di toko-
toko. Pencegahan lainnya adalah dengan menggunakan masker
ditempat umum, terutama bagi yang menderita influenza.
2. Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi saluran pernapasan yang
disebabkan oleh bakteri basil. Bakteri basil yang menginfeksi adalah
bakteri basil yang sangat kuat. Akibtanya, akan membutuhkan waktu yang
lama untuk mengobati penyakit ini. Bakteri ini 90% cenderung
menginfeksi paru-paru jika dibandingkan dengan organ-organ lainnya
pada tubuh manusia. Penyakit ini biasanya ditandai dengan batuk terus
menerus.

KPK3 | 9
a. Penularan
TBC adalah penyakit yang menyerang pernapasan. Maka
penularannya pun melalui pernapasan. Berdekatan dengan
penderita TBC dapat memungkinkan kita untuk tertular. Selain itu,
ketika penderita TBC batuk pun, bisa jadi itu merupakan sarana
penularan TBC.
Selain itu, penggunaan barang pribadi secara bergantian dengan
penderita TBC aktif, seperti gelas dan sendok pun dapat menjadi
jembatan penularan TBC.
b. Cara Pencegahan
1. Mengurangi kotak dengan penderita TBC aktif. Jika akan
kontak pun, gunakanlah masker untuk melindungi pernapasan
kita. Serta hindari penggunaan barang pribadi yang bergantian
dengan penderita TBC aktif.
2. Pemberian Vaksin BCG (diberikan pada saat balita).
3.Hepatitis
Hepatitis adalah penyakit menularyang menyerang organ hati pada
manusia. Disebabkan oleh bakteri serta virus dan tidak bersihnya
lingkungan sekitar, sehingga menginfeksi hati dan terjadi peradangan.
a. Penularan
1. Penularan melalui oral atau masuknya penyebab hepatitis ke
dalam saluran pencernaan melalui makanan atau minuman.
2. Melalui cairan tubuh seperti ludah.
3. Melalui kulit, seperti pemakaian jarum suntik bekas, alat
tattoo, atau jarum akupuntur bekas penderita.
4. Pemakaian barang pribadi bersamaan, seperti pakaian, dan
peralatan makan.

KPK3 | 10
b. Cara Pencegahan
1. Menjaga kebersihan makanan dan minuman yang masuk ke
dalam tubuh.
2. Hindari pertukaran cairan tubuh, seperti ludah atau transfusi
darah yang belum jelas apakah telah bebas penyakit atau tidak.
3. Hindari pemakaian barang pribadi bersamaan seperti pakaian,
alat makan, dan sikat gigi dengan penderita hepatitis.
4. Pastikan anda menggunakan jarum baru ketika melakukan
transfusi darah ataupun melakukan akupuntur.
4. Ebola
Penyakit yang belakangan ini menjadi perbinacangan hangat
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus mematikan dari genus
ebolavirus. Gejala yang terjadi biasanya adalah demam, sakit kepala,
nyeri otot, muntah, dan pada akhirnya akan mengakibatkan peradangan
hati, rusaknya ginjal, serta turunnya jumlahtrombosit secara drastis.
Sampai saat ini vaksin untuk ebola belum dapat ditemukan.
a. Penularan
Kontak langsung dengan penderita, atau melalui cairan tubuh.
b. Cara Pencegahan
1. Hindari bepergian ke daerah rawan Ebola.
2. Menghindari kontak langsung dengan penderita. Apalagi
terkena cairan tubuhnya seperti ludah, kotoran, ataupun
keringat.
3. Jika terpaksa harus kontak langsung dengn penderita, gunakan
pengaman tubuh seperti sarung tangan dan masker.

5. AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndorme)


AIDS adalah penyakit yang menyerang pada sel-sel darah putih
yang bertugas untuk membentuk kekebalan tubuh. Akibatnya, daya tahan
tubuh menjadi merosot dan sangat mudah dihinggapi berbagai macam
penyakit. AIDS dapat menyebabkan kematian.

KPK3 | 11
a. Penularan
1. Melalui hubugan seksual dengan penderita AIDS
2. Melalui cairan tubuh
3. Melalui transfusi darah
4. Ditularkan oleh ibu yang tengah mengandung pada bayi yang
dikandungnya.
5. Saat memasukkan tutup jarum suntik dapat mengenai tanggan
b. Cara Pencegahan
1. Hindari kontak dengan cairan tubuh penderita AIDS, seperti
sperma, air liur, air seni, darah, dan cairan tubuh penderita
lainnya.
2. Bagi wanita hamil, jauhkanlah diri dari oenderita AIDS, karena
akan sangat berbahaya bagi dirinya dan bayi yang
dikandungnya.
6. Flu Burung (H5N1)
Penyakit menular yang disebabkan oleh virus H5N1 pernah jadi
perbincangan yang hebat karena efeknya yang dahsyat menelan korban
para penderitanya. Virus yang awalnya berasal dari unggas ini dapat
menyerang pada manusia. Biasanya pada manusia akan menyerang pada
sistem pernapasan dengan gejala awal demam, dan dapat menyebabkan
kematian jika tidak ditangani.
a. Penularan
1. Dapat terjadi dari hewan ke hewan
2. Dapat terjadi dari hewan ke manusia melalui udara
3. Juga melalui kontak langsung antara manusia dan unggas yang
terinfeksi
b. Cara Pencegahan
1. Bagi yang sering bersentuhan dengan unggas, baiknya mencuci
tangan dengan disinfektan segera setelah bersentuhan dengan
unggas.
2. Menghindari kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi

KPK3 | 12
3. Menggunakan masker dan sarung tanga sebagai pelindung jika
terpaksa kontak langsung
4. Imunisasi
5. Memilih unggas yang sehat untuk dimasak
6. Memasak daging unggas pada suhu mencapai 80 derajat celcius.

E. Masalah Kesehatan Dan Keselamatan Kerja


Kinerja (performen) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan
merupakan resultante dari tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas
kerja, beban kerja dan lingkungan kerja yang dapat merupakan beban
tambahan pada pekerja. Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa
dicapai suatu derajat kesehatan kerja yang optimal dan peningkatan
produktivitas. Sebaliknya bila terdapat ketidak serasian dapat
menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan
akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja.

1. Kapasitas Kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya
belum memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran
bahwa 30-40% masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30%
menderita anemia gizi dan 35% kekurangan zat besi tanpa anemia.
Kondisi kesehatan seperti ini tidak memungkinkan bagi para pekerja
untuk bekerja dengan produktivitas yang optimal. Hal ini diperberat
lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja yang ada sebagian besar
masih di isi oleh petugas kesehatan dan non kesehatan yang
mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk dalam melakukan
tugasnya mungkin sering mendapat kendala terutama menyangkut
masalah PAHK dan kecelakaan kerja.
2. Beban Kerja
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis
beroperasi 8 - 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan

KPK3 | 13
kesehatan pada laboratorium menuntut adanya pola kerja bergilirdan
tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-ubah dapat menyebabkan
kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan pada bioritmik
(irama tubuh). Faktor lain yang turut memperberat beban kerja antara
lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif
rendah, yang berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan
secara berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkan stres.
3. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat
mempengaruhi kesehatan kerja dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja
(Occupational Accident), Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat
Hubungan Kerja (Occupational Disease & Work Related Diseases).

KPK3 | 14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun
pengusaha, kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat
menjadi upaya preventif terhadap timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit
akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan K3 diawali
dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja
dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal
demikian. Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya
perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan
kerja.

Peran tenaga kesehatan dalam menangani korban kecelakaan kerja


adalah menjadi melalui pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui
pemeriksaan kesehatan pekerja yang meliputi pemeriksaan awal, pemeriksaan
berkala dan pemeriksaan khusus. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan
sakit pada tempat kerja dapat dilakukan dengan penyuluhan tentang kesehatan
dan keselamatan kerja.

B. Saran
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan
karena sakit dan kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost
benefit) suatu perusahaan atau negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan
kerja harus dikelola secara maksimal bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi
seluruh masyarakat.

KPK3 | 15
DAFTAR PUSTAKA

Poerwanto, Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan


Keselamatan Kerja. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, 2005.

Medika. 2015. “Penyakit Menular”. Akses 05 November 2016. Melalui :


http://medikalselaras.blogspot.co.id/2015/06/penyakit-menular.html

KPK3 | 16

Anda mungkin juga menyukai