Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

PTP – 353 TEKNIK PELEDAKAN

Modul 2
Oxygen Balance

Disusun Oleh:

Muhammad Agri Finalta (F1D117004)


Kelompok: 4

Asisten:

Khairul Bahri (F1D116029)

LABORATORIUM LINGKUNGAN DAN GEOKIMIA II


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pascatambang,
Dalam pekerjaan pada tambang terbuka pada tambang bijih, peledakan
merupakan metode yang dominan dalam penggalian batuan dan bijih. Bidang
ilmu yang mempelajari tentang peledakan dan permasalahannya dalam teknik
pertambangan dikenal dengan teknik peledakan. Peledakan merupakan
kegiatan pemecahan suatu material atau batuan dengan menggunakan bahan
peledak atau proses terjadinya ledakan. Tujuan peledakan dalam dunia
pertambangan yaitu memecah atau membongkar batuan padat atau material
berharga atau endapan bijih yang bersifat kompak atau masive dari batuan
induknya menjadi material yang cocok untuk dikerjakan dalam proses produksi
berikutnya. Pekerjaan peledakan adalah pekerjaan yang penuh bahaya. Oleh
karena itu, harus dilakukan dengan penuh perhitungan dan hati-hati, agar tidak
terjadi kegagalan atau bahkan kecelakaan. Untuk itu operator yang melakukan
pekerjaan peledakan harus mengerti benar tentang cara kerja, sifat dan fungsi
dari peralatan yang digunakan.
Dalam suatu reaksi peledakan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
agar bahan peledak yang digunakan efektif dan dampak lingkungan yang
ditimbulkan minimum. Salah satunya adalah keseimbangan oksigen dalam
reaksi.Keseimbangan oksigen dalam reaksi peledakan perlu diperhitungkan
agar gas beracun yang ditimbulkan oleh reaksi peledakan tersebut sangat kecil
dan agar bahan peledak yang digunakan itu efisien. Maksudnya, energi yang
dihasilkan maksimum dan dampak lingkungan atau gas beracun minimum.
Dalam pembuatan bahan peledak perlu diperhatikan komposisi dari unsur-
unsur yang digunakan.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui reaksi dan hasil peledakan
2. Mengenal komposisi handak berupa ANFO
3. Mengenal gas-gas yang dapat ditimbulkan dalam peledakan
4. Membuat campuran ammonium nitrat dan fuel oil sehingga membentuk
ANFO yang tepat pada zero oxygen balance.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


Operasi peledakan merupakan salah satu kegiatan pada penambangan untuk
melepaskan batuan dari massa batuan induknya. Perencanaan peledakan merupakan
suatu tahapan pemberaian bahan galian dan dibuat agar diperoleh suatu teknik
peledakan yang ekonomis, efisien dan ramah lingkungan. Oleh sebab itu sasaran
utama dari perencanaan peledakan adalah mempersiapkan sejumlah bahan peledak
dan asesorisnya agar diperoleh ukuran fragmentasi yang sesuai dengan proses
selanjutnya dan memenuhi target produksi. Disamping itu harus pula dipersiapkan
cadangan bahan peledak dalam gudang yang setiap enam bulan sekali yang harus
habis dan diisi ulang dengan bahan peledak baru (Fauzy, dkk. 2015).
Menurut Abdurrachman dkk (2015), peledakan adalah kegiatan pemecahan
material dengan menggunakan bahan peledak. Kegiatan peledakan diawali dengan
kegiatan pengeboran yang dilakukan untuk membuat lubang ledak pada suatu masa
batuan tertentu dan kemudian diisi oleh bahan peledak yang kemudian diledakan.
Bahan peledak adalah suatu bahan atau campuran yang dapat bereaksi dalam
waktu sangat singkat dan menghasilkan energi dalam jumlah besar karena
terjadinya volume gas yang sangat besar pada temperatur dan tekanan yang sangat
tinggi, diikuti efek mekanik, visual dan akustik yang sangat tinggi (Ferry, 2012).
Hampir semua bahan peledak komersial merupakan campuran senyawa-
senyawa yang mengandung empat unsur dasar yaitu C, H, O dan N. Kemudian
untuk memperoleh efek tertentu kadang ditambah zat-zat sensitizer seperti Na, Al,
Ca dan sebagainya. Suatu bahan peledak tidak harus mengandung material
explosive seperti nitrogliserin, nitrostrach atau TNT. Setiap bahan dalam campuran
mempunyai fungsi yang berbeda, yaitu sebagai explosive base, oxygen carrier, fuel
dan lain-lain (Koesnaryo, 2001).
Untuk menghasilkan energi (heat of explosion) yang maksimum, bahan
peledak saat meledak harus bereaksi secara sempurna. Untuk itu bahan peledak
komersial dibuat berdasarkan prinsip zero oxygen balanced, atinya dalam bahan
peledak terdapat oksigen dalam jumlah yang tepat sehingga selama reaksi seluruh
H akan membentuk H2O, C membentuk CO2 dan N membentuk gas N2 bebas.
Ketiga jenis gas tersebut (H2O, CO2, N2) disebut smoke dan tidak beracun.
Sebaliknya jika reaksinya tidak sempurna akan terbentk gas beracun (fumes) seperti
CO, NO dan NO2. Contohnya jika jumlah oksigen kurang (negative oxygen
balanced) maka akan terbentuk CO (beracun, tidak berbau, dan tidak berwarna),
sedangkan jika kelebihan jumlah oksigen (positive oxygen balanced) akan
terbentuk gas beracun NO (Koesnaryo, 2001).
Menurut Fauzy (2015) Hasil ledakan yang mencapai zero oxygen balance
(ZOB) ditandai dengan asap berwarna putih hingga kehitaman dimana tidak
menghasilkan gas-gas (fumes) NO2 secara berlebihan dengan munculnya asap
berwarna kekuningan
Karakteristik gas hasil peledakan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) ZOB (zero oxygen balance), terjadi kesetimbangan rekasi kimiawi
sehingga semua gas bereaksi dan terbentuk smoke. Contoh :
2NH4NO3 + CH2 5H2O + CO2 + N2
(AN) (FO) (SMOKE)

2) Deficient Oxygen Balance (Negative/Minus Oxygen Balance), tidak


terjadi kesetimbangan reaksi yang mengakibatkan hasil reaksi kekurangan
Oksigen, sehingga terbentuk gas fumes. Contoh :
2NH4NO3 + CH2 5H2O + CO + N2
(AN) (FO) (FUMES)

3) Excessive Oxygen Balance (Positive/Surplus Oxygen Balace),


tidak terjadi kesetimbangan reaksi yang mengakibatkan hasil reaksi kelebi
han Oksigen, sehingga terbentuk gas fumes. Contoh :
5NH4NO3 + CH2 11H20 + CO2 + 9N2 + 2NO
(AN) (FO) (FUMES)
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan.
3.1.1 Alat
1. Ember hitam
2. Gelas ukur
3. Gelas beker
4. Pipet tetes
5. Corong
6. Spatula
7. Kayu kecil 30 cm
8. Masker, jas lab dan sarung tangan medis
3.1.2 Bahan
1. Solar 1 liter
2. Puuk urea 1 kg
3.2 Prosedur kerja
1. Dilakukan persiapan alat dan bahan-bahan yang akan digunakan
2. Dilakukan pengambilan bahan/pupuk ureanya menggunakan gelas
beker sebanyak yang dibutuhkan pada praktikumnya.
3. Dilakukan pencatatan serta pengambilan dokumentasinya lalu
dituangkan ke dalam ember hitam tersebut.
4. Dilakukan pengambilan minyak solarnya sebanyak yang dibutuhkan
dalam praktikum.
5. Dilakukan pencampuran antara pupuk urea tadi dan juga minyak
solarnya kedalam satu tempat di ember hitam tersebut.
6. Dilkukan pengadukan secara merata dan juga hingga terlarut semua
7. Dilakukan perhitungan jumlah total anfo dan juga fuel oil yang
dibutuhkan agar terjadinya kesetimbangan oxygen balance.
8. Dilakukan pengamatan terhaap campuran minyak solar dan juga pupuk
urea tersebut
9. Dilakukan pencatatan jika terjadi suatu reaksi dan jug bau yang
dihasilkannya tersebut terimakasih.
BAB IV
HASIL

4.1 Hasil Perbandingan Amonium Nitrat dan Fuel Oil


- Jumlah takaran Amonium Nitrat = 255 ml
- Densitas Amonium Nitrat = 1,725 gr/ml
- Densitas FO = 0,85 gr/ml
- Perbandingan AN & FO (dalam %) = 94,5 : 5,5
No Keterangan Jumlah

1 Amonium Nitrat 388,125 gr

2 Fuel Oil 26,6 ml

3 Total ANFO 410,7142 gr

4.2 Perhitungan
Diketahui : Jumlah Amonium Nitrat = 255 ml
Densitas AN = 1,725 gr/ml
Densitas FO = 0,85 gr/ml
Perbandingan ANFO = 94,5 :5,5
Jawab :
a) Berat Amonium Nitrat (AN)
AN = VAN × Densitas AN
= 255 ml ×1,725 gr/ml
= 388,125 gr

b) Berat Total ANFO


94,5
⇒ × ANFO = 388,125 gr
100
388,125 X 100 gr
= 410,7142 gr
94,5

c) Berat Fuel Oil (FO)


5,5
FO = × ANFO
100
5,5
= × 410,7142 gr
100
= 22,5893 gr
d) Volume Fuel Oil (FO)
FO
VFO =
Densitas FO
22,5893 gr
=
0,85 gr/ml

= 26,6 ml
Jadi ANFO 225 ml +26,5756 ml = 251,6 ml.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kedua peledakan kali ini berjudul Zero Oxygen Balance.
Praktikum ini dilaksanakn di Laboratorium Lingkungan dan Geokimia II Gedung
Fakultas Sains dan Tenologi, praktikum ini berlangsun pada hari Senin tanggal 14
Oktober 2019. Zero Oxygen Balance merupakan kesetimbangan jumlah oksigen
yang tepat dalam suatu campuran bahan peledak sehingga seluruh reaksi
menghasilkan hidrogen menjadi hidrogen dioksida (H2O), carbon menjadi CO2
dan nitrogen menjadi N2 bebas. Secara umum bahan peledak merupakan campuran
dari senyawa-senyawa yang mengandung 4 unsur dasar/utama yaitu : C, H, N, dan
O. Pada setiap pemuatan bahan peledak haruslah berdasarkan prinsip dari zero
oxygen balance agar saat proses peledakan terjadi reaksi yang sempurna dan
menghasilkan energi yang maksimum.
Kegiatan yang dilakukan pada praktikum ini yaitu pembuatan bahan
peledak dengan mencampurkan antara Amonium Nitrat (AN) yang pada praktikum
ini diasumsikan menggunakan pupuk urea dan Fuel Oil (FO) di asumsikan
menggunakan bahan bakar solar. Pada pencampuran bahan peledak tersebut,
dibutuhkan urea (AN) dengan volume 255 ml dan solar (FO) yang dibutuhkan yaitu
sesuai pada persentase berdasarkan perhitungan yang dilakukan untuk zero oxygen
balance. Dari hasil perhitungan tersebut diharapkan nantinya akan mendapatkan
perbandingan kesetimbangan senyawa kimia agar diperoleh zero oxygen balanced.
Artinya dengan mencampurkan dua senyawa kimia peledakan maka tidak terjadi
minus oxygen balanced atau surplus oxygen balanced. Minus oxygen balanced akan
menyebabkan munculnya senyawa lain yang bersifat beracun seperti karbon
monoksida CO. sedangkan surplus oxygen balanced artinya akan menghasilkan
senyawa yang berbahaya atau beracun sama halnya dengan minus oxygen balanced
namun senyawa yang beracun ini biasanya berupa Nitrogen monoksida (NO).
Perbandingan yang digunakan pada pencampuran bahan peledak tersebut adalah
94,5 ( AN ) : 5,5 ( FO). Perbandingan ini lah yang harus kita gunakan untuk
mencapai produk bahan peledak ANFO yang bersifat zero oxygen balanced.
Keppres No. 5/ 1998 juga SK Menhankam No. SKEP/974/VI/1998
membagi bahan peledak (eksplosive) menjadi dua golongan besar yaitu:
1. Bahan peledak industry (komersial)
2. Bahan peledak militer
Bahan peledak (handak) industry dibedakan kedalam dua kelompok sesuai
dengan kecepatan gelombang kejutnya (Jimeno,dkk, 1995), yaitu:
1. Bahan peledak cepat (rapid and detonating explosives), memiliki
kecepatan 2000-7000 m/s, dan dibedakan lagi menjadi dua yaitu primer
(energy tinggi dan sensitive untuk isian detonator dan primer cetak
untuk isian lubang ledak).
2. Bahan peledak lambat (slow and deflagrating explosive), memiliki
kecepatan di bawah 2000 m/s, contoh : gunpowder senyawa piroteknik
dan senyawa propulsive untuk artillery.
Ahli bahan peledak lain (Manon, 1976) membedakan bahan peledak
industry menjadi dua kelompok juga yaitu:
1. Bahan peledak kuat (high explosive), mempunyai kecepatan detonasi
1600-7500 m/s, sifat reaksi detonasi (propagasi geombang kejut) dan
menghasilkan efek menghancurkan (shattering effect).
2. Bahan peledak lemah (low explosive), kecepatan reaksinya kurang dari
1600 m/s, sifat reaksinya deflagarasi (reaksi kimia yang sangat cepat,
dan menimbulakan efek pengangkatan (heaving effect).
Detonasi Adalah proses kimia-fisika yang mempunyai kecepatan reaksi
sangat tinggi, sehingga menghasilkan gas dan temperature sangat besar yang
semuanya membangun ekspansi gaya yang sangat besar pula. Sedangkan deflagrasi
adalah proses kimia eksotermis di mana transmisi dari reaksi dekomposisi
didasarkan pada konduktivitas termal merupakan fenomena reaksi permukaan di
mana reaksinya meningkat menjadi peledakan dengan kecepatan rendah, yaitu
antara 300-1000 m/s, atau lebih rendah dari kecepatan suara (subsonic) Deflagrasi
terjadi pada reaksi peledakan low explosive.
BAB VI
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

1. Karakteristik gas hasil peledakan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


1) ZOB (zero oxygen balance), terjadi kesetimbangan rekasi kimiawi
sehingga semua gas bereaksi dan terbentuk smoke. Contoh :
2NH4NO3 + CH2 5H2O + CO2 + N2
(AN) (FO) (SMOKE)

2) Deficient Oxygen Balance (Negative/Minus Oxygen Balance), tidak


terjadi kesetimbangan reaksi yang mengakibatkan hasil reaksi kekurangan
Oksigen, sehingga terbentuk gas fumes. Contoh :
2NH4NO3 + CH2 5H2O + CO + N2
(AN) (FO) (FUMES)

3) Excessive Oxygen Balance (Positive/Surplus Oxygen Balace),


tidak terjadi kesetimbangan reaksi yang mengakibatkan hasil reaksi keleb
ihan Oksigen, sehingga terbentuk gas fumes. Contoh :
5NH4NO3 + CH2 11H20 + CO2 + 9N2 + 2NO
(AN) (FO) (FUMES)

2. Komposisi ANFO dengan perbandingan yang telah ditentukan yaitu 94,5%


Amonium Nitrat dan 5,5% Fuel Oil.
3. Dalam bahan peledak terdapat oksigen dalam jumlah yang tepat sehingga
selama reaksi seluruh H akan membentuk H2O, C membentuk CO2 dan N
membentuk gas N2 bebas. Ketiga jenis gas tersebut (H2O, CO2, N2) disebut
smoke dan tidak beracun. Sebaliknya jika reaksinya tidak sempurna akan
terbentk gas beracun (fumes) seperti CO, NO dan NO2. Contohnya jika
jumlah oksigen kurang (negative oxygen balanced) maka akan terbentuk
CO (beracun, tidak berbau, dan tidak berwarna), sedangkan jika kelebihan
jumlah oksigen (positive oxygen balanced) akan terbentuk gas beracun NO
4. Mambuat campuran ANFO dilakukan melalui perhitungan dengan
perbandingan 94,5% : 5,5%
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrachman, H., Saptono, S. dan Wiyono, B. 2015. Analisis Flyrock Untuk


Mengurangi Radius Aman Alat Pada Peledakan Over Burden
Penambangan Batubara. Yogyakarta: UPN Veteran Yogyakarta.

Fauzy, Muhammad, Sri Widodo, Nurliah Jafar. 2015. “Analisa Biaya Peledakan
Pada Proses Pembongkaran Batuan Gamping PT. Semen Bosowa Maros
Provinsi Sulawesi Selatan”. Jurnal Geomine, Vol. 03. Desember 2015.

Ferry. 2012. “Analisis Ground Vibration Pada Kegiatan Peledakan Dengan Metoda
Peak Particle Velocity Beserta Pengaruhnya Terhadap Bangunan Di Pt.
Pamapersada Nusantara Distrik Mtbu Job Site Tanjung Enim. Universitas
Negeri Padang

Koesnaryo, S. 2001. Rancangan Peledakan Batuan (Design of Rock Blasting).


Yogyakarta: Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”.

Anda mungkin juga menyukai