Anda di halaman 1dari 55

MAKALAH KEWIRAUSAHAAN

PENJUALAN DALAM KEWIRAUSAHAAN

Penyusun

Yuwana Wulandari P27820717001


Eka Sulistiana P27820717002
Dinda Triagusti P27820717003
Nadiyah Hasanah P27820717004
Moh. Dikky Syahrul W. P27820717007
Ainul Yatim P27820717020
Nindyta Salsabila .A P27820717029
Rahmita Alfinda P27820717033
Yogy Yuwana P27820717038
Sevita Fasha Q . Q P27820717039

POLTEKKES KEMENKES SURABAYA

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyusun “Penjualan dalam Kewirausahaan” dengan baik dan
tepat waktu. Tim penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ketua Program Studi DIV
Keperawatan, dosen pembimbing, teman-teman dan masyarakat yang telah membantu
dalam menyusun serta mengembangkan makalah ini.
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan
tambahan wawasan mengenai Kewirausahaan dalam membahas Penjualan dalam
Kewirausahaan yang ditujukan untuk mahasiswa tingkat akhir khususnya mahasiswa
perawat yang akan mendekati masa dimana mereka harus terjun langsung dan
berhadapan dengan banyak pihak dalam dunia sosial dan kerja.
Dalam proses penyusunan makalah ini, tim penyusun mengalami beberapa
kendala. Namun, berkat arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penyusun menyadari makalah ini masih belum sempurna, baik dari konten
maupun sistematika penulisannya, maka dari itu penyusun berterima kasih apabila ada
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat segera kami realisasikan dalam bentuk
kegiatan ceramah.

Surabaya, Agustus 2020

Tim Penyusun
Bab 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kewirausahaan adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan dan membawa
visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang
lebih baik dalam menjalanakan sesuatu. Orang yang melakukan kewirausahaan
disebut wirausahawan. Didalam kewirausahaan tentu terdapat unsur-unsur yang tidak
terlepas didalamnya yakni adanya penjualan dan pembelian. Dalam makalah ini, kami
akan membahas mengenai penjualan dalam kewirausahaan.
Penjualan adalah kegiatan yang terpadu untuk mengembangkan rencana-rencana
strategis yang diarahkan kepada usaha pemuasan kebutuhan serta keinginan
pembeli/konsumen, guna untuk mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba atau
keuntungan. Definisi lain penjualan adalah suatu kegiatan oleh 2 pihak atau lebih
dengan menggunakan alat pembayaran yang sah.
Tujuan penjualan adalah mendatangkan keuntungan atau laba dari produk-produk
atau jasa yang dihasilkan produsennya dengan mengharapkan keuntungan yang
sebesar-besarnya.
Syarat penjualan adalah harus terdapat pihak sebagai penjual dan juga pihak
sebagai pembeli, harus ada barang, jasa atau sebagainya yang akan dijualkan dan
harus ada juga alat tukar yang sah.
1.2 Rumusan masalah
1. Apasaja yang termasuk dalam Penjualan dalam Kewirausahaan?
2. Apa dan bagaimana definisi dari menjalankan dari Seni Menjual?
3. Apasaja yang termasuk dalam Pelayanan Pelanggan yang sempurna?
4. Apa dan bagaimana bentuk dari Proyeksi Neraca?
5. Bagaimana membuat Laporan Laba Rugi?
6. Apa dan bagaimana bentuk Proyeksi Cash Flow?
7. Bagaimana membuat Analisis BEP (Perencanaan Laba)?
1.3 Tujuan
1. Agar mengetahui hal-hal yang termasuk dalam Penjualan dalam Kewirausahaan.
2. Guna mengetahui definisi dan bagaiman menjalankan dari Seni Menjual.
3. Agar mengetahui hal-hal yang disebut Pelayanan Pelanggan yang sempurna.
4. Agar mengtahui bagaimana bentuk dari Proyeksi Neraca.
5. Agar mengetahui bagaimana membuat Laporan Laba Rugi?
6. Agar mengetahui bagaimana bentuk Proyeksi Cash Flow?
7. Agar mengetahui bagaimana membuat Analisis BEP (Perencanaan Laba)?
1.4 Manfaat
- Untuk Penulis
Manfaat yang dapat diperoleh mahasiswa sebagai penulis makalah ini
adalah menambah ilmu pengetahuan mengenai kewirausahaan dimana termasuk
didalamnya yakni cara penjualan yang sistematis dan terencana. Dengan begitu
mahasiswa dapat sekaligus belajar menerapkan bagaimana teori dan aplikasi dari
penjualan dalam kewirausahaan.
- Untuk Institusi
Manfaat yang diperoleh Institusi adalah adanya banyak informasi baru
terkait kewirausahaan dan mengembangkan wawasannya didunia
enterpreneurship. Dengan sama-sama mengupgrade diri, maka institusi adalah
wajah depan dalam berkompitisi dan berkiprah.
- Untuk Masyarakat
Bagi masyarakat luas, makalah ini dapat dijadikan bahan literatur
meskipun masih banyak kekurangan dan belum sempurna. Dengan begitu
masyarakat dapat banyak menyerap informasi baru mengenai penjualan dalam
kewirausahaan.
Bab 2

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Penjualan dalam Kewirausahaan


Penjualan adalah kegiatan yang terpadu untuk mengembangkan rencana-
rencana strategis yang diarahkan kepada usaha pemuasan kebutuhan serta
keinginan pembeli/konsumen, guna untuk mendapatkan penjualan yang
menghasilkan laba atau keuntungan. Definisi lain penjualan adalah suatu kegiatan
oleh 2 pihak atau lebih dengan menggunakan alat pembayaran yang sah.
Tujuan penjualan adalah mendatangkan keuntungan atau laba dari produk-
produk atau jasa yang dihasilkan produsennya dengan mengharapkan keuntungan
yang sebesar-besarnya.
Syarat penjualan adalah harus terdapat pihak sebagai penjual dan juga
pihak sebagai pembeli, harus ada barang, jasa atau sebagainya yang akan
dijualkan dan harus ada juga alat tukar yang sah. Jenis – jenis penjualan :
a. Trade Selling, adalah suatu jenis penjualan yang dilakukan oleh wiraniaga
kepada grosir-grosir, dengan tujuan untuk dijual kembali (reseller).
b. Techical Selling, adalah usaha meningkatkan penjualan dengan pemberian
saran & nasehat kepada pembeli/konsumen akhir dari barang/jasanya.
Dalam hal ini wirausahawan memiliki tugas untuk mengidentifikasi dan
menganalisis permasalahan yang dihadapi oleh para pembeli lalu
kemudian menunjukkan bagaimana produk/jasa yang ditawarkan dapat
mengatasi masalah si pembeli/konsumen.
c. Missionary Selling, dalam hal ini wirausahwan berusaha meningkatkan
penjualan dengan mendorong konsumen untuk membeli produk/jasa dari
penyalur perusahaan, dimana perusahaan penyalur itu sendirilah yang
mendistribusikan produk/jasanya sendiri (dropship).
d. New Bussiness selling, adalah usaha membuka transaksi – transaksi baru
dengan cara mengubah calon konsumen menjadi konsumen.
2.2 Seni Menjual
Seni menjual adalah suatu seni yang digunakan untuk mempengaruhi
orang lain supaya tertarik dan bersedia untuk membeli barang dan jasa yang
ditawarkan sehingga konsumen akan merasa mendaptkan keuntungan jika
membeli barang atau jasa tersebut.
Salesman are born not mode, artinya seseorang penjual yang berhasil
karena ia telah dikaruniai suatu bakat istimewa sejak lahir untuk menjadi penjual
yang berhasil. John Wanemaker, salah satu bapak marketing mempunyai Servise
Principle menyaktakan bahwa : “Berikanlah service yang terbaik, dan kualitas
yang bermutu, maka dengan sendirinya pasar akan tumbuh di depan rumah
anda”.
Bagi setiap wirausahawan selalu mempunyai strategi penjualannya masing
masing yang kita sebut sebagai the art of markerting atau seni menjual. Salah
satunya adalah dengan menggunakan 5 konsep penjualan berikut ini, metode
AIDAS :
1. Attention (Perhatian), untuk mengikat perhatian konsumen tentunya
penjual yang menawarkan produk/jasanya harus memperhatikan
attitude/sikapnya dalam melayani konsumen serta menjaga kualitas
produk/jasanya. Tampilan profil perusahaan yang terbuka,
menyenangkan serta produk yang sesuai akan sangat membantu untuk
menarik perhatian konsumen.
2. Interest (Minat), apabila sudah mendapatkan perhatian dari konsumen
maka besar kemungkinan konsumen akan berminat dengan
produk/jasa yang ditawarkan. Untuk mendapatkan minat konsumen
tetap perhatikan suasana agar menyenangkan, dengarkan kebutuhan
konsumen dan memahami kemampuan konsumen.
3. Desire (Keinginan), wirausahawan harus dapat meyakinkan calon
konsumen dengan menjelaskan keuntungan yang akan didapatkan
calon konsumen apabila membeli produk yang ditawarkan serta
kerugiannya jika tidak membeli produk yang ditawarkan. Berikut
adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi keinginan membeli dari
calon konsumen adalah faktor pendapatan, pendidikan, status sosial,
jenis kelamin dan lain-lain.
4. Action (Tindakan), pada tahap ini wirausahawan harus dapat
mewujudkan kebutuhan dan harapan konsumen dan memberikan
keyakinan bahwa barang, jasa dan ide yang dibeli merupakan langkah
yang tepat yang dapat memberikan keuntungan bagi konsumen.
5. Satisfaction (Kepuasan), pada tahp ini wirausahawan harus
memastikan bahwa kualitas barang, jasa atau ide yang disepakati
untuk dibeli oleh pembeli sesuai dengan harapan pembeli serta sesuai
dengan promosi. Dengan menjaga kualitas barang, jasa dan ide yang
dijual secara tidak langsung akan selalu mempertahankan kepuasan
pelanggan pula.
2.3 Pelayanan Pelanggan yang sempurna
1. Pengertian Pelayanan yang Sempurna
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pelayanan adalah kemudahan yang
diberikan sehubungan dengan proses jual beli barang dan jasa. Pelayanan
merupakan setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak
kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan
kepemilikan apapun. Menurut Kotler, Pelayanan (service) adalah setiap tindakan
atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak lain, yang pada dasarnya
bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan sesuatu.
Pelanggan adalah pihak yang memaksimumkan nilai, para pemasar harus
menentukan jumlah nilai bagi pelanggan dan jumlah biaya yang ditawarkan setiap
pesaing untuk mengetahui bagaimana posisi penawaran mereka sendiri.
Sebuah pelayanan dikatakan sempurna apabila dampak yang terjadi pada
konsumen adalah loyalitas yang sangat tinggi. 
Melayani harus dengan hati, dan haruslah selalu bisa mengendalikan emosi.
Cara perusahaan menanggapi keluhan konsumen ini akan sangat menentukan citra
sebuah perusahaan apakah konsumen ini akan terus menjadi pelanggan atau tidak,
terutama bagi yang bergerak di bisnis jasa, Perusahaan harus tahu, kenapa
pelanggan mengeluhkan produk atau jasa yang ditawarkan. Dengarkanlah dengan
penuh perhatian ketika pelanggan komplain, apabila perusahaan memperlakukan
pelanggannya dengan baik apa pun sikap pelanggan kepada perusahaan itu lambat
laun mereka pun akan bersikap sopan dan hormat kepada perusahaan yang
memberikan pelayanan yang baik. karena pelanggan itu membeli tidak hanya
merek, juga termasuk pelayanan dan kualitas bukan produknya saja.
Pelayanan yang sempurna biasa disebut dengan Service excellent yaitu
berkaitan dengan jasa pelayanan yang dilaksanakan oleh perusahaan dalam upaya
untuk memberikan rasa kepuasan dan menumbuhkan kepercayaan terhadap pihak
pelanggannya (customer), sedangkan customer tersebut merasa dirinya
dipentingkan atau diperhatikan dengan baik dan wajar. Menurut Elhaitammy
service excellent merupakan suatu sikap atau tata cara pihak customer service
(pelayanan pelanggan) dapat melayani pelanggan secara memuaskan.

Dalam konsep service excellent terdapat empat unsur pokok yaitu:

1. Kecepatan
2. Ketepatan
3. Keramahan
4. Kenyamanan
Menurut Zeithaml, Berry, Parasuraman terdapat lima kelompok utama
yang menentukan kualitas layanan jasa meliputi:

1) Reliability
Yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan janji
yang ditawarkan.

2) Responsiveness
Respon atau kesigapan dalam membantu pelanggan dengan memberikan
layanan cepat, tepat dan tanggap serta mampu untuk menangani keluhan para
pelanggan secara baik.
3) Assurance
Kemampuan karyawan tetang pengetahuan dan informasi suatu produk
yang ditawarkan dengan baik, keramah tamahan, perhatian dan kesopanan dalam
memberikan jaminan pelayanan yang terbaik. Dimensi jaminan (assurance) ini
terdapat unsur-unsur sebagai berikut:

a Kompetensi, keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki customer service


dalam memberikan layanan kepada pelanggan.
b Kesopanan, keramah-tamahan, perhatian dan sikap sopan santun.
c Kredibilitas, berkaitan dengan nilai-nilai kepercayaan, reputasi, prestasi yang
positif dari pihak yang memberikan pelayanan.
4) Empathy
Merupakan perhatian secara individual yang diberikan kepada pelanggan
dan berusaha untuk memahami keinginan dan kebutuhan, serta mampu
menangani keluhan pelanggan secara baik dan tepat.dimensi emphaty ini
terdapat unsur-unsur lainnya yang terkait, sebagai berikut:
e. Akses, kemudahan memanfaatkan dan memperoleh layanan jasa yang
ditawarkan oleh perusahaan.
f. Komunikasi, kemampuan dalam berkomunikasi untuk penyampaian pesan
dan informasi kepada pelanggannya melalui berbagai media komunikasi.
g. Pemahaman terhadap pelanggan, kemampuan untuk memenuhi dan
memahami kebutuhan dan keinginan serta mampu menangani keluhan para
pelanggannya.
5) Tangibles, kenyataan yang berhubungan dengan penampilan fisik gedung, ruang
office lobby yang refresentatif tersedia tempat parkir yang layak, kebersihan,
kerapihan, aman dan kenyamanan di lingkungan perusahaan dipelihara secara
baik.
Tujuan dari pelayanan prima yang telah diberikan oleh perusahaan yaitu:

a) Dapat memberikan rasa puas dan kepercayaan pada konsumennya.


b) Tetap menjaga agar konsumen merasa diperhatikan dan dipentingkan segala
kebutuhan dan keinginannya.
c) Upaya mempertahankan konsumen agar tetap loyal agar tetap menggunakan
produk barang atau jasa yang ditawarkan tersebut.

2. Level Harapan Pelanggan Mengenai Kualitas Pelayanan

Dalam memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pelanggan, maka


perlu diketahui adanya level harapan pelanggan mengenai kualitas pelayanan.
Ada tiga level harapan pelanggan mengenai kualitas pelayanan (Tjiptono,
2004:129) yaitu :

1. Level Pertama
Harapan pelanggan yang paling sederhana dan berbentuk asumsi, must have,
atau take it for granted, misalnya “saya berharap perusahaan penerbangan
menerbangkan saya sampai tujuan dengan selamat.

2. Level Kedua
Harapan yang lebih tinggi dari level pertama, dimana kepuasan dicerminkan
dalam pemenuhan persyaratan dan / atau spesifikasi. Contohnya :”saya berharap
dilayani dengan ramah oleh pegawai perusahaan penerbangan.”

3. Level Ketiga
Harapan yang lebih tinggi lagi jika dibandingkan dengan level pertama dan
level kedua dan menuntut suatu kesenangan (delightfulness) atau jasa yang
begitu bagusnya sehingga membuat saya tertarik. Misalnya : “perusahaan
penerbangan itu memberi semua penumpang makanan yang sama dengan yang
khusus diberikan kepada penumpang kelas satu oleh perusahaan penerbangan
lainnya.”

3. Asas-Asas Kepuasan Pelanggan

Perusahaan dalam mewujudkan kepuasan pelanggan perlu mengetahui


asas-asas kepuasan pelanggan. Menurut Johns (2003:50), ada empat asas
kepuasan pelanggan yaitu :

1) Variabel yang berhubungan dengan produk atau jasa itu sendiri


Desain produk begitu penting untuk mempertahankan eksistensi suatu produk
serta meningkatkan dan mempertahankan pelanggan agar senang selama dan
setelah penjualan.

2) Variabel yang berhubungan dengan penjualan dan promosi


Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kepuasan pelanggan pada bidang ini,
yaitu :

a. “Pesan-pesan” yang membantu membentuk persepsi pelanggan mengenai


produk atau jasa yang akan mendatangkan keuntungan bagi mereka.
b. “Sikap” setiap orang pada front line yaitu penerima tamu, penerima telepon,
pegawai bengkel, pegawai bank dan sebagainya yang mencakup unsur-unsur
seperti kesopanan dan rasa senang membantu, tingkat pengetahuan teknis,
dan pendekatan mereka.
c. “Perantara” yang ditugasi untuk bertindak atas nama organisasi harus
bekerja dengan baik agar tidak merusak reputasi organisasi yang merek
wakili.
3) Variabel yang berhubungan dengan pasca penjualan

Ada dua aspek pasca penjualan yang signifikan bagi organisasi yaitu :
a. “Jasa Pendukung” mencakup kegiatan-kegiatan pasca penjualan tradisional
seperti garansi, suku cadang dan perbaikan, dan pelatihan bagi pengguna.
b. “Umpan Balik dan Ganti Rugi” yaitu cara organisasi menangani keluhan
dan tingkat prioritas yang ditetapkan oleh manajemen untuk kegiatan-
kegiatan semacam itu.
4)Variabel yang berhubungan dengan budaya organisasi

Budaya perusahaan harus dibangun dalam rangka memaksimalkan kepuasan


pelanggan. Hal ini butuh dukungan dari semua bagian perusahaan terutama
keterlibatan para pimpinan. Diperlukan konsistensi dalam penerapan kebijakan
customer care dan keberadaan sistem reward untuk menghargai customer
service.

4. Ciri-ciri pelayanan yang baik

Ada beberapa pelayanan yang harus diperhatikan dalam sebuah perusahaan


agar pelayanan yang diberikan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
konsumen, di bawah ini akan dijelaskan ciri-ciri pelayanan yang baik, yaitu:

1) Tersedia sarana dan prasarana yang baik.


Kelengkapan dan kenyamanan sarana dan prasarana akan mengakibatkan
pelanggan betah untuk berurusan dengan baik.

2) Tersedianya personil (penjual) yang baik


Kenyamanan pelanggan juga sangat tergantung dari petugas (penjual) yang
melayaninya. Petugas atau karyawannya harus ramah, sopan dan murah senyum

3) Bertanggung jawab kepada setiap pelanggan sejak awal hingga selesai.


Pelanggan akan merasa puas jika karyawan atau penjual bertanggungjawab
terhadap pelayanan yang diinginkannya. Jika terjadi sesuatu maka karyawan
atau penjual yang dari semula mengerjakannya mengambil alih tanggung
jawabnya.

4) Mampu melayani secara tepat dan cepat.


Layanan yang diberikan sesuai jadwal untuk pekerjaan tertentu dan jangan
membuat kesalahan dalam arti pelayanan yang diberikan sesuai dengan
keinginan pelanggan.

5) Mampu berkomunikasi.
Para karyawan atau penjual harus dapat berkomunikasi dengan bahasa yang jelas
dan mudah dimengerti jangan menggunakan istilah atau perkataan yang berbelit-
belit dan yang sulit dimengerti.

6) Memberikan jaminan kerahasiaan setiap transaksi.


Menjaga rahasia perusahaan sama artinya dengan menjaga rahasia pelanggan.
Karena rahasia perusahaan merupakan taruhan kepercayaan pelanggan kepada
perusahaan.

7) Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik.


Para pegawai atau penjual selalu berhubungan dengan manusia, maka harus
memiliki pengetahuan dan kemampuan tertentu yang seharusnya diperlukan
dalam pekerjaannya tersebut.

8) Berusaha memahami kebutuhan konsumen.


Harus tanggap dengan apa yang diinginkan pelanggan. Usahakan mengerti dan
memahami keinginan dan kebutuhan pelanggan tersebut, sehingga pelayanan
yang diberikan bisa maksimal.

9) Mampu memberikan kepercayaan kepada konsumen.


Kepercayaan pelanggan kepada perusahaan mutlak diperlukan sehingga
pelanggan mau menjadi pelanggan yang loyal dengan perusahaan yang
bersangkutan. Demikian pula untuk menjaga pelanggan yang lama agar tidak
lari perlu dijaga agar tetap loyal terhadap perusahan tersebut.

5. Kunci Dalam Memberikan Pelayanan Yang Memuaskan Pada Pelanggan

Menurut Tjiptono (2004:128) pada prinsipnya ada tiga kunci memberikan


layanan pelanggan yang unggul yaitu :

1. Kemampuan memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan


2. Pengembangan database yang lebih akurat daripada pesaing (mencakup data
kebutuhan dan keinginan setiap segmen pelanggan dan perubahan kondisi
persaingan)
3. Pemanfaatan informasi-informasi yang diperoleh dari riset pasar dalam suatu
kerangka strategik.
Kreatifitas juga sangat diperlukan didalam memberikan layanan yang
memuaskan kepada pelanggan. Kepuasan pelanggan tercapai bila kebutuhan, keinginan,
dan harapan pelanggan terpenuhi. Adanya kreatifitas memungkinkan organisasi jasa
menangani dan memecahkan masalah-masalah yang sedang maupun akan dihadapi
dalam praktek bisnis sehari-hari, sehingga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan,
keinginan, dan harapan pelanggan tersebut. (Tjiptono, 2004:129)

Masih menurut Tjiptono (2004:129), untuk mewujudkan dan mempertahankan


kepuasan pelanggan, organisasi jasa harus melakukan empat hal yaitu :

1. Mengidentifikasi siapa pelanggannya.


2. Memahami tingkat harapan pelanggan atas kualitas.
3. Memahami strategi kualitas layanan pelanggan.
4. Memahami siklus pengukuran dan umpan balik dari kepuasan pelanggan.

6. Strategi Dalam Memberikan Pelayanan Yang Berkualitas

Strategi kualitas layanan harus mencakup empat hal berikut (Tjiptono,


2004:132) :

a. Atribut Layanan Pelanggan


Penyampaian layanan harus tepat waktu, akurat, dengan perhatian dan
keramahan. Atribut-atribut layanan pelanggan ini dapat disingkat dengan
COMFORT yaitu Caring (Kepedulian), Observant (Suka Memperhatikan),
Mindful (Hati-Hati atau Cermat), Friendly (Ramah), Obliging (Bersedia
Membantu), Responsible (Bertanggungjawab), dan Tactful (Bijaksana).
b. Pendekatan Untuk Penyempurnaan Kualitas Layanan
Penyempurnaan kualitas jasa merupakan aspek penting dalam menciptakan
kepuasan pelanggan. Hal ini disebabkan faktor biaya, waktu menerapkan
program, dan pengaruh layanan pelanggan yang merupakan inti pemahaman
dan penerapan suatu sistem yang responsif terhadap pelanggan dan organisasi
untuk pencapaian kepuasan optimum.
c. Sistem Umpan Balik Untuk Kualitas Layanan Pelanggan
Umpan balik dibutuhkan untuk evaluasi dan perbaikan berkesinambungan.
Untuk itu perusahaan perlu mengembangan sistem yang responsif terhadap,
kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan. Informasi umpan balik
sebaiknya difokuskan pada hal-hal berikut ini :
1. Memahami persepsi pelanggan terhadap perusahaan, jasa perusahaan, dan
para pesaing.
2. Mengukur dan memperbaiki kinerja perusahaan.
3. Mengubah bidang-bidang terkuat perusahaan menjadi faktor pembeda
pasar.
4. Mengubah kelemahan menjadi peluang berkembang sebelum pesaing lain
melakukannya.
5. Mengembangkan sarana komunikasi internal agar setiap orang tahu apa
yang mereka lakukan.
6. Menunjukkan komitmen perusahaan pada kualitas dan para pelanggan.
d. Impelementasi
Merupakan strategi yang paling penting. Pada strategi ini manajemen harus
menentukan cakupan kualitas jasa dan level layanan pelanggan sebagai
bagian dari kebijakan organisasi. Manajemen juga harus menentukan rencana
implementasi yang mencakup jadwal waktu, tugas-tugas, dan siklus
pelaporan.
7. Strategi Customer Bonding Untuk Mempertahankan Pelanggan

Richard Cross dan Janet Smith dalam Simamora (2001:125) memperkenalkan


suatu sistem yang dikenal dengan coustomer bonding untuk mengikat pelanggan
kepada suatu perusahaan. Sistem ini berusaha untuk mempertahankan hubungan
yang sudah ada antara pemasar dengan konsumen, sehingga memampukan
perusahaan menghadapi pesaing lainnya. Sistem ini merupakan proses dimana
pemasar berusaha untuk membangun dan mempertahankan kepercayaan
pelanggannya, sehingga kedua belah pihak saling percaya. Pada dasarnya proses
customer bonding adalah :

1. Sebuah strategi yang berpusat pada kesetiaan pelanggan.


2. Penampilan jujur perusahaan kepada konsumen yang disampaikan melalui
media tertentu.
3. Pengalaman konsumen memakai produk atau jasa yang memenuhi atau melebihi
harapan.
Proses customer bonding terdiri dari lima tahap yaitu (Simamora, 2001:127) :
1. Awareness Bonding
Merupakan tahap awal dan paling dasar dari customer bonding. Pada tahap ini
perusahaan berusaha mendapat bagian dalam ingatan/benak konsumen. Ukurannya
adalah share of mind. Maunya produk itu tidak hanya sekedar diingat, tetapi
memiliki persepsi yang baik dalam benak konsumen. Biasanya awareness bonding
dilakukan melalui iklan di mass media, promosi penjualan, hubungan masyarakat
(public relation) ataupun mensponsori (sponsorship) acara-acara tertentu.

2. Identity Bonding

Identity bonding terbentuk melalui penghargaan konsumen terhadap tindakan-


tindakan positif perusahaan. Konsumen membentuk keterikatan emosional melalui
nilai-nilai perusahaan yang mereka saksikan. Pada tahap ini konsumen mulai suka
terhadap produk atau perusahaan. Tentu saja pemasar harus memastikan terlebih
dahulu bahwa pengalaman konsumen atas produk baik. Kalau tidak tindakan baik
apapun yang dilakukan perusahaan terhadap masyarakat akan dipandang sebelah
mata oleh konsumen. Wujudnya misalnya melalui green marketing (pemasaran
hijau) yaitu pemasaran yang tidak hanya semata mencari keuntungan tetapi juga
memperhatikan kelestarian lingkungan hidup dan alam sekitarnya. Perusahaan juga
dapat menciptakan nilai dengan melakukan aksi sosial sebagai wujud kepedulian
terhadap masyarakat. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat meningkatkan hubungan
dan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan.

3. Relationship Bonding

Tingkat relationship bonding mulai membentuk ikatan dan dialog antara pemasar
dan konsumen. Hal ini bertujuan untuk membangun pertukaran manfaat antara
kedua belah pihak. Keberadaan data base pelanggan merupakan syarat mutlak
dalam relationship bonding. Pada tingkat ini dibutuhkan interaksi lebih besar
dengan konsumen. Sistem informasi pemasaran juga sangat dibutuhkan pada
tingkat ini.

4. Community Bonding
Tingkat pengikatan ini dilaksanakan dengan dua syarat yaitu a) loyalitas pelanggan
terhadap merek, produk, atau perusahaan tinggi, dan b) para pelanggan saling
berbagi minat dan pengalaman tentang produk. Pada tingkat ini interaksi tidak lagi
terbatas pada perusahaan dan pelanggan, tetapi juga antara pelanggan dan
pelanggan. Tujuan dari Community Bonding ini adalah mengikat pelanggan
kedalam sebuah komunitas. Pembentukan komunitas ini dapat dilakukan melalui a)
pembentukan klub pemakai atau pelanggan, b) menyediakan fasilitas komunikasi,
c) pengadaan demo, kunjungan, seminar, dan d) mengaitkan merek dengan even-
even tertentu.

5. Advocacy Bonding
Ini merupakan tingkat tertinggi dari proses pengikatan konsumen. Pada tahap ini
perusahaan tidak lagi terlibat secara langsung. Yang bekerja adalah kosumen atas
kemauan sendiri sebagai pemasar (marketer) bagi perusahaan (sering disebut
dengan istilah buyer get buyer atau dalam periklanan disebut dengan worth of
mouth advertising). Menurut Aaker (1995) dalam Simamora (2001:132), ini hanya
bisa terjadi pada konsumen yang memiliki loyalitas tertinggi sebagai commited
buyer. Orang yang puas, suka, dan bangga pada sebuah merek, otomatis menjadi
pemasar untuk merek tersebut. Sebagai balasannya, perusahaan perlu berkomitmen
untuk menjamin kepuasan dan penghargaan terhadap pelanggan. Walaupun tidak
terlibat, untuk mendukung advocacy bonding ini perusahaan dapat : a) memberikan
kesempatan kepada para pelanggan untuk mengetahui dan mengenal produk-
produk baru yang akan atau telah diluncurkan, b) mendorong konsumen sebagai
penganjur merk, namun jangan sampai membuat mereka tersinggung, dan c)
menunjukkan komitmen, perhatian, dan penghargaan secara sungguh-sungguh pada
konsumen.

8. Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan

Ada ungkapan “Pelanggan adalah Raja”. Hal ini tidaklah berlebihan jika
mengingat bahwa hidup mati suatu perusahaan memang tergantung pada para
pelanggan mereka. Untuk dapat mewujudkan kepuasan pelanggan ini maka
diperlukan strategi yang membutuhkan komitmen, baik dari segi dana maupun
sumberdaya manusianya.

Menurut Tjiptono (2004:134) ada beberapa strategi yang dapat dipadukan untuk
meraih dan meningkatkan kepuasan pelanggan yaitu :

1. Strategi Relationship Marketing, yaitu strategi dimana transaksi pertukaran antara


pembeli dan penjual berkelanjutan tidak berakhir setelah penjualan
selesai.Dengan kata lain dijalin suatu kemitraan dengan pelanggan secara terus
menerus yang pada akhirnya akan menimbulkan kesetiaan pelanggan, sehingga
terjadi bisnis ulangan (repeat business).
2. Strategi Superior Customer Service, yaitu menawarkan pelayanan yang lebih baik
daripada pesaing. Hal ini membutuhkan dana yang besar, kemampuan sumber
daya manusia, dan usaha yang gigih agar tercipta suatu mendatangkan
keuntungan yang diperoleh.
3. Strategi Unconditional Service Guarantees atau Extraordinary Guarantees, yaitu
strategi yang berintikan pada komitmen untuk memberikan kepuasan kepada
pelanggan yang pada gilirannya akan menjadi sumber dinamisme penyempurnaan
mutu produk atau jasa dan kinerja perusahaan. Garansi atau jaminan istimewa ini
dirancang untuk meringankan risiko atau kerugian pelanggan, dalam hal
pelanggan tidak puas dengan suatu produk atau jasa yang telah dibayarnya.
4. Strategi penanganan keluhan yang efisien, yang akan memberikan pelauang untuk
mengubah seorang pelanggan yang tidak puas menjadi pelanggan yang puas (atau
bahkan menjadi pelanggan abadi). Ada empat aspek penangan keluhan yang
penting, yaitu : a) empati terhadap pelanggan yang marah, b) kecepatan dalam
penangan keluhan, c) kewajaran atau keadilan dalam memecahkan permasalahan
atau keluhan, dan d) kemudahan bagi konsumen untuk menghubungi peusahaan.
5. Strategi peningkatan kinerja perusahaan, meliputi berbagai upaya seperti
melakukan pemantauan dan pengukuran kepuasan pelanggan secara
berkesinambunngan, memberikan pendidikan dan pelatihan komunikasi,
salesmanship, dan public relation kepada manajemen dan karyawan, dan
memberikan empowerment yang lebih besar kepada para karyawan dalam
melaksanakan tugasnya.
6. Menerapkan Quality Function Development (QFD), yaitu praktik untuk
merancang suatu proses sebagai tanggapan terhadap kebutuhan pelanggan. QFD
berusaha menerjemahkan apa yang dibutuhkan pelanggan menjadi apa yang
dihasilkan oleh perusahaan. Hal ini dilaksanakan dengan melibatkan pelanggan
dalam proses pengembangan produk sedini mungkin. Dengan demikian QFD
memungkinkan suatu perusahaan untuk memprioritaskan kebutuhan pelanggan,
menemukan tanggapan inovatif terhadap kebutuhan tersebut, dan memperbaiki
proses hingga tercapai efektivitas maksimum.
2.4 Proyeksi Neraca
1. Neraca
Akhir dari seluruh penyusunan anggaran komprehensif suatu perusahaan
adalah penyusunan proyeksi neraca. Proyeksi neraca merupakan tahap akhir dari
seluruh tahap yang harus dilalui untuk menyusun anggaran induk suatu badan
usaha. Proyeksi neraca sendiri baru akan dapat disusun jika anggaran parsial yang
lain telah selesai disusun. Berdasarkan berbagai anggaran parsial yang dimiliki
suatu perusahaan, mulai dari anggaran penjualan, anggaran produksi, berbagai
anggaran biaya, anggaran kas, dan anggaran laba, perusahaan dapat menyusun
proyeksi neraca. 
Proyeksi neraca adalah proyeksi jumlah dan rincian kekayaan yang akan
dimiliki perusahaan beserta seluruh kewajibannya, baik kepada kreditor maupun
kepada pemegang saham, pada suatu periode tertentu di masa mendatang.
Karena proyeksi neraca baru dapat disusun setelah semua anggaran parsial
lainnya selesai disusun, maka untuk menyusun proyeksi neraca harus
memperhatikan setiap elemen yang ada didalam neraca beserta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Maksudnya setiap elemen di dalam aktiva dan pasiva pada
neraca suatu perusahaan akan ditentukan faktor lain yang terlebih dulu
berpengaruh terhadap setiap anggaran parsial. Karena itu, bagian anggaran suatu
perusahaa harus sangat memperhatikan berbagai aktivitas yang mempengaruhi
elemen-elemen didalam anggaran neraca yang disusunnya.
Mengingat sangat dipengaruhinya proses penyusunan anggaran neraca
oleh faktor-faktor lain yang harus terjadi lebih dulu sebelum menyusun anggaran
neraca, maka lebih tepat kalau neraca yang direncanakan perusahaan di dalam
suatu periode pada waktu mendatang disebut dengan proyeksi neraca dari pada
anggaran neraca. Karena proyeksi adalah taksiran apa yang akan terjadi jika suatu
kondisi atau situasi yang lain terjadi terlebih dulu. Dan proses penyusunan neraca
yang direncanakan sangat ditentukan oleh kondisi lain atau faktor lain yang harus
terjadi lebih dahulu. Perbedaan lain antara proyeksi neraca dan anggaran parsial
yang lain adalah, anggaran parsial lain, mulai dari anggaran penjualan produksi,
anggaran pembelian bahan, anggaran produksi, anggaran biaya-biaya, semuanya
merupakan anggaran yang disusun dan akan dikerjakan pada sepanjang periode
anggaran tersebut, selama satu tahun. Sedangkan anggaran neraca adalah anggara
pada akhir suatu periode tertentu. Anggaran yang disusun setelah semua anggaran
lain diselesaikan. Secara umum, neraca terdiri dari dua bagian besar, yaitu sisi
aktiva dan sisi pasiva/kewajiban. Sisi aktiva berisi daftar kekayaan prusahaan
beserta rincian jenis dan jumlahnya. Sedangkan sisi kewajiban berisi kewajiban
perusahaan kepada pihak kreditor dan kepada pemegang saham atau pemilik
perusahaan.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam menyusun neraca adalah urutan
penyusunan rekening. Rekening-rekening aktiva diususun berdasarkan urutan
likuiditasnya, yaitu taksiran kecepatan aktiva tersebut dapat dicairkan menjadi
uang tunai. Semakin mudah dan semakin cepat suatu aktiva tertentu menjadi uang
tunai, maka semakin didahulukan posisi pencatatannya didalam neraca. Pada sisi
kewajiban, penyusunannya dimulai dengan kewajiban yang lebih dulu jatuh
tempo hingga yang paling lama jatuh tempo.

Tabel Elemen Neraca


Kelompok Akun
Aktiva Lancar ·         Kas: uang tunai dan ekuivalen

Adalah semua harta perusahaan kas

yang diharapkan dapat berubah ·         Surat-surat berharga: investasi


menjadi uang dalam tempo satu jangka pendek
tahun ·         Piutang usaha dan piutang
wesel

·         Piutang karyawan

·         Persediaan: barang dagangan


atau bahan baku

·         Biaya-biaya yang dibayar di


muka: sewa, asuransi,dll

·         Perlengkapan usaha

·         Dan lain-lain
Investasi Jangka Panjang ·         Investasi dalam surat berharga

Adalah dana yang ditanamkan ·         Investasi dalam anak


pada berbagai jenis aktiva yang perusahaan
diharapkan memberikan ·         Investasi dalam aktiva tetap
Aktiva
penghasilan bagi perusahaan berwujud: tanah, dll

·         Dan lain-lain
Aktiva Tetap Berwujud ·         Peralatan Kantor
Adalah semua aktiva yang
berumur lebih dari satu tahun dan ·         Kendaraan
memiliki wujud fisik
·         Mesin

·         Tanah
Aktiva Tetap Tidak Berwujud ·         Goodwill

Adalah semua aktiva yang tidak ·         Hak Paten


memiki wujud fisik tetapi ·         Merek Dagang
memiliki manfaat nyata bagi
·         Hak Cipta
perusahaan
·         Dan lain-lain
Aktiva Lain-lain ·         Titipan kepada penjual

Adalah aktiva yang tidak dapat ·         Bangunan dalam pengerjaan


dikelompokkan pada kelompok ·         Dan lain-lain
aktiva diatas
Utang Lancar ·         Utang Usaha

Adalah kewajiban perusahaan ·         Utang Wesel


yang akan jatuh tempo dalam ·         Utang Pajak
waktu setahun
Pendapatan Diterima Di Muka ·         Pendapatan Diterima Di Muka
Kewajiba Utang Jangka Panjang ·         Utang Bank
n
Adalah kewajiban yang jatuh ·         Obligasi
tempo lebih dari setahun ·         Dan lain-lain
Ekuitas Pemilik ·         Modal/Modal Saham

Adalah semua kewajiban ·         Laba Ditahan

Ekuitas perusahaan kepada pemilik


perusahaan

2. Faktor Yang Berpengaruh


Seperti telah dibahas sebelumnya, bahwa setiap elemen neraca, baik disis aktiva
maupun pasiva, dipengaruhi secara langsung oleh anggaran parsial yang lain atau
oleh kondisi yang lain. Karena itu, perlu diketahui dengan baik faktor-faktor yang
mempengaruhi elemen-elemen di dalam neraca.
Tabel Faktor yang Mepengaruhi Elemen Neraca
Akun Neraca Faktor yang mempengaruhi
Aktiva
·         Kas Saldo awal kas pada suatu periode ditambah dengan
penerimaan kas dan dikurangi dengan pengeluaran kas pada
suatu periode. (sumber : anggaran kas)
·         Piutang Usaha Saldo awal piutang usaha ditambah dengan penjualan kredit
pada satu periode dikurangi dengan penerimaan piutang
usaha. (sumber : anggaran kas)
·         Persediaan Persediaan pengaman/ safety stock
·         Perlengkapan Jumlah transaksi pembelian dan pemakaiannya pada suatu
Usaha periode tertentu
·         Aktiva Tetap Nilai aktiva tetap pada awal suatu periode ditambah dengan
rencana pembelian aktiva tetap baru (investasi) dikurangi
dengan nilai aktiva tetap yang dijual pada suatu periode.
Kewajiban
·         Utang Usaha Saldo utang usaha pada awal periode ditambah dengan
pembelian kredit yang direncanakan dikurangi dengan
jumlah utang usaha yang akan dibayar pada satu periode
tersebut
·         Utang Bank Saldo utang bank pada awal periode ditambah dengan
jumlah kredit baru yang akan diterima dari bank dikurangi
dengan utang bank yang jatuh tempo dan akan dibayar pada
periode tersebut.
·         Obligasi Saldo utang obligasi pada awal periode ditambah dengan
jumlah obligasi baru yang akan diterbitkan pada periode ini
dikurangi dengan obligasi yang jatuh tempo dan akan
dibayar pada periode tersebut.
·         Modal Saham Jumlah lembar saham yang beredar pada awal periode
ditambah dengan jumlah lembar saham baru yang akan
diterbitkan, dikalikan dengan nilai nominalnya.
·         Laba Ditahan Saldo laba ditahan pada awal periode ditambah dengan laba
usaha yang dianggarkan dikurangi dengan jumlah dividen
yang direncanakan akan dibagikan pada periode tersebut.

Dari tabel diatas terlihat bahwa proyeksi neraca pada akhir suatu periode
tertentu sangat dipengaruhi oleh saldo awal periode dari setiap elemen yang ada
pada neraca. Itu berarti, neraca pada awal tahun akan berpengaruh langsung pada
proyeksi neraca pada akhir periode tersebut. Setelah neraca pada awal periode
diketahui, maka proyeksi neraca pada akhir periode akan dipengaruhi dan
ditentukan oleh berbagai hal yang mempengaruhi kenaikan dan penurunan setiap
elemen neraca tersebut.
3. Metode
Untuk menyusun proyeksi neraca, metode yang paling mudah adalah
menggunakan persamaan akuntansi dasar. Dimana didalam metode tersebut
didasarkan pada persamaan bahwa jumlah aktiva akan selalu sama dengan
besarnya utang/kewajiban dan modal/ekuitas dari suatu badan usaha tertentu.

AKTIVA = KEWAJIBAN + EKUITAS


Setiap kali terjadi penambahan didalam salah satu komponen aktiva suatu
badan usaha, selalu akan disertai dengan penambahan didalam komponen
kewajiban atau ekuitas atau pengurangan pada salah satu komponen aktiva
lainnya. Demikian pula, jika terjadi pengurangan pada salah satu komponen
aktiva, selalu akan disertai dengan pengurangan didalam komponen kewajiban
atau ekuitas atau penambahan pada salah satu komponen aktiva lainnya.

Transaksi-transaksi yang hanya melibatkan rekening-rekening aktiva, atau


yang melibatkan rekening aktiva dan kewajiban, mungkin lebih mudah
dimengerti karena lebih jelas hubungannya. Misalnya :

1. Transaksi penerimaan pinjaman uang dari bank (kredit bank). Transaksi ini
jelas akan menambah kas perusahaan (di sisi aktiva) dan menambah utang
bank (di sisi kewajiban).
2. Sebaliknya, transaksi pembayaran utang usaha akan mengurangi kas
perusahaan (di sisi aktiva) dan mengurangi utang usaha (di sisi kewajiban).
3.  Sedangkan transaksi pembelian kendaraan (aktiva tetap) secara tunai, akan
mengurangi kas perusahaan dan akan menambah rekening aktiva tetap
(keduanya di sisi aktiva).

Tetapi transaksi yang melibatkan rekening penjualan dan biaya, sering kali
membingungkan bagi pihak yang tidak memiliki latar belakang pendidikan
akuntansi. Misalnya :

a. Transaksi penjualan tunai akan menambah kas (di sisi aktiva) dan menambah
rekening laba ditahan (di sisi kewajiban).
b.  Transaksi penjualan kredit akan menambah piutang usaha (di sisi aktiva) dan
menambah rekening laba ditahan (di sisi kewajiban).
c. Transaksi pembayaran biaya secara tunai akan mengurangi kas (di sisi
kewajiban) dan mengurangi rekening laba ditahan (di sisi kewajiban).
d.  Transaksi pengakuan biaya secara kredit akan menambah utang usaha dan
mengurangi rekening laba ditahan (keduanya di sisi kewajiban).

Tabel Pengaruh Transaksi pada Akun

Transaksi Aktiva Utang Laba Ditahan


Penjualan tunai Kas bertambah - Bertambah
Penjualan kredit Piutang bertambah - Bertambah
Pembayaran biaya Kas berkurang - Berkurang
tunai
Pengakuan biaya kredit - Utang Bekurang
bertambah
Berdasarkan mekanisme pencatatan transaksi dengan menggunakan
persamaan akuntansi tersebut, maka dapat dibuat proyeksi neraca dari suatu
badan tertentu.

2.5 Laporan Laba Rugi


Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi atau yang biasa dikenal dengan ( income
statements) dalam Bahasa Inggris, merupakan suatu laporan yang dapat mengukur
tingkat keberhasilan operasi perusahaan dalam periode kurun waktu tertentu.
Komunitas bisnis dan investasi memanfaatkan laporan laba rugi dalam penentuan baik
profitabilitas, nilai investasi, maupun kelayakan kredit. Laporan ini merupakan
penyedia informasi yang kemudian diperlukan para investor muapun oleh kreditor
dalam membantu menentukan prediksi baik jumlah, penetapan waktu, maupun
ketidakpastian arus kas di masa yang akan datang. Investor maupun kreditor dapat
memanfaatkan informasi yang terdapat di dalam laporan laba rugi untuk :
1. Mengevaluasi kinerja masa lalu perusahaan Dengan melakukan kajian terhadap
pendapatan dan beban yang dimiliki oleh perusahaan, maka pengguna informasi
dapat mengetahui bagaimana kinerja perusahaan dan dapat membandingkannya
dengan perusahaan pesaingnya.
2. Memberikan dasar untuk memprediksi kinerja di masa depan Informasi keuangan
perusahaan di masa lalu dapat dijadikan dasar dalam melaukan prediksi kinerja
dari perusahaan tersebut di masa depan. Meskipun prediksi tersebut bisa juga
mengalami kesalahan.
a Membantu menilai risiko atau ketidakpastian pencapaian arus kas masa
depan Informasi mengenai kondisi berbagai komponen laba seperti
pendapatan, beban, dan kerugian memperlihatkan hubungan di antara
komponen-komponen tersebut dan dapat digunakan untuk melakukan
penilaian terhadap risiko gagalnya perusahaan dalam meraih suatu tingkat
arus kas di masa yang akan datang. Berikut ini dijelaskan beberapa
keterbatasan informasi dari laporan laba rugi perusahaan :

Pos yang pengukurannya tidak bisa akurat kemudian tidak dimasukkan atau
dilaporkan dalam laporan laba rugi Meskipun pos-pos yan tidak pasti ini dapat
menentukan kinerja suatu perusahaan, namun pos yang tidak pasti ini tidak dapat
dilaporkan ke dalam laporan laba rugi. Alasannya karena pengukuran dari pos-pos ini
tidak bisa akurat. Contohnya, keuntungan ataupun kerugian yang belum tertealisasi
dari sekuritas investasi saham yang kemudian tidak dapat dicatat di dalam laporan laba
rugi apabila terjadi ketidakpastian realisasi perubahan nilai.

Metode akuntansi yang digunakan oleh perusahaan dapat memengaruhi jumlah


labanya Metode akuntansi yang digunakan perusahaan jelas akan mempengaruhi laba
yang dihasilkan. Sebagai contoh peruahaan X memakai metode garis dipercepat untuk
menghitung depresiasi atas aktivanya. Sementara perusahaan Y memilih metode garis
lurus dalam menyusutkan aktivanya. Dengan berasumsi bahwa faktor lainnya sama,
maka perusahaan Y akan terlihat memiliki laba yang lebih besar disbanding perusaaan
X. Meskipun sebenarnya sama, namun karena penggunaan metode akuntansi yang
berbeda sehingga mempengaruhi jumlah laba perusahaan.

Pengukuran laba yang melibatkan pertimbangan Di dalam akuntansi, banyak


terdapat estimasi sehingga laba yang ada lebih bersifat relatif. Sebagai contoh,
perusahaan D mengestimasikan aktivanya dengan masa manfaat 20 tahun, sedangkan
perusahaan E mengestimasikan jenis aktiva yang sama dengan masa manfaat 25 tahun.

SEC telah mengungkapkan kekhawatirannya bahwa motivasi untuk memenuhi


target laba bisa membuat perusahaan mengabaikan praktek bisnis yang baik.
Akibatnya, kualitas laba dan kualitas pelaporan keuangan menjadi menurun.
Karenanya SEC mulai mengambil tindakan tegas untuk mencegah adanya praktek
pengelolaan laba. Pengelolaan laba yaitu perencanaan waktu pendapatan, beban,
keuntungn, dan kerugian untuk mengurangi gejolak laba.

2. Format Laporan Laba Rugi Laba bersih


Format Laporan Laba Rugi Laba bersih terdiri dari transaksi pendapatan, beban,
keuntungan, dan kerugian, laporan laba rugi meringkas transaksi-transaksi tersebut.
Dua elemen dari laporan laba rugi adalah sebagai berikut.

 Pendapatan (Income) Peningkatan keuntungan ekonomi selama periode


akuntansi dalam bentuk peningkatan aktiva atau penurunan utang sehingga terjadi
peningkatan modal, selain berhubungan dengan kontribusi dari pemegang saham.
 Beban-beban ( Expenses ) Penurunan keuntungan ekonomi selama periode
akuntansi dalam bentuk penurunan atau pelepasan aktiva atau peningkatan utang
sehingga terjadi penurunan modal, selain berhubungan dengan kontribusi dari
pemegang saham. Definisi dari pendapatan terdiri dari pendapatan dan
keuntungan. Pendapatan terbentuk dari aktivitas seharihari dari sebuah
perusahaan dan akibat beberapa bentuk, seperti penjualan, honor, bunga, dividen,
dan sewa. Keuntungan terdiri dari keuntungan dari penjualan aktiva jangka
panjang dan keuntungan tak terduga atas penjualan sekuritas. Definisi beban
terdiri dari beban dan kerugian. Beban umumnya terbentuk dari aktivitas sehari-
hari perusahaan dan beberapa bentuk, seperti Harga Pokok Penjualan, depresiasi,
sewa, gaji dan upah, serta pajak. Kerugian terdiri dari perubahan restruksuritasi
dan kerugian tak terduga atas penjualan sekuritas.

Komponen-komponen dalam laporan laba rugi pada saat pengungkapan


membantu penggunanya dalam memhamai perfoma keuangan untuk tahun berjalan
dan berdasarkan sebuah basis untuk memprediksi hasil di masa depan. Komponen-
komponen yang ada di dalam laopran laba rugi umumnya adalah sebagai berikut.

1. Penjualan Menyajikan penjualan, potongan penjualan, retur penjualan, dan


informasi lain yang berhubungan. Tujuannya adalah untuk menunjukkan nilai
pendapatan penjualan bersih.
2. Harga Pokok Penjualan Menunjukkan harga pokok penjualan dari pendapatan
penjualan.
3. Laba Kotor Pendapatan kurang dari Harga Pokok Penjualan.
4. Beban Penjualan Melaporkan beban biaya dari usaha perusahaan dalam
melakukan penjualan.
5. Biaya Administrasi Melaporkan beban dari administrasi umum perusahaan.
6. Pendapatan dan Beban Lain-lain Transaksi lain yang tidak termasuk pendapatan
dan biaya yang terkait langsung dengan operasional maupun administrasi
perusahaan.
7. Laba Operasional Laba perusahaan yang diperoleh dari kegiatan operasional
perusahaan.
8. Biaya Pendanaan Bagian yang dipisahkan yang mengindentifikasi biaya
pendanaan perusahaan, selanjutnya berupa biaya bunga.
9. Laba Sebelum Pajak Pendapatan total sebelum dikenai pajak.
10. Pajak Penghasilan Melaporkan biaya pajak yang harus dibayar oleh perusahaan
11. Laba Bersih : Laba yang diperoleh perusahaan setelah dikurangi dengan pajak.
12. Laba per Lembar Saham Nilai keuntungan yang diperoleh perusahaan per lembar
saham yang dikeluarkan.
2.6 Proyeksi Cash Flow
1. Pengertian
Cashflow (Aliran Kas) merupakan sejumlah uang kas yang keluar dan yang
masuk sebagai akibat dari aktivitas perusahaan dengan kata lain adalah aliran kas
yang terdiri dari aliran masuk dalam perusahaan dan aliran kas keluar perusahaan
serta berapa saldonya setiap periode. Analisis arus kas (Cashflow) adalah Laporan
yang disusun guna menunjukkan perubahan bertambahnya atau berkurangnya uang
kas selama satu periode. Pengeluaran uang kas suatu perusahaan dapat bertambah
terus, misalnya untuk pengeluaran pembelian bahan mentah, pembayaran gajki,
upah, honor, dan lain sebagainya.

Hal utama yang perlu selalu diperhatikan yang mendasari dalam mengatur
arus kas adalah memahami dengan jelas fungsi dana/uang yang miliki, simpan atau
investasikan. Secara sederhana fungsi itu terbagi menjadi tiga yaitu :

1. Fungsi likuiditas, yaitu dana yang tersedia untuk tujuan memenuhi kebutuhan
sehari-hari dan dapat dicairkan dalam waktu singkat relatif tanpa ada
pengurangan investasi awal.
2. Fungsi Anti Inflasi, dana yang disimpan guna menghindari resiko penurunan
pada daya beli di masa datang yang dapat dicairkan dengan relatif cepat.
3. Capital Growth, dana yang diperuntukkan untuk penambahan/perkembangan
kekayaan dengan jangka waktu relatif panjang.
Aliran kas yang berhubungan dengan suatu proyek dapat di bagi menjadi tiga
kelompok yaitu:

1. Aliran kas awal (Initial Cash Flow) merupakan aliran kas yang berkaitan
dengan pengeluaran untuk kegiatan investasi misalnya; pembelian tanah,
gedung, biaya pendahuluan dsb. Aliran kas awal dapat dikatakan aliran kas
keluar (cash out flow)
2. Aliran kas operasional (Operational Cash Flow) merupakan aliran kas yang
berkaitan dengan operasional proyek seperti; penjualan, biaya umum, dan
administrasi. Oleh sebab itu aliran kas operasional merupakan aliran kas masuk
(cash in flow) dan aliran kas keluar (cash out flow).
3. Aliran kas akhir (Terminal Cash Flow) merupakan aliran kas yang berkaitan
dengan nilai sisa proyek (nilai residu) seperti sisa modal kerja, nilai sisa proyek
yaitu penjualan peralatan proyek

2. Pemanfaatan Cashflow Projection

Metode proyeksi aliran kas ini sangat sesuai digunakan dalam situasi
penyaluran kredit sebagai berikut:

1. Penjualan perusahaan yang sangat fluktuatif. Penjualan setiap bulan bergerak


dalam satu interval yang cukup besar. Fluktuasi ini mengakibatkan posisi dana
perusahaan juga bervariasi sangat tinggi. Bisa saja terjadi bahwa pada bulan
tertentu terdapat kelebihan dana yang besar, namun tiba-tiba pada bulan
berikutnya terdapat kekurangan dana yang besar.
2. Penjualan yang bersifat musiman. Misanya, industri payung. Kebutuhan dana
akan meningkat pesat menjelang musim hujan. Karena, menjelang musim hujan
inilah produksi dan distribusi payung terjadi. Penjualan dan penagihan piutang
terjadi pada saat musim hujan tiba. Pada musim kemarau, kebutuhan dana relatif
kecil karena penjualan juga relatif kecil.
3. Pembiayaan proyek (project financing). Misanya pembangunan apartemen,
pendirian pabrik, pembelian mesin besar, dan lain-lain. Kebutuhan dana terhadap
proyek-proyek seperti ini sangat tergantung pada bentuk dan progres proyek.

Melalui proyeksi aliran kas ini, dapat diketahui :


1. Jumlah dana yang dibutuhkan, baik kebutuhan jangka penjang maupun jangka
pendek. Selanjutnya dapat diketahui kapan dana tersebut dibutuhkan.
2. Durasi grace priod yang diperlukan oleh bisnis/proyek sebelum memulai cicilan
pkok.
3. Kemampuan perusahaan dalam melakukan pembayaran kewjiban bulanan.
Dengan demikian dapat diketahui jangka waktu yang dibutuhkan untuk melunasi
kredit. Penting untuk dicatat, bank tidak boleh ‘’memaksa’’ perusahaan menbayar
kewajiban di luar kapasitas Cashflow-nya. Apabila itu dilakukan, perusahaan
akan jatuh tempo ke dalam kesulitan likuiditas. Akhirnya bank juga yang akan
ikut merasakan akibatnya, yaitu tunggakan pembayaran.

Proyeksi aliran kas ini dapat disusun dengan periode tertentu. Misanya, per
tahun, per bulan, per minggu, atau bahkan, harian. Tentu saja semakin pendek
interval yang dipakai, hasil proyeksi akan lebih presisi. Tetapi, itu membutuhkan
usaha yang lebih besar dan data yang lebih rinci. Bagi bank, periode bulanan dan
tahunan, umumnya, sudah mencukupi.

Pada umumnya, untuk kebutuhan perkreditan, proyeksi yang dilakukan adalah


bulanan. Untuk proyek jangka panjang, misalnya, pembiayaan hotel, biasanya
proyeksi bulanan dilakukan untuk 1-3 tahun pertama. Setelah itu, dilakukan secara
tahunan. Patokan yang dipakai untuk menetukan durasi proyeksi bulanan adalah
mulai dari awal proyek sampai dengan masa stabilitas komersial. Misalnya,
pembangunan sebuah hotel. Mungkin 2 tahun pertama adalah masa kontruksi.
Setelah itu, 1 tahun berikutnya adalah masa peluncuran dan promosi. Setelah itu,
dianggap penjualan akan stabil. Dengan demikian 3 tahun pertama dilakukan
proyeksi bulanan untuk memperoleh gambaran yang lebih rinci. Setelah itu, tahunan
sudah cukup memadai. Untuk proyek lain, mungkin proyeksi bulanan dibutuhkan
cukup untuk 2 tahun pertama. Jadi, tergantung pada jenis dan sifat proyek yang
dibiayai.

Adapun kegunaan dalam menyusun estimasi cash flow dalam perusahaan


sangat berguna bagi beberapa pihak terutama manajement sebagai berikut :

1. Memberikan seluruh rencana penerimaan kas yang berhubungan dengan rencana


keuangan perusahaan dan transaksi yang menyebabkan perubahan kas.
2. Sebagian dasar untuk menaksir kebutuhan dana untuk masa yang akan datang dan
memperkirakan jangka waktu pengembalian kredit.
3. Membantu menager untuk mengambil keputusan kebijakan financial.
4. Untuk kreditur dapat melihat kemampuan perusahaan untuk membayar kredit
yang diberikan kepadanya

3. Prinsip-prinsip Penyususnan Cashflow

Dalam penyusunan cashflow, ada beberapa prinsip yang harus diketahui


terlebih dahulu. Yang pertama adalah bahwa, sesuai namanya, cashflow disusun
dengan basis tunai (cash basis). Hal ini berbeda dengan laporan keuangan yang
umumnya menggunakan accrual bisnis (pencatatan dilakukan pada saat transaksi
terjadi). Pada cash basis:

1. Pencatatan dilakukan pada saat uang tunai diterima, bukan pada saat penjualan
terjadi. Misalnya, penjualan pada bulan januari dilakukan dengan cara kredit 2
bulan. Pada saat melakukan proyeksi aliran kas, yang diperhatikan adalah pada
saat tagihan diterima, yaitu 2 bulan kemudian. Pendapatan diakui pada saat uang
tunai diterima. Bukan pada saat penjualan dilakukan.
2. Biaya-biaya juga sama, dicatat pada saat uang tunai di keluarkan, bukan pada
saat biaya timbul. Misalnya, perusahaan membeli barang melalui kredit 3 bulan.
Catatan di Cashflow baru muncul pada saat pembayaran dilakukan, bukan pada
saat pembelian.

Sedangkan pada accrual basis, pendapatan dan biaya diakui pada saat kejadian,
dan hal tersebut belum tentu sama dalam waktu terjadi pemindahan uang tunai.
Contoh: PT. A menjual barang secara kredit selama 3 bulan. Pada accrual basis
penjualan dicatat pada saat barang dijual, sedangkan pada cash basis, penjualan baru
dicatat setelah uang diterima (yaitu setelah 3 bulan kemudian).

Adapun langkah-langkah dalam penyusunan cash flow, yaitu :

1. Menentukan minimum kas


2. Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran.
3. Menyusun perkiraan kebutuhan dana dari hutang yang dibutuhkan untuk
menutupi deficit kas dan membayar kembali pinjaman dari pihak ketiga.
4. Menyusun kembali keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah adanya
transaksi financial dan budget kas yang final.
5. Dalam menyusun Cash Flow kita tidak memperhitungkan biaya-biaya non kas
(Non-cash Charges) seperti depresiasi dan amortisasi. Yang diperhatikan adalah
transaksi tunai saja. Dengan demikian, akibat adanya beberapa perbedaan
pencatatan, dalam bentuk jumlah Laba Bersih (Net Profit) yang ditunjukkan
dalam Income Statement sama dengan jumlah uang tunai yang dimiliki
perusahaan tersebut.

Contoh: PT. WAHID memiliki sistem penjualan dan pembelian yang dilakukan
secara tunai. Income Statement per akhir tahun adalah sebagai berikut:

Penjualan Bersih                                 :           Rp. 1.000

Harga Pokok Penjualan                       :           Rp.    800 (-)


Laba Kotor                                          :           Rp.    200
Biaya Operasional
-       Gaji/Bonus      : Rp. 50
-       Lain-lain          : Rp. 20
-       Depresiasi       : Rp. 40 (+)
Rp.    110 (-)

Laba Bersih Operasional                                Rp.      90


Pajak Penghasilan 30 %                                  Rp.      30 (-)
Laba Bersih Setelah Pajak                              Rp.      60
Dalam perhitungan Cash Flow, kita tidak memperhitungkan biaya depresiasi
sebagai biaya karena depresiasi merupakan biaya non-kas. Dengan demikian, dari
perhitungan Rugi/Laba diatas, Cash Flow yang sebenarnya adalah sebagai
berikut:
Laba Bersih                 : Rp.   60
Depresiasi                    : Rp.   40 (+)
Cash flow                    : Rp  100
Cash Flow dapat disusun dengan periode (interval) per tahun, per bulan, bahkan
per hari. Tentu saja semakin pendek interval yang dipakai, hasil penyusunan akan
memiliki ketepatan yang lebih tinggi. Untuk Bank, umumnya kita menggunakan
interval bulanan atau tahunan.

2.4  Format Umum Cashflow


Bentuk (format) Cashflow sangatlah bervariasi. Tidak ada satu bentuk baku yang dipakai
secara umum. Walaupun demikian apapun bentuk yang dipakai, format cashflow terdiri
dari komponen-komponen sebagai berikut:
1. Saldo Awal Kas (Begining Cash Balance Sheet), yaitu jumlah uang tunai(kas)
yang dimiliki perusahaan diawal periode.
2. Kas Masuk atau permintaan kas (Cash inflow), yaitu aliran yang diterima oleh
perusahaan selama waktu tertentu sesuai dengan interval perhitungan (sehari,
sebulan, triwulan dan seterusnya). Yang dimaksud dengan cashflow adalah uang
tunai yang benar-benar diterima. Beberapa contoh komponen yang termasuk
dalam cashflow adalah:
 Piutang dagang yang tertagih , yaitu piutang dagang yang dibayar oleh
pelanggan sehubungan dengan penjualan kredit yang dilakukan oleh
perusahaan/
 Pendapatan bunga atau simpanan yang ada di bank, seperti jasa giro,
bunga deposito, dan lain-lain. Pendapatan bunga juga mungkin didapatkan
dari pelanggan perusahaan yang terlambat membayar piutang dagang yang
telah jatuh tempo sehingga memberikan sejumlah kompensasi dengan
perusahaan dalam bentuk bunga. Pendapatan jenis ini dapat ditemukan di
post other income.
 Konstitusi PPN untuk para eksportir yang menggunakan bahan baku
dalam negeri, yang pada saat mereka membeli bahan baku sudah
membayar PPN.
 Penerimaan tunai sehubungan dengan penjualan aktiva tetap yang
dilakukan oleh perusahaan
 Injeksi dana segar dari pemegang saham. Misalnya adanya penambahan
modal disetor, pemberian pinjaman oleh para pemegang saham, dll.
3. Total Kas yang Tersedia (Total Cash Available), yaitu penjualan antara saldo
awal kas dengan penerimaan tunai periode yang bersangkutan. Saldo ini
menunjukkan total uang tunai yang dimiliki perusahaan untuk perusahaan
tersebut. Kas yang tersedia inilah yang akhirnya akan diberikan untuk membayar
keseluruhan kewajiban tunainya.
4. Kas Keluar atau Pengeluaran Kas (cash outflow), yaitu aliran pembayaran kas
tunai yang diberikan perusahaan. Komponen inilah kebalikan dari cash inflow.
Bila pada cash inflow perusahaan menerima uang tunai, maka pada cash outflow
perusahaan mengeluarkan uang tunai. Beberapa contoh cash outflow:
 Pembayaran utang dagang, yaitu utang dagang yang jatuh tempo yang
harus dibayar sehubungan dengan pembelian kredit suatu perusahaan.
 Biaya bunga akibat pemakaian dana pinjaman, seperti pinjaman leasing,
dan lain-lain.
 Upah buruh, misalnya untuk industri manufaktur.
 Biaya operasional tunai seperti biaya gaji dan bonus karyawan, biaya
utilitas(listrik, air, telpon), biaya asuransi, biaya perjalanan, dll.
 Utang PPH yang harus dibayar.
 Biaya-biaya kredit, seperti provisi kredit, biaya adminitrasi, dll.
 Pembelian aktiva tetap seperti pembelian mesin-mesin, peralatan, tanah
dll.
 Pembiayaan deviden tunai (cash deviden).
 Pembayaran cicilan pokok uang.
5. Surplus Devisi Kas Perusahaan(net cash surplus) yaitu selisih antara total kas
yang tersedia dengan cash outflow. Ada beberapa indikasi yang ditunjukkan oleh
perusahaan yang memiliki kas surplus yang cukup besar terus menerus:
 Kemampuan mencicil pokok pinjaman(bila ada) masih cukup besar.
Dalam kasus seperti ini kita dapat mempertimbangkan kemungkinan
pemberian pinjaman yang tidak terlalu lama.
 Jika perusahaan memiliki pinjaman jangka pendek kas yang surplus
menunjukkan bahwa pinjaman jangka pendek tersebut dapat dilunasi.
Sebaliknya bila kas adalah devisit, ada beberapa indikasi yang ditunjukkan:
 Cicilan pokok pinjaman (bila ada) terlalu besar. Untuk menguji hal ini,
kita dapat mengeluarkan cicilan pokok dari cashflow. Bila ini memang
penyebabnya, kita harus memberi pinjaman yang lebih panjang yang ada
didalam cicilan pokoknya per periode lebih ringan.
 Perusahaan membutuhkan tambahan pinjaman untuk menutupi
kekurangan kas tersebut.
 Bila defisit hanyalah terjadi pada interval awal, berarti terdapat hubungan
dengan grade period untuk pinjaman jangka panjang yang diberikan.
Perusahaan baru dapat melakukan cicilan pokok pinjaman bila saldo telah
menunjukan angka positif (surplus).
6. Saldo Kas Minimum (minimum cash balance) yaitu, suatu jumlah uang tunai
yang ingin terus dipegang perusahaan sepanjang waktu, misalnya untuk keperluan
kas kecil. Untuk pelanggan mobil bekas (used car), setiap saat harus memiliki
uang tunai agar dapat langsung melakukan pembelian bila ada mobil yang ingin
dibeli.
7. Kebutuhan dana tambahan (Additional Financial Needs) yaitu jumlah dana yang
dibutuhkan untuk menutupi devisit kas.
Jumlah dana yang dibutuhkan ini tergantung pada kondisi devisit kas dan saldo
minimum perusahaan:
 Bila tidak ada saldo minimum yang ingin dipelihara perusahaan, saldo
defisit kas sama dengan kebutuhannya,
 Bila ada saldo kas minimum yang harus dijaga dan saldo kas adalah
defisit, kebutuhan kas tambahan merupakan saldo kas minimum tersebut
ditambah saldo defisit.
 Bila ada saldo kas minimum yang harus dijaga, dan saldo kas adalah
surplus, tetapi lebih kecil dari pada saldo minimum yang disyaratkan,
kebutuhan dana tambahan adalah sebesar selisih antara saldo kas
minimum dengan saldo surplus.
 Bila ada saldo kas minimum yang harus dijaga, dan posisi kas adalah
surplus, dimana nilai surplus diatas saldo kas minimum tidak dibutuhkan
dana tambahan.
8. Saldo Kas Akhir (Ending Cash Balance), yaitu posisi kas tunai diakhir periode
(interval) setelah memperhitungkan kebutuhan dana tambahan

2.7 Analisis BEP (Perencanaan Laba)

1. Pengertian Break Even Poin (BEP)


Break even point adalah posisi dimana perusahaan tidak memperoleh laba
dan tidak menderita kerugian. BEP atau titik impas sangat penting bagi
manajemen untuk mengambil keputusan untuk menarik produk atau
mengembangkan produk, atau untuk menutup anak perusahaan yang tidak
menguntungkan. Dengan kata lain, suatu usaha dikatakan impas jika jumlah
pendapatan atau revenue (penghasilan) sama dengan jumlah biaya, atau apabila
laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja.
Menurut Djarwanto dalam buku Dr. H. Rusdiana, M.M, Break even point
adalah suatu keadaan impas, yaitu apabila telah disusun perhitungan laba dan rugi
suatu periode tertentu, perusahaan tidak mendapat keuntungan dan tidak
menderita rugi.2
Horngren dkk mengatakan bahwa Break even point atau titik impas
merupakan suatu tingkat penjualan dimana laba operasinya adalah nol: Total
pendapatan sama dengan total pengeluaran.3
Menurut Henry Simamora Titik Impas adalah volume penjualan dimana
jumlah pendapatan dan jumlah bebannya sama, tidak ada laba maupun rugi
bersi.4
Menurut Hansen dkk,Titik Impas (break even point) adalah titik dimana
total pendapatan sama dengan total biaya, titik dimana laba sama dengan nol.5
Halim dkk mendefinisikan impas merupakan istilah yang digunakan
untuk menyebutkan suatu kondisi usaha, pada saat perusahaan tidak memperoleh
laba tetapi tidak menderita rugi.6
Sedangkan seperti dikatakan Mulyadi Impas (break-even) adalah keadaan
suatu usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. 7 Sehingga
dapat disimpulkan bahwa break even point merupakan suatu titik, dimana jumlah
biaya sama dengan jumlah pendapatan. Titik impas berkaitan dengan batas
keamanan (Margin of Safety).
Margin of safety menurut Abdul Halim dan Bambang S “Margin
Keamanan adalah selisih antara rencana penjualan (dalam unit atau satuan uang)
dengan impas (dalam unit atau satua uang) penjualan”. Margin of safety
memberikan informasi tentang seberapa jauh realisasi penjualan dapat turun dari
rencana penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian. Penurunan realisasi
penjualan dari rencana penjualan maksimum harus sebesar magin of safety agar
perusahaan tidak menderita kerugian.8
Margin of safety menurut Bambang Riyanto (2010 :366) adalah: “margin
of safety merupakan angka yang menunjukkan jarak penjualan yang direncanakan
atau budget sales dengan penjualan break even. Dengan demikian maka margin
of safety adalah juga menggambarkan jarak batas jarak, dimana jika penjualan
melampaui batas tersebut maka penjualan akan mengalami kerugian”.9

Sementara itu analisis impas(Break Event Point) adalah suatu cara untuk
mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi,
tetapi juga belum memperoleh laba (dengan kata lain labanya sama dengan nol).
Dalam analisis break even point memerlukan informasi mengenai
penjualan dan biaya yang dikeluarkan. Laba bersih akan diperoleh bila volume
penjualan melebihi biaya yang harus dikeluarkan, sedangkan perusahaan akan
menderita kerugian bila penjualan hanya cukup untuk menutup sebagian biaya
yang dikeluarkan, dapat dikatakan dibawah titik impas. Analisis break even
point tidak hanya memberikan informasi mengenai posisi perusahaan dalam
keadaaan impas atau tidak, namun analisis break even point sangat membantu
manajemen dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.Tujuan analisis
titik impas adalah untuk mengetahui tingkat aktivitas dimana pendapatan hasil
penjualan sama dengan jumlah semua biaya variabel dan biaya tetapnya.
Analisa break even adalah teknik analisa untuk mempelajari hubungan
antara volume penjualan dan profitabilitas.Analisa ini disebut juga sebagai
analisa impas, yaitu suatu metode untuk menentukan titik tertentu dimana
penjualan dapat menutup biaya, sekaligus menunjukkan besarnya keuntungan
atau kerugian perusahaan jika penjualan melampaui atau berada di bawah titik
tersebut.
Analisis break even adalah penting bagi manajemen untuk mengetahui
hubungan antara biaya, volume dan laba, khususnya informasi mengenai
jumlah penjualan minimum dan besarnya penurunan realisasi penjualan dari
rencana penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian. Bila asumsi
dasar salah satunya mengalami perubahan, maka akan berpengaruh pada posisi
titik impas, sehingga perubahan tersebut akan berpengaruh juga terhadap laba
perusahaan. Analisis break even point digunakan oleh manajer sebagai sebuah
perkiraan bukan kepastian, karena banyak perusahaan yang tidak memenuhi
asumsi-asumsi dasar secara tepat.
Analisa ini penting dalam tahap perencanaan manajemen keuangan,
karena hubungan antara biaya-volume-laba (oleh karenanya, analisa BEP juga
disebut sebagai Cost-Profit-Volume Analysis) dapat dipengaruhi oleh proporsi
investasi dalam aktiva tetap, dan perubahan rasio aktiva tetap terhadap aktiva
variable ditentukan saat rencana keuangan disusun. Dengan kata lain, bila
perusahaan hanya mempunyai biaya variabel saja, maka tidak akan muncul
masalah break even. Ini terkait dengan sifat dari biaya variable dan tetap itu
sendiri.
Analisis break even merupakan suatu teknik analisa untuk mempelajari
hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan.
Oleh karena, analisa tersebut mempelajari hubungan antara biaya keuntungan
volume kegiatan, maka analisa tersebut sering pula disebut „Cost Profit Volume
analysis” (CPV analysis).Dalam perencanaan keuntungan, analisa break-even
merupakan “profit-planning approach” yang mendasarkan pada hubungan antara
biaya (cost) dan penghasilan penjualan (revenue). Analisis break even point
adalah suatu cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha
tidak menderita rugi, tetapi juga belum memperoleh laba dengan kata lain sama
dengan nol).10
Biaya-biaya yang diperhitungkan dalam analisa impas adalah biaya-biaya
operasi seperti gaji staf, biaya penyusutan/depresiasi (yang termasuk biaya
operasi tetap), dan komisi penjualan, bahan baku& upah tenaga kerja langsung
(sebagai contoh biaya operasi variabel). Dalam hal ini beban bunga tidak
termasuk biaya operasi sebab biaya bunga termasuk biaya keuangan. Oleh
karenanya, sebagai langkah awal pembahasan difokuskan pada rencana operasi
perusahaan, yaitu perhitungan BEP Operasional. Tahap selanjutnya adalah
pembahasan tentang rencana pembiayaan atau BEP Finansial.Dengan demikian
pula, analisa break even ini terkait dengan konsep Degree of Operating Leverage
(DOL) & Degree of Financial Leverage (DFL).
Apabila suatu perusahaan hanya mempunyai biaya variabel saja, maka
tidak akan muncul masalah break-even dalam perusahaan tersebut. Masalah
break-even baru muncul apabila suatau perusahaan di samping mempunyai biaya
variabel juga mempunyai biaya tetap. Besarnya biaya variabel secara totalitas
akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi, sedangkan
besarnya biaya tetap secara totalitas tidak mengalami perubahan meskipun ada
perubahan volume produksi.
Adapun biaya yang termasuk golongan biaya variabel pada umumnya adalah
bahan mentah, upah buruh langsung (direct labor), komisi penjualan.Sedangkan
yang termasuk golongan biaya tetap pada umumnya adalah depresiasi aktiva
tetap, sewa, bunga utang, gaji pegawai, gaji pimpinan, gaji staf research, dan
biaya kantor.
Karena adanya unsur variabel di satu pihak dan unsur tetap di lain pihak,
maka dapat terjadi bahwa suatu perusahaan dengan volume produksi tertentu
menderita kerugian, karena penghasilan penjualannya hanya menutup biaya
variabel dan sebagian biaya tetap. Ini berarti bahwa bagian dan penghasilan
penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap tidak cukup untuk menutup
biaya tetapnya. Penghasilan penjualan setelah dikurangi biaya variabel
merupakan bagian dari penghasilan penjualan yang tersedia untuk menutup biaya
tetap biasanya dinamakan “contribution margin” atau “contribution to fried
cost“. Apabila contribution margin lebih besar daripada biaya tetap, berarti
penghasilan penjualan lebih besar daripada biaya total, maka perusahaan
mendapatkan keuntungan.Berhubung dengan itu maka sangatlah bagi pimpinan
suatu perusahaan untuk mengetahui pada volume kegiatan atau volume produksi
penjualan berapa penghasilan penjualan dapat tepat menutup biaya totalnya untuk
dapat menghindarkan kerugian. Volume penjualan dimana penghasilannya
(revenue) tepat sama besar dengan biaya totalnya, sehinggaperusahaan tidak
mendapatkan keuntungan atau menderita kerugian dinamakan “brek-even point”.
Apabila digunakan konsep “contribution margin” maka break-even point
akan tercapai pada volume penjualan dimana contribution margin-nya tetap sama
besarnya dengan biaya tetap-nya. Oleh karena analisa break-even ini mempelajari
perimbangan antara “revenue minus biaya variabel (contribution to fixed cost) di
satu pihak dengan biaya tetap di lain pihak, maka sering dikatakan bahwa analisa
break even merupakan salah satu alat untuk mempelajari “operating leverage “.
Operating leverage terjadi setiap waktu di mana suatu perusahaan mempunyai
biaya tetap yang harus ditutup betapapun besar biaya volume kegiatannya.
“Leverage” dapat didefinisikan sebagai penggunaan aktiva atau dana untuk
penggunaan mana perusahaan harus menutup biaya tetap atau membayar biaya
tetap. Ada dua macam leverage, yaitu “operating leverage” dan „financial
leverage “.Operating laverage bersangkutan dengan penggunaan aktiva atau
operasinya perusahaan yang disertai dengan biaya tetap. Dikatakan bahwa
operating leverage itu menghasilkan leverage yang “favorable” atau positif kalau
revenue setelah dikurangi biaya variabel (contribution to fixed cost) lebih besar
daripada biaya tetapnya.
Dikatakan bahwa operasinya perusahaan yang disertai dengan biaya tetap
itu (operating leverage) merugikan atau menghasilkan leverage yang negatif
kalau “contribution to fixed cost-nya lebih kecil daripada biaya tetapnya.
Dikatakan bahwa operasinya pemsahaan yang disertai dengan biaya tetap itu
dalam keadaan break-even kalau “contribution to fixed cost-nya tepat sama
besarnya dengan biaya tetapnya sebagaimana telah diuraikan di muka.

2. Asumsi Dasar Analisis Break Even Point (BEP)

Asumsi yang mendasari analisis break even point menurut Horngren et all.
adalah sebagai berikut:11
1. Satu-satunya faktor yang memengaruhi biaya adalah perubahan volume.
2. Manajer menggolongkan setiap biaya ( atau komponen biaya gabungan ) baik
sebagai biaya variabel maupun biaya tetap.
3. Beban dan pendapatan adalah linier di seluruh cakupan volume relevannya.
4. Tingkat persediaan tidak akan berubah.
5. Penjualan atas gabungan produk tidak akan berubah. Penjualan gabungan
merupakan kombinasi produk yang membentuk total penjualan.
Sedangkan menurut Mulyadi beberapa asumsi yang berpengaruh dalam
analisa break even poinadalah sebagai berikut:12
1. Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang
diramalkan.
2. Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat
kegiatan.
3. Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relative konstan.
4. Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah.
5. Efisiensi produksi dianggap tidak berubah.
6. Perubahan jumlah persediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan.
7. Komposisi produk yang dijual dianggap tidak berubah.
8. Volume merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya
Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar
dipenuhi.Dalam kenyataan yang sebenarnya lebih banyak asumsi yang tidak
dapat dipenuhi. Namun demikian perubahan asumsi ini tidak mengurangi
validitas dan kegunaan analisa BEP sebagai suatu alat bantu pengambilan
keputusan. Hanya saja diperlukan suatu modifikasi tertentu dalam
penggunaannya.

3. Manfaat Analisis Break Event Point (BEP)


BEP amatlah penting jika kita membuat sebuah usaha agar kita tidak
mengalami kerugian, baik itu usaha yang bergerak di bidang jasa atau
manufaktur. Berikut manfaatdari BEP:
1. Alat perencanaan untuk menghasilkan laba.
2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta
hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat
penjualan yang bersangkutan.
3. Untuk mengetahui hubungan volume penjualan yang diproduksi, harga jual
dan biaya-biaya yang dikeluarkan, sehingga laba rugi perusahaan akan
diketahui.
4. Untuk mengetahui jumlah penjualan minimum (dalam unit produk maupun
satuan uang) agar perusahaan tidak menderita rugi.
5. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan.
6. Mengganti sistem laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan
dimengerti.
7. Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan harga jual.
8. Sebagai bahan atau dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan
terhadap hal-hal berikut :
a. Jumlah penjualan minimalyang harus dipertahankanagar perusahaan tidak
mengalami kerugian.
b. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan
tertentu.
c. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak
menderita rugi.
d. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan
volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.
Menurut Rony analisis titik impas atau analisis Break Even Point sangat
bermanfaat bagi manajemen dalam menjelaskan beberapa keputusan operasional
yang penting dalam tiga cara berbeda namun tetap berkaitan yaitu:13
1. Pertimbangan tentang produk baru dalam menentukan berapa tingkat
penjualan yang harus dicapai agar perusahaan memperoleh laba.
2. Sebagai kerangka dasar penelitian pengaruh ekspansi terhadap tingkat
operasional.
3. Membantu manajemen dalam menganalisis konsekuensi penggeseran biaya
variabel menjadi biaya tetap karena otomisasi mekanisme kerja dengan
peralatan yang canggih.
Matz, Usry dan Hammer juga menjelaskan beberapa manfaat analisa
break even untuk manajemen, yaitu:14
1. Membantu pengendalian melalui anggaran.
2. Meningkatkan dan menyeimbangkan penjualan.
3. Menganalisa dampak perubahan volume.
4. Menganalisa harga jual dan dampak perubahan biaya.
5. Merundingkan upah.
6. Manganalisa bauran produk.
7. Manerima keputusan kapitalisasi dan ekspansi lanjutan.
8. Menganalisa margin of safety.

Sedangkan menurut Sigit analisa Break Even Point mempunyai beberapa


manfaat, diantaranya adalah:15
1. Sebagai dasar merencanakan kegiatan operasional dalam usaha mencapai laba
tertentu.
2. Sebagai dasar atau landasan untuk mengendalikan aktivitas yang sedang
berjalan.
3. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual.
4. Sebagai bahan atau dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan
Manfaat analisis break even poin sangat banyak, namun secara umum
adalah untuk mengetahui titik pulang pokok dari sebuah usaha.Dengan
diketahuinya titik pulang pokok, manajemen dapat mengetahui harus
memproduksi atau menjual pada jumlah berapa unit agar peruasahaan tidak
mengalami kerugian.

4. Kelemahan Break Event Point (BEP)


Sekalipun Analisa break even ini banyak digunakan oleh perusahaan,
tetapi tidak dapat dilupakan bahwa analisa ini mempunyai beberapa kelemahan.
Kelemahan utama dari analisa break even point ini antara lain : asumsi tentang
linearity, kliasifikasi cost dan penggunaannya terbatas untuk jangka waktu yang
pendek:16

1. Asumsi tentang linearity


Pada umumnya baik harga jual per unit maupun variabel cost per unit,
tidaklah berdiri sendiri terlepas dari volume penjualan. Dengan perkataan lain,
tingkat penjualan yang melewati suatu titik tertentu hanya akan dicapai dengan
jalan menurunkan harga jual per unit. Hal ini tentu saja akan menyebabkan garis
renevue tidak akan lurus, melainkan melengkung. Disamping itu variabel
operating cost per unit juga akan bertambah besar dengan meningkatkan volume
penjualan mendekati kapasitas penuh. Hal ini bisa saja disebabkan karena
menurunnya efesiensi tenaga kerja atau bertambah besarnya upah lembur.
2. Klasifikasi biaya
Kelemahan kedua dari analisa break even point adalah kesulitan di dalam
mengklasifikasikan biaya karena adanya semi variabel cost dimana biaya ini tetap
sampai dengan tingkat tertentu dan kemudian berubah-ubah setelah melewati titik
tersebut.
3. Jangka waktu penggunaan
Kelemahan lain dari analisa break even point adalah jangka waktu
penerapanya yang terbatas, biasanya hanya digunakan di dalam pembuatan
proyeksi operasi selama setahun. Apabila perusahaan mengeluarkan biaya-biaya
untuk advertensi ataupun biaya lainnya yang cukup besar dimana hasil dari
pengeluaran tersebut (tambahan investasi) tidak akan terlihat dalam waktu yang
dekat sedangkan operating cost sudah meningkat, maka sebagai akibatnya jumlah
pendapatan yang harus dicapai menurut analisa break even point agar dapat
menutup semua biaya-biaya operasi yang bertambah besar juga.
Kelemahan dari analisa break even point yang lain adalah bahwa hanya
ada satu macam barang yang diproduksi atau dijual. Jika lebih dari satu macam
maka kombinasi atau komposisi penjualannya (sales mix) akan tetap konstan.
Jika dilihat di jaman sekarang ini bahwa perusahaan untuk meningkatkan daya
saingnya mereka menciptakan banyak produk, jadi sangat sulit dan ada satu
asumsi lagi yaitu harga jual persatuan barang tidak akan berubah berapa
pun, jumlah satuan barang yang dijual, atau tidak ada perubahan harga secara
umum.Analisa break even pointjangka waktu penerapanya terbatas, biasanya
hanya digunakan di dalam pembuatan proyeksi operasi selama setahun. Apabila
perusahaan mengeluarkan biaya-biaya untuk advertensi ataupun biaya lainnya
yang cukup besar dimana hasil dari pengeluaran tersebut (tambahan investasi)
tidak akan terlihat dalam waktu yang dekat sedangkan operating cost sudah
meningkat, maka sebagai akibatnya jumlah pendapatan yang harus dicapai
menurut analisa break even point agar dapat menutup semua biaya-biaya operasi
yang bertambah besar juga.

5. Metode Perhitungan Break Even Point (BEP)


Break even point umumnya dapat dihitung dengan tiga metode yaitu
metode persamaan, metode margin kontribusi dan metode grafis. Ketiga metode
tersebut pada dasarnya adalah pendekatan yang mempunyai hasil akhir sama,
akan tetapi ketiga metode tersebut memiliki perbedaaan pada bentuk dan variasi
dari persamaan laporan laba rugi kontribusi. Dibawah ini akan diuraikan tiga
metode, sehingga akan jelas perbedaanya:

1. Metode Persamaan
Metode Persamaan (equation method) adalah metode yang berdasarkan pada
pendekatan laporan laba rugi . Dengan persamaan dasar sebagai berikut menurut
Halim:17
Penghasilan total = Biaya total
Penghasilan total = Biaya variabel + Biaya tetap
Persamaan tersebut dapat diuraikan dalam rumus berikut :
px = a + bx
Keterangan:
p = Harga jual per unit produk
x= Unit produk yang dijual/yang diproduksi
a= Total Biaya Tetap
b= Biaya variabel setiap unit produk

Dari persamaan diatas, dapat diuraikan menjadi rumus break even point sebagai
berikut :
a. Break even point dalam satuan uang penjualan
a
BEP (Rupiah)=
bx
1-
px

a
BEP (Unit) =
p - b

b. Break even point dalam unit produk


Pada keadaaan titik impas laba operasinya sama dengan nol, sehingga akan
menghasilkan jumlah produk ( dalam satuan unit maupun satuan uang penjualan )
yang dijual mencapai titik impas ditambah biaya tetap.

2. Metode Kontribusi Unit


Menurut Simamora Metode Kontribusi Unit merupakan variasi metode
persamaan. Setiap unit atau satuan produk yang terjual akan menghasilkan
jumlah margin kontribusi tertentu yang akan menutup biaya tetap. Metode
kontribusi unit adalah metode jalan pintas dimana harus diketahui nilai margin
kontribusi.18 Margin Kontribusi adalah hasil pengurangan pendapatan dari
penjualan dengan biaya variabel.Sedangkan rasio margin kontribusi adalah
margin kontribusi dibagi dengan penjualan. Untuk mencari titik Impas rumusnya
adalah sebagai berikut
BEP (Unit) Biaya Tetap
Margin Kontribusi per
= Un

Biaya Tetap
BEP (Rupiah) =
Rasio Margin Kontribusi
3. Metode Grafis
Manajer dapat menggambarkan titik impas melalui grafis. Grafis titik
impas akan menunjukkan volume penjualan pada sumbu x atau garis horizontal
dan biaya akan terletak pada sumbu y atau garis vertikal. Sedangkan titik impas
akan terletak pada perpotongan antara garis pendapatan dan garis biaya. Garis
sebelah kiri garis impas menunjukkan sisi kerugian, sebaliknya sisi kanan
menunjukkan sisi laba usaha.
Dengan menggunakan metode grafis manajer dapat menghindari metode
matematis pada waktu tingkat penjualan yang berbeda tengah dipertimbangkan.
Metode grafis akan membantu manajer dalam mengevaluasi akibat perubahan
volume tahun lalu dan dapat memproyeksikan volume penjualan pada tahun
yang akan datang.

Menurut Simamora grafis titik impas mempunyai beberapa hal penting yaitu
selama harga jual melebihi biaya variabel ( margin kontribusinnya positif),
maka penjualan yang lebih banyak akan menguntungkan perusahaan, baik
dengan meningkatkan laba ataupun mengurangi kerugian. Oleh karena itu,
perusahaan lebih baik tetap beroperasi karena kerugian mereka akan lebih
besar lagi jika perusahaan menghentikan atau menutup kegiatan usahanya, hal
ini pada umumnya sering terjadi pada bisnis musiman.19

6. Aplikasi Perhitungan Break Even Point(BEP)


PT. Laksamana Raja di Laut memiliki data biaya dan rencana produksi
seperti berikut ini :
1. Biaya Tetap sebulan adalah sebesar Rp140.000.000,00 yaitu terdiri dari :
Biaya Gaji Pegawai + Pemilik = Rp75.000.000,00

a. Biaya Penyusutan Mobil Kijang = Rp1.500.000,00


b. Biaya Asuransi Kesehatan = Rp15.000.000,00
c. Biaya Sewa Gedung Kantor = Rp18.500.000,00
d. Biaya Sewa Pabrik = Rp30.000.000,00

2. Biaya Variabel per Unit Rp. 75,000.00 yaitu terdiri


dari :
a. Biaya Bahan Baku = Rp35.000,00
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung = Rp25.000,00
c. Biaya Lain = Rp15.000,00

3. Harga Jual per Unit Rp95.000,00


4. Kapasitas produksi penuh 15.000 unit

Dari data PT. Laksamana Raja di Laut tersebut dapat dihitung (break Even
Point (BEP) sebagai berikut:

1. Metode Persamaan

Di mana:
BEP (Rupiah) = Break Even Point dalam Rupiah
a = Biaya Tetap
bx = Biaya Variabel per Unit x Kapasitas produksi Penuh
px = Harga Jual per Unit x Kapasistas Produksi Penuh

140,000,000.00
BEP (Rupiah) =
75,000.00x15,000

1 95,000.00x15,000
140,000,000.00
=
1,125,000,000.00

1 - 1,425,000,000.00

140,000,000.00
=
1- 0,79

140,000,000.00
=
0.21

= 665,000,000.00

Di mana:
BEP (Rupiah) = Break Even Point dalam Rupiah
a = Biaya Tetap
b = Biaya Variabel per Unit
p = Harga Jual per Unit

140,000,000.00 140,000,000.00

BEP (Unit) =
=
95000 - 75,000 20,000
= 7000 unit

2. Metode Kontribusi Unit

140,000,000.00
=
0.21

Biaya Tetap
BEP (Unit) =

Margin Kontribusi per Unit

Biaya Tetap

= Penjualan - Biaya Variabel


140,000,000,00
=
95,000.00 - 75,000.00
140,000,000.00
=
20,000.00
= 7000 Unit

Biaya Tetap
BEP (Rupiah) =

Rasio Margin Kontribusi

Biaya Tetap
=
Margin Kontribusi : Penjualan

140,000,000.00
=665,000,000.00

20,000.00 : 95,000.0

4. Metode Grafis
Dalam menentukan titik Break Even Point (BEP) menggunakan metode
grafis dapat dilakukan dengan beberapa langkah yaitu:

a. Tentukan sumbu x (harga) dan sumbu y (produksi).


b. Gambarkan garis biaya tetap
c. Gambarkan garis biaya variable yang diawali pada posisi biaya tetap
d. Gambarkan garis penjualan yang dimulai dari tiitk nol
e. Perpotongan antara garis biaya variable dengan garis penjualan adalah
titik BEP.

Dalam kasus ini terdapat data-data sebagai berikut:


Biaya tetap : Rp
140.000.000,00 Biaya variabel/unit : Rp
75.000,00 Harga
jual per unit : Rp 95.000,00
Kapasitas Penuh : 15.000 unit
Maka dapat digambarkan Break Even Point (BEP) dalam bentuk grafis sebagai berikut:

Keterangan:
FC : Biaya Tetap dalam produksi penuh
VC : Biaya Variabel dalam produksi penuh
S : Penjualan dalam produksi penuh

Jumlah yang tertera dalam grafik, baik itu harga maupun jumlah produksi
diasumsikan dalam ribuan rupiah.
Dalam menghitung Break Even Point (BEP) kita dapat menggunakan
metode persamaan, metode kontribusi unit, maupun metode grafis. Apapun
metode yang kita gunakan hasilnyasama. Contoh kasus di atas telah
membuktikan ketiga metode yang digunakan menghasilkan Break Even Point
(BEP) rupiah sebesar Rp 665.000.000,00 dan unit sebesar 7.000 unit.
Dari hasil hitungan Break Even Point (BEP) PT. Laksamana Raja di Laut
tersebut menunjukkan bahwa apabila perusahaan mau mendapat keuntungan,
maka harus memproduksi atau menjual barang dalam jumlah di atas 7.000 unit
sampai batas kapasitas penuh yaitu 15.000 unit. Apabila perusahaan
memproduksi atau menjual produk di bawah jumlah 7.000 unit dipastikan
perusahaan menderita kerugian. Misalnya apabila perusahaan memproduksi
sebanyak 8.000 unit maka dapat dihitung sebagai berikut:
Penjualan 8.000 unit x Rp 95.000 = Rp 760.000.000,00
Biaya = biaya tetap + biaya variabel = Rp 140.000.000,00 + (8.000 x Rp
75.000.000,00) = Rp 140.000.000,00 + Rp 600.000.000,00 = Rp
740.000.000,00.
Sehingga laba/keuntungan yang didapatkan: Penjualan – biaya = Rp
760.000.000,00 – Rp 740.000.000,00 = Rp 20.000.000,00.
Dan jika memproduksi sebanyak 6.000 unit maka dapat dihitung sebagai
berikut:
Penjualan 6.000 unit x Rp 95.000 = Rp 570.000.000,00
Biaya = biaya tetap + biaya variabel = Rp 140.000.000,00 + ( 7.000 x Rp
75.000,00) = Rp 140.000.000,00 + Rp 525.000.000,00 = Rp 665.000.000,00
Sehingga kerugian yang diderita oleh peruahaan: Penjualan – Biaya + Rp
570.000.000,00 – Rp 665.000.000,00 = (Rp 95.000.000,00).
Dalam dunia usaha tidak terkecuali unit perusahaan dari waktu ke waktu
akanmengalami perubahan yang dapat terjadi dalam bulan, triwulan maupun
perbedaan kondisi dari tahun ke tahun disebabkan oleh faktor internal
perusahaan maupun eksternal perusahaan termasuk pengaruh kebijaksanaan
pemerintah. Untuk mengatasi hal ini pimpinan perusahaan harus dinamis, peka
terhadap perubahan, mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam membuat
alternatif pemecahan masalah sehingga tepat dan akurat di dalam mengambil
keputusan khususnya dalam hal untung rugi perusahaan.
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Penjualan adalah kegiatan yang terpadu untuk mengembangkan rencana-rencana
strategis yang diarahkan kepada usaha pemuasan kebutuhan serta keinginan
pembeli/konsumen, guna untuk mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba atau
keuntungan.
Seni menjual adalah suatu seni yang digunakan untuk mempengaruhi orang lain
supaya tertarik dan bersedia untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan sehingga
konsumen akan merasa mendaptkan keuntungan jika membeli barang atau jasa tersebut
NeracaAkhir dari seluruh penyusunan anggaran komprehensif suatu perusahaan
adalah penyusunan proyeksi neraca.
Proyeksi neraca merupakan tahap akhir dari seluruh tahap yang harus dilalui
untuk menyusun anggaran induk suatu badan usaha. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia pelayanan adalah kemudahan yang diberikan sehubungan dengan proses jual
beli barang dan jasa.
Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi atau yang biasa dikenal dengan ( income
statements) dalam Bahasa Inggris, merupakan suatu laporan yang dapat mengukur
tingkat keberhasilan operasi perusahaan dalam periode kurun waktu tertentu.
Komunitas bisnis dan investasi memanfaatkan laporan laba rugi dalam penentuan baik
profitabilitas, nilai investasi, maupun kelayakan kredit

1.2 Saran

Semoga dari makalah ini, pembaca mendapat pegetahuan tentang berpikir postif
dan kreatif, konsep diri dan mengetahui tipe-tipe penjualan dalam kewirausahaan
Adapaun saran yang dapat diberikan penulis kepada pembaca adalah kenali diri sendiri
untuk mengembangkan diri agar mampu bersaing di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
A. Rusdiana, Manajemen Operasi. (Jakarta: Pustaka Setia, 2014).

Abdul Halim dan Bambang, Supomo, Akuntansi Manajemen. (Yogyakarta:


BPFE. 2005).

, Analisis Investasi.Edisi kedua. (Jakarta: Salemba Empat, 2011).

Budisantoso Totok, Triandaru Sigit..Bank dan Lembaga Keuangan Lain.


(Jakarta: Salemba Empat, 2006).

Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. (Yogyakarta:


BPFE, ed. 4, 2010).

Hansen et.all, Akuntansi Manajerial. (Jakarta: Salemba Empat, 2011).

Helmi Rony, Akuntansi Biaya Pengantar untuk Peren caaan dan Pengendalian
Biaya Produksi.(Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi,
Universitas Indonesia,1990).

Henry Simamora, Akuntansi Manajemen.( Riau: Star Gate Publisher, Edisi


ketiga, 2012).

Horngren et. all, Akuntansi. (Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia, Edisi ke-
6, 2006).
,Introduction to Management Accounting. (New Jersey: Pearson Prentice Hall,
2008).
Matz, Usry, dan Hammer, Akuntansi Biaya Perencanaan dan Pengendalian.

(Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 2000).

Mulyadi, Akuntansi Manajemen 3. Proses


Pengendalian Manajemen.(Yogyakarta: STIE YKPN, Edisi
Kesatu, 1993).

, Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa. (Yogyakarta :


STIE-YKPN, Edisi 8, 1997).

Suhardi dan Purwanto, Statistika Untuk Ekonomi Dan Keuangan Modern.


(Jakarta: Salemba Empat, 2004).

Anda mungkin juga menyukai