Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENCEGAHAN DEKUBITUS DI RUANG SERUNI A

Disusun Oleh :
Mahasiswa Semester IV DIV Keperawatan Gawat Darurat Surabaya
Bekerjasama dengan
PKRS Ruang Seruni A RSUD Dr. Soetomo Surabaya
NAMA ANGGOTA KELOMPOK 1 SEMESTER IV
DIV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT SURABAYA:
1. YUWANA WULANDARI (P27820717001)
2. EKA SULISTANA (P27820717002)
3. DINDA TRI AGUSTIN (P27820717003)
4. NADIYAH HASANAH (P27820717004)
5. DIKKY SYAHRUL W (P27820717007)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
PRODI DIV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT KAMPUS SOETOMO
SURABAYA
TAHUN AJARAN 2018
LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
” PENCEGAHAN DEKUBITUS DI RUANG SERUNI A”

Tingkat/ semester : II / IV
Nama : Kelompok 1
Fakultas / Jurusan : DIV Keperawatan Gawat Darurat Kampus Soetomo Surabaya
Judul : Satuan Acara Penyuluhan Pencegahan Dekubitus di Ruang Seruni
A

Surabaya, Mei 2019


Mengetahui / Menyetujui

Kepala Pembimbing
Ruang Seruni A RSUD DR Soetomo Ruang Seruni A RSUD DR Soetomo

Retno Anggraini S.Kep, Ns M. Khoirul Anam S. Kep, Ns


NIP. 19690711 198903 2 005 NIP.19750323 199603 1 001

Pembimbing institusi

Endang Soelistyowati S.Pd, SST, M.Kes


NIP. 19650711 199103 2 001
SATUAN ACARA PENYULUHAN
“ PENCEGAHAN DEKUBITUS DI RUANG SERUNI A”

Topik : “Pencegahan Dekubitus di Ruang Seruni A”


Hari / Tanggal : Kamis, 23 Mei 2019
Waktu : 1 x 35 menit
Tempat : Ruang PKRS R. Seruni A RSUD Dr.Soetomo Surabaya
Sasaran : Keluarga pasien Ruang Seruni A 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya
1. Latar Belakang
Ruang Seruni A Rumah Sakit Dr. Soetomo merupakan ruangan instalasi stroke unit.
RS.Dr. Soetomo menyiapkan tempat tersendiri bagi penderita stroke. Faktor risiko
seseorang terkena dekubitus salah satunya adalah penyakit stroke. Menurut Muttaqin
(2008), stroke merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan kecacatan terutama
kelumpuhan anggota gerak sebagai akibat gangguan fungsi otak. Dekubitus merupakan
masalah serius yang harus dicegah karena dapat mengakibatkan peningkatan biaya
perawatan, lama perawatan di rumah sakit, serta memperlambat program rehabilitasi bagi
penderita, menyebabkan nyeri berkepanjangan, rasa tak nyaman hingga mengarah ke
komplikasi berat seperti sepsis.

2. Tujuan
a. Tujuan umum
Setelah melaksanakan kegiatan penyuluhan diharapkan keluarga mengerti dan
mampu melakukan pencegahan dekubitus pada pasien di ruang Seruni A.
b. Tujuan khusus
a) Peserta mampu menjelaskan pengertian dekubitus
b) Peserta mampu menyebutkan penyebab dekubitus
c) Peserta mampu menyebutkan faktor risiko dekubitus
d) Peserta mampu menyebutkan tanda dan gejala dekubitus
e) Peserta mampu menyebutkan klasifikasi dekubitus
f) Peserta mampu menjelaskan cara perawatan dekubitus
g) Peserta mampu menjelaskan cara pencegahan dekubitus
3. Materi
Pokok bahasan : penggunaan masker di Ruang Isolasi
Sub pokok bahasan :
a. Pengertian dekubitus
b. Penyebab dekubitus
c. Faktor risiko dekubitus
d. Tanda dan gejala dekubitus
e. Klasifikasi dekubitus
f. Cara perawatan dekubitus
g. Cara pencegahan dekubitus
4. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
5. Media
a. Leaflet
6. Kegiatan penyuluhan

Tahap Waktu Kegiatan peyuluhan Kegiatan peserta

Pendahuluan 23 Mei 2019 Mempersiapkan alat, peserta Peserta menyiapkan diri


09.00-09.05 dan penyaji ditempat penyuluhan

Pelaksanaan 23 Mei 2019 Pembukaan acara oleh Mendengarkan pembukaan


09.05-09.10 moderator yang disampaikan oleh
moderator

23 Mei 2019 Penyampaian materi oleh Mendengarkan dan


09.10-09.20 penyaji : memberi umpan balik
1. Pengertian dekubitus terhadap materi yang
2. Penyebab dekubitus disampaikan
3. Faktor risiko dekubitus
4. Tanda gejala dekubitus
5. Klasifikasi dekubitus
6.Cara perawatan dekubitus
7. Cara pencegahan dekubitus

23 Mei 2019 Sesi tanya jawab dan evaluasi 1. Mengajukan pertanyaan


09.20-09.30 hasil yang dipandu oleh mengenai materi yang
moderator belum dipahami
2. Menjawab pertanyaan
yang telah diajukan.

Penutup 23 Mei 2019 Penutup oleh moderator.


09.30-09.35

7. Evaluasi
Evaluasi struktural
a. Semua peserta hadir dalam kegiatan
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa DIV Keperawatan Gawat Darurat
Kampus Soetomo Surabaya bekerja sama dengan penanggung jawab Ruang Seruni A
RSUD Dr Soetomo Surabaya
c. Pengorganisasian dilakukan 2 hari sebelum pelaksanaan penyuluhan.
d. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan sebelum penyuluhan selesai
Evaluasi proses
a. Peserta antusias terhadap materi yang disampaikan oleh penyaji.
b. Peserta tidak meninggalkan tempat selama penyuluhan berlangsung
c. Peserta terliat aktif dalam kegiatan penyuluhan
b. Moderator, penyuluh, fasilitator dan peserta mampu menjalankan fungsinya dan perannya
dengan baik.
Evaluasi hasil
a. Peserta mampu memahami materi yang telah disampaikan
b. Ada umpan balik positif peserta seperti dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
penyaji.
8. Struktur Penyuluhan
a. Moderator : Eka Sulistiana
b. Penyaji : Yuwana Wulandari
: Nadiyah Hasanah
c. Fasilitator : Dinda Tri Agustin
d. Observer & Dokumentasi : M. Dikky Syahrul W

Uraian Tugas

1. Moderator : Memimpin jalannya penyuluhan, memperkenal diri, menjelaskan tujuan


dari penyuluhan penggunaan masker di ruang Isolasi, Menjelaskan Topik penyuluhan,
waktu dan tempat terlaksana penyuluhan, menjelaskan sasaran pada penyuluhan tersebut
dan menyimpulkan hasil penyuluhan.

2. Penyaji : Menyampaikan materi tentang Pencegahan Dekubitus di Ruang Seruni A


dan prioritas menjawab pertanyaan

3. Fasilitator : Memberikan fasilitas dalam menunjang penyuluhan.


4. Observer : Memantau dan mengawasi jalannya penyuluhan.
5. Dokumentasi : Mendokumentasikan jalannya acara penyuluhan dari awal hingga akhir.

9. Sumber
 Ari, PN.2008.Perawatan Dekubitus. http://www.slideshare .net/aripurwahyudi/perawatan
dekubitus-3617137,
 Putu Budiartha.2010.Ulkus Dekubitus. http;//nursing begin.com/ulkus-dekubitus/, diakses
tanggal 4 oktober 2014
 Kadir, Subhan. 2008. Dekubitus.
http://subhankadir.files.wordpress.com/2008/01/dekubitus.doc, diakses tanggal 4 oktober
2014

MATERI PENYULUHAN

PENCEGAHAN DEKUBITUS (LUKA TEKAN) DI RUANG SERUNI A


DEKUBITUS
1. DEFINISI
Ulkus dekubitus atau Bedsores adalah kerusakan/kematian kulit yang terjadi akibat
gangguan aliran darah setempat dan iritasi pada kulit yang menutupi tulang yang menonjol,
dimana kulit tersebut mendapat tekanan dari tempat tidur, kursi roda, gips, pembidaian atau
benda keras lainnya dalam jangka waktu yang lama. Bagian tubuh yang sering mengalami ulkus
dekubitus adalah bagian dimana terdapat penonjolan tulang, yaitu bagian siku, tumit, pinggul,
pergelangan kaki, bahu, punggung dan kepala bagian belakang (Budiartha, Putu, 2010).

2. ETIOLOGI
Penyebab utama dekubitus adalah tekanan terus menerus pada kulit dan jaringan yang
terjadi pada orang dengan tirah baring lama, tidak sadar, penginderaan sensasi nyeri yang
berkurang, imobilisai dalam waktu yang lama, kekurangan nutrisi pada jaringan bawah kulit
serta kurangnya monitoring dan perawatan pada bagian kulit yang tertekan (Ari, PN, 2008)

Menurut Kadir, Subhan (2008) etiologi dekubitus, antara lain:


a. Faktor Intrinsik
1. Selama penuaan, regenerasi sel pada kulit menjadi lebih lambat sehingga kulit
akan menjadi tipis. Kandungan kolagen pada kulit yang berubah menyebabkan elastisitas
kulit berkurang sehingga rentan mengalami deformasi dan kerusakan.
2. Kemampuan system kardiovaskuler yang menurun dan system arteriovenosus
yang kurang kompeten menyebabkan penurunan perfusi kulit secara progresif.
3. Sejumlah penyakit yang menimbulkan seperti DM yang menunjukkan
insufisiensi kardiovaskular perifer dan penurunan fungsi kardiovaskuler seperti pada
pasien pernapasan menyebabkan tingkat oksigenasi darah pada kulit menurun.
4. Status gizi, underweight atau kebalikannya overweight
5. Anemia
6. Hipoalbuminemia yang mempermudah terjadinya dekubitus dan memperjelek
penyembuhan dekubitus, sebaliknya bila ada dekubitus akan menyebabkan kadar
albumin darah menurun.
7. Penyakit-penyakit neurologic, penyakit-penyakit yang merusak pembuluh darah,
juga mempermudah dan memperparah dekubitus
8. Keadaan hidrasi atau cairan tubuh perlu dinilai dengan cermat.

b. Faktor Ekstrinsik
a. Kebersihan tempat tidur
b. Alat-alat tenun yang kusut dan kotor, atau peralatan medic yang menyebabkan
penderita terfiksasi pada suatu sikap tertentu juga memudahkan terjadinya dekubitus.
c. Posisi yang tidak tepat
d. perubahan posisi yang jarang dilakukan

3. FAKTOR RESIKO
Menurut Budiartha (2010) resiko tinggi terjadinya ulkus dekubitus ditemukan pada :

1. Orang-orang yang tidak dapat bergerak misalnya lumpuh, sangat lemah


2. Orang-orang yang tidak mampu merasakan nyeri, karena nyeri merupakan suatu tanda
yang normal mendorong seseorang untuk bergerak. Kerusakan saraf misalnya akibat cedera,
stroke, diabetis dan koma bisa menyebabkan berkurangnya kemampuan merasakan nyeri.
3. Orang-orang yang mengalami kekureangan gizi (malnutrisi) tidak memiliki lapisan lemak
sebagai pelindung dan kulitnya tidak mengalami pemulihan sempurna karena kekurangan zat-
zat gizi yang penting.
4. Gesekan dan kerusakan lainya pada lapisan kulit paling luar bisa menyebabkan
terbentguknya ulkus. baju yang terlalu besar atau terlalu kecil, kerutan pada seprai yang
bergesekan dengan kulit bisa menyebabkan cedera pada kulit. Pemaparan oleh kelembaban
dalam jangka panjang (karena berkeringat, air kemih atau tinja) bisa merusak permukaan
kulit.

4. MANIFESTASI KLINIS
Karakteristik penampilan klinis dari dekubitus menurut Ari, PN (2008) dapat dibagi sebagai
berikut:
1. Derajat 1 : Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis, tampat sebagai daerah kemerahan
atau lecet. ini terjadi di superficial setelah minimal dua jam penekanan pada daerah tertentu.
2. Derajat 2 : Reaksi yang lebih dalam sampai mencapai seluruh dermis hingga lapisan lemak sub
kutan, tanpak sebagai ulkus yang dangkal dengan tepi yang jelas dan perubahan pigmen kulit.
3. Derajat 3 : Ulkus menjadi lebih dalam, meliputi jaringan lemak sub kutan dan berbatasan dengan
fascia dari otot-otot. Sudah mulai didapat infeksi dengan jaringan nekrotik yang berbau. Luka
meluas sampai semua lapisan kulit hilang, menembus jaringan dibawahnya dan mulai merusak
jaringan.
4. Derajat 4 : perluasan Ulkus menembus otot hingga tampat tulang di dasar ulkus yang dapat
mengakibatkan infeksi pada tulang atau sendi.

5. KLASIFIKASI
Berdasarkan waktu yang diperlukan untuk penyembuhan dari suatu ulkus dan perbedaan
temperature dari ulkus dengan kulit sekitarnya, dekubitus di bagi menjadi 3 (Budiartha, Putu
2010):
1. Tipe Normal
Mempunyai beda temperature lebih kurang 2,5°C dabandingkan dengan kulit sekitarnya dan
akan sembuh dalam perawatan 6 minggu. Ulkus ini terjadi karena Iskemia jaringan tempat akibat
tekanan, tetapi aliran darah dan pembuluh-pembuluh darah sebenarnya baik.
2. Tipe Arterioskelerosis
Mempunyai beda temperature kurang dari 1 °C antara aerahy ulkus dan kulit sekitarnya.
Keadaan ini menunjukkan gangguan aliran darah akibat penyakit pada pembuluh darah ikut
berperan untuk terjadinya dekubitus di samping faktor tekanan. Dengan perawatan, Ulkus ini
sembuh dalam 16 minngu.
3. Tipe Terminal
Terjadi pada klien yang akan meninggal dunia dan tidak akan sembuh.

6. PERAWATAN
Pengelolaan dikubitus diawali dengan kewaspadaan untuk mencegah terjadinya dekubitus
dengan mengenal klien resiko tinggi terjadinya dekubitus , misalnya pada klien yang imobiliasi
dan konfusio. Usaha untuk menentukan resiko terjadinya dekubitus ini antara lain dengan
memakai scor Norton. Skor dibawah 14 menunjukkan adanya resiko tinggi terjadinya dekubitus.
Dengan evaluasi skor ini dapat dilihat perkembangan klien. Tindakan berikutnya adalah menjaga
kebersihan diri klien khususx kulit dengan mandi setiap hari, dikeringkan dengan baik lalu
digosok dengan lotion terutam dibagian kulit yang ada pada tonjolan-tontolan tulang. Sebaiknya
diberikan masase untuk melancarkan sirkulasi darah, semua ekskreta harus dibersihkan dengan
hati-hati agar tidak menyebabkan lecet pada kulit klien (Budiartha, 2010)

SKOR NORTON UNTUK MENGUKUR RISIKO DEKUBITUS.


Risiko dekubitus jika skor total ≤ 1

Sedangakan menurut Ari, PN (2008) perawatan dekubitus dapat dilakukan berdasarkan


derajat dekubitus yaitu:
1. Derajat 1: Pengawasan terpenting adalah memberikan perhatian agar tidak meningkat menjadi
lebih lanjut dengan memberikan perubahan posisi minimal 2 jam sekali agar tidak menjadi lebih
parah. Kulit yang kemerahan dibersihkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi lotion,
kemudian dimasase 2-3 kali/hari. Tetap memberikan asupan gizi yang baik sehingga terbentuk
jaringan penyokong yang baik dan memberikan pergerakan pasif pada pasien pasien yang
mengalami paralise.
2. Derajat 2 : Perawatan luka harus memperhatikan syarat-syarat aseptic dan antiseptic. Daerah
yang bersangkutan de gesek dengan es dan dihembus dengan udara hangat bergantian untuk
merangsang sirkulasi kemudian memberikan salep topical, mungkin juga untuk merangsang
tumbuhnya jaringan muda/granulasi. Penggantian balut dan salep jangan terlalu sering karena
dapat merusak pertumbuhan jaringan yang diharapkan.
3. Derajat 3 : Tujuan perawatan derajat ini adalah tetap mengurangi tekanan dan menghindari
perluasan yang tidak kompleks. Pengobatan topical di daerah ulkus diberikan dan didukung
dengan perawatan luka. Pengobatan menggunakan antibiotic untuk infeksi yang timbul. Usahan
luka tetap bersih dan eksudat dapat mengalir keluar. Balut jangan terlalu tebal dan sebaliknya
transparan sehingga permeabel untuk masuknya udara/oksigen dan penguapan. Kelembaban luka
dijaga tetap basah, karena akan mempermudah regenerasi sel-sel kulit. Jika luka kotor dapat
dicuci dengan larutan NaCl fisiologis.
4. Derajat 4 : Pengobatan infeksi sekunder menjadi penting agar tidak mengarah ke sepsis. Sangat
perlu dilakukan operasi plastic dengan tujuan untuk mengurangi perluasan dan perbaikan
jaringan yang rusak. Semua langkah-langkah perawatan derajat I hingga III tetap dikerjakan dan
jaringan nekrotik yang ada harus dibersihkan sebab akan menghalangi pertumbuhan
jaringan/epitelisasi. Beberapa preparat enzim dapat diberikan dengan tujuan mengurangi
pendarahan dibandingkan tindakan bedah yang juga merupakan alternative lain. Setelah jaringan
nekrotik dibuang dan luka bersih, penyembuhan luka secara alami dapat diharapkan. Beberapa
usaha mempercepat adalah antara lain dengan memberikan oksigenasi pada daerah luka.
7. PENCEGAHAN
Tindakan pencegahan dekubitus yang dapat dilakukan antara lain:
1. Meningkatkan status kesehatan klien
Memperbaiki dan menjaga keadaan umum klien, misalnya anemia diatasi,
hipoalbuminemia dikoreksi, nutrisi dan hidarasi yang cukup, vitamin (vitamin C) dan mineral
(Zn) ditambahkan. Mengobati/mengatasi penyakit-penyakit yang ada pada klien, misalnya DM.
2. Mengurangi/memeratakan faktor tekanan yang mengganggu aliran arah dengan cara:
a. Alih posisi/alih baring/tidur selang-seling paling lama tiap 2 jam sekali.keburukan pada
cara ini adalah ketergantungan pada perawat yang kadang-kadang sudah sangat kurang, dan
mengganggu istirahat klien bahwa menyakitkan.
b. Kasur khusus untuk lebih membagi rata tekanan yang terjadi pada tubuh
klien.Misalnya kasur dengan gelembung udara , kasur air yang temperature airnya
dapat diatur.
c. Regangan kulit dan lipatan kulit yang menyebabkan sirkulasi darah setempat
terganggu dapat dikurangi antara lain: menjaga posisi klien,apa ditidurkan rata pada
tempat tidurnya atau sudah memungkinkan untuk duduk dikursi.bantuan balok
penyangga kedua kaki, bantal-bantal kecil untuk menahan tubuh klien.

Anda mungkin juga menyukai