Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhammad Agri Finalta

NIM : F1D117004

LATAR BELAKANG PENELITIAN


Kebutuhan akan kalsium yang banyak digunakan pada bidang industry seberti
sebagai reduktan, deoksidasi, desulfurisasi, pembuatan semen, dll. Kalsium sendiri di
alam selalu ditemukan bersama dengan unsur lainnya salah satunya adalah dolomit.
Dengan banyaknya potensi dolomite di Indonesia maka membuat peneliti mencari
cara pengolahan dolomite sehingga pemanfaatan dolomite sendiri lebih optimal.
Pemanfaatan dolomite di Indonesia sendiri biasanya untuk keperluan pembuatan
pupuk dolomit dan bata dolomit untuk bahan bangunan.

Dari banyak nya penelitian teradahulu maka pengolahan dolomite


dimungkinkan dengan cara pelarutan. Saat proses pelarutan banyak fakto yang
mempengaruhi di antaranya konsentrasi, suhu, ukuran partikel dan rasio cairan
terhadap padatan. Pada penelitian kali ini pengolahan menggunakan larutan asam
klorida yang telah dikalsinasi. Pada akhir penelitian diharaplan dapat mendapatkan
kondisi optimum pelarutan. Parameter yang harus diamati pada tahap pengolahan
antara lain adalah kecepatan pengadukan, konsentrasi asam, suhu proses dan persen
padatan terhadap kalsium yang terekstrak. Dengan mengetahui parameter diatas maka
diharapkan hasil penelitian dapat maksimal

Metode Penelitian

Bahan dan alat yang digunakan berupas serbuk bijih dolomit sebagai reagen
pelarutan, disc mill untuk menghaluskan bijih dolomit, tungku muffle furnace untuk
memanggang bijih dolomit, gelas beaker 1000 ML sebagai reactor proses pelarutan.
Karakterisasi percontoh dolomit menggunakan difraksi sinar – X (Shimadzu XRD
7000) untuk analisis fasa dan menggunakan XRF untuk komposisi kimia, sedangkan
analisis percontoh dolomit terkalsinasi dan hasil pelauran menggunakan ICP-OES.
SEM JEOL JSM-639A untuk analisis strulstur mikro dan morfologi butiran.
Proses pertama yang dilakukan sebelum dilakukannya pelarutan yaitu dolomit
dikeringkan lalu dihaluskan dengan disc mill sehigga membuat ukuran dibawah 200
mesh. Setelah dihaluskan maka akan dilakukan pemanggangan dengan suhu 900
derajat celcilus selama 5 jam. Menurut Royani, Sulistiyono, dan Sufandi
pemanggangan dolomit digunakan untuk mengubah fasa dolomit menjadi MgO dan
CaO sehingga mudah dipisahkan. Setelah melakukan pemanggangan maka
dilanjutkan dengan pelarutan menggunakan asam klorida didalam gelas beaker.
Percobaan kali ini dilakukan dengan melakukan variasi parameter kecepatan
pengadukan, konsentrasi asam, suhu proses dan rasio padatan terhadap larutan untuk
setiap waktu proses 0.5, 1, 2, 3, 4, dan 5 jam. Variasi ini dilakukan agar mendapatkan
beberapa variasi hasil sehingga dapat menetukan mana yang paling baik. Setelah suhu
yang diinginkan tercapai dolomit dimasukkan dan batang pengadukdijalankan selama
proses pelarutan. Dalam waktu tyang ditentuka larutan diambil sebanyak 5 ml
kemudian disaring dan diencerkann serta dianalisi menggunakan ICP-OES

Hasil dan Pembahasan

Dolomit yang digunakan berasal dari Jawa Timur. Pada hasil analisis dolomit
awal menggunakan difraksi sinar X tidak menunjukan mineral pengotor dan hanya
ada mineral dolomit, sedangkan pada hasil SEM-MAPING dolomit terlihat bahwa
Ca, Mg, O, serta C merata pada seluruh permukaan. Pada proses pelarutan factor
utama yang mempengaruhi adalah kecepatan pengadukan, suhu, reaksi, waktu reaksi,
dan ratio.

Pengaruh kecepatan pengadukan dilakuan untuk mengetahui kestabilan


kalsium yang terekstrak. Namun proses pelarutan dolomit dikendalikan oleh reaksi
kimia, sehingga hasil pengadukan tidak berpengaruh secara signifikan (Reza dkk,
2005). Selanjutnya hasil dari pengaruh reaksi, pengaruh reaksi dilakukan untuk
mengetahui hasil pengaruh konsentrasi terhadap kalsium yang terekstrak. Dapat
dilihat pada hasil percobaan bahwa terjadi penurunan efisiensi kalsium terekstrak
pada konsentrasi tertentu jika waktu proses semakin lama. Penurunan efisiensi
kalsium terekstrak pada konsentrasi yang tinggi seiring lamanya waktu proses
disebabkan karena terbentuknya lapisan pada permukaan partikel yang
mengakibatkan penurunan laju reaksi dolomit (Reza dkk, 2015).

Selanjutnya adalah mengamati pengaruh suhu. Hasil dari percobaan pengaruh


suhu adalah kelarutan dolomit meningkat seiring dengat peningkatan suhu
dikarenakan laju reaksi dikendalikan oleh proses kimia. Yang terakhir adalah
pengaruh rasio cairan/ padatan. Hasil nya menunjukan bahwa ketika rasio
perbandingan larutan/padatan menurun maka akan terjadi penurunan laju pelarutan.

Anda mungkin juga menyukai