Anda di halaman 1dari 18

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFENISI DAN KLASIFIKASI KARIES

Karies Gigi adalah suatu proses kronis regresif, dimana prosesnya terjadi terus berjalan
masuk ke lapisan bagian yang lebih dalam dari gigi sehingga lubang yang dibentuk adalah
irreversible melalui proses penyembuhan. Hal ini terjadi karena interaksi bakteri, adanya
karbohidrat pada permukaan gigi, dan waktu menyebabkan terjadinya demineralisasi.
Untuk memudahkan mendeteksi penyakit karies gigi, maka telah dilakukan
pengelompokkan atau klasifikasi oleh G.V Black. Berikut adalah klasifikasi gigi menurut
G.V. Black :
1. Kelas I.
Karies yang terjadi pada bagian oklusal (pits dan fissure) dari gigi premolar dan
molar (gigi posterior, gigi 4-8). Dapat juga terdapat pada gigi anterior di foramen
caecum.
2. Kelas II.
Karies yang terdapat pada bagian approximal (mesial dan distal) dari gigi-gigi molar
atau premolar (gigi posterior, gigi 4-8), yang umumnya meluas sampai bagian oklusal.
3. Kelas III.
Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi depan, tetapi belum mencapai
margo incisalis (belum mencapai ⁄ incisal gigi). Lubang di permukaan gigi yang
menghadap ke langit-langit.
4. Kelas IV.
Kelanjutan Kelas III. Karies telah meluas dari approximal dari gigi-gigi depan dan
sudah mencapai margo incisalis (telah mencapai ⁄incisal gigi).
5. Kelas V.
Karies yang terdapat pada bagia 1/3 leher gigi-gigi depan atau permukaan halus dan
fasial maupun gigi belakang pada permukaan labial, lingual, palatal ataupun bukal dari
gigi. Lebih dominan timbul di permukaan yang menghadap kebibir dan pipi dari pada
lidah.
6. Kelas VI.
Karies yang terdapat pada incisal edge dan cusp oklosal pada gigi belakang yang
disebabkan oleh abrasi, atrisi atau erosi.

SUMBER : JURNAL 1
2.2 ETIOLOGI KARIES
Proses terjadinya karies pada gigi adalah multifaktorial yang melibatkan faktor yang
saling bekerjasama. Ada 4 faktor penting yang saling berinteraksi dalam pernbentukan karies
gigi, yaitu:
a. Mikroorganisme
Mikroorganisme sangat berperan menyebabkan karies. Streptococcus mutans dan
Lactobacillus merupakan 2 dari 500 bakteri yang terdapat pada plak gigi dan merupakan
bakteri utama penyebab terjadinya karies. Plak adalah suatu massa padat yang
merupakan kumpulan bakteri yang tidak dapat dikalsifikasi, menempel pada permukaan
gigi, tahan terhadap pelepasan dengan berkumur atau gerakan fisiologis jaringan lunak.
Plak akan terbentuk pada semua permukaan gigi dan tambalan yang sulit dibersihkan
mempunyai daya perkembangan yang sangat baik, seperti daerah tepi gingival, pada
permukaan proksimal, dan di dalam fisur. Bakteri yang kariogenik akan menyebabkan
fermentasi terjadi terhadap sukrosa menjadi asam laktat yang sangat kuat sehingga
mampu menyebabkan demineralisasi. Berikut ini bakteri-bakteri penyebab karies:
1) Streptococcus mutan
Streptococcus mutans pertama kali diisolasi oleh Clark pada tahun 1924 dari gigi
manusia yang mengalami karies. Streptococcus mutans berperan penting terhadap trejadinya
karies gigi. Istilah Streptococcus mutans diambil berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologi
dengan pengecatan gram. Bakteri ini berebentuk oval dan lain dari bentuk spesies
Streptococcus yang lain, sehingga disebut sebagai mutan dari Streptococcus. Taksonomi dari
Streptococcus mutans adalah sebagai berikut:
 Kingdom : Monera
 Divisio : Firmicutes
 Class : Bacili
 Order : Lactobacilalles
 Family : Streptococcaceae
 Genus : Streptococcus
 Species : Streptococcus mutans
Streptococcus mutans diklasifikasikan berdasarkan serotype menjadi 8 kelompok
yaitu serotype “a” sampai “h”. Pembagian serotype ini berdasarkan perbedaan karbohidrat
pada dinding sel. Akan tetapi, berdasarkan hibridasi DNA bakteri ini dibagi menjadi 4
kelompok genetic. Pembagian ini berdasarkan prosentase basa DNA yaitu guanine dan
cytosine. Strain Streptococcus mutans yang banyak terdapat pada manusia adalah serotype c,
e dan /(36 to 38% G + C), dimana Streptococcus mutan serotype c merupakan bakteri utama
penyebab karies gigi.
SUMBER : https://jurnal.unej.ac.id/index.php/STOMA/article/download/2122/1724

2) Streptococcus sanguinis
Streptococcus sanguinis adalah bakteri Gram positif dan bersifat anaerob fakultatif.
Streptococcus sanguinis berikatan langsung pada pelikel permukaan gigi dengan pelbagai
mekanisme, salah satunya dengan cara berikatan pada protein saliva seperti prolinerich.
Bakteri ini memfasilitasi bakteri lain untuk berkoloni pada permukaan gigi untuk membentuk
plak dan berkontribusi terhadap perkembangan karies.
 Kingdom : Bacteria
 Phylum : Firmicutes
 Class : Bacilli
 Order : Lactobacillales
 Family : Streptococcaceae
 Genus : Streptococcus
 Species : S. sanguinis
SUMBER :
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/odj/article/download/2247/1704

3) Streptococcus mitis
Streptococcus mitis, sebelumnya dikenal dengan Streptococcus mitior, merupakan
spesies alfa-hemolitik mesofilia Streptococcus yang berkembang dalam mulut manusia.
Umumnya ditemukan di tenggorokan, nasofaring, dan mulut. Streptococcus mitis merupakan
kokus Gram-positif, anaerob fakultatif, dan negatif katalase. Streptococcus mitis dapat
menyebabkan infeksi endokarditis.
 Kingdom: Bacteria
 Filum: Firmicutes
 Kelas: Bacilli
 Ordo: Lactobacillales
 Famili: Streptococcaceae
 Genus: Streptococcus
 Spesies: mitis
SUMBER : Lamas, C. C.; Eykyn, S.
J. (2003). "Blood culture negative endocarditis: Analysis of 63 cases presenting over
25 years". Heart (British Cardiac Society). 89 (3): 258–262.
doi:10.1136/heart.89.3.258. PMC 1767579 alt=Dapat diakses gratis. PMID 12591823
4) Streptococcus salivarius
Streptococcus salivarius adalah spesiesbakteri anaerob bulat , gram positif , fakultatif
yang bersifat katalase dan oksidase negatif. S. salivarius menjajah (biasanya dalam rantai)
rongga mulut dan saluran pernapasan atas manusia hanya beberapa jam setelah kelahiran,
membuat paparan lebih lanjut terhadap bakteri tidak berbahaya di sebagian besar keadaan.
Bakteri ini dianggap sebagai patogen oportunistik , jarang menemukan jalan ke aliran darah,
di mana ia terlibat dalam kasus sepsis pada orang dengan neutropenia., (kekurangan sel darah
putih).
S. salivarius memiliki karakteristik berbeda ketika terpapar nutrisi lingkungan yang berbeda.
Misalnya, di laboratorium, jika media pertumbuhan digunakan yang mencakup sukrosa maka
S. salivarius dapat menggunakan sukrosa untuk menghasilkan kapsul di sekitarnya. Namun,
jika sukrosa digantikan oleh glukosa seperti pada piring GYC (glukosa, ekstrak ragi, kalsium
karbonat), S. salivarius tidak dapat membuat
kapsul dari glukosa.
 Domain: Bakteri
 Divisi: Firmicutes
 Kelas: Bacilli
 Memesan: Lactobacillales
 Keluarga:Streptococcaceae
 Marga: Streptococcus
 Jenis: S. salivarius
SUMBER : Wescombe, PA; Heng, NCK; et al. (2009). "Bakteriocins streptokokus
dan kasus untuk Streptococcus salivarius sebagai model probiotik oral". Mikrobiologi
Masa Depan . 4 (7): 819–835. doi : 10.2217 / fmb.09.61 . PMID 19722837 .
5) Lactobacillus acidophilus

Lactobacillus adalah genus bakteri gram-positif, anaerobik fakultatif atau


mikroaerofilik. Genus bakteri ini membentuk sebagian besar dari kelompok bakteri asam
laktat, dinamakan demikian karena kebanyakan anggotanya dapat mengubah laktosa dan gula
lainnya menjadi asam laktat. Kebanyakan dari bakteri ini umum dan tidak berbahaya bagi
kesehatan. Dalam manusia, bakteri ini dapat ditemukan di dalam vagina dan sistem
pencernaan, di mana mereka bersimbiosis dan merupakan sebagian kecil dari flora usus.
Banyak spesies dari Lactobacillus memiliki kemampuan membusukkan materi tanaman yang
sangat baik. Produksi asam laktatnya membuat lingkungannya bersifat asam dan
mengganggu pertumbuhan beberapa bakteri merugikan. Lactobacillus sering menjadi agen
terjadinya lesi karies sekunder yang dapat mempercepat demineralisasi permukaan gigi.
Lactobacillus acidophilus menghasilkan asam laktat sebagai produk akhir fermentasi
karbohidrat. Bakteri tersebut berperan dalam metabolisme glukosa di mulut yaitu dengan
menghasilkan asam organik yang menurunkan pH di mulut hingga kurang dari 5. Rendahnya
pH ini akan menyebabkan terjadinya dekalsifikasi dan dimulainya pembusukan gigi.
Beberapa anggota genus ini telah memiliki genom sendiri.

 Kingdom: Bacteria
 Divisi: Firmicutes
 Kelas: Bacilli
 Ordo: Lactobacillales
 Famili: Lactobacillaceae
 Genus: Lactobacillus
 Spesies Lactobacillus acidophilus

Beijerinck 1901
SUMBER : Non Nutrient Factors Affecting Growth
6) Actynomyces
Semua spesies Actinomyces memfermentasikan glukosa, terutama membentuk asam
laktat, asetas, suksinat, dan asam format. Actinomyces viscosus dan Actinomyces naesundil
mampu membentuk karies akar, fisur, dan merusak periodontonium. Actinomyces
odontolyticus pertama kali ditemukan oleh Batty (1958). Sejak dilakukan penelitian terhadap
200 spesimen dari karies pada manusia,
dinyatakan kuman ini sebagai penyebab
karies gigi.

 Kingdom : Bacteria

b. Gigi (Host)
Ada beberapa faktor yang
dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi
( ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Morfologi
setiap gigi manusia terbentuk dalam berbagai bentuk seperti permukaan oklusal gigi
memiliki lekuk dan fisur yang berbeda dengan tahap kedalaman yang berbeda pula. Gigi
dengan lekukan yang lebih dalam merupakan daerah yang sulit dibersihkan dari sisa-sisa
makanan yang menempel sehingga plak akan mudah tertumbuh dan dapat menyebabkan
terjadinya karies gigi. Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia
kompleks yang mengandung 97% mineral ( kalsium, fosfat, karbonat dan fluor), air 1%
dan bahan organic 2 %. Bagian luar enamel yang mengalami mineralisasi yang lebih
sempurna dan mengandung banyak fluor, fosfat, sedikit karbonat dan air. Kepadatan
kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel akan
semakin resisten. Gigi susu lebih mudah terserang karies daripada gigi permanan. Hal ini
disebabkan karena enamel gigi susu mengandung lebih banyak bahan organic dan air
sedangkan jumlahnya lebih sedikit dari pada gigi tetap.
Kawasan-kawasan yang mudah terserang kareis adalah:
1. Pit dan fisur pada permukaan oklusal molar dan premolar;pit bukal
molar dan pit palatal insisif
2. Permukaan halus di daerah aproksimal sedikit di bawah titik
kontak;
3. Email pada tepian di daerah leher gigi sedikit di atas tepi gingiva
4. Permukaan akar yang terbukam yang merupakan daerah tempat
melekatnya plak pada pasien dengan resesi gingiva karena di atas
tepi gingiva
5. Tepi tumpatan terutama yang kurang atau mengemper
6. Permukaan gigi yang berdektan dengan gigi tiruan dan jembatan
c. Makanan
Makanan adalah antara peranan yang besar dalam penyebab terjadinya karies yang
bersifat lokal, derajat kariogenik makanan tergantung dari komponennya. Sisa-sisa
makanan dalam mulut (karbohidrat) merupakan substrat yag difermentasikan oleh bakteri
untuk mendapatkan energi. Sukrosa dan glukosa di metabolismekan sehingga terbentuk
polisakarida intrasel dan ekstrasel sehingga bakteri menempel pada permukaan gigi.
Selain itu, sukrosa juga menyediakan sumber energi bagi metabolisme kariogenik.
Sukrosa oleh bakteri kariogenik dipisahkan menjadi glukosa dan fruktosa, lebih lanjut
glukosa ini dimetabolismekan menjadi asam laktat, asam format, asam sitrat dan
dekstran.
d. Waktu Karies
Karies merupakan penyakit yang mempunyai tumbuh kembang yang lambat dan
keaktifannya berjalan secara bertahap serta merupakan proses dinamis yang ditandai oleh
periode demineralisasi dan remineralisasi. Kecepatan perkembangan karies pada anak-
anak lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan terjadinya karies pada orang dewasa.
Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup
bervariasim diperkirakan 6 – 48 bulan

2..3 Faktor Risiko Karies

Karies merupakan peyakit multifaktorial, Untuk dapat terjadinya karies harus didapatkan
berbagai macam faktor resiko. Faktor resiko adalah berbagai aspek atau karakteristik dasar
dari studi populasi yang mempengaruhi kemungkinan terjadinya suatu penyakit. Adanya
hubungan sebab akibat antara faktor resiko dengan terjadinya karies penting sebagai proses
identifikasi dan menilai perkembangan lesi awal karies.

1. Pengalaman karies

Menurut penelitian epidemiologis, pengalaman karies berhubungan terhadap


perkembangan karies dimasa mendatang. Sensitifitas parameter ini hampir mencapai 60%.
Tingginya skor pengalaman karies pada gigi desidui dapat memprediksi terjadinya karies
pada gigi permanennya.

2. Umur

Pada studi epidemiologis terdapat suatu peningkatan prevalensi karies sejalan dengan
bertambahnya umur. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies karena
sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi. Anak- anak mempunyai risiko karies yang
paling tinggi ketika gigi mereka baru erupsi sedangkan orangtua lebih berisiko terhadap
terjadinya karies akar. Dalam penelitiannya Tarigan membuat faktor umur menjadi 3 fase,
yaitu:

a. Periode gigi campuran, disini Molar 1 paling sering terkena karies.

b. Periode pubertas (remaja) umur antara 14- 20 tahun. Pada masa ini terjadi perubahan
hormonal yang dapat menimbulkan pembengkakan gusi, sehingga kurang terjaganya
kebersihan mulut dan dapat meningkatkan prosentase karies.

c. Umur antara 40-50 tahun.


Pada umur ini sudah terjadi retraksi atau menurunnya gusi dan papil sehingga, sisa-sisa
makanan sering lebih sukar dibersihkan.

3. Jenis Kelamin

Nilai DMFT wanita masa kanak kanak dan remaja lebih tinggi dibandingkan pria.
Walaupun demikian, komponen gigi yang hilang (M, missing) lebih sedikit daripada pria
umumnya karena oral higiene wanita lebih baik. Sebaliknya, pria mempunyai komponen
tumpatan pada gigi (F, filling) yang lebih banyak dalam indeks DMFT.

4. Sosial Ekonomi

Ada hubungan antara keadan ekonomi dan prevalensi karies. Faktor yang
mempengaruhi perbedaan ini ialah pendidikan dan penghasilan yang berhubungan dengan
diet, kebiasaan merawat gigi dan lain-lain. Hubungan antara status sosial ekonomi
berbanding terbalik, peningkatan status sosial ekonomi merupakan faktor resiko terjadinya
karies gigi dan scara umum diukur dari indikator seperti pendapatan, tingkat pendidikan, pola
hidup dan prilaku kesehatan gigi. Karies lebih sering terjadi pada kelas sosial ekonomi rendah
dibandingkan dengan kelas sosial ekonomi tinggi. Sebenarnya hal ini terjadi bukan karena
mahalnya biaya perawatan gigi, tetapi lebih karena besarnya rasa kebutuhan terhadap
kesehatan gigi.

5. Oral Higiene

Salah satu komponen dalam terjadinya karies adalah plak bakteri pada gigi. Karies
dapat dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari permukaan gigi.
Pembersihan dengan menggunakan pasta gigi mengandung fluoride secara rutin dapat
mencegah karies. Pemeriksaan gigi yang teratur dapat mendeteksi gigi yang berpotensi
menjadi karies. Kontrol plak yang teratur dan pembersihan gigi dapat membantu mengurangi
insidens karies gigi. Bila plaknya sedikit, maka pembentukan asam akan berkurang dan karies
tidak dapat terjadi.

6. Pola Makan

Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal daripada
sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan. Kadar kariogenik dalam
makanan tergantung pada komponen-kompnennya dan dipengaruhi berbagai macam faktor.
Karbohidrat akan dimetabolisme oleh bakteri plak menjadi asam dengan kadar yang berbeda.
Seseorang dengan kebiasaan diet gula terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan
pada giginya dibandingkan kebiasaan diet lemak dan protein. Setiap kali seseorang
mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat yang dapat diragikan,
maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan memulai memproduksi asam
sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20- 30 menit setelah makan.
Diantara periode makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses
remineralisasi. Tetapi apabila makanan dan minuman berkarbonat terlalu sering dikonsumsi,
maka enamel gigi tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan
sempurna sehingga terjadi karies.

Konsistensi dari makanan juga mempengaruhi kecepatan pembentukan plak. Makanan


lunak yang tidak memerlukan pengunyahan hanya memiliki sedikit efek membersihkan gigi
geligi atau bahkan tidak sama sekali, sedamgkan jenis makanan yang mudah melekat ke gigi
seperti coklat dan permen, memudahkan kemungkinan terjadinya karies karena lamanya
retensi makanan terhadap gigi.

Gula bukan hanya terdapat pada makanan, tetapi juga terdapat pada minuman.
Minuman yang mengandung gula seperti jus, minuman soda berpotensi menyebabkan
demineralisasi enamel karena nilai pH yang rendah mempengaruhi perkembangan bakteri di
rongga mulut.

Beberapa jenis diet yang dapat mempengaruhi naik dan turunnya pH rongga mulut
yaitu:

a. Diet kariogenik yaitu, makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat yang
diragian dan dapat menyebabkan penuurunan pH plak dibawah 5,5. Seperti kopi, teh
manis, coklat dll)
b. Diet kariostatik, yaitu makanan yang tidak dapat dimetabolisme oleh bakteri plak dan
tidak menyebabkan penurunan pH plak dibawah. Seperti sarbitol, mannitol dan
xylitol.
c. Diet antikariogenik, yaitu makanan dan minuman yang dapat menaikan pH plak
sehingga membantu proses remineralisasi. Seperti keju dan kacang- kacangan.
Ketiga diet ini dipengaruhi oleh jenis makanan, frekuensi konsumsi gula, lamanya
retensi makanan, komposisi dan kemampuan makanan merangsang sekresi saliva. Diet yang
seimbang akan menurunkan resiko karies dan meningkatkan kesehatan umum.

2.4 KARAKTERISTIK KLINIS


Karakteristik karies berdasarkan lokasi awal terjadinya karies yaitu :
1) pits dan fissures pada email yang merupakan daerah yang mudah terkena karies
2) permukaan halus gigi yang merupakan perlekatan plak, dan
3) permukaan akar gigi.
 Karies Pits dan Fissures
Pada masa lalu karies dipermukaan oklusal dikaitkan dengan pits dan fissures yang
panjang dan sempit di permukaan oklusal gigi posterior, sehingga digunakan terminologi
karies pits dan fissures. Penelitian klinis terakhir menunjukkan bahwa awal terjadinya
karies adalah di permukaan oklusal gigi posterior, sehingga terminologi karies pits dan
fissures berubah menjadi karies oklusal. Bentuk pits dan fissures yang panjang dan sempit
di permukaan oklusal tidak mudah dibersihkan, dan menjadi tempat kolonisasi bakteri
terutama Streptococcus mutans gram positif. Bentuk anatomis tersebut juga menyulitkan
penetapan diagnosis, karena sulit membedakan antara kavitas dan anatomis permukaan
gigi. Karies oklusal pada pits dan fissures digambarkan sebagai bentuk huruf “V”
terbalik, dengan bagian sempit dipermukaan gigi dan bagian yang lebar dekat dengan
dentino-enamel junction. Pola karies pada pits dan fissures sama dengan karies pada
permukaan halus karena serangan karies paralel dengan enamel rods.
 Karies permukaan halus
Permukaan halus gigi adalah lokasi yang kurang ideal untuk perlekatan plak.
Biasanya plak akan melekat pada daerah dekat gingiva atau di bawah titik kontak
proksimal, yang merupakan tempat ideal untuk berkembangbiaknya bakteri kariogenik.
Daerah proksimal relatif terlindung dan bebas dari pengaruh pengunyahan, pergerakan
lidah dan aliran saliva, sehingga apabila permukaan gigi kasar karena karies, restorasi
yang tidak baik, atau kerusakan struktur gigi, akan menghambat pembersihan plak.
Situasi seperti itu mempermudah terjadinya karies atau penyakit periodontal.
Pembentukan plak di proksimal dipengaruhi oleh bentuk permukaan gigi, ukuran dan
bentuk papilla gingiva, dan kebersihan rongga mulut.
 Karies Akar
Proses karies akar pada dasarnya sama dengan karies dipermukaan gigi lain. Namun
karena akar gigi tidak dilapisi email, hanya dilindungi oleh sementum yang sangat tipis,
sehingga tidak tahan terhadap serangan karies. Permukaan akar gigi yang kasar akan
mempermudah plak melekat terutama bila kebersihan mulut tidak baik. Disamping itu,
pH kritis yang berbeda antara email dan dentin, sehingga diperkirakan proses
demineralisasi akar gigi terjadi sebelum pH mencapai pH kritis email 5,5.5 Dalam
beberapa tahun terakhir ini, prevalensi karies akar gigi meningkat seiring dengan
meningkatnya usia harapan hidup, yang menambah jumlah penderita usia lanjut yang
masih mempunyai gigi. Faktor risiko terjadinya karies akar pada orang tua menjadi lebih
tinggi, karena resesi gingiva, kebersihan mulut yang buruk, diet yang bersifat kariogenik,
banyak tumpatan dan kehilangan gigi, karies aktif, obat-obat sistemik yang mengurangi
produksi saliva danmenyebabkan serostomia. Melakukan deteksi, diagnosis, dan
perawatan karies akar pada populasi usia lanjut menjadi tantangan besar saat ini.
SUMBER : https://docplayer.info/65727725-Karies-etiologi-karakteristik-klinis-dan-
tatalaksana-merry-r-sibarani.html

2.5 PATOGENESIS KARIES


Mekanisme terjadinya karies terdiri dari 3 teori, yaitu teori protheolysis, proteolitic-
chelation dan chemoparasitic atau disebut juga dengan teori asidogenik. Teori asidogenik
adalah pernbentukan karies gigi yang disebabkan oleh asam yang dihasilkan oleh
mikroorganisme terhadap karbohidrat. Reaksi ini ditandai dengan dekalsifikasi komponen
inorganik yang dilanjutkan dengan disintegrasi substansi organik yang berasal dari gigi.
1. Makanan Kariogenik
Makanan kariogenik adalah karbohidrat yang difermentasi sehingga menyebabkan
penurunan pH plak menjadi 5,5 atau kurang dan merangsang terjadinya proses karies.
Karbohidrat yang dapat difermentasikan adalah substrat yang dapat dihidrolisis oleh
enzim amilase pada saliva sebagai tahap awal dari penguraian karbohidrat dan kemudian
difermentasikan oleh bakteri. Karbohidrat memainkan peranan yang besar atas sebab
terjadinya karies gigi. Karbohidrat adalah bahan yang sangat kariogenik. Gula yang
terolah terutama sekali sukrosa atau glukosa sangat efektif menimbulkan karies karena
akan menyebabkan turunnya pH saliva secara drastis dan meninggikan peluang terjadinya
demineralisasi.
Sering mengkonsumsi gula sangat berpengaruh dalarn meningkatnya kejadian karies.
Gula yang dikonsumsi akan dimetabolisme sehingga terbentuk polisakarida yang
rnemberi peluang kepada bakteri untuk menempel pada permukaan gigi, dan juga akan
menyediakan cadangan energi bagi metabolisme kariesnyang dilanjutkan dengan
perkembangbiakan bakteri kariogenik. Karbohidrat yang terdapat pada makanan dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat
kompleks.
a. Karbohidrat Kompleks
Karbohidrat kompleks terdiri atas dua ikatan monosakarida yang disebut polisakarida.
Polisakarida yang penting adalah pati, dekstrin, glikogen, dan polisakarida nonpati. Pati
merupakan sumber simpanan karbohidrat utama yang dikonsumsi manusia diseluruh
dunia dan terdapat pada padi-padian, umbi-umbian, dan biji-bijian.
b. Karbohidrat Sederhana
Karbohidrat sederhana yang hanya terdiri dari satu atau dua ikatan molekul sakarida
yaitu monosakarida dan disakarida, contoh sukrosa (gula tebu), dan laktosa (gula susu).
Makanan yang kebanyakkan terdiri daripada karbohidrat sederhana adalah es krim,
manisan, permen, dan biskuit yang mengandung gula. Sukrosa merupakan gula yang
paling kariogenik, namun demikian gula lainnya tetap berbahaya. Hal ini disebabkan
karena sintesis polisakarida ekstrasel sukrosa lebih cepat dibandingkan glukosa, fruktosa,
dan laktosa. Selain itu sukrosa mempunyai kemampuan yang efisien terhadap
pertumbuhan mikroorganisme asidogenik dibandingkan dengan karbohidrat lain. Peran
makanan dalam menyebabkan karies tergantung dari komponen kriogenik makanan
tersebut. Kariogenik makanan ditentukan oleh beberapa hal, diantaranya :
1) Bentuk dan konsistensi makanan merupakan faktor potensial penurunan pH.
Bentuk makanan akan menentukan waktu lamanya makanan berada di dalam mulut
sehingga berdampak pada seberapa lamanya penurunan pH atau aktifitas pembentukan
asam. Makanan yang cair lebih mudah dibersihkan di dalam mulut dibandingkan dengan
makanan padat dan bersifat lengket. Konsumsi makanan manis seperti permen dan gula-
gula menyebabkan terdedahnya gula dalam mulut lebih lama. Konsistensi juga
mempengaruhi lamanya perlekatan makanan dalarn mulut. Makanan yang dikunyah
seperti permen karet dan marshmellows walaupun mengandung tingkat kadar gula yang
tinggi tetap dapat menstimulasi saliva dan berpotensi rendah untuk terjadinya perlekatan
makanan lebih lama dibandingkan makanan dengan konsistensi padat atau lengket.
Makanan yang mempunyai kadar serat yang tinggi karbohidrat terfermentasi seperti
sayuran mentah bersifat kariostatik(tidak menyebabkan karies),
2) Urutan dan frekuensi mengonsumsi makanan selingan adalah urutan dan
kombinasi makanan yang akan mempengaruhi potensi terjadinya karies lebih tinggi.
Pisang, merupakan makanan kariogenik karena mengandung karbohidrat terfermentasi dan
kemampuan yang tinggi untuk menempel pada gigi dan menyebabkan karies. Namun,
apabila pisang dikonsumsi dengan sereal atau susu berpotensi lebih rendah dalam
menyebabkan karies karena susu adalah makanan dalam bentuk cairan yang dapat
mengurangi kemampuan perlekatan dari buah-buhan. Biskuit crackers dikonsumsi
bersamaan dengan keju mempunyai daya kariogenik yang rendah jika dibandingkan
dengan mengkonsumsi tanpa keju. Kemampuan bagi asam untuk menjadi lebih neutral
jika keju dan susu dikonsumsi bersama makanan karbohidrat yang terfermentasi untuk
mengurangi potensi kariogenik pada makanan adalah lebih tinggi. Frekuensi
mengkonsumsi makanan kariogenik yang sering menyebabkan meningkatnya produksi
asarn pada mulut. Setiap kali mengonsumsi makanan yang berkarbohidrat terfermentasi
menyebabkan turunnya pH saliva yang dimulai dari 5-15 menit setelah mengkonsumsi
makanan tersebut. Makanan selingan yang dikonsusmsi dalam jumlah sedikit tapi
frekuensinya sering berpotensi lebih tinggi untuk menyebabkan karies dibandingkan
dengan makan tiga kali dan jumlah makanan selingan yang rendah. Selain itu,
mengonsumsi makanan selingan yang mengandung karbohidrat 20 menit sebelum atau
setelah waktu makanan utama berpeluang lebih besar dalam menyebabkan bakteri
berkembang biak dan memproduksi asam dalam rongga mulut.

2.6 DIAGNOSIS
Menetapkan diagnosis karies gigi penting untuk identifikasi kebutuhan perawatan
sesuai indikasi. Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat kesehatan, pemeriksaan klinis, dan
pemeriksaan radiologis. Paradigma lama yang hanya mendeteksi ada tidaknya kavitas, harus
diubah, dengan mendeteksi adanya kuman S. mutans, dan menentukan tingkat risiko
terjadinya karies. Berdasarkan karakteristik karies gigi, maka diagnosis ditegakkan dengan
melihat lokalisasi kavitas apakah terletak di permukaan pits dan fissures, permukaan halus
gigi dan akar gigi.

 Diagnosis karies pada pits dan fissures


Menegakkan diagnosis karies pada permukaan pits dan fissures tidak mudah, karena
sulitnya membedakan karies yang terjadi dengan anatomi normal gigi, karena
perubahan warna tidak selalu berarti sebuah kavitas. Untuk menetapkan diagnosis pits
dan fissures ada tiga faktor yang harus diperhatikan, yaitu dasar kavitas pits atau
fissures lunak, perubahan warna di sekitar permukaan pits atau fissures menjadi lebih
putih sebagai tanda adanya remineralisasi email, dan permukaan email yang lunak
pada pits atau fissures dapat terangkat pada waktu dibersihkan.
 Diagnosis Karies di Permukaan Halus Gigi
Karies pada permukaan halus gigi di sisi bukal/labial atau lingual dengan mudah
dapat dideteksi, namun karies yang letaknya proksimal sulit dideteksi secara visual
atau pada pemeriksaan klinis, sehingga diperlukan pemeriksaan radiologis. Hasil
pemeriksaan radiologi dengan foto bite-wing atau panoramik dapat menunjukkan
gambaran radiolusen pada sisi proksimal, di bawah titik kontak akibat proses
demineralisasi. Penilaian klinis yang tepat harus dilakukan untuk menilai apakah
sudah terbentuk kavitas atau belum, sehingga preparasi dan restorasi dapat dilakukan.
 Diagnosis Karies Akar
Permukaan akar gigi yang terbuka biasanya terjadi karena retraksi gingiva, sehingga
rentan untuk terjadi karies. Perubahan warna pada permukaan akar gigi yang terbuka
merupakan tanda yang sering ditemukan dan biasanya disertai proses remineralisasi.
Warna yang terjadi mulai dari coklat sampai hitam. Semakin gelap perubahan warna
yang terjadi berarti proses remineralisasi semakin kuat. Sebaliknya bila karies akar
aktif, ditandai dengan dasar kavitas lunak dan hanya menunjukkan sedikit perubahan
warna.
SUMBER : https://docplayer.info/65727725-Karies-etiologi-karakteristik-klinis-dan-
tatalaksana-merry-r-sibarani.html
2.7 PENCEGAHAN KARIES
Pencegahan karies gigi dapat dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap pencegahan
primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer bertujuan untuk rnencegah terjadinya
penyakit dan mempertahankan keseimbangan fisiologis. Pencegahan sekunder bertujuan
untuk mendeteksi karies secara dim dan intervensi untuk rnencegah berlanjutnyapenyakit.
Pencegahan tersier ditujukan untuk rnencegah meiuasnya penyakit yang akan menyebabkan
hilangnya fungsi pengunyahan dan gigi.

 Pencegahan primer (Drummond)


Pencegahan primer dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :

1. Modifikasi diet

Untuk mencegah terjadinya karies gigi maka perlu dilakukan modifikasi diet melalui
berbagai cara,yaitu :

a) Memperbanyak memakan makanan kariostatik seperti lemak,proteindan fluor.


Lemak dapat meningkatkan pH saliva setelah mengkonsumsi karbohidrat. Lemak harus
dikonsumsi sebelum memakan makanan yang manis. Protein meningkatkanurea saliva
yang dapat menetralisir asam. Mengkonsumsi makanan tinggi protein setelah makan
karbohidrat dapat mengembalikan pH menjadi 7 dengan cepat. Fluor dapat mencegah
terjadinya karies. Fluor secara alami terdapat dalam jumlah yang kecil pada teh dan
makanan laut. Fluor dari makanan, air atau minuman melindungi gigi dari serangan asam.
Fluor mempunyai efek anti bakteri dan anti plak.

b) Mengganti gula

Gula sintetik seperti saccharine dan aspartam serta gula alkohol banyak digunakan
pada makanan untuk mengurangi karies. Gula sintetik dan gula alkohol bersifat
noncariogenic. Contoh dari gula alkohol adalah xylitol, sorbitol dan maltitol. Xylitol
merupakan bentuk alkohol darixylose dan merupakan pengganti gula yang paling baik
karena bakteri plak tidak bisa memetabolisme xylitol dan dapat mengurangi
Streptococcus mutans pada mulut. Peneliti dari Universitas Michigan meneinukan bahwa
anak sekolah yang mengunyah permen karet xylitol selama 5 menit, 3-5 kali sehari dapat
mengurangi karies dan remineralisasi lesi awal karies. Sorbitol merupakan bentuk alkohol
dari sukrosa yang dibuat dengan menambahkan hidrogen pada glukosa. Penelitian
menyimpulkan bahwa mengunyah permen karet sorbitol setelah makan dapat mengurangi
terjadinya karies gigi secara signifikan. Sorbitol secara alami terdapat pada buah buahan
dan sayur- sayuran. Maltitol merupakan bentuk alkohol dari mannose. Secara alami
terdapat pada nenas, asparagus, kentang dan wortel.

c) Mengurangi mengkonsumsi makanan yang manis dan asam.

d) Mengurangi konsurnsi snack yang mengandung karbohidrat sebelum tidur.


e) Mengkombinasikan makanan, seperti memakan makanan manis setelah
makanprotein dan lemak atau setelah konsurnsi keju setelah memakan makanan yang
manis.

f) Kombinasikan makanan mentah dan renyah yang dapat menstimulasi saliva dengan
makanan yang dimasak.

g) Buah-buahan yang asam dapat menstimulasi produksi saliva.

h) Membatasi meminum minuman yang manis.

2. Pemakaian fluor

Fluor berfungsi menghambat enzim pembentukan asam oleh bakteri, menghambat


kerusakan email lebih lanjut, serta membantu remineralisasi pada lesi awal karies. Fluor
dapat diberikan dalam bentuk fluoridasi air minum, pasta gigi,obat kumur,dan tablet fluor.

3. Pit dan fissure sealant

Pit dan fissure sealant yaitu penutupan pit dan fissure yang dalam yang beresiko
terhadap karies.

4. Pengendalian plak

Pengendalian plak dapat dilakukan dengan tindakan secara mekanis yaitu dengan
penyikatan gigi dan penggunaan alat-alat bantu lain seperti benang gigi, tusuk gigi dan sikat
interdental serta tindakan secara kimiawi yaitu dengan menggunakan antibiotik dan senyawa-
senyawa antibakteri lain selainantibiotik.

5. Edukasi

Memberikan edukasi kepada pasien tentang penyebab karies dan tanggungjawab


pasien untuk menjaga kebersihan rongga mulut. Edukasi pada pasien dengan karies gigi
sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya karies. Edukasi yang dapat diberikan pada
pasien adalah:

A. Jaga kebersihan rongga mulut dengan menggosok gigi teratur dua kali sehari pagi
sesudah makan dan malam sebelum tidur.
B. Gunakan pasta gigi yang mengandung fluoride
C. Kurangi makanan yang bersifat asam dan manis
D. Bersihkan mulut dengan cairan aseptic secara rutin
E. Tingkatkan konsumsi makanan dan minuman yang mengandung kalsium seperti susu
dan sayuran
F. Rutin kontrol ke dokter gigi enam bulan sekali.

 Tahap pencegahan sekunder


Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan pengobatan dan perawatan gigi
dan mulut serta penambalan pada gigi berlubang.
 Tahap pencegahan tersier
Pencegahan tersier dilakukan dengan cara perawatan pulpa (akar gigi) atau melakukan
pencabutan gigi.

SUMBER : http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/114

2.8 PENATALAKSANAAN KARIES


Pada era modern ini, penanganan karies seharusnya tidak hanya melakukan restorasi
pada gigi yang menderita karies, namun harus sudah melakukan identifikasi apakah pasien
mempunyai karies aktif, termasuk kelompok yang beresiko tinggi mengalami karies, dan
menetapkan cara pencegahan, serta penanganan yang tepat. Perkembangan ilmu dan
teknologi dibidang kedokteran gigi menyebabkan perubahan pola tatalaksana karies gigi dari
pembuatan restorasi untuk memperbaiki struktur gigi yang hilang ke usaha pencegahan,
prosedur remineralisasi, dan intervensi minimal. Program pencegahan dan penatalaksanaan
karies adalah proses yang sangat kompleks karena melibatkan banyak faktor. Konsep
intervensi minimal menempatkan restorasi sebagai usaha paling akhir dalam perawatan karies
gigi. Restorasi diperlukan bila terjadi kavitas. Restorasi adalah metode efektif untuk
mengontrol proses karies gigi yang aktif, karena membuang struktur gigi yang rusak dan
menghilangkan habitat bakteri, walaupun tidak untuk mengobati proses terjadinya karies.
Keberhasilan usaha pencegahan dan perawatan karies gigi, bergantung pula pada kondisi
restorasi yang sudah ada sebelumnya. Restorasi lama yang kasar dan menyebabkan
penumpukan plak, tidak sesuai bentuk, kontak proksimal tidak ada, harus diperbaiki atau
bahkan diganti. Edukasi kepada pasien tentang penyebab karies dan tanggungjawab pasien
untuk menjaga kebersihan rongga mulut, dapat menunjang keberhasilan perawatan karies
gigi. Memahami masalah karies gigi dan keuntungan dari perawatan yang ditawarkan akan
memotivasi pasien untuk mendapatkan kesehatan gigi dan mulut yang baik.
SUMBER : https://docplayer.info/65727725-Karies-etiologi-karakteristik-klinis-dan-
tatalaksana-merry-r-sibarani.html

Anda mungkin juga menyukai