Modul 2
Oxygen Balance
Disusun Oleh:
Asisten:
4.2 Perhitungan
Diketahui : Jumlah Amonium Nitrat = 255 ml
Densitas AN = 1,725 gr/ml
Densitas FO = 0,85 gr/ml
Perbandingan ANFO = 94,5 :5,5
Jawab :
a) Berat Amonium Nitrat (AN)
AN = VAN × Densitas AN
= 255 ml ×1,725 gr/ml
= 388,125 gr
= 26,6 ml
Jadi ANFO 225 ml +26,5756 ml = 251,6 ml.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kedua peledakan kali ini berjudul Zero Oxygen Balance.
Praktikum ini dilaksanakn di Laboratorium Lingkungan dan Geokimia II Gedung
Fakultas Sains dan Tenologi, praktikum ini berlangsun pada hari Senin tanggal 14
Oktober 2019. Zero Oxygen Balance merupakan kesetimbangan jumlah oksigen
yang tepat dalam suatu campuran bahan peledak sehingga seluruh reaksi
menghasilkan hidrogen menjadi hidrogen dioksida (H2O), carbon menjadi CO2
dan nitrogen menjadi N2 bebas. Secara umum bahan peledak merupakan campuran
dari senyawa-senyawa yang mengandung 4 unsur dasar/utama yaitu : C, H, N, dan
O. Pada setiap pemuatan bahan peledak haruslah berdasarkan prinsip dari zero
oxygen balance agar saat proses peledakan terjadi reaksi yang sempurna dan
menghasilkan energi yang maksimum.
Kegiatan yang dilakukan pada praktikum ini yaitu pembuatan bahan
peledak dengan mencampurkan antara Amonium Nitrat (AN) yang pada praktikum
ini diasumsikan menggunakan pupuk urea dan Fuel Oil (FO) di asumsikan
menggunakan bahan bakar solar. Pada pencampuran bahan peledak tersebut,
dibutuhkan urea (AN) dengan volume 255 ml dan solar (FO) yang dibutuhkan yaitu
sesuai pada persentase berdasarkan perhitungan yang dilakukan untuk zero oxygen
balance. Dari hasil perhitungan tersebut diharapkan nantinya akan mendapatkan
perbandingan kesetimbangan senyawa kimia agar diperoleh zero oxygen balanced.
Artinya dengan mencampurkan dua senyawa kimia peledakan maka tidak terjadi
minus oxygen balanced atau surplus oxygen balanced. Minus oxygen balanced akan
menyebabkan munculnya senyawa lain yang bersifat beracun seperti karbon
monoksida CO. sedangkan surplus oxygen balanced artinya akan menghasilkan
senyawa yang berbahaya atau beracun sama halnya dengan minus oxygen balanced
namun senyawa yang beracun ini biasanya berupa Nitrogen monoksida (NO).
Perbandingan yang digunakan pada pencampuran bahan peledak tersebut adalah
94,5 ( AN ) : 5,5 ( FO). Perbandingan ini lah yang harus kita gunakan untuk
mencapai produk bahan peledak ANFO yang bersifat zero oxygen balanced.
Keppres No. 5/ 1998 juga SK Menhankam No. SKEP/974/VI/1998
membagi bahan peledak (eksplosive) menjadi dua golongan besar yaitu:
1. Bahan peledak industry (komersial)
2. Bahan peledak militer
Bahan peledak (handak) industry dibedakan kedalam dua kelompok sesuai
dengan kecepatan gelombang kejutnya (Jimeno,dkk, 1995), yaitu:
1. Bahan peledak cepat (rapid and detonating explosives), memiliki
kecepatan 2000-7000 m/s, dan dibedakan lagi menjadi dua yaitu primer
(energy tinggi dan sensitive untuk isian detonator dan primer cetak
untuk isian lubang ledak).
2. Bahan peledak lambat (slow and deflagrating explosive), memiliki
kecepatan di bawah 2000 m/s, contoh : gunpowder senyawa piroteknik
dan senyawa propulsive untuk artillery.
Ahli bahan peledak lain (Manon, 1976) membedakan bahan peledak
industry menjadi dua kelompok juga yaitu:
1. Bahan peledak kuat (high explosive), mempunyai kecepatan detonasi
1600-7500 m/s, sifat reaksi detonasi (propagasi geombang kejut) dan
menghasilkan efek menghancurkan (shattering effect).
2. Bahan peledak lemah (low explosive), kecepatan reaksinya kurang dari
1600 m/s, sifat reaksinya deflagarasi (reaksi kimia yang sangat cepat,
dan menimbulakan efek pengangkatan (heaving effect).
Detonasi Adalah proses kimia-fisika yang mempunyai kecepatan reaksi
sangat tinggi, sehingga menghasilkan gas dan temperature sangat besar yang
semuanya membangun ekspansi gaya yang sangat besar pula. Sedangkan deflagrasi
adalah proses kimia eksotermis di mana transmisi dari reaksi dekomposisi
didasarkan pada konduktivitas termal merupakan fenomena reaksi permukaan di
mana reaksinya meningkat menjadi peledakan dengan kecepatan rendah, yaitu
antara 300-1000 m/s, atau lebih rendah dari kecepatan suara (subsonic) Deflagrasi
terjadi pada reaksi peledakan low explosive.
BAB VI
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Fauzy, Muhammad, Sri Widodo, Nurliah Jafar. 2015. “Analisa Biaya Peledakan
Pada Proses Pembongkaran Batuan Gamping PT. Semen Bosowa Maros
Provinsi Sulawesi Selatan”. Jurnal Geomine, Vol. 03. Desember 2015.
Ferry. 2012. “Analisis Ground Vibration Pada Kegiatan Peledakan Dengan Metoda
Peak Particle Velocity Beserta Pengaruhnya Terhadap Bangunan Di Pt.
Pamapersada Nusantara Distrik Mtbu Job Site Tanjung Enim. Universitas
Negeri Padang