PEMBAHASAN
Karies Gigi adalah suatu proses kronis regresif, dimana prosesnya terjadi terus berjalan
masuk ke lapisan bagian yang lebih dalam dari gigi sehingga lubang yang dibentuk adalah
irreversible melalui proses penyembuhan. Hal ini terjadi karena interaksi bakteri, adanya
karbohidrat pada permukaan gigi, dan waktu menyebabkan terjadinya demineralisasi.
Untuk memudahkan mendeteksi penyakit karies gigi, maka telah dilakukan
pengelompokkan atau klasifikasi oleh G.V Black. Berikut adalah klasifikasi gigi menurut
G.V. Black :
1. Kelas I.
Karies yang terjadi pada bagian oklusal (pits dan fissure) dari gigi premolar dan
molar (gigi posterior, gigi 4-8). Dapat juga terdapat pada gigi anterior di foramen
caecum.
2. Kelas II.
Karies yang terdapat pada bagian approximal (mesial dan distal) dari gigi-gigi molar
atau premolar (gigi posterior, gigi 4-8), yang umumnya meluas sampai bagian oklusal.
3. Kelas III.
Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi depan, tetapi belum mencapai
margo incisalis (belum mencapai ⁄ incisal gigi). Lubang di permukaan gigi yang
menghadap ke langit-langit.
4. Kelas IV.
Kelanjutan Kelas III. Karies telah meluas dari approximal dari gigi-gigi depan dan
sudah mencapai margo incisalis (telah mencapai ⁄incisal gigi).
5. Kelas V.
Karies yang terdapat pada bagia 1/3 leher gigi-gigi depan atau permukaan halus dan
fasial maupun gigi belakang pada permukaan labial, lingual, palatal ataupun bukal dari
gigi. Lebih dominan timbul di permukaan yang menghadap kebibir dan pipi dari pada
lidah.
6. Kelas VI.
Karies yang terdapat pada incisal edge dan cusp oklosal pada gigi belakang yang
disebabkan oleh abrasi, atrisi atau erosi.
SUMBER : JURNAL 1
2.2 ETIOLOGI KARIES
Proses terjadinya karies pada gigi adalah multifaktorial yang melibatkan faktor yang
saling bekerjasama. Ada 4 faktor penting yang saling berinteraksi dalam pernbentukan karies
gigi, yaitu:
a. Mikroorganisme
Mikroorganisme sangat berperan menyebabkan karies. Streptococcus mutans dan
Lactobacillus merupakan 2 dari 500 bakteri yang terdapat pada plak gigi dan merupakan
bakteri utama penyebab terjadinya karies. Plak adalah suatu massa padat yang
merupakan kumpulan bakteri yang tidak dapat dikalsifikasi, menempel pada permukaan
gigi, tahan terhadap pelepasan dengan berkumur atau gerakan fisiologis jaringan lunak.
Plak akan terbentuk pada semua permukaan gigi dan tambalan yang sulit dibersihkan
mempunyai daya perkembangan yang sangat baik, seperti daerah tepi gingival, pada
permukaan proksimal, dan di dalam fisur. Bakteri yang kariogenik akan menyebabkan
fermentasi terjadi terhadap sukrosa menjadi asam laktat yang sangat kuat sehingga
mampu menyebabkan demineralisasi. Berikut ini bakteri-bakteri penyebab karies:
1) Streptococcus mutan
Streptococcus mutans pertama kali diisolasi oleh Clark pada tahun 1924 dari gigi
manusia yang mengalami karies. Streptococcus mutans berperan penting terhadap trejadinya
karies gigi. Istilah Streptococcus mutans diambil berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologi
dengan pengecatan gram. Bakteri ini berebentuk oval dan lain dari bentuk spesies
Streptococcus yang lain, sehingga disebut sebagai mutan dari Streptococcus. Taksonomi dari
Streptococcus mutans adalah sebagai berikut:
Kingdom : Monera
Divisio : Firmicutes
Class : Bacili
Order : Lactobacilalles
Family : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Species : Streptococcus mutans
Streptococcus mutans diklasifikasikan berdasarkan serotype menjadi 8 kelompok
yaitu serotype “a” sampai “h”. Pembagian serotype ini berdasarkan perbedaan karbohidrat
pada dinding sel. Akan tetapi, berdasarkan hibridasi DNA bakteri ini dibagi menjadi 4
kelompok genetic. Pembagian ini berdasarkan prosentase basa DNA yaitu guanine dan
cytosine. Strain Streptococcus mutans yang banyak terdapat pada manusia adalah serotype c,
e dan /(36 to 38% G + C), dimana Streptococcus mutan serotype c merupakan bakteri utama
penyebab karies gigi.
SUMBER : https://jurnal.unej.ac.id/index.php/STOMA/article/download/2122/1724
2) Streptococcus sanguinis
Streptococcus sanguinis adalah bakteri Gram positif dan bersifat anaerob fakultatif.
Streptococcus sanguinis berikatan langsung pada pelikel permukaan gigi dengan pelbagai
mekanisme, salah satunya dengan cara berikatan pada protein saliva seperti prolinerich.
Bakteri ini memfasilitasi bakteri lain untuk berkoloni pada permukaan gigi untuk membentuk
plak dan berkontribusi terhadap perkembangan karies.
Kingdom : Bacteria
Phylum : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Lactobacillales
Family : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Species : S. sanguinis
SUMBER :
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/odj/article/download/2247/1704
3) Streptococcus mitis
Streptococcus mitis, sebelumnya dikenal dengan Streptococcus mitior, merupakan
spesies alfa-hemolitik mesofilia Streptococcus yang berkembang dalam mulut manusia.
Umumnya ditemukan di tenggorokan, nasofaring, dan mulut. Streptococcus mitis merupakan
kokus Gram-positif, anaerob fakultatif, dan negatif katalase. Streptococcus mitis dapat
menyebabkan infeksi endokarditis.
Kingdom: Bacteria
Filum: Firmicutes
Kelas: Bacilli
Ordo: Lactobacillales
Famili: Streptococcaceae
Genus: Streptococcus
Spesies: mitis
SUMBER : Lamas, C. C.; Eykyn, S.
J. (2003). "Blood culture negative endocarditis: Analysis of 63 cases presenting over
25 years". Heart (British Cardiac Society). 89 (3): 258–262.
doi:10.1136/heart.89.3.258. PMC 1767579 alt=Dapat diakses gratis. PMID 12591823
4) Streptococcus salivarius
Streptococcus salivarius adalah spesiesbakteri anaerob bulat , gram positif , fakultatif
yang bersifat katalase dan oksidase negatif. S. salivarius menjajah (biasanya dalam rantai)
rongga mulut dan saluran pernapasan atas manusia hanya beberapa jam setelah kelahiran,
membuat paparan lebih lanjut terhadap bakteri tidak berbahaya di sebagian besar keadaan.
Bakteri ini dianggap sebagai patogen oportunistik , jarang menemukan jalan ke aliran darah,
di mana ia terlibat dalam kasus sepsis pada orang dengan neutropenia., (kekurangan sel darah
putih).
S. salivarius memiliki karakteristik berbeda ketika terpapar nutrisi lingkungan yang berbeda.
Misalnya, di laboratorium, jika media pertumbuhan digunakan yang mencakup sukrosa maka
S. salivarius dapat menggunakan sukrosa untuk menghasilkan kapsul di sekitarnya. Namun,
jika sukrosa digantikan oleh glukosa seperti pada piring GYC (glukosa, ekstrak ragi, kalsium
karbonat), S. salivarius tidak dapat membuat
kapsul dari glukosa.
Domain: Bakteri
Divisi: Firmicutes
Kelas: Bacilli
Memesan: Lactobacillales
Keluarga:Streptococcaceae
Marga: Streptococcus
Jenis: S. salivarius
SUMBER : Wescombe, PA; Heng, NCK; et al. (2009). "Bakteriocins streptokokus
dan kasus untuk Streptococcus salivarius sebagai model probiotik oral". Mikrobiologi
Masa Depan . 4 (7): 819–835. doi : 10.2217 / fmb.09.61 . PMID 19722837 .
5) Lactobacillus acidophilus
Kingdom: Bacteria
Divisi: Firmicutes
Kelas: Bacilli
Ordo: Lactobacillales
Famili: Lactobacillaceae
Genus: Lactobacillus
Spesies Lactobacillus acidophilus
Beijerinck 1901
SUMBER : Non Nutrient Factors Affecting Growth
6) Actynomyces
Semua spesies Actinomyces memfermentasikan glukosa, terutama membentuk asam
laktat, asetas, suksinat, dan asam format. Actinomyces viscosus dan Actinomyces naesundil
mampu membentuk karies akar, fisur, dan merusak periodontonium. Actinomyces
odontolyticus pertama kali ditemukan oleh Batty (1958). Sejak dilakukan penelitian terhadap
200 spesimen dari karies pada manusia,
dinyatakan kuman ini sebagai penyebab
karies gigi.
Kingdom : Bacteria
b. Gigi (Host)
Ada beberapa faktor yang
dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi
( ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Morfologi
setiap gigi manusia terbentuk dalam berbagai bentuk seperti permukaan oklusal gigi
memiliki lekuk dan fisur yang berbeda dengan tahap kedalaman yang berbeda pula. Gigi
dengan lekukan yang lebih dalam merupakan daerah yang sulit dibersihkan dari sisa-sisa
makanan yang menempel sehingga plak akan mudah tertumbuh dan dapat menyebabkan
terjadinya karies gigi. Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia
kompleks yang mengandung 97% mineral ( kalsium, fosfat, karbonat dan fluor), air 1%
dan bahan organic 2 %. Bagian luar enamel yang mengalami mineralisasi yang lebih
sempurna dan mengandung banyak fluor, fosfat, sedikit karbonat dan air. Kepadatan
kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel akan
semakin resisten. Gigi susu lebih mudah terserang karies daripada gigi permanan. Hal ini
disebabkan karena enamel gigi susu mengandung lebih banyak bahan organic dan air
sedangkan jumlahnya lebih sedikit dari pada gigi tetap.
Kawasan-kawasan yang mudah terserang kareis adalah:
1. Pit dan fisur pada permukaan oklusal molar dan premolar;pit bukal
molar dan pit palatal insisif
2. Permukaan halus di daerah aproksimal sedikit di bawah titik
kontak;
3. Email pada tepian di daerah leher gigi sedikit di atas tepi gingiva
4. Permukaan akar yang terbukam yang merupakan daerah tempat
melekatnya plak pada pasien dengan resesi gingiva karena di atas
tepi gingiva
5. Tepi tumpatan terutama yang kurang atau mengemper
6. Permukaan gigi yang berdektan dengan gigi tiruan dan jembatan
c. Makanan
Makanan adalah antara peranan yang besar dalam penyebab terjadinya karies yang
bersifat lokal, derajat kariogenik makanan tergantung dari komponennya. Sisa-sisa
makanan dalam mulut (karbohidrat) merupakan substrat yag difermentasikan oleh bakteri
untuk mendapatkan energi. Sukrosa dan glukosa di metabolismekan sehingga terbentuk
polisakarida intrasel dan ekstrasel sehingga bakteri menempel pada permukaan gigi.
Selain itu, sukrosa juga menyediakan sumber energi bagi metabolisme kariogenik.
Sukrosa oleh bakteri kariogenik dipisahkan menjadi glukosa dan fruktosa, lebih lanjut
glukosa ini dimetabolismekan menjadi asam laktat, asam format, asam sitrat dan
dekstran.
d. Waktu Karies
Karies merupakan penyakit yang mempunyai tumbuh kembang yang lambat dan
keaktifannya berjalan secara bertahap serta merupakan proses dinamis yang ditandai oleh
periode demineralisasi dan remineralisasi. Kecepatan perkembangan karies pada anak-
anak lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan terjadinya karies pada orang dewasa.
Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup
bervariasim diperkirakan 6 – 48 bulan
Karies merupakan peyakit multifaktorial, Untuk dapat terjadinya karies harus didapatkan
berbagai macam faktor resiko. Faktor resiko adalah berbagai aspek atau karakteristik dasar
dari studi populasi yang mempengaruhi kemungkinan terjadinya suatu penyakit. Adanya
hubungan sebab akibat antara faktor resiko dengan terjadinya karies penting sebagai proses
identifikasi dan menilai perkembangan lesi awal karies.
1. Pengalaman karies
2. Umur
Pada studi epidemiologis terdapat suatu peningkatan prevalensi karies sejalan dengan
bertambahnya umur. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies karena
sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi. Anak- anak mempunyai risiko karies yang
paling tinggi ketika gigi mereka baru erupsi sedangkan orangtua lebih berisiko terhadap
terjadinya karies akar. Dalam penelitiannya Tarigan membuat faktor umur menjadi 3 fase,
yaitu:
b. Periode pubertas (remaja) umur antara 14- 20 tahun. Pada masa ini terjadi perubahan
hormonal yang dapat menimbulkan pembengkakan gusi, sehingga kurang terjaganya
kebersihan mulut dan dapat meningkatkan prosentase karies.
3. Jenis Kelamin
Nilai DMFT wanita masa kanak kanak dan remaja lebih tinggi dibandingkan pria.
Walaupun demikian, komponen gigi yang hilang (M, missing) lebih sedikit daripada pria
umumnya karena oral higiene wanita lebih baik. Sebaliknya, pria mempunyai komponen
tumpatan pada gigi (F, filling) yang lebih banyak dalam indeks DMFT.
4. Sosial Ekonomi
Ada hubungan antara keadan ekonomi dan prevalensi karies. Faktor yang
mempengaruhi perbedaan ini ialah pendidikan dan penghasilan yang berhubungan dengan
diet, kebiasaan merawat gigi dan lain-lain. Hubungan antara status sosial ekonomi
berbanding terbalik, peningkatan status sosial ekonomi merupakan faktor resiko terjadinya
karies gigi dan scara umum diukur dari indikator seperti pendapatan, tingkat pendidikan, pola
hidup dan prilaku kesehatan gigi. Karies lebih sering terjadi pada kelas sosial ekonomi rendah
dibandingkan dengan kelas sosial ekonomi tinggi. Sebenarnya hal ini terjadi bukan karena
mahalnya biaya perawatan gigi, tetapi lebih karena besarnya rasa kebutuhan terhadap
kesehatan gigi.
5. Oral Higiene
Salah satu komponen dalam terjadinya karies adalah plak bakteri pada gigi. Karies
dapat dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari permukaan gigi.
Pembersihan dengan menggunakan pasta gigi mengandung fluoride secara rutin dapat
mencegah karies. Pemeriksaan gigi yang teratur dapat mendeteksi gigi yang berpotensi
menjadi karies. Kontrol plak yang teratur dan pembersihan gigi dapat membantu mengurangi
insidens karies gigi. Bila plaknya sedikit, maka pembentukan asam akan berkurang dan karies
tidak dapat terjadi.
6. Pola Makan
Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal daripada
sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan. Kadar kariogenik dalam
makanan tergantung pada komponen-kompnennya dan dipengaruhi berbagai macam faktor.
Karbohidrat akan dimetabolisme oleh bakteri plak menjadi asam dengan kadar yang berbeda.
Seseorang dengan kebiasaan diet gula terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan
pada giginya dibandingkan kebiasaan diet lemak dan protein. Setiap kali seseorang
mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat yang dapat diragikan,
maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan memulai memproduksi asam
sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20- 30 menit setelah makan.
Diantara periode makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses
remineralisasi. Tetapi apabila makanan dan minuman berkarbonat terlalu sering dikonsumsi,
maka enamel gigi tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan
sempurna sehingga terjadi karies.
Gula bukan hanya terdapat pada makanan, tetapi juga terdapat pada minuman.
Minuman yang mengandung gula seperti jus, minuman soda berpotensi menyebabkan
demineralisasi enamel karena nilai pH yang rendah mempengaruhi perkembangan bakteri di
rongga mulut.
Beberapa jenis diet yang dapat mempengaruhi naik dan turunnya pH rongga mulut
yaitu:
a. Diet kariogenik yaitu, makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat yang
diragian dan dapat menyebabkan penuurunan pH plak dibawah 5,5. Seperti kopi, teh
manis, coklat dll)
b. Diet kariostatik, yaitu makanan yang tidak dapat dimetabolisme oleh bakteri plak dan
tidak menyebabkan penurunan pH plak dibawah. Seperti sarbitol, mannitol dan
xylitol.
c. Diet antikariogenik, yaitu makanan dan minuman yang dapat menaikan pH plak
sehingga membantu proses remineralisasi. Seperti keju dan kacang- kacangan.
Ketiga diet ini dipengaruhi oleh jenis makanan, frekuensi konsumsi gula, lamanya
retensi makanan, komposisi dan kemampuan makanan merangsang sekresi saliva. Diet yang
seimbang akan menurunkan resiko karies dan meningkatkan kesehatan umum.
2.6 DIAGNOSIS
Menetapkan diagnosis karies gigi penting untuk identifikasi kebutuhan perawatan
sesuai indikasi. Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat kesehatan, pemeriksaan klinis, dan
pemeriksaan radiologis. Paradigma lama yang hanya mendeteksi ada tidaknya kavitas, harus
diubah, dengan mendeteksi adanya kuman S. mutans, dan menentukan tingkat risiko
terjadinya karies. Berdasarkan karakteristik karies gigi, maka diagnosis ditegakkan dengan
melihat lokalisasi kavitas apakah terletak di permukaan pits dan fissures, permukaan halus
gigi dan akar gigi.
1. Modifikasi diet
Untuk mencegah terjadinya karies gigi maka perlu dilakukan modifikasi diet melalui
berbagai cara,yaitu :
b) Mengganti gula
Gula sintetik seperti saccharine dan aspartam serta gula alkohol banyak digunakan
pada makanan untuk mengurangi karies. Gula sintetik dan gula alkohol bersifat
noncariogenic. Contoh dari gula alkohol adalah xylitol, sorbitol dan maltitol. Xylitol
merupakan bentuk alkohol darixylose dan merupakan pengganti gula yang paling baik
karena bakteri plak tidak bisa memetabolisme xylitol dan dapat mengurangi
Streptococcus mutans pada mulut. Peneliti dari Universitas Michigan meneinukan bahwa
anak sekolah yang mengunyah permen karet xylitol selama 5 menit, 3-5 kali sehari dapat
mengurangi karies dan remineralisasi lesi awal karies. Sorbitol merupakan bentuk alkohol
dari sukrosa yang dibuat dengan menambahkan hidrogen pada glukosa. Penelitian
menyimpulkan bahwa mengunyah permen karet sorbitol setelah makan dapat mengurangi
terjadinya karies gigi secara signifikan. Sorbitol secara alami terdapat pada buah buahan
dan sayur- sayuran. Maltitol merupakan bentuk alkohol dari mannose. Secara alami
terdapat pada nenas, asparagus, kentang dan wortel.
f) Kombinasikan makanan mentah dan renyah yang dapat menstimulasi saliva dengan
makanan yang dimasak.
2. Pemakaian fluor
Pit dan fissure sealant yaitu penutupan pit dan fissure yang dalam yang beresiko
terhadap karies.
4. Pengendalian plak
Pengendalian plak dapat dilakukan dengan tindakan secara mekanis yaitu dengan
penyikatan gigi dan penggunaan alat-alat bantu lain seperti benang gigi, tusuk gigi dan sikat
interdental serta tindakan secara kimiawi yaitu dengan menggunakan antibiotik dan senyawa-
senyawa antibakteri lain selainantibiotik.
5. Edukasi
A. Jaga kebersihan rongga mulut dengan menggosok gigi teratur dua kali sehari pagi
sesudah makan dan malam sebelum tidur.
B. Gunakan pasta gigi yang mengandung fluoride
C. Kurangi makanan yang bersifat asam dan manis
D. Bersihkan mulut dengan cairan aseptic secara rutin
E. Tingkatkan konsumsi makanan dan minuman yang mengandung kalsium seperti susu
dan sayuran
F. Rutin kontrol ke dokter gigi enam bulan sekali.
SUMBER : http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/114