Anda di halaman 1dari 11

Tugas

SISTEM KESEHATAN NASIONAL


(Depkes RI, 2004)

Oleh :

- RAHMAT
- RIMALITA D.W
- NASMIRA N.
A. Subsistem Obat dan Perbekalan Masyarakat
 Pengertian :
Tatanan yang menghimpun berbagai upaya yang menjamin ketersediaan,
pemerataan, serta mutu obat dan perbekalan kesehatan secara terpadu dan saling
mendukung dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang setinggi – tingginya.
a. Perbekalan kesehatan ialah Semua bahan selain obat dan peralatan yang
diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan

 Tujuan :
Tersedianya obat dan perbekalan (O&P) kesehatan yg aman, bermutu dan
bermanfaat, serta terjangkau oleh masyarakat untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.

 Unsur Utama :
a. Jaminan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan
Ialah pemenuhan kebutuhan O&P kesehatan sesuai jenis dan jumlah
dibutuhkan oleh masyarakat.
b. Jaminan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan
Ialah penyebaran O&P kesehatan secara merata dan berkesinambungan,
sehinggs mudah diperoleh dan terjangkau masyarakat.
c. Jaminan mutu obat dan perbekalan kesehatan
Ialah menjamin khasiat, keamanan, dan keabsahan O&P kesehatan sejak
produksi pemanfaatannya.

 Prinsip :
a. O&P kesehatan adalah kebutuhan dasar manusia yangg berfungsi sosial,
sehingga tidak boleh diperlakukan sebagai komoditas ekonomi semata.
b. O&P kesehatan sebagai barang publik harus dijamin ketersediaan atau
keterjangkauan; penetepan harga dikendalikan oleh pemerintah dan tidak
sepenuhnya diserahkan pada mekanisme pasar.
c. Tidak dipromosikan berlebihan atau menyesatkan.
d. Peredaran dan pemanfaatan O&P kesehatan tidak boleh bertentangan
dengan hukum, etika, dan moral.
e. Mengutamakan obat esensial generik bermutu yg didukung oleh
pengembangan industri bahan baku yg berbasis pada keanekaragaman
sumber daya alam
f. Penyediaan perbekalan optimalisasi industri nasional.
g. Pengadaan atau pelayanan obat di RS disesuaikan dengan standar
formularium obat RS; sarana kesehatan lain mengacu kepada DOEN (Daftar
Obat Esensial Nasional)
h. Diselenggarakan secara rasional dengan memperhatikan aspek mutu,
manfaat, harga, kemudahan diakses, serta keamanan bagi masyarakat.
i. Pengembangan obat tradisional agar diperoleh obat tradisional bermutu
tinggi, aman, khasiat nyata teruji ilmiah, dan dimanfaatkan secara luas
(pengobatan sendiri masyarakat atau dalam yankes formal).
j. Pengamanan O&P diselenggarakan dari: produksi—distribusi—pemanfaatan
(mutu, manfaat, keamanan, & keterjangkauan).
k. Kebijaksanaan obat nasional ditetapkan oleh pemerintah bersama pihak
terkait.

 Bentuk Pokok :
1) Jaminan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan
a. Perencanaan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan secara nasional
diselenggarakan oleh pemerintah bersama pihak terkait.
b. Perencanaan obat merujuk pada DOEN yang ditetapkan oleh pemerintah
bekerja sama dengan organisasi profesi dan pihak terkait lainnya.
c. Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan diutamakan melalui optimalisasi
industri nasional.
d. Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan yang dibutuhkan oleh
pembangunan kesehatan dan secara ekonomis belum diminati swasta
menjadi tanggung jawab pemerintah.
e. Pengadaan dan produksi bahan baku obat difasilitasi oleh pemerintah
f. Pengadaan dan produksi obat di RS didasarkan pada formularium yang
ditetapkan oleh Komite Farmasi dan Terapi Rumah Sakit.
2) Jaminan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan
a. Distribusi melalui pedagang besar farmasi
b. Pelayanan obat, resep dokter, untuk masy melalui apotek
c. Pelayanan obat bebas melalui apotek, toko obat, dll
d. Di mana tidak ada apotek dokter memberi obat langsung
e. Pelayanan obat di apotek diikuti penyuluhan & ditinjau apoteker
f. Memperhatikan fungsi sosial.
3) Jaminan mutu obat dan perbekalan kesehatan
a. Pengawasan mutu produk oleh industri yang bersangkutan, pemerintah,
orang profesi, & masyarakat
b. Pengawasan distribusi pemerintah, pengusaha, orang profesi, dan
masyarakat
c. Pengamatan efek samping obat oleh pemerintah, bersama kalangan
pengusaha, orang profesi & masyarakat
d. Pengawasan promosi & pemanfaatan oleh pemerintah bersama kalangan
pengusaha, orang profesi, & masyarakat
e. Pengendalian harga oleh pemerintah bersama pihak terkait
f. Pengawasan narkotika, psikotropika, zat aditif & bahan berbahaya lain oleh
pemerintah (lintas sektoral), orang prof, masyarakat
g. Pengawasan obat tradisional oleh pemerintah (lintas sektoral), orang profesi,
masyarakat.

B. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat


 Pengertian :
Tatanan yang menghimpun berbagai upaya perorangan, kelompok, dan masyarakat
umum di bidang kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna mencapai
derajat kesehatan masyarkat yang setinggi – tingginya.

 Tujuan :
Ialah terselenggaranya upaya pelayanan, advokasi dan pengawasan sosial oleh
perorangan, kelompok dan masyarakat di bidang kesehatan secara berhasil - guna
dan berdaya - guna, untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan
guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya.

 Unsur Utama :
a. Pemberdayaan Perorangan
Upaya meningkatkan peran, fungsi, dan kemampuan perorangan dalam
membuat keputusan untuk memelihara kesehatan. Target minimal yang
diharapakan adalah untuk diri sendiri yakni mempraktikkan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) yang diteladani oleh keluarga dan masyarakat
sekitar. Sedangkan target maksimal adalah berperan aktif sebagai kader
kesehatan. Dalam menggerakkan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih
dan sehat.
b. Pemberdayaan kelompok
Upaya meningkatkan peran, fungsi dan kemampuan kelompok-kelompok di
masyarakat, termasuk swasta sehingga di satu pihak dapat mengatasi
masalah kesehatan yang dihadapi kelompok dan dipihak lain dapat berperan
aktif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Kegiatan
yang dilakukan dapat berupa program pengabdian (to serve),
memperjuangkan kepentingan masyarakat di bidang kesehatan (to advocate)
atau melakukan pengawasan social terhadap pembangunan kesehatan (to
watch).
c. Pemberdayaan Masyarakat Umum
Upaya meningkatkan peran, fungsi, dan kemampuan masyarakat, termasuk swasta
sedemikian rupa sehingga disatu pihak dapat mengatasi masalah kesehatan yang
ada di masyarakat dan di pihak lain dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat secara keseluruhan. Kegiatan yang dapat dilakukan dapat berupa
program pengabdian, memperjuangkan kepentingan masyarakat di bidang
kesehatan atau melakukan pengawasan social terhadap pembangunan kesehatan.

 Prinsip :
Penyelenggaraan subsistem pemberdayaan masyarakat mengacu pada prinsip-
prinsip sebagai berikut :
a. Pemberdayaan masyarakat berbasis pada tata nilai perorangan, keluarga dan
masyarakat, sesuai dengan sosil budaya, kebutuhan dan potensi setempat
b. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan meningkatkan akses untuk
memperoleh informasi dan kesempatan untuk mengemukakan pendapat
serta keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembangunan kesehatan.
c. Pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui pendekatan edukatif untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan serta kepedulian dan
peran aktif dalam berbagai upaya kesehatan.
d. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan menerapkan prinsip kemitraan
yang di dasari semangat kebersamaa dan gotong royong serta terorganisasi
dalam berbagai kelompok atau kelembagaan masyarakat.
e. Pemerintah bersikap terbuka, bertanggung jawab dan bertanggung gugat
dan tanggap terhadap aspirasi masyarakat, serta berperan sebagai
pendorong, pendamping, fasilitator dan pemberi bantuan (asistensi) dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan yang berbasis kesehatan.

 Bentuk Pokok :
Pemberdayaan masyarakat di laksanakan dalam berbagai bentuk, seperti : koalisi Indonesia
sehat, gebrak malaria, gerdunas TB, gerakan sayang ibu, gerakan anti madat serta gerakan
pita putih (kesehatan Ibu) dan gerakan pita merah (gerakan nasional penanggulangan
HIV/AIDS)
a. Pemberdayaan Perorangan
 Pemberdayaan perorangan dilakukan atas prakarsa perorangan atau
kelompok-kelompok Yang ada di masyarakat termasuk swasta dan
pemerintah.
 Pemberdayaan perorangan terutama ditujukan kepada tokoh
masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, tokoh politik, tokoh swasta dan
tokoh populer.
 Pemberdayaan perorangan dilakukan melalui pembentukan pribadi-
pribadi dengan perilaku hidup bersih dan sehat serta pembentukan
kader-kader kesehatan.
b. Pemberdayaan Kelompok
 Pemberdayaan kelompok dilakukan atas prakarsa perorangan atau
kelompok-kelompok yang ada di masyarakat termasuk swasta.
 Pemberdayaan kelompok terutama ditujukan kepada kelompok atau
kelembagaan yang ada di masyarakat seperti : RT/RW,
kelurahan/banjar/nagari, kelompok adat, organisasi swasta, organisasi
wanita, organisasi pemuda dan organisasi profesi.
 Pemberdayaan keompok dilakukan melalui pembentukan kelompok
peduli kesehatan dan atau peningkatan kepedulian kelompok/lembaga
masyarakat terhadap kesehatan.
c. Pemberdayaan Masyarakat Umum
 Pemberdayaan masyarakat umum dilakukan atas prakarsa perorangan
atau kelompok-kelompok yang ada di masyarakat
 Pemberdayaan masyarakat umum ditujukan kepada seluruh masyarakat
dalam suatu wilayah
 Pemberdayaan masyarakat umum dilakukan melalui pembentukan
wadah perwakilan masyarakat yang peduli kesehatan. Wadah
perwakilan yang dimaksud antara lain adalah Badan Penyantun
Puskesmas (dikecamatan), konsil/komite kesehatan kabupaten /kota
(dikabupaten/ korta), atau koalisi/jaringan/forum peduli kesehatan
(diprovinsi dan nasional).

C. Subsistem Manajemen Kesehatan


 Pengertian :
Tatanan yang menghimpun berbagai upaya administrasi kesehatan yang didukung
oleh pengelolaan data dan informasi, pengembangan dan penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta pengaturan hukum kesehatan secara terpadu dan
saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat setinggi-tingginya.

 Tujuan :
Terselenggaranya fungsi-fungsi administrasi kesehatan yang berhasilguna dan
berdayaguna, didukung oleh sistem informasi, IPTEK dan hukum kesehatan, untuk
menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.

 Unsur – unsur Utama :


a. Administrasi kesehatan
Ialah kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta
pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggara pembangunan
kesehatan. Terdiri dari :
 Administrasi kesehatan diselenggarakan dengan berpedoman pada asas
dan kebijakan desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas perbanuan dalam
negara RI.
 Administrasi kesehatan diselenggarakan dengan dukungan kejelasan
hubungan administrasi dengan berbagai sektor pembangunan lain serta
antar unit kesehatan di berbagai jenjang administrasi pemerintahan.
 Administrasi kesehatan diselenggarakan melalui kesatuan koordinasi
yang jelas dengan berbagai sektor pembangunan lainnya.
 Administrasi kesehatan diselenggarakan dengan mengupayakan
kejelasan pembagian kewenangan, tugas dan tanggung jawab antar unit
kesehatan dalam satu jenjang yang sama dan diberbagai jenjang
administrasi kesehatan.
b. Informasi Kesehatan
Ialah hasil pengumpulan dan pengolahan data yang merupakan masukan
bagi pengambilan keputusan di bidang kesehatan. Terdiri dari :
 Informasi kesehatan mencakup seluruh data yang terkait dengan
kesehatan, baik yang berasal dari sektor kesehatan ataupun dari berbagai
sektor pembangunan lainnya.
 Informasi kesehatan mendukung proses pengambilan keputusan di
berbagai jenjang administrasi kesehatan.
 Informasi kesehatan disediakan sesuai dengan kebutuhan informasi
untuk pengambilan keputusan
 Informasi kesehatan yang disediakan harus akurat dan disajikan secara
cepat dan tepat waktu, dengan mendayagunakan teknologi informasi dan
komunikasi.
 Pengelolaan informasi kesehatan harus dapat memadukan pengumpulan
data melalui cara rutin (pencatatan dan pelaporan) dan cara non rutin
(survey, dll).
c. Ilmu pengetahuan dan teknologi
Ialah hasil penelitian dan pengembangan yang merupakan masukan bagi
pengambil keputusan di bidang kesehatan. Terdiri dari :
 Pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan adalah untuk kepentingan masyarakat
 Pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan tidak boleh bertentangan dengan etika, moral, dan nilai agama
d. Hukum kesehatan
Ialah peraturan perundang-undangan kesehatan yang dipakai sebagai acuan
bagi penyelenggara pembangunan kesehatan. Terdiri dari :
 Pengembangan hukum kesehatan diarahkan untuk terwujudnya sistem
hukum kesehatan yang mencakup pengembangan subtansi hukum,
pengembangan kultur, dan budaya hukum, serta pengembangan
aparatur hukum kesehatan
 Tujuan pengembangan hukum kesehatan adalah untuk menjamin
terwujudnya kepastian hukum, keadilan hukum, dan manfaat hukum
 Pengembangan dan penerapan hukum harus menjunjung tinggi etika,
moral, dan nilai agama

 Prinsip :
a. Administrasi Kesehatan
 Administrasi kesehatan diselenggarakan dengan berpedoman pada
asas dan kebijakan desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas
pembantuan dalam Kesatuan Negara Kesatuan Repoblik Indonesia.
Pada asas dan kebijakan desentralisasi sebagian tanggung jawab
program kesehatan diserahkan kepada Departeman Dalam Negeri.
Pelaksanaan program di tingkat provinsi, kabupaten dan kecamatan
(pengelolaan, pembinaan dan pembiayaannya) diserahkan oleh
Mendagri kepada gubernur, bupati dan camat setempat. Adapun
pada asas dan kebijakan dekonsentrasi, sebagian tanggung jawab
program kesehatan yang dilaksanakan di daerah masih tetap menjadi
tanggung jawab Depkes. Pembinaannya di tingkat provinsi
dikoordinasi oleh Kanwil Depkes. Sedangkan pada asas dan kebijakan
tugas pembantuan, program kesehatan di daerah dilaksanakan oleh
daerah (Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota) tetapi biaya
dan personalianya masih tetap menjadi tanggung jawab Depkes
Pusat.
 Administrasi kesehatan diselenggarakan dengan dukungan kejelasan
hubungan administrasi dengan berbagai sektor pembangunan lain
serta antar unit kesehatan diberbagai jenjang administrasi
pemerintah.
 Administrasi kesehatan diselenggarakan melalui kesatuan koordinasi
yang jelas dengan berbagai sektor pembangunan lain serta antar unit
kesehatan dalam satu jenjang administrasi pemerintahan.
 Administrasi kesehatan diselenggarakan dengan mengupayakan
kejelasan pembagian kewenangan, tugas dan tanggung jawab antar
unit kesehatan dalam satu jenjang yang sama dan diberbagai jenjang
administrasi kesehatan.
b. Informasi Kesehatan
 Informasi kesehatan mencakup seluruh data yang terkait dengan
kesehatan, baik yang berasal dari sektor kesehatan ataupun dari
berbagai sektor pembangunan lainnya.
 Informasi kesehatan mendukung proses pengambilan kepyutusan
diberbagai jenjang administrasi kesehatan.
 Informasi kesehatan disediakan sesuai dengan kebutuhan informasi
untuk pengambilan keputusan.
 Informasi kesehatan yang disediakan harus akurat dan disajikan
secara cepat dan tepat waktu, dengan mendayagunakan teknologi
informasi dan komunikasi.
 Pengelolaan Informasi kesehatan harus dapat memadukan
pengumpulan data melalui cara-cara rutin ( yaitu pencatatan dan
pelaporan) dan cara-cara non rutin (yaitu survei, dan lain-lain)
c. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kesehatan
 Pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan adalah untuk kepentingan masyarakat yang sebesar-
besarnya.
 Pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan tidak boleh bertentangan dengan etika, moraldan nilai
agama.
d. Hukum Kesehatan
 Pengembangan hukum kesehatan diarahkan untuk terwujudnya
sistem hukum kesehatan yang mencakup pengembangan subtansi
hukum, pengembangan kultur dan budayahukum, serta
pengembangan aparatur hukum kesehatan.
 Tujuan pengembangan hukum kesehatan adalah untuk menjamin
terwujudnya kepastian hukum, keadilan hukum dan manfaat hukum.
 Pengembangan dan penerapan hukum harus menjunjung tinggi etika,
moral, dan nilai agama.
 Bentuk Pokok :
a. Administrasi Kesehatan
 Penanggung jawab administrasi kesehatan menurut jenjang administrasi
pemerintah adalah Departemen Kesehatan di pusat, Dinas Kesehatan Propinsi di
propinsi dan Dinas Kabupaten/Kota di Kabupaten/Kota. Dinas Kesehatan adalah
istansi tertinggi dalam satu wilayah administrasi pemerintahan.
 Departemen Kesehatan berhubungan secara teknis fungsional dengan Dinas
Kesehatan Propinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan sebaliknya.
 Fungsi Departemen Kesehatan adalah mengembangkan kebijakan nasional
dalam bidang kesehatan, pembinaan dan bantuan teknis serta pengendalian
pelaksanaan pembangunan kesehatan.
 Dinas Kesehatan propinsi melaksanankan kewenangan desentralisasi dan
dekonsentrasi di bidang kesehatan dengan fungsi perumusan kebijakan teknis
bidang kesehatan, pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan dan
kesehatan. Serta pembinaan dan bantuan teknis terhadap Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
 Dinas Kesehatan kabupaten/kota melaksanakan kewenangan desentralisasi di
bidang kesehatan, dengan fungsi perumusan kebijakan teknis kesehatan, serta
pembinaan terhadap UPTD kesehatan.
 Perencanaan nasional diselenggarakan dengan menetapkan kebijakan dan
program pembangunan kesehatan nasional yang menjadi acuan perencanaan
daerah.
 Pelaksanaan dan pengendalian pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan
mengacu pada pedoman dan standar nasional.
 Perencanaan serta pelaksanaan dan pengendalian pembangunan kesehatan di
daerah didasarkan atas kewenangan wajib dan standar pelayanan minimal di
biadang kesehatan.
 Pengawasan dan pertanggung jawaban pembangunan kesehatan dilaksanakan
dengan mengacu pada pedoman, standar dan indikator nasional.
 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib membuat dan mengirimkan laporan
pelaksanaan dan hasil pembangunan kesehatan kepada Departemen Kesehatan
dan dinas Kesehatan Propinsi.
 Dinas kesehatan Propinsi wajib membuat dan mengirimkan laporan
pelaksanaan dan hasil pembangunan keehatan kepada Departemen Kesehatan.
 Untuk keberhasilan pembangunan kesehatan dengan prisip desentralisasi dan
otonomi daerah, pemerintah pusat melakukan asistensi, advokasi (pemberian
nformasi kepada lintas sektoral atau pembuat kebijakan) dan fasilitasi.
 Dalam keadaan tertentu untuk kepentingan nasional, misalnya dalam
penanggulangan wabah dan bencana, pelaksanaan dan pengendalian, serta
pengawasandan pertanggung jawabanprogram pembangunan kesehatan
diselenggarakan langsung oleh pemerintah pusat.
b. Informasi Kesehatan
 Sistem informasi keehatan nasional dikembangkan dengan memadukan sistem
informasi kesehatan daerah dengan sistem informasi lai yang terkait.
 Sumber data sistem informasi kesehatan adalah dari sarana kesehatan melalui
pencatatan dan pelaporan yang teratur dan berjenjang serta dari masyarakat
yang diperoleh dari survei, surveilans dan sensus,
 Data pokok sistem informasi kesehatan mencakup derajat kesehatan,
pembiayaan kesehatan, sumberdaya manusia kesehatan, obat dan perbekalan
kesehatan, pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, serta manajemen
kesehatan.
 Pengolahan dan analisis data serta pengemasan informasi diselenggarakan
secara berjenjang, terpadu, multidisiplioner, dan komprehensif.
 Penyajian data dan informasi dilakukan secara multi media guna diketahui
masyarakat secara luas untuk pengambilan keputusan di bidang kesehatan.
c. IPTEK Kesehatan
 IPTEK kesehatan dihasilkan dari penelitian dan pengembangan kesehatan yang
diselenggarakan oleh pusat-pusat penelitian dan pengembangan milik
masyarakat, swasta dan pemerintah.
 Pemanfaatan IPTEK kesehatan didahului oleh penapisan yang diselenggarakan
oleh lembaga khusus yang berwenang.
 Untuk kepentingan dan global, dibentuk pusat-pusat penelitian dan
pengembangan unggulan.
 Penyebar luasan dalam rangka pemanfaatan hasil-hasil penelitian dan
pengembangan kesehatan dilakukan melalui pembentukan jaringan informasi
dan dokumentasi IPTEK.
d. Hukum Kesehatan
 Hukum kesehatan dikembangkan secara nasional dan dipakai sebagai acuan
dalam mengembangkan peraturan perundang-undangan kesehatan daerah.
 Ruang lingkup hukum kesehatan mencakup penyusunan peraturan perundang-
undangan, pelayanan advokasi hukum, dan peningkatan kesadaran hukum di
kalangan masyarakat.
 Penyelenggaraan hukum kesehatan didukung oleh pembentukan dan
pengembangan informasi dan dokumentasi hukum kesehatan, serta
pengembangan satuan unit organisasi hukum kesehatan di Departemen
kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai