Anda di halaman 1dari 114

E DI SI K H US US: T R AGE DI M EI 19 98-2013

BONUS
BUKU
KUMPULAN
PUISI
WIJI THUKUL

EDISI 13-19 MEI 2013

Ia hilang sekitar
prahara Mei 1998.
Diburu Kopassus,
TEKA-TEKI WIJI THUKUL

-----------------
penyair ini juga
menjadi target
operasi kelompok lain.
Siapa yang telah
menghabisinya?

Teka-teki
Wiji
Thukul 00011 RP 33.000
WWW.TEMPO.CO
MAJALAH BERITA MINGGUAN
9 770126 427302 ISSN: 0126 - 4273
DAFTAR ISI

4211/13-19 MEI 2013

Bonus Kriminalitas 142


buku Kamar Gelap
kumpulan
puisi Sinar Logam
Wiji Thukul. SEBANYAK 34 pria dipaksa bekerja lebih
dari 16 jam per hari di industri penghasil
aluminium batangan, panci, dan kuali di
Tangerang, Banten. Polisi menggerebek
Ekonomi 146 ”perbudakan” ini, Sabtu dua pekan lalu.
Yuki Irawan, pemilik industri, bersama
Uang Panas Cukai Rokok empat mandor ditangkap.
Pada saat dibebaskan, para pekerja
KEMENTERIAN Keuangan dan Kementerian terlihat ringkih dan kuyu. Kulit mereka
Kesehatan berselisih pendapat soal hitam. Sebagian berkurap, berkudis, dan
penggunaan dana bagi hasil cukai rokok. mempunyai banyak bekas luka bakar
Daerah penghasil rokok kesulitan yang baru mengering. Baju yang mereka
menggunakan dana jumbo ini. Walhasil, kenakan terlihat pudar, lusuh, dan
menurut Kementerian Keuangan, banyak rombeng. Celana yang mereka pakai
terjadi penyelewengan. Sejumlah proyek di kebanyakan robek hingga dengkul.
daerah bahkan berbau korupsi. Cover: Dok. Rossylin vor der Bosch

Prelude Edisi Khusus 38


Album 10
Angka 12
Etalase 14
Inovasi 16
Kartun 26
Seribu Kata 28
Surat 6
Tempo Doeloe 24
Opini
Bahasa 114
Catatan Pinggir 112
Opini 35
Politik
Nasional 124
Ringkasan 32
Sains
Agama 172
Buku 174
Ilmu & Teknologi 170
Gaya Hidup
Kesehatan 168
Sport 48 PADA SUATU SIANG AGUSTUS 1996,
Hukum WIJI THUKUL PAMIT KEPADA ISTRINYA
Kriminalitas 88 UNTUK BERSEMBUNYI. SEJAK ITU,
Internasional
IAMENGEMBARA DARI SATU KOTA
Internasional 158 KE KOTA LAIN, MENGHINDAR DARI
Momen 166 KEJARAN PENGUASA YANG MENUDING
Seni
PUISINYA MENGHASUT AKTIVIS
Musik 177 UNTUK MELAWAN PEMERINTAH ORDE
Sinema 178 BARU. TAPI, BAHKAN SETELAH REZIM
Seni 176 SOEHARTO TUMBANG, IA TAK JUGA
Ekonomi PULANG. BANYAK YANG MENDUGA
Momen 156 DIA MENJADI KORBAN PENCULIKAN
Tokoh
MENJELANG PRAHARA MEI 1998.
Tokoh 184
Wawancara 180

4| | 19 MEI 2013
SURAT

kok di atas angkutan umum. Namun, setelah mobil angkutan Pemilihan Kepala Daerah Jawa Tengah
beranjak menjauh dari Terminal Blok M, sopir mulai merokok.
Penumpang di bagian belakang tak mau kalah, juga merokok. PADA Mei ini, di Jawa Tengah digelar pemilihan gubernur
Jadilah kabin angkutan umum penuh asap. dan wakilnya. Di sudut-sudut jalan protokol kota di Jawa Te-
Hari berikutnya, pada jam yang sama, saya tidak mendapati ngah, spanduk, baliho, atau sejenisnya memampangkan foto
lagi petugas di Terminal Blok M yang melarang sopir dan pe- wajah para calon, yang ”jualan program” untuk memikat pe-
numpangnya merokok. Pengemudi angkutan umum rute Blok milih. Ratusan miliar rupiah disebar untuk menarik simpa-
M-Pasar Minggu, yang kendaraannya saya tumpangi, santai ti dan dukungan rakyat. Pertanyaannya: pemilihan Gubernur
saja merokok. Beberapa petugas hanya memandangi sopir itu. apakah bisa tanpa money politics?
Saya berharap pemerintah DKI Jakarta dan jajarannya tidak Pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah di Indone-
bosan mengingatkan pengemudi angkutan umum agar mema- sia selalu menguarkan aroma ”sogok, suap, pelicin”, atau ”se-
tuhi larangan merokok di tempat umum. Sebab, ketentuan ini rangan fajar” hanya demi kekuasaan sesaat. Karena itu, rak-
sesungguhnya sangat bermanfaat demi kesehatan. yat Jawa Tengah mesti cermat, teliti, hati-hati, dan waspada.
Carilah pemimpin yang amanah, jujur, bersih, ora korupsi.
Rusman
Kebayoran Lama, Wisnu Widjaja
Jakarta Selatan Jalan Sindoro, Kalibuntu, Tegal

PEMIMPIN REDAKSI/PENANGGUNG JAWAB Wahyu Muryadi


WAKIL PEMIMPIN REDAKSI Gendur Sudarsono
REDAKTUR EKSEKUTIF Arif Zulkifli

KELOMPOK TEMPO MEDIA


NASIONAL DAN HUKUM G AYA H I D U P D A N S E N I
REDAKTUR PELAKSANA Budi Setyarso, Elik Susanto, L.R. Baskoro, Yosep Suprayogi REDAKTUR PELAKSANA Qaris Tajudin, Seno Joko Suyono REDAKTUR Ahmad Taufik, Dody Hidayat,
REDAKTUR Anton Aprianto, Bagja Hidayat, Efri Nirwan Ritonga, Jajang Jamaluddin, Maria Rita Ida Hasugian, Dwi Wiyana, Kurniawan, Nurdin Kalim, Purwani Diyah Prabandari STAF REDAKSI Agoeng Wijaya,
Setri Yasra, Sukma N. Loppies, Widiarsi Agustina STAF REDAKSI Anton Septian, Bobby Chandra, Andari Karina Anom, Cheta Nilawati Prasetyaningrum, Dian Yuliastuti, Evieta Fajar Pusporini,
Fanny Febiana, Mustafa Silalahi, Stefanus Teguh Edi Pramono REPORTER Ananda Wardhana Badudu, Nunuy Nurhayati, Sadika Hamid REPORTER Heru Triyono, Isma Savitri, Ismi Wahid Rohmataniah Maulid,
Aryani Kristanti, Febriyan, Febriana Firdaus, Francisco Rosarians Enga Geken, I Wayan Agus Purnomo, Mitra Tarigan, Muhammad Iqbal Muhtarom, Ratnaning Asih, Retno Endah Dianing Sari, Riky Ferdianto
Indra Wijaya, Ira Guslina Sufa, Kartika Candra Dwi Susanti, Muhamad Rizki, Nur Alfiyah BT Tarkhadi,
Prihandoko, Rusman Paraqbueq, Satwika Gemala Movementi, Subkhan, Sundari, Tri Suharman SAINS DAN SPORT
REDAKTUR PELAKSANA Tulus Wijanarko, Yosrizal Suriaji REDAKTUR TB. Firman D. Atmakusumah,
EKONOMI Clara Maria Tjandra Dewi H., Hari Prasetyo, Irfan Budiman, Nurdin Saleh STAF REDAKSI Agus Baharudin,
REDAKTUR PELAKSANA Nugroho Dewanto REDAKTUR Ali Nur Yasin, Dewi Rina Cahyani, Jobpie Sugiharto, Budi Riza, Kelik M. Nugroho, Kodrat Setiawan, Untung Widyanto REPORTER Anton William, Arie Firdaus,
Retno Sulistyowati, Y. Tomi Aryanto STAF REDAKSI Abdul Malik, Fery Firmansyah, Rachma Tri Widuri, Dwi Riyanto Agustiar, Erwin Prima Putra Z., Gadi Kurniawan Makitan, Mahardika Satria Hadi
RR Ariyani Yakti Widyastuti, Setiawan Adiwijaya, Sorta Marthalena Tobing REPORTER Akbar Tri Kurniawan,
Amandra Mustika Megarani, Ananda Wardhiati Theresia, Ananda Widhia Putri, Angga Sukma Wijaya, K R E AT I F
Ayu Prima Sandi, Bernadette Christina, Gustidha Budiartie, Maria Yuniar Ardhati, Martha Ruth Thertina, REDAKTUR KREATIF Gilang Rahadian REDAKTUR DESAIN Eko Punto Pambudi, Fitra Moerat Ramadhan
Pingit Aria Mutiara Fajrin, Rafika Usnah, Ririn Agustia, Rosalina Sitompul, Yuyun Nurrachman DESAINER SENIOR Ehwan Kurniawan, Imam Yunianto, Kendra H. Paramita
DESAINER Aji Yuliarto, Ary Setiawan Harahap, Deisy Rikayanti Sastroadmodjo, Djunaedi,
INTERNASIONAL DAN NUSA Edward Ricardo Sianturi, Fransisca Hana, Gatot Pandego, Munzir Fadly, Rizal Zulfadli, Robby
REDAKTUR PELAKSANA Bina Bektiati, Idrus F. Shahab REDAKTUR Dwi Arjanto, Juli Hantoro, Mustafa Ismail, PENATA LETAK Achmad Budy, Ahmad Fatoni, Agus Darmawan Setiadi, Agus Kurnianto, Arief Mudi Handoko,
Raju Febrian, Sapto Yunus STAF REDAKSI Abdul Manan, Eko Ari Wibowo, Endri Kurniawati, Harun Mahbub, Imam Riyadi Untung, Kuswoyo, Mistono, Rudy Asrori, Tri Watno Widodo, Wahyu Risyanto
Hayati Maulana Nur, Istiqomatul Hayati, Nathalia Shanty, Sandy Indra Pratama, Sita Planasari
REPORTER Afrialia Suryanis, Dimas Indra Buana Siregar, Istman Musaharun Pramadiba, Mohammad Andi REDAKTUR FOTO Rully Kesuma (koordinator), Ijar Karim, Mahanizar Djohan PERISET FOTO Ayu Ambong,
Perdana, Syailendra Persada Gunawan Wicaksono, Jati Mahatmaji, Nita Dian Afianti, Ratih Purnama Ningsih, Tomy Satria,
Wahyu Setiawan FOTOGRAFER Aditia Noviansyah, Amston Probel, Subekti
SURABAYA Agus Supriyanto, Jalil Hakim, Zed Abidin. YOGYAKARTA Sunudyantoro (Kepala Biro),
L.N. Idayanie, R. Fadjri BANDUNG Eni Saeni MAKASSAR Grace Samantha Gandhi, M. Reza Maulana BAHASA
REDAKTUR BAHASA Uu Suhardi (Koordinator), Hasto Pratikto, Sapto Nugroho
NE WS DAN ME TRO STAF SENIOR Iyan Bastian STAF Fadjriah Nurdiarsih, Hadi Prayuda, Heru Yulistiyan, Michael Timur
REDAKTUR PELAKSANA A.A. Gde Bagus Wahyu Dhyatmika REDAKTUR Purwanto, Rini Kustiani, Kharisma, Mochamad Murdwinanto, Sekar Septiandari, Suhud Sudarjo
Yandi Rofiyandi, Yudhono Yanuar Akhmadi, Zacharias Wuragil BK. STAF REDAKSI Ahmad Nurhasim,
Ali Anwar, Aliya Fathiyah, Hadriani Pudjiarti, Martha Warta Silaban, M.C. Nieke Indrietta Baiduri, P U S AT D ATA D A N A N A L I S A T E M P O
Nur Haryanto, Suseno REPORTER A. Aditya Budiman, Amirullah, Anggrita Desyani Cahyaningtyas, KOORDINATOR Priatna, Ade Subrata RISET Ngarto Februana STAF RISET Indra Mutiara
Baiq Atmi Sani Pertiwi, Choirul Aminudin, Cornila Desyana, Fiona Putri Hasyim, Jayadi Supriadin,
Munawwaroh, Rina Widiastuti, Sutji Decilya REDAKTUR SENIOR Bambang Harymurti, Diah Purnomowati, Edi Rustiadi M, Fikri Jufri,
Goenawan Mohamad, Leila S. Chudori, Putu Setia, S. Malela Mahargasarie, Toriq Hadad
INVE STIGASI DAN EDISI KHUSUS
KEPALA PEMBERITAAN KORPORAT Toriq Hadad KEPALA DESAIN KORPORAT S. Malela Mahargasarie
REDAKTUR PELAKSANA Purwanto Setiadi REDAKTUR Philipus Parera, Yandhrie Arvian
KEPALA BIRO EKSEKUTIF DAN PENDIDIKAN M. Taufiqurohman
STAF REDAKSI Agung Sedayu, Muhammad Nafi, Yuliawati

PT TEMPO INTI MEDIA TBK


DIREKTUR UTAMA Bambang Harymurti DIREKTUR Herry Hernawan, Toriq Hadad SEKRETARIAT KORPORAT Diah Purnomowati

P E M A S A R A N Herry Hernawan S I R K U L A S I D A N D I S T R I B U S I Windalaksana (Kepala), Erina (Sekretariat)

IKLAN Gabriel Sugrahetty (Wakil Direktur), Adelisnasari, Tito Prabowo, Adeliska Virwani, SIRKULASI Shalfi Andri (Kepala Unit), Hariyadi, Yefri, Iman Sukarnadi, Ivan Buana Putra,
Haderis Alkaf, Imam Hadi, Melly Rasyid, Nurulita Pasaribu, Sulis Prasetyo Indra Setiawan, M Oemar Sidiq PERWAKILAN DAERAH Adi Budikriswanto (Surabaya),
Adhi Basuki Lumaksono (Bandung), Bayu Prasetyo (Yogyakarta), Hasan Fadel (Makassar)
PENGEMBANGAN DAN KOMUNIKASI PEMASARAN Meiky Sofyansyah (Kepala)
PROMOSI Rachadian Nashidik RISET PEMASARAN Ai Mulyani K. BUSINESS DEVELOPMENT Rhanty DISTRIBUSI Ismet Tamara (Kepala Unit) LAYANAN PELANGGAN Berkah Demiat (Kepala)

KREATIF PEMASARAN Prasidono Listiaji (Kepala) ALAMAT DIVISI SIRKULASI Gedung Matahari Jalan Palmerah Utara II No. 201 AA
TIM PENULIS S. Dian Andryanto, Hotma Siregar, Mira Larasati, Nugroho Adhi, Rifwan Hendri, Susandijani, V. Jakarta Barat 11480 Telp. 021-5360409. Faks. 53661253
Nara Patrianila FOTOGRAFI & RISET FOTO Lourentius EP.
DESAIN IKLAN Kemas M. Ridwan (Koordinator), Andi Faisal, Andi Suprianto, Arcaya Manikotama, Jemmi ALAMAT DIVISI IKLAN DAN KOMUNIKASI PEMASARAN Gedung Cahaya Jalan Palmerah Utara III No. 9
Ismoko, Junaidi Abdillah, Juned Aryo Sembada, Rachman Hakim TRAFFIC Abdul Djalal Jakarta Barat 11480 Telp. 021-53660242. Faks. 53660248

ALAMAT REDAKSI Kebayoran Centre Blok A11- A15 PENERBIT ALAMAT PERUSAHAAN
Jalan Kebayoran Baru, Mayestik, Jakarta 12240, PT TEMPO INTI MEDIA Tbk, Jalan Palmerah Barat No. 8, Jakarta 12210,
Telp. 021-7255625, Faks 725-5645/50 Email red@tempo.co.id BNI Cabang Kramat, Jakarta, A.C. 017.000.280.765.001 Telp. 021-5360409, Faks 5439569

ISSN 0126-4273 SIUPP No. 354/SK/MENPEN/SIUPP/1998. PENCETAK PT TEMPRINT, Jakarta.

8 | | 19 MEI 2013
Opini TEMPO, 13-19 MEI 2013

KONFRONTASI PUISI WIJI THUKUL


”Jika kau menghamba kepada ketakutan, dakwaan oditur yang membatasi tanggung
kita memperpanjang barisan perbudakan” jawab pelanggaran hak asasi manusia itu
pada perorangan. Dengan konstruksi dak-

W
IJI Thukul hilang. Ba- waan lemah itu, pengadilan mendapat ”pem-
rangkali sengaja ”dihi- benaran” untuk tidak mengusut lebih jauh,
langkan”. Tapi perlawan- termasuk tidak menghadirkan atasan Tim
annya tak pernah ber- Mawar, Komandan Jenderal Kopassus, yang
henti. Lewat puisi, ia te- waktu itu dijabat Prabowo Subianto. Dewan
rus menebar ”konfrontasi”, menentang ke- Kehormatan Perwira yang dibentuk kemudi-
kuasaan yang mencabut kedaulatan manu- an meminta Prabowo pensiun lebih cepat.
sia, menjadi ”budak” yang digerakkan, atau Amanat konstitusi bahwa setiap warga ne-
disingkirkan, ke mana suka. Mugiyanto, akti- gara berkedudukan setara di muka hukum
vis prodemokrasi 1998 yang pernah diculik, jelas belum tercapai. Dengan bermacam da-
mengutip puisi Thukul itu dalam salah satu lih, ada semacam privilese yang diberikan
kolom di media untuk mengingat sang penya- pemegang kekuasaan eksekutif dan yudika-
ir yang sampai sekarang tak ketahuan rim- tif di negeri ini untuk kelompok itu—perlaku-
banya. Mungkin saja ia korban penghilang- an yang sudah ditiadakan di negara-negara
an paksa, bersama 12 aktivis 1998 yang lain. demokratis. Tapi keadaan ini pun tidak me-
Pada Mei ini, mereka terhitung sudah ”lenyap” selama 15 tahun. lenyapkan tanggung jawab pemerintah atas kasus penghilangan
Selama itu pula kasus penghilangan paksa aktivis prodemo- paksa.
krasi menjadi ”noda hitam” riwayat penegakan hukum Indone- Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tahun 1992 tentang Per-
sia. Selain kasus dari masa menjelang keruntuhan Orde Baru, pe- lindungan Semua Orang dari Tindakan Penghilangan Secara Pak-
merintahan era ”reformasi” ini ternyata juga menyimpan catat- sa menegaskan bahwa kejahatan kemanusiaan itu sifatnya berke-
an buruk. Aktivis Aceh, Jafar Sidiq, hilang pada 2001, Ketua Presi- lanjutan, atawa tak mengenal kedaluwarsa. Berarti kasus pelang-
dium Dewan Papua Theys Hiyo Eluay raib pada tahun yang sama. garan hak asasi manusia kategori itu tak bisa dipetieskan selama
Tahun berikutnya, Musliadi, aktivis Aceh, juga hilang. Pada 2007, belum diungkap, sepanjang pelakunya belum diusut dan dipida-
pegiat hak asasi manusia Munir diracun di pesawat Garuda Indo- na. Pemerintah Indonesia, yang telah meratifikasi Konvensi Hak-
nesia dalam penerbangan menuju Belanda. hak Sipil dan Politik, juga Konvensi Menentang Penyiksaan, se-
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyebut kasus Munir sungguhnya perlu menegaskan komitmen untuk lebih menghor-
sebagai test of our history. Pemerintah gagal dalam ujian itu. Otak mati hak asasi manusia dengan meratifikasi Konvensi Perlindung-
pembunuhan tak terungkap, motif pelenyapan Munir juga te- an Semua Orang dari Penghilangan Paksa.
tap terkunci rapat. Pilot pesawat Garuda, Pollycarpus, dihukum Merujuk pada konvensi-konvensi internasional ini merupakan
20 tahun penjara—itu pun setelah Kejaksaan Agung mengajukan keharusan. Paling tidak, itu pelajaran yang bisa diambil pemerin-
permohonan peninjauan kembali. Tersangka lain, Muchdi Pur- tah dari pembatalan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2004 ten-
woprandjono, mantan Deputi V Bidang Penggalangan Badan In- tang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi oleh Mahkamah Konsti-
telijen Negara, dibebaskan oleh pengadilan. tusi. Selain menganggap undang-undang itu tidak memberikan
Pengungkapan kasus 1998 tidak lebih baik. Sepuluh aktivis yang jaminan kepastian hukum, Mahkamah berpendapat sebagian pa-
diculik telah dibebaskan, tapi 13 lainnya sampai sekarang belum sal tidak selaras dengan hukum dan konvensi internasional. Di
kembali. Pada 1999, majelis hakim Mahkamah Militer Tinggi II Ja- luar pro-kontra, pembatalan Undang-Undang Komisi Kebenaran
karta menjatuhkan vonis terhadap sebelas anggota Komando Pa- dan Rekonsiliasi mengharuskan pemerintah tetap mengusut pe-
sukan Khusus (Kopassus)—yang dikenal dengan sebutan Tim Ma- langgaran hak asasi, termasuk penghilangan paksa (enforced di-
war, eksekutor penculikan itu. Aksi yang mereka sebutkan ”demi sappearance). Pemerintah perlu menjalankan deklarasi PBB yang
hati nurani, negara, dan bangsa” itu dianggap ketua majelis ha- mencegah pihak yang diduga tersangkut perkara ini mendapat
kim telah merampas kemerdekaan orang lain tanpa hak. keuntungan dari amnesti atau tindakan serupa itu.
Kendati anggota Tim Mawar dijatuhi hukuman penjara 12-22 Wiji Thukul berteriak, hanya ada satu kata: lawan! Pemerintah
bulan, inisiator penculikan itu sama sekali tak terungkap. Sangat semestinya lebih bertenaga ketimbang sebaris puisi itu.
aneh menyaksikan majelis hakim percaya begitu saja pada surat ● BERITA TERKAIT DI HALAMAN 38

19 MEI 2013 | | 35
FOTO: DOK. ROSSLYIN VAN DER BOSCH/HARY TRI WASONO

PADA suatu siang Agustus 1996, dia


pamit kepada istrinya untuk pergi
bersembunyi. Sejak itu, penyair pelo
ini mengembara dari satu kota ke
kota lain, menghindar dari kejaran
jenderal-jenderal di Jakarta yang
marah-marah menuding puisinya
menghasut para aktivis untuk mela-
wan pemerintah Orde Baru. Tapi,
bahkan setelah rezim Soeharto tum-
bang, Wiji Thukul tak juga pulang.
Banyak yang menduga dia menjadi
korban penculikan dan pembunuhan
di sekitar prahara Mei 1998. Is-
tri dan beberapa kerabat dekatnya
percaya dia masih hidup dan suatu
ketika akan kembali.

38 | | 1 APRIL 2012
Wiji Thukul dalam sebuah
pementasan drama di
Tulungagung, awal 1990-an.

39

1 APRIL 2012 | | 39
W
IJI Thukul tak pernah kembali. Le-
laki cadel itu—ia tak pernah bisa me-
lafalkan huruf ”r” dengan sempur-
na—dianggap membahayakan Orde
Baru. Ia ”cacat” wicara, tapi ia di-
anggap berbahaya.
Rambutnya lusuh. Pakaiannya
kumal. Celananya seperti tak me-
ngenal sabun dan setrika. Ia bukan
burung merak yang mempesona.
Tapi, bila penyair ini membaca pui-
si di tengah buruh dan mahasiswa,
40
aparat memberinya cap sebagai agi-
tator, penghasut.
Selebaran, poster, stensilan, dan
buletin propaganda yang ia bikin
tersebar luas di kalangan buruh
dan petani. Kegiatannya mendi-
dik anak-anak kampung dianggap
menggerakkan kebencian terhadap
Orde Baru.
Maka ia dibungkam. Dilenyap-
kan.
Tahun ini 15 tahun sudah keru-
suhan Mei 1998 kita lewati. Saat
itu, sepanjang tanggal 13-15, huru-
hara luar biasa terjadi di Jakarta. bagai hasil Kongres Luar Biasa PDI rang.
Gedung-gedung dibakar. Penjarah- di Surabaya pada 1993. Terjadi dua- Ketika itu, Thukul berada di Solo
an terjadi di mana-mana. Penem- lisme kepemimpinan. Soerjadi di- Wiji Thukul sebagai Ketua Jaringan Kerja Kebu-
bakan mahasiswa Trisakti menja- bantu pemerintah merebut kantor membaca dayaan Rakyat (Jaker)—badan yang
di pemantik kobaran api di atas se- PDI di Jalan Diponegoro, Menteng, puisi dalam merapat ke PRD. Seperti aktivis
kam yang selama bertahun-tahun Jakarta Pusat. Sejumlah orang di- acara Pasar lain, ia memutuskan bersembunyi:
telah meranggas. Kita tahu Soehar- nyatakan meninggal, terluka, dan Malam Puisi mengembara dari kota ke kota. Ia
to jatuh pada 21 Mei. Reformasi lalu raib. di Erasmus mendompleng truk, naik bus, atau
bergulir. Kepala Staf Bidang Sosial dan Po- Huis, menumpang mikrolet. Di tiap kota
Awalnya adalah upaya pendong- litik ABRI Letnan Jenderal Syarwan Jakarta, yang disinggahi, ia bersembunyi di
kelan Megawati Soekarnoputri se- Hamid menyiarkan kabar bahwa rumah sahabat atau kenalan yang
1991.
TEMPO/ RULLY KESUMA

bagai Ketua Umum Partai Demo- Partai Rakyat Demokratik di bawah ia percaya. Dalam masa pelarian, ia
krasi Indonesia. Pada Kongres PDI pimpinan Budiman Sudjatmiko ber- tetap menulis sajak.
di Medan, Juni 1996, Soerjadi diban- diri di belakang peristiwa itu. PRD Selanjutnya: penculikan aktivis.
tu pemerintah merebut kursi ketua dan semua organisasi yang berta- Hilangnya Thukul sesungguh-
umum yang diduduki Megawati se- lian dengannya dinyatakan terla- nya terlambat disadari. Setelah Soe-

40 | | 1 APRIL 2012
-Wiji Thukul: Pengantar-

kul. Pencarian juga dilakukan Ikat- atau gereja di luar Jawa. Ada bahkan
an Keluarga Orang Hilang Indone- yang menduga Thukul menyamar
sia, yang didirikan September 1998. sebagai koster di sebuah seminari,
Orang yang secara terbuka men- bahkan diselundupkan ke gereja di
cium tanda-tanda hilangnya Thu- Filipina. Ada pula laporan yang me-
kul adalah Jaap Erkelens, peneli- nyebutkan Thukul pernah terlihat
ti Koninklijk Instituut voor Taal, di Pasar Agung, Depok, pada 2006.
Land en Volkenkunde (KITLV), pe- Rumor lain menyebutkan ia mun-
nerbit Belanda. Erkelens mendoku- cul di Banten.
mentasikan buletin-buletin karya Cerita tentang mayat tak dike-
Thukul dan mengenalnya dengan nal tak kami abaikan. Ada informa-
baik. Pada 18 Februari 2000, Erke- si, misalnya, ditemukan jasad mi-
lens mengirim surat pembaca ke rip Thukul di hutan Tawangmangu,
Kompas. Dalam surat itu, ia memin- Jawa Tengah. Ada pula spekulasi
ta pembaca yang mengetahui Thu- tentang mayat-mayat yang dibuang
kul menghubunginya. Tapi tak ada di Kepulauan Seribu—laporan yang
tanggapan. pernah ditelusuri Kontras.
Pada Maret 2000, secara resmi is-
tri Thukul, Dyah Sujirah alias Sipon, -- -
melapor ke Komisi untuk Orang Hi- BUKAN sekadar kabar kematian,
lang dan Korban Tindak Kekerasan cerita tentang kepenyairannya juga
(Kontras). Pencarian dilakukan. Ha- kami telusuri. Harus diakui, hanya
silnya nihil. Kuat diduga Thukul su- sedikit penyair yang penggalan sa-
dah meninggal. jaknya sangat ikonik. ”Hanya satu
Untuk melacak Thukul, redaksi kata: Lawan” adalah kalimat Thu-
Tempo menggelar sejumlah diskusi kul dari sajak berjudul ”Peringat-
dengan aktivis, korban penculikan, an” yang mungkin sama terkenal-
mantan anggota Komisi Nasional nya dengan ”Aku ini binatang ja-
41
Hak Asasi Manusia, dan pegiat Kon- lang” dari Chairil Anwar.
tras. Juga sahabat, keluarga Thukul, Dua orang yang mempengaruhi
dan beberapa buruh di Tangerang. kepenyairan Thukul adalah Cempe
Tak lupa kami mewawancarai Jaap Lawu Warta dan Halim H.D. Lawu
Erkelens di Belanda. Semua buletin merupakan pemimpin Teater Ja-
yang pernah dibuat Thukul kami gat di Jagalan—sebuah kampung
kumpulkan. tak jauh dari rumah Thukul di Solo.
Sejumlah wartawan kami terjun- Saat Thukul remaja, Lawu menjadi
kan ke kota-kota yang pernah di- pelindung Thukul jika sang penyair
singgahi Thukul. Di tiap kota, kami diejek orang kampung.
menyisir setiap kemungkinan. Halim H.D. adalah aktivis kebuda-
Kami mengecek gosip, misalnya, yaan dari Fakultas Filsafat Universi-
bahwa di Kalimantan Thukul sem- tas Gadjah Mada. Ia orang yang ber-
pat kawin lagi–kabar yang ternyata inisiatif mengadakan diskusi besar
harto jatuh dan para aktivis kemba- tak benar. tentang sastra kontekstual di Solo
li muncul ke permukaan, Thukul te- Banyak hal yang tak terduga dari pada 1984. Dari Halim, Thukul ba-
tap raib. pelacakan ini. Tak banyak diketa- nyak meminjam buku.
Para aktivis menganggap Thu- hui orang, misalnya, adik Thukul Di bawah tempaan Lawu, Thukul
kul dilindungi keluarga. Sebalik- adalah seorang rohaniwan di Solo. belajar tentang ”ngamen puisi”. Be-
nya, sanak famili mengira Thukul Keberadaan sang adik membuka kas anggota Bengkel Teater Rendra
disembunyikan partai. PRD kemu- spekulasi bahwa Thukul menguasai itu mengajak murid-muridnya di
dian membentuk tim pelacak Thu- jalur persembunyian ke seminari Teater Jagat, termasuk Thukul, ber-

Penanggung jawab: Seno Joko Suyono, Purwanto Setiadi Kepala proyek: Philipus Parera, Widiarsi Agustina, Kurniawan, Bagja Hidayat Penulis: Seno Joko Suyono, Sunudyantoro,
Dian Yuliastuti, Muhammad Nafi, Sandy Indra Pratama, Anton Aprianto, Yuliawati, Dody Hidayat, Anton Septian, Agung Sedayu, Widiarsi Agustina, Mustafa Silalahi, Maria Rita Ida
Hasugian, Akbar Tri Kurniawan, Bagja Hidayat, Nurdin Kalim, Agoeng Wijaya, Kurniawan Penyumbang bahan: Agung Sedayu (Jakarta, Solo), Aryani Kristanti (Jakarta), Ahmad Rafiq
(Solo), Shinta Maharani (Yogyakarta), Sohirin (Salatiga), Olivia Lewi Pramesti (Magelang), Edy Faisol (Jepara), Hari Tri Warsono (Kediri), Candra Nugraha (Tasikmalaya), Joniansyah
(Tangerang), Luky Setyarini (Belanda) Penyunting: Purwanto Setiadi, Seno Joko Suyono, Arif Zulkifli, Budi Setyarso, Yosep Suprayogi, Bina Bektiati, Idrus F. Shahab, Philipus Parera,
Kurniawan, Sapto Yunus, Dody Hidayat, Widiarsi Agustina Periset foto: Jati Mahatmaji Digital imaging: Agustyawan Pradito Bahasa: Uu Suhardi, Sapto Nugroho, Iyan Bastian
Desain: Djunaedi (koordinator), Eko Punto Pambudi, Aji Yuliarto, Rizal Zulfadli, Kendra H. Paramita, Agus Darmawan, Tri Watno Widodo

1 APRIL 2012 | | 41
(1)

42

Thukul mungkin bukan penyair paling Kalaupun angka aku pun angka
tak genap
cemerlang yang pernah kita miliki. tapi satu mana lengkap tanpa yang
Sejarah Republik menunjukkan ia juga pecah

bukan satu-satunya orang yang menjadi


maka aku pun rela jadi seperkian
dari keutuhan-Mu
korban penghilangan paksa. Tapi Thukul sebab tak lengkap engkau tanpa

adalah cerita penting dalam sejarah aku


sebab tak sempurna engkau tanpa
Orde Baru yang tak patut diabaikan. manusia.

Thukul berpendapat sajak harus


bertolak dari data. Menurut dia, ke-
banyakan sajak Indonesia tak ber-
jalan keluar-masuk kampung men- radikal. Dalam wawancara dengan tolak dari pengamatan sosial. Sikap
jajakan sajak-sajak ciptaan mereka. Radio PTPN Rasitania Surakarta seperti itu makin kuat setelah ia me-
Thukul mengikuti Lawu—mening- pada 1983, Thukul—ketika itu 20 ta- mimpin Jaker.
galkan sekolahnya di Jurusan Tari hun—mengaku menyenangi sajak- Di sana, ia bertemu dengan ba-
Sekolah Menengah Karawitan Indo- sajak Rendra, Emha Ainun Nadjib, nyak seniman prodemokrasi lain,
nesia, Solo. Dari Halim, Thukul me- Budiman S. Hartoyo, dan Taufiq Is- seperti Moelyono dan Semsar Sia-
ngenal jaringan intelektual dan ak- mail. Thukul bahkan menulis sajak haan. Ia mengikuti rapat dan dis-
tivis di luar Solo. religius, ”Lagu Persetubuhan”: kusi. Ia membaca Paulo Freire dan
Awalnya, Thukul bukan penyair Ivan Illich tentang pendidikan yang

42 | | 1 APRIL 2012
-Wiji Thukul: Pengantar-

Suka Banjir memperingati malam


pembredelan. Pada Agustus 1995, ia
membuat perayaan 50 tahun Indo-
nesia merdeka bersama anak-anak–
hajatan yang lalu digerebek polisi.
Pada tahun yang sama, Thukul
menggerakkan mogok besar-besar-
an di pabrik tekstil Sritex, Sukohar-
jo, Jawa Tengah. Lebih dari 15 ribu
buruh berhenti kerja. Polisi menye-
rang para demonstran. Thukul di-
hajar hingga setengah tuli dan nya-
ris tak bisa melihat.
Didera derita, Thukul makin ra-
dikal. Dalam sebuah sajak ia menye-
but, apabila tak memiliki mesin ke-
tik, tetes darah pun bisa digunakan
untuk menulis puisi.
(2)
Sajak-sajak terbaik Thukul diter-
bitkan dalam kumpulan Aku Ingin
1. Wiji Thukul Jadi Peluru. Di luar itu, ada sajak se-
(paling kanan) masa pelarian yang ia serahkan ke-
pada Stanley Adi Prasetyo, aktivis
dan Sipon
yang belakangan menjadi komisio-
(paling kiri) ner Komisi Nasional Hak Asasi Ma-
di Solo, 1989. nusia. Dalam edisi kali ini, atas se-
izin Sipon, istri Thukul, kami mem-
2. Saat publikasikan puisi-puisi Thukul,
43
pendeklarasian yang sebagian besar belum pernah
PRD, 22 Juli diterbitkan.
1996. Pembaca, tak ada maksud kami
melebih-lebihkan Wiji Thukul. Se-
3. Bersama bagai korban, derita yang didera ke-
Arief Budiman, luarga Thukul sama pahitnya de-
ngan derita keluarga korban pencu-
awal 1990-an.
likan lain.
Tapi kami harus memilih. Thu-
kul ditelusuri karena kami tak bisa
mengelak dari kelaziman jurnalis-
tik: kesetiaan pada fokus dan ke-
butuhan untuk menetapkan angle.
membebaskan. Ia mengikuti stra- Thukul adalah zoom-in yang kami
tegi Augusto Boal, seniman Brasil pakai untuk melihat konteks yang
yang menggunakan teater sebagai lebih besar, yakni pelanggaran hak
alat menghancurkan budaya bisu– asasi manusia di akhir rezim Orde DOK:ROSSYLIN VAN DER BOSCH, DOK:LEXY RAMBADETA, DOK:PRIBADI,

budaya yang membuat rakyat tak Baru.


berani berbicara apa adanya. Thukul mungkin bukan penyair
Pada ketika yang lain, Thukul bisa paling cemerlang yang pernah kita
menjengkelkan. Pada forum yang miliki. Sejarah Republik menun-
bukan diperuntukkan buat politik, jukkan ia juga bukan satu-satunya
ia bertanya soal politik. Pernah di orang yang menjadi korban peng-
sebuah acara 17-an, Thukul mem- hilangan paksa. Tapi Thukul adalah
bacakan puisi tanpa henti. Warga cerita penting dalam sejarah Orde
yang kesal menyeretnya turun dari Baru yang tak patut diabaikan: se-
panggung. orang penyair yang sajak-sajaknya
Pada 1994, tatkala Tempo, Edi- menakutkan sebuah rezim dan ke-
tor dan Detik dibredel, di Solo, Thu- matiannya hingga kini jadi misteri.
kul membawa anak-anak Sanggar ●
(3)

1 APRIL 2012 | | 43
ILUSTRASI: YUYUN NURACHMAN

Wiji Thukul selalu bergegas: dari Solo ke Salatiga, Yogyakarta,


Magelang, Jakarta, dan Kalimantan. Sambil bersembunyi, dia terus
terlibat aksi menantang Orde Baru, mengkoordinasi buruh hingga
membuat plakat dan selebaran. Dia juga tak berhenti menulis puisi dan
cerita pendek. “Kalau teman-temanmu tanya/ kenapa bapakmu dicari-
cari polisi/ jawab saja:/ ‘karena bapakku orang berani’,” tulisnya
dalam pelarian, untuk anaknya, Fitri Nganthi Wani. Tapi, sejak Mei
1998, dia menghilang. Hingga sekarang.

44 | | 1 APRIL 2012
-Wiji Thukul: Pelarian-

45

1 APRIL 2012 | | 45
kaus putih yang warnanya sudah

HANYA SEMPAT tidak putih lagi,” kata Aboe. Aboe


kini sekretaris jenderal Dewan Ke-
sehatan Rakyat Jawa Tengah. Men-

GANTI BAJU hir koordinator Pusat Perjuangan


Buruh Indonesia. Ia juga anggota
Badan Pembina Solidaritas Perem-
puan untuk Kemanusiaan dan Hak
Dari Solo, arah pelarian Thukul adalah sejumlah Asasi Manusia.
tempat di Yogyakarta, Magelang, dan Salatiga. Ia Aboe ingat obrolan di warung
makan itu berlangsung setengah
mendapat ilmu menyamar dari Arief Budiman. hari. Setelah itu, Thukul pamit ka-
rena harus ke Jakarta pada pukul
dua siang dengan naik bus. ”Tapi
Thukul bilang, sebelum kabur ke Ja-

M
ATAHARI terik masuk kamar, beberapa orang tak karta, ia hendak berobat ke Rumah
ketika penyair Wiji dikenal menyerobot masuk rumah. Sakit Mata Dr Yap dulu. Sipon dan
Thukul keluar dari Mereka tak mengenakan pakaian dua anaknya kembali ke Solo,” ujar
rumah kontrakan- seragam, tapi Sipon tahu mereka Aboe, yang pada 1996 menjadi Ke-
nya di Kampung polisi. tua Solidaritas Mahasiswa Indone-
Kalangan, Solo. Saat itu awal Agus- Awalnya pakai kaus, Thukul gan- sia untuk Demokrasi Solo.
tus 1996. Berita tentang Partai Rak- ti memakai hem biasa yang bersih. Aboe dan Menhir merupakan
yat Demokratik yang dicap kiri dan Selesai ganti baju, ia ke luar rumah, pengatur pertemuan Thukul dan
dikutuk pemerintah Orde Baru ma- berpapasan dengan para ”tamu” itu. istrinya apabila Sipon hendak ber-
sih terus diulang-ulang di televi- ”Saya bilang ke Thukul agar bersi- temu dengan Thukul di Yogyakar-
si. ”Dia tidak bawa apa-apa. Hanya kap wajar saja, temui baik-baik, ta- ta. Thukul dan Sipon pernah me-
baju. Memakai sandal jepit. Tidak
Ariswara nya apa maunya, jangan lari,” ceri- nyamar sebagai pelancong di Kera-
bawa tas,” ujar istrinya, Dyah Sujirah Sutomo ta Sipon. ton Yogyakarta. Mereka bertemu di
46
alias Sipon, mengenang peristiwa 17 Para polisi membiarkan Thukul depan Seni Sono. Aboe dan Menhir
tahun lalu itu. pergi. Mereka mengira yang kelu- mengatur waktu khusus untuk Thu-
Setelah kerusuhan 27 Juli 1996, ar itu Joko, teman Thukul dari Yog- kul dan Sipon, membiarkan mereka
para pemimpin PRD, baik di Jakar- ya yang menurut informasi tengah berdua selama satu-dua jam.
ta maupun di daerah-daerah, me- berkunjung. Setelah Thukul berla- Di Yogyakarta, Thukul, menu-
mang dikejar-kejar polisi dan tenta- lu, baru mereka bertanya kepada rut Aboe, kerap berkunjung ke Ru-
ra. Menurut Kepala Staf Bidang Sosi- Sipon di mana suaminya. Mereka mah Sakit Mata Dr Yap di Jalan Cik
al dan Politik ABRI Letnan Jenderal menggeledah rumah, mencari-cari Di Tiro, di selatan kawasan kampus
Syarwan Hamid, bentrokan di Kan- dokumen. Tetamu tak diundang itu Universitas Gadjah Mada. Di sana,
tor Dewan Pimpinan Pusat Partai akhirnya pergi, tapi Thukul malam Thukul berobat. Mata kanan Thukul
Demokrasi Indonesia itu didalangi itu tak pulang atau memberi kabar. cedera hampir buta akibat dipukuli
para aktivis PRD. Bentrokan terjadi aparat pada aksi buruh PT Sri Rejeki
manakala Soerjadi dengan dukung- -- - Isman Textile (Sritex) di Sukoharjo,
an tentara menyerbu kantor di Ja- BANGUNAN besar Mal Maliobo- Jawa Tengah, Desember 1995.
lan Diponegoro, Jakarta, itu. Komi- ro di jantung Kota Yogyakarta me- Tempat persembunyian lain Thu-
si Nasional Hak Asasi Manusia me- nyimpan sepotong cerita Wiji Thu- kul selama jadi buron aparat Orde
laporkan 5 orang tewas, 149 luka- kul. Sebelum jadi mal, di lokasi ini Baru adalah Hotel Rajasa di Jalan
luka, dan 28 orang hilang dalam pe- dulu berdiri warung makan ber- Badrawati 2, Ngaran, Desa Borobu-
ristiwa tersebut. ukuran 4 x 4 meter. Warung itulah dur, Kecamatan Borobudur, Mage-
Sebagai koordinator Jaringan Ker- yang disinggahi Thukul ketika ia lang. Hotel ini milik Ariswara Suto-
ja Kebudayaan Rakyat alias Jaker singgah di Yogya. mo atau Tomo, 67 tahun. Hotel de-
yang menjadi organ PRD, Thukul Thukul membalut tubuhnya yang ngan sepuluh kamar ini mengha-
terhitung salah satu pimpinan par- ceking dengan kaus putih memu- dap hamparan sawah hijau, tak
FOTO-FOTO: TEMPO/SURYO WIBOWO

tai itu. ”Saat itu ada informasi akan dar. Ia menyusuri pinggiran Malio- jauh dari Candi Borobudur. Tamu
ada polisi datang ke rumah,” ujar Si- boro bersama Sipon, istrinya, dan juga bisa menyaksikan kemegahan
pon. Khawatir, dia memanggil Thu- dua anaknya, sekitar Agustus 1997. barisan Bukit Menoreh.
kul, yang sedang tiduran di depan Mereka didampingi dua aktivis Par- Thukul beberapa kali menginap
rumah, agar masuk, dan Sipon me- tai Rakyat Demokratik, Prijo Wa- di kamar nomor delapan. Kamar-
nyuruhnya cepat-cepat ganti baju. sono (Aboe) dan Kelik Ismunandar nya standar berukuran 4 x 4 meter
Benar saja, belum lama Thukul (Menhir). ”Thukul gemar memakai dengan fasilitas spring bed, AC, ka-

46 | | 1 APRIL 2012
-Wiji Thukul: Pelarian-

kul datang tanpa memberitahukan


sebelumnya. Ia menyatakan sedang
dalam pelarian karena merasa di-
awasi tentara.
Kepada sang tamu, Arief menya-
rankan agar jangan bersembunyi di
tempat saudara, kolega, atau kawan
jaringan prodemokrasi, karena hal
itu akan mudah diendus aparat. Ja-
ngan pula berkomunikasi melalui
telepon. Disarankan juga agar dia
bersembunyi di pelosok desa yang
jauh dari akses informasi, atau per-
gi kepada seseorang yang sebelum-
nya tak dikenal. Arief juga berbagi
trik penyamaran dan pelarian: pan-
dai-pandailah menyaru.
Atas nasihat itu, Thukul tak lama
berada di rumah Arief. Pada kun-
jungan sebelumnya, Thukul sela-
lu berdiskusi lama, bahkan berma-
lam. Pada kunjungan saat itu, Thu-
mar mandi dan shower, serta lema- sederhana, Thukul bisa membaca- kul berada di rumah Arief kurang
ri. Menurut Tomo, kamar nomor kan puisi dengan ekspresi yang ba- dari satu jam. Selanjutnya, Arief
delapan kesukaan Thukul. Kamar Kamar gus dan mendalam. Sejak pertemu- memerintahkan Leila mengan-
itu selalu dipesan Thukul ketika ia di Hotel an di Jakarta itu, Tomo dan Thukul tar Thukul ke jalan raya yang mu-
singgah ke rumahnya. ”Wiji Thukul Rajasa bersahabat. dah diakses untuk mendapat ang-
sering kemari. Pernah ketemu kelu- tempat Wiji Sebelum ke Yogya dan Magelang, kutan umum. Kalau yang mengan-
47
arganya juga di sini,” kata Tomo. Thukul Thukul sempat mampir ke rumah tar Arief, tentu sangat mudah dike-
Tomo menyatakan bertemu un- pernah cendekiawan Arief Budiman di Sa- nali orang. Sebelum Thukul pamit-
tuk terakhir kali dengan Thukul di bersembunyi latiga. Arief dan istrinya, Sitti Le- an, Arief memberikan bekal uang.
rumahnya sekitar pukul tiga sore— ila Chairani, tak ingat kapan perte- Soal jumlahnya, ia lupa. Yang jelas,
di kawasan
”Bila tak salah ingat, Maret 1997.” muan terakhir mereka dengan Thu- untuk ukuran saat itu, cukup buat
Saat itu Thukul, berkaus putih, ber-
Candi kul. Yang jelas, itu sebelum kedua- bekal hidup hingga sebulan. ”Uang
celana panjang hitam, dengan tas
Borobudur, nya menetap di Australia serta se- itu dari Herbert Feith, Indonesianis
kecil di punggung. Magelang. telah Arief tak mengajar lagi di Uni- asal Australia,” ujar Arief. Herbert
Setelah makan, Thukul menya- versitas Kristen Satya Wacana, Sa- Feith memang sering menitipkan
takan hendak ke Jakarta. Tomo latiga. Arief pergi ke Australia pada uang kepada Arief untuk disalur-
mengenang, Thukul minta ”digen- 1997, menjadi profesor di University kan kepada siapa saja yang diang-
dong”. Maksudnya, Thukul minta of Melbourne, setelah tiga tahun se- gap membutuhkan bantuan.
uang saku. ”Digendong itu istilah belumnya dikeluarkan dari Univer- Setelah menyeruput kopi hingga
akrab di kalangan seniman,” ujar- sitas Kristen Satya Wacana. tandas, Thukul bergegas mengikuti
nya. Tomo mengatakan saat itu su- Penggalan kenangan yang tersisa Leila ke garasi mobil. Mengendarai
dah melarang Thukul ke Jakarta. Se- adalah kedatangan Thukul seorang mobil Daihatsu Zebra, Leila meng-
bab, situasi politik di Jakarta sedang diri pada suatu hari selepas zuhur antar Thukul ke perempatan Pa-
panas. ”Saya sudah bilang ke dia, di di kediaman Arief, di kawasan Ke- sar Sapi, sekitar sepuluh kilometer
Jakarta sedang ada sweeping.” miri, Salatiga. Thukul datang mem- dari rumah Arief. Sejak dari garasi
Namun Thukul nekat ingin ke Ja- bawa tas selempang. ”Penampilan- sampai tujuan, Leila memerintah-
karta. Tomo pun memberi Thukul nya seperti orang kampung,” kata kan Wiji menelungkup di jok tengah
duit dan segera mengantarnya ke Arief kepada Tempo. agar tak terlihat dari luar. Menurut
Terminal Borobudur, yang berjarak Seperti biasa, Arief menemui ta- Leila, perempatan Pasar Sapi dipi-
dua kilometer. munya di beranda yang letaknya lih karena merupakan tempat ra-
Tomo, yang dikenal sebagai bu- agak terpisah dari bangunan utama mai dan dilewati angkutan umum,
dayawan Borobudur, mengaku ber- rumah. Berukuran 2 x 4 meter, lan- baik dalam maupun luar kota. ”Ka-
temu pertama kali dengan Thukul tai beranda terbuat dari batu kali. lau terjadi apa-apa, mudah pula
ketika ia membaca puisi di Goethe- Meja dan kursi antik menambah minta pertolongan,” kata Leila. Se-
Institut, Jakarta, pada 1994. Tomo klasik ruang beranda. Siang itu tak telah Thukul turun dari mobil, Leila
terpesona waktu itu. Dengan idiom ada tamu lain. Kepada Arief, Thu- langsung meninggalkan dia. ●

1 APRIL 2012 | | 47
KULKAS
YANG TERUS
BERPINDAH
Selama jadi buron di Jakarta, Wiji
Thukul berpindah tempat beberapa kali.
Para aktivis prodemokrasi membantu
menyembunyikannya.

L
AKI-LAKI bertubuh kin Ibu tahu ada yang tidak biasa,”
kecil, kurus, gondrong, ujar Indri.
dan menyandang ran- Di rumah itu Thukul tidur di ru-
sel itu mendadak mun- ang tamu. Indri dan ibunya hanya
cul di kantor Solidari- mengobrol secukupnya dengan
tas Perempuan di Jalan Otto Iskan- sang tamu. Thukul tak lama ber-
dar Dinata, Jakarta Timur, pada si- sembunyi di sana, hanya tiga-em-
ang hari, 6 Agustus 1996. Beberapa pat hari, kemudian dijemput Ale-
anggota staf lembaga advokasi pe- xander Irwan dan istrinya, Edri-
rempuan itu panik karena khawatir ana Nurdin. Pasangan suami-istri
48
dengan kedatangannya. itu adalah aktivis prodemokrasi.
Nama Wiji Thukul, lelaki itu, se- Alexander saat itu anggota dari ja-
dang mencuat. Wajahnya terpam- ringan Partai Rakyat Demokratik,
pang di koran-koran dan televi- dan Edriana aktif di sebuah lemba-
si sebagai orang paling dicari poli- ga nonpemerintah. Sebelum per- kul tinggal di kamar tamu di sam-
si dan tentara setelah kerusuhan 27 gi, mereka sempat makan bersama ping kamar mereka.
Juli pada tahun itu. ”Kami akhirnya dengan sayur lodeh dalam suasana Sebelum berangkat kerja, Nana—
mengadakan rapat kecil dan me- yang hangat. panggilan akrab Edriana—mema-
mutuskan membawa dia ke rumah Sejak itu Indri hanya mendapat sak makanan dan menaruhnya di
saya,” ujar Veronica Indriani, perte- kabar tentang Thukul dari rekan- meja makan, tak jauh dari kamar
ngahan April lalu. rekan sesama aktivis dengan san- Thukul. Dia sebenarnya membo-
Indriani adalah aktivis perempu- di khusus. Tapi dia tidak memantau lehkan Thukul memanaskan ma-
an dari Yogyakarta yang bergabung betul keberadaan Thukul. ”Waktu kanan jika diperlukan, tapi hal itu ti-
dengan Solidaritas Perempuan ber- itu kami menyamarkan dia dengan dak pernah dilakukan. Gorden jen-
sama Wahyu Susilo, adik Wiji Thu- sandi ’Kulkas’. Kebetulan waktu itu dela selalu ditutup dan lampunya
kul. Dengan taksi, siang itu juga In- saya mau beli kulkas dari seorang mati, membuat rumah itu seperti
dri, Thukul, Wahyu, dan seorang teman,” kata perempuan yang per- tak berpenghuni.
teman Indri berangkat menuju ru- nah ikut mengadvokasi para kor- Nana juga berpesan agar tidak
mah Indri di Bojong Gede, Bogor. ban pembangunan Waduk Kedung- melakukan aktivitas yang mencuri-
”Habis Rp 100 ribu mungkin. Te- ombo di Jawa Tengah pada 1987 itu. gakan selama ia dan Alex pergi, se-
rus kami tambahi, karena memang ”Oh, Kulkas sudah aman, ya, syu- perti menyalakan lampu dan televi-
jauh dan jalannya jelek,” kata Indri. kur,” dia mencontohkan. si, merokok, atau membuat suara-
Rumah Indri kecil, tanpa pagar, Alex dan Edriana lalu membawa suara tertentu. Nana heran dengan
dan agak jauh dari tetangga di se- Thukul ke rumah mereka di Bumi keteguhan dan kedisiplinan Thu-
buah kompleks perumahan di Bo- Serpong Damai, Tangerang. Thukul kul karena dia tak pernah melihat
jong Gede. Depan dan belakang ru- agak lama bersembunyi di sini. Tapi sesuatu yang berubah di rumahnya
mahnya masih tanah terbuka. Ke- Edriana mengaku tak ingat betul be- ketika pulang.
pada ibunya, Indri tak mencerita- rapa hari Thukul tinggal. Dia mem- ”Bagaimana dia mandi, coba. Tak
kan siapa tamunya. ”Saya bilang, perkirakan seminggu-dua minggu, ada suara apa pun selama rumah di-
dia kakak Mas Wahyu. Tapi mung- antara Agustus dan Oktober. Thu- tinggal,” kata Nana, yang sempat

48 | | 1 APRIL 2012
-Wiji Thukul: Pelarian-

gelisah karena situasi saat itu sulit Saat itu, sudah tengah malam ketika
ditebak. Dia bahkan sempat mem- Thukul tiba. Billah menunggu di su-
beri Thukul jaket musim dingin me- dut luar rumah, tapi lampu luar ru-
rah yang tebal. Selain untuk melin- mah sengaja dimatikan.
dungi dari dingin, jaket itu dipakai Mereka lalu menuju paviliun di
sewaktu-waktu untuk menyamar- halaman belakang rumah. Billah
kan penyair asal Solo tersebut, mi- kemudian menunjukkan jalan le-
salnya saat pindah ke tempat Galuh wat pintu samping, lalu melipir ke
Wandita. jalan setapak di samping rumah,
Sebelum ke tempat Galuh, Thu- melewati musala, taman belakang,
kul disembunyikan dulu di tempat dan kolam renang yang di atasnya
Mohammad Mu’tashim Billah, ak- sekarang terdapat ruang kerjanya—
tivis prodemokrasi yang kemudi- saat itu ruang kerja itu belum diba-
an menjadi anggota Komisi Nasio- ngun. ”Jadi dia tidak masuk ke ru-
nal Hak Asasi Manusia. Malam itu mah utama,” ujar Billah.
mereka mengantarkan Thukul ber- Paviliun itu tidak besar. Luasnya
temu dengan Hendra Budiman, ak- sekitar 6 x 4 meter. Di sebelahnya
tivis dari Yogyakarta. Hendra me- juga ada satu paviliun lagi. Rumah
ngenal Thukul sejak 1987, saat per- itu dibatasi dengan tembok dan ka-
temuan pers mahasiswa di Yogya- wat berduri. Tak ada celah bagi
karta. Dia anggota Rode, sebutan orang luar masuk ke pekarangan,
bagi kelompok aktivis dan mahasis- karena di balik tembok sudah lang-
wa yang indekos di Gang Rode di ka- sung rumah tetangga.
wasan Mergangsan, Yogya. Paviliun itu memiliki ruang tamu
Hendralah yang meminta atas- bercat putih dengan tiga kursi dan
annya, Billah, menampung Thukul meja, dua foto di dinding, serta ukir-
karena rumahnya di Jatibening, Be- an kayu seperti gebyok. Di samping
kasi, dinilai cukup aman untuk ber- ruang tamu terdapat kamar mandi
49
sembunyi. Apalagi ada paviliun di dan dapur kecil. Thukul ditempat-
belakang rumah Billah yang per- kan di salah satu kamar dari dua ka-
nah Hendra tinggali ketika baru me- mar di lantai dua. Kamar yang di-
nikah. ”Saya antar dia (Thukul) ma- tempatinya di sisi kanan. Jendela
mengecek ke tetangga dan peda- lam-malam,” kata Hendra. dengan terali menyilang berada di
gang makanan keliling yang lewat Hendra mengabarkan kedatang- depan dan samping kamar.
depan rumahnya kalau-kalau me- Saat pen- an Thukul pada saat sarapan. Billah Kamar Thukul itu berisi satu ran-
reka mendengar suara yang men- deklarasian cukup kaget mengetahui ternyata jang dan sebuah meja rias kom-
curigakan dari rumahnya. ”Dia itu Partai sang tamu sudah datang semalam. plet dengan kaca yang agak bu-
orangnya disiplin banget, teguh, Rakyat Menurut Hendra, dia tak memberi- ram menghitam. Di dinding ter-
tahu konsekuensi dan tidak pernah Demokratik, tahukan siapa teman yang akan ia dapat tiga hiasan diding, yakni se-
ngrepoti.” Jakarta, titipkan. Dia juga sempat mengun- buah gambar kapal kecil, hiasan bu-
Selama di sana, Thukul biasanya 22 Juli 1996. jungi Thukul dan berpesan supaya nga dari kerang, dan gambar bunga
hanya duduk bersila atau menekuk tidak ke luar rumah. berukuran hampir satu meter di sisi
kedua lututnya di kursi di dekat ka- Tapi, menurut Billah, sebelum- atas tempat tidur. Ketiga hiasan itu
mar sambil menulis atau sekadar nya dia sudah diberi tahu akan di- tampak kusam.
menggambar di buku seukuran ku- minta menyembunyikan Thukul. Billah tak berinteraksi dengan
arto. Jika tidak, ia mendekam di ka- ”Kami sekeluarga sudah siap dan sa- Thukul. Segala keperluan makan
marnya. dar konsekuensinya,” ujarnya saat disediakan oleh Tamin, pembantu
Sesekali mereka berdiskusi jika ditemui Tempo di rumahnya yang Billah. Menurut Tamin, Thukul tak
ada teman aktivis yang datang men- asri. Billah mengaku tak kenal seca- banyak berbicara. Biasanya Tamin
jenguk Thukul. Biasanya televisi di- ra pribadi dengan Thukul dan bu- menyajikan makan tiga kali sehari
nyalakan dengan suara keras untuk kan anggota jaringan PRD, tapi mau dan menyiapkan termos air, gelas,
menyamarkan percakapan. Thu- menampungnya karena Thukul ter- gula, serta kopi atau teh. Dia akan
kul akan ikut merokok jika tamu- masuk jaringan prodemokrasi. memanggil Thukul manakala saat
IDON HARYATNA/DETAK

nya merokok. Seniman ini juga ma- Rumah Billah agak menjorok ke makan tiba. ”Mas, sudah siap!” ujar-
sih bersemangat jika berdiskusi ten- dalam dari jalan kampung di Jati- nya saat itu, lalu meninggalkan pa-
tang buruh dan situasi saat itu. bening. Tamu yang datang harus viliun.
Keberadaan Thukul di rumahnya melewati dua pintu gerbang me- Thukul tak lama berada di sana,
sempat membuat Nana cemas dan nuju rumahnya, sekitar 30 meter. hanya tiga hari hingga sepekan.

1 APRIL 2012 | | 49
-Wiji Thukul: Pelarian-

Dia lalu dijemput lagi oleh Hendra


dan pasangan Alex-Nana, yang ke-
mudian mengantarnya ke jaring-
an aktivis Jawa Barat. Mereka berte-
mu dengan Boy Frido, mantan ak-
tivis mahasiswa Institut Teknologi
Bandung, di Bandung. ”Sampai ke
saya pada Oktober atau November
1996,” kata Boy saat ditemui Tem-
po di Desa Pasawahan, Kecamatan
Banjarsari, Pangandaran, Jawa Ba-
rat, awal April lalu.
Boy mengaku bukan anggota
PRD, tapi berteman dengan pim-
pinan PRD. Dia mengenal Thukul di
Yogyakarta pada 1980 sebagai anak
Rode. Boy dan Thukul semakin ak-
rab setelah terlibat dalam pemba-
ngunan sekolah darurat di daerah
pelosok. Mereka bertemu lagi saat
Thukul masuk PRD. ”Karena itu
mungkin Wiji mau kami sembunyi-
kan,” ujarnya.
Boy menduga Alex mengantar rahan Thukul dari Alex kepada Boy, saya, kami katakan teman ini se-
Thukul ke dia setelah berkomuni- tapi Thukul lalu dibawa Alex lagi. dang sakit, butuh istirahat semen-
kasi dengan teman serumahnya, ”Saya tak tahu proses selanjutnya,” Kamar per- tara,” ucap Galuh, yang mengenal
Bambang Hari. Boy dan Bambang kata Boy. sembunyian Thukul pada 1994-1995 saat dia be-
50
sering berkumpul dan melakukan Menurut Nana, Thukul tidak di- Wiji Thukul kerja di sebuah organisasi nirlaba
kegiatan bersama. Menurut Nana, sembunyikan di Jawa Barat kare- di rumah asing, Oxfam. Karena dianggap sa-
Bambang bertindak sebagai peng- na tempatnya terbuka dan dinilai M.M. Billah kit, Thukul hanya berdiam di ka-
atur persembunyian Thukul, se- kurang aman. Mereka lalu mem- di Jati- marnya dan tak banyak berhubung-
dangkan Boy sebagai pelaksana di bawanya ke tempat Galuh Wandi- an dengan keluarga Galuh.
waringin,
lapangan. Sayangnya, Bambang tak ta di daerah Menteng, Jakarta Pu- Sedangkan Boy mendapat pesan
bisa menjelaskan hal ini karena su- sat. Galuh juga aktivis prodemo-
Bekasi. untuk mengantar Thukul ke tempat
dah meninggal lima tahun lalu. krasi yang bergerak di bidang hak persembunyian berikutnya: Pon-
Pertemuan Boy dan Thukul ter- asasi manusia. M.M. Billah tianak. ”Temui orang ini. Namanya
jadi pada malam hari di suatu tem- Saat akan keluar dari rumah Alex, (kiri). Djueng,” begitu bunyi pesan itu.
pat di Bandung. Dalam pertemuan mereka menyamarkan Thukul de- Boy diarahkan untuk membeli dua
itu ada penjelasan singkat penye- ngan rasa khawatir. ”Kami sendi- tiket pesawat ke Kalimantan mela-
ri yang parno (paranoid). Padahal lui biro perjalanan dengan menggu-
cuma mindahin dari rumah ke ha- nakan nama palsu. ”Dulu masih bo-
laman yang sangat dekat, mung- leh membeli tiket pesawat tanpa pa-
kin tiga-lima meteran,” ujar Nana. kai KTP. Tidak seketat sekarang. Cu-
”Dia memakai jaket winter, jadi ba- kup datang ke biro jasa, setor nama
dannya terlihat besar dan pakai topi dan tujuan,” ujar Boy.
untuk menutup kepala dan wajah- Setelah tiket siap, Alex dan Nana
nya.” mengantar Thukul ke Bandara Soe-
Tapi mereka rupanya tak paham karno-Hatta. Selama di bandara
daerah Menteng dan tersasar hing- dan di pesawat, Thukul dan Boy tak
ga Jalan Cendana, dekat rumah Pre- banyak mengobrol. Mereka berang-
siden Soeharto. ”Deg-degan banget, kat memakai topi dan kacamata un-
apalagi saat itu ada banyak tentara. tuk menyamarkan penampilan. Di
Tapi kami berusaha sewajar mung- pesawat, keduanya duduk terpisah
TEMPO/DWIANTO WIBOWO

kin,” kata Nana. Untunglah, akhir- dan hanya berbicara seperlunya se-
nya mereka bisa menemukan ru- perti orang yang tidak saling kenal.
mah Galuh malam itu. Pesawat itu berangkat sekitar pukul
Galuh menampung Thukul sela- 08.00 menuju tempat pelarian baru
ma tiga hari. ”Di rumah orang tua Thukul. ●

50 | | 1 APRIL 2012
Itu pun selalu berdua dengan Tho-

BANG PAUL DI mas menggunakan sepeda motor.


Dalam boncengan, Thukul kadang
tampak merinding bila berpapasan

KAMPUNG DAYAK dengan tentara atau polisi. Bila per-


gi ke luar rumah, Thukul selalu me-
makai topi koboi untuk menutupi
wajahnya yang mudah dikenali.
Sekitar tujuh bulan bersembunyi di Pontianak, Apalagi masih ada luka di parasnya.
sebundel puisi dan esai ia buat. Menggunakan Di sekitar mata, juga pelipis kanan-
nama-nama samaran, kawan dan kerabat tak tahu nya, terlihat lebam. Thukul meng-
aku kena popor senjata ketika ber-
jati dirinya. demo Sritex di Solo.
Karena luka ini, dia susah tidur. Ia
baru terlelap ketika ayam berkokok.
+ ”Suster sudah berangkat.” but meninggalkan Jakarta yang di- Thomas pun kadang memijitnya.
- ”Baik Romo, saya jemput.” rasa semakin ”panas”. ”Skenario- Selain itu, dosen hukum di Univer-
nya, dia akan menyeberang ke Ma- sitas Tanjungpura ini mesti menyi-

D
I bawah terik mata- laysia, tinggal di daerah transmigra- apkan tuak (Rp 3.000 per botol) se-
hari, sekitar pukul si, atau di daerah aman seperti per- tiap malam selama beberapa ming-
10.00, dua lelaki itu kebunan sawit,” kata Djueng. gu. Begitu menenggak dua botol
bergegas keluar dari Awal menginjak Tanah Dayak minuman tradisional yang terbuat
Bandara Supadio, ini, Thukul bagai kutu loncat. Tiga dari beras tape itu, barulah Thukul
Pontianak. Mengenakan topi, kaca- hari pertama dia berdiam di tem- dapat tidur pulas di kamarnya yang
mata, serta tas ransel di punggung, pat Djueng. Setelah itu, pindah ke seluas 3 x 3 meter.
Wiji Thukul dan Boy Frido menuju rumah Darlip. Di kediaman pemu- Selama tinggal di Kalimantan, Thu-
lahan parkir. Seorang lelaki beram- da yang baru lulus dari Universitas kul memakai nama Paulus. Menurut
but ikal, Stepanus Djueng, telah me- Tanjungpura, di Blok B kompleks Thomas, identitas itu diperkuat de-
52
nanti. Tanpa basa-basi, ketiganya ini, juga tak sampai sepekan. Ren- ngan membuat kartu tanda pendu-
masuk Daihatsu Taft hijau. ”Tak ba- cana menempatkan Thukul di dae- duk. Pada tengah September 1996,
nyak bicara. Situasi cukup mence- rah rupanya gagal. Djueng lalu me- Thomas mengantar Thukul ke stu-
kam,” kata Djueng, Kamis dua pe- manggil Thomas Daliman untuk dio Foto Teknik di Siantan. Ini peng-
kan lalu, mengingat peristiwa pada membawa Thukul ke rumahnya alaman paling mendebarkan bagi
akhir Agustus 1996 itu. di Jalan Ambang III, Tanjung Hulu, Thomas. Pasalnya, ”Topinya kan ha-
Kendaraan itu meluncur ke pusat Pontianak timur. Aktivis LBBT yang rus dibuka. Ya, takut ketahuan, ram-
kota. Di Kompleks Pangeran Pati I, juga seorang pegawai negeri itu di- butnya baru dipotong cepak dan
Blok D 12, Siantan, Pontianak, mobil harapkan dapat mengecoh mata luka memarnya masih membekas,”
berhenti setelah menempuh perja- aparat. tutur Thomas. Atas bantuan maha-
lanan sekitar setengah jam. Djueng, Thomas dipesan berhati-hati. Ka- siswa Thomas yang ayahnya seorang
Direktur Lembaga Bela Banua Ta- rena itu, pemindahan Thukul dila- camat, selembar KTP pun jadi. Thu-
lino (LBBT), mempersilakan paket kukan ketika sudah larut malam kul alias Paul tercatat sebagai warga
”suster” yang dikawal Boy, aktivis untuk menghindari kecurigaan. Desa Ambawang, Kecamatan Sungai
asal Bandung, itu masuk rumah. Se- Juga untuk mengurangi rasa was- Ambawang, Pontianak.
buah kamar telah disiapkan untuk was Thukul yang terlihat trauma- Sehari-hari para tetangga yang
Thukul, aktivis PRD yang sedang di- tik. Bila melihat orang asing, Thu- semua tak mengetahui penyamar-
buru pemerintah karena dianggap kul kerap dihinggapi rasa khawa- an tersebut memanggil Thukul de-
turut mendukung PDI Mega dan tir. Tak mengherankan, ketika sam- ngan panggilan Bang Paul. Awalnya,
merencanakan people power. pai rumah dan melihat kamarnya di istri dan kemenakan Thomas pun
Pemilihan Pontianak sebagai lantai dua, Thukul bertanya, ”Mas, tak tahu jati diri sebenarnya Thukul.
tempat persembunyian diputuskan lewat pintu mana untuk sewaktu- Yang mereka tahu, Paul adalah ka-
dalam pertemuan di kantor Konfe- waktu bisa lari?” wan Thomas dari tanah jauh yang se-
rensi Waligereja Indonesia (KWI) Dari kamarnya di lantai dua, Thu- dang menyambangi Pontianak. Be-
di Jalan Cut Meutia, Menteng, Ja- kul selalu mengawasi orang yang gitu pula kepada teman-teman Tho-
karta, sepekan sebelumnya. Di- lalu-lalang. Menurut Thomas, masa- mas di lembaga swadaya masyara-
rektur Lembaga Penelitian Pem- masa paranoid ini berlangsung se- kat, Thukul tetap mengaku bernama
bangunan Sosial, ketika itu Romo kitar tiga minggu. Selama pekan- Paul. Bahkan beberapa kali Thukul
Hardaputranta, meminta Djueng pekan itu dia tidak pernah kelu- mengikuti pertemuan LSM.
membawa penyair asal Solo terse- ar kecuali setelah pukul 10 malam. Untuk menyuplai informasi ter-

52 | | 1 APRIL 2012
-Wiji Thukul: Pelarian-

nya, ”kebebasan” ini disukai Thu-


kul. Sampai akhirnya ia mengung-
kapkan hasratnya. ”Tin, aku tidur
di rumahmu saja,” kata Thukul.
Di rumah, Martin memperkenal-
kan Thukul kepada tetangganya se-
bagai Paul, pun kepada Idawaty, is-
trinya. Supaya istri dan kerabatnya
tidak curiga, Paul dikatakan seba-
gai kawannya, orang Solo yang ber-
jualan bakso di Singkawang habis
dirampok sehingga tak punya mo-
dal dan terpaksa tinggal di rumah
mereka.
Kedok ini tak terbongkar berbu-
lan-bulan hingga akhir 1996, ketika
tabloid Detak memuat wajah Thu-
kul. Adik Idawaty yang tinggal di
asrama mahasiswa terkejut meli-
hat foto buron tersebut, pun teman-
temannya yang pernah berjumpa
dengan Thukul di rumah Idawaty.
”Untung, aku bisa meyakinkan bah-
wa foto di tabloid itu adalah sauda-
baru, Thomas menyediakan se- mar tidur. Thukul tinggal di kamar ra kembarnya Paul,” ujar Martin
buah radio. BBC menjadi siaran fa- belakang yang luasnya sekitar sem- sambil tertawa. Namun, kepada is-
vorit Thukul. Seperangkat kompu- Wiji Thukul bilan meter persegi. Martin, aktivis trinya, Martin membuka selubung
ter menjadi senjata Thukul menum- pada akhir asal Medan yang juga sempat dike- misteri Bang Paul itu.
53
pahkan karyanya. Sekitar tiga bu- 1980-an. jar pemerintah Orde Baru, menem- Menurut Ida, selama di rumah, ke-
lan di rumah ini, dia sempat mem- pati kamar depan bersama istrinya, giatan rutin Bang Paul adalah me-
buat beberapa puisi. Namun, ketika Idawaty, perempuan Dayak dari nyapu halaman, membersihkan da-
hendak pindah, dia berujar, ”Mas, daerah Sanggau. pur, dan mencabut rumput. Kadang-
aku hapus ya puisi-puisinya.” Kare- Rencana awalnya, Thukul akan kadang menyeduh kopi atau teh un-
na itu, tak ada satu pun file yang ter- ditempatkan di gereja atau biara un- tuk pasangan suami-istri itu. Bersa-
sisa di rumah yang kini sudah dire- tuk dipekerjakan sebagai office boy ma Martin, dua lelaki itu juga ber-
novasi tersebut. atau tukang kebun. Selain menya- cocok tanam sayuran di kebun bela-
markan keberadaan Thukul, juga kang rumah. ”Sepertinya di sini me-
-- - memberi waktu yang cukup leluasa rasa nyaman. Bang Paul tak ada tan-
baginya agar bisa berkarya. Kabar- da-tanda masih paranoid,” kata Ida.
BANGUNAN yang didirikan pada nya, itu adalah keputusan Jakarta. Paul punya kebiasaan seperti ke-
1995 itu masih tegak ketika Tempo Namun Martin tak tahu siap pembu- tika di rumah Thomas. Pagi hari dia
datang pada akhir Maret lalu. Terle- at kebijakan tersebut. mendengarkan siaran BBC dari ra-
tak di Kompleks Korpri, Blok S No- Yang dia ingat, pada akhir Agus- dio butut yang mesti dipegang ante-
mor 348, Sungai Raya Dalam, Kabu- tus 1996, Djueng memanggilnya nanya agar mendapat sinyal jernih.
paten Kubu Raya, Kalimantan Barat, dan memberi tahu ada kawan yang Karena itu, dia mendengarkannya
rumah panggung ini berdiri di atas membutuhkan bantuan. Di rumah sambil jongkok. Ketika memasuki
tiang setinggi satu meter. Alasnya Djueng, tahulah dia tokoh tersebut. sesi pelajaran bahasa Inggris, pensil
yang terbuat dari kayu itu berderit- Martin sempat bertemu dengan dan kertas sudah di tangannya un-
derit bila diinjak. Kini rumah itu di- Thukul sewaktu di Yogyakarta pada tuk mengerjakan apa yang diperin-
tinggali Albert. ”Saya tidak tahu Mar- akhir 1980-an. Begitu juga Boy, se- tahkan penyiar.
tin atau Paul yang dahulu di sini,” kondan lama yang ia kenal ketika Setelah kelar dengan urusan ”kur-
kata lelaki yang menempati rumah melanglang ke Bandung. sus” itu, Paul berkeliling Pontianak
DOK: ROSSYLIN VAN DER BOSCH

ini sejak empat tahun lalu itu. Martin kemudian sering menje- dengan sepeda Federal milik Mar-
Di rumah itulah Thukul paling nguk Thukul di rumah Thomas. Ka- tin. Tetangga kanan-kiri mafhum de-
lama menghabiskan hari-harinya dang mengajaknya berkeliling kota ngan rutinitas ini. Walau terlihat le-
di Pontianak. Selain terdapat ruang khatulistiwa itu. Tak jarang dua le- bih rileks, Thukul tak menghilang-
tamu dan dapur, bangunan milik laki ini menghabiskan waktu ber- kan kewaspadaannya. Ia selalu me-
Martin Siregar itu memiliki dua ka- dua hingga tengah malam. Rupa- nutup kepalanya dengan caping.

1 APRIL 2012 | | 53
-Wiji Thukul: Pelarian-

lam. Di sana dia diajak ke hutan ka-


ret. Pulangnya, kakak sulung mere-
ka bingung mendengar ocehan Thu-
kul tentang hal-hal yang terdengar
”wah”, yaitu kelas masyarakat. ”Cer-
das sekali Paul si tukang bakso ini.”
Nah, kebiasaan mereka sewaktu
malam adalah bermain kartu remi.
Dalam permainan itu, Thukul dan
Ida selalu berkolaborasi menye-
rang Martin. ”Thukul ini bahasanya
sangat kuat, istriku ya jadi dekat,”
kata Martin. ”Dia sangat sayang ke-
pada istriku. Dan istriku juga sangat
senang diskusi bersama dia, teruta-
ma tentang merawat bayi ataupun
pendidikan anak.” Mungkin kare-
na hal ini, ketika Thukul pulang ke
Solo sekitar tiga pekan pada perte-
Baru sekitar pukul 10 dia pulang. Ta- baran kertas itu di meja. Ada pula ngahan Januari 1997, dia minta Si-
ngannya menentang jajanan pasar, yang diselipkan di bawahnya. Ber- pon membuatkan pakaian bayi.
mie tiaw, atau taoge. ”Dia suka ma- sama poster dan slogan perjuangan, Rumah yang Kehidupan kembali normal keti-
sak sendiri. Mungkin tidak suka ma- kadang ia menempelkan puisinya di sempat ka Thukul tiba lagi di Pontianak. Na-
sakan saya,” Ida berseloroh. tembok kamar. Thukul melengka- ditinggali mun Ida merasa masa itu begitu ce-
Pasar Sentral merupakan tem- pi hobi dekorasi ini dengan membu- Wiji pat berlalu. Dua bulan kemudian,
pat singgah kesukaan Thukul. Pa- at kliping majalah Tempo bekas yang Thukul, di Bang Paul-nya mohon diri kemba-
sar tradisional di tengah Kota Pon- dibeli dari pasar loak. Kompleks li ke Jakarta selama waktu yang be-
tianak itu hingga kini ramai dikun- Puisi tulisan tangan itu lalu di- Korpri lum ditentukan. ”Tak pernah berte-
54
jungi orang. Bangunan tua yang se- salin ke komputer. Untuk pekerja- mu lagi setelah itu,” katanya.
Sungai
bagian beratap asbes itu merupa- an ini, Thukul mesti ke rumah Tho- Sebelum melangkah ke Ibu Kota,
mas. Dia bisa berjam-jam di depan
Raya Dalam, Thukul sempat mendatangi Tho-
kan satu blok dari Kawasan Pasar
Parit Besar. Di sini terdapat seribu- komputer versi IBM dengan dis-
Kabupaten mas. Dia mengadu kehilangan dom-
an los pedagang, di antaranya pa- ket besar itu. Selain menulis puisi, Kubu Raya, pet. Yang lebih mengganggu, kar-
kaian bekas impor yang berasal Thukul membuat dua cerpen: ”Ke- Kalimantan tu tanda pengenalnya pun lenyap.
dari Singapura, Malaysia, dan Cina. gelapan” dan ”Telunjuk Sakti”. Kar- Barat. ”Mas, saya minta dibuatkan KTP
Ada juga dari Amerika. Pernah satu ya ini bercerita tentang kehidup- lagi,” ujar Thukul. Akhirnya, dia
kali Paul membeli baju. Rencana- an keluarga Martin dan gejolak so- mendapat nama baru: Martinus
nya akan dikirim ke Solo untuk is- sial masyarakat Dayak. Mengguna- Martin. Pekerjaan: rohaniwan.
trinya, Sipon. Begitu dibuka, le- kan nama Aloysius Sumedi, ia me- Pada akhir Maret 1997, Thukul be-
ngan baju itu sobek. ”Dia lalu mem- ngunggah dua cerpen itu ke dunia rangkat ke Jakarta. Dari Jakarta, dia
buat puisi ’Baju Bekas yang Lengan- maya oleh Komite Nasional Perju- pernah dua kali mengirim pakai-
nya Robek’,” Martin berkisah ten- angan Demokrasi. ”Sayang, puisi- an jins untuk Martin. Pertama pada
tang asbabul puisi tersebut. puisi itu hilang ketika kami pindah akhir Maret, kedua pada pertengah-
Selama bersama keluarga ini, rumah,” ujar Martin. an April. Alamat pengirimnya: Refi,
Thukul membuat belasan puisi. Te- Untuk membuat puisi ini, Thu- Jakarta. Seorang kurir bernama Bu-
manya mengenai kehidupan sosi- kul mengurung diri di kamar. Bah- ang mengantarkan kiriman terse-
al masyarakat Dayak. Dia memiliki kan kadang sampai beberapa hari. but. Di paket itu, Thukul menem-
meja dan kursi kerja di kamarnya. Dia keluar hanya untuk makan atau pelkan sepucuk surat. ”Ini untuk
Karya tersebut ditulis dalam lembar- buang air. Pernah sesekali Martin kau jual buat menambah dapur,” tu-
an-lembaran kertas. Selain ”Baju Be- mengintip dari lubang kunci, Thu- lis Thukul dalam surat itu.
kas”, satu judul puisi lain yang masih kul sedang meditasi, senam me- Martin menulis surat balasan
FOTO-FOTO: TEMPO/MUHAMMAD NAVI

diingat Martin adalah ”Bapak Pas- longgarkan otot, atau menulis. yang ditandatangani berdua de-
ti Kembali”. Kelihatannya ini dituju- Sekali waktu, Thukul diajak ke ngan Ida. Namun surat ini tak per-
kan untuk dua anaknya, terutama Kampung Bali, Kabupaten Sanggau, nah mendapat jawaban. Buang,
Fitri Nganthi Wani. ”Kumpulan pui- sekitar 180 kilometer dari Pontia- yang beberapa kali dicari ke ka-
sinya ada satu bundel, lebih dari se- nak. Itu bertepatan dengan malam pal pengangkut minyak di derma-
puluh judul,” kata Martin. Natal 1996. Di kampung keluarga be- ga, juga tak pernah terlihat. ”Saya
Thukul biasanya menyimpan lem- sar Ida tersebut, dia tinggal dua ma- kangen Bang Paul,” kata Ida. ●

54 | | 1 APRIL 2012
-Wiji Thukul: Pelarian-

trakan itu lolos dari radar aparat.

SI PENULIS PAMFLET Suparli, pemuka warga setempat,


membenarkan rumah itu dulu sem-
pat dikontrakkan pemiliknya. ”Tapi
Sempat menyepi ke Kalimantan, Wiji Thukul tak ada insiden apa-apa, baik saat di-
kontrak maupun setelahnya,” ujar-
akhirnya kembali ke Jakarta. Para penculik aktivis nya kepada Tempo.
mengenalnya sebagai penulis pamflet. Selain di Bekasi, Margiyono dan
Thukul sering menginap di Rumah
Susun Kemayoran. Di sana juga ada
Petrus Bima Anugerah dan Andi
Arief. Dekat rumah susun itu ter-
dapat telepon umum yang sudah di-
utak-atik sehingga mereka bisa me-
nelepon dengan gratis. Margiyono
mengatakan Thukul sering meng-
hubungi Sipon dari sana.
”Saya biasa diminta mengantar-
kannya ke telepon umum, biasanya
larut malam. Sebab, kalau sore, te-
lepon itu banyak peminatnya,” kata
Margiyono.
Thukul juga pernah tinggal ber-
sama Mugiyanto—aktivis PRD yang
pernah diculik—pada sekitar Mei
1997. Mereka tinggal bersama di ru-
mah kontrakan di bilangan Bidara
Cina, Jakarta Timur. Namun kala itu
56

P
ADA sebuah jalan bun- oleh kawan-kawannya. si penyair datang dan pergi, tak per-
tu, Margiyono celingu- Pada masa itu, situasi Jakarta se- nah menetap lama.
kan. Ia berusaha mengin- dang panas. Hiruk-pikuk gerak- Wiji Thu- Di Jakarta, selain mesti terus me-
gat dan memastikan ses- an politik bernama Mega-Bintang kul dalam mastikan diri aman di persembu-
uatu. Pandangan matanya tertuju muncul sebelum masa kampanye sebuah nyian, sebagian kegiatan Thukul
pada sebuah rumah di ujung jalan Pemilihan Umum 1997 resmi bergu- pementasan adalah menulis untuk kepentingan
itu. Mantan aktivis Partai Rakyat lir. Ini masa ketika pemilihan umum puisi di PRD. Menurut Lilik Hastuti, mantan
Demokratik itu berdiri mematung masih sangat tertutup. PRD meng- Jakarta, aktivis PRD jaringan Tangerang di
beberapa saat. ”Ini rumahnya dulu. upayakan persatuan oposisi Mega- 1990an. bawah koordinasi Linda Christan-
Di belakang itu ada pohon rambu- Bintang dan rakyat. Ini merupakan ty, sejak dulu penerbitan memang
tan, saya ingat,” ujarnya. upaya merintis kerja sama di antara menjadi urusan Thukul. Thukul
Tiga pekan lalu, ia membawa unsur-unsur yang menentang Orde menulis di Suluh Pembebasan, yang
Tempo melongok ke sebuah rumah Baru kala itu, terutama kelompok menjadi saluran resmi partai. Kar-
persinggahan para aktivis. Rumah pendukung Megawati Soekarno- ya Thukul yang dimuat waktu itu,
di kompleks Pondok Pekayon In- putri, yang baru digusur dari kursi kata Lilik, selalu berhubungan de-
dah, Kota Bekasi, itu dulu dikontrak Ketua Umum Partai Demokrasi In- ngan kesenian.
salah seorang pegiat PRD, Daniel In- donesia, dan Partai Persatuan Pem- Margiyono membenarkan soal
dra Kusuma. Di rumah itulah Mar- bangunan. Gerakan ini menggelin- pentingnya Thukul dalam penerbit-
giyono pernah tinggal beberapa ding dan membuat risau penguasa an itu. Menurut dia, Thukul berpe-
saat dengan Wiji Thukul, kawan se- Orde Baru. ran sentral dalam setiap penerbit-
perjuangannya. Waktu itu, Thukul Margiyono berkisah, para akti- an PRD kala itu. ”Selain menulis, ka-
tiba-tiba muncul diantar salah seo- vis berbagi ruangan di rumah de- rena kurang personel, kami bekerja
rang aktivis PRD, Web Warouw, ke ngan dua kamar tidur di Bekasi itu. rangkap. Salah satunya bergantian
rumah kontrakan tersebut setelah Satu kamar digunakan Daniel ber- mengambil cetakan,” katanya.
DOK. ROSSILYN VAN DER BOSCH

lama menghilang. sama keluarganya, sedangkan dia Mugiyanto bercerita, ketika dia
”Pada saat bertemu, kalau tak sa- dan Thukul menempati kamar lain. diculik, para penculiknya berkali-
lah Februari atau Maret 1997, Thu- Kalau gerah tidur di kasur, mereka kali menanyakan apakah ia menge-
kul bercerita bahwa selama ini dia pindah ke ruang tengah. Begitu saja nal Thukul. Mereka menyebut Thu-
bersembunyi di Kalimantan,” kata yang mereka lakukan selama dua kul pembuat pamflet.
Margiyono, yang akrab disapa Megi bulan itu. Beruntung, rumah kon- ●

56 | | 1 APRIL 2012
58

melihat orang yang tidak melayani

BERJUMPA DI orang tapi minta dilayani. ”Kata


‘priayi’ adalah umpatan dari dia.”

SEBERANG GRAMEDIA
Wahyu mengaku malu mendapat
sindiran dari kangmasnya itu.
Wahyu mengatakan cukup de-
kat dengan Thukul. Bahkan bebe-
rapa puisi karya Thukul dibuat un-
Bertemu dengan adik kandungnya di rumah makan tuknya. Bagi Wahyu, Thukul ada-
Padang. Berjas, menghadiri pertemuan aktivis lah simbol perjuangan mencari ke-
adilan—seperti perjuangan para
partai di hotel. buruh migran yang sehari-hari di-
tangani Wahyu sebagai analis ke-
bijakan sekaligus pendiri Migrant

B
AGI Wahyu Susilo, 47 kin. Menurut Thukul, apa yang dila- Care.
tahun, sindiran ”pria- kukan Wahyu itu merupakan kegi- Adik kandung Thukul ini dua kali
yi” yang diucapkan ka- atan gaya orang kaya. Padahal kegi- Wiji Thukul bertemu dengan kakaknya sepu-
kaknya, Wiji Thukul, atan mahasiswa paling kerap pada (kanan lang dari Kalimantan. Pertemuan
begitu membekas. 1980-an itu, ya, konser musik rock atas) saat pertama terjadi sekitar Juli 1997. Me-
DOK ROSSYLIN VAN DER BOSCH

Pernah suatu ketika, saat Wahyu dan kontes slalom test. mengisi nurut dia, Thukul menelepon dan
kuliah di Universitas Negeri Sebelas ”Ngapain kamu, orang lain men- acara meminta bertemu di rumah makan
Maret, Solo, Thukul marah karena derita, kamu mewah sekali. Priayi kesenian di Padang di seberang Toko Buku Gra-
ia memilih menjadi anggota panitia sekali kamu,” ujar Wahyu, meniru- Solo, 1985. media, Matraman, Jakarta Timur.
konser musik rock ketimbang aktif kan perkataan Thukul kala itu. Me- Pertemuan itu menjadi ajang ka-
memikirkan persoalan kaum mis- nurut Wahyu, Thukul tidak suka ngen-kangenan kakak-adik setelah

58 | | 1 APRIL 2012
-Wiji Thukul: Pelarian-

ka itu pun pengap oleh asap rokok


peserta rapat.
Saking ketatnya menjaga orang
luar, termasuk pelayan hotel, agar
tak masuk ke ruangan, peserta ter-
paksa membuat kopi dengan air di-
ngin. Dalam pertemuan itu, kata Li-
lik, Thukul tak banyak bicara. Tapi
ada yang khas karena Thukul selalu
mendapat tugas membuat slogan.
”Itu pertemuan terakhir saya de-
ngan Thukul,” ujarnya.
Dalam kenangan Lilik, Thukul
adalah kawan yang kerap melon-
tarkan kata-kata sarkastis. ”Saya
yang paling sering kena. Dia me-
manggil saya dengan sebutan bor-
juis kecil,” kata Lilik. Tapi Thukul
tidak hanya piawai membuat kata-
kata puitis. Ia juga yang menyun-
ting Manifesto PRD dengan mem-
perhalus bahasa. ”Prolog dahsyat
setahun lebih tak berjumpa karena saya tidak pernah ketemu lagi de- ‘Tak Ada Demokrasi di Indonesia’
Thukul harus bersembunyi dari ke- ngannya,” ujar Wahyu. ”Hanya, dia adalah salah satu kalimat yang die-
jaran pihak militer. ”Badannya keli- Rumah beberapa kali menelepon saya. Se- dit Wiji,” ujar Lilik.
hatan kurus,” ujar Wahyu. makan telah itu, tak pernah lagi.” Dalam pengakuan Lilik di akun
Menurut Wahyu, dalam perte- Bundoaji Lilik Hastuti, juga bekas aktivis Twitter-nya, perjumpaan dia per-
muan itu, Thukul menanyakan di Jalan Partai Rakyat Demokratik, meng- tama kali dengan Thukul terjadi
59
kondisi istri dan anaknya di Solo, Matraman aku sempat bertemu dengan Thu- pada 1993. Waktu itu, ia masih se-
Jawa Tengah. Sejak dievakuasi ke Raya, kul selepas dia pulang dari Kali- orang mahasiswa baru dan ikut se-
Kalimantan, Thukul sama sekali Jakarta mantan. Ketika itu, pada Agustus minar dengan pembicara yang inte-
tidak sempat bertemu dengan ke- 1997, kata Lilik, ada pertemuan ra- lektual. Tiba-tiba berdiri seseorang
Timur.
luarganya. Setelah Wahyu mence- tusan aktivis partai ini di suite room berperawakan kerempeng dan ber-
ritakan keluarga di Solo baik-baik Hotel Central, Jakarta Timur, untuk kaus lusuh. Dia menginterupsi dan
saja, Thukul merasa lega. Keti-
Wahyu merumuskan perubahan partai. berkata, ”Ngapain bicara ndakik-
ka ditanya soal aktivitas di Tange- Susilo Karena saat itu aktivis Partai Rakyat ndakik (sok intelek). Rakyat butuh
rang, Thukul mengatakan sedang (bawah). Demokratik tengah diburu, mereka makan!”
mengorganisasi buruh dan tukang harus menyulap penampilan dalam Lilik mengaku kaget bukan kepa-
becak di kota itu. pertemuan, termasuk Thukul. lang. ”Ini orang bicaranya enggak
Pertemuan kedua dengan Thu- ”Yang laki-laki pakai jas, yang pe- intelek banget. Tapi kalimat itu, ke-
kul, ujar Wahyu, terjadi di rumah rempuan pakai blazer, semuanya beranian itu, berdengung seperti
kosnya di kawasan Pos Pengum- pinjaman,” kata Lilik. ”Tapi muka- tawon di kuping saya,” Lilik menge-
ben, Permata Hijau, Jakarta, sekitar nya agraris, karena tak dandan,” Li- nang. Kejadian itu berlalu begitu
Agustus 1997. Dalam kurun itu, Thu- lik terkekeh. saja. ”Ah, apa pentingnya laki-laki
kul juga pernah dua kali meminta Suite room, ujar Lilik, dipilih kare- lusuh cedal itu!”
uang kepadanya, melalui telepon. na ruangannya besar dan dianggap Tapi, pada Kongres PRD 1994, di
TEMPO/DWIANTO WIBOWO, TEMPO/YOSEP ARKIAN (WAHYU)

Permintaan pertama Rp 150 ribu aman. Kendati perhelatan berlang- meja pembicara, suara cedal dari
dan yang kedua Rp 100 ribu. Uang sung di hotel, karena dana tak men- laki-laki yang sama itu terdengar
itu, kata dia, diminta dikirim ke no- cukupi, peserta tetap disuguhi nasi lagi. Rasa penasaran Lilik kian me-
mor rekening teman sesama aktivis bungkus. Itu pun dibawa dari luar muncak lantaran laki-laki itu men-
di Partai Rakyat Demokratik. oleh kurir, menggunakan ransel be- jadi pemberi materi. ”Ternyata laki-
”Setelah pertemuan kedua itu, sar. Karena tertutup, ruangan keti- laki cedal itu bernama Wiji Thukul.
Saya terlongong-longong mende-
ngar kata-kata ajaib dari bibirnya.

”Ngapain kamu, orang lain menderita, kamu Lugas, sederhana, membalut ide-
ide yang sama sekali tidak sederha-

mewah sekali. Priayi sekali kamu.” na. Referensinya, anjrit, gila.”


1 APRIL 2012 | | 59
Semua pesan yang dibawa Thu-

RUMAH KONTRAKAN kul dan Bima dalam bentuk lisan,


bukan berwujud memo tertulis.
”Tak pernah ada bahan yang dibe-

DI KEBON JATI rikan tertulis untuk disimpan,” ujar


Lukman, yang sekarang menjabat
Ketua Umum Front Nasional Perju-
angan Buruh Indonesia.
Menjadi penghubung kegiatan organisasi massa di Biasanya kurir membacakan ba-
han dari Komite Pimpinan Pusat
Tangerang. Wiji Thukul kerap membawa buku bacaan yang ditandatangani Mirah Mahar-
untuk teman-temannya. dika. ”Setelah dibacakan informasi-
nya, kertasnya dimusnahkan,” kata
Lukman.

L
AHAN di belakang nah membuat sumpah, bila tak ada Selain Thukul dan Bima, Abdul
Kampung Kebon Jati, aksi yang menggegerkan seper- membantu tugas kurir. Dia menjadi
Karawaci, Tangerang, ti 27 Juli 1996, mereka akan meng- penghubung ke organ-organ di ba-
itu kini kosong dan gunduli kepala. Dalam pertemu- wah bila akan ada rapat. ”Saya yang
menjadi tempat pembu- an pertama itu, Thukul, kata Luk- biasa mengirim pemberitahuan ra-
angan sampah warga. Tapi di sana man mengulang perkataan Thukul, pat lewat pager,” ujar Abdul.
sebenarnya tersimpan jejak perja- menceletuk, ”Wah, kalian itu gun- Setiap kali berkunjung ke rumah
lanan Wiji Thukul. Enam belas ta- dul-gundul kabeh.” kontrakan, Thukul kerap membawa
hun lalu, Thukul bersama Lukman Ketika itu, Bima merupakan sa- buku. Temanya beragam, tak hanya
Hakim, aktivis Partai Rakyat Demo- lah satu anggota Komite Pimpin- dari kaum kiri. ”Juga kamus filsafat
kratik, tinggal sekitar lima bulan di an Pusat Partai Rakyat Demokratik dan karya sastra terjemahan,” kata
sebuah rumah kontrakan di atas la- atau KPP PRD. Komite ini dibentuk Lukman. Peninggalan buku-buku
han itu. setelah ada larangan terhadap PRD Thukul tersimpan di rumah Luk-
”Sudah empat tahun lalu rumah- akibat peristiwa 27 Juli 1996. Bima man, berjumlah sekitar 50 buah.
60
rumah kontrakan di sini dibong- merangkap sebagai kurir atau pe- Abdul sangat terkesan oleh perla-
kar,” kata Djuarsih, 55 tahun, warga nyampai informasi dari KPP PRD ke kuan Thukul terhadap buku. Thu-
Kebon Jati RT 03 RW 01, pada awal organisasi di bawahnya. kul pernah memarahi Abdul karena
Mei lalu. Rumah-rumah dibongkar Thukul ditempatkan di Tange- menggunakan buku sebagai tatak-
karena berdiri di atas tanah milik rang atas permintaan Komite Pim- an untuk mangkuk mi instannya.
seorang pengusaha. pinan Pusat. Aktivis PRD, Linda ”Jangan sekali-kali menggunakan
Lukman, 40 tahun, masih ingat di Christanty, ketika itu menjadi ko- buku buat tatakan. Itu karya manu-
lahan itu berdiri rumah kontrakan ordinator wilayah Bogor, Tange- sia yang harus dihargai,” ujarnya.
dua lantai semipermanen. Bangun- rang, dan Bekasi. KPP PRD di Jakar- Bukan hanya buku, koran pun tak
annya berlantai semen dengan din- ta mengirimkan memo kepada Lin- boleh digunakan sebagai alas.
ding dari anyaman rotan. Di setiap da melalui Bima. ”Aku cuma dimin- Thukul tak pernah terlibat da-
lantai terdapat enam kamar. Me- ta mengkoordinasi dia. Saat itu kan lam pengorganisasian massa seper-
reka tinggal di kamar paling pojok ada pekerjaan yang terbuka dan ter- ti yang dilakukan Lukman dan Ab-
lantai dua. ”Bila jendela dibuka,” tutup,” ujar Linda. dul. ”Setiap kali dia datang, di ma-
Lukman mengenang, ”kami dapat- Sejak masuk Tangerang, Thukul lam hari, kami berdiskusi tentang
kan pemandangan sawah.” Dia juga bergantian tugas dengan Bima. Bila buruh dan perkembangan politik,”
masih ingat biaya kontrak kamar se- Bima ke Jakarta, Thukul yang ting- kata Abdul.
bulan Rp 150 ribu. gal di Tangerang. ”Bergantian pa- Biasanya Thukul datang berke-
Lukman tinggal di sana bersa- ling lama tiga hari lalu pergi, kemu- meja, memakai ”celana bahan”,
ma istrinya, Lulu. Selain itu, terka- dian datang lagi,” kata Lukman. dan mengenakan topi. ”Tidak seka-
dang tinggal bersama mereka akti- Mereka bertugas sebagai kurir dar menutupi wajah, topi diperlu-
vis pengorganisasian massa di Ta- yang menyampaikan informasi be- kan untuk menghindari panas, ka-
ngerang bernama Andi Abdul. rupa strategi atau perkembang- rena kami sering jalan kaki,” ujar
TEMPO/MARIFKA WAHYU HIDAYAT

Thukul tiba di rumah kontrakan an politik terbaru dari KPP kepada Abdul.
itu sekitar Juli 1997, diantar Petrus Lukman dan kawan-kawan di Ta- Thukul selalu membawa tas yang
Bima Anugerah, aktivis Partai Rak- ngerang. Kurir juga meneruskan terbuat dari kantong terigu ber-
yat Demokratik yang diculik dan hi- informasi mengenai rapat bersa- warna putih. Di dalam tas terdapat
lang pada 1998. Saat itu, Lukman ma, perkembangan kasus pimpin- buku, pakaian, dan kacamata baca.
dan Abdul baru saja mencukur ha- an PRD di pengadilan, dan konsoli- Sebelum tidur, Thukul menyempat-
bis rambut mereka. Keduanya per- dasi partai. kan diri membaca buku yang diba-

60 | | 1 APRIL 2012
-Wiji Thukul: Pelarian-

61

wanya. ”Setelah itu, dia biasanya kasi dengan Thukul,” katanya. meminta obat-obatan dan vitamin,”
menulis, entah catatan entah pui- Mereka berdua sempat bertemu ujar Ribka. Klinik Ribka ketika itu
si,” kata Lukman. Reruntuhan di tempat persembunyian Winarso. memang biasa dikunjungi aktivis ge-
Potongan rambutnya tak ada bangunan ”Kami bertemu selama dua jam,” rakan prodemokrasi yang membu-
yang khusus. Dia membiarkan ram- kontrakan ujar Winarso. Mereka dipertemu- tuhkan bantuan obat-obatan.
butnya yang ikal sedikit tergerai di yang diduga kan oleh para kurir. Kurir Winarso Meski tanpa penyamaran, selama
leher. ”Tidak gondrong dan juga ti- pernah adalah Herman Hendrawan, aktivis tinggal di Tangerang, Thukul kerap
dak pendek,” ujar Lukman. ditempati PRD yang menjadi korban penculik- waspada dan berhati-hati. Toh, dia
Di luar kepentingannya bersa- Wiji Thukul an 1998 dan belum ditemukan hing- pernah ceroboh. Pada awal dia di-
ma Lukman, Thukul pernah meng- di kawasan ga sekarang. Herman inilah yang tempatkan di Tangerang, ada peristi-
unjungi Winarso, sahabatnya yang membantu mempertemukannya wa pemukulan warga terhadap Luk-
Karawaci,
tinggal di Ciledug, Tangerang. Win- dengan Thukul. ”Termasuk bertu- man, yang disangka pencuri ayam.
Tangerang,
arso salah satu aktivis Serikat Rak- gas dengan kurir Wiji Thukul,” kata Saat itu Lukman pulang tengah ma-
yat Indonesia di Solo, yang menjadi
Banten Winarso. lam. Peristiwa pemukulan membuat
sayap Partai Rakyat Demokratik. Pertemuan di tempat persem- kampung heboh, sehingga ketua ru-
Seperti Thukul, Winarso menja- bunyian di Ciledug itu merupakan kun tetangga setempat meminta ke-
di target penangkapan penguasa re- perjumpaan terakhir Winarso de- terangan dari pihak-pihak yang terli-
zim Orde Baru dan bersembunyi di ngan Thukul. Setelah itu, dia tidak bat, termasuk Lukman.
Ciledug. pernah lagi bertemu dengan Thu- Tanpa mempedulikan keadaan,
Thukul merupakan kawan baik kul lagi. Mereka juga tidak pernah Thukul mengunjungi Lukman di
Winarso dalam organisasi perge- lagi melakukan komunikasi—meski rumah ketua RT dan menanyakan
rakan di Solo. Bedanya, Thukul le- hanya antarkurir. kabarnya. Lukman sempat khawa-
bih aktif di Jaringan Kerja Kebuda- Semasa di Tangerang pula Thukul tir dan meminta Thukul segera per-
yaan Rakyat, yang juga menjadi or- pernah berkunjung ke klinik kese- gi dari tempat itu karena berbaha-
ganisasi sayap PRD. ”Saat bersem- hatan milik Ribka Tjiptaning, di dae- ya. ”Saya peringatkan, bila saja ada
bunyi, saya tidak bisa berkomuni- rah Mencong, Ciledug. ”Dia pernah intel, bisa habis dia,” katanya. ●

1 APRIL 2012 | | 61
BERGERAK Jati, aktivis PRD.
Ketua PRD Budiman Sudjatmiko ditangkap pada Agustus

DARI BAWAH TANAH 1996. Dia mengeluarkan instruksi kepada kader PRD agar terus
bergerak di bawah tanah. ”Kader-kader PRD yang bergerak di
sektor mahasiswa, buruh, tani, dan kaum miskin kota agar me-

D
I atas jembatan penyeberangan kawasan Jembatan neruskan perjuangan dengan cara mendirikan komite-komite
Besi, Grogol, Jakarta Barat, Lilik Hastuti menyebar- aksi tanpa mencantumkan nama PRD,” tutur Budiman dalam
kan puluhan selebaran. Bertajuk Mega-Bintang-Rak- buku Menolak Tunduk (1999).
yat, selebaran itu berisi ajakan menggelar aksi mela- Para aktivis PRD menyiasati keadaan dengan membentuk
wan kediktatoran Orde Baru pimpinan Soeharto. ”Aku sempat Komite Pimpinan Pusat PRD, suatu kepemimpinan kolektif
takut kalau tertangkap aparat,” kata Lilik, aktivis Partai Rakyat yang bergerak di bawah tanah. KPP PRD dipimpin Andi Arief,
Demokratik, dalam diskusi dengan Tempo, Januari lalu, menge- mantan Ketua Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demo-
nang peristiwa 16 tahun lampau itu. krasi.
Selebaran beredar sebelum dan setelah pemilihan umum 29 KPP PRD terdiri atas 15 orang, yang merupakan representasi
Mei 1997. Seruan Koalisi Mega-Bintang-Rakyat bertujuan mem- PRD di 15 kota, yakni Bandung, Surabaya, Semarang, Solo, Ban-
bangun front yang lebih luas antara koalisi massa Partai Demo- da Aceh, Lampung, Medan, Makassar, Palu, Manado, Bali, Pa-
krasi Indonesia Megawati dan Partai Persatuan Pembangunan. lembang, Mataram, dan Balikpapan. Beberapa anggota KPP PRD
PRD mengusung Koalisi Mega-Bintang-Rakyat setelah gerakan adalah Nezar Patria, Waluyo Jati, Faisol Reza, Petrus Bima, Da-
golput Pemilu 1997 menemui kebuntuan. niel Indra Kusuma, dan Wiji Thukul. ”Saat itu Thukul ke Kaliman-
Para aktivis PRD menyebarkan selebaran ke berbagai pelo- tan. Kepemimpinannya dianulir sementara,” kata Faisol Reza.
sok Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi dan kawasan di luarnya Anggota KPP kerap menggunakan nama samaran. Dalam jur-
hingga jutaan eksemplar. Kegiatan ini bukan tanpa risiko. Be- nal Pembebasan, yang menjadi media komunikasi perjuangan,
berapa aktivis yang tertangkap tangan diseret ke pengadilan bertebaran tulisan dari para anggota kolektif. Mereka menggu-
dengan tuduhan penghinaan terhadap presiden. nakan berbagai nama alias, misalnya Mirah Mahardika, Rizal
Selain membagi-bagikan selebaran dalam ukuran separuh Ampera, dan Muhamad Ma’ruf.
folio, kata Lilik, aktivis PRD menyebarkan newsletter seukuran Sebagian besar anggota KPP adalah aktivis yang datang dari
62
majalah berjumlah delapan halaman. Newsletter ini biasanya di- daerah saat kondisi pimpinan pusat kosong. Di antaranya, Fai-
lipat secara khusus hingga menjadi seukuran sepuluh sentime- sol datang dari Solo dan Jati dari Surabaya. Konsolidasi perta-
ter. ”Sehingga mudah diselipin ke bawah pintu rumah orang,” ma kali dilakukan pada Agustus 1996. Ketika itu, mereka meng-
ujar Lilik. Newsletter ini disebarkan ke berbagai tempat orang adakan rapat maraton di tiga tempat: Jakarta, Bekasi Barat, dan
berkumpul atau tempat publik, seperti masjid dan sekolah. Bekasi Timur.
Penyebaran selebaran merupakan bagian dari kegiatan pro- Pertemuan itu memutuskan tiga langkah yang diambil orga-
paganda gerakan bawah tanah. Kegiatan ini ditem- nisasi, yakni, pertama, membentuk
puh PRD setelah partai itu diang- tim pengacara untuk pembebasan
gap sebagai dalang kerusuhan da- Budiman dan kawan-kawan. Lang-
lam perebutan kantor Dewan Pim- kah kedua, penggalangan interna-
pinan Pusat Partai Demokrasi In- sional, dan ketiga, melindungi te-
donesia di Jalan Diponegoro, Jakar- man-teman serta membangkitkan
ta Pusat. semangat perjuangan lewat organi-
Menteri Koordinator Politik dan sasi semilegal dan legal.
Keamanan Soesilo Soedarman Kampanye internasional pun di-
waktu itu menyebut PRD mirip Par- jalankan bekerja sama dengan Xa-
tai Komunis Indonesia. Istilah yang nana Gusmao dan Ramos Horta—
digunakan dalam manifesto politik keduanya pemimpin perlawanan
mereka tertanggal 22 Juli 1996 diang- di Timor Timur. Jaringan interna-
gap sebagai duplikat partai terlarang sional PRD saat itu menggunakan
berlambang palu arit itu. jaringan Xanana dan Horta di Li-
Pada September 1996, pemerintah sabon, Portugal. Beberapa aktivis
melarang dan membubarkan PRD. yang mengurus jaringan interna-
TEMPO/MARIFKA WAHYU HIDAYAT

Sejak itu, organisasi ini kacau. Ada sional adalah Henry Kuok, Mugi-
13 pemimpin dan kader PRD yang di- yanto, dan Nico.
tangkap serta diadili di Jakarta dan Untuk mengamankan aktivi-
Surabaya. ”Aktivis tiarap, terjadi de- tas, beberapa sistem pengaman-
moralisasi dan ketakutan dengan an diterapkan. Hubungan anta-
upaya represi aparat,” kata Waluyo ra kolektif pusat dan daerah me-

62 | | 1 APRIL 2012
-Wiji Thukul: Pelarian-

Unjuk rasa
Partai
Rakyat
Demokratik
di Monumen
Proklamasi,
Jakarta,
November
1998.

Repro
dokumen PRD
(kiri).

63

manfaatkan teknologi Internet, yang masih sangat terbatas. ra memusnahkannya. Ulin memimpin beberapa demonstrasi
”Kami bawa laptop yang saat itu sangat tebal dengan modem yang hanya diikuti kurang dari 20 orang, mulai akhir 1996, ke-
yang suaranya berisik,” ujar Jati. mudian dilakukan terus-menerus dan berkembang hingga de-
Setiap dokumen dilindungi dengan enkripsi atau pengode- monstrasi di kota.
an. Seorang kawan dari Australia membantu proses enkripsi Beberapa organisasi legal dibentuk untuk mengkonsolidasi
dokumen. Sistem yang digunakan merupakan alternatif yang kekuatan mahasiswa, buruh, atau kaum miskin kota. Komite
saat itu biasa digunakan aktivis kiri. ”Untuk menghindari pe- yang dibentuk di antaranya Komite Nasional untuk Perjuangan
nyadapan dokumen dari CIA,” kata Jati. Demokrasi (KNPD), Komite Pendukung Megawati (KPM), dan
Lewat sistem itu, bila ingin membuka dokumen, diperlukan Koalisi Mega-Bintang-Rakyat.
dua orang, karena masing-masing menyimpan separuh kata KNPD dibentuk pada 14 April 1997 sebagai organisasi legal
kunci yang sama-sama dirahasiakan. ”Jadi dokumen tak akan yang berperan meningkatkan konsolidasi dan gerakan di kam-
bisa dibuka bila salah satu orang tak hadir. Ini untuk perlin- pus. Jati menjadi kurirnya sekaligus pengarah organisasi, se-
dungan bila salah satunya diculik,” ujar Jati. Dokumen yang di- mentara Herman Hendrawan sebagai Ketua Departemen Kerja
enkripsi di antaranya daftar teman, dokumen organisasi, hasil Sama. KNPD berhasil membentuk Dewan Penyelamat Kedau-
rapat, dan rencana-rencana aksi. latan Rakyat, yang menggalang persatuan mahasiswa, buruh,
Arus komunikasi dibuat berjenjang antara pemimpin kolek- kaum miskin kota, dan kaum tani.
tif pusat dan kolektif daerah. ”Ada kurir atau penyambung in- Adapun KPM dibentuk di setiap kota dengan tujuan mendo-
formasi yang juga merupakan anggota kolektif pusat,” kata Jati. rong munculnya koalisi lewat dukungan terhadap Megawati.
Dia mencontohkan dirinya, Thukul, Bima, dan Herman, yang KPM tingkat nasional dipimpin Ribka Tjiptaning, anggota PRD,
menjadi anggota kolektif pusat sekaligus kurir. Bima dan Her- dan diresmikan pada 12 Februari 1998 di Yayasan Lembaga Ban-
man merupakan aktivis PRD yang hilang pada 1998 dan belum tuan Hukum Indonesia, Jakarta.
ditemukan hingga sekarang. Berbagai kesibukan aktivis PRD dalam gerakan bawah tanah
Para kurir mengkonsolidasi pesan ke mahasiswa, buruh, ataupun organisasi legal membuat mereka terlambat menya-
dan kaum miskin kota. ”Saya menerima selebaran-selebar- dari hilangnya Thukul. Sistem sel gerakan bawah tanah dengan
TEMPO/ RULLY KESUMA

an dan dokumen partai dari kurir di Jakarta yang bekerja un- pola komunikasi tertutup juga menyumbang keterlambatan in-
tuk beberapa universitas di Jawa Tengah dan Jawa Timur,” kata formasi. PRD mulai mencari Thukul pada 1999 dan membentuk
Ulin Niam Yusron, aktivis PRD di Universitas Negeri Sebelas Ma- tim investigasi orang hilang.
ret, Solo. Setiap kali dokumen selasai dibaca, kader harus sege- ●

1 APRIL 2012 | | 63
PERTEMUAN TERAKHIR
DI PARANGTRITIS
Selama tahun 1997 di Jakarta, Thukul masih sempat pulang menengok
istri dan kedua anaknya. Mereka pelesir ke Parangtritis.

kan sebagai rohaniwan,” kata Erke-


lens, yang menjabat Kepala KITLV
Jakarta sejak 1974 hingga pensiun
pada 2003.
Obrolan yang agak membekas di
ingatan Erkelens adalah ketika Thu-
kul bercerita tentang pekerjaannya
sebagai kuli angkut barang di pela-
buhan. Menurut Thukul, ujar Er-
kelens, kebanyakan yang ia angkut
adalah kayu untuk dikapalkan. ”Ia
juga bercerita baru datang dari Ka-
limantan dengan menumpang ka-
pal,” katanya. ”Seingat saya, Wiji bi-
lang ia tinggal di daerah Senen.”
64
Selebihnya, Erkelens menam-
bahkan, tak banyak isi perbincang-

T
ELEPON di ruang ker- kelens. Kantor KITLV saat itu masih an mereka. Atau ia lupa sama sekali
ja Jaap Erkelens, Kepa- di kompleks gedung Lembaga Ilmu apa yang dibicarakan. Tapi dia me-
la Kantor Koninklijk Pengetahuan Indonesia, Jalan Gatot Jaap negaskan, dalam pertemuan itu,
Instituut voor Taal,- Subroto, Jakarta Selatan. Erkelens ”Wiji tidak meminta apa-apa kepa-
Land- en Volkenkunde Erkelens hanya dapat mengingat da saya. Hanya ingin bertemu sete-
(KITLV) Perwakilan Jakarta, berde- Thukul menemuinya beberapa Saat lah kembali dari ‘pembuangan’-nya
ring. Erkelens langsung mengang- kali dalam triwulan terakhir 1997. membacakan di Kalimantan.”
katnya dan penelepon pun berbica- Tapi, soal jumlah dan waktu pas- puisi di Erkelens mengakui bahwa Thu-
ra. Awalnya ia tak mengenali siapa ti pertemuan itu, ia mengaku lupa. Tulung- kul tidak menuturkan kalau sedang
sang penelepon. Apalagi orang itu Yang pasti, menurut dia, pertemu- agung, 1994 dikejar-kejar atau diancam orang.
tak pernah menyebut jati diri. Baru an terakhirnya dengan Thukul ter- (kanan). Dia melihat kondisi Thukul seca-
beberapa saat kemudian Erkelens jadi pada sekitar 20 Desember 1997. ra kasatmata baik. Pakaiannya rapi
menyadari orang di ujung telepon ”Setelahnya, ia tidak pernah datang dan ia kelihatan tenang. ”Cuma,
itu adalah Wiji Thukul. lagi ke kantor ataupun menelepon.” Wiji terlihat agak kurus dan lebih hi-
”Pesannya singkat. Hanya me- Menurut Erkelens, dalam se- tam,” ujar Erkelens, yang mengenal
ngatakan mau datang ke kantor un- tiap kedatangannya, Thukul ke- Thukul sejak 1980.
DOK:MOELYONO/HARY TRI WASONO, DOK. TEMPO/ARIF ARIADI

tuk bertemu,” ujar Erkelens, yang rap mengubah penampilan. Seka- Dia lalu berkisah tentang riwa-
kini berusia 74 tahun, saat ditemui li waktu memakai pet, mengena- yat pertemuan pertamanya dengan
di kediamannya di Hilversum, Be- kan kacamata hitam, dan kadang- pria bernama asli Wiji Widodo ter-
landa, pertengahan Maret lalu. kadang menggunakan rambut pal- sebut. Waktu itu, ucap Erkelens,
Begitulah Jaap Erkelens mengak- su untuk menutupi sedikit bagian Thukul datang ke kantor memba-
rabi tata cara Thukul jika ingin ber- dahinya. ”Mungkin biar tidak dike- wa temannya, mendiang Bambang
temu. Dia selalu menelepon lebih nali,” ujarnya. Widoyo S.P., sutradara dan penu-
dulu. Selain itu, pertemuan hanya Penyamaran Thukul ini, menu- lis naskah Teater Gapit, Solo. Bam-
terjadi di kantor. ”Dia tidak pernah rut Erkelens, terlihat cukup rapi. ”Ia bang, yang di Solo akrab dipang-
datang ke rumah saya. Mungkin ka- juga memperlihatkan kartu tanda gil Kenthut, membawa naskah-nas-
lau ke kantor lebih aman karena ba- penduduk ‘baru’-nya. Jadi seorang kah teater berbahasa Jawa karang-
nyak orang keluar-masuk,” kata Er- romo. Ya, di pekerjaannya disebut- annya. Ia ingin mementaskan nas-

64 | | 1 APRIL 2012
-Wiji Thukul: Pelarian-

kah-naskah itu di Belanda. ”Bela-


kangan naskah itu diterbitkan oleh
Ford Foundation berjudul Rol, Leng.
Yang satu lagi saya lupa namanya,”
kata Erkelens.
Ternyata pertemuan Bambang,
Thukul, dan Erkelens itu disiarkan
di Kompas. ”Kompas menulis tea-
ter itu akan dipentaskan di Belan-
da dan disponsori oleh saya,” ujar
Erkelens. Kabar itu dia ketahui dari
Sekretaris Utama LIPI. ”Katanya,
LIPI ditelepon Bakin (Badan Koor-
dinasi Intelijen Negara) dan dita-
nyai mengenai rencana pementa-
san teater itu,” ucap Erkelens sam-
bil tertawa.
Erkelens baru tahu kemudian
bahwa Bambang Widoyo terma-
suk orang yang diawasi intelijen In-
donesia. ”Saya lalu bilang ke Wiji,
‘Kamu jangan sembarangan bawa-
bawa orang ke sini’,” kata Erkelens
sambil bercanda. Dia ingat, Thu-
kul lantas menjawab, ”Teman kami
yang wartawan Kompas mendengar
obrolan kami. Dia bilang itu mena-
rik, jadi ya diberitakan.”
65
Setelah pertemuan itu, Thukul
dan Erkelens terus berkontak. Tak
jarang pula ia membawa teman-te-
mannya yang perlu bantuan atau
ingin memperlihatkan karyanya
kepada Erkelens. Jaap Erkelens me-
mang terkenal ramah terhadap sia-
pa pun yang menyodorkan karya
tulisnya. Dari Thukul dan teman-te-
mannya, ia mengumpulkan buku,
buletin, brosur, atau pamflet yang
biasa dibagikan para demonstran
saat berunjuk rasa.
Buletin karya Thukul yang dikum-
pulkan Erkelens dan sempat diperli-
hatkan kepada Tempo misalnya bu-
letin seni dan budaya Ajang, yang di-
terbitkan Kelompok Tanggap—ke-
lompok pekerja budaya asuhan Thu-
kul di Solo. Redaksi Ajang, yang ter-
bit hanya lima edisi pada 1994-1996,
beralamat di Kampung Kalangan 03/
XIV, Kelurahan Jagalan, Surakarta,
kampung Thukul.
Erkelens mengaku mendapatkan
edisi kelima dari Thukul sendiri.
”Yang lain saya dapatkan ketika se-
dang mengumpulkan bahan pusta-
ka,” dia menambahkan. Semua edi-
si Ajang ia serahkan ke KITLV. Erke-

1 APRIL 2012 | | 65
Tampak sekali bahwa dia kangen,”
ujar Sipon mengenang.
Buletin Keinginan Thukul untuk pulang
Ajang yang ke Solo atau Yogyakarta menjelang
menerbitkan Natal 1997 itu juga didengar lang-
beberapa sung oleh Linda Christanty, yang
puisi Wiji saat itu menjabat Koordinator PRD
Thukul. Teritori (Wilayah Kolektif) Bogor,
Tangerang, dan Bekasi. Linda ingat
ia ditelepon Thukul pada sekitar
November 1997. Setelah 27 Juli 1997,
Thukul memang dikoordinasikan
ke wilayah kolektif Linda di Tange-
rang. Segala hal harus dikoordinasi-
kan dengan Linda.
Waktu itu Linda berada di posko
Sektor Mahasiswa, yakni sebuah ru-
mah kos di Gang Salak, Jalan Mar-
gonda Raya, Depok, yang oleh sesa-
ma aktivis PRD disebut Red House.
Thukul pun menghubungi nomor
telepon di posko itu untuk berbica-
ra dengan Linda.
”Linda, aku minta izin mau pu-
lang ke Solo karena anakku akan
berulang tahun,” ujar Linda meni-
rukan perkataan Thukul melalui te-
lepon.
66
Keinginan Thukul untuk pulang
karena kangen berat kepada kelu-
arganya juga didengar oleh aktivis
PRD yang lain, Margiyono. Tapi ia
lens memiliki salinan beberapa edi- yang mempunyai perhatian khusus agak lupa kapan kejadian itu, apa-
si. ”Selain Ajang, ada buletin Suara pada Asia Tenggara, terutama Indo- kah Desember 1997 atau awal Janua-
Kampung. Buletin itu terbitan Sang- nesia. ri 1998. Yang jelas, kata Megi, kini
gar Suka Banjir, sanggar seni asuh- -- - koresponden Reporters Sans Fron-
an Wiji,” ujar Erkelens. Satu eksem- tieres, Thukul datang ke pooling (ru-
plar Suara Kampung edisi Januari KEPADA Tempo, Sipon mengaku mah kontrakan) PRD di rumah su-
1994 kini tersimpan di perpustaka- terakhir bertemu dengan Thukul sun dekat bekas Bandar Udara Ke-
an KITLV di Leiden, Belanda. menjelang Natal 1997. Dia mengata- mayoran, Jakarta Pusat. Thukul,
Erkelens juga memperlihatkan kan mendapat pesan dari anak Par- ujar dia, mengaku datang dari Ta-
fotokopi puisi Thukul untuk ulang tai Rakyat Demokratik (PRD)—tapi ngerang. Selain Margiyono, di ru-
tahun ke-90 Profesor Dr W.F. Wert- ia tidak ingat siapa namanya—bah- sun itu tinggal Andi Arief (kemudi-
heim. ”Untung saja puisi ini ditulis wa Thukul ingin bertemu. ”Saya an diculik) dan Petrus Bima Anuge-
dengan tulisan tangan yang jelas. mesti membawa anak-anak,” kata- rah (juga diculik dan hilang sampai
Biasanya tulisan Thukul tidak mu- nya. ”Kami bertemu di Stasiun Tugu kini). ”Kadang Daniel Indra Kusu-
dah dibaca,” kata Erkelens. Thukul (Yogyakarta). Waktu itu tepat ulang ma juga datang berkunjung ke situ,”
diketahui memang pernah mem- tahun Fajar yang ketiga, 23 Desem- Margiyono menambahkan.
peroleh penghargaan dari Yayas- ber 1997,” Sipon menambahkan. Thukul, menurut dia, saat itu hen-
an Wertheim pada 1991. Wertheim Setelah itu, mereka pergi ke Pa- dak menelepon istrinya di Solo seca-
adalah orang Belanda yang ahli hu- rangtritis selama sepekan. ”Kami ra gratis. Margiyono ingat, di dekat
kum, sosiolog, serta aktivis anti- menyewa penginapan. Setiap hari pooling itu ada telepon umum koin
kolonialisme dan antikapitalisme dia bermain dengan anak-anaknya. yang sudah dimodifikasi sehingga

Tidak ada lagi perjumpaan kedua di Parangtritis dengan Thukul


DOK. PRIBADI

menjelang atau setelah Lebaran 1998.


66 | | 1 APRIL 2012
-Wiji Thukul: Pelarian-

bisa untuk menelepon gratis. Tapi 6 Januari 1998. karena Fajar Merah, anak keduanya
biasanya kalau sore antreannya ba- Mana yang betul: Wiji Thukul pu- berulang tahun, dan untuk berlebar-
nyak, sehingga Thukul jika hendak lang ke Solo akhir Desember 1997 an pada sekitar Februari 1998 seka-
menelepon istrinya harus malam atau awal 1998? Soalnya, aktivis PRD ligus merayakan ulang tahun anak
hari. ”Biasanya, kalau dia menele- yang lain, Nezar Patria (kemudian pertamanya, Fitri Nganthi Wani. Hal
pon, aku yang mengantarkan,” ka- juga diculik), mengaku bertemu de- ini diperkuat oleh pengakuan Wa-
tanya. ngan Thukul di tangga rumah su- hyu Susilo, adik Thukul. Menurut
Setelah menelepon, menurut sun Kemayoran sekitar awal Januari Wahyu, pertemuan fisik terakhir di-
Margiyono, Thukul kemudian meng- 1998, yang bertepatan dengan hari- rinya dengan Thukul adalah pada
ajaknya ngobrol. Kepadanya, Thukul hari awal Ramadan 1418 Hijriah. ”Dia November 1997 di rumah kos Wahyu
secara romantis bercerita tentang Si- pamit sama aku. Kami berpapasan di Pos Pengumben, Jakarta Barat. Se-
pon, sang istri. ”Aku masih ingat be- di tangga rusun Kemayoran. Aku pu- dangkan setelah itu, kata Wahyu, ia
tul kata-kata Thukul waktu itu, ‘Sela- lang, dia turun,” ujar Nezar. ditelepon oleh sang kakak menje-
ma aku kawin dengan Sipon, aku be- Saat itu, kata Nezar, Thukul me- lang Lebaran 1998.
nar-benar merasa mencintai dia itu nyebutkan akan pergi ke Yogyakar- ”Seingat saya, puasa itu Janua-
ya saat ini. Aku benar-benar ingin ta untuk bertemu dengan Sipon. ri, maka Lebaran pasti Februari,”
bertemu dengan dia’,” Margiyono ”Aku tanya apa sudah koordinasi ujar Wahyu. Di telepon saat menje-
menuturkan. dengan kawan-kawan Yogya supa- lang Lebaran itu, kata Wahyu, Thu-
Margiyono ingat, saat Thukul cur- ya kedatangannya aman? Dia men- kul mengungkapkan bakal pulang
hat soal betapa cintanya dia kepa- jawab, ‘Oh, sudah. Nanti aku atur ke Solo karena Wani akan berulang
da Sipon di Kemayoran itu, mere- sama teman di Parangtritis’. Gitu tahun. Menurut Wahyu, Wani ber-
ka sempat mendengar siaran radio dia bilang.” Nezar lalu setuju karena ulang tahun pada Mei 1998.
yang menyiarkan pidato Soehar- tahu bahwa titik temunya di tempat Tapi, menurut Sipon, pertemuan
to tentang krisis ”Badai Pasti Berla- umum, seperti Parangtritis. ”Terus fisik terakhir mereka terjadi pada
lu”. Bila kita cek, pidato ”Badai Pas- aku enggak dengar kabarnya lagi Desember 1997 di Stasiun Tugu,
ti Berlalu” itu disampaikan Soehar- sampai kami diculik,” ucap Nezar. Yogyakarta, lalu dilanjutkan di Pa-
to pada pengajuan Rancangan Ang- Tapi bisa jadi Thukul berencana rangtritis itu. Tidak ada lagi perjum-
garan Pendapatan dan Belanja Ne- pulang menemui keluarganya seba- paan kedua di Parangtritis dengan
67
gara 1998/1999 di depan Sidang Pa- nyak dua kali dalam waktu yang ber- Thukul menjelang atau setelah Le-
ripurna Dewan Perwakilan Rakyat, dekatan, yakni menjelang Natal 1997 baran 1998. ●

ORDER CETAKAN Maklum, baginya, Thukul adalah kawan diskusi yang men-
gasyikkan untuk berbicara tentang sajak atau puisi. ”Kami

DI POS PENGUMBEN pernah membahas fungsi puisi dalam konteks perjuangan,”


lelaki 71 tahun itu mencontohkan.
Seingat Nurman, cetakan yang diambil Thukul saat itu ber-
ATAHARI rembang saat seorang pria kurus jumlah 300-400 eksemplar. Setelah pesanan berpindah tan-

M datang ke kantor Percetakan Cipta Lestari, se-


buah percetakan kecil-kecilan di satu sudut ja-
lan di bilangan Pos Pengumben, Jakarta Barat.
Mengenakan kaus putih, si pria datang ke
sana dengan angkutan umum. ”Saya ingat
gan, Thukul segera memasukkannya ke tas. Lalu ia pergi.
Pertemuan dan perjamuan di kantor percetakan bersa-
ma Nurman memang tak pernah lama. ”Kami punya aturan,
para aktivis waktu itu tak boleh berkun-
jung lama-lama. Mereka berperilaku sep-
betul figurnya saat itu,” kata Nurman, si erti konsumen biasa,” ujar Nurman.
empunya percetakan, kepada Tempo tiga Mengambil cetakan merupakan salah
pekan lalu. ”Itu khas Wiji Thukul.” satu tugas yang mesti dikerjakan oleh
Kala itu, menjelang akhir 1997, Thukul Thukul dan beberapa aktivis PRD lainnya.
datang hendak mengambil order cetakan Karena kurang personel, kata Margiyono,
yang ia percayakan pengerjaannya ke- aktivis PRD yang pernah tinggal serumah
pada Nurman. Lelaki yang biasa dipang- dengan Thukul di Bekasi, mereka harus
gil Om Nur oleh para aktivis ini adalah bekerja rangkap. ”Salah satunya bergan-
eks tahanan politik kasus G30S pada tian mengambil cetakan,” ujarnya.
TEMPO/DWIANTO WIBOWO

1965 yang kerap mendapat kepercayaan Menurut Nurman, naskah cetakan


mencetak buletin Partai Rakyat Demokra- yang diambil Thukul pada sore itu adalah
tik, Suluh Pembebasan. edisi terakhir. Sesudahnya tak ada order-
Nurman menyambut hangat tamunya. an lagi. ●

1 APRIL 2012 | | 67
LENYAP TANPA KODE
Nasib Thukul simpang-siur setelah bom Tanah Tinggi.
Alasan rezim Soeharto menyapu habis aktivis.

I
NI kenangan Dyah Sujirah ali- Bom meledak sebelum waktu-
as Sipon bercakap-cakap de- nya. ”Anak-anak itu, para aktivis,
ngan suaminya, Wiji Thukul, enggak begitu ahli merakit bom,
untuk terakhir kalinya lewat jadi kurang hati-hati. Salah sentuh,
telepon. Hari itu, seingat Si- meledak,” kata Prabowo Subian-
pon, pertengahan Mei 1998. Keru- to, bekas Komandan Komando Pa-
suhan pecah di Jakarta dan Solo. sukan Khusus, dalam wawancara di
Seorang aktivis Partai Rakyat De- majalah Panji edisi 27 Oktober 1999.
mokratik Solo tiba-tiba mengabar- Setelah peristiwa 27 Juli 1996, Ke-
kan bahwa Thukul bakal menghu- tua Umum PRD Budiman Sudjatmi-
bungi Sipon lewat telepon rumah ko masuk penjara, diikuti peting-
tetangga. gi partai lainnya, seperti Petrus Ha-
Thukul menanyakan kabar is- ryanto, Jacobus Kurniawan, dan
tri serta dua anaknya, Fitri Nganthi Dita Indah Sari. Menurut Budiman,
Wani dan Fajar Merah. Setelah itu, kemudi partai selanjutnya dipe-
gantian Sipon memberondong Thu- gang Komite Pimpinan Pusat PRD,
kul. ”Saya tanya bagaimana kondi- yang bergerak di bawah tanah. Me-
sinya,” ujar Sipon ketika ditemui reka mendapat angin setelah krisis
68
pada akhir Maret lalu. Thukul men- ekonomi menerpa Indonesia men-
jawab ia baik-baik saja. Selanjutnya, jelang akhir 1997.
ia berkata, ”Aku ora neng endi-endi, Meski di dalam penjara, Budiman an bahwa bom tersebut dibuat ber-
ora melu ngono-ngono kuwi.” terus berhubungan dengan peng- dasarkan perintah organisasi. Ke-
Menurut Sipon, suaminya meng- urus partai yang masih bebas. Me- kerasan, kata dia, bukan kebijakan
aku berada di Jakarta dan tak ikut nurut dia, sejak akhir 1997, mere- partai. ”Kalaupun ada seperti yang
menyulut kerusuhan. Tiga bulan ka merancang gerakan ”people po- dituduhkan, itu kegiatan individu.”
sebelumnya, pada Februari, Thu- wer” untuk menumbangkan Soe- Sejak itulah perburuan terhadap
kul juga mengabarkan berada di Ibu harto. Mereka sudah mempelaja- pentolan PRD intensif. Bom Tanah
Kota. Mulanya Sipon diminta Thu- ri gerakan rakyat di pelbagai nega- Tinggi dijadikan alasan rezim untuk
kul menelepon ke sebuah nomor di ra, termasuk di Filipina, yang suk- menyapu habis pemimpin gerakan.
Tebet. Dalam pembicaraan, Thukul ses menurunkan Marcos. Di anta- Dari rumah susun itu diperoleh daf-
menanyakan kabar Wani sekaligus ra pemimpin PRD bahkan ada yang tar nama aktivis. ”Untuk diselidiki,
berwasiat: putrinya itu harus ikut pernah bermukim di Filipina untuk bukan untuk diculik,” ia membela
les bahasa Inggris. menimba ilmu pergerakan. diri. Faisol Reza, salah satu pemim-
Kawan-kawan Thukul di Partai Menurut seorang sumber, se- pin partai setelah Budiman dipen-
Rakyat Demokratik mengatakan lain memobilisasi rakyat, ada fak- jara, mengatakan Thukul juga dica-
terakhir kali melihat Thukul sebe- si di partai yang bermaksud mem- ri karena menjadi anggota Komite
lum peristiwa bom Tanah Tinggi bentuk ”sayap militer”. Mereka ini- Pimpinan Pusat PRD.
pada 18 Januari 1998. lah yang kemudian belajar meracik Demikianlah akhirnya Faisol
Hari itu, bom meletup di unit 510 bom. Menurut Prabowo di majalah Reza dan Raharjo Waluyo Jati dicu-
rumah susun Tanah Tinggi, Jakarta Panji, ada 40 bom yang telah dira- lik Tim Mawar pada 12 Maret 1998.
Pusat. Kontrakan tersebut ditempa- kit: 18 disita, sisanya sudah disebar- Sehari kemudian giliran Nezar Pat-
ti sejumlah aktivis PRD, antara lain kan. Menurut Kepala Kepolisian Re- ria, Aan Rusdiyanto, dan Mugiyan-
Agus Priyono. Polisi dan militer me- sor Jakarta Pusat ketika itu, Kolonel to. Berikutnya Andi Arief pada 28
TEMPO/DWIANTO WIBOWO

nuduh PRD menyiapkan bom untuk Imam Haryatna, di majalah Ummat, Maret tahun itu. Herman Hendra-
mengacaukan Sidang Umum Maje- polisi menyita sepuluh bom dari ru- wan, Suyat, dan Petrus Bima Anuge-
lis Permusyawaratan Rakyat pada mah susun Tanah Tinggi setelah le- rah juga diciduk. Baik di tempat pe-
Maret tahun itu—yang bakal memi- tupan. nyekapan maupun di penjara Kepo-
lih lagi Soeharto sebagai presiden. Budiman menyangkal tuduh- lisian Daerah Metro Jaya, Nezar dan

68 | | 1 APRIL 2012
-Wiji Thukul: Pelarian-

Ia bekerja di Timor Timur dan pu- akhir 1998 sudah mulai dicari. Yang
lang ke Jakarta sewaktu-waktu. pertama kali berinisiatif melontar-
Pertemuan dengan Thukul se- kan kehilangan Thukul di media
ingatnya terjadi pada pertengahan masa adalah Jaap Erkelens, Direk-
1998. Pada Juni tahun itu, Hilmar tur KITLV Jakarta. Pada awal 2000
sempat pulang. Ia berangkat lagi ia bertanya kepada salah seorang
sebulan kemudian. ”Rasa-rasanya redaktur Kompas agar mengingat-
bertemu Thukul sebelum berang- kan publik tentang kehilangan Thu-
kat lagi pada Juli itu,” kata Hilmar. kul. ”Orang sudah mulai lupa bahwa
Sayangnya, Hilmar tak begitu yakin Wiji masih belum ditemukan,” ujar-
dengan ingatannya. nya. Saat itu sang redaktur membe-
Orang yang juga menyatakan ber- ri saran agar Erkelens menuliskan-
sobok dengan Thukul setelah pe- nya untuk rubrik Redaksi Yth. Alha-
ristiwa Tanah Tinggi adalah Yosep sil, pada 18 Februari 2000, Kompas
Stanley Adi Prasetyo, dulu warta- memuat surat dari Erkelens berju-
wan dan kini anggota Dewan Pers. dul ”Di Mana Wiji Thukul”.
Seingat Stanley, dia bertemu de- Tak berapa lama, datang surat
ngan Thukul pada Juni-Juli setelah tanggapan dari Hari Murtiadi, yang
Soeharto jatuh. ”Saya tanya, ‘Kamu beralamat di Jalan Wijaya Kusuma
aman enggak?’ Dia jawab aman,” 6 Nomor 179 RT 08 RW VI, Depok
ujar Stanley. Jaya, Pancoran Mas, 16432. Di su-
Mereka bertemu di sebuah wa- rat itu, dia menulis bahwa Thukul
rung bubur kacang hijau di pojok masih ada, tapi bersembunyi kare-
perempatan Jalan Ahmad Yani dan na, ”Sakit yang dideritanya (oleh
Jalan Utan Kayu, Jakarta. Menurut sebab penyiksaan) belum kunjung
Stanley, pertemuan itu difasilitasi sembuh.” Di akhir surat disebutkan
Margiyono, aktivis PRD yang lolos bahwa Thukul sangat membutuh-
dari penculikan. Thukul kemudi- kan uang atau pangan.
69
an bercerita bahwa ia merasa masih Jelas Erkelens merasa iba dan
dikejar-kejar. Ia juga mengatakan khawatir. Ia menulis surat balasan
kawan-kawan tak melihat Thukul. tinggal di Tangerang. Sebelum Thu- untuk Hari dan menitipkan pesan
Nasib Thukul simpang-siur se- kul pamit, Stanley memberikan pa- buat Thukul agar segera menghu-
telah bom Tanah Tinggi. Hanya Si-
Rumah No. ger yang dibelikan Goenawan Mo- bungi keluarganya lewat telepon.
pon, Wahyu, dan belakangan Cem- 510 (paling hamad, mantan Pemimpin Redaksi Kemudian Erkelens mengutus so-
pe Lawu Warta, guru teater Thukul kiri) sempat Majalah Tempo. pirnya untuk mengantarkan surat
di Solo, yang mengklaim pernah di- disinggahi Namun Margiyono mengatakan dan uang secukupnya buat Thukul.
kontak Thukul lewat telepon sete- Wiji Thukul pertemuan itu terjadi pada 1997, Si sopir mendatangi alamat itu dan
lah peristiwa itu. Lawu Warta yakin di Blok 5 bukan 1998. Waktu itu, ia memang ternyata palsu. Tidak ada nomor ru-
pemilik suara di ujung telepon pada Lantai 5, mengantar Thukul menemui Stan- mah itu dan tidak ada orang berna-
April 1998 itu Thukul. ”Suaranya Rumah Su- ley untuk mengambil pager. Me- ma Hari Murtiadi yang tinggal di se-
pelo dan berlogat Jawa,” katanya. sun Tanah nurut dia, penyeranta tersebut te- kitar jalan tersebut. ”Sopir saya ber-
Sipon berkukuh ditelepon Thu- rus dipakai Thukul hingga tak bisa tanya kepada orang-orang di sana.
Tinggi,
kul pada Mei di sekitar hari keru- dihubungi lagi setelah bom Tanah Ternyata itu semua tidak benar.”
Johar Baru,
suhan. Keterangannya bisa jadi be- Tinggi. Karena itu, Margiyono lebih Setelah suratnya dimuat Kompas,
tul karena sesuai dengan informasi
Jakarta percaya Thukul lenyap tak lama se- Erkelens juga dihubungi Wahyu Su-
yang didengar Budiman Sudjatmi- Pusat. telah peristiwa itu. silo, adik Thukul. ”Ia mengatakan
ko. Suatu kali, ada anak PRD berce- Menurut Nezar, PRD punya se- bahwa Wiji masih ada.” Istri Thu-
rita pernah melihat Thukul di Jakar- macam aturan ketika bepergian. kul, Sipon, menurut Erkelens, pada
ta pada Mei itu, juga di sekitar hari Singgah di mana pun, mereka mes- Februari 2000 itu pun menganggap
huru-hara. Budiman lupa nama si ti mengabari rekan yang berdiam di Thukul masih ada. Tapi kemudian
pemberi informasi. wilayah itu. ”Pakai kode-kode lewat keberadaan Thukul makin tak me-
Petunjuk lain bahwa Thukul ma- pager,” ujarnya. Ketika rezim makin nentu. ”Sipon akhirnya melapor ke-
sih hidup setelah Soeharto lengser buas memburu mereka, Thukul tak hilangan suaminya ke Kontras. Itu
datang dari Hilmar Farid, sejara- lagi memberi kabar. pun setelah banyak temannya, ter-
wan. Setelah peristiwa 27 Juli 1996, masuk saya, membujuk Sipon agar
Hilmar tak lagi aktif di Jaringan Ker- -- - melapor,” ujar Erkelens. Sipon res-
ja Kebudayaan Rakyat, yang didiri- mi melapor ke Kontras mengenai hi-
kan, antara lain, oleh Wiji Thukul. KEBERADAAN Thukul sejak langnya Thukul pada April 2000. ●

1 APRIL 2012 | | 69
ILUSTRASI: YUYUN NURACHMAN

Tentara membentuk tim untuk menculik sejumlah aktivis. Sembilan orang


dibebaskan, belasan lainnya masih hilang hingga kini. Interogator menanyakan
posisi Thukul kepada para korban penculikan itu.
-Wiji Thukul: Tim Mawar-

71
LELAKI
DI RUANG
INTEROGASI
Nama Wiji Thukul berulang kali
disebut pada saat Tim Mawar
menginterogasi korban penculikan. Sudah
lama jadi target operasi.

L
IMA belas tahun berla-
lu, tapi peristiwa itu ma-
sih basah di ingatan Ne-
zar Patria. Masih terngi-
ang di telinga aktivis So-
lidaritas Mahasiswa Indonesia untuk
Demokrasi (SMID) itu saat tim pen-
culik menyiksanya bertubi-tubi sera-
ya menanyakan Wiji Thukul.
”Kamu kenal Wiji Thukul? Di
mana dia sekarang?” Ketika Ne-
72
zar tak menjawab pertanyaan itu,
buk, buk, sejumlah pukulan mele-
sak di perutnya. ”Kamu kenal Wiji
Thukul, kan? Sejauh mana kau ke-
nal dia?”
Telungkup setengah telanjang di
atas veldbed dengan kaki dibebat ka-
bel, dia tetap tak menjawab. Tangan Rusdianto. Adapun Mugiyanto diba-
kirinya diborgol. Matanya dibalut wa beberapa waktu kemudian.
kain. Dari atas, penyejuk udara me- Aan dan Mugi adalah kawan seru-
nyemprotkan angin yang menusuk mah Nezar di Rusun Klender. Mere-
tulang. ka baru 10 hari mengontrak di sana.
Suara-suara itu kembali meng- Keempatnya, bersama Petrus Bima
hardik. ”Di mana Wiji Thukul?” Anugerah, adalah aktivis SMID. Me-
Yang lain membentak. ”Wiji Thukul reka adalah sebagian dari sejumlah
yang membuat pamflet-pamflet itu, aktivis yang diculik, juga dinyata-
ya? Sajak Thukul itu sebenarnya ba- kan hilang. Belakangan diketahui,
gus, tapi otaknya kotor.” penculik itu adalah anggota Kopas-
Pertanyaan penculik itu membu- sus dari Grup IV Sandi Yudha yang riakan Nezar dan Aan sewaktu di-
at Nezar paham: Wiji Thukul adalah tergabung dalam Tim Mawar. Para siksa,” kata Mugi.
target operasi. ”Mereka tahu betul aktivis dibawa ke satu tempat yang Seperti Nezar, Mugi juga dicecar
soal Thukul. Dalam hati saya berta- belakangan dikenal sebagai Pos Ko- aneka pertanyaan. Dua hari dua
nya, apakah mereka sedang menca- mando Taktis (Poskotis) di kawasan Bersama malam nama Thukul tak henti dise-
ri atau sudah menangkap Thukul,” Markas Kopassus, Cijantung, Jakar- Ariel but, selain Andi Arief, Ketua Umum
Nezar mengenang. ta Timur. Heryanto, SMID—organisasi mantel Partai
DOK TEMPO/ ADRI IRIANTO

Hari itu, 13 Maret 1998, adalah ma- Diculik hampir bersamaan, Ne- 1990 (kanan). Rakyat Demokratik yang sebelum-
lam pertama Nezar menghuni tem- zar satu sel dengan Mugi dan Aan. nya dinyatakan terlarang. Thukul
pat penyiksaan. Ia dijemput tentara Namun, karena matanya dibebat ketika itu adalah Ketua Jaringan
dari Rumah Susun Klender, Jakarta kain pekat, mereka hanya bisa me- Kerja Kebudayaan Rakyat (Jaker),
Timur. Nezar dibawa bersama Aan ngenali suara. ”Saya mendengar te- Nezar Patria juga berafiliasi dengan PRD.

72 | | 1 APRIL 2012
-Wiji Thukul: Tim Mawar-

73

Mereka sama-sama diam. Mugi mayoran. Ketika itu, Thukul pamit Bukan cuma para aktivis jalanan,
dan Nezar mengaku lama tak ber- ke Yogya. Thukul menggendong tas yang bergabung dengan partai poli-
temu dengan Thukul. Mugi terakhir sport warna biru. ”Bajunya lengan tik pun jadi target. Politikus pendu-
berjumpa dengan bekas kuli peli- panjang digulung.” kung Megawati, Haryanto Taslam,
tur mebel itu di Rumah Susun Bi- Peristiwa itu terjadi sebelum in- misalnya. Ia diculik hampir bersa-
dara Cina, Jakarta Timur, Mei 1997, siden bom di Rumah Susun Ta- maan dengan hilangnya para aktivis.
DOK:ROSSYLIN VAN DER BOSCH

saat mereka tinggal bersama di situ. nah Tinggi, Jakarta Pusat, 18 Janua- Seorang anggota pasukan elite
Saat itu, sejumlah seniman asal Solo ri 1998. Insiden bom di markas ak- bercerita kepada Tempo. Sebelum
sedang membuat teater buruh de- tivis itu membuat mereka kemba- menculik Taslam, sebagian ang-
ngan aktivis dari Australia. li diburu aparat. Tentara menuding gota Tim Mawar menguntit aktivis
Nezar ingat terakhir bertemu de- mereka akan mengacaukan Sidang PDI Perjuangan ini. Mereka tahu di
ngan Thukul di Rumah Susun Ke- Umum MPR, Maret 1998. mana Taslam biasa nongkrong me-

1 APRIL 2012 | | 73
-Wiji Thukul: Tim Mawar-

lepas penat. ”Salah satu bartender penyair tak pernah menghubungi


tempat Taslam minum adalah ang- siapa-siapa ketika berada di satu
gota tim,” kata perwira itu. tempat. Itulah sebabnya, ketika ak-
Penguntitan ini dilakukan bebe- tivis lain sudah keluar dari tempat
rapa bulan sebelum kerusuhan 27 persembunyian setelah jatuhnya
Juli 1996 meledak. Beberapa hari Soeharto, kabar Thukul tetap tak
kemudian, Kepala Staf Bidang Sos- terdengar. Aktivis PRD mengang-
pol ABRI Letjen TNI Syarwan Ha- gap Thukul berada di bawah perlin-
mid menyiarkan rilis bahwa Partai dungan keluarga. Sebaliknya, kelu-
Rakyat Demokratik berada di bela- arga menganggap Thukul disembu-
kang kerusuhan itu. nyikan PRD.
PRD dianggap mendompleng Bahkan, ketika Mabes TNI meng-
Mega untuk merealisasi people po- umumkan hasil temuan Dewan Ke-
wer. Partai yang beranggotakan hormatan Perwira atas mantan
anak muda berusia 20-an tahun Danjen Kopassus Letjen Purnawi-
itu sebenarnya baru dideklarasi- rawan Prabowo Subianto, berikut
kan lima hari sebelum 27 Juli 1996. persidangan di mahkamah militer
Pada saat upacara deklarasi di kan- soal penculikan aktivis, tak terung-
tor YLBHI di Jalan Diponegoro, Ja- kap di mana jejak Thukul dan belas-
karta—hanya sepelemparan batu an aktivis lainnya.
dari lokasi kerusuhan—Wiji Thukul Ke mana Thukul? Tidak jelas.
membacakan selarik puisinya yang Sumber Tempo di intelijen menye-
terkenal, ”Hanya ada satu kata: La- butkan Thukul ”dijemput” di Jawa
wan!” Tengah. Waktunya Mei 1998. Na-
Nama Thukul, kata salah satu jen- mun pada masa itu pula Thukul
deral pada saat itu, masuk daftar sempat menelepon Sipon.
target operasi intelijen. Cap yang di- Kesimpang-siuran informasi mem-
lekatkan pada Jaker yang dipimpin buat Mugi dan kawan-kawannya
74
Thukul adalah organisasi penjelma- membentuk Ikatan Keluarga Orang
an Lembaga Kebudayaan Rakyat, Hilang pada September 1998. PRD
organisasi seniman yang berafiliasi juga membentuk tim pelacak di ba-
dengan Partai Komunis Indonesia. wah pimpinan Jacobus Kurniawan.
Adapun PRD dianggap penjelmaan Menurut Jacobus, Wiji ada ke-
partai komunis itu. mungkinan hilang dalam operasi
Diburu aparat, Thukul menghi- intelijen besar-besaran yang dila-
lang. Di rumahnya di Kampung Ka- kukan di Solo beberapa pekan se-
langan, Jagalan, Solo, intelijen ha- ”Kamu kenal Wiji Thukul? Di belum Sidang Umum MPR 1998. Se-
nya menemukan Sipon, istrinya. perti yang terjadi pada Leonardus
Sang istri belakangan diinterogasi mana dia sekarang?” Ketika Gilang, pengamen yang juga akti-
di Koramil Jebres, Solo. Nezar tak menjawab pertanyaan vis PRD di Solo. Diculik di Solo, ma-
Adik kandung Thukul, Wahyu Su- yat Gilang ditemukan di tepi jalan di
silo, juga tak luput dari perburuan. itu, buk, buk, sejumlah pukulan Magetan, Jawa Timur. Kesimpulan
Wahyu diambil aparat pada 31 Agus- melesak di perutnya. ”Kamu yang mirip dengan temuan Kontras
tus 1996 dinihari di kantornya, Soli-
kenal Wiji Thukul, kan? Sejauh pada April 2000.

mana kau kenal dia?”


daritas Perempuan, di Jakarta Ti- Pernah muncul desas-desus Thu-
mur. Semula Wahyu dibawa ke kan- kul sempat ”kembali”. Pada 2006,
tor Badan Intelijen ABRI (BIA) Kali- Telungkup setengah telanjang misalnya, Mugi mendengar kabar
bata, sebelum akhirnya dipindah- ada orang mirip Thukul terlihat di
kan ke shelter Ragunan.
di atas veldbed dengan kaki Depok, Jawa Barat. Ketika dicek,
Selama 24 jam Wahyu diintero- dibebat kabel, dia tetap tak orang itu hanya mirip Thukul. Si-
gasi dan digebuki. Telinganya ham- menjawab. Tangan kirinya pon bercerita. Suatu ketika ia per-
pir pecah karena ditampar ember nah menerima telepon dari nomor
seng. Aktivis buruh migran ini dice-
diborgol. Matanya dibalut kain. berawalan 024—kode telepon Se-
DOK:REVITRIYOSO HUSODO

car soal keberadaan Thukul dan Da- Dari atas, penyejuk udara marang. Si penelepon meminta Si-
niel Indra Kusuma, aktivis PRD lain- menyemprotkan angin yang pon berhenti mencari Thukul. Tapi
nya. Ketika itu, Thukul sudah ke Ka- Sipon tak menggubris. ”Saya yakin
limantan. menusuk tulang. Thukul akan kembali.”
Thukul memang misterius. Sang ●

74 | | 1 APRIL 2012
76

MEREKA YANG DICAP


‘SETAN GUNDUL’
Sebagian aktivis yang diculik pada 1998 dibebaskan, sebagian lain tak jelas
nasibnya. Diduga merupakan operasi gabungan militer.

76 | | 1 APRIL 2012
-Wiji Thukul: Tim Mawar-

li. Mugiyanto merasa tak nyaman. militer membawa Mugi dan Jaka de-
Sebab, ketika masuk ke rumah, ia ngan mobil bak terbuka yang ber-
Unjuk rasa mendapati lantai berantakan. Ko- bangku panjang. Mugi dan Jaka du-
mengenakan ran, buku, dan berbagai dokumen duk saling membelakangi, masing-
topeng orang berserakan. masing diapit dua polisi militer. Me-
hilang di Sebelum pulang pada Jumat sore, reka dibawa ke markas Komando
Jakarta. 13 Maret 1998, itu, Mugiyanto mene- Distrik Militer Jakarta Timur di Ja-
lepon penghuni lain, Nezar Patria. tinegara. Tangan mereka diborgol.
Ia menyampaikan akan membawa Seorang pria berkulit putih, tegap,
pulang masakan Jepang, yang me- dan mengenakan batik menyam-
reka anggap mewah ketika itu. Se- but di markas. Ia berdiri di samping
sampai di rumah, Mugi heran tak sedan BMW bersama dua pria ber-
menemukan tiga rekannya: Nezar, pakaian tentara. ”Cepat, turunkan
Aan Rusdianto, dan Petrus Bima mereka!” kata pria itu.
Anugerah. ”Saya heran, rumah kok Perintah itu tak dituruti. Penga-
kosong,” kata Mugi, kini 39 tahun. walnya tetap duduk di atas mo-
Mugiyanto yakin teman-teman- bil. Pria berbaju batik itu menghar-
nya baru saja meninggalkan rumah. dik, ”Kalian menghormati saya ti-
Ia melihat segelas air jeruk yang ma- dak? Ayo, segera turunkan mere-
sih hangat di atas meja. Ia lalu meng- ka!” Kali ini perintah itu dituru-
hubungi operator penyeranta, me- ti. Setelah membuka borgol kedua-
nanyakan posisi Nezar. Tak ada ba- nya, pengawal membawa mereka
lasan. Beberapa saat kemudian te- ke ruang tamu Kodim. Hanya lima
lepon rumah berdering, ternya- menit, mereka dibawa keluar lagi.
ta dari Margiyono, rekan mereka. Ketika berjalan keluar, Jaka meng-
Mugi menanyakan keberadaan Ne- gandeng Mugi seraya tersenyum,
zar dan kawan-kawan, juga men- ”Mugi, kamu selamat. Kita pulang
ceritakan kondisi rumah. ”Seketi- ke rumahku.”
77
ka itu juga saya menyuruh Mugi ka- Mugi sempat bungah ketika di-
bur,” ujar Margiyono. ajak naik mobil BMW itu. Namun,
Terlambat. Pintu digedor dari baru sepuluh detik duduk, ia disu-
luar. Mugi membuka pintu. Sepu- ruh keluar. Beberapa pria mengang-
luh pria merangsek ke dalam. Dua kutnya ke mobil Toyota Kijang. Ia di-
orang mengenakan seragam lo- perintahkan membuka baju untuk
reng. Sisanya berpakaian sipil. Pria menutup matanya. Mugi kembali le-
tua berkopiah menggandeng Mugi— mas. Ia mendengar para pria yang
belakangan sang aktivis menge- membawanya itu berbicara dengan
nalinya sebagai ketua RT setempat— kata sandi, seperti elang, harimau,
mencoba menenangkan dan ber- dan rajawali.
pesan agar tak melawan. Mereka Belakangan diketahui, Jaka yang
membawa Mugi dengan mobil Mit- bersamanya itu ternyata Kapten
subishi L300 ke markas Komando Djaka Budi Utama, personel Kopas-
Rayon Militer Duren Sawit, Jakarta sus yang bersama 10 prajurit lain-
Timur. nya divonis bersalah menculik sem-
Di kursi sebelahnya, seorang pria bilan aktivis pada 1997-1998. Mugi
bertopi, berbadan kekar, dan ting- dibawa ke markas Kopassus di Ci-
ginya sekitar 165 sentimeter juga di- jantung, Jakarta Timur. Ia disekap
interogasi di markas Koramil. Lela- di dalam sel, dipukuli, disetrum,

M
UGIYANTO le- ki itu mengaku bernama Jaka, ting- sambil diinterogasi tentang keterli-
mas melihat ke gal di dekat penjara Cipinang, Jakar- batannya dalam Partai Rakyat De-
luar jendela lantai ta Timur. Dua pria berseragam ten- mokratik.
dua Rumah Susun tara menginterogasi sambil menen- -- -
Klender, Jakar- dang kaki Jaka. ”Lepaskan saya, Pak.
TEMPO/DHEMAS REVIYANTO

ta Timur, yang ia kontrak bersama Saya cuma main di dekat rumahnya MOBIL Toyota Kijang berhenti di
tiga temannya. Aktivis ini melihat Mugi,” kata Mugi, mengingat jawab- perlintasan kereta api kawasan Ci-
enam pria menatap ke arah jende- an Jaka. Ketika itu, Mugi mengira pinang, Jakarta Timur. Seorang pe-
la dari bawah. Ia menyalakan lam- Jaka korban salah tangkap. muda mengenakan kaus berkerah
pu, lalu memadamkannya kemba- Setengah jam kemudian, polisi dengan kumis dan jenggot yang

1 APRIL 2012 | | 77
ri Jenderal Dibyo Widodo soal posi-
si Andi Arief. ”Kami diberi tahu sta-
tus penyerahan saat itu,” kata Nur-
faizi, Kepala Badan Reserse Kriminal
ketika diperiksa Tim Ad Hoc Penyeli-
dikan Pelanggaran HAM Berat yang
dibentuk oleh Komnas HAM pada
2006.
Sejumlah aktivis lain yang dicu-
lik pada 1997-1998 tak jelas nasib-
nya hingga kini. Mereka adalah Yani
Afri, Sonny, Herman Hendrawan,
Deddy Hamdun, Noval Alkatiri, Is-
mail, Suyat, Petrus Bima Anugerah,
dan Wiji Thukul.
Penyelidikan oleh Komisi Nasio-
nal HAM menyimpulkan, penculik-
an aktivis itu memenuhi unsur jo-
int criminal enterprise, yaitu ”meli-
batkan pelaku dari berbagai insti-
tampak baru dicukur, turun dari di dalam kereta,” katanya. Fai- Mugiyanto tusi, terencana, dan dieksekusi ber-
dalam mobil. Ia dibekali amplop sol Reza dilepas dengan cara yang (kiri) dan sama-sama”. Bukan hanya Tim Ma-
berisi Rp 150 ribu dan tiket kereta sama. Raharjo war bentukan Kopassus yang keti-
Fajar Utama kelas bisnis tujuan Se- Pembebasan Mugi, Aan, dan Ne- Waluyo Jati. ka itu dipimpin Mayor Jenderal Pra-
marang. ”Naiknya dari Stasiun Jati- zar tak semulus Jati. Ketiganya sem- bowo Subianto, Kepolisian, Badan
negara,” kata Raharjo Waluyo Jati. pat dipindahkan ke beberapa tem- Intelijen ABRI, dan Komando Dis-
Pada 25 April 1998 itu, Jati dibebas- pat. Di antaranya markas Kodam trik Militer Jakarta Timur dianggap
kan setelah enam pekan disekap Jaya di Cawang, Jakarta Timur. Se- ikut bertanggung jawab. ”Para atas-
78
dan disiksa di tahanan markas Ko- telah itu, mereka dibawa ke Polda an masing-masing diperkirakan ter-
passus. Metro Jaya. Ketiganya dituduh me- libat dan mengetahui penculikan,”
Jati ditangkap bersama Faisol rencanakan makar, dijerat dengan demikian tertera dalam laporan
Reza pada 12 Maret 1998 setelah ma- pasal subversif. Selama pemerik- akhir tim ad hoc itu.
kan siang di area Rumah Sakit Cip- saan, mereka ditahan di sel isola- Kejahatan gabungan ini terlihat
to Mangunkusumo, Jakarta Pusat. si. Tentara kerap meneror mental jelas pada saat penculikan Mugi. Ia
Ketika itu, ia masih tercatat sebagai dengan mengancam mereka akan dioper dari markas Koramil sampai
mahasiswa Fakultas Filsafat Uni- kembali disiksa. Baru pada 5 Juni Polda Metro Jaya. Menurut seorang
versitas Gadjah Mada. Mereka akti- 1998, dua pekan setelah Soeharto pensiunan jenderal, penculikan
vis Komite Nasional Perjuangan De- mundur, mereka dilepaskan. merupakan salah satu pelaksanaan
mokrasi, yang gencar menolak per- Empat aktivis lain yang diculik operasi pengamanan Sidang Umum
tanggungjawaban Presiden Soe- juga dibebaskan bertahap, yaitu MPR. Di kepolisian, yang ketika itu
harto. Sehari sebelumnya, Sidang Andi Arief, Desmond J. Mahesa, Pius masih bergabung dengan ABRI,
Umum Majelis Permusyawaratan Lustrilanang, dan Haryanto Taslam. disebut Operasi Mantap Jaya. Sa-
Rakyat menerima pertanggungja- Andi, yang diculik paling akhir, dise- lah satu bentuknya adalah ”meng-
waban Soeharto dan memilihnya rahkan ke Markas Besar Kepolisian amankan” orang-orang yang dinilai
kembali sebagai presiden untuk pe- karena dituduh terlibat rencana pe- berpotensi mengganggu stabilitas
riode keenam. ngeboman. Bom meledak di kamar politik negara. ”Para petinggi ABRI
Sehari sebelum dilepaskan, Jati sewaan mereka di Rumah Susun Ta- ketika itu, termasuk Panglima ABRI
sempat diberi ”wejangan” agar tak nah Tinggi, Jakarta Pusat, pada 18 Ja- Jenderal Feisal Tanjung, mengeta-
DOK.TEMPO/ SANTIRTA M., TEMPO/DWIANTO WIBOWO

menceritakan penculikan itu ke- nuari 1998. hui penculikan ini,” katanya.
pada siapa pun. Bila itu dilakukan, Andi dijemput dari Cijantung se- Operasi ini tak berjalan sendiri.
penculik mengancam akan meng- telah petinggi Badan Intelijen ABRI Pasokan nama-nama target opera-
aniaya dia dan keluarganya. Selama (BIA) menelepon Komandan Jende- si diperoleh dari BIA, yang sudah
perjalanan di dalam kereta, Jati di- ral Kopassus. Dalam keadaan mata memetakan para aktivis lewat agen-
larang banyak berbicara dan tak bo- tertutup dan tangan diborgol, ia di- agen mereka. Daftar nama ini ke-
leh melihat ke belakang. Ia juga di- bawa ke Polda Metro Jaya. Sebelum- mudian diserahkan ke Presiden
beri tahu akan terus diawasi hing- nya, ujar sumber Tempo, Kepala BIA Soeharto, lalu diserahkan ke semua
ga sampai rumahnya di Semarang. saat itu, Mayor Jenderal Zaky Anwar petinggi ABRI, termasuk Kopassus.
”Ada penculik yang mengikuti saya Makarim, memberi tahu Kepala Pol- Prabowo kepada majalah Panji

78 | | 1 APRIL 2012
-Wiji Thukul: Tim Mawar-

pada 1999 mengaku menerima daf- sian Pius, selama ditahan, ia sempat Para aktivis yang sudah dibebas-
tar nama itu. Ia mengatakan khi- bertemu dengan Sonny dan Yani kan pun, seperti Herman Hendra-
laf karena seharusnya tak ada pen- Afri, serta mendengar suara Deddy wan, Bima, Sonny, dan Yani Afri,
culikan. ”Itu kesalahan teknis di la- Hamdun di Cijantung. ”Operasi ini yang sempat bertemu dengan akti-
pangan,” katanya. menjadi kacau karena ada persaing- vis lain, kembali menghilang. ”Ke-
Soeharto, ujar sumber Tempo, an elite TNI,” ucap sumber Tempo. lompok lain yang menculik mere-
menyebut para aktivis yang nama- Pensiunan jenderal tadi memberi ka,” ujar sumber Tempo.
nya tercantum di daftar itu dengan informasi sama. ”Ada operasi di da- Para pejabat militer yang bertu-
sebutan ”setan gundul”. Operasi ini, lam operasi,” katanya. gas ketika itu menolak diwawanca-
sesungguhnya tak sempurna mes- Indikasinya bisa dilihat selama rai. Sel gelap di markas Kopassus,
ki terlihat sistematis. Seharusnya, kesembilan aktivis itu ditahan di Ci- tempat aktivis disekap dan disiksa,
dalam operasi intelijen, targetnya jantung. Para penculik kerap mena- kini rata tanah. Di bekas bangunan
mesti semua mati atau tetap hidup. nyakan keberadaan beberapa akti- kini dibuat taman kembang warna-
Faktanya, mereka yang diculik Tim vis, termasuk Wiji Thukul, padahal warni. Kontras dengan hitam nasib
Mawar ada yang mati. Dalam kesak- mereka sudah lama menghilang. aktivis yang tak jelas hingga kini. ●

PERTANYAAN YANG Putusan peradilan itu, menurut mantan Ketua Komisi Na-
sional Hak Asasi Manusia Marzuki Darusman kala itu, jang-
TAK TERJAWAB gal karena tak menjelaskan rantai operasi. Kejanggalan terasa
karena dalam surat dakwaan hanya dibatasi pada tanggung
jawab perorangan.

H
AMPIR dua windu penculikan para aktivis pada Dengan menerima pengakuan Bambang, pengadilan tak
1998. Tapi, bagi Mugiyanto, satu dari belasan kor- mengusut lebih jauh keterlibatan perwira tinggi lain. Tuduh-
ban, tragedi itu tetap menyisakan pertanyaan: an penyiksaan dan penganiayaan terhadap korban juga ti-
”Dari mana instruksi penculikan itu?” dak diusut. Apalagi berusaha mencari 13 aktivis yang masih
79
Mugi dulu aktivis Solidaritas Mahasiswa untuk Demokrasi, hilang. ”Dengan kata lain, Tim Mawar hanya bertanggung ja-
yang berafiliasi dengan Partai Rakyat Demokratik. Ia diambil wab atas sembilan aktivis yang dibebaskan,” ucap Mugi.
dari rumah susun tempat ia tinggal, lalu diangkut ke markas Dewan Kehormatan Perwira yang dibentuk petinggi ABRI
tentara. Ia kini memimpin Ikatan Orang Hilang (Ikohi), orga- pada 3 Agustus 1998 untuk mengusut keterlibatan para perwi-
nisasi nonpemerintah yang setiap pekan menggelar aksi Ka- ra menyimpulkan penculikan atas perintah dan setahu pim-
misan, menuntut kejelasan korban penculikan yang belum pinan Kopassus. Disebutkan, operasi itu bukan inisiatif ang-
kembali. gota Tim Mawar. Dewan bahkan menyatakan Prabowo meng-
Soal perintah penculikan pernah dijawab Mayor Bambang akui penculikan itu. ”Prabowo salah menafsirkan perintah
Kristiono, komandan Tim Mawar yang dibentuk Komando Pa- komando,” kata Jenderal Subagyo, Ketua Dewan Kehormat-
sukan Khusus untuk menculik aktivis. Dalam persidangan di an, pada saat mengumumkan hasil kesimpulan timnya.
Mahkamah Militer Tinggi II Jakarta Timur pada 1999, Bambang Dewan tak menjelaskan alur komando operasi. Padahal,
mengatakan instruksi penculikan ”datang dari hati nurani”. menurut seorang anggota Dewan Kehormatan ketika itu,
Pengakuan Bambang tercatat dalam dokumen persidang- pengusutan pada jalur komando akan merembet ke banyak
an. Di situ, Bambang mengatakan, Tim Mawar dibentuk pada jenderal.
Juli 1997 dan beranggota 11 orang. Ketika diperiksa, Bambang Rekomendasi yang disampaikan Dewan Kehormatan ada
mengatakan ide penculikan datang dari dia. Alasannya, ka- dua: sanksi pensiun dini atau Mahkamah Militer untuk perwi-
rena dia risau melihat ”aksi aktivis radikal yang mengganggu ra yang terlibat. Namun pengadilan militer untuk para perwi-
stabilitas nasional”. ra kolonel ke atas tidak pernah digelar.
Untuk menculik para aktivis bengal itu, Bambang membagi Prabowo Subianto menolak permintaan wawancara yang
Tim Mawar menjadi beberapa satuan lebih kecil, terdiri atas diajukan Tempo. Namun, dalam wawancara dengan majalah
tiga-empat orang. Operasi rahasia menggunakan metode hi- Panji pada 27 Oktober 1999, Prabowo menyebutkan penculik-
tam, dengan setiap posko berdiri sendiri. an sebenarnya bentuk menjalankan perintah pengamanan.
Disebutkan, ada sembilan aktivis yang diambil paksa: Har- Ia mengatakan tidak memerintahkan operasi itu.
yanto Taslam, Pius Lustrilanang, Desmon J. Mahesa, Andi Mantan Panglima ABRI Jenderal Purnawirawan Wiranto
Arief, Nezar Patria, Mugiyanto, Aan Rusdianto, Faisol Reza, juga menolak berbicara tentang peristiwa tersebut. Ketika di-
dan Raharjo Waluyo Jati. Mereka dibebaskan bertahap. temui Senin pekan lalu, ia tak menjelaskan alasan Mahkamah
Mahkamah militer memecat dan menahan Bambang serta Militer tak dilaksanakan. ”Penyelesaiannya sudah cukup,”
empat anggota timnya. Enam anggota lain dihukum penjara, ujar Ketua Umum Partai Hanura ini. ”Penculikan berlawanan
tapi tidak disertai sanksi pemecatan. dengan konsep saya.” ●

1 APRIL 2012 | | 79
JEJAK SAMAR
DI SERIBU
PULAU
Jenazah-jenazah ditemukan di perairan
Pulau Untung Jawa pada Mei 1998. Diduga
aktivis korban penculikan.

T
RI Wiyanto sedang kubur di pantai. Tapi, berbeda de-
berpatroli di perairan ngan penemuan mayat lain, tiga je-
Kepulauan Seribu ke- nazah itu ”mengusik” mereka.
tika melihat seonggok Penyebabnya, tiga bulan kemudi-
mayat terapung di laut an, tentara bersenjata lengkap da-
lepas. Pagi itu petugas keamanan tang dengan dua perahu. Tim dari
laut ini sendirian mengendarai pe- Pusat Polisi Militer itu merapat di
rahu motor jagawana, menyusuri dermaga Pulau Untung Jawa. Dalam
kawasan cagar alam Pulau Rambut rombongan ini juga ada ahli foren-
yang tak berpenghuni. sik dari Rumah Sakit Cipto Mangun-
80
Ia segera mengangkat jenazah kusumo, Jakarta Pusat.
yang mulai membengkak itu, meng- Tentara itu memerintahkan pen-
angkutnya menuju pulau terdekat, duduk membongkar kuburan tiga
Untung Jawa. ”Saya tarik dan saya mayat temuan petugas patroli ke-
masukkan ke perahu,” katanya ke- amanan cagar alam Pulau Rambut.
tika diwawancarai Tempo lima ta- Jenazah yang telah terkubur tiga bu-
hun silam. Ketika mayat ditemu- lan itu dimasukkan ke kantong dan
kan, penduduk pulau sedang me- diangkut dengan perahu.
nyaksikan televisi yang menyiar- Menurut Tri, di dada jenazah per-
kan pembakaran massal di Jakarta tama terlihat lubang ”seperti bekas
pada pertengahan Mei 1998. tembakan”. Lelaki ini gemuk, ber-
Tak lama berselang, Tri mene- wajah bulat, dan tingginya sedang.
rima laporan dari dua rekannya Ketika ditemukan, jenazah menge-
yang berpatroli di perairan Pulau nakan kaus putih bertulisan Ham-
Burung, juga di kawasan Kepulau- mer dan celana panjang krem. Cin-
an Seribu. Mereka menemukan dua cin putih melingkar di ibu jari ta-
mayat laki-laki terapung di dekat ngan. Pada ikat pinggangnya tergan-
pantai pulau yang juga dikenal se- tung kantong plastik berisi harmoni-
bagai surga burung itu. ka merah, tiga tablet sejenis obat pe- Tempat
Tri menuju lokasi penemuan ma- nenang, dan jam tangan anak-anak. dikuburkannya
yat yang juga sudah membengkak, Zulhasmar Syamsu, ahli forensik tiga jenazah
lalu membawanya ke Pulau Untung Rumah Sakit Cipto Mangunkusu-
yang diduga
Jawa. Setelah dimandikan dan disa- mo yang datang bersama tim Pusat
latkan, ketiga jenazah yang dibung- Polisi Militer, menyebutkan ciri-ciri
korban Mei
kus itu terpal dikubur di tepi pantai. jenazah yang kurang-lebih sama. 1998 di Pulau
Untung Jawa,
DOK. TEMPO/SANTIRTA M

Wawan, penduduk Untung Jawa, ”Tapi tidak ada lubang di dada kiri,”
menuturkan penghuni Pulau Un- ujarnya. ”Di pergelangan tangan- Kepulauan
tung Jawa memang kerap menemu- nya ada bekas kekerasan akibat Seribu.
kan mayat mengapung di laut. La- benda tumpul.”
zimnya, mayat yang ditemukan di- Djaja S. Atmadja, ahli forensik

80 | | 1 APRIL 2012
-Wiji Thukul: Tim Mawar-

81

1 APRIL 2012 | | 81
-Wiji Thukul: Tim Mawar-

dan DNA dari rumah sakit yang an Darat.


sama, membuat rekonstruksi dua Tomi A., yang ketika itu beker-
dari tiga wajah mayat. ”Tingkat ke- ja untuk Kontras, menuturkan tim
miripan dengan orangnya bisa sam- berangkat dari dermaga Marina
pai 90 persen,” kata Djaja. Ancol, Jakarta Utara, pukul 05.30.
Tim forensik kemudian membe- Mereka tiba di Pulau Kelapa em-
ri kesempatan kepada masyarakat pat setengah jam kemudian. Menu-
untuk mengidentifikasi tiga jenazah rut Tomi, orang-orang tak dikenal
melalui hasil rekonstruksi. Keluar- menguntit tim ini sejak dari Mari-
ga Wiji Thukul dan Petrus Bima, dua na Ancol.
aktivis yang hilang dan belum dite- Tak disangka, dua pria pembe-
mukan hingga kini, juga diundang. ri informasi—yang tawaran kerja
Wahyu Susilo, adik Wiji Thukul, sama pencariannya ditolak—sudah
menyatakan keluarga penyair itu menunggu di dermaga. Mereka ter-
tidak pernah menerima undang- lihat marah. ”Kontras dianggap ti-
an Pusat Polisi Militer untuk meng- dak memenuhi janji untuk melibat-
identifikasi jenazah. D.T. Utomo Ra- kan mereka dalam proses pencari-
hardjo, ayah Petrus Bima, juga me- an orang hilang.” Tomi kini bekerja
nyatakan hal yang sama. Ia berha- sebagai jurnalis.
rap segera menerima kejelasan na- Tim menginap di satu rumah pen-
sib putranya. ”Kami setiap hari ber- duduk, lalu menelusuri pulau ber-
doa,” ujar Utomo, pensiunan karya- penduduk 6.000 jiwa itu. Beberapa
wan rumah sakit di Malang, Jawa Ti- nelayan mengaku kepada tim bah-
mur, pekan lalu. wa mereka melihat kapal membu-
Eva Arnaz, artis era 1980-an, da- ang benda seperti drum pada ma-
tang untuk mencari suaminya, Ded- lam hari. ”Hal itu tidak lazim,” Tomi
dy Omar Hamdun, yang hilang pada mengutip penjelasan nelayan.
akhir 1997. Eva, menurut Djaja, tidak Tim menyimpulkan tidak ada je-
82
mengenali identitas tiga mayat itu. jak aktivis yang hilang di Pulau Ke-
-- - lapa. Mereka menyeberang ke Pulau
Panjang. Di sini tim menemukan ba-
KOMISI Nasional Hak Asasi Ma- ngunan seperti shelter yang catnya
nusia menyelidiki penculikan akti- tak pernah ditanggapi. ”Mungkin kelihatan masih baru. Tapi kusen
vis dan mahasiswa 1997-1999 pada Komnas mengejar waktu penyele- jendela bangunan ini telah lenyap,
2006. Penemuan tiga mayat itu saian penyelidikan,” kata anggota
Tri pecahan kaca berserakan di lantai.
kembali mengusik tim investigator tim itu.
Wiyanto, Penduduk Pulau Kelapa tidak me-
lembaga ini. Empat anggota tim lalu Penemuan jenazah di perairan warga ngetahui fungsi bangunan ini.
meluncur ke Untung Jawa. Kepulauan Seribu juga mengun- Pulau Landasan pacu pesawat seki-
Ciri-ciri lebih detail ketiga jena- dang perhatian Komisi untuk Orang Untung tar 400 meter ada di pulau tak ber-
zah diungkapkan seorang inves- Hilang dan Korban Tindak Kekeras- Jawa, penghuni itu. Kotak nasi dan sen-
tigator kepada Tempo pekan lalu. an atau Kontras. Dua lelaki paruh Kepulauan dok plastik patah bertebaran di ta-
Tiga mayat itu ditaksir berusia 20- baya datang ke kantor itu, menya- Seribu, nah. ”Menandakan beberapa hari
40 tahun. Dua mayat, kata dia, teri- takan para nelayan di sekitar Pulau yang sebelumnya ada orang datang ke
kat ketika ditemukan. Pada satu ma- Kelapa menyaksikan perahu motor menemukan pulau ini,” ujar Tomi.
yat lainnya terdapat lubang di dada. membuang benda semacam drum Tim Kontras menerima informa-
mayat yang
Sebulan kemudian, tim investi- ke laut pada malam hari. si dari penduduk bahwa sebulan se-
gator kembali ke pulau itu guna me- Di ujung pembicaraan, dua tamu
diduga belumnya ada beberapa orang ber-
lakukan penyelidikan pro justicia. itu mengajak Kontras bekerja sama
korban Mei pakaian militer tiba. Sejumlah ne-
Dua orang penemu jenazah dimin- mencari aktivis yang masih hilang. 1998. layan mengatakan pernah melihat
tai keterangan, yang dicantumkan Kontras menolak ajakan itu. Tapi kuburan di pulau itu beberapa bu-
dalam berita acara pemeriksaan. organisasi ini memutuskan menelu- lan sebelumnya.
Tim investigator datang ke RSCM suri informasi mereka. Tim segera Peneliti dari Kontras berencana
untuk bertemu dengan tim foren- diberangkatkan ke Pulau Kelapa. menyelam di perairan untuk men-
sik. Seorang anggota tim sempat Kontras telah lebih dulu memin- cari jejak. Namun kedalaman laut
DOK TEMPO/SANTIRTA

mengusulkan tes DNA terhadap tiga ta informasi dari sejumlah aktivis mencapai 30 meter, yang hanya da-
mayat, dan membandingkan hasil- yang diculik dan telah dibebaskan pat ditelusuri penyelam profesio-
nya dengan data-data keluarga 13 pelakunya, yakni Tim Mawar dari nal. Rencana ini tak dilanjutkan.
aktivis yang masih hilang. Usul ini Komando Pasukan Khusus Angkat- ●

82 | | 1 APRIL 2012
-Edisi Khusus-

Mei 2013
Para Jendral Marah-marah
-Ku m p u l a n p u i s i Wij i Th u k u l d a l a m p el a r i a n -
Para Jendral Marah-marah
-Ku m p u l a n p u i s i Wij i Th u k u l d a l a m p el a r i a n -

Ilustrasi: Yuyun Nurachman


-P e n g a nt a r -

Sajak-sajak Thukul yang Tercerai Berai

WIJI THUKUL telah menerbitkan beberapa buku kumpulan puisi, seperti


Puisi Pelo dan Darman dan Lain-lain (keduanya diterbitkan Taman Budaya
Surakarta pada 1984), Mencari Tanah Lapang (Manus Amici, Belanda, 1994), dan
Aku Ingin Jadi Peluru (Indonesia Tera, 2000). Namun sesungguhnya masih banyak
karya Thukul yang tersebar di berbagai selebaran, majalah, koran mahasiswa, jurnal
buruh, dan media alternatif lain.
Buku kecil ini mencoba melengkapi berbagai antologi puisi Thukul yang
sudah terbit dan untuk memberi gambaran sekilas macam apa puisi penyair Solo
itu. Buku ini dibagi dalam tiga bagian. Bagian pertama merupakan puisi-puisi
yang dibikin Thukul selama dalam pelarian. Manuskripnya berada di tangan
Stanley Adi Prasetyo, mantan Wakil Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.
”Puisi itu adalah pemberian Thukul kepadaku sesaat sebelum dia menuju pelarian
berikutnya,” kata Stanley, yang mendapat naskah tulisan tangan dengan pensil
di atas kertas surat putih bergaris sebanyak 13 halaman bolak-balik itu pada
pertengahan Agustus 1996.
Manuskrip itu pernah dipublikasikan sebagai bagian dari artikel Stanley, ”Puisi
Pelarian Wiji Thukul”, di jurnal Dignitas Volume VIII Nomor 1 Tahun 2012, yang
diterbitkan Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat, Oktober tahun lalu. Kami
memuat kembali semua puisi di sana, kecuali naskah tanpa judul yang diawali
kata-kata ”berhari-hari—ratusan jam”, yang tampaknya masih berupa coretan-
coretan, dan puisi tanpa judul yang baris pertamanya berbunyi ”kuterima kabar dari
kampung”, karena sudah muncul di antologi Aku Ingin Jadi Peluru.
Bagian kedua adalah beberapa puisi Jawa karya Thukul yang pernah muncul
dalam antologi puisi bersama Keliek Eswe dan Sugiarto B. Darmawan, Antologi
Puisi Jawa: Geguritan Iki Mung Pengin Kandha, yang diterbitkan pada 1987
oleh Taman Budaya Jawa Tengah di Surakarta. Puisi Thukul dalam bahasa Jawa
seperti ini jarang tersiar, sehingga kami merasa perlu menyajikannya untuk
memperlihatkan salah satu bagian dari perkembangan kepenyairan Thukul.
Bagian terakhir adalah puisi-puisi lepas yang kami dapatkan berkat bantuan
Jaap Erkelens, sahabat Thukul yang pada 1990-an menjadi Direktur Koninklijk
Instituut voor Taal,- Land- en Volkenkunde perwakilan Jakarta. Khususnya puisi
”Masihkah Kau Membutuhkan Perumpamaan?”, yang ditujukan untuk W.F.
Wertheim, sosiolog Belanda terkenal dan ahli Asia Tenggara, pada ulang tahun
Wertheim ke-90, 11 November 1997. Puisi itu berbentuk surat yang ditulis tangan.
Puisi-puisi lain adalah karya yang dimuat dalam kumpulan puisi Thukul yang
dibacakan di Teater Arena Taman Budaya Surakarta pada 8 Mei 1995. Kumpulan
itu diperbanyak oleh Sekretariat Pusat Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat,
organisasi kemasyarakatan Partai Rakyat Demokratik di ranah kesenian.
Kami menyajikan karya Thukul apa adanya, termasuk cara penulisan
tanggalnya. Tapi kebanyakan puisinya tak bertanggal. Sebagian besar puisi di
buku ini juga tak berjudul. Pada bagian pertama, puisi tanpa judul itu adalah dari
puisi ”Aku Diburu Pemerintahku Sendiri” hingga ”Nonstop 24 Jam”. Juga puisi
”Bongkar” di bagian ketiga. Judul-judul tersebut kami berikan berdasarkan baris
pertama puisi itu. Ini dilakukan buat mempermudah pembedaan antara satu puisi
dan puisi lain serta untuk mempermudah tata letaknya.
Isi
-Puisi Pelarian-

Para Jendral Marah-marah ..........................................11


Buat L.Ch & A.B. .......................................................11
Kado untuk Pengantin Baru ........................................12
Pepatah Buron .............................................................12
Bagi Siapa Kalian Memetik Panenan ..........................12
Wani, Bapakmu Harus Pergi .......................................12
Aku Diburu Pemerintahku Sendiri .............................13
Kekuasaan yang Sewenang-wenang ............................13
Ujung Rambut Ujung Kuku ........................................14
Apa Penguasa Kira ......................................................14
Ketika Datang Malam .................................................15
Habis Cemasku ...........................................................15
Jakarta Simpang Siur ...................................................15
Di Ruang Ini yang Bernafas Cuma Aku .....................16
Bernafas Panjanglah ....................................................16
Ayo Kita Tebakan! .......................................................17
Hujan Malam Ini Turun ..............................................17
Bulan Agustus Sudah Tiba ..........................................18
Sebuah Bank................................................................18
Di Atas Rumah Ada Burung .......................................19
Nonstop 24 Jam ...........................................................19
-Puisi Jawa-

Ing Telenging Ning .....................................................23


Jalan Magelang Tengah Wengi ....................................23
Warung Kopi Yu Yen ...................................................23
Asih Punk Rock ..........................................................23
Reco Ngglandag ..........................................................24
7 Agustus 1987 ............................................................24
Geguritan Iki Mung Pengin Kandha ..........................25
Protelon .......................................................................25
Asmaradana .................................................................25
Aku Dudu Satrya ........................................................25
Jimat Sekti ...................................................................25
Blaka............................................................................25

-Puisi Lepas-

Masihkah Kau Membutuhkan Perumpamaan? ...........29


Sajak Suara ..................................................................30
Habis Upahan..............................................................30
Dengan Apa Kutebus Anakku.....................................31
Ceritakanlah Ini kepada Siapapun...............................32
Catatan ........................................................................32
Supar ...........................................................................33
Maklumat Penyair .......................................................34
Penyair .........................................................................34
Meditasi Membaca Buku ............................................35
Sajak ............................................................................35
Tuntutan ......................................................................36
Nyanyian Tanah Ibu ....................................................36
Catatan Harian ............................................................37
Peluk Sekuat Cintamu .................................................37
Bongkar .......................................................................37
-Puisi Pelarian-
Para Jendral Marah-marah Buat L.Ch & A.B
Pagi itu kemarahannya disiarkan darahku mengalir hangat lagi
oleh televisi. Tapi aku tidur. Istriku setelah puluhan jam sendi
yang menonton. Istriku kaget. Sebab sendi tulangku beku
seorang letnan jendral menyeret-nyeret kurang gerak
namaku. Dengan tergopoh-gopoh
selimutku ditarik-tariknya, Dengan badanku panas lagi
mata masih lengket aku bertanya: setelah nasi sepiring
mengapa? Hanya beberapa patah kata sambel kecap dan telur goreng
ke luar dari mulutnya: ”Namamu di tandas bersama tegukan air
televisi .....” Kalimat itu terus dia ulang dari bibir gelas keramik yang kau
seperti otomatis. ulurkan dengan senyum
manismu
Aku tidur lagi dan ketika bangun
wajah jendral itu sudah lenyap dari kebisuan berhari-hari
televisi. Karena acara sudah diganti. kita pecahkan pagi itu
dengan salam tangan
Aku lalu mandi. Aku hanya ganti baju. pertanyaan
Celananya tidak. Aku memang lebih dan kabar-kabar hangat
sering ganti baju ketimbang celana.
pagi itu
Setelah menjemur handuk aku ke budimu menjadi api
dapur. Seperti biasa mertuaku yang
setahun lalu ditinggal mati suaminya tapi aku harus pergi lagi
itu, telah meletakkan gelas berisi teh mungkin tahun depan
manis. Seperti biasanya ia meletakkan atau entah kapan
di sudut meja kayu panjang itu, dalam akan kuketuk lagi
posisi yang gampang diambil.Istriku daun pintumu
sudah mandi pula. Ketika berpapasan bukan sebagai buron
denganku kembali kalimat itu
meluncur.

”Namamu di televisi....” ternyata istriku


jauh lebih cepat mengendus bagaimana
kekejaman kemanusiaan itu dari pada
aku.

-11-
Kado untuk Bagi Siapa Kalian
Pengantin Baru Memetik Panenan
pengantin baru pagi dingin
ini ada kado untukmu udara masih mengandung embun
seorang penyair bukit-bukit di kejauhan
yang diburu-buru disaput arak-arakan halimun

maaf aku mengganggu matahari terbit


malam bulan madumu sempurna bulat merah setampah di
aku minta kamar satu langit
untuk membaringkan badanku
batang-batang pohon besar dan
pengantin baru cabang-cabangnya
ini datang lagi tamu seperti ratusan penari
seorang penyair yang mengangkat tangannya tinggi-
yang dikejar-kejar serdadu tinggi

memang tak ada kenikmatan kususuri keheningan ini


di negri tanpa kemerdekaan sendiri
selamanya tak akan ada kemerdekaan
jika berbeda pendapat menjadi hantu jilatan matahari
segarnya udara pagi
pengantin baru
ini ada kado untukmu alangkah indah negri ini
seorang penyair yang dikejar-kejar andai lepas dari masa ganas tirani
serdadu

Pepatah Buron Wani, Bapakmu


Harus Pergi
penindasan adalah guru paling jujur
bagi yang mengalami Wani,
lihatlah tindakan penguasa bapakmu harus pergi
bukan retorika bukan pidatonya kalau teman-temanmu tanya
kenapa bapakmu dicari-cari polisi
kawan sejati adalah kawan yang jawab saja:
masih berani ”karena bapakku orang berani”
tertawa bersama
walau dalam kepungan bahaya kalau nanti ibu didatangi polisi lagi
menangislah sekuatmu
biar tetangga kanan kiri datang
dan mengira ada pencuri
masuk rumah kita

-12-
Aku Diburu Kekuasaan yang
Pemerintahku Sendiri Sewenang-wenang
aku diburu pemerintahku sendiri kekuasaan yang sewenang-wenang
layaknya aku ini membuat rakyat selalu berjaga-jaga
penderita penyakit berbahaya dan tak bisa tidur tenang

aku sekarang buron sampai mereka sendiri lupa


tapi jadi buron pemerintah yang batas usianya tiba
lalim
bukanlah cacat dan dalam diamnya
pun seandainya aku dijebloskan rakyat ternyata bekerja
ke dalam penjaranya menyiapkan liang kuburnya

aku sekarang terlentang lalu mereka bersorak


di belakang bak truk ini kami siapkan untukmu tiran!
yang melaju kencang penguasa yang lalim
berbantal tas ketika mati tak ditangisi rakyatnya
dan punggung tangan
sungguh memilukan
kuhisap dalam-dalam kematian yang disyukuri dengan
segarnya udara malam tepuk tangan
langit amat jernih
oleh jutaan bintang

sungguh
baru malam ini
begitu merdeka paru-paruku

malam sangat jernih


sejernih pikiranku
walau penguasa hendak
mengeruhkan
tapi siapa mampu mengusik
ketenangan bintang-bintang?

-13-
Ujung Rambut Apa Penguasa Kira
Ujung Kuku
apa penguasa kira
ujung rambut ujung kuku rakyat hidup di hari ini saja
gendang telinga
dan selaput bola mataku apa penguasa kira
tidak mungkin lupakan kamu ingatan bisa dikubur
dan dibendung dengan moncong
bilur di punggung tank
nyeri di tulang
berhari-hari apa penguasa kira
selamanya ia berkuasa
darah di helai rambut ujung kuku tidak!
gendang telinga tuntutan kita akan lebih panjang
dan selaput bola mataku umur
telah mengotori namamu ketimbang usia penguasa

nyeri di tulang derita rakyat selalu lebih tua


berhari-hari walau penguasa baru naik
bilur di punggung mengganti penguasa lama
karena sabetan
telah mencoreng namamu umur derita rakyat
panjangnya sepanjang umur
kau tak kan bisa mencuci namamu peradaban
sekalipun 1000 mobil pemadam
kebakaran umur penguasa mana
kau kerahkan pernah melebihi tuanya umur batu
akik
kau tak kan bisa mencuci tanganmu yang dimuntahkan ledakan gunung
sekalipun 1000 pengeras suara berapi?
melipatgandakan pidatomu
ingatan rakyat serupa bangunan
suara rakyat adalah suara Tuhan candi
dan kalian tak bisa membungkam kekejaman penguasa setiap jaman
Tuhan terbaca di setiap sudut dan sisi
sekalipun kalian memiliki 1.000.000 yang menjulang tinggi
gudang peluru

-14-
Ketika Datang Malam Habis Cemasku
ketika datang malam habis cemasku
aku menjadi gelap kau gilas
ketika pagi datang habis takutku
aku menjadi terang kau tindas

aku rakyatmu kini padaku tinggal tenaga


hidup di delapan penjuru mendidih!

kau tak bisa menangkapku segala telah kau rampas


karena kau tak mengenalku kau paksa aku tetap bodoh
miskin dan nelan ampas
kau tak bisa mendengarkan aku
karena kau terus berbicara kini padaku tinggal tenaga
berbicara dan berbicara mengepal-ngepal
dengan mulut senapan di jalan-jalan

pembantaian- pembantaian habis cemasku


dan pembantaian kau gilas
mayat-mayat bergelimpangan habis takutku
mayat-mayat disembunyikan kau tindas
aku masih tetap waras!
kau tak bisa menguburkan aku
kau tak bisa menyembuhkan lukaku
karena kau tak kenal aku
karena kau terus berbicara Jakarta Simpang Siur
berbicara dan berbicara
dengan tembakan dan ancaman Jakarta simpang siur
dan penjara ormas-ormas tiarap
tiap dengar berita
pasti ada aktivis ditangkap

telepon-telepon disadap
koran-koran disumbat
rakyat was-was dan pengap
diam-diam orang cari informasi

dari radio luar negeri


jangan percaya

pada berita mass media cetak


dan elektronika asing!
Penguasa berteriak-teriak setiap hari
Nasionalismenya mirip Nazi

-15-
Di Ruang Ini Bernafas Panjanglah
yang Bernafas Cuma Aku
bernafas panjanglah
di ruang ini yang bernafas cuma aku jangan ditelan kalut
cecak dan serangga bernafas panjanglah
jangan dimakan takut
air menetes rutin dari kran ke bak bernafas panjanglah
mandi jangan berlarut-larut
semakin dekat aku dengan detak bernafas panjanglah
jantungku jangan surut
bernafas panjanglah
dingin ubin, lubang kunci, pintu walau gelap
tertutup, kurang cahaya bernafas panjanglah
kini bagian hidupku sehari-hari walau pengap

di sini bergema puisi bernafas panjanglah kau, bernafas


di antara garis lurus tembok panjanglah para korban
lengkung meja kursi bernafas panjanglah aku
dan rumah sepi bernafas panjanglah kalian
bernafas panjanglah semua
puisi yang ditajamkan
bernafas panjanglah
pukulan dan aniaya
melihat tank-tank dikerahkan
bernafas panjanglah
tangan besi penguasa
melihat tentara mondar-mandir
berselendang M-16
bernafas panjanglah
mendengar para aktivis ditangkapi
bernafas panjanglah
para kambing hitam yang diadili
bernafas panjanglah
dengan pemutar-balikan ini
mereka ingin sejarah dibaca bersih
bagaimana mungkin
jika mereka menulis dengan sobekan
daging
laras senapan
dan kubangan darah
baca kembali semuanya
dan bernafas panjanglah
bernafas panjanglah akal
bernafas panjanglah hati
bangun
dan bernafas panjanglah!

-16-
Ayo Kita Tebakan! Hujan Malam Ini Turun
ayo kita tebakan! hujan malam ini turun
untuk melindungiku
dia raja
tapi tanpa mahkota intel-intel yang bergaji kecil
punya pabrik punya istana pasti jengkel dengan yang
coba tebak siapa dia? memerintahmu
dia adalah aku! hujan malam ini turun
untuk melindungiku
dia kaya
keluarganya punya saham di mana- agar aku bisa istirahat
mana agar tenagaku pulih
tapi negaranya rangking tiga setelah berhari-hari lelah
paling korup di dunia agar aku tetap segar
coba tebak siapa dia? dan menang
dia adalah aku! hujan malam ini turun
untuk melindungiku
dia tua
tapi ingin tetap berkuasa bunyi kodok dan desir angin
tak boleh ada calon lain membikin pelupuk mataku membesar
selain dia
aku ngantuk dan ingin tidur
kalau marah
biarlah para serdadu di ibukota
mengarahkan angkatan bersenjata
berjaga-jaga dengan senapan M-16nya
rakyat kecil yang tak bersalah
biarlah penguasa sibuk sendiri
ditembak jidatnya
dengan ketakutannya
coba tebak siapa dia?
karena telah mereka taruh sendiri
dia adalah aku!
bom waktu di mana-mana
dia sakti mereka menciptakan musuh
tapi pasti mati dan menembaknya sendiri
meski seakan tak bisa mati
coba tebak siapa dia? mereka menciptakan kerusuhan
dia adalah aku! demi mengamankannya sendiri
hujan malam ini turun
siapa aku? untuk melindungiku
aku adalah diktator
yang tak bisa tidur nyenyak! malam yang gelap ini untukku
malam yang gelap ini selimutku
selamat tidur tanah airku
selamat tidur anak-istriku
saatnya akan tiba
akan tiba
bagi merdeka
untuk semua

-17-
Bulan Agustus Sebuah Bank
Sudah Tiba
sebuah bank
bulan agustus sudah tiba memasang iklan
penduduk ramai-ramai pasang ukuran setengah halaman koran,
bendera teriaknya:
tapi aku hanya lihat yang di seberang Dirgahayu Republik Indonesia 51 th
rumah saja
kuintip dari lubang kunci dengan huruf kapital
sebab aku dikejar-kejar penguasa iklan itu juga memekik-mekik:
MERDEKA MERDEKA
sudah puluhan hari aku tak melihat MERDEKA
angkasa
kehidupan di sekelilingku kusimak sementara itu ratusan aktivis
dari datak-deru dan tawanya di daerah dan di ibukota ditangkapi

aku tak bisa lihat wujud dan sebuah iklan


wajahnya ukuran setengah halaman koran
menggusur kenyataan yang
aku ditahan bukan dipenjara sewenang-wenang
aku disel bukan dibui yang seharusnya diberitakan

sebab kehidupan sehari-hari MERDEKA MERDEKA


adalah penjara nyata MERDEKA
rakyat negeri ini siapa yang merdeka?

-18-
Di Atas Rumah Nonstop 24 Jam
Ada Burung
nonstop 24 jam
di atas rumah ada burung yang berkuasa di sini
ku tahu dari kicaunya adalah cahaya

di luar rumah ada orang saban pagi ia membuat garis-garis


kutangkap lagi dari cakap lurus
dan langkah kakinya di sekitar jendela
gambar motif gorden tampak jelas
ini rumah biasa coklat hitam dan putihnya
tak beda penjara
lalu pada sore hari
tadi pagi kubaca di koran ia mengubah warna langit-langit
kabar penangkapan-penangkapan sudut-sudut tembok
bidang ubin dan susunan benda-
tapi sore ini benda
ku dengar di jalan yang ada di dalamnya
orang latihan baris-berbaris
untuk merayakan hari kemerdekaan dan bila malam tiba
telapak kakiku diberinya mata
demikian pula punggung tangan
dan jari-jarinya

saat aku terbaring


serasa yang ada
cuma desir angin
detak jantung
tulang-tulang
dan hembusan nafasku saja

tapi aku harus pergi


dari kesunyian ini
sebelum penguasa merenggut
aku dan damai ini

-19-
-Puisi Jawa-
Ing Telenging Ning Warung Kopi Yu Yen
Ing telenging ning ”Mangga mampir mas!”
katon rupaku ngunjuk kopi napa jahe
merat sekul bothok napa oseng-oseng
merat nedhine
ora memper rupa yen kebelet nguyuh
naging aku ora pangling mang nguyuh ten mburi niku
yen kadhemen
Ing telenging ning mang kemulan
ora ono apa-apa niki wonten kemul anyar
mung kemule saged ngentut
luh jenenge narti!
lan semarang, feb.86
dosa

Ing telenging ning


wewadi kang primpen
sumebar Asih Punk Rock
kaya ara-ara
semarang, feb 86 ”Aja takon ngendi omahku mas!”

Bapakku pegatan kawin maneh karo


prawan
Adhiku papet sekolahe berantakan
Jalan Magelang saben ndina usrek aku ora kerasan
Tengah Wengi
”Aja takon pira umurku mas!”
bakul-bakul genthong
genteyongan mikul dagangan Telung taon kepungkur aku kelas
baris ing petengan loro smp
kaya budhak mangkat kerja rodi Prawanku ilang dimaling lanangan

bakul-bakul genthong ”Aja takon iki jam pira mas!


genteyongan munggah-mudhun Wengi iki aku kelonana
saka desa mlebu kutha Ora bakal ana wong nggoleki
golek pasar (Asu! ning apa kowe ora kandha
yen lagi bulanan Asih?)
Solo, 24.7.87
bakul-bakul genthong
genteyongan
mburu pulukan upa
kartasura, 2.8.87

-23-
Reco Ngglandag
reco nggladag
coba takona
bocah-bocah kuwi anake sapa
apa kupingmu ora risi
krungu cekikikane bocah-bocah kuwi
coba takonana omahe ngendi
iki wis bengi
coba tamatna sopir-sopir becak kae
turu angler ora sarungan
apa sing dienteni? rejeki?

reco nggladag
tulung
jawilna sutinah
sing rambute dawa diklebang loro
kuwi
mengko esuk arep turu ngendhi?
solo, 4.8.87

7 Agustus 1987
isih turu aku digugah adhiku
dheweke mbengak: aku klebu
sipenmaru!
maca koran sing didudahake
”Endi?”
adhiku nggregeli
drijine nduding jenenge
”Iki lho…….”
adhiku bungahe ora karuan
(sida dadi mahasiswa!)
simbok melu bingung
pamer tangga kiwo tengen
”Mbayar pira?”
”Satus telung puluh lima ewu!”
simbok ndomblang
nyawang isen-isen omahe.
sorogenen, solo

-24-
Geguritan Iki Mung Aku Dudu Satrya
Pengin Kandha
yen kiwa tengen kebak wong
geguritan iki mung pengin kandha dipulasara
ing njaba ana wong sambat ngaluara aku ora arep mungguh gunung tapa-
sajake bubar dipulasara brata
swarane ora cetha yen kiwo tengen pating njlerit
gremeng-gremeng ing petengan aku ora arep nyepi ing ringin-ringin
cangkeme pecah wingit
awak sekojur abang biru
apa kowe ora krungu? aku dudu satrya
coba lirihna omonganmu aku dudu pangeran sing arep
mbok menawa kowe ngerti munggah nata
apa karepe aku rakyat biasa
menungsa cilik sing nduwe tangga
geguritan iki mung aweh kabar
ing njaba bathang bosok pirang-
pirang
apa irungmu ora mambu
thok! thok! thok! Jimat Sekti
sing teka aku kana
lawangmu ngakna wong lanang kudu menang
solo, 8.6.87. wong wedhok kudu ngalah
wong lanang ngekep jagad
wong wedok ra kena mbantah
wong lanang kena saba sakdalan-
Protelon dalan
dalan iki dadi saksi wong wedok wis mesthine ning
aku niba-tangi bola-bali ngumah
dalam iki ngerti wong lanang bedhigasan ora nggenah
menawa aku wis wau wedi wong wedok ora wani obah
keblasuk
ora wani bali wong lanang kuwi pancen ngglathak
licik lucu lan mamak
karepe wong wedok mung dikon
mlumah ngglethak
Asmaradana yen gregah-gregah arep tangi
gage-gage diagar-agari jimat sakti
mabura sing jenenge norma adat tradisi
mabura menyang ngendi
aku ora nggondheli
mabura
mabura tekan ngendhi Blaka
aku tetep nututi
tresnaku merdhika cah ayu! mbak
malima wis tak lakoni
kemarang, feb 86 sing durung mung ngabekti

-25-
-Puisi Lepas-
Masihkah Kau Membutuhkan Perumpamaan?
Untuk Prof. Dr. W.F. Wertheim pada ulang tahun yg ke-90 (11-11-1997)

Waktu aku di geladak kapal


di tengah Laut Jawa
bersama para TKW dari Malaysia
pulang hendak berlebaran di kampungnya
ingin aku menulis puisi
dengan pembukaan: hidup ini sepert laut
dan aku ini penumpang yang…
tapi apakah hidupku ini masih butuh perumpamaan

Waktu aku hendak ke Yogya


lewat Ponorogo Jatisrono terus Wonogiri
dan di Pracimoloyo mampir mandi
di mata air bersama satu-satunya
untuk beberapa desa
waktu naik bis umum
bersama penduduk yang membawa ember
kain baju cucian
berkilo-kilo meterjarak rumah ke
mata air
akan bertanya-tanya
masihkah aku membutuhkan perumpamaan
untuk mengungkapkan ini?

Waktu mataku ditendang tentara


dalam pemogokan buruh
dalam hati aku bilang mereka lebih ganas dari serigala
tapi aku masih ragu apakah perumpamaan ini
kupahami

Waktu aku jadi buronan politik


karena bergabung dengan Partai Rakyat Demokratik
namaku diumumkan di koran-koran
rumahku digrebek – biniku diteror
dipanggil Koramil diinterogasi diintimidasi
(anakku –4 th—melihatnya!)
masihkah kau membutuhkan perumpamaan
untuk mengatakan : AKU TIDAK MERDEKA
Jakarta, 1 Nopember 1997

-29-
Sajak Suara Habis Upahan
sesungguhnya suara itu tak bisa barusan
diredam lenyap
mulut bisa dibungkam upah kerja sebulan
namun siapa mampu menghentikan sekejap
nyanyian bimbang lenyap
dan pertanyaan-pertanyaan dari lidah
jiwaku sekejap saja mampir di kantong
dipotong spsi
suara-suara itu tak bisa dipenjarakan sewa rumah bon di warung
di sana bersemayam kemerdekaan odolshampo dan ini itu
apabila engkau memaksa diam kantong kembali kosong
aku siapkan untukmu:
pemberontakan! di lantai lembab bertopang dagu
di paku-paku bergelantungan
Sesungguhnya suara itu bukan anduk basah dan cucian
perampok dalam tempurung kepala
yang ingin merayah hartamu jelas terbayang
ia ingin bicara hasil kerja memenuhi bak mobil
mengapa kau kokang senjata mobil angkutan
dan gemetar ketika suara-suara itu dibawa kapal menyeberangi lautan
menuntut keadilan? memasuki toko toko sudut sudut
benua
Sesungguhnya suara itu akan
menjadi kata dan tiap akhir bulan
ialah yang mengajari aku bertanya kami yang mengupas kapas
dan pada akhirnya tidak bisa tidak jadi wujud kain
engkau harus menjawabnya kain kain serupa pelangi
apabila engkau tetap bertahan tiap akhir bulan
aku akan memburumu seperti di bawah lampu penerang
kutukan! rumah kontrakan
yang remang-remang
mengotak-atik
kertas slip *
seperti anak SD
mencari jawaban
soal matematika
Solo, 4 Agustus 1993
*) rincian upah

-30-
Dengan Apa Kutebus Anakku
anak kami lahir karena kami buruh
kemarin malam bayi kami berjubel di bangsal murah
di rumah sakit tidak seperti bayi di ruang sebelah
di bangsal murah ya di bangsal murah ruangannya lain baunya lain
berjubel hawanya lain cahayanya lain
bersama bayi-bayi lain kamarnya lapang suasananya tenang
di bangsal murah ya di bangsal murah karena kami buruh
bayi kami berjubel di bangsal murah
pagi ini jejer jejer seperti para korban perang
mestinya aku di sana
membantu biniku cucicuci popok kata perawat yang kemarin malam
atau memapahnya ke kamar mandi tugas jaga
tapi mana bisa tarif kamar bayi kami itu murah
sebab aku harus berangkat kerja tapi tetap masih mencekik juga
sebab untuk nebus bayi kami
tak kerja tak terima upah tak punya kami harus mengganti
uang dengan kerja
dengan apa kutebus bayiku? 8 jam x 40 hari
8 jam
hari ini mestinya aku di sana setiap hari
membopong bayiku yang dikembani 8 jam dari umur kami setiap hari
jarik dicuri
agar biniku bisa enak beristirahat
tapi mana bisa puluhan tahun kami bekerja
sebab jam delapan tepat setiap hari
aku harus sudah tiba di tempat kalian merampas sarinya
kerja kerja ya kerja sari-sari peluh kami
kalian terus peras kami
tak kerja tak terima upah tak punya kalian terus peras
uang sari-sari bebuahan
dengan apa kutebus bayiku? vitamin
susu
sekarang aku mestinya di sana dan gizi-gizi
mencium pipi bayiku yang merah yang dibutuhkan tulang-tulang
memeluk biniku yang masih lelah otot dan jantung bayi
tapi aku tak bisa buah hati kami
kampung kalangan 26/5/94
sebab aku harus lembur
aku lelah aku lelah

anak kami lahir


kemarin malam
di rumah sakit
di bangsal murah ya di bangsal murah
berjubel
bersama bayi-bayi lain
di bangsal murah ya di bangsal murah

-31-
Ceritakanlah Ini Catatan
kepada Siapapun
lagi
panas campur debu kau tangkap aku
terbawa angin kemana-mana kucatat

koran hari ini memberitakan lagi


kedungombo menyusut kekeringan kau puntir tanganku
korban pembangunan dam kucatat
muncul kembali ke permukaan
tanah-tanah bengkah lagi
pohon-pohon besar malang- kau rotan tempurung kepalaku
melintang kucatat
makam-makam bangkit dari ingatan
mereka yang dulu diam lakukan
sampai aku berludah darah
kali ini biar terkumpul bukti
cerita itu siapa akan membantah
dasar waduk dulu dusun rumah- lakukan
rumah di depan orang ramai
tunjukkan kepada mereka
waktu juga yang menyingkap pistol dan pentungan kalian
retorika penguasa biar mereka lihat sendiri
walau senjata ditodongkan kepadamu
walau sepatu di atas kepalamu lagi
di atas kepalaku kau aniaya aku
di atas kepala kita kucatat

ceritakanlah ini kepada sipapapun tubuhku adalah bukti


sebab itu cerita belum tamat ketika kau pukul berkali-kali

rang ramai melihat sendiri


kucatat
aku terus mencatat
6 Mei 1995- kampung kalangan solo

-32-
Supar
tersiar supar dipecat
di halaman kabar ya supar dipecat
supar dipecat
ya supar dipecat kerja lain aku bisa cari
tapi kebangkitan buruh
kabar tersebar lalu dari mulut ke tak bisa kalian halangi lagi
mulut
masuk dan meluas di bilik-bilik si lidah jahil
sempit mungkin bilang
rumah kontrakan buruh-buruh : sudahlah lebih baik kalian diam!
tapi siapa bisa membungkam supar
si lancang mulut bilang dan kaum buruh sadar
”nah rasain lu —lihatlah kapitalis terus cari akal!
karena ngurus orang lain
diri sendiri kehilangan pekerjaan!” supar dipecat
sapar tak goyah ya supar dipecat
sapar tak gentar tapi apakah pabrik bisa berproduksi
kalau kita mogok sepuluh hari lagi?
pihak majikan bilang
sapar suka bikin onar supar dipecat
kawan-kawannya membantah ya supar dipecat
”majikan cuma cari-cari alasan tapi apakah mesin-mesin sanggup
mereka takut karena kita punya beputar
kekuatan!” tanpa kami?
nah, itulah yang benar 18 mei 1993

supar dipecat
ya supar dipecat

pada siapa yang tanya


supar menjelaskan
”kami dipecat karena pabrik
kewalahan
karena buruh sekarang melawan!”
majikan gentar
itulah yang benar

-33-
Maklumat Penyair
pernah bibir pecah
ditinju
tulang rusuk
jadi mainan tumit sepatu
tapi tak bisa mereka
meremuk: kata-kataku!

seperti rampok
mereka geledah aku
darah tetes di baju
tapi tak bisa mereka
rebut senjataku: kata-kataku!

ketika aku diseret


diancam penjara
si kerdil yang bernama ketakutan
kutendang keluar
dan kuserukan maklumat”
”kalian bisa bikin tubuhku lebam
membiru
tapi tak bisa kalian padamkan
marahnya kepalan kata-kataku!”
jakarta, nov. 1993

Penyair
jika tak ada mesin ketik
aku akan menulis dengan tangan
jika tak ada tinta hitam
aku akan menulis dengan arang

jika tak ada kertas


aku akan menulis di dinding
jika menulis di dilarang
aku akan menulis dengan
pemberontakan
dan tetes darah
sarang teater jagat, 19 januari 1988

-34-
Meditasi Membaca Buku Sajak
Buku membuat aku jadi pribadi sendiri sajakku gerakan
Aku terpisah dari orang-orang bahasaku perlawanan
Yang bekerja membangun dunia kata-kataku menentang
Dengan pukul palu peluh dan tenaga ogah diam
Aku merasa lebih mulia
Karena memiliki pengetahuan dan ucapanku protes
mampu membeli suaraku bergetar
Aku merasa plus dan tak rendah diri tidak! tidak!
Lebih dari yang lain
Biarpun tak menindakkan apa-apa sajakku
adalah keluh-kesah dari kegelapan
Aku bisa membuat alasan sajakku adalah ketidakpuasan
Aku jadi lebih pintar berargumentasi yang dari tahun ke tahun
Dan diskusi panjang lebar hanya jadi guman
Biarpun tidak menindakkan apa-apa sajakku
adalah kritik-kritik
Aku kenal penyair-penyair besar yang hilang dalam bisik-bisik
Dan merasa lebih berarti sajakku mencari mahasiswa
Aku mengangguk-angguk saja ngantuk aku ingin bicara
Mengagumi orang-orang besar kehidupan sehari-hari
Pikiranku meloncat-loncat makin menekan
Mencekal ruus-rumus
Dengan kepercayaan yang tulus aku ingin membacakannya
Lalu merasa lain dari yang kemarin bersama suara-suara perempuan
Dan lebih ilmiah yang menggapai-gapai jendela kaca
Biarpun tidak menindakkan apa-apa sambil menawarkan salaknya
Dan tak berani menolak printah kepadamu
Apalagi membangkang si pemerintah di stanplat
Yang tak berakal sehat
aku ingin membacakan sajakku
Buku membuat tanganku tak kotor dalam diskusi-diskusi ilmiah
Aku merasa takut kotor dalam rapat-rapat gelap
Dan disebut tukang dalam pentas-pentas sandiwara
Biarpun aku ini sama saja di depan penyair
Dengan kalian yang bekerja
Menggali jalan-jalan untuk telephone aku ingin menuliskan sajakku
Yang bekerja dengan pukul palu peluh dan mengucapkan kembali
dan tenaga kata-kata kita
Mendirikan gedung-gedung bagus dan yang hilang dicuri di depan
kantor negara matamu
solo- desember 1987
Buku-buku mendudukkan aku di
tempat yang tak boleh diganggu
Saudara-saudara bangunkan aku!
sorogenen, 14 maret 1988

-35-
Tuntutan Nyanyian Tanah Ibu
rakyat adalah kami siapa yang menggetarkan suaraku
mulut-mulut yang bersuara yang menggetarkan udara
mendukungmu
dalam setiap Pemilu getaran menyalakan pita mulutku
mulutku bicara
rakyat adalah kami sama-sama mereka
tenaga dari kaki-kaki dan tangan- yang jongkok menghadap selokan
tangan rakyat biasa yang tenaganya luar
yang memikul tandu gambar biasa
partaimu
yang bersorak-sorai oleh lemparan siang malam membangun
permen
dan gula-gula janji perbaikan nasib maka jadilah otot-otot kota
berdirilah gedung-gedung
rakyat adalah kami menghamparlah jalan raya
usus-usus melilit rakyatku menggali
perut-perut butuh kenyang ditimbuni batu-batu
yang kalian sebut-sebut mengaspal jalan-jalan mobil
dalam pidato-pidato kampanyemu rakyatku diam
tak disebut-sebut
rakyat adalah kami rakyatku bisu
daun telinga yang mendengar (tapi di dalam gelap piye-piye
mata kepala yang bersaksi kadang melenguh seperti sapi
: sekarang beras mahal. diperah
kini kami tuntut tanpa waktu
kalian di mana? seperti kuda beban digebug
tanpa waktu)

rakyatku adalah pencipta sorga di


dunia
meski ia sendiri tak pernah mencicipi
sebab sorga telah dijilat habis-
habisan
sampai hutan-hutan ikut terbakar

rakyatku adalah pelayan setia


yang hanya bekerja dengan gembira
dan bangun pagi: lunasi utang!
19 januari 1988

-36-
Catatan Harian Bongkar
setiap hari bongkar
mengulur waktu telanjangi
mengulur waktu tangkap jangan dilepas lagi
bikin alasan
begini kita selalu sembunyi
begitu selalu ada alasan
pembenaran membenarkan diam
pembenaran selalu cari alasan
membenarkan diam menghindar mengatakan
di kampus kita tenggelam
di rumah
di pentas ditimbun dalih-dalih
takut tidak membenarkan pembangunan
membenarkan ya melihat korban-korban
ya tak bersaksi
ya melihat korban-korban
kapan bebas ya hanya melihat
kapan berani tidak
solo- des ‘87 kita selalu cari keselamatan
aman mapan
cuci tangan
membiarkan semua berjalan

Peluk Sekuat Cintamu marti telanjangi


bongkar
kehadiran kita nanti jangan mau lagi alasan-alasan
akan diterima dunia yang kabur tanya ! tanya!
perkawinan kita nanti
perayaan kemiskinan besar-besaran

anakmu nanti
akan lahir ke dunia juga
diperas kerja keras
tapi ucapkan selamat kekasihku
semoga terang
biar kemiskinan menempatkan diri
di pojok-pojok
kita harus ambil bagian
ucapkan selamat kekasihku
mari ke depan maju
kecupi rahmat
peluk ! peluk sekuat cintamu
tegalmade bekonang, 15 maret 1988

-37-
-Wiji Thukul: Tim Mawar-

rung 16 bulan. Adapun Serka Sunar-

MAWAR MERAMBAT yo, Serka Sigit Sugianto, dan Ser-


tu Sukadi divonis penjara setahun.
Mengajukan permohonan banding,

KE MANA-MANA vonis Fauzani, Yulius, Untung, dan


Nugroho diringankan menjadi 30-
36 bulan tanpa pemecatan. Sisanya
tetap dengan vonis semula.
Karier anggota Tim Mawar tetap hidup walau tersendat. Karier para prajurit itu terhenti.
Sebagian bekerja di lingkungan Prabowo. Tapi kartu mereka mulai hidup sejak
2005. Fauzani, misalnya, pada 2007
dipromosikan menjadi Komandan
Komando Distrik Militer Jepara de-
ngan pangkat letnan kolonel. Nugro-
ho menjadi Komandan Kodim Se-
marang pada 2009. Adapun Untung
menjadi Kepala Staf Kodam XVI/Pat-
timura.
Dadang juga dipromosikan men-
jadi Kepala Staf Brigade Infanteri 16/
Wira Yudha, Kodam V Brawijaya.
Sebelumnya, ia menjadi Komandan
Kodim 0801 Pacitan berpangkat let-
nan kolonel. Adapun Djaka juga me-
raih letkol dan menempati posisi
Komandan Yonif 115/ Macan Lauser
Aceh pada 2007.
Chairawan Nursyiwan, Koman-
84
dan Grup 4 Sandi Yudha, pun terse-
ret. Baru pada 2005, karier lulusan
Akademi Militer 1980 ini bergerak.

P
ERTEMUAN dengan kuk. Ia masih mengingat, Bambang Ia diangkat menjadi Komandan Ko-
komandan penculiknya berbasa-basi: ”Sekarang jadi jurna- rem 011/Lilawangsa di Aceh. ”Ham-
itu tak disangka Nezar lis, ya?” Sidang pir tujuh tahun ia disembunyikan
Patria. Sebagai jurnalis Menurut Nezar, Bambang berce- pengadilan agar tidak menimbulkan resistan-
Tempo, ia mengirim surat permo- rita pada saat itu bergabung dengan sebelas si publik,” kata seorang pensiunan
honan wawancara kepada Prabowo PT Tribuana Antarnusa, anak per- anggota jenderal.
Subianto pada April 2003. Seorang usahaan Grup Nusantara Energy Ia kemudian menjadi kepala pos
Kopassus
utusan mantan Komandan Jende- milik Prabowo. Perusahaan ini me- wilayah Aceh Badan Intelijen Ne-
ral Komando Pasukan Khusus itu miliki feri yang melayani trayek Me-
yang gara berpangkat brigadir jende-
menghubunginya, mengaku dari rak-Bakauheni. Bambang duduk se-
terlibat ral. Pada Mei 2010, Chairawan di-
Grup Nusantara Energy. bagai direktur utama. Satu jam me- kasus promosikan menjadi Kepala Di-
Penelepon mengatur waktu dan nunggu Prabowo, mereka tak me- penculikan nas Jasmani Angkatan Darat di Ci-
tempat wawancara, yakni di Hotel nyinggung soal penculikan. aktivis, mahi, Bandung. Pada akhir tahun
Dharmawangsa, Jakarta Selatan. Bambang Kristiono meninggal- 1999. yang sama, ia dipromosikan menja-
Nezar memutuskan datang bersa- kan dinas tentara begitu Mahka- di Direktur Badan Intelijen Strategis
ma koleganya, Iwan Setiawan. Di mah Militer Tinggi II Jakarta menja- TNI. Pangkatnya naik menjadi ma-
hotel itu, sebelum bertemu dengan tuhkan vonis 22 bulan penjara pada yor jenderal.
Prabowo, mereka diterima Bam- 1999. Ia dinyatakan terlibat pencu- Pensiun sejak pertengahan 2012,
bang Kristiono. Nezar mengenali le- likan dan dipecat. Empat anggo- Chairawan aktif berbisnis dan mu-
laki itu komandan Tim Mawar yang ta Tim Mawar, yaitu Fauzani Syah- lai merambah politik. Ia menerima
dibentuk Kopassus untuk menculik ril Multhazar, Yulius Selvanus, Un- tawaran mantan panglimanya, Pra-
sejumlah aktivis pada 1997-1998. tung Budi Harto, dan Nugroho Su- bowo, masuk ke Partai Gerindra.
Pada 1997, ketika Nezar diculik listyo Budi, dihukum 20 bulan pen- Menurut ketua partai itu, Martin
TEMPO/RULLY KESUMA

dari tempat tinggalnya, Bambang jara. Mereka juga dipecat. Hutabarat, Chairawan menjadi ang-
adalah komandan Batalion 42 Grup Tiga anggota tim itu, yakni Da- gota Dewan Pembina sejak Novem-
IV Kopassus. Nezar mengisahkan dang Hendra Yudha, Djaka Budi ber 2012.
pertemuan itu kaku. Keduanya ki- Utama, dan Fauka Noor Farid, diku- ●

84 | | 1 APRIL 2012
WIJI THUKUL DAN KEJAHATAN
YANG BERKELANJUTAN

S
IARAN Pers Kontras Nomor 7 tiga dari tangan kekuasaan justru oleh sorot publisitas aktivitas-
belas tahun yang lalu itu berbu- nya. Para seniman ini dibenci, tapi tidak dianggap berbaha-
nyi: ”Wiji Thukul hilang pada seki- ya. Sedangkan Wiji Thukul, boleh dibilang ia adalah artiku-
tar Maret 1998 kami duga kuat ber- lasi paling optimum dari suatu imaji ekstrem mengenai ge-
kaitan dengan aktivitas yang dila- rakan kelas. Tapi kelas yang dalam sejarah kekuasaan Orde
kukan oleh yang bersangkutan. Saat Baru masih terpencil dan penuh stigma. Wiji Thukul adalah
itu bertepatan dengan peningkatan buruh dengan pikiran radikal tapi yang sekaligus juga mam-
operasi represif yang dilakukan oleh pu berpuisi dengan kebebasan, artikulasi, dan daya estetik
rezim Orde Baru dalam upaya pem- yang setara bahkan dengan borjuis paling terdidik di repub-
bersihan aktivitas politik yang berlawanan....” Siaran pers itu lik ini. Wiji Thukul menjadikan puisinya sebagai konfronta-
membuka lagi status kelam dari masa-masa ujung pergolak- si. Akibatnya, oleh Orde Baru, Wiji Thukul dibenci sekaligus
an politik menjelang jatuhnya Orde Soeharto sekaligus me- dianggap berbahaya!
resmikan status ironis dari penyair-pejuang Wiji Thukul: se- Karena itu, penghilangan Wiji Thukul bukan lain ada-
bagai orang hilang. lah simbol penghilangan terhadap sebuah konfrontasi. Ini
Wiji Thukul, si penyair-pejuang yang hilang, lahir 26 Agus- yang menjadikan Wiji Thukul bukan ”orang hilang” dalam
86
tus 1963 di kampung buruh Sorogenen, Solo. Lulus SMP, ia arti yang umum dan biasa. Wiji Thukul bukan missing per-
melanjutkan pendidikan di Jurusan Tari Sekolah Menengah son yang ketakhadirannya diakibatkan kemauannya sendiri
Karawitan Indonesia, tapi tidak tamat. Lepas dari sekolah, atau karena ulah sejenis alien dari planet seberang sebagai-
Thukul mulai mencari hidup dengan berjualan koran dan mana dibayangkan para penganut teori konspirasi. Hilang-
bekerja di perusahaan mebel sebagai tukang pelitur. Ia me- nya Wiji Thukul merupakan penghilangan paksa (enforced
nulis puisi sejak SD dan berteater sejak SMP. Setelah berke- disappearance). Itu sebabnya keluarganya melaporkan per-
luarga, ia hidup dengan membantu istrinya usaha sablon. tama-tama kepada Kontras, bukan kepada polisi. Persis ka-
Pada akhir 1980-an, puisinya tersebar di berbagai media. rena mereka paham bahwa hilangnya Wiji Thukul bukan ka-
Yang khas dari puisi Wiji Thukul adalah bahwa ia bukan rena soal pribadi atau kriminal biasa. Hilangnya Wiji Thukul
puisi tentang protes, melainkan protes itu sendiri. Karena dipahami sebagai hilangnya kebebasan yang melibatkan
itu, puisinya gampang melebur dalam tiap momen pergo- Negara atau orang-orang yang berkaitan dengan Negara.
lakan dan berbagai aksi protes. Puisinya adalah bagian dari Penghilangan paksa merenggut kebebasan seseorang un-
aksi, bukan mengenai aksi, bukan juga ”gaya” yang hendak tuk kemudian menyembunyikannya hingga ”korban” tak
ditambah-tambahkan untuk memberi kesan ”estetis” terha- lagi bisa dijangkau dan dilindungi oleh hukum apa pun. De-
dap suatu aksi. Karena itu, puisi Wiji Thukul hidup tanpa me- ngan itu, pelakunya mengatakan, ”Cuma kami yang menge-
merlukan pengenalan siapa seniman pengarangnya. Puisi itu tahui!” Pelaku menggenggam dan memonopoli informa-
diketahui sebagai puisinya, tapi ia tidak pernah dipersepsi- si terakhir, dari situ biasanya mereka membangun fiksi me-
kan sebagai ”tuan” atau ”majikan” dari puisi-puisi itu. Puisi- ngenai ke mana mereka yang hilang itu.
nya beredar, hidup ke mana-mana, melampaui dirinya! Puisi Dengan monopoli atas ”korban”, penghilangan paksa bia-
Wiji Thukul adalah peristiwa, bukan lagi kata-kata. sanya simultan dengan penahanan, penyiksaan, dan pem-
Barangkali itu sebabnya mengapa Wiji Thukul dihilang- bunuhan. Namun ia bukan dan tidak boleh didefinisikan se-
kan! Pada masanya banyak kritik ditulis seniman, bebera- bagai kombinasi dari berbagai tindakan pelanggaran hak
pa dari mereka diancam penjara Orde Baru, tapi cuma Wiji asasi manusia. Ia kejahatan tersendiri yang khas dan ”unik”
Thukul yang dihilangkan. Mungkin pada yang lain Orde yang memungkinkan pelaku bisa melakukan apa pun. De-
Baru masih dapat memilah-milah antara puisi, politik, dan ngan kekejian itu, penghilangan paksa dalam situasi terten-
senimannya. Terhadap mereka, Orde Baru masih bisa me- tu dapat didefinisikan sebagai kejahatan kemanusiaan.
ngatakan, ”Larang puisinya, tapi ‘perbaiki’ atau ‘dekati’ pe- Kekhasan lain dari kedurjanaan penghilangan paksa ada-
nyairnya.” Barangkali para penyair yang lain itu hidup di ru- lah pelecehan yang sengaja terhadap keluarga korban. Pe-
ang edar Jakarta yang pusat dan sohor atau komunitas bu- lecehan itu sedemikian rupa hingga menghantam dimen-
daya yang mapan dan terbuka hingga mereka terlindung si-dimensi yang paling intim dan pribadi. Bagi setiap orang

86 | | 1 APRIL 2012
-Wiji Thukul: Kolom-

ROBERTUS ROBET *

dalam setiap keluarga, masa lalu adalah apa yang telah ter- Sungguh tepat apabila Deklarasi Perserikatan Bangsa-
jadi, dan masa depan adalah fondasi imajinatif untuk me- Bangsa Tahun 1992 tentang Perlindungan Semua Orang dari
lanjutkan diri bersama keluarga dan orang-orang yang di- Tindakan Penghilangan Secara Paksa menyebutkan bahwa
cintai. Namun, untuk membentuk masa depan, orang me- penghilangan paksa adalah kejahatan yang berkelanjutan.
merlukan kondisi kini yang stabil, kekinian yang berisi ru- Maka ia tidak dibatasi oleh waktu, ia tidak bisa kedaluwarsa.
ang kehidupan sehari-hari dan kelestarian relasi satu sama Selama belum diungkap dan diakui, selama itu pula ia tetap
lain. Penghilangan paksa meruntuhkan stabilitas kekinian sebagai kejahatan dan pelakunya setiap saat tetap bisa dian-
dan kelestarian relasi, akibatnya ia juga menghancurkan cam untuk dipidanakan. Deklarasi PBB itu juga menegas-
imajinasi akan masa depan dari keluarga dan orang-orang kan bahwa pihak-pihak yang telah atau diduga telah mela-
yang mencintai. Yang jahat dari penghilangan paksa ada- kukan tindakan penghilangan paksa tidak boleh diuntung-
lah keluarga disiksa penantian dalam waktu yang tak ter- kan oleh hukum amnesti tertentu atau tindakan-tindakan
definisikan. sejenisnya.
Dengan memaksa sebuah penantian panjang, penghi- Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak-hak Sipil dan
langan paksa mematahkan dimensi temporalitas dalam ke- Politik, Indonesia juga telah meratifikasi Konvensi Menen-
hidupan yang dibangun oleh tiap orang. Dalam setiap kelu- tang Penyiksaan. Dengan itu, semestinya sudah tidak ada
87
arga, berlaku sebuah kalender pribadi. Kalender yang dira- lagi halangan apa pun bagi Indonesia untuk meratifika-
yakan dan dibagi bersama orang-orang yang dicintai; ka- si Konvensi tentang Perlindungan untuk Semua Orang dari
pan ulang tahun, kapan menikah, kapan punya anak, ser- Tindakan Penghilangan Paksa.
ta kapan sakit bahkan kapan mati. Melalui kalender pribadi Dalam sebuah buku, seorang sahabat Wiji Thukul menu-
itu setiap orang membangun pertalian yang intim dan ak- liskan kisah merebaknya beragam dongeng mengenai Wiji

Sesungguhnya suara itu bukan perampok


yang merayakan hartamu
ia ingin bicara
mengapa kaukokang senjata
dan gemetar ketika suara-suara itu
menuntut keadilan?
rab: satu sama lain bisa saling mengantisipasi. Dengan itu, Thukul. Ada yang mengira ia masih hidup, bersembunyi,
saling memberi bisa terjadi. Ketika seorang anggota keluar- dan berkarya entah di mana. Seperti semua dongeng baha-
ga hilang, kalender pribadi tiap anggota keluarga berantak- gia, dalam hati kecil, saya juga berharap dapat melihat kem-
an. Ketakpastian dan kebingungan yang simultan menge- bali Wiji Thukul. Saya membayangkan apa kira-kira yang
nai ke mana dan bagaimana si korban, membuat keluarga akan ditulisnya, manakala menyaksikan jenderal-jenderal
sulit mengantisipasi relasi dan kebersamaannya lagi. Kare- penculik dari era Orde Soeharto disambut tepuk meriah, di-
na itu, dalam penghilangan paksa, bahkan informasi akhir dampingi punggawa pengiring, sebagian teman lamanya
yang paling tragis mengenai kematiannya sungguh sangat sendiri, siap ikut pemilu. Namun, bila Wiji Thukul tak kun-
berharga bagi keluarga ”korban”. Persis karena informasi jung kembali dan rasa pedih berkepanjangan, setidaknya
itu memulihkan kembali bangunan kalender pribadi kelu- kita berharap bahwa ketakhadiran Wiji Thukul akan menja-
arga itu dengan ”si korban” sekaligus mengakhiri penanti- di kutukan yang terus memburu para penculiknya.
an panjang yang tak tertahankan. *) DOSEN SOSIOLOGI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

1 APRIL 2012 | | 87
ILUSTRASI: YUYUN NURACHMAN

DIA lahir dari keluarga penarik becak. Berhenti sekolah untuk bekerja agar
adik-adiknya bisa melanjutkan studi. Ia sendiri menggelandang, mendirikan grup
teater, mengamen puisi ke kampung dan kota-kota, lalu menabalkan diri sebagai
aktivis pembela buruh. Namanya ada di barisan demonstran Kedungombo, Sritex,
dan sejumlah demonstrasi besar di Solo. Setelah masuk Partai Rakyat Demokratik,
ia hijrah ke Jakarta menjelang reformasi 1998. Ia hilang tak tentu rimba. Tapi
puisinya abadi dan menjadi teriakan wajib para demonstran: hanya ada satu kata:
Lawan!
-Wiji Thukul: Siapa Thukul?-

89
BIJI YANG TUMBUH
DARI KOR KAPEL
Di masa remaja, dia Katolik yang aktif dalam
kegiatan gereja. Sajaknya banyak dipengaruhi
seorang tukang kebun bernama Pardi.

K
APEL Sorogenen, lebih pagi,” kata Wahyu.
Solo. Kapel itu pada Meski Wahyu disekolahkan di SD
suatu waktu pernah Kanisius, orang tuanya bukan ka-
menjadi tempat meng- langan berpunya. Ayahnya, Kemis
asyikkan bagi Wiji Thu- Harjosuwito, adalah tukang becak,
kul remaja. Wahyu Susilo, adik Thu- dan ibunya, Sayem, kadang-kadang
kul, ingat setiap Ahad pagi kakaknya berjualan ayam bumbu. Karena itu,
itu selalu mengajaknya bersembah- sebagai anak tertua, Thukul sudah
yang di kapel Sorogenen, dekat ru- mencari uang sendiri untuk seko-
mah mereka di Solo, Jawa Tengah. lah dan sekadar jajan dua adiknya
Wahyu dan Thukul terpaut empat sejak kecil.
tahun. Pada 1977 itu, Thukul kelas I Pekerjaan Thukul semenjak SMP
SMP Negeri 8 Solo dan Wahyu murid itu macam-macam. Salah satunya
di SD Kanisius. Thukul aktif menja- menjadi calo karcis bioskop Re-
90
di anggota kor kapel, dengan tempat maja Theater dan Kartika Theater.
berlatih di aula SD Kanisius. Dua bioskop itu kini sudah bergan- do dihilangkan diganti dengan Thu-
Wahyu, yang kini menjadi analis ti menjadi kantor kelurahan dan kul. Wiji Thukul artinya Biji Tum-
kebijakan di Migrant Care, lembaga pusat grosir Beteng, Solo. Jika jual- buh. Lawu agaknya mengikuti tra-
advokasi tenaga kerja Indonesia di an karcisnya untung, Thukul akan disi di Bengkel Teater. Rendra se-
luar negeri, mengenang, pada tiap menyisakan satu karcis untuk adik- ring memberi nama parapan ke-
Ahad pagi itu, bila ke kapel untuk ke- nya. Waktu itu semua orang di kam- pada anggota bengkel teaternya.
baktian, oleh kakaknya ia selalu disu- pungnya ingin menonton aksi ak- Sawung Jabo, misalnya, bukan
ruh membawa buku doa dan nyanyi- tor silat Chen Kuan-tai, pemain film nama asli. Nama aslinya Mocha-
an Madah Bakti. Adapun Thukul ma- laga seangkatan Bruce Lee. mad Johansyah. Juga Udin Manda-
lah menenteng novel serial silat ka- Lulus dari SMP Negeri 8 Solo, rin, kata ”Mandarin” ditambah-
rangan Asmaraman Sukowati, Koo Thukul masuk ke Sekolah Mene- kan Rendra. Atau Kodok Ibnu Su-
Ping Hoo. Wahyu kerap memprotes ngah Karawitan Indonesia, Solo, ju- kodok, yang nama aslinya Prawoto
karena harus membawa buku liturgi rusan tari. Menurut Wahyu, tak ba- Mangun Baskoro. Nama Lawu War-
tebal itu. ”Aku kan anggota kor, nya- nyak orang tahu kakaknya itu cu- ta sendiri adalah pemberian Ren-
nyian sudah hafal semua,” selalu de- kup luwes jika menari. Sampai ber- dra. Adapun Cempe (artinya anak
mikian kilah Thukul seperti ditutur- sekolah di SMKI itu, Thukul masih kambing) adalah nama panggilan-
kan Wahyu. aktif di kapel. Suatu ketika, menje- nya di kampung. ”Saya sendiri pu-
Menurut Wahyu, kakaknya itu lang Natal, anak-anak kapel hendak nya nama baptis Katolik, tapi tidak
memang hafal luar kepala semua mementaskan teater bertema kela- saya pakai,” kata Lawu. Setelah ber-
nyanyian yang dilagukan di ka- hiran Kristus. Oleh seorang pema- nama Wiji Thukul, Thukul sempat
pel itu. Buku Koo Ping Hoo terse- in teater, Thukul diperkenalkan ke- menambahkan nama Wijaya di be-
but buat gaya-gayaan dia saja seo- pada Cempe Lawu Warta, anggota lakangnya menjadi Wiji Thukul Wi-
lah-olah membawa buku doa. Se- Bengkel Teater yang diasuh penyair jaya. Tapi kemudian ia membuang-
lain menenteng Koo Ping Hoo, da- W.S. Rendra. Thukul kemudian ma- nya karena sering diledek teman-te-
lam ibadah Minggu pagi itu, Thukul suk menjadi anggota Teater Jagat. mannya sebagai nama borjuis.
kerap membawa buku yang disewa- Di situlah Lawu kemudian men- Lawu keras menggembleng Thu-
nya dari perpustakaan kampung. tabalkan nama Thukul. Nama asli kul. Menurut dia, motorik tubuh
”Jika tiba giliran menyanyi di kor, Thukul sesungguhnya adalah Wi- Thukul sangat buruk. ”Gerakan
Mas Thukul bangun dan berangkat dji Widodo. Oleh Lawu, nama Wido- menyabit rumput saja susah,” kata

90 | | 1 APRIL 2012
-Wiji Thukul: Siapa Thukul?-

91

Lawu. Ia menduga, meski terkesan pada 1985 Thukul pernah meng- wa yang paling bersemangat. ”Tiap
percaya diri, Thukul kerap minder ikuti program jurusan seni topeng pagi, pukul 07.30, Thukul datang
karena sejak kecil sering diledek pe- Membacakan di Akademi Seni Karawitan Indone- menjemput saya di rumah. Selan-
rihal tubuh dan suaranya. puisi di sia (ASKI), sekarang ISI Surakarta. jutnya kami berjalan kaki sekitar 30
Saat aktif di situ, lelaki kerem- Solo (kiri), ”Kala itu, untuk merintis jurusan menit ke kampus, saat itu di Saso-
peng kelahiran 26 Agustus 1963 itu 1988. seni rupa, ASKI membuat program no Mulyo,” katanya. Setahu Tedjo,
memutuskan berhenti sekolah. Wa- Bengkel Kerja Seni Rupa (BKSR), Thukul tidak pernah bolos seko-
hyu ingat, Thukul memberi alasan saya diajak Thukul untuk kuliah di lah. ”Bahkan ia mengikuti program
suatu pagi. ”Rot, bapak sudah tua, sana,” ujar Tedjo Lelono, 57 tahun, BKSR itu sampai selesai, satu tahun.
sudah kurang tenaga narik becak. Bersama tetangga Thukul. Sedangkan saya setengah tahun su-
Aku nyari duit saja, kamu saja se- para Program BKSR dibuka selama dah keluar karena mesti kerja dan
kolah sampai tamat,” kata Thukul seniman satu tahun. Karena jurusan perco- menanggung dua anak.”
dalam bahasa Jawa. Perot adalah dari Teater baan, perekrutan siswa cukup long- Di tempat itu, Thukul belajar teo-
panggilan kecil Wahyu. Setelah tak Surakarta. gar. ”Saya pakai ijazah SMA, Thu- ri dan praktek pembuatan topeng,
bersekolah, Thukul bekerja sebagai kul pakai ijazah SMP,” katanya. Se- dari topeng tradisi hingga topeng
tukang pelitur di sebuah toko me- lain itu, semua siswa tidak dipungut kontemporer. ”Ia paling senang
bel dekat Keraton Solo. Tapi, saat ia biaya. Thukul bisa ikut program ter- membuat topeng kontemporer ka-
DOK:HALIM HADE/AHMAD RAFIQ , ROSSYLIN VAN DER BOSCH

menjadi tukang pelitur, banyak tar- sebut karena kedekatannya dengan rena tidak terlalu banyak aturan
get pelituran mebel yang tak bisa di- sejumlah seniman dan pengelelola dan pakem,” ujarnya. Hingga seka-
selesaikan Thukul. Hari-hari Thu- ASKI kala itu. rang, sejumlah topeng karya Thu-
kul malah sering dihabiskan di ru- Ada tiga jurusan yang ditawar- kul masih tersimpan di ISI.
mah Lawu untuk menulis puisi dan kan, yaitu seni ukir, seni wayang, Thukul, sementara itu, terus te-
berlatih teater. ”Menulis puisi itu dan seni topeng. Thukul dan Tedjo kun menulis. Pekerjaan samping-
tak beda dengan beribadah di gere- memilih jurusan seni topeng. Jurus- annya menjual koran membuat-
ja, ada pengalaman religius,” kata- an topeng saat itu hanya memiliki nya tahu alamat redaksi surat kabar
nya suatu ketika. empat siswa, termasuk dia dan Thu- yang menampung puisi. Ke sana-
kul. Pelajaran diberikan setiap hari, lah ia kirimkan puisi-puisinya. Ke-
-- - dari Senin hingga Sabtu. daulatan Rakyat di Yogyakarta, Sua-
TIDAK banyak yang tahu bahwa Thukul termasuk salah satu sis- ra Merdeka di Semarang, Wawasan,

1 APRIL 2012 | | 91
-Wiji Thukul: Siapa Thukul?-

Sumpah Bambu Runcing


...Ini penindasan yang tidak boleh
kita biarkan
Tapi jika bambu runcing kita han-
cur luluh
Terbakar api senjata musuh
Pada kita masih ada satu kata: LA-
WAN !”

Pardi dan Thukul kerap bersama-


sama menulis puisi di ruang tamu
rumah Lawu itu. Kebiasaan Thu-
kul meminta pendapat Pardi keti-
ka menulis puisi, ”Eyang” Hartono,
mantan anggota Teater Jagat, mem-
benarkan hal itu. ”Di Jagat, Thukul
memang paling dekat dengan Par-
di. Pardi orang yang paling mem-
pengaruhi kata-kata dan diksi puisi
Thukul,” ujarnya. Saat ditemui Tem-
Pardi po, Pardi, yang kini berumur 57 ta-
hun, mengatakan, ”Sebagai sesama
seniman, kami saling mempenga-
Bernas, Swadesi, Mutiara, hingga dan berbisik-bisik ruhi, itu wajar.”
Nova ia kirimi puisi. ketika membicarakan masalahnya Pardi ingat, pada 1994, Thukul
Produktivitasnya mendorong sendiri mengajaknya membuat buku kum-
M.T. Arifin, kepala biro Solo hari- penguasa harus waspada dan bela- pulan puisi bersama. ”Yuk, ngga-
an Masakini, yang belakangan jadi jar mendengar we buku puisi bareng, puisimu lan
92
pengamat militer dan kolektor ke- puisiku wis kaya kakang-adi (ayo bi-
ris masyhur, meminta Thukul be- Bila rakyat tidak berani mengeluh kin kumpulan puisi bersama, pui-
kerja sebagai kontributor di Masa- itu artinya sudah gawat simu dan puisiku sudah seperti ka-
kini. Thukul menyanggupi, tapi ha- dan bila omongan penguasa kak-adik),” ujar Pardi meniru ucap-
nya betah setengah tahun menjadi tidak boleh dibantah an Thukul. Tapi kala itu Pardi meno-
kontributor koran yang berafiliasi kebenaran pasti terancam laknya.
ke Muhammadiyah itu. Pembayar- Thukul kemudian, pada 1994 itu,
an gaji yang byar-pet membuatnya Apabila usul ditolak tanpa ditimbang mengeluarkan sebuah kumpulan
berhenti. Ia sempat menclok ke ma- suara dibungkam kritik dilarang tan- puisi sendiri berjudul ”Mencari Ta-
jalah Adil, setelah itu sepenuhnya pa alasan nah Lapang”, yang diterbitkan Ma-
terjun ke politik praktis lewat peng- dituduh subversif dan mengganggu nus Amci, setebal 45 halaman. Ba-
galangan massa membela buruh. keamanan nyak orang tak tahu, judul kumpul-
maka hanya ada satu kata: lawan! an puisi itu sesungguhnya juga di-
-- - ambil Thukul dari sebuah sajak mi-
TAHUN 1986 muncul dari Thu- Yang jarang diketahui adalah sa- lik Pardi berjudul ”Mencari Tanah
kul sebuah puisi yang sangat terke- jak ini sebenarnya kalimat akhirnya Lapang”.
nal. Berjudul ”Peringatan”. Puisi ini tak murni ide Wiji Thukul. Ia terpe- Kepada Tempo, Pardi menun-
menjadi bacaan wajib para demon- ngaruh oleh sebuah puisi yang di- jukkan sajak ”Mencari Tanah La-
stran. Kalimat terakhirnya: hanya buat Pardi, temannya di teater Ja- pang”miliknya yang masih bertu-
ada satu kata: Lawan! menjadi se- gat, yang dibuat setahun sebelum- lisan tangan.
buah ikon. nya. Pardi sehari-hari adalah tu- Lalu di bawah pohon waru yang
kang kebun. Puisi Pardi itu berjudul tumbuh pinggir jalan
Peringatan Sumpah Bambu Runcing. Pada sajak Anak-anak segera duduk sambil
Pardi, kalimat Hanya satu kata: la- mengenyam lelah
Jika rakyat pergi wan, yang digunakan untuk sebuah Desah nafas mereka bertautan di
ketika penguasa pidato sajak mengenai perjuangan mela- bawah angin senja
TEMPO/AHMAD RAFIQ

kita harus hati-hati wan Belanda, oleh Thukul diambil Tapi mata mereka gelisah mencari
barangkali mereka putus asa untuk perjuangan buruh. tanah lapang.

Kalau rakyat sembunyi

92 | | 1 APRIL 2012
DITEMPA LAWU,
DIKELILINGKAN
HALIM
Proses kesenian dan kepenyairan Wiji
Thukul ditempa oleh Lawu Warta di
Teater Jagat. Halim H.D. membantu Thukul
mengamen puisi untuk memperluas publik
audiensnya lewat jaringan kebudayaan
yang ia rintis.

R
UMAH bercat putih Thukul. Dia bergabung dengan tea-
bernomor 5 itu terle- ter itu pada 1981. Kala itu, Thukul
tak di sudut perempat- siswa kelas II Sekolah Menengah Ka-
an jalan Kampung Ja- rawitan Indonesia (SMKI)—seting-
galan Tengah, Kelurah- kat sekolah menengah atas—di Ke-
an Jagalan, Jebres, Solo. Halamannya patihan, Solo. Awalnya ia hanya
yang luas dirimbuni beragam jenis ikut-ikutan. Namun, setahun berse-
94
tanaman, dari pohon mangga hing- lang, dia berhenti sekolah dan me-
ga bambu. Di bawah rimbun pepo- milih aktif di Jagat.
honan itulah dulu Wiji Thukul ber- Lawu, yang pernah aktif di Beng-
sama anggota Teater Jagat lainnya kel Teater asuhan W.S. Rendra di
biasa berlatih teater dan musik ser- Yogyakarta pada 1970-an, meng-
ta membaca puisi. ”Dulu kami biasa ajari Thukul berkesenian seper-
berlatih di halaman ini,” kata Cem- ti anak-anak Jagat lainnya. Hanya, gis Thukul, yang penakut dan tidak
pe Lawu Warta, pendiri Teater Jagat, Lawu menemui kesulitan karena percaya diri. ”Pada dasarnya Thukul
kepada Tempo, Maret lalu. Thukul tidak bisa menyanyi. Di bi- penakut dan minderan karena sejak
Dikelilingi pagar tembok setinggi dang musik, Thukul tidak peka. Dia kecil mungkin jadi bahan olok-olok
setengah meter, rumah bekas sang- juga tidak bisa berteater dan mena- teman-temannya,” katanya.
gar Teater Jagat yang berada di sebe- ri meski di SMKI mengambil jurus- Untuk memupuk rasa perca-
lah kampung tempat tinggal Thukul an tari. Lalu di bidang olah vokal le- ya diri murid-muridnya, terma-
itu juga memiliki ruang tamu cukup bih sulit lagi karena Thukul sangat suk Thukul, Lawu mengajak mere-
luas, tempat berkumpul dan disku- pelo—tidak bisa melafalkan ”r” ali- ka mengamen keliling Solo. Keluar-
si berkapasitas sekitar 20 orang. Di as cadel. masuk kampung, mereka menga-
ruangan itu Thukul kerap mengisi Namun akhirnya Lawu mene- men dengan membaca sajak-sajak
waktunya dengan berkutat memba- mukan bakat Thukul di bidang pui- ciptaan mereka sendiri. Boleh dibi-
ca buku, berdiskusi, ataupun mem- si. ”Dia suka membaca dan menu- lang Lawu berhasil menempa Thu-
buat coretan puisi. ”Dia lebih sering lis. Ketika membaca tulisannya, kul. Dia menjadikan Thukul yang
di sini dibanding di rumahnya. Ru- saya tahu dia punya bakat sebagai semula minderan menjadi memiliki
angan ini tempat favoritnya. Dia pujangga. Karena itu, saya meng- rasa percaya diri sangat besar dan
biasa membaca dan tidur di sini,” arahkan dia untuk membuat puisi,” berani tampil di depan publik. Sejak
ujar Lawu mengenang anak didik- Lawu menjelaskan. itu, Thukul tumbuh menjadi salah
nya itu. Lawu mendidik Thukul dengan satu anggota Jagat yang paling bera-
DOK. NASRI/AHMAD RAFIQ

Teater Jagat—kependekan dari keras. Untuk mengurangi ”kepelo- ni mengamen, meski bicaranya ma-
Teater Jejibahan Agawe Genepe an” Thukul, ia melatih vokal dengan sih tetap pelo. Dia pergi mengamen
Akal Tumindak—boleh dibilang se- memaksanya mengucap kata sejelas puisi hingga ke luar Kota Solo.
bagai kawah candradimuka bagi dan sekeras mungkin. Perlahan dia Sejak di Teater Jagat, Thukul mu-
proses kesenian dan kepenyairan juga mengurangi persoalan psikolo- lai produktif membuat puisi. Dia

94 | | 1 APRIL 2012
-Wiji Thukul: Siapa Thukul?-

semua murid Lawu, Thukul paling pada waktu senja. ”Ketika itu, dia
gemar mengkonsumsi mushroom. seolah-olah tengah berdialog de-
”Waktu itu mushroom belum terla- ngan Tuhan,” kata Hanin, yang saat
rang. Thukul tidak doyan minuman ini menjadi pengasuh Teater Gidag-
keras ataupun narkoba, hanya mush- Gidig, Solo.
room itu,” Lawu menambahkan. Tinuk, rekan Hanin di Radio PTPN
Kadang, setelah makan mush- yang kini tinggal di Illinois, Ameri-
room, Thukul mendapat inspira- ka Serikat, mengenang puisi-pui-
si membuat puisi. Tapi tak jarang si awal Thukul memang sarat mu-
mushroom bikin masalah. Pernah atan religius. ”Sebagaimana keba-
suatu ketika, setelah makan mush- nyakan penyair muda pada zaman
room, Thukul mendengarkan radio itu, pandangan kepenyairan Thu-
yang kebetulan menyiarkan ten- kul begitu terpana pada puisi-puisi
tang perang Libanon-Israel. Efek yang bersifat perenungan religius,”
mushroom membuatnya berimaji- ujar Tinuk, yang saat itu mahasiswi
nasi seolah-olah berada di medan di Fakultas Sastra Universitas Sebe-
perang. Dia lantas berteriak-teri- las Maret, Surakarta.
ak ketakutan, berlarian tak keruan, Dalam sebuah wawancara di aca-
bersembunyi di kolong tempat ti- ra Ruang Puisi yang diasuhnya, Ti-
dur, hingga naik ke atap rumah. nuk menanyakan sikap kepenya-
iran Thukul tersebut. Thukul men-
-- - jawab bahwa menulis puisi bagi-
PUISI telah menjadi bagian dari nya tak ada bedanya dengan mere-
setiap tarikan napas Thukul. Selain ka yang pergi ke gereja atau ke mas-
ditempel di majalah dinding di Tea- jid dalam rangka mendekati Tuhan-
ter Jagat, sebagian puisinya dikirim nya. ”Bagi Thukul, menulis puisi
ke Radio PTPN Rasitania, Surakar- adalah doa dan pengalaman religi,”
ta, untuk diapresiasi dan dibacakan katanya.
95
pada acara Ruang Puisi. Acara yang Dengan sikap itulah Thukul terus
disiarkan saban Rabu malam sepan- melangkah. Kepada Tinuk, dia me-
jang satu jam itu diasuh oleh Hanin- ngatakan setidaknya sampai hari
dawan dan Tinuk Rosalia. Kedua- itu (saat diwawancarai) puisi-puisi-
nya mengasuh acara apresiasi puisi nya cenderung religius. ”Tapi saya
tersebut pada 1981-1982. sendiri tidak tahu apakah saya akan
biasa menulis puisi pada selem- Menurut Hanin, panggilan ak- terus menulis puisi yang religius
bar kertas untuk kemudian ditem- rab Hanindawan, bukan hanya pui- atau tidak,” ujar Thukul saat itu.
pel di majalah dinding yang ada di Dalam si karya penyair terkenal yang di- Thukul pertama kali menerbit-
sanggar atau dibacakan di depan sebuah ulas, puisi para pemula seperti Thu- kan kumpulan puisinya lewat Pu-
teman-temannya sambil diiringi kul juga dibahas di acara itu. ”Thu- sat Kesenian Jawa Tengah (PKJT) di
pementasan
musik. Menurut Lawu, puisi-puisi kul termasuk anak muda yang pa- Solo—sekarang Taman Budaya Jawa
awal Thukul adalah puisi kontem-
musik di ling rajin mengirim puisi ke kami,” Tengah di Surakarta (TBS)—pada se-
platif tentang dirinya dan lingkung- Solo, Juli katanya. kitar 1985. Bertajuk Puisi Pelo, kum-
annya. ”Sudah mengandung kritik, 1991. Hanin mengenang, sebagai penu- pulan puisinya itu dicetak secara
tapi sama sekali tidak politis,” ujar- lis pemula, kualitas puisi-puisi kar- stensilan. ”Tebalnya sekitar 20 ha-
nya. ”Sayangnya, kami tidak punya ya Thukul lebih menonjol diban- laman,” ucap Siliyanto, mantan pe-
dokumen puisi-puisi awal Thukul.” ding anak muda lain. ”Pilihan ka- ngelola PKJT, yang mengetik dan
Ada cerita menarik sejak Thukul tanya sudah baik. Kata-katanya su- mencetak kumpulan puisi itu.
bergabung dengan Jagat. Di teater dah cukup bening,” ujarnya. ”Na- Siliyanto mengenal Thukul pada
itu, dia mulai mengenal mushroom mun memang belum terlalu fokus. 1982 lewat Lawu Warta, yang kerap
atawa jamur tlethong. Ini merupa- Semisal orang bicara, gaya bicara- membawa penyair muda itu nga-
kan jamur tahi sapi karena banyak nya masih berkelok-kelok.” men puisi. ”Setiap kami ada acara
tumbuh di tempat timbunan kotor- Dari semua puisi Thukul yang di- pentas atau diskusi di Sasono Mul-
an sapi. Anak-anak Jagat biasa men- kirim ke Radio PTPN, Hanin hanya yo, mereka datang minta supaya
campur mushroom dalam nasi go- ingat satu puisi berjudul ”Senja Te- diizinkan ngamen,” ujar pria yang
reng atau telur dadar, lalu dimakan tes-tetes”. Puisi sepanjang dua hala- juga sesepuh Teater Gapit ini.
ramai-ramai. ”Bagi kami, saat itu man itu merupakan puisi religius. Kebetulan PKJT memiliki forum
mushroom adalah salah satu ekspre- Isinya tentang renungan Thukul ke- Pentas Kecil, yang sering dijadikan
si dari kebebasan,” tutur Lawu. Dari tika melihat tetesan gerimis hujan ajang eksperimen kelompok teater

1 APRIL 2012 | | 95
dan pembacaan puisi seniman pe-
mula. Menurut Siliyanto, seusai pe-
mentasan, biasanya digelar disku-
si. Thukul aktif dalam setiap disku-
si. ”Sebagai anak muda, ia yang pa-
ling menonjol,” katanya.
Pada 1985, PKJT mendapat mesin
cetak stensil baru yang bisa diman-
faatkan buat mencetak naskah tea-
ter ataupun puisi yang hendak di-
pentaskan. Saat itulah Thukul da-
tang membawa sejumlah kertas
berisi coretan puisi dan minta supa-
ya puisinya dicetak. Siliyanto setu-
ju dan Thukul tak dipungut biaya.
”Ada sejumlah kumpulan puisi, tapi
yang saya ingat hanya Pelo. Yang
lain sudah lupa. Saya juga tidak pu-
nya dokumennya.”
Kumpulan Puisi Pelo dicetak se-
kitar 100 eksemplar. Buku kumpul-
an puisi stensilan itu dibawa Thu- sa. ”Setiap ketemu saya, dia selalu bi- nior, tema puisi Thukul masih layak-
kul ngamen puisi keliling Solo. ”Ada lang, ‘Pak, kowe duwe buku ora? Aku nya puisi remaja, seperti orang se-
yang dibagi-bagikan secara gra- nyilih’ (Pak, kamu punya buku atau Bekas dang kasmaran. Metaforanya masih
tis. Sebagian lagi dia jual. Waktu itu tidak? Aku pinjam),” ujarnya. Sanggar bulan dan embun. ”Puisinya tidak
Thukul memang butuh uang,” ujar Awalnya Halim tak menanggapi. Teater terlalu membicarakan dirinya, apa-
Siliyanto mengenang. Dia berpikir paling-paling lelaki ku- lagi lingkungannya.”
Jagat,
Menurut Siliyanto, karakter puisi rus itu hanya anak muda yang sok Saat Thukul membuat kumpul-
96
Thukul dalam kumpulan Puisi Pelo gaya dengan selalu menanyakan
tempat Wiji an Puisi Pelo, tema-temanya mu-
sudah lebih lugas dibanding puisi- buku. ”Tapi Thukul terus mengejar Thukul lai mengalami perubahan. Puisinya
puisi awalnya yang pernah dibaca- saya dan berkata bahwa dia serius pertama melebar dan dalam. Boleh jadi itu
kan di Radio PTPN. ”Di Pelo, dia su- ingin meminjam buku,” kata Halim. kali karena kualitas bacaannya semakin
dah mengangkat kritik sosial, tapi ”Saya akhirnya mengundang dia berproses bagus. Dia juga mulai membicara-
belum ada unsur politik praktisnya.” datang ke tempat saya.” kesenian. kan masalah sosial. ”Pelo adalah fase
Di Solo, Halim bersama teman- transisi dalam puisi awal Thukul ke
-- - nya punya penerbitan Jatayu. Di tahap selanjutnya,” kata Halim.
PASCA-Pelo, pada sekitar 1986, salah satu ruangan kantor pener- Setelah Pelo diterbitkan, boleh di-
Thukul mulai akrab dengan Halim bitan itu, dia menyimpan berbagai bilang mulai ada lompatan dalam
H.D., aktivis kebudayaan jebolan buku. Thukul datang ke sana dan penulisan Thukul. Dia banyak di-
Fakultas Filsafat Universitas Gadjah ingin meminjam buku teori sastra. pengaruhi naskah teater Jawa kar-
Mada, Yogyakarta. Halim dikenal Karena tak punya, Halim kemudian ya Bambang ”Kenthut” Widoyo
banyak memiliki sahabat seniman meminjamkan buku yang lain, dari S.P. Ia juga dipengaruhi pemikiran
di Yogya, Semarang, Surabaya, Ma- buku Tan Malaka, Sjahrir, Bung Hat- Maxim Gorky, Arief Budiman, dan
lang, Bandung, dan Jakarta. Boleh ta, hingga sejumlah terjemahan. Romo Mangunwijaya. Thukul mulai
dibilang Halim-lah yang membuka Setelah selesai membaca buku, banyak memasukkan bahasa Jawa
wawasan dan jaringan Thukul. Dia Thukul selalu mengajak Halim ber- dan bahasa lisan sehari-hari dalam
juga berperan besar dalam mengor- diskusi mengenai isi buku tersebut. puisinya.
bitkan Thukul di kalangan jaringan Melihat minat bacanya yang sangat ”Puisi-puisinya menjadi lugas
seniman. Dia menggagas dan mem- besar, Halim pun kemudian menca- menggunakan bahasa sehari-hari.
bantu Thukul ngamen puisi keliling rikan tulisan-tulisan yang menarik Muatan sosial dan kritik sosial juga
Jawa pada 1986-1987. dari sejumlah majalah sastra dan sangat kental,” ujar Halim. Gagasan
Halim pertama kali berkenalan budaya, seperti Horison, Basis, dan puisi-puisi Thukul bisa muncul dari
dengan Thukul di Teater Jagat. Wak- Prisma. ”Selain membaca, Thukul mana saja. Puisi ”Tembok dan Bu-
tu itu dia sering mampir ke Jagat. Me- gemar berdebat,” tutur Halim. nga”, misalnya, gagasannya mun-
TEMPO/AHMAD ROFIQ

nurut Halim, yang paling menarik Halim juga mengamati Thukul ma- cul dari sebuah diskusi mengenai
dari perkenalan pertamanya dengan kin produktif menulis puisi. Tema- retakan tembok yang dari dalam-
Thukul adalah kemauan pria itu da- tema puisinya pun mengalami per- nya kemudian muncul rumput dan
lam membaca yang sangat luar bia- geseran. Di awal-awal, saat masih ju- bunga yang menjulur keluar. ”Dari

96 | | 1 APRIL 2012
-Wiji Thukul: Siapa Thukul?-

situ tampak kelebihan utama Thu- Sedangkan Thukul bersikap se- gar,” tutur Halim. ”Ketika datang,
kul: dia sangat adaptif dan mampu baliknya. Menurut dia, kesenian itu mereka berdiskusi dan tidak jarang
mengadopsinya menjadi puisi,” Ha- harus ditonton, harus punya pub- memberikan workshop. Seperti Mul-
lim menjelaskan. lik, dan mesti mampu memben- yono (perupa Tulungagung) datang
Waktu berlalu. Hubungan Ha- tuk kesadaran publik. Makanya dia mengajarkan cukil kayu.”
lim-Thukul kian akrab. Pada 1986- mencurahkan hal itu dalam pui- Sebaliknya, Thukul sering diun-
1987, Thukul dibantu Halim mu- si-puisinya. Thukul menganggap dang mengisi workshop. Ada sebuah
lai mengamen puisi keliling kota di sikap Lawu tersebut adalah sikap workshop menarik di sebuah kam-
Jawa Tengah dan Jawa Barat, dari orang lemah dan tidak progresif. pung di Kota Solo. Dalam workshop
Solo, Yogyakarta, Semarang, Peka- Sejak itu, Thukul tak lagi aktif di penulisan yang diikuti 20 pemuda
longan, Tegal, Cirebon, hingga Ban- Jagat. Pada 1987, setelah menikah itu, Thukul bertanya kepada para
dung, serta Jakarta. Sekitar sebu- dengan Sipon, ia menumpang di peserta, ”Sopo sing duwe pit montor
lan Thukul menggunakan jaring- rumah Halim, yang kebetulan me- (Siapa yang punya sepeda motor)?”
an Halim di kota-kota yang dising- ngontrak rumah tipe 21 di Kampung Tidak ada yang menjawab. ”Sopo
gahinya. ”Saya yang memberikan sing duwe pit (Siapa yang punya se-
gagasan agar penyair yang menda- peda)?” Tiga orang angkat tangan.
tangi publik. Dan Thukul tertarik Selanjutnya, Thukul bertanya,
melakukan itu dengan cara menga- Halim H.D. ”Sopo sing duwe lambe, cangkem,
men puisi,” ujar Halim. ilat (Siapa yang punya bibir, mulut,
Sebelum berkeliling, Halim dan dan lidah)?” Orang-orang bingung,
Thukul menyiapkan selebaran pui- lantas angkat tangan semua. Ke-
si, yang disebut mereka sebagai pui- mudian Thukul berkata dengan te-
si leaflet. Selebaran puisi itu terdiri gas, ”Yo iku paitanmu, modalmu sing
atas enam sajak karya Thukul. Halim paling penting. Wong mlarat mung
lupa judul-judul puisi yang sarat mu- duwe paitan cangkem, piye kowe
atan kritik sosial itu. Yang pasti, pui- nyuworo (Itulah modal kamu yang
si-puisi tersebut dicetak dalam satu paling penting. Bagi orang miskin,
lembar kertas kwarto menjadi satu mulut adalah modalnya, bagaima-
97
leaflet enam muka. Mereka mence- na mereka bersuara).”
tak sebanyak 500 eksemplar. Halim terkesima melihat bagai-
Puisi leaflet itu dibawa Thukul mana Thukul memberikan work-
mengamen di berbagai kota. Setiap shop itu. ”Dia sungguh luar biasa,”
mengamen, ia menjual selebaran katanya.
puisi itu seharga Rp 100, yang bisa Kalangan—masih masuk Kelurah- Thukul dan Sanggar Suka Banjir
digunakan untuk transportasi dan an Jagalan. Selanjutnya Halim, Thu- makin terkenal. Tapi jaringan yang
akomodasi. Dan Thukul tampak- kul, dan Sipon mendirikan Sanggar terbangun dan makin membanjir-
nya cukup sukses. Ketika pulang ke Suka Banjir di halaman belakang ru- nya teman yang datang ke sanggar
Solo, dia malah bisa membawa uang mah mereka. Nama itu diambil dari membuat aparat setempat gerah.
sekitar Rp 250 ribu. ”Uang itu kami lingkungan mereka yang memang ”Kami diawasi aparat, surat kami di-
pakai untuk mencetak ulang puisi sering banjir. ”Sekarang rumah itu sabotase, dan kami sering dipanggil
leaflet. Thukul kemudian memba- sudah tidak ada, sudah jadi rumah- ke koramil hanya karena menerima
wanya untuk mengamen ke Jawa Ti- rumah gedong. Daerah itu juga su- tamu,” ujar Halim.
mur sekitar dua minggu,” kata Ha- dah tidak lagi banjir,” kata Halim. Meski begitu, Thukul tak surut
lim. ”Dia mengamen dari rumah Di sanggar itu, Thukul mulai me- langkah. Di Suka Banjir, dia terus
makan hingga kampus-kampus.” nulis esai dan artikel pendek. Tema- mengajari anak-anak kampung me-
Sejak mengamen puisi keliling tema tulisannya tentang keseni- lukis, menulis puisi, berteater, dan
Jawa, nama Thukul mulai berki- an dan lingkungan. Halim membe- menyanyi.
bar. Dia juga mulai memiliki jaring- likan mesin tik merek Olivetti. Bia- Thukul terinspirasi konsep tea-
an dan publik sendiri. Pada perio- sanya Thukul membuat coretan di ter Augusto Boal dari Brasil, yang
de itulah Thukul mulai berbeda pe- kertas dan kemudian mengetiknya. pada 1960-an menjadikan teater
mikiran dengan Lawu Warta, guru Di Sanggar Suka Banjir, kesadaran sebagai alat pengorganisasian dari
yang telah mendidik dan membe- Thukul tentang pentingnya publik kampung ke kampung. Sang penya-
sarkannya di Teater Jagat. Lawu ti- semakin terbangun. Banyak teman ir juga mempraktekkan kata-kata
dak sepakat jika Thukul membawa yang datang. Sanggar selalu ramai Bertolt Brecht, penyair dan drama-
puisi ke ranah politik praktis. ”Ke- dan dijadikan tempat berkumpul wan kondang asal Jerman, yang se-
senian ditonton atau tidak, itu tidak para remaja di sekitarnya. ring dikutipnya, ”Setiap orang ada-
penting. Yang penting bagaimana ”Teman-teman jaringan kami juga lah seniman dan setiap tempat ada-
kita menjalankannya,” ujar Lawu. banyak yang berkunjung ke sang- lah panggung.” ●

1 APRIL 2012 | | 97
KETIKA POLITIK
PRAKTIS JADI
PILIHAN
Bersama sejumlah seniman progresif,
Wiji Thukul mendirikan Jaker. Pecah
saat dipaksakan jadi sayap politik PRD.

T
IGA sahabat berbin- ritas sesama seniman untuk mem-
cang serius di tepi pan- bendung tindakan represif peme-
tai Brumbun, Tulung- rintah. ”Kami harus membentuk
agung, Jawa Timur, organisasi kesenian supaya bisa sa-
pada suatu siang 20 ta- ling membantu,” kata Moelyono.
hun silam. Moelyono, perupa asal Mereka sepakat membahas lebih
Tulungagung, selaku tuan rumah, matang rencana itu pada pertemu-
berbicara tentang pemerintah yang an lanjutan di Sanggar Suka Banjir,
makin represif. Dua tamunya, pe- Kampung Kalangan, Solo—rumah dayaan mirip Lekra.
lukis Semsar Siahaan dan Wiji Thu- Thukul. Rencana itu baru terwujud Perdebatan makin alot ketika
kul, menimpali. pada awal 1994. Pertemuan dilak- Di pantai membahas format dan bentuk or-
98
Moelyono berkisah tentang aksi sanakan di atas terpal plastik yang Brumbun, ganisasi. Sebab, saat itu pemerintah
polisi membubarkan pameran seni digelar di lantai tanah rumah Thu- Tulungagung, antipati pada pembentukan organi-
instalasi patung Marsinah beberapa kul. Beberapa aktivis di luar kese- 1993. sasi, apalagi yang dianggap mem-
bulan sebelumnya. Pameran itu dia nian ikut serta, di antaranya Daniel bahayakan penguasa. Menurut Hil-
gelar bersama jaringan buruh di Su- Indra Kusuma, Raharjo Waluyo Jati, mar, perdebatan menyangkut ba-
rabaya. Polisi menganggap pameran Juli Eko Nugroho, dan Hilmar Farid. gaimana membuat organisasi yang
di gedung Dewan Kesenian Surabaya Menurut Hilmar, pertemuan di- mampu mewakili aspirasi, tapi te-
itu menghasut rakyat. Marsinah ada- lakukan dengan sangat hati-hati. Pameran tap bisa berjalan dengan baik di ba-
lah buruh PT Catur Putra Surya yang Agar warga tak curiga, pintu rumah terakhir wah pemerintahan represif.
diculik lalu tewas dianiaya setelah sengaja dibuka ketika diskusi ber- yang dise- Moelyono mengajukan konsep
mogok kerja. Ia menjadi simbol pen- langsung. Salah satu peserta bertu- lenggara- organisasi jaringan kesenian yang
deritaan dan perlawanan buruh. gas mengawasi pintu bila sewaktu- berbasis dan bekerja bersama rak-
kan Jaker
Bagi Moelyono, sebuah kegiatan waktu ada orang datang. Pertemu- yat. ”Mendudukkan setiap rakyat
dibubarkan polisi adalah hal biasa. an berlangsung beberapa kali. Tem-
sebelum sebagai subyek, sebagai pencipta
Tapi, yang membuatnya kecewa, patnya berpindah-pindah. Penen- berafiliasi kebudayaan.”
tak ada seniman di Surabaya mem- tuan lokasi dan waktu pertemuan dengan PRD, Harapannya, kata dia, setiap se-
belanya. ”Saya benar-benar mera- dilakukan dengan ekstra-waspada. 1994. niman akan memiliki kantong-kan-
sa sendiri,” ujar pria 51 tahun itu ke- ”Karena pertimbangan keamanan, tong komunitas di tempat tinggal-
DOK MOELYONO/HARY TRI WASONO, TEMPO/HARY TRI WASONO

tika ditemui Tempo di rumahnya apalagi berkumpul di rumah Wiji nya. Semisal Moelyono yang mem-
pada 3 April lalu. Thukul pasti mengundang curiga bentuk Yayasan Seni Rupa Komuni-
Peristiwa itu tak hanya menun- warga,” ujarnya. tas di Tulungagung atau Thukul de-
jukkan sikap arogan pemerintah, Pembahasan organisasi baru ngan Sanggar Suka Banjir di Solo.
tapi juga memperlihatkan lemah- berlangsung alot. Awalnya mereka Kantong-kantong komunitas itulah
nya jaringan dan solidaritas peker- membahas pentingnya memben- yang akan dijadikan bagian dari ja-
ja seni. Prihatin atas kejadian itu, tuk gerakan kebudayaan, yang bisa ringan kesenian.
Semsar mengajak Thukul bertemu memperkuat daya perlawanan rak- Akhirnya, mereka sepakat mem-
dengan Moelyono. Dalam disku- yat. Semsar mengusulkan organisa- buat gerakan kesenian dengan
si tersebut, Semsar mengusulkan si seniman yang berbicara tentang membangun jaringan komunitas
membuat jaringan kerja seniman, isu-isu kerakyatan. Sebagian lain- kesenian rakyat. Namanya Jaring-
menggalang kekuatan dan solida- nya menginginkan organisasi kebu- an Kesenian Rakyat (Jaker). Jaring-

98 | | 1 APRIL 2012
-Wiji Thukul: Siapa Thukul?-

akhir adalah anggota inti Persatu- langan seniman dan memiliki per-
an Rakyat Demokratik, yang di ke- gaulan luas.
mudian hari menjadi Partai Rak- Cempe Lawu Warta, guru Thu-
yat Demokratik. Menurut Linda, sa- kul di Teater Jagat, juga kecewa ter-
lah satu fungsi Jaker adalah menja- hadap keputusan Thukul. Dia mem-
dikan para seniman pengorganisasi peringatkan, sebagai seniman, se-
rakyat yang secara tak resmi menja- mestinya Thukul tak terlibat politik
di onderbouw PRD. praktis karena bisa membahayakan
Semsar, Moelyono, dan Hilmar keselamatannya.
bukan anggota PRD, sedangkan ”Saya bilang, ‘Thukul, hati-hati
Thukul berada di antara tarik-ulur memilih. Kalau sudah di politik
itu. Meski begitu, kata Moelyono, praktis, ada kemungkinan kamu di-
mereka berkomitmen Jaker tak ber- tangkap, dibunuh, atau minimal di-
gerak di bidang politik. buang’,” ucap Lawu. Thukul ber-
Dalam perjalanan membangun geming dan tetap memilih politik,
Jaker, politik Tanah Air sedang ber- yang ia anggap bisa menjadi alat pa-
golak. Sejumlah aktivis PRD ber- ling cepat mengubah keadaan.
upaya menarik Jaker menjadi organ Thukul menganggap sikap Lawu
partai untuk menarik massa. Menu- kuno dan tidak progresif. ”Lawu,
rut Moelyono, hampir semua seni- kamu itu tidak berani. Karena itu,
man Yogyakarta menolak Jaker ma- kamu dan Teater Jagat sampai ka-
suk dunia politik. pan pun tidak akan bisa merombak
Pengurus PRD tak patah sema- keadaan,” ujar Lawu menirukan
ngat. Mereka terus bergerilya di ka- Thukul.
langan seniman untuk mencari legi- Dalam sebuah wawancara di tab-
timasi membentuk organ kebudaya- loid mahasiswa Fakultas Sastra Uni-
an partai. Moelyono mengatakan Da- versitas Jember, Ideas, edisi II tahun
niel-lah yang berusaha mempenga- 1996, Thukul mengatakan sastra
99
ruhi para seniman agar bergabung adalah salah satu alat perjuangan.
dengan PRD. ”Di sinilah mereka ber- Namun, ”Agak berlebihan bila kita
hasil mencetok (mencungkil) Thukul mengharapkan sastra akan memba-
untuk ikut gerakan PRD,” ucapnya. wa perubahan sosial.”
Puncaknya pada kongres pem- Thukul pun tampil ke panggung
bentukan PRD, April 1996, di Yog- membacakan puisi pada deklara-
yakarta. Secara sepihak Thukul dan si berdirinya PRD di kantor Yayas-
PRD memasukkan Jaker, yang dike- an Lembaga Bantuan Hukum Indo-
tuai Thukul, secara organisasi dan nesia, Jalan Diponegoro, Jakarta, 22
politik bergabung di bawah PRD. Juli 1996. Setelah paduan suara me-
Sebelum kongres, Moelyono men- nyanyikan Mars Partai Rakyat De-
dapat telegram dari Semsar yang mokratik dan Darah Juang, dengan
meminta dia ikut pertemuan Jaker suara lantang dan pelo ia membaca-
di Solo, tapi Moelyono tidak bisa. kan ”Sajak Suara dan Peringatan”.
”Semsar marah karena Jaker akan
an dianggap lebih fleksibel dan ti- dijadikan sayap partai,” ujarnya. Apabila usul ditolak tanpa
dak terlalu kaku. Semsar, Moelyono, dan Hilmar ditimbang
Meski belum resmi berdiri, pada pun memutuskan tak terlibat lagi Suara dibungkam kritik dilarang
1994 Jaker telah menggelar tiga ke- dalam kegiatan Jaker karena tak se- tanpa alasan
giatan, yakni pertunjukan seni rupa tuju Jaker bergabung dengan PRD. Dituduh subversif dan
karya Moelyono di Theater Gidag- Di PRD, akronim Jaker tetap diguna- mengganggu keamanan
Gidig, Solo; pameran di Bendungan kan, tapi berubah menjadi Jaringan Maka hanya ada satu kata:
Wonorejo; dan pameran seni rupa Kerja Kebudayaan Rakyat dan Thu- lawan!”
refleksi kehidupan nelayan di Yog- kul menjadi koordinatornya.
yakarta. Moelyono menyayangkan sikap Pembacaan puisi itu menjadi pe-
Jaker tak hanya beranggotakan Thukul. Pencomotan Thukul, kata nampilan terakhirnya di depan
seniman. Selain Moelyono, Sem- dia, hanya akal-akalan PRD mem- publik. Sepekan kemudian, Thu-
sar, dan Thukul, Jaker beranggota- buat ikon seniman dalam sayap po- kul menjadi buron dan hilang sejak
kan Hilmar, Daniel, Yuli, Jati, dan litiknya. Thukul adalah pilihan te- 1998 hingga kini.
Linda Christanty. Empat nama ter- pat karena dia cukup dikenal di ka- ●

1 APRIL 2012 | | 99
GALANG AKSI
KORBAN SRITEX

K
ETEGANGAN seketika menular di sepanjang ja-
lan menuju pabrik garmen PT Sri Rejeki Isman (Sri-
tex) di Desa Jetis, Kabupaten Sukoharjo, sekitar 15
kilometer dari Kota Solo. Hari itu Senin, 11 Desem-
ber 1995. Belasan ribu buruh memenuhi jalanan, duduk-du-
duk, menolak masuk kerja. Di antara mereka tampak juga Ke-
tua Jaringan Kesenian Rakyat Wiji Thukul serta beberapa ak-
tivis Partai Rakyat Demokratik lainnya dari Pusat Perjuang-
an Buruh Indonesia dan Solidaritas Mahasiswa Indonesia un-
tuk Demokrasi.
Di ujung, dekat gerbang pabrik, ratusan aparat berseragam
hijau loreng telah bersiap mengamankan pabrik yang baru
tiga tahun sebelumnya diresmikan Presiden Soeharto itu.
Sebagian di antara mereka naik sepeda motor trail. Ada juga
yang siaga di atas mobil pikap kepolisian.
Pagi itu belum genap pukul tujuh. Peserta demonstrasi
baru menyiapkan barisan ketika tiba-tiba aparat secara mem-
100
babi-buta menyerbu mereka. Buruh yang panik langsung lari
tunggang-langgang. Beberapa aktivis ditangkap lalu digebuk.
”Saya hanya mendengar ibu-ibu menjerit ketakutan. Tapi je-
ritan itu tak bisa menghentikan pukulan,” kata Thukul, se-
perti dikutip dalam disertasi ”Politik Kebudayaan dan Seni ruh, melihat Desa Jetis bak kampung han-
Penentangan di Indonesia: Kajian Kes terhadap Penyair Wiji tu. Sepi, lengang, dan berantakan. Di se-
Thukul” karya Muhammad Febriansyah (2012). Wiji Thukul panjang jalan hanya tersisa sandal, sepa-
Rupanya dari awal aparat mengincar Thukul karena ia di- saat terluka tu, tas, dan beberapa sobekan baju yang
duga sebagai dalang demonstrasi. Ketika itu, dia dikenal aktif di bagian berserakan.
mengorganisasi buruh di Sukoharjo lewat Teater Buruh. Se- matanya. Lexy pun melanjutkan perjalanannya
mula Thukul berhasil kabur dari kejaran aparat, lari ke dalam menuju kantor Dewan Perwakilan Rak-
kampung dan bersembunyi di kuburan. Tapi, nahas, bebera- yat Daerah Kabupaten Sukoharjo. Di sana dia melihat bebe-
pa saat kemudian dia disergap karena keluar dari persembu- rapa kawan aktivis melanjutkan aksi. Tapi, sekali lagi, aparat
nyian. menggebuk dan menggelandang mereka ke kantor kepolisi-
Sadar yang ditangkap adalah Thukul, puluhan aparat ber- an, termasuk Lexy dan kamera genggamnya yang kemudian
tubi-tubi memukulnya. Tak cukup bogem mentah dan ten- dirusak.
dangan sepatu bot ke tubuhnya, pukulan rotan juga diempas- Di ruangan besar Kepolisian Resor Sukoharjo telah me-
kan ke jari-jari tangan. Puncaknya, kepala Thukul dibentur- nunggu puluhan aktivis yang tampak kesakitan. ”Di situ saya
kan di kap mobil aparat. melihat Thukul. Pandangannya menerawang. Mata kanan-
Lilik Hastuti, yang kala itu ada di tempat kejadian sebagai nya bengkak dan membiru,” kata Lexy, yang mengaku hanya
perwakilan Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokra- mengenal Thukul dari beberapa kali kumpul dengan kawan-
si, tak tahu persis bagaimana Thukul ditangkap lalu disiksa. kawan aktivis mahasiswa.
”Yang saya ingat, kami semua diangkut menuju Polres Suko-
harjo menaiki mobil pikap polisi,” ujarnya Senin pekan lalu. -- -
Selang beberapa saat setelah kejadian, pemandangan ho- DEMONSTRASI buruh Sritex kala itu menuntut kenaikan
ror mewarnai jalanan depan Pabrik Sritex. Lexy Rambadeta, upah pekerja—sebagian di antara mereka hanya dibayar Rp
mahasiswa filsafat Universitas Gadjah Mada dan jurnalis lepas 1.600 per hari, jauh di bawah gaji minimal provinsi Rp 2.600
DOK: ARI YURINO

yang kala itu telat datang untuk mendokumentasikan aksi bu- per hari. Banyak juga laporan kasus kepegawaian. ”Buruh

100 | | 1 APRIL 2012


-Wiji Thukul: Siapa Thukul?-

mengalami lembur berlebih, keguguran, dan sakit saluran sa Thukul pergi ke psikiater dan dokter mata terdekat.
pernapasan akibat serat tekstil,” ucap Raharjo Waluyo Jati ke- Rupanya dokter mata setempat itu pun angkat tangan dan
pada Tempo, Senin pekan lalu. Jati adalah anggota Jaker Yog- menyarankan Thukul dibawa ke Rumah Sakit Mata Dr Yap,
yakarta yang ikut dalam demonstrasi Sritex. Yogyakarta. Di rumah sakit itu, Thukul ditangani dr Iin—Si-
Kondisi tersebut bertolak belakang dengan perseroan yang pon tak ingat nama lengkap dokter yang dimaksud. Dari pem-
berhasil meraup rupiah dan dolar lewat pasar garmen da- bicaraan Thukul dan dokter itulah Sipon baru mengetahui ke-
lam dan luar negeri. Di dalam negeri, ketika itu Sritex mene- jadian sebenarnya bahwa mata suaminya dibenturkan ke jip
rima orderan seragam batik Korpri, Golkar, dan ABRI. Harian oleh polisi. ”Dokter bilang matanya harus dioperasi,” kata Si-
Kompas tertanggal 5 November 1994 mencatat produksi pab- pon. Retina Thukul berkerut seolah-olah akan mengelupas.
rik mencapai tujuh juta yard per bulan, senilai Rp 30 miliar, Celaka, biaya operasi Rp 1,5 juta, sangat mahal pada masa
dan 60 persen di antaranya untuk pasar dalam negeri. itu. Apalagi Thukul dan Sipon pergi ke Yogyakarta hanya ber-
Tapi aksi itu bukan semata perkara pabrik dan pekerja- bekal duit Rp 15 ribu di kantong. Seketika itu kawan-kawan
nya. Bagi PRD, demonstrasi Sritex merupakan gerakan poli- Thukul menggalang dana. Tak hanya di Solo dan Yogyakar-
tik kaum buruh melawan Orde Baru. Sritex menjadi ikon pe- ta, pada 21 April 1996, kabar Thukul yang terancam buta me-
nguasa karena disinyalir di bawah perlin- nyebar hingga Jakarta lewat surat elektro-
dungan Cendana—sebutan bagi keluar- nik di kalangan internal PRD, yang segera
ga Soeharto yang tinggal di Jalan Cenda- bergerak menampung dana untuk mem-
na, Jakarta. Apalagi pemilik Sritex, yak- bayar operasi.
ni Lee Djie Men atau kemudian berganti Dana pun terkumpul. Namun bela-
nama H.M. Lukminto, sahabat kecil Men- kangan dokter Iin, spesialis retina di RS
teri Penerangan dan Ketua Umum Partai Mata dr Yap yang mengoperasi mata Thu-
Golongan Karya, Harmoko, di Kertoso- kul, menolak dibayar. ”Dokter Iin seper-
no, Jawa Timur. tinya kasihan kepada Mas Thukul, yang
Itulah sebabnya tuntutan buruh saat itu berkeringat dingin menjelang operasi.
101
juga berupa pencabutan undang-undang Mungkin dikira takut enggak bisa bayar,”
politik yang membatasi organisasi masya- ucap Sipon. Operasi berhasil. Merasa ti-
rakat dan pencabutan dwifungsi ABRI. dak enak, Thukul mengajak Sipon keluar
”Konsep kami adalah memberikan pema- dari rumah sakit menuju Toko Buku Gra-
haman politik kepada buruh,” kata Jati. media di Jalan Solo, Yogyakarta. Dibeli-
Lilik membenarkan aksi di Sritex me- nya buku Dari Negeri Poci II, yang kemu-
rupakan salah satu rangkaian kampanye dian diserahkan kepada dokter Iin. ”Saya
PRD yang kala itu sedang menyiapkan tidak tahu penyerahannya, tapi Mas Thu-
diri sebagai partai nasional. Sepekan se- kul cerita buku itu diberikan kepada dok-
belumnya, PRD berada di balik aksi lom- ter Iin.”
pat pagar Kedutaan Besar Belanda dan Rusia di Jakarta seba-
Lexy Juru bicara RS Mata Dr Yap, Agus Puji-
gai bentuk protes pendudukan Timor Timur oleh Orde Baru. Rambadeta anto, mengatakan tak ada catatan pasien
”Ketika itu, kami sedang transisi, sehingga semua organisasi bernama Wiji Thukul ataupun Widji Wi-
masyarakat mengirimkan massanya,” ujar Lilik. dodo—nama asli Thukul. ”Biasanya rekam medis setelah se-
puluh tahun bisa dihapus,” katanya. Adapun dr Iin di rumah
-- - sakit itu ialah dr Angela Nurini Agni, yang juga Direktur Reti-
DYAH Sujirah alias Sipon, istri Thukul, penasaran melihat na Universitas Gadjah Mada. Sayangnya, dr Iin sedang bertu-
mata kanan suaminya yang memerah dengan pelipis yang gas di Amerika Serikat ketika artikel ini ditulis. Dia belum me-
biru. Ketika itu, setahu Sipon, suaminya baru saja ikut aksi respons pesan dan panggilan telepon dari Tempo.
mogok buruh Sritex. ”Ketika saya tanya, dia hanya bilang ja- Setelah seminggu di RS Mata Dr Yap, Thukul pulang dan ha-
tuh dan terbentur,” kata Sipon. Dia ingat malam itu langsung rus beberapa kali menjalani kontrol. Di tengah itu, dia bebera-
menghangatkan air untuk mengompres mata Thukul. pa kali keluar dari rumah. Sipon, yang sedang menyusui Fajar
Namun berbulan-bulan kemudian kondisi mata Thukul Merah, putra keduanya yang masih bayi, tak bisa melarang.
semakin parah. Bahkan, saking sakitnya, dia kerap menjadi Di tengah matanya yang belum pulih benar, Thukul pergi ke
emosional. Sipon mulai melihat gejala tak beres ketika suatu Jakarta mengikuti Deklarasi PRD di kantor Yayasan Lembaga
hari Thukul memukul Wani, anak tertua mereka yang kala itu Bantuan Hukum Indonesia, 22 Juli 1996. ”Saya tidak tahu per-
berusia sekitar enam tahun. ”Seumur-umur ia tidak pernah ginya, hanya dengar dari kawan-kawan dia di sana,” ujar Si-
memukul anaknya,” ujar Sipon. Seketika itu juga dia memak- pon. ●
DOK:PRIBADI

1 APRIL 2012 | | 101


102

102 | | 1 APRIL 2012


-Wiji Thukul: Siapa Thukul?-

daerah, terutama dari Teater Jagat,

THUKUL DAN SIPON memeriahkan resepsi pernikah-


an ini. Namun, sayang, tak ada satu
pun foto jepretan Halim H.D., ka-
wan dekat Thukul, yang bisa terce-
Anjing nyalak kamera dan sibuk memotret para
tak. ”Fotonya tidak ada yang jadi,”
kata Sipon. Keduanya tinggal di
Lampuku padam korban. Kesal, Sipon menghardik Desa Kalangan bersama Halim. Se-
Aku nelentang Thukul agar ikut menolong. tahun kemudian, Sipon melahirkan
Sipon sama sekali tak mengenal Fitri Nganthi Wani, disusul Fajar
sendirian siapa pria ”aneh” tersebut. Hingga Merah lima tahun kemudian.
beberapa hari kemudian, dia kem- Bagi Sipon, Thukul bukan tipe
Kepala di bantal bali melihat Thukul sedang berlatih pria romantis. Dia lebih banyak
teater bersama Lawu Warta Cempe mengajak Sipon berdebat tentang
Pikiran menerawang Wisesa, pendiri Sarang Teater Jagat, kehidupan rakyat miskin ketim-
Membayang pernikahan yang tak jauh dari kediaman Sipon bang ”sayang-sayangan”. Walau be-
(pacarku buruh harganya tak di Jagalan. Dalam latihan itu, Thu- gitu, suaminya tetap pria sederha-
kul memerankan seorang raja. Ber- na yang sangat perhatian terhadap
lebih dua ratus rupiah per jam) ulang kali Lawu memintanya meng- keluarga. Di sela-sela kegiatannya
ulang dialog, ”Akulah raja!” Dasar berkesenian, Thukul membantu Si-
Kukibaskan pikiran tadi dalam cadel, Thukul tak bisa mengucap
huruf ”R”. ”Akulah laja!” katanya.
pon, yang juga membuka usaha jasa
jahit pakaian.
gelap makin pekat Meski begitu, Lawu terus me- Arief Budiman, dalam pengan-
Aku ini penyair miskin maksa Thukul mengulang kalimat tar buku kumpulan puisi Mencari
tersebut sekeras dan sejelas mung- Tanah Lapang (1994), mengungkap-
Tapi kekasihku cinta kin. ”Saya sampai kasihan meli- kan kebiasaan Thukul membantu
Cinta menuntun kami ke masa hatnya,” ucap Sipon. Hatinya tere- Sipon menggunting pola pakaian.
depan…. nyuh. Sipon lalu menghampiri dan ”Kami cukup laris,” ujar Thukul se-
103
berkenalan dengan Thukul. perti ditirukan Arief. ”Mungkin ka-
Sejak saat itu, Sipon mengenal rena kami penjahit paling murah di
Thukul ternyata anak tukang be- kampung itu.”
cak dari Kampung Sorogenen, Solo, Sebagai suami dan bapak, ting-
yang bekerja sebagai tukang pelitur kah polah Thukul kadang-kadang

D
UDUK di meja ru- kayu di sebuah perusahaan mebel. ”kocak”. Dia sering memasak ma-
ang tamu, Wiji Thu- Selain itu, ia nyambi menjadi warta- kanan, tapi melarang keluarganya
kul membacakan pui- Sipon dan wan Masakini, media milik Muham- ikut menyantap hidangan. Suatu
si berjudul ”Catatan Wiji Thukul madiyah. Hubungan keduanya se- ketika, kata Sipon, Thukul baru saja
Malam” karangan- di Solo, makin akrab. Sipon terpikat pada menghabiskan nasi goreng buatan-
nya itu di hadapan tuan rumah, Siti 1989. pemikiran dan gaya bicara Thukul nya sendiri ketika si Wani, anak ter-
Dyah Sujirah. Malam itu, 24 Februa- yang pintar berdebat. tuanya, menghampiri. Tiba-tiba
ri 1988, Sipon—begitu Siti biasa di- Beberapa bulan berpacaran, Thukul berjingkat ketakutan me-
panggil—duduk terpekur, terdiam tiba-tiba Thukul menyampaikan lihat Wani. ”Tuyul!” kata Thukul
dengan hati berbunga-bunga. ”Ka- kabar buruk kepada Sipon tentang sambil berlari ke luar rumah. Sipon
lau kamu perempuan itu, mau atau rencana perjodohannya dengan se- kebingungan. Dia lantas mengejar
tidak jadi pacarku?” kata Thukul ke- orang gadis dari daerah Kebak Kra- Thukul yang bersembunyi di ru-
pada Sipon. Tak perlu waktu lama mat, Solo. Thukul pun mengajak Si- mah seorang tetangga.
bagi Sipon untuk menerima permo- pon menikah agar tak dijodohkan. Jawabannya baru diketahui bebe-
honan pria yang baru sebulan dike- Entah benar entah tidak perjodoh- rapa waktu kemudian. Thukul pu-
nalnya itu. an tersebut, yang jelas Thukul ber- nya kebiasaan yang tak pernah di-
Sebulan sebelumnya, mereka hasil mengajak Sipon menikah pada ketahui Sipon: mencampur masak-
bertemu dengan cara yang sangat Oktober 1988. Ayah Sipon, Atmoju- an dengan jamur tlethong atau jamur
tak biasa. Kala itu, Sipon sedang hari, yang semula menolak, akhir- yang tumbuh di atas kotoran sapi.
DOK:ROSSYLN VAN DER BOSCH

mengevakuasi tetangganya yang se- nya merestui pernikahan mereka. Warga menyebutnya mushroom,
dang kebanjiran di Kampung Jaga- Diarak belasan becak, keduanya yang selalu mengakibatkan halusi-
lan, Solo. Dia melihat sosok Thukul menikah di Kantor Urusan Agama nasi berlebihan bagi penyantapnya.
yang dianggapnya aneh karena bu- Jebres, sekitar 1 kilometer dari ru- ”Sejak saat itu saya larang,” ucap Si-
kannya ikut membantu evakuasi, mah Sipon. Pementasan kawan-ka- pon. Dasar kebiasaan, Thukul te-
malah petantang-petenteng dengan wan ngamen Thukul dari beberapa tap memasak mushroom di rumah

1 APRIL 2012 | | 103


orang tuanya. ”Saya tahu karena, se- yang sama, Thukul menceritakan
tiap pulang dari Sorogenen, omong- tentang seorang perempuan yang
an dia sudah ngelantur.” sedang hamil dan meminta Sipon
membuatkan pakaian bayi, dari po-
-- - pok sampai grito. Curiga, Sipon yang
HIDUP berkeluarga juga tak me- penasaran bertanya tentang perem-
ngendurkan semangat Thukul un- puan hamil tersebut. ”Kamu cembu-
tuk ngamen keliling sekaligus me- ru?” ujar Thukul sembari tertawa.
nyuarakan penderitaan rakyat le- Sipon menampik pertanyaan se-
wat puisi-puisinya. Di rumahnya, kaligus tudingan dari suaminya ter-
dia mendirikan Sanggar Suka Ban- sebut. Dia malah berujar kepada
jir. Nama sanggar ini diambil dari Thukul bahwa ia memahami jika se-
kondisi daerah rumah mereka yang orang pria lebih susah menahan has-
kala itu menjadi langganan ban- rat seksual ketika jauh dari pasang-
jir. Dalam kegiatannya itu, Thukul annya. ”Terus kamu menikah di
mulai dekat dengan kalangan akti- sana dan yang hamil itu istrimu, bu-
vis pergerakan dan mendirikan Ja- kan?” kata Sipon, masih penasaran.
ringan Kesenian Rakyat (Jaker). Se- ”Lha bagaimana lagi, untuk ’beli’ ti-
lanjutnya, pada 1994, Thukul bersa- dak punya uang,” ujar sang suami.
ma Jaker secara resmi masuk men- Hari itu juga Sipon pergi ke Pa-
jadi bagian dari Partai Rakyat De- sar Klewer membeli kain dan ma-
mokratik. lamnya menjahit popok serta gri-
Thukul pun semakin jarang pu- to bayi yang dipesan Thukul. Ke-
lang. Pernah suatu ketika dia pulang esokan harinya mereka bertemu.
dengan badan lusuh dan pakaian ku- Thukul pamit pergi lagi. Sipon ma-
mal yang tampak telah berhari-hari sih ingat sempat menanyakan jenis
tak terkena air. Sipon sama sekali tak kelamin si bayi kepada sang suami,
mengomel. Dengan sabar dia menyi- yang tampak berat untuk berang-
104
apkan air hangat untuk Thukul, yang kat. ”Dia tidak menjawab,” kata Si-
setelah mandi langsung tertidur pu- pon. Kini bertahun-tahun Thukul
las seperti telah berbulan-bulan tak hilang, Sipon kadang mengingat ke-
merebahkan diri. jadian itu dan berharap suaminya
Semuanya mulai berantakan benar-benar mempunyai seorang
pada Agustus 1996. Thukul kabur anak di Kalimantan. ”Dan tinggal
ketika beberapa anggota kepolisi- di sana, artinya dia masih hidup,”
an mendatangi rumahnya. Ketika ucap Sipon.
itu, aparat memburu anggota PRD Belakangan diketahui Thukul
karena partai ini dikatakan terlibat sempat tinggal di Pontianak bersa-
penyerangan markas Partai Demo- ma Martin Siregar, aktivis asal Me-
krasi Indonesia di Jalan Diponego- dan yang juga sempat dikejar peme-
ro, Jakarta Pusat, yang kini dikenal rintah Orde Baru. Ketika itu, Thu-
dengan peristiwa 27 Juli. kul akrab pula dengan Idawaty, istri
Dalam pelarian, Thukul harus Martin yang baru saja melahirkan.
mencuri kesempatan untuk berte- Dalam pelariannya, Thukul terus
mu dengan Sipon. Paling sering ke- menulis puisi. Salah satunya, sekali
duanya berjumpa di Pasar Klewer. lagi, berjudul ”Catatan”, yang berisi
Setiap bertemu, mereka membikin pesan buat istri dan anak-anaknya.
janji untuk pertemuan selanjutnya. Suatu ketika kegiatan Sipon kelu-
Karena tak bisa bertemu di rumah, ar-masuk hotel murah itu diketahui Kalau kelak anak-anak bertanya
keduanya terkadang melepas kang- seorang tetangga. Seketika itu pula
Menimang mengapa
en di Hotel Tunjungan Indah, Sra- kabar Sipon melacur pun merebak. Fitri dan aku jarang pulang
gen. ”Kami menginap di sana kare- Namun Sipon tidak mengacuhkan Nganthi Katakan
DOK: ROSSYLIN VAN DER BOSCH

na murah,” kata Sipon. Di sana Thu- fitnah terhadap dirinya. ”Mau bagai- Wani, anak Ayahmu tak ingin jadi pahlawan
kul bercerita soal beberapa daerah mana lagi?” pertamanya, tapi dipaksa menjadi penjahat
yang dikunjunginya dan beberapa Ketulusan cinta Sipon kembali di- di Solo, oleh penguasa
kali meminta duit kepada sang istri uji ketika Thukul menceritakan pe- 1989. yang sewenang-wenang....
untuk membiayai hidup selama pe- lariannya ke Kalimantan. Pada saat ●
larian.

104 | | 1 APRIL 2012


-Wiji Thukul: Siapa Thukul?-

Seperti terlihat dalam judulnya, kumpulan puisi itu berisi


KADO WANI curahan perasaan Wani sebagai anak dari orang hilang. Pe-
nantian atas kepulangan bapaknya yang hilang tidak tentu
BUAT BAPAK rimbanya menjadi tema utama dalam kumpulan puisi terse-
but. Salah satunya melalui puisi berjudul ”Pulanglah, Pak”.
Sedangkan anak kedua Thukul, Fajar Merah, kini juga men-

D
ALAM pelarian di Yogyakarta, di sebuah siang jadi seorang seniman. Pemuda berambut gondrong itu memi-
pada akhir Desember 1997, Wiji Thukul bertemu lih mengambil jalur musik. Pekerjaannya sebagai operator di
dengan istri dan anaknya. Mereka bukan ingin sebuah studio musik cukup mendukung bakatnya. Fajar bisa
merayakan hari Natal bersama. Rupanya Thukul, menggunakan studio itu untuk berkarya setelah pelanggan
yang dikejar-kejar aparat Orde Baru, masih ingat hari kelahir- terakhir pulang.
an anaknya. Pendidikan yang ditempuh Fajar memang mendukung ke-
Anak kedua Thukul, Fajar Merah, lahir pada 22 Desember inginannya menjadi seniman. Dia belajar di Sekolah Mene-
1993. Ulang tahun keempat Fajar dirayakan secara sederhana ngah Kejuruan 8 Surakarta, yang dulu bernama Sekolah Me-
di sebuah tempat. Mereka menyewa sebuah kamar sederhana nengah Karawitan Indonesia.
di salah satu hotel papan bawah selama beberapa malam. Dulu Wiji Thukul bersekolah di tempat tersebut. Berna-
Pada pertemuan terakhir itu, anak pertama Wiji Thukul, sib sama dengan bapaknya, Fajar berhenti di tengah jalan.
Fitri Nganthi Wani, masih berusia 8 tahun. Kini
Wani dan Fajar telah dewasa. Sudah lebih dari
15 tahun mereka tidak berjumpa dengan ba-
paknya.
Kini Sipon dan kedua anaknya masih me-
nanti kepastian kabar tentang Wiji Thukul. Di
sebuah rumah sederhana di kawasan Jagalan,
mereka tinggal bersama melakoni hidup di te-
ngah pujian dan cibiran dari masyarakat. Kini
kondisi kedua anak Thukul tentu sudah ber-
105
ubah.
Wani pada saat ini sudah menikah dengan se-
orang pria asal Donohudan, Boyolali. Dia dika-
runiai seorang putri cantik, yang baru saja la-
hir dua bulan lalu. Mengasuh cucu Wiji Thukul
itu menjadi kegiatan baru bagi Sipon di sela-
sela kegiatannya menjahit pakaian. ”Untuk
sementara kuliah Wani berhenti,” kata Sipon.
Wani tercatat sebagai mahasiswa di Universi-
tas Sanata Dharma, Yogyakarta. Dia mengam-
bil Jurusan Sastra Indonesia.
Kehidupan keluarga Sipon yang pas-pasan
membuat Wani terbiasa hidup mandiri sejak
remaja. Dia menekuni bisnis jual-beli kosme-
tik yang diperdagangkan secara online mela-
lui jejaring media sosial. Bisnis itu masih terus dilakoni hing- Putri Wiji Dia memilih menekuni kegiatannya
ga saat ini. Sebuah laptop tua dan perangkat modem mene- Thukul, Fitri bermusik bersama beberapa teman-
mani Wani dalam aktivitas jual-beli online-nya. Di saat seng- Nganthi Wani. nya dengan mengikuti berbagai par-
gang, Sipon terkadang menggunakannya untuk sekadar ber- ade dan festival musik di Kota Solo dan
main game Zuma demi mengusir kepenatan. sekitarnya. Dalam perjalanannya bermusik, Fajar berhasil
Wani juga menuruni bakat bapaknya dalam dunia sastra. menggubah sejumlah lagu. Sebagian sudah dia rekam. Keba-
Pada 2009, dia menerbitkan sebuah buku kumpulan puisi nyakan lagunya bertema percintaan.
berjudul Selepas Bapakku Hilang. Buku itu berisi 74 puisi yang Fajar memang tidak tertarik membuat lagu bertema politik
ditulisnya selama delapan tahun. Wani mulai menulis pui- seperti puisi bapaknya. Dia juga tidak tertarik membawakan
ANTARA/FANNY OCTAVIANUS/09

si yang diterbitkan dalam buku itu sejak 2000. Artinya, pada puisi bapaknya dalam sebuah lagu. ”Saya tidak suka disama-
saat itu dia masih berusia remaja, sekitar 15 tahun. Dia mulai kan dengan Bapak,” katanya. Pemuda berperawakan kurus
menulis puisi di usia yang lebih muda ketimbang bapaknya itu memilih menjadi seniman tanpa dibayangi nama bapak-
saat pertama kali menulis puisi. nya. ● AHMAD RAFIQ

1 APRIL 2012 | | 105


intens berkomunikasi.

TEMBANG ILANG Mulanya Lawu menyangka Thu-


kul berada di Bengkulu. Dasar-

DI TELAGA WINONG
nya, ketika Thukul masih aktif di
Jagat, Lawu pernah mengajak Thu-
kul pergi ke Desa Batu Layang, Kre-
kap, Bengkulu. Di sana, dulu, se-
Beberapa sahabatnya yakin Wiji Thukul belum mati. jumlah teman Lawu di Bengkel Tea-
ter membeli lahan untuk membu-
Hanya hilang dan suatu saat akan pulang. at kampung budaya. ”Mungkin ia
sembunyi di sana karena pernah ke
sana sebelumnya,” ujar Lawu. Se-
Wiji Thukul ilang keterak jaman lain itu, Thukul memiliki seorang
Dados manungso ngoleki opo? paman bernama Slamet yang ting-
(Wiji Thukul hilang ditelan za- gal di Desa Putih Doh, Lampung.
man Namun, setelah Lawu mencari in-
Manusia hidup sebenarnya men- formasi, dipastikan Thukul tidak ada
cari apa?) di sana. Lawu lantas mengumpul-
kan Hartono, Jantit, dan Lutio—te-

B
AIT pendek tembang man Thukul di Jagat—buat ikut men-
tentang hilangnya Wiji cari keberadaan Thukul. Ketika itu,
Thukul mengalun dari Hartono, yang dianggap menguasai
mulut Cempe Lawu ilmu kebatinan tinggi, mengatakan
Warta Wisesa di Tela- telah mencari Thukul menggunakan
ga Winong, Pracimantoro, Wono- ”penerawangan” ilmu spiritual yang
giri, 6 November 1998. Di salah satu Cempe Lawu ia kuasai. Hasilnya nihil. ”Memang
telaga kaki Gunung Kidul itu, Lawu Warta saat itu keadaannya nol, kosong. Ia
bersama tiga muridnya—Hartono, tidak ada di dunia roh, artinya Jikul
106 Wisesa
Jantit Sonokeling, dan Lutio—saling belum mati. Tapi ia juga tidak terde-
mencukur rambut gondrong mere- teksi di alam sini, seperti berada di
ka hingga plontos. Bahkan alis dan mor telepon yang bisa dihubungi. alam lain,” kata Hartono, 50 tahun,
bulu mata ikut dipangkas. ”Mungkin karena alasan keaman- ketika ditemui di rumahnya di Desa
Menggunakan kain putih, pendi- an,” ujar Lawu. Telukan, Grogol, Sukoharjo, pada
ri Teater Jagat dan guru Wiji Thukul Obrolan berlangsung beberapa Maret lalu.
itu membungkus potongan ram- menit. Awalnya tidak ada yang jang- Dari ”penerawangan” itu, Harto-
but dan menanamnya di tepi tela- gal hingga beberapa saat, sebelum no menyimpulkan pencarian terha-
ga. ”Simbol duka kami karena ti- mengakhiri pembicaraan, Thukul dap Thukul kemungkinan besar ti-
dak bisa menemukan Wiji Thukul,” berkata menitipkan anak-anaknya dak akan membuahkan hasil. Mes-
ujar Lawu, 66 tahun, ketika ditemui ke Lawu. ”Saya bilang, ‘Iya, karena ki begitu, ia tetap setuju ikut Lawu
Tempo pada Maret lalu. kamu sudah saya anggap anak sen- mencari Thukul. ”Karena bisa saja
Masih jelas di ingatan Lawu, sua- diri’,” kata Lawu mengenang. ‘penerawangan’ saya yang salah,”
tu sore pada pertengahan April Perasaan Lawu semakin resah ke- pria yang kini menjadi guru spiritu-
1998, sebuah panggilan masuk ke tika, selama lima bulan sejak pang- al para preman di Solo itu berkisah.
telepon rumahnya di Kampung Ja- gilan telepon itu, Thukul tidak lagi Dengan modal pas-pasan dan se-
galan Tengah, Solo. Di ujung tele- menghubungi. Biasanya, satu-dua jumlah perangkat musik, mereka
pon, suara seorang pria pelo berlo- bulan sekali, Thukul ajek menele- berempat meninggalkan Solo. Me-
gat Jawa kental menyapanya. ”Saya ponnya. Hubungan guru dan murid reka bergerak ke Jawa Timur, balik
yakin itu suara Jikul. Saya hafal sua- itu memang erat. Lawu adalah orang ke Jawa Tengah, Jawa Barat, hing-
ra, logat bicara, hingga lafalnya,” yang menemukan bakat dan meng- ga Jakarta. Mereka mendatangi ber-
katanya. Lawu biasa memanggil arahkan Thukul untuk menulis pui- bagai kota yang pernah disinggahi
Wiji Thukul dengan sebutan Jikul. si. Ia juga yang membaiatkan nama Thukul dan menyambangi sanggar-
Ketika itu, Thukul menanyakan Wiji Thukul. Sebenarnya penulis sanggar serta orang-orang yang per-
kabar Dyah Sujirah, Fitri Nganthi puisi ”Peringatan” itu bernama asli nah bersinggungan dengan Thukul
Wani, dan Fajar Merah—istri dan Wiji Widodo. Meski Lawu sempat selama berkesenian ataupun berpo-
TEMPO/AHMAD ROFIQ

anak-anak Thukul. Ia juga sempat berbeda paham dan tidak sepakat litik. ”Karena sangu terbatas, kami
berkata saat itu sedang berada di dengan langkah Thukul terjun ke po- terpaksa mencari Jikul sambil nga-
Bengkulu. Namun Thukul tidak me- litik praktis bergabung dengan Par- men di sepanjang perjalanan,” ucap
nyebutkan alamat detail, pun no- tai Rakyat Demokratik, mereka tetap Lawu.

106 | | 1 APRIL 2012


-Wiji Thukul: Siapa Thukul?-

Sejumlah tokoh gerakan yang ka-


barnya menyembunyikan Thukul
mereka datangi. Di Salatiga, mereka
menemui Arief Budiman. Arief sa-
lah satu orang yang mengajak Thu-
kul aktif berpolitik, sehingga mere-
ka menyangka semestinya ia tahu
keberadaan Thukul. Namun Arief
mengaku tidak tahu. ”Katanya ia
memang pernah didatangi Jikul,
tapi lantas menyuruhnya pergi ka-
rena rumah Arief ketika itu juga se-
dang diawasi intel,” ujar Lawu.
Di Jakarta, mereka mendapat ka-
bar Thukul disembunyikan jaring-
an gereja melalui Ignatius Sandya-
wan Sumardi. Lawu lantas menda-
tangi Sandyawan. Berpakaian jas
dan celana jins serta menenteng tas
kulit kotak, Sandyawan menemui lan, Jebres, Solo. gereja Protestan),” kata salah satu
Lawu di Kafe Semanggi pada akhir Thukul terakhir menghubungi Si- adik Thukul yang kini menjadi ro-
Telaga
Oktober 1998. pon pada pertengahan Mei 1998 ke- haniwan di Gereja Generasi Pilihan,
Dihubungi Tempo pekan lalu,
Winong di tika kerusuhan meledak di Jakarta Solo, ini. Nasri dan Wiji Thukul me-
Sandyawan membenarkan ka- Kabupaten dan berbagai kota lain. Seorang ang- mang berbeda keyakinan. Saat ke-
bar pertemuannya dengan Lawu Wonogiri, gota PRD di Solo datang dan menga- cil, keduanya adalah pemeluk Kato-
dan sejumlah anggota Teater Jagat. Yogyakarta. takan bahwa Thukul ingin berbicara. lik dan menjadi jemaat setia Gereja
”Saat itu, saya katakan kepada me- Pemuda itu memberikan nomor te- Nasarin tidak jauh dari rumah me-
reka bahwa saya memang mem- lepon untuk dihubungi Sipon. ”Saya reka. Setelah dewasa, Nasri memi-
107
bantu menyembunyikan beberapa lupa nama anak PRD itu, begitu juga lih menjadi pemeluk Protestan.
orang, tapi Thukul bukan saya yang nomor teleponnya,” ujarnya. Menurut Nasri, Thukul lebih ba-
menyembunyikan. Dan saya tidak Dalam pembicaraan telepon itu, nyak menggunakan jaringan aktivis
tahu ia di mana,” ucapnya. Thukul mengaku sedang di Jakarta. pergerakan dan aktivis gereja Kato-
Lebih dari sebulan mencari tanpa Ia khawatir terhadap kondisi Sipon lik semasa dalam pelarian. ”Keba-
hasil, Lawu pun menyerah. Mere- dan keluarga karena tahu Solo ikut nyakan jaringan Thukul dari pe-
ka pulang dan mengubur rambut di bergolak serta terjadi kerusuhan be- muka Katolik,” ujarnya. Dari bebe-
Telaga Winong. Meski begitu, hing- sar. ”Ia juga bilang kondisinya saat rapa kabar yang dia dapatkan, Thu-
ga kini Lawu dan Hartono yakin itu baik dan menyatakan tidak ikut- kul sering mendapat perlindungan
Thukul belum mati. ”Saya punya ikut kerusuhan, jadi saya tidak usah dari sejumlah romo. Ia juga pernah
kemampuan mencari barang hilang mengkhawatirkannya,” kata Sipon. mendapat kabar Thukul pernah
bahkan bangkai yang sudah dima- Sejak saat itu, Thukul tidak per- bersembunyi di Katedral Jakarta se-
kan ikan sekalipun. Jika jasad Thu- nah lagi muncul. Menurut Sipon, lama beberapa bulan. Namun Nas-
kul tidak bisa saya temukan, berarti ada kemungkinan Thukul masih di- ri tidak memiliki akses informasi ke
ia belum mati,” kata Hartono sambil sembunyikan baik oleh teman-te- sana untuk membuktikannya.
meramalkan bahwa, 30 tahun sete- mannya maupun oleh jaringan ge- Pernyataan Nasri senada dengan
lah menghilang, Thukul akan mun- reja. ”Nasri, adik Thukul yang jadi informasi Thomas Daliman, yang
cul kembali. pendeta, mungkin tahu,” ujarnya. sempat menampung Thukul selama
Keyakinan yang sama muncul ”Istri Nasri pernah bilang bahwa di Pontianak. Thomas mengatakan
dari Sipon—panggilan akrab Dyah Thukul ada di gereja.” pelarian Thukul di Kalimantan di-
Sujirah, istri Wiji Thukul. Hingga Ditemui di rumahnya di Soroge- fasilitasi Keuskupan Agung. Thukul
kini, nama Wiji Widodo masih di- nen, Nasri mengaku tidak tahu pas- berada di Kalimantan sejak Agustus
cantumkan sebagai kepala keluar- ti jejak pelarian Thukul. Meski me- 1996 hingga Maret 1997. Di sana ia
ga di kartu keluarga Sipon. Dia tidak rupakan saudara paling dekat dan memakai nama samaran Paulus.
bersedia menyandang status janda sering ikut ngamen puisi bersama Kini Nasri tidak ingin berspekulasi
apalagi menyatakan suaminya te- Thukul, ia tidak pernah bertemu perihal keberadaan Thukul. Namun
lah meninggal. ”Suami saya hilang. lagi dengan Thukul sejak sang ka- ia masih berharap kakak sulungnya
Kalau dibilang mati, di mana jasad- kak menjadi pelarian pada 1996. itu belum mati dan segera pulang.
nya?” kata Sipon pada Maret lalu ”Dan ia tidak pernah meminta per- ”Jika masih hidup dan sehat jiwanya,
saat ditemui di rumahnya di Jaga- lindungan ke gereja saya (jaringan ia pasti akan pulang,” katanya. ●

1 APRIL 2012 | | 107


-Edisi Khusus-

SETELAH
PARA
JENDERAL
MARAH-
MARAH
ILUSTRASI: KENDRA PARAMITA

GARA-GARA melawan penguasa Orde


Baru, Wiji Thukul dikejar-kejar. Namanya
disebut-sebut di televisi oleh seorang
jenderal sebagai dalang kerusuhan 27
Juli 1996 di Jakarta. Selama dua tahun,
bekas kuli pelitur mebel, aktivis buruh,
dan seniman itu menjelajahi hampir
separuh Indonesia untuk bersembunyi.
Ketika Orde Baru runtuh, ia tidak
keluar dari persembunyiannya. Hingga
kini. Banyak laporan masuk tentang
keberadaan anak tukang becak
Sorogenen itu. Tapi belum satu pun
terbukti. Berikut ini rute pelarian Thukul
dan laporan tentang keberadaannya
setelah ia dilaporkan menghilang.

Dalam Pelarian
● Ia mudah dikenali dari bicaranya yang
pelo. Selama pelarian, ia menghindari
pembicaraan dengan sembarang orang.
● Mata kanan cedera pada 1995 saat
demo buruh PT Sritex, setelah aparat
membenturkan wajahnya ke mobil.
● Ia sering memakai topi supaya tidak
mudah dikenali.
● Untuk menyamarkan badannya yang
kerempeng, ia memakai jaket ketika ke
luar rumah.
● Selalu membawa tas putih dari kantong
terigu. Isinya buku, pakaian, dan
kacamata baca.
● Jika menuju suatu tempat, ia akan
berputar-putar dulu dan berganti-
ganti angkutan. Ia turun dari angkutan
beberapa ratus meter dari tujuan.
● Ruangan/rumah yang ia datangi/
tempati mesti memiliki akses keluar
alternatif untuk melarikan diri.
● Saat tinggal sendirian di rumah
persembunyian, ia akan mematikan
listrik dan air, berdiam diri di kamar,
sehingga mengesankan tak ada orang
di rumah itu.

Nama asli:
Widji Widodo
Nama samaran:
● Paulus (Kalimantan/penjual
bakso)
● Aloysius Sumedi (Kalimantan/
rohaniwan)
● Martinus Martin (Kalimantan,
Jakarta/rohaniwan)
Tempat dan tanggal lahir:
Sorogenen, Solo, 26 Agustus
1963
Status:
Menikah (dua anak, satu istri)
Pendidikan terakhir:
1982: Sekolah Menengah
Karawitan Indonesia Solo, Jurusan
Tari
(sampai kelas II)
Riwayat pekerjaan:
● Pekerjaan pertamanya termasuk
menjadi loper koran, calo tiket,
dan tukang pelitur furnitur
● Seniman
● Kepala Divisi Propaganda Partai
Rakyat Demokratik
“Hanya ada
Penghargaan: satu kata:
● 1991: Wertheim Encourage
Award dari Wertheim Stichting,
Belanda, bersama W.S. Rendra Lawan!“
● 2002: Yap Thiam Hien Award dari
Yayasan Pusat Studi Hak Asasi —DARI PUISI “PERINGATAN”
Manusia, Indonesia
1 27 JULI 1996
Massa pendukung ketua umum
versi kongres Partai Demokrasi JEJAK
Indonesia di Medan, Soerjadi,
dibantu kepolisian dan TNI
mengambil alih secara paksa
kantor pusat PDI di Jalan
PERSEMBUNYIAN
Diponegoro 58, Jakarta Pusat. BENGKULU (Oktober 1998)
Kerusuhan meledak. Pemerintah 7 AGUSTUS 1997 Thukul pernah mengaku berada di Bengkulu.
menuding Partai Rakyat Ketika berkunjung ke rumah Ketika dilacak ke kampung budaya milik aktivis
Demokratik sebagai dalangnya, adiknya, Thukul mengaku sedang Bengkel Teater di Desa Batu Layang, Kerkap, ia
sehingga para aktivis PRD diburu, di Tangerang bersama Linda ternyata tak ada. Ia juga tak pernah singgah ke
termasuk Wiji Thukul di Solo. Christanty untuk mengorganisasi rumah pamannya, Slamet, di Desa Putih Doh,
buruh dan tukang becak. Di Lampung.
2 AWAL AGUSTUS 1996 11
Karawaci, ia tinggal di rumah
Thukul memutuskan lari dari kontrakan bersama Lukman dan
Solo. Awal pelarian itu ditulis Andi Gembul.
Thukul dalam puisi “Para Jendral 8 NOVEMBER 1997
Marah-marah”. Mula-mula ia ke 6 MARET 1997 Thukul meminta izin kepada
Wonogiri, lalu ke Yogyakarta (kantor Thukul kembali ke Jakarta dan aktif Linda, yang berada di Sekretariat
harian Bernas), Magelang, dan lagi di PRD. Ia menjabat Ketua Divisi Mahasiswa Universitas Indonesia
Salatiga. Pelarian di atas truk itu Propaganda PRD dan menjadi editor di Margonda Raya, Gang Salak,
ia tulis menjadi puisi “Aku Diburu Suluh Pembebasan, suplemen untuk pulang ke Solo, menengok
Pemerintahku Sendiri”. Di Salatiga, kebudayaan PRD. Ia sempat Fajar Merah, anaknya, yang akan
ia bertemu dengan aktivis hak tinggal di kontrakan aktivis PRD di merayakan ulang tahun ketiga.
asasi manusia, Arief Budiman, yang Pekayon, Bekasi, dan Rumah Susun
menyarankannya menemui Yosep 9 DESEMBER 1997
Kemayoran. Saat di Pekayon, ia
Stanley Adi Prasetyo, yang juga sempat mengajak Sipon dan anak- Thukul bertemu dengan Sipon dan
aktivis HAM, di Jakarta. Pertemuan anaknya datang. anak-anaknya di Yogyakarta dan
dengan Arief direkam Thukul dalam tinggal satu pekan di Parangtritis.
puisi “Buat L.Ch & A.B”. 5 JANUARI 1997
10 JANUARI 1998
Pulang ke Solo. Kepada Sipon,
3 PERTENGAHAN AGUSTUS 1996 Thukul pindah ke Cikokol. Sebelum
istrinya, ia minta dibuatkan
Thukul mendatangi adiknya, pakaian bayi sebelum kembali Idul Fitri, yang jatuh akhir Januari,
110 Wahyu Susilo, di kantor ke Kalimantan. Sipon menduga ia menelepon adiknya dan
Solidaritas Perempuan, Jalan Thukul sudah menikah lagi dan mengatakan hendak pulang ke Solo
Dewi Sartika, Jakarta Timur. Ia lalu istrinya hendak melahirkan. Namun, untuk berlebaran.
disembunyikan di Bojong Gede, menurut Martin, pakaian bayi itu
Bogor, kemudian di Kelapa Gading, 11 APRIL 1998
sebagai hadiah untuk istri Martin
Jakarta Timur, dan Bumi Serpong yang sedang hamil. Thukul menelepon Cempe Lawu
Damai, Tangerang, selama satu- Warta, gurunya di Teater Jagat,
dua pekan. Saat itu, ia menulis 4 AKHIR AGUSTUS 1996 menanyakan kabar Sipon dan
puisi “Kado untuk Pengantin Ia dilarikan ke Pontianak, anak-anaknya. Ia berkata sedang
Baru” buat Alex, salah satu tuan menginap di rumah Martin Siregar. di Bengkulu, Sumatera, dan
rumahnya, yang baru menikah. Menggunakan nama samaran menitipkan anak-anaknya kepada
Thukul kemudian sempat dibawa Aloysius Sumedi, ia sempat menulis Lawu.
tim evakuasi ke Bandung. cerpen berjudul “Kegelapan”.

Siapa Masih Hilang


FOTO-FOTO: KONTRAS

Yani Afri Sonny Deddy Noval Ismail Suyat


Pendukung PDI Pendukung PDI Hamdun Alkatiri Sopir Deddy Hamdun Aktivis PRD
Megawati Megawati Aktivis PPP Aktivis PPP Jakarta, Mei 1997 Solo, Februari 1998
Jakarta, April 1997 Jakarta, April 1997 pendukung Mega- Jakarta, Mei 1997
Bintang
110 | | 1 APRIL 2012 Jakarta, Mei 1997
-Edisi Khusus-
4

PULAU RAMBUT, KEPULAUAN SERIBU (Mei 1998)


Seusai kerusuhan Mei, masyarakat melaporkan sejumlah penemuan
mayat di Pulau Rambut. Namun mayat Thukul tak ditemukan.

PULAU KELAPA,
KEPULAUAN SERIBU (1999)
Kontras mendapat laporan
penemuan mayat di Pulau
Kelapa dari masyarakat. Ketika
tempat itu didatangi, mayat
Thukul tak ditemukan.

DEPOK (2006)
Ada yang mengaku melihat Thukul
di Pasar Agung, Depok. Setelah
dicek oleh Ikatan Keluarga Orang
13 Hilang Indonesia dan Kontras,
12 ternyata itu orang gila.
1 6
7
10 3
8

“Satu
BANTEN (2001) 5
2
Kontras mendapat laporan ada
orang mirip Thukul di Banten, dekat 111
9
pabrik Krakatau Steel. Setelah

mimpi,
ditelusuri, orang itu bukan dia.
12 13

MEI 1998 MARET 2000


satu
barisan!“
Kerusuhan meledak di Jakarta. Thukul Sipon melaporkan kehilangan Thukul
menelepon Sipon, khawatir terhadap ke Komisi untuk Orang Hilang dan
keadaan istri dan anak-anaknya karena Korban Tindak Kekerasan (Kontras).
Solo ikut rusuh. Ia juga mengatakan
kondisinya baik-baik saja dan saat itu
sedang di Jakarta. Tidak ada kabar dari —DARI PUISI “SATU MIMPI SATU BARISAN”
Thukul setelah itu.

Herman Petrus Bima Ucok Yadin Hendra Abdun


Hendrawan Anugerah Munandar Muhidin Hambali Nasser
Aktivis PRD Aktivis PRD Siahaan Alumnus Sekolah Siswa SMA Kontraktor
Jakarta, Maret 1998 Jakarta, Maret 1998 Mahasiswa Perbanas Pelayaran Jakarta, Mei 1998 Jakarta, Mei 1998
Jakarta, Mei 1998 Jakarta, Mei 1998
1 APRIL 2012 | | 111
Catatan Pinggir

Thukul

W
IJI Thukul adalah sebuah catatan kaki.
Dalam kitab besar sejarah Indonesia,
politik ataupun sastra, ia bukan sebuah
judul atau tokoh di tengah halaman. Ia
ada di bawah lembar pagina, mungkin
malah di akhir bab, dengan huruf kecil-kecil.
Tapi, seperti tiap catatan kaki, ia mengingatkan kita bah-
wa ada satu informasi yang penting. Atau ia mengimbuh-
kan sebuah nota yang layak diperhatikan—dan menunjuk-
kan bahwa sejilid teks yang "lengkap" sekalipun selalu me-
ninggalkan satu-dua perkara yang masih merundungnya.
Pada saat yang sama, ia juga bagian yang mendapatkan
makna karena buku besar itu. Wiji Thukul terpaut dengan
sejarah perubahan politik Indonesia menjelang akhir abad
ke-20, ketika demokratisasi bergerak lagi melintasi penin-
dasan, kekerasan, bahkan pembunuhan. Dalam arti terten-
tu, ia ikut mendapatkan kemenangan. Tapi ia pemenang
yang tak membawa pialanya ke rumah. Ketika rezim yang
dilawannya runtuh, ia hilang. Mungkin ia diculik dan dibu-
nuh, seperti beberapa aktivis prodemokrasi lain, tanpa me-
ninggalkan jejak.
Saya sedih tiap kali mengingat itu. Kami gagal bertemu
senja itu di Kedai Tempo di Jalan Utan Kayu 68-H, Jakarta
Timur. Thukul, yang berminggu-minggu berhasil disembu-
nyikan di sebuah loteng untuk menghindari penangkapan
militer, seakan-akan melanjutkan status kaburnya. Ia men-
dadak jauh dari jangkauan teman-teman sendiri, ketika
kami semua menduga bahwa para pembunuh, setelah Soe-
harto jatuh, sudah tak punya daya lagi dan mereka yang di
bawah tanah bisa bebas ke luar.
Tak adakah happy end bagi orang kerempeng ini? Diakah
kelanjutan si bocah cilik yang selamanya kalah dalam "Me-
gatruh Solidaritas"?

akulah bocah cilik kurus itu satu ruang dan waktu sosial-politik Indonesia. Ada anak
yang tak pernah menang bila berkelahi yang menjual gelang emaknya untuk bisa bermain dadu
lalu mengais-ngais tempat sampah untuk beroleh beberapa
Tapi bila potret diri dalam sajak ini muram, tak berarti ia butir kacang. Ada seorang pemuda yang mati ditembak dan
kelam. "Megatruh" jauh dari sikap mengasihani diri. Di da- ditelantarkan di selokan (entah kenapa).
lamnya ada kesakitan yang lebih menggores ketimbang ke- Agaknya satu ciri sastra Indonesia pasca-kemerdekaan
kalahan "aku" si anak sial itu: adalah kemiskinan, represi, dan kekerasan politik yang tak
cuma sekali muncul dalam puisi. Pada 1961 terbit sajak Agam
...kudengar kabar Wispi, "Matinya Seorang Petani". Karya penyair Lekra yang
seorang kawan kita mati terkapar terkenal ini bercerita tentang petani yang ditembak mati ke-
mati ditembak mayatnya dibuang tika memprotes ketidakadilan di Tanjung Morawa:
ILUSTRASI: EDI RM

kepalanya koyak
darahnya mengental dalam selokan dia jatuh
rubuh
Dalam beberapa bait saja, sajak ini berhasil memotret satu peluru dalam kepala

112 | | 19 MEI 2013


Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba
Sore itu.

Ini dari kami bertiga


Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi

Tak perlu ditegaskan lagi: sajak Thukul, Wispi, dan Taufiq


adalah tiga rekaman tentang yang traumatik, tapi berulang,
dalam sejarah Indonesia modern. Andai kita tak kenal data
biografis masing-masing penyair (yang berada dalam posisi
politik yang berbeda, bahkan mungkin bertentangan), kita
akan menemukan variasi atas satu thema: kekuatan yang
bersenjata membunuh orang yang tak bersenjata, dan ke-
kuasaan dicoba ditegaskan.
Tapi saya rasa Thukul berbeda: ia adalah kepolosannya.
Sementara tiga anak kecil dalam sajak Taufiq adalah satu de-
vice buat menegaskan kontras yang tajam antara kepolosan
dan efektifnya kekuasaan, dalam sajak Thukul si anak dan
si polos itu tak cuma datang dari luar. Kekuasaan yang laten
dan brutal menyengat langsung tubuhnya.
Mungkin sebab itu sajaknya (tak hanya yang saya kutip
ini) terasa longgar, seperti suara anak yang seenaknya da-
lam ekspresi. Sajak Taufiq menjaga bentuknya dalam imaji-
imaji yang minimalis, lugas, deskriptif. Sajak Wispi menata
langkahnya ke klimaks dengan ketegangan di tiap baris, ke-
tika dengan pathos yang diam sang pencerita menyatukan
diri dengan si korban.
Sajak Thukul lain: ekspresinya yang longgar terasa keti-
ka dibiarkannya dirinya memakai kata Jawa seperti nang
ingatannya melayang ("buyung") dan simbok ("emak"), tak peduli akan pahamkah
didakap siksa pembacanya di Fakfak. Ia terbebas dari beban keinginan
tapi siksa cuma dapat bangkainya menampakkan kepiawaian puitik. Mungkin karena ia begi-
tu berkelindan dengan kemelaratan, ia cuekkan keindahan.
Sajak itu dilarang beredar oleh penguasa militer di awal Tapi bisakah keindahan dicuekkan di "rumah-rumah mi-
"Demokrasi Terpimpin". Ironis atau tidak, peristiwa yang ring"? Käthe Kollwitz, perupa sosialis Jerman (1867-1945), hi-
mirip terjadi di akhir masa itu, 1966. dup dengan kaum buruh yang melata di Berlin. Aneh atau
Seorang mahasiswa di Jakarta mati terkena peluru ten- tak aneh, baginya kaum buruh semata-mata "indah". Das
tara ketika ia ikut berdemonstrasi menentang kenaikan Proletariat war für mich eben Schön.
harga-harga yang menekan hidup orang sekelas penjual Tapi "yang indah" memang bisa meluas: semacam tarik-
rambutan di tepi jalan. Taufiq Ismail (yang menerbitkan an cinta yang misterius, yang membuat sajak-sajak Thukul
sajaknya dengan nama samaran; ia termasuk sastrawan tak melihat dengan jijik benda-benda penanda kekumuh-
pendukung "Manifes Kebudayaan" yang diberangus) me- an di sekitarnya. Itu sebabnya ia, seperti Kollwitz, tak hanya
nulis suasana protes dan berkabung di kampus Salemba menggoreskan teriak, tapi puisi: suara lirih yang akrab dan
saat itu: tajam di catatan kaki. Goenawan Mohamad

19 MEI 2013 | | 113


Bahasa!

STA DAN BAHASA INDONESIA


Bandung Mawardi*

S
UTAN Takdir Alisjahbana mewariskan novel-no- hasa Indonesia. STA menulis: ”Njatalah, bahwa pemerintah
vel untuk selebrasi literasi dan peradaban di Indo- hendak meroesakkan persatoean jang telah dianjam dan di-
nesia. Penerbitan novel Tak Putus Dirundung Ma- semen dengan bahasa Indonesia. Pemerintah mengingatkan
lang (1929), Dian yang Tak Kunjung Padam (1932), kepada tiap-tiap golongan bangsa, bahwa mereka ada mem-
Layar Terkembang (1936), Anak Perawan di Sarang Penyamun poenjai bahasa sendiri dan haroes memakai bahasanja itoe
(1940), Grotta Azzura (1970), serta Kalah dan Menang (1978) sadja.”
mengesahkan Takdir sebagai pengarang berhaluan Barat. Situasi pada 1930-an itu memang ideologis. Gerakan nasio-
Sutan Takdir Alisjahbana (1908-1994) tak cuma menjadi tu- nalisme menginginkan bahasa Indonesia menjadi basis persa-
kang cerita. Novel-novel itu pembuktian seruan untuk meng- tuan, menggerakkan ide dan imajinasi pembentukan Indone-
anut modernitas dan undangan berindonesia. Sutan Takdir sia. Kebijakan pemerintah kolonial justru mau mengembali-
Alisjahbana—dikenal dengan sebutan STA—bercerita dan me- kan kaum pribumi ke pengerasan perbedaan etnis, mencipta
nebar ide agar pembaca bergerak ke dunia baru, mendefinisi- lakon perseteruan bahasa. Misi pemerintah kolonial dilawan
kan diri di zaman modern. oleh para guru, pengarang, jurnalis, dan kaum politik. Mere-
Pembaca telah akrab dengan novel STA, memberi pengaku- ka terus mengajarkan bahasa Indonesia di sekolah, menulis
an sebagai pengarang ampuh. Kita justru jarang menobatkan dengan bahasa Indonesia, berpidato politik dengan bahasa
STA sebagai ”pendakwah” bahasa Indonesia, pengge- Indonesia.
rak peradaban modern berpijak ke bahasa Indone- STA terus berperan sebagai ”pendakwah” ba-
sia. Misi mewartakan bahasa Indonesia dijalan- Keith hasa Indonesia melalui serangkaian tulisannya.
kan STA dengan mengelola majalah Poedjang- Foulcher (1991) Esai berjudul Bahasa Indonesia di Poedjangga
ga Baroe (1933) dan Pembinaan Bahasa Indo- menganggap Baroe edisi Agustus 1933 berisi pengharapan
nesia (1947-1952). STA juga rajin menulis esai dan ramalan atas nasib bahasa Indonesia.
mengenai bahasa Indonesia, tersebar ke agenda Poedjangga STA menulis: ”… saja jakin sejakin-jakinnja
pelbagai koran dan majalah. Warisan buku Baroe mengesankan akan tibanja masa jang moelia dan gilang-
terpenting dari STA adalah Tatabahasa Baru ”nasionalisme kebudayaan”, gemilang bagi bahasa dan teristimewa bagi
Bahasa Indonesia (1936), Sedjarah Bahasa kesoesasteraan bahasa Indonesia. Sesoeng-
Indonesia (1956), serta Dari Perjuangan dan disajikan dengan idiom- goehnja kedoeanja itoe satoe, tiada dapat di-
Pertumbuhan Bahasa Indonesia (1957). idiom baru meski ceraikan lagi. Apa jang bergerak dan beriak,
Melalui Poedjangga Baroe, STA mengabar- beraroma Barat. apa jang berombak dan bergelombang dida-
kan gairah membentuk Indonesia berjiwa mo- lam kalboe rakjat Indonesia akan terdjelma da-
dern. Majalah Poedjangga Baroe memiliki klaim: lam kesoesasteraan bahasa Indonesia. Dan apa
”madjalah kesoesasteraan dan bahasa serta kebuda- jang terdjelma dalam kesoesasteraan bahasa Indo-
jaan oemoem”. Klaim ini berlanjut ke peran Poedjangga nesia pastilah gerak dan riak, ombak dan gelombang di-
Baroe sebagai ”pembawa semangat baroe” dan ”pembimbing dalam kalboe rakjat Indonesia.”
semangat baroe”. Penggunaan slogan itu menghendaki ada te- Tulisan STA tentang bahasa Indonesia jarang teringat, dibi-
baran gagasan demi menjadikan bahasa Indonesia sebagai ba- arkan menua dalam buku-buku lawas. Kita enggan merawat
hasa modern, bahasa persatuan, bahasa peradaban, dan baha- tulisan bersejarah, menaruh sejarah dan pertumbuhan baha-
sa ”kemadjoean”. Keith Foulcher (1991) menganggap agenda sa Indonesia di bilik-bilik suram. Gairah STA sebagai ”pendak-
Poedjangga Baroe mengesankan ”nasionalisme kebudayaan”, wah” bahasa Indonesia sejak masa 1930-an terlupakan, tak
disajikan dengan idiom-idiom baru meski beraroma Barat. tercatat di buku sejarah Indonesia. Bahasa Indonesia sulit jadi
Ambisi menguatkan bahasa Indonesia untuk persatuan di- tema di penulisan sejarah Indonesia. Ketokohan STA tak ter-
sajikan secara impresif oleh STA dalam esai berjudul Bahasa ingat, hilang dari ejawantah kebijakan-kebijakan pemerintah
Indonesia, Bahasa Persatoean (1932). STA menggunakan nama mengenai bahasa Indonesia di abad ke-21.
samaran Semangat Moeda. Pengakuan bahasa Indonesia se- Nasib bahasa Indonesia di masa sekarang selalu gamang,
bagai bahasa persatuan, sejak 1928, membuat pemerintah ko- mengalami keminderan saat zaman bergerak cepat. Kita
lonial geram dan dendam. Pemerintah menerapkan kebijak- tak memiliki tokoh untuk mengurusi bahasa Indonesia. Kita
an ideologis di sekolah, bertujuan meminggirkan bahasa In- cuma memiliki kaum birokrat, mengurusi bahasa Indonesia
donesia, menghancurkan ikatan semangat persatuan. Pem- berdalih ”pekerjaan” dan ”jabatan”. Mereka sulit mewarisi
belajaran bahasa Indonesia dihapuskan dalam pelajaran di ambisi STA. Bahasa Indonesia pun semakin merana, bergerak
HIS. Kebijakan ini berlaku di Jawa, berlanjut ke Minangka- lamban dan pucat. Bahasa Indonesia cuma tema sepele sebe-
bau. Pemerintah kolonial menginginkan agenda pendidikan lum kita memejamkan mata di atas ranjang.
menggunakan bahasa daerah, ”melarang” penggunaan ba- ●*) PENGELOLA JAGAT ABJAD SOLO

114 | | 19 MEI 2013

Anda mungkin juga menyukai