Anda di halaman 1dari 12

BAB 10

HIPOTESIS
DAN
PENGUJIANNYA

123
HIPOTESIS DAN PENGUJIANNYA

I. Pengantar

Hampir semua penelitian adalah untuk menguji hipotesis. Sehingga


pengujian hipotesis merupakan kemampuan yang harus dikuasai oleh para
peneliti dan mahasiswa sebagai calon peneliti.
Bab 12 ini membahas mengenai pengertian hipotesis dan bagaimana
prosedur pengujiannya dengan maksud untuk membantu para pembaca
khususnya mahasiswa agar mempunyai bekal pengetahuan yang diperlukan bagi
calon peneliti.
Untuk lebih mudah memahami isi uraian pokok bahasan ini disyaratkan
mahasiswa mempunyai pemahaman tentang distribusi normal dan distribusi
sampling.
Setelah mempelajari uraian ini diharapkan pembaca dapat memperoleh
pemahaman tentang :
1. pengertian hipotesis
2. prosedur pengujian hipotesis dalam penelitian
3. macam-macam kesalahan dalam pengujian hipotesis
4. uji satu pihak dan uji dua pihak
5. prosedur pengujian hipotesis dengan benar.

124
HIPOTESIS DAN PENGUJIANNYA

A. Pengertian Hipotesis

Salah satu tugas statistika inferensial adalah melakukan pengujian hipotesis.


Pengujian di sini dimaksudkan untuk menetapkan apakah hipotesis yang diajukan
peneliti itu dapat diterima atau tidak. Hipotesis merupakan pernyataan yang bersifat
dugaan. Dalam penelitian hipotesis ini berfungsi sebagai jawaban sementara atas
pertanyaan penelitian. Karena sifatnya yang sementara itu, maka hipotesis perlu
diuji.
Dalam pengujian hipotesis biasanya peneliti tidak menyelidiki seluruh sasaran
penelitian, melainkan hanya menyelidiki sebagian kecil saja (sampel). Berdasarkan
data yang diperoleh dari sampel itu (statistik) peneliti akan mengambil keputusan
untuk seluruh sasaran penelitian (populasi). Karena keputusan itu didasarkan pada
data statisti dan dengan menggunakan metode statistika, maka keputusan itu
disebut keputusan statistik. Keputusan statistik

Sampel Data statistic


POPULASI

Dianalisis

keputusan
Generalisasi

Gambar 10.1 : Alur generalisasi

ini tidak lain adalah keputusan tentang keadaan parameter yang didasarkan pada
data statistik yang diperoleh dari sampel penelitian. Misalya seorang peneliti
membuat keputusan dari penelitiannya ; apakah metode A lebih efektif daripada

125
metode B untuk mengatasi gangguan kepribadian? ; apakah cara memberi makan
dan jenis makanan tertentu lebih efektif untuk meningkatkan berat badan hewan
ternak daripada cara memberi makan dan jenis makanan yang lainnya, dan lain
sebagainya.
Jadi keputusan statistik itu tidak hanya akan diberlakukan kepada sampel,
tetapi juga kepada seluruh populasi dari mana sampel itu diambil. Pemberlakuan
keputusan statistik kepada seluruh populasi ini disebut generalisasi.
Seperti telah dikatakan bahwa hipotesis merupakan pernyataan yang bersifat
dugaan. Tetapi hipotesis juga merupakan kesimpulan dari berpikir secara analitik dari
mengkaji teori-teori, sehingga hipotesis itu merupakan dugaan yang mengandung
kebenaran rasional. Dilihat dari sifat masalahnya hipotesis dibedakan menjadi
hipotesis komparatif dan hipotesis korelasional. Ciri hipotesis komparatif adalah
menggunakan kata perbedaan dalam rumusannya, dan ciri hipotesis korelasional
adalah menggunakan kata korelasi atau hubungan dalam rumusannya.

B. Unsur-unsur dalam pengujian hipotesis

Dalam pengujian hipotesis ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
yaitu :
1. Hipotesis yang akan diuji.
2. Statistik sebagai bahan penguji.
3. Distribusi sampling sebagai kerangka pengujian.
4. Kriteria pengujian untuk menentukan keputusan.
5. Proses pengujian (perhitungan).
6. Keputusan hasil pengujian.

1. Hipotesis yang akan diuji.


Pemahaman akan hipotesis komparatif dan hipotesis korelasional akan
mempermudah kita dalam menentukan teknik pengujiannya. Hipotesis komparatif
pengujiannya menggunakan teknik-teknik komparatif, dan hipotesis korelasional
pengujiannya juga menggunakan teknik-teknik korelasional.

126
Hipotesis Teknik korelasi
Macam korelasional
Hipotesis
Hipotesis Teknik
komparatif komparatif

Gambar 10.2: Bagan macam hipotesis dan pengujiannya dilihat dari sifat masalahnya

Hipotesis yang diajukan peneliti adalah hipotesis kerja, yaitu hipotesis yang
selalu menyatakan adanya perbedaan atau adanya korelasi antara variabel yang
satu dengan variabel yang lain. Selain hipotesis kerja kita kenal jenis hipotesis lain
yang merupakan lawan dari hipotesis kerja yaitu hipotesis nihil. Hipotesis nihil ini
selalu menyatakan tidak ada perbedaan atau tidak ada korelasi antara variabel yang
satu dengan variabel yang lainnya. Dalam penelitian hipotesis nihil inilah yang diuji,
dengan konsekuensi ; jika keputusan pengujian membenarkan hipotesis nihil, berarti
hipotesis kerjanya ditolak atau dianggap salah, dan jika keputusan pengujian
menolak hipotesis nihil, berarti hipotesis kerjanya diterima atau diangaap benar.
Agar hipotesis naratif yang diajukan peneliti dapat diuji dengan statistik, maka
harus dirubah menjadi hipotesis statistik yang dinyatakan dalam besaran-besaran
statistik. Yang dicantumkan dalam hipotesis statistik adalah parameter populasi, yang
dapat berupa rerata, varian, simpangan baku, kovarian, atau perbandingan dua
parameter sejenis.

Contoh :
Hipotesis Naratif Hipotesis Statistik
Ada perbedaan kinerja antara laki-laki dan perempuan H1 : 1  2
Tidak ada perbedaan kinerja antara laki-laki dan HO : 1 = 2
perempuan
Ada korelasi antara kesejahteraan dengan kinerja … H0 : ρ = 0
Tidak ada korelasi antara kesejahteraan dengan kinerja H1 : ρ ≠ 0

2. Statistik sebagai bahan penguji


Agar hasil pengujian dapat dipercaya maka statistik atau data yang diperoleh
dari sampel sebagai bahan penguji juga harus reliabel dan valid. Di samping itu
statistiknya juga harus sejenis dengan parameter yang akan diuji. Jadi kalau
parameternya menyangkut rerata, maka statistiknya juga rerata.

127
3. Distribusi sampling sebagai kerangka pengujian.
Dalam pengujian dengan statistik sampel, kita hanya menggunakan satu
sampel, sedangkan dalam distribusi sampling terdapat beberapa sampel membentuk
distribusi, karena dari satu populasi dapat diambil banyak sampel.
Jadi dalam pengujian kita harus tahu kedudukan satu sampel itu sehingga
perlu adanya distribusi sampling sebagai kerangka pengujian.

4. Kriteria pengujian.
Untuk mengambil keputusan dalam pengujian hipotesis diperlukan adanya
suatu kriteria yang terletak pada kerangka pengujian (distribusi sampling). Pada
setiap distribusi sampling harga reratanya sama dengan rerata parameternya.
Jadi kalau hipoptesis tentang nilai parameter kita terima, maka nilai itu
merupakan nilai rerata statistik sampel pada distribusi sampling yang terbentuk oleh
parameter tersebut. Misalnya ; kita terima sementara hipotesis yang menyatakan
bahwa rerata populasi MP = rerata observasi Mo, sehingga kita terima juga rerata
dari distribusi rerata (mean of the mean distribution M M) = Mo, karena MM = MP
(menurut distribusi sampling). Dengan Mo ini dapat dibentuk distribusi sampling. Jika
sampel besar, maka dapat membentuk distribusi normal, dan statistik sampel penguji
yang satu itu terletak pada kerangka pengujian.
Letak statistik sampel penguji itu dapat di ujung ataupun di tengah-tengah
distribusi sampling yang berasal dari hipotesis itu. Jika terletak di ujung distribusi,
berarti probabilitas terjadinya kecil atau sampel itu jarang terjadi. Dengan demikian
ada dua macam keputusan, yaitu :
a. Menerima saja peristiwa dengan probabilita yang kecil itu sebagai suatu
kejadian nyata, dengan anggapan bahwa sampel yang peluang terambilnya kecil,
kebetulan juga terambil sebagai sampel penguji.
b. Menolak kebetulan bahwa sampel penguji ini adalah sampel yang jarang
terambil.
Jika kita menerima keputusan (a). maka kita menyerahkan nasib itu kepada
kebetulan yang mempunyai kemungkinan yang kecil, tentunya dengan risiko yang
besar. Sebaliknya jika kita menerina keputusan (b), maka kita harus menolak
hipotesis bahwa MM = Mp = Mo.
Dalam pengujian hipotesis ini, mula-mula kita menerima hipotesis dari nilai
parameter sehingga nilai ini menjadi nilai rerata suatu distribusi sampling yang

128
sementara dan statistik sampling sampel penguji terletak pada kerangka distribusi
sampling tersebut. Tetapi bila ternyata letak sampel penguji ini di tempat yang jarang
terjadi (di ujung distribusi sampling, maka penerimaan sementara terhadap hipotesis
dibatalkan dan hipotesis ditolak.
Hal yang perlu diperhatikan juga adalah mungkin juga yang probabilitasnya
kecil itu pada keputusan (b) dapat terjadi. Oleh karena itu kadang-kadang penolakan
hipotesis itu justru keliru. Besarnya probabilita keliru adalah sama dengan probabilita
dari yang jarang terjadi itu. Jika nilai probabilita keliru itu ditentukan maka nilai itu
menjadi batas kriteria penolakan hipotesis.

5. Proses pengujian hipotesis

Wujud kongkrit dari proses pengujian hipotesis ini adalah proses perhitungan
atau analisis data dari sampel dengan teknik atau rumus yang sesuai dengan
hipotesis yang akan diuji maupun jenis data yang dihadapi. Hasil perhitungan ini
merupakan statistic penguji yang selanjutnya diletakkan pada kerangka pengujian
(distribusi sampling). Selanjutnya letak statistik penguji itu dibandingkan dengan letak
criteria penolakan atau penerimaan hipotesis (biasanya berupa bilangan dalam tabel
distribusi statistik).

6. Keputusan hasil pengujian.

Keputusan hasil pengujian adalah menerima atau menolak hipotesis nihil,


dengan konsekuensinya :
1.) Jika menerima hipotesis nihil berarti menolak hipotesis kerja, dan
2.) Jika menolak hipotesis nihil, berarti menerima hipotesis kerja.
Penerimaan hipotesis nihil adalah akibat kurangnya data untuk menolak
hipotesis nihil tersebut. Penerimaan hipotesis nihil ini tidak selalu berarti bahwa
hipotesis itu benar (karena kebenaran perhitungan hanya diketahui jika seluruh
populasi itu diteliti).

C. Perlatihan 10.1

129
1. Hipotesis
a. Jelaskan pengertian hipotesis!
b. Sebutkan jenis-jenis hipotesis ditinjau dari sifat masalahnya!
c. Apa fungsi hipotesis dalam penelitian, dan bagaimana hubungan antara
permasalahan, hipotesis, dan statsitika ?

2. Unsur-unsur dalam pengujian hipotesis


a. Mengapa hipotesis itu perlu diuji ?
b. Sebutkan unsur-unsur dalam pengujian hipotesis!
c. Hipotesis yang dirumuskan oleh peneliti adalah hipotesis alternative atau
hipotesis kerja, sedang yang akan diuji dengan statistika adalah hipotesis nihil.
Jelaskan mengapa demikian ?

D. Kesalahan dalam pengujian hipotesis

Keputusan terhadap hipotesis nol (Ho) dalam pengujian hipotesis dapat benar
dan dapat juga salah. Berkaitan dengan hal tersebut ada dua macam kesalahan
yang mungkin terjadi, yaitu :
1. Menolak hipotesis yang seharusnya diterima ; Ini disebut kesalahan tipe 1 atau
kesalahan tipe 
2. Menerima hipotesis yang seharusnya ditolak ; Ini disebut kesalahan tipe 2 atau
kesalahan tipe .
Untuk lebih memahami hubungan antara hipotesis, kesimpulan, dan
kesalahan dalam pengujian, perhatikanlah tabel 3.1.

Tabel 10.1: Keputusan dan tipe kesalahan dalam pengujian hipotesis.


KEPUTUSAN KEADAAN HIPOTESIS
PENGUJIAN H o Benar Ho Salah
Kesalahan tipe  Benar
Menolak Ho
(Probabilitas = 1 - )
Benar Kesalahan Tipe 
Menerima Ho
(Probabilitas = 1 - )

Hakekat dari keputusan keliru dapat dijelaskan dengan mengacu pada


gambar 10.3. Misalkan ; diduga hipotesis nol (Mp = 100) adalah benar. Distribusi A
merupakan sebuah distribusi sampling didasarkan pada n = 50. Titik 100

130
menandakan besar rerata populasi (Mp = 100). Kesalahan tipe  terjadi jika kita
menyimpulkan berdasarkan rerata statistik (Ms) dari sampel bahwa Mp  100. Bila 
= 0,05 maka akan terjadi hanya 5 X dari 100, karena 5% dari rerata sampel akan
terjadi diluar rentangan galat baku -1,96 sampai 1,96. Jadi peluang terjadinya
kesalahan tipe  sama dengan taraf signifikansi oleh bidang yang gelap dari gambar
10.3.

1-  1 -

A B

M = 100 M = 105
Gambar 10.3 : Kesalahan Tipe  dan Tipe

Kesalahan tipe  dapat dijelaskan dengan contoh bahwa rerata parameter
(Mp) sebesar 105. Hipotesis nol kita menyatakan bahwa Mp = 100. Distribusi B pada
gambar 10.3 menunjukkan distribusi sampling populasi yang didasarkan pada n =
50. Titik 105 menunjukkan rerata populasi (Mp) yang benar. Jika rerata sampel yang
diamati terletak dalam area yang digaris-garis, maka kita gagal menolak hipotesis
nol, meskipun kenyataannya hipotesis nol tersebut salah. Area yang digaris-garis
tersebut menunjukkan peluang terjadinya kesalahan tipe  . Jadi 1 -  adalah
probabilitas peneliti secara benar menolak hipotesis nol, jika hipotesis tersebut salah.
Probabilitas inilah yang disebut kekuatan pengujian (power of the test)
Kekuatan pengujian statistik dipengaruhi oleh taraf signifikansi () dan
ukuran sampel. Ukuran sampel yang semakin besar akan meningkatkan kekuatan
pengujian. Hal ini tampak pada semua rumus pengujian inferensial yang
menggunakan rerata sampel, sebagai berikut :

X 
Z 
X

Dalam rumus tersebut tampak jika sampel semakin besar, harga Z makin besar,
sebab galat baku ( X ) semakin kecil. Jika harga Z makin besar, maka probabilita kita
menolak Ho (jika Ho itu salah) makin besar karena itu meningkatkan kekuatan
pengujian.

131
Secara tradisional kebanyakan peneliti menggunakan  = 0,05 atau taraf
signifikansi 5%, yang berarti bahwa kira-kira 5 kali dari tiap 100 kesimpulan kita
menolak hipotesis yang seharusnya diterima. Atau dengan kata lain kira-kira 95%
yakin bahwa kita telah membuat keputusan yang benar. Dalam hal demikian
dikatakan bahwa Ho ditolak pada taraf  0,05, yang berarti kita punya probabilita
salah sebesar 0,05 atau 5%.

E. Pengujian Signifikansi

Di depan telah disebutkan bahwa hipotesis dapat dibedakan menjadi


hipotesis kerja dan hipotesis nihil. Dalam besaran statistika kedua macam hipotesis
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Hipotesis nihil : Ho :  = 0
Hipotesis kerja : H1 :   0
H2 :   0
H3 :   0
Hipotesis kerja yang pertama (H1) disebut hipotesis tak berarah, karena tidak
menunjukkan arah perbedaannya, apakah lebih besar ataukah lebih kecil, sehingga
bisa diinterpretasikan mungkin lebih besar dari nol dan mungkin pula lebih kecil dari
nol. Hal ini membawa konsekuensi dalam pengujiannya, karena letak besaran
statistikanya dalam distribusi normal baku dapat berada di ujung kanan ataupun
ujung kiri. Dengan demikian dalam pengujiannya mempunyai dua daerah kritis, yaitu
daerah atau pihak kiri dan pihak kanan, sehingga disebut uji dua pihak (two-tiled
test). Perhatikanlah gambar 10.4, pada gambar tersebut tampak dua titik yaitu d 1 dan
d2 sebagai batas kritis atau batas penolakan Ho. Dalam prakteknya kedua batas
kriteria itu ditransformasikan dengan nilai-nilai tabel statistik. Sehingga kriteria
pengujiannya menjadi :
Ho diterima jika : -St½  Sh St½
St = Statistik tabel
Sh = Statistik hitung

Daerah penolakan Ho
(daerah signifikansi) Daerah penolakan Ho
Daerah (daerah signifikansi)
Penerimaan Ho
Luas = ½ 
Luas = ½ 

132
d1 d2
Gambar 10.4: Sketsa untuk uji 2 pihak

Hipotesis kerja H2 dan H3 disebut hipotesis berarah karena telah jelas menunjuk arah
perbedaannya, lebih kecil atau lebih besar dari nol. Hipotesis berarah ini dalam
proses pengujiannya hanya mempunyai satu batas kritis, karenanya disebut uji satu
pihak atau uji satu ekor (one tiled test).
Hipotesis kerja H2 menunjuk bahwa reratanya dibawah nol (negative),
letaknya dalam distribusi normal baku berada disebelah kiri atau ujung kiri, sehingga
pengujiannya disebut uji pihak kiri. Perhatikan gambar 10.5.

Daerah
Penolakan Ho Daerah
Penerimaan
Ho

d
Gambar 10.5: Sketsa untuk uji pihak kiri.

Memperhatikan gambar 10.5, maka batas penolakan Ho adalah titik D. Sehingga


kriteria pengujiannya menjadi :
Terima Ho jika sh  st 1

Hipotesis kerja H3 menunjuk bahwa reratanya lebih besar dari nol (positif),
letaknya dalam distribusi normal baku berada di sebelah kanan, oleh karena itu
penggunaanya disebut uji pihak kanan.
Perhatikanlah gambar 10.6
Pada pengujian pihak kanan seperti gambar 10.6, batas kritis atau batas
penolakan Ho ada di ujung kanan, maka jika statistik hitung ada disebelah kanan titik
Ho ditolak, dan sebaliknya jika statistik hitung ada di sebelah kiri titik D maka H o
diterima.

133
Daerah Luas = 
Penerimaan
Ho

Gambar 10.6: Sketsa untuk uji pihak kanan .

Dengan demikian kriteria pengujiannya menjadi :


Terima Ho jika Sh  St1

Catatan :
Setiap keputusan mempunyai konsekuensi, demikian juga dalam pengujian hipotesis
nihil. Konsekuensi tersebut adalah :
Jika menerima Ho – konsekuensinya adalah menolak H1, dan
Jika menolak Ho – konsekuensinya adalah menerima H1.

F. Perlatihan 10.2

a. Jelaskan yang dimaksud dengan kesalahan tipe α dan kesalahan tipe β dalam
pengujian hipotesis!

b. Kapan uji satu pihak atau dua pihak kita lakukan ?

c. Jelaskan yang dimaksud dengan power of the test !

d. Keputusan pengujian hipotesis adalah menerima atau menolak hipotesis nihil.


Jelaskan apa konsekuensinya jika kita menerima atau menolak hipotesis nihil
tersebut!

134

Anda mungkin juga menyukai