A. Pengertian
Advoksi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap
seseorang yang mempunyai permasalahan. Istilah advokasi mula-mula digunakan
di bidang hukum atau pengadilan.
Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap
mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang
dilaksanakan.Oleh karena itu yang menjadi sasaran advokasi adalah para
pemimpin atau pengambil kebijakan( policy makers) atau pembuat
keputusan(decision makers) baik di institusi pemerintah maupun swasta.Dalam
advokasi peran komunikasi sangat penting,sehingga komunikasi dalam rangka
advokasi kesehatan memerlukan kiat khusus agar komunikasi efektif.
Jelas ( clear )
Benar ( correct )
Konkret ( concrete )
Lengkap ( complete )
Ringkas ( concise )
Meyakinkan ( Convince )
Konstekstual ( contexual )
Berani ( courage )
Sopan ( courteous )
B. Tujuan advokasi
Komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan sangat penting untuk
mendukung atau mengeluarkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan
kesehatan masyarakat,misalnya untuk pembahasan kenaikan anggaran
kesehatan,contoh konkrit pencanangan Indonesia Sehat 2010 oleh presiden. Untuk
meningkatkan komitmen ini sangat dibutuhkan advokasi yang baik.
Agar suatu program kesehatan berjalan baik maka perlunya sistem atau prosedur
kerja yang jelas mendukung
2. Seminar/presentasi
3. Media
4. Perkumpulan
5. Membangun koalisi
Membangun kemitraan
Memobilisasi massa
Membangun kapasitas.
2. Tahap pelaksanaan
3. Tahap Penilaian
Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang
harus dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah ³ Misi´. Misi promosi kesehatan
merupakanupaya yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam
pencapaian suatu visi.
1. Advokasi (Advocation)
2. Menjembatani (Mediate)
3. Kemampuan/Keterampilan (Enable)
Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan
tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela
kepentingan klien dan membantu klien memahami semua informasi dan upaya
kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional
maupun professional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak
sebagai nara sumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap
upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai
advocat (pembela klien) perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi
keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan.
Selain itu, perawat juga harus dapat mempertahankan dan melindungi hak-hak
klien, hak-hak klien tersebut antara lain: hak atas informasi; pasien berhak
memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah
sakit/sarana pelayanan kesehatan tempat klien menjalani perawatan. Hak mendapat
informasi yang meliputi hal-hal berikut:
penyakit yang dideritanya;
prognosis penyakitnya;
hak untuk memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi keperawatan tanpa diskriminasi;
hak menyetujui/ memberi izin persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan oleh
perawat/ tindakan medik sehubungan dengan penyakit yang dideritanya (informed
consent);
hak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri
pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sesudah memperoleh informasi
yang jelas tentang penyakitnya.
Arti advokasi menurut ANA adalah melindungi klien atau masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompeten dan
melanggar etika yang dilakukan oleh siapa pun.
FRY mendefinisikan advokasi sebagai dukungan aktif terhadap setiaap hal yang
memiliki penyebab atau dampak penting
3. Sebagai orang yang bertindak atas nama pasien dengan cara : memberikan
lingkungan yang sesuai dengan kondisi pasien, melindungi pasien dari tindakan
yang dapat merugikan pasien, dan memenuhi semua kebutuhan pasien selama
dalam perawatan.
Menurut Kozier & Erb (2004) untuk menjalankan perannya sebagai advokasi
pasien, perawat harus memiliki nilai-nilai dasar, yaitu :
1. Pasien adalah makhluk holistik dan otonom yang mempunyai hak untuk
menentukan pilihan dan mengambil keputusan.
1. Bersikap asertif
Bersikap asertif berarti mampu memandang masalah pasien dari sudut pandang
yang positif. Asertif meliputi komunikasi yang jelas dan langsung berhadapan
dengan pasien.
2. Mengakui bahwa hak-hak dan kepentingan pasien dan keluarga lebih utama
walaupun ada konflik dengan tenaga kesehatan yang lain.
Perawat tidak dapat bekerja sendiri dalam memberikan perawatan yang berkualitas
bagi pasien. Perawat harus mampu berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
yang ikut serta dalam perawatan pasien.
1. Menjamin bahwa pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lain adalah partner
dalam perawatan pasien. Pasien bukanlah objek tetapi partner perawat dalam
meningkatkan derajat kesehatannya. Sebagai partner, pasien diharapkan akan
bekerja sama dengan perawat dalam perawatannya.
Pasien adalah makhluk yang memiliki otonomi dan berhak untuk menentukan
pilihan dalam pengobatannya. Namun, perawat berkewajiban untuk menjelaskan
semua kerugian dan keuntungan dari pilihan-pilihan pasien.
Saat pasien tidak memiliki pilihan, perawat perlu untuk memberikan alternatif
pilihan pada pasien dan tetap memberi kesempatan pada pasien untuk memilih
sesuai keinginannya.
Saat berada di rumah sakit, pasien memiliki banyak keterbatasan dalam melakukan
berbagai hal. Perawat berperan sebagai advokat untuk membantu dan memenuhi
kebutuhan pasien selama dirawat di rumah sakit.
H. Hasil yang diharapkan dari pasien saat melakukan peran advokat adalah pasien
akan :
Perawat sebagai advokat, yaitu sebagai penghubung antara klien-tim kesehatan lain
dalam rangka pemenuhan kebutuhan klien.Membela dan melindungi kepentingan
klien dan membantu klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang
diberikan tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional.
Ditinjau secara Nursing Advocacy, maka perawat harus banyak mempunyai
kemampuan untuk memberikan suatu pernyataan/ pembelaan untuk kepentingan
pasien.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Advokasi merupakan salah satu peran perawat dan menjadi dasar yang penting
dalam membrikan asuhan keperawatan kepada pasien. Peran perawat sebagai
advokat pasien menuntut perawat untuk dapat mengidentifikasi dan mengetahui
nilai-nilai dan kepercayaan yang dimilikinya tentang peran advokat, peran dan hak-
hak pasien, perilaku profesional, dan hubungan pasien-keluarga-dokter. Di
samping itu, pengalaman dan pendidikan yang cukup sangat diperlukan untuk
memiliki kompetensi klinik yang diperlukan sebagai syarat untuk menjadi advokat
pasien.
B. Saran
1. Bagi perawat
2. Bagi mahasiswa
Melakukan peneltian terkait tentang advokasi, karena masih banyak hal yang bias
dieksplor dan dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Creasia, J. L., & Parker. B.. (2001). Conceptuals Foundations : the Bridge to
Professional Nursing Practice. (3rd ed). St. Louis : Mosby.
Dewi. A. I.. (2008). Etika dan Hukum Kesehatan. Yogyakarta : Pustaka book
publisher
Ellis, J. R., & Celia L. H. (2000). Managing and Coordinating Nursing Care. (3th
ed ) Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.
Hidayat. A. A.. (2008). Konsep dasar keperawatan. (edisi 2). Jakarta : Penerbit
Salemba medika
Kozier, B., et al. (2004). Fundamentals of Nursing : Concepts, Process, and
Practice. (7th ed). Volume 1. New jersey : Pearson Education