Anda di halaman 1dari 3

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium
Setiap penderita dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan lengkap darah,
sangatlah penting karena pemeriksaan ini berfungsi untuk mengikuti perkembangan dan
diagnosa penyakit
a) Pemeriksaan Darah :
1) Pemeriksaan Hemoglobin
Kasus DHF terjadi peningkatan kadar hemoglobin dikarenakan terjadi
kebocoran /perembesan pembuluh darah sehingga cairan plasmanya akan keluar
dan menyebabkan terjadinya hemokonsentrasi.Kenaikan kadar hemoglobin >14
gr/100 ml.
b) Pemeriksaan Hematokrit
Peningkatan nilai hematokrit menggambarkan terjadinya hemokonsentrasi, yang
merupakan indikator terjadinya perembesan plasma. Nilai peningkatan ini lebih dari
20%.
c) Pemeriksaan Trombosit
Pemeriksaan jumlah trombosit ini dilakukan pertama kali pada saat pasien
didiagnosa sebagai pasien DHF, Pemeriksaan trombosit perlu di lakukan pengulangan
sampai terbukti bahwa jumlah trombosit tersebut normal atau menurun. Penurunan jumlah
trombosit < 100.000 /µl atau kurang dari 1-2 trombosit/ lapang pandang dengan rata-rata
pemeriksaan 10 lapang pandang pada pemeriksaan hapusan darah tepi.
d) Pemeriksaan Lekosit
- Hitung leukosit ( WBC count )
Hitung leukosit bervariasi selama perjalanan penyakit, antara leukopenia hingga
leukositosis ringan. Leukopenia biasanya muncul pada fase akut mulai hari ke-3
sakit dan kembali normal pada fase penyembuhan.
e) Analisis Gas Darah
Pada syok yang berkepanjangan dapat terjadi asidosis metabolik. Untuk mengetahui
hal itu perlu diperiksa analisis gas darah agar dapat dikoreksi sesuai dengan keadaan.
2. Pemeriksaan Torniquet

Uji tourniquet atau rumpel leede merupakan teknik pemeriksaan fisik yang dapat
mengidentifikasi dan stratifikasi penyakit demam berdarah. Uji tourniquet dilakukan dengan
menggelembungkan manset tekanan darah dengan tekanan yang berada di tengah antara tekanan
darah sistolik dan diastolik pada lengan atas pasien. Setelah ditunggu selama lima menit, jumlah
petechiae yang muncul dihitung pada area 1 inchi persegi dari sisi dalam lengan bawah; Dimana
jumlah >20 petechiae di satu area itu maka hasil tes dianggap positif

Penatalaksanaan Medis

1. Cairan Oral

Pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi. Rasa haus dan keadaan dehidrasi dapat
timbul sebagai akibat demam tinggi, anoreksia dan muntah. Jenis minuman yang dianjurkan adalah
jus buah, air, teh manis, sirop, susu, serta larutan oralit. Pasien perlu diberikan minum 50ml/kg BB
dalam 4-6 jam pertama. Setelah keadaan dehidrasi dapat diatasi anak diberikan cairan rumatan 80-
100 ml/kgBB dalam 24 jam berikutnya.

2. Cairan Intravena

Dasar pathogenesis DBD adalah perembesan plasma, yang teradi pada fase penurunan suhu,
maka dasar pengobatannya adalah penggantian volume plasma yang hilang. Cairan intravena
diperlukan apabila:

a) anak terus muntah, tidak mau minum, demam tinggi sehingga tidak mungkin diberikan
minum per oral, ditakutkan terjadinya dehidrasi sehingga mempercepat terjadinya
syok.
b) nilai hematocrit cenderung meningkat pada pemeriksaan berkala
 Jenis Cairan (rekomendasi who)
Kristaloid : Larutan ringer laktat (RL), larutan ringet asetat (RA), larutan garam faali (GF),
dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat (D5/RL), dekstrosa 5% dalam larutan ringer asetat
(D5/RA), dekstrosa 5% dalam ½ larutan ringer garam faali(D5/1/2LGF),
Koloid : Dekstran 40, Plasma, Albumin
3. Antipiretik

Antipiretik adalah golongan obat-obatan untuk demam. Obat antipiretik bekerja dengan cara
menurunkan standar suhu tersebut ke nilai normal.

Terdapat banyak jenis obat antipiretik, antara lain:

a) Obat-obatan antiradang nonsteroid, seperti ibuprofen, ketoprofen , nimesulide


b) Aspirin
c) Paracetamol
d) Metimazol

Antikonvulsan

Antikonvulsan adalah obat yang digunakan untuk mengembalikan kestabilan rangsangan sel
saraf sehingga dapat mencegah atau mengatasi kejang. Antikonvulsan seperti diazepam,
fenobarbital atau largaktil diberikan apabila terdapat indikasi kejang.

Anda mungkin juga menyukai