LABORATORIUM FARMAKOLOGI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN
T.A. 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
Radang atau Inflamasi adalah respon protektif tubuh terhadap cedera jaringan.
Cedera menyebabkan pelepasan tiga bahan kimia yang merangsang respon vascular
yang mendorong cairan dan sel darah putih mengalir kelokasi cerdera. Ujung saraf
dirangsang oleh sinyal-sinyal otak bahwa sedang terjadi cedera pada bagian tubuh
tersebut (1).
Inflamasi adalah respon dari suatu organism terhadap pathogen dan alterasi
mekanis dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan
yang mengalami cedera, seperti karena terbakar, atau terinfeksi. Radang atau
inflamasia dalah satu dari respon utama system kekebalan terhadap infeksi dan iritasi
(2).
Bagian tubuh yang mengalami peradangan memiliki tanda-tanda sebagai berikut:
a. Tumor atau membengkak.
b. Kalor atau menghangat.
Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut. Kalor
disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang meningkat. Sebab darah yang memiliki
suhu 37oC disalurkan ke permukaan tubuh yang mengalami radang lebih banyak
daripada ke daerah normal (3).
c. Dolor ataunyeri
d. Rubor atau memerah.
Umumnya, rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah
yang mengalami peradangan. Saat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran
arteriola yang mensuplai darah ke daerah peradangan. Sehingga lebih banyak darah
mengalir ke mikrosirkulasi lokal dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuh
dengan darah. Keadaan ini disebut hiperemia atau kongesti, menyebabkan warna
merah lokal karena peradangan akut (3).
e. Functiolaesa atau daya pergerakan menurun, dan kemungkinan disfungsi
organ atau jaringan (2).
Proses inflamasi merupakan respon terhadap stimulus luka yang disebabkan oleh
bermacam-macam zat berbahaya (contohnya infeksi, antibodi, atau cedera fisik).
Kemampuan untuk membentuk respon inflamatori diperlukan untuk kelangsungan
hidup dalam menghadapi patogen lingkungan dan cedera; pada beberapa keadaan dan
penyakit, respon inflamatori mungkin berlebihan dan berlangsung lama tanpa
manfaat yang jelas dan bahkan dengan akibat merugikan yag parah (4).
1.3 Hipotesis
1. Adanya senyawa yang digunakan sebagai penginduksi pada percobaan
antiinflamasi adalah karagenan 1 %.
2. Adanya perbandingan efektivitas antara sampel obat Na-Diklofenak 15 mg/kg
BB dan Na-Diklofenak 20 mg/kg BB yaitu lebi efektif Na-Diklofenak 20
mg/kg BB dibndingkan dengan Na-Diklofenak 15 mg/kg BB
TINJAUAN PUSTAKA
Anti inflamasi adalah obat yang dapat menghilangkan radang yang disebabkan
bukan karena mikroorganisme (non infeksi) (2). Meskipun inflamasi merupakan
respons alami tubuh terhadap cedera, proses ini dapat dirasakan kurang nyaman bagi
pasien, terutama bila timbul demam, nyeri, dan bengkak .Obat antiinflamasi dapat
diberikan untuk mengurangi proses inflamasi dan untuk meningkatkan rasa nyaman
pasien. Obat antiinflamasi menghentikan produksi prostaglandin yang menyebabkan
berkurangnya proses inflamasi. Ada tiga kategori obat antiinflamasi (1).
1. Analgesik
Analgesik adalah obat yang menghilangkan rasa nyeri dengan cara
meningkatkan nilai ambang nyeri di SSP tanpa menekan kesadaran (5).
Efek ini dapat dicapai dengan berbagai cara: menekan kepekaan reseptor nyeri
terhadap rangsangan mekanik, termik, listrik atau kimiawi dipusat perifer atau dengan
cara menghambat pembentukan prostaglandin sebagai mediator sensasi nyeri (6).
Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala, fungsinya member tanda tentang
adanya gangguan-gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang
otot. Rasa nyeri disebabkan rangsang mekanis atau kimiawi, kalor atau listrik, yang
dapat menimbulkan kerusakan jaringan dan melepaskan zat yang disebut mediator
nyeri ( pengantara ) (7).
2. Antipiretik. Obat untuk menurunkan suhu tinggi (demam)
3. Antikoagulan. Menghambat agregasi platelet ( komponen dalam darah yang
berperan penting dalam pembekuan darah ).
Tindakan ini diperlukan sehubungan dengan beberapa pennyakit dengan
kecenderungan pembekuan darah guna dalam pembuluh darah, maupun untuk
memperoleh darah guna pemeriksaan laboratorium atau pungguna transfuse (8).
Respon inflamantori terjadi dalam 3 fase temporal yang berbeda, masing-
masing tampaknya diperantarai dengan mekanisme berbeda :
(1) fase akut yang ditandai dengan vasodilatasi lokal sementara dan peningkatan
permeabilitas kapiler;
(2) fase subakut lambat, yang ditandai dengan infiltrasi leukosit dan sel fagosit;
(3) fase proliferatif kronik yang menimbulkan degenerasi dan fibrosis jaringan (8).
b. Efek Farmakodinamik
1. Efek anti-inflamasi
Kebanyakan obat mirip aspirin, terutama yang baru, lebih dimanfaatkan
sebagai antiinflamasi pada pengobatan kelainan muskuloskeletal, misalnya artritis
reumatoid, osteoartritis dan spondilitis ankilosa.Tetapi harus diingat bahwa obat
mirip aspirin ini hanya meringankan gejala nyeri dan inflamasi yang berkaitan dengan
penyakitnya secara simtomatik, tidak menghentikan, memperbaiki atau
mencegahgkerusakan jaringan pada kelainan muskuloskeletal ini (14).
2.2 Karagenan
Uji utama yang sering dipakai dalam menapis zat antiradang nonsteroid baru,
mengukur kemampuan suatu senyawa untuk mengurangi edema lokal pada
cengkraman tikus yang disebabkan oleh suntikan zat pengiritasi karagenan, yaitu
suatu mukopolisakarida yang diperoleh dari lumut laut Irlandia, Chondrus crispus.Zat
antiradang yang paling banyak digunakan diklinik untuk menekan edema macam
ini.Sifat antiradang indometasin, yaitu zat antiradang nonsteroid yang banyak dipakai,
pada mulanya ditentukan uji karagenan (15).
Karagenan polisakarida dari algae, suatu ekstrak rumput laut, yang memiliki
sejumlah manfaat, terutama dalam industri makanan dan sejenisnya. Karagenan
adalah suatu senyawa hidrokoloid yang terdiri atas ester kalium, natrium dan
magnesium atau kalsium sulfat dengan galaktosa dan kopolimer 3,6 anhidrogalaktosa
(15).
Karagenan merupakan zat berwujud serbuk, berwarna putih-kuning, dengan sifat
kelarutan yang berbeda dalam berbagai media.Tipe kelarutan yang berbeda juga
menyebabkan kelarutan berbeda dalam medium yang berbeda pula.Demikian pula
jenis garam dari karagenan mempunyai sifat kelarutan yang berbeda (15).
Secara umum karagenan digunakan untuk memperbaiki sifat sediaan farmasi
berbentuk suspense atau emulsi, antara lain :
Sebagai stabilisator sediaan es krim, yaitu pada kadar 0,01-0,05%
Kadar 0,02-0,03% digunakan sebagai stabilisator susu coklat
Sebagai pengental pada industri roti
Sebagai pembentuk gel
Kadar 0,8-1,2% pada pasta gigi akan memperhalus tekstur karena sifatnya
sebagai pengemulsi (15).
BAB III
METODOLOGI
3.1.2 Bahan
a. Hewanpercobaan : Tikus
b. Karagenan 1%
c. Larutan Na-Diklofenak 1%
d. Aquadest
3.2 ProsedurPercobaan
1. Tikusditimbang, di beritandapadasendi kaki belakangkiri
2. Volume kaki tikus diukur (Vo)
3. Tikus diberikan secara oral
Suspensi kosong (tikus control) 1% BB (oral)
Larutan Na-Diklofenak 1% dosis 15 mg/Kg BB (oral)
Larutan Na-Diklofenak 1% dosis 20 mg/Kg BB (oral)
4. Setelah 30 menit, kaki tikus disuntikkan karagenan 1% sebanyak 0,1 ml/cc
5. Setelah 30 menit, diukur volume kaki tikus (Vt) selang waktu 30 menit
sampai 1 jam 30 menit.
6. Dihitung % Radang dan % Inhabisi Radang
7. Dibuat grafik % Radang dan Inhibisi Radang
BAB IV
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel
Waktu (menit)
No Perlakuan 30 60
Vawal Vudem Vawal Vudem
1 Suspensi kosong 1%
I (131,8 g) 0,2 0,1 0,2 0,1
II ( 106,70 g) 0,2 0,1 0,2 0,1
III (108,05 g) 0,3 0 0,3 0
IV (103,70 g) 0,2 0,1 0,2 0,1
2 Lar. Na- Diklofenak 1 %
dosis 15 mg/kg BB ( oral )
I (66,80 g) 0,2 0,1 0,2 0,1
II ( 69,10 g) 0,2 0,1 0,2 0
III (89,08 g) 0,3 0 0,3 0
IV (65,45 g) 0,2 0 0,2 0
3 Lar. Na- Diklofenak 1 %
dosis 20 mg/kg BB ( oral )
I (86,10 g) 0,3 0,2 0,3 0,1
II ( 99,80 g) 0,4 0,1 0,4 0
III (87,65 g) 0,3 0,1 0,3 0,2
IV (- g) 0 0 0 0
Tabel rata-rata persen radang
60
50 suspensi kosong 1%
40
(%)
30
Lar. Na- Diklofenak 1 %
20 dosis 15 mg/kg BB ( oral
)
10
Lar. Na- Diklofenak 1 %
0 dosis 20 mg/kg BB ( oral
30 60 )
waktu (menit )
80
70
60
50 suspensi kosong 1 %
(%)
40
Lar. Na- Diklofenak 1 % dosis
30 15 mg/kg BB ( oral )
0
30 60
waktu (menit )
4.1.2 Perhitungan
a. Tikus kontrol
Tikus I = 131,8 g
1
Suspensi kosong 1% = 100 x 131,8 g = 1,3 ml
Jumlah Karagenan yang diberikan 1 ml
Tikus II = 106,70 g
1
Suspensi kosong 1% = x 106,70 g = 1,06 ml
100
Jumlah Karagenan yang diberikan 1 ml
Tikus III = 108,05 g
1
Suspensi kosong 1% = 100 x 108,05 g = 1,08 ml
Jumlah Karagenan yang diberikan 1 ml
Tikus IV = 103,70 g
1
Suspensi kosong 1% = 100 x 103,70 g = 1,03 ml
Jumlah Karagenan yang diberikan 1 ml
a. Tikus Kontrol
T = 30 menit
Tikus I
𝑉𝑡−𝑉𝑜
% Radang = x 100%
𝑉𝑜
0,3−0,2
= x 100% = 50 %
0,2
Tikus II
𝑉𝑡−𝑉𝑜
% Radang = x 100%
𝑉𝑜
0,3−0,2
= x 100% = 50 %
0,2
Tikus III
𝑉𝑡−𝑉𝑜
% Radang = x 100%
𝑉𝑜
0,3−0,2
= x 100% = 50 %
0,2
Tikus IV
𝑉𝑡−𝑉𝑜
% Radang = x 100%
𝑉𝑜
0,3−0,2
= x 100% = 50 %
0,2
50 %+50%+ 50 %+50%
Rata-rata % radang = = 50%
4
T = 60 menit
Tikus I
𝑉𝑡−𝑉𝑜
% Radang = x 100%
𝑉𝑜
0,3−0,2
= x 100% = 50 %
0,2
Tikus II
𝑉𝑡−𝑉𝑜
% Radang = x 100%
𝑉𝑜
0,3−0,2
= x 100% = 50 %
0,2
Tikus III
𝑉𝑡−𝑉𝑜
% Radang = x 100%
𝑉𝑜
0,3−0,2
= x 100% = 50 %
0,2
Tikus IV
𝑉𝑡−𝑉𝑜
% Radang = x 100%
𝑉𝑜
0,3−0,2
= x 100% = 50 %
0,2
50 %+50%+ 50 %+50%
Rata-rata % radang = = 50%
4
0,3−0,2
= x 100% = 50 %
0,2
Tikus III
𝑉𝑡−𝑉𝑜
% Radang = x 100%
𝑉𝑜
0,3−0,3
= x 100% = 0 %
0,3
Tikus IV
𝑉𝑡−𝑉𝑜
% Radang = x 100%
𝑉𝑜
0,2−0,2
= x 100% = 0 %
0,2
50 %+50%+ 0 %+0%
Rata-rata % radang = = 25%
4
50 %−25%
= % 100% = 50 %
50 %
T = 60 menit
Tikus I
𝑉𝑡−𝑉𝑜
% Radang = x 100%
𝑉𝑜
0,3−0,2
= x 100% = 50 %
0,2
Tikus II
𝑉𝑡−𝑉𝑜
% Radang = x 100%
𝑉𝑜
0,2−0,2
= x 100% = 0 %
0,2
Tikus III
𝑉𝑡−𝑉𝑜
% Radang = x 100%
𝑉𝑜
0,3−0,3
= x 100% = 0 %
0,3
Tikus IV
𝑉𝑡−𝑉𝑜
% Radang = x 100%
𝑉𝑜
0,2−0,2
= x 100% = 0 %
0,2
50 %+0%+ 0 %+0%
Rata-rata % radang = = 12,5%
4
50 % − 12,5 %
= % 100% = 75 %
50 %
0,5−0,4
= x 100% = 50 %
0,4
Tikus III
𝑉𝑡−𝑉𝑜
% Radang = x 100%
𝑉𝑜
0,4−0,3
= x 100% = 50 %
0,3
Tikus IV
𝑉𝑡−𝑉𝑜
% Radang = x 100%
𝑉𝑜
0−0
= x 100% = 0 %
0
50 %+50%+ 50 %+0%
Rata-rata % radang = = 37,5%
4
50 % −37,5%
= % 100% = 25 %
50 %
T = 60 menit
Tikus I
𝑉𝑡−𝑉𝑜
% Radang = x 100%
𝑉𝑜
0,4−0,3
= x 100% = 50 %
0,3
Tikus II
𝑉𝑡−𝑉𝑜
% Radang = x 100%
𝑉𝑜
0,4−0,4
= x 100% = 0 %
0,4
Tikus III
𝑉𝑡−𝑉𝑜
% Radang = x 100%
𝑉𝑜
0,5−0,3
= x 100% = 66,6 %
0,3
Tikus IV
𝑉𝑡−𝑉𝑜
% Radang = x 100%
𝑉𝑜
0−0
= x 100% = 0 %
0
50 %+0%+ 66,6 %+0%
Rata-rata % radang = = 29,15 %
4
4.2 Pembahasan
KESIMPULAN