BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN PERCOBAAN
1
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
C. TINJAUAN PUSTAKA
a. Koloid
Koloid adalah campuran dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun
memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 1000 nm). Tinta,
clay, humus, sabun, lem, darah, dan koloid merupakan contoh dari koloid.
(Jirgensons et. al., 1954)
Sistem koloid terdiri dari dua fase, yaitu fase terdispersi (dalam larutan
disebut dengan solut atau zat yang terlarut) dan medium pendispers (dalam
larutan disebut dengan solvent atau pelarut). Zat yang didispersikan disebut fase
terdispersi sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut
medium pendispersi.
2
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
Koloid memiliki luas permukaan per unit volum yang sangat besar. Oleh
karena itu, partikel-partikel koloid mengadsorbsi molekul air dan ion-ion dari
air di sekitarnya serta memiliki sebuah muatan elektrik relatif terhadap air
sekitarnya.
3
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
dalam air pada permukaan koloid. Gugus ini menyebabkan hidrasi dan
menyebabkan sebuah film air untuk mengumpulkan dan mengelilingi koloid
hidrofilik. Contohnya adalah protein, sabun, dan deterjen. Adapun koloid
hidrofobik memiliki afinitas yang kecil terhadap air. Koloid ini tidak memiliki
lapisan air yang signifikan. Contohnya adalah tanah lempung dan logam.
Beda muatan pada permukaan koloid terbentuk melalui tiga prinsip, yaitu:
b. Koagulasi
4
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
Gaya-gaya yang terjadi pada partikel koloid adalah gaya tolak menolak
yang disebabkan oleh electrical double layer dan gaya tarik menarik karena
gaya Van der Waals. Interaksi antara gaya-gaya tersebut berpengaruh pada
stabilitas koloid.
5
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
Model lapisan berganda tersebut disebut lapisan ganda Stern. Pada fix
(stern layer) partikel koloid bermuatan akan menarik ion yang bermuatan
berlawanan di sekitar air ke permukaannya (counter ion). Pada diffuse layer,
potential electric akan menurun seiring dengan bertambahnya jarak antar
partikel. Pada electrical double layer terdiri dari ion bermuatan positif dan
negatif, dimana ion positif jauh lebih banyak daripada ion negatif. Shear plane
berada di antara stern dan diffuse layer. Pada shear plane terdapat electrostatic
potential yang berada di antara bulk liquid dan selubung air yang bergerak
bersama partikel. Potensial elektrostatik ini dinamakan zeta potential.
6
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
karena itu semakin besar zeta potential maka koloid akan semakin stabil,
sedangkan semakin kecil zeta potential maka koloid akan semakin tidak stabil.
Zeta potential tidak dapat langsung diukur karena adanya stern layer yang sangat
terikat dengan permukaan koloid, oleh karena itu hanya dapat dilakukan
pengukuran elektroforesis yaitu laju pergerakan partikel dalam medan listrik.
Nilai zeta potential dinyatakan sebagai berikut:
4𝜋𝑞𝑑
𝜁= (1)
𝐷
Dengan:
𝜁 = zeta potential
q = muatan per satuan luas
d = ketebalan layer disekitar shear surface
D = konstanta dielectric pada liquid
Semakin besar nilai potensial zeta maka gaya tolak menolak antar
partikel akan semakin besar (Reynolds, 1982). Terlihat bahwa, nilai zeta
potensial dapat diturunkan dengan menurunkan nilai q/D, dimana nilai q/D
merupakan karakterisitik dari penambahan koagulan. Artinya, dengan
menambahkan koagulan, maka nilai q/D akan semakin kecil. Dengan kata lain:
𝑞 1
𝜁∝𝐷∝𝐶 (2)
𝑐𝑜𝑎𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑡
1
𝐶𝑐𝑜𝑙𝑙𝑜𝑖𝑑 ∝ 𝜁 ∝ 𝐶 (3)
𝑐𝑜𝑎𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑡
7
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
Dengan:
Ccolloid = konsentrasi padatan yang tersisa pada cairan setelah terbentuk
flok dan sedimentasi terjadi.
𝜕𝑣 1 𝜕 𝜕𝑣 𝐹(𝑟)
= 𝑟 2 𝜕𝑟 (𝑟 2 𝐷𝑒 𝑑𝑟 − 𝑟 2 𝐷𝑒 𝑣) (4)
𝜕𝑡 𝑘𝑇
Dengan:
v = jumlah partikel per unit volume
t = waktu
r = jarak partikel dari pusat partikel “inti”
De = koefisien diffusifitas
K = konstanta Boltzmann
T = Temperatur absolut
F(r) = Gaya yang terjadi pada partikel berjarak r dari pusat partikel “inti”
8
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
𝜕𝑣 𝐹(𝑟)
𝐽(𝑟) = 4𝜋 (𝑟 2 𝐷𝑒 𝑑𝑟 − 𝑟 2 𝐷𝑒 𝑣) (8)
𝑘𝑇
2𝑎 𝑟−2𝑎
𝑣(𝑟, 𝑡) = 𝑣0 [1 − 𝑒𝑟𝑓𝑐 {2√𝐷𝑒 𝑡}] (9)
𝑟
Dimana:
2 ∞
𝑒𝑟𝑓𝑐 𝑥 = ∫ exp(−𝑧 2 )𝑑𝑧 (10)
√𝜋 𝑥
Untuk keadaan dengan t yang besar, nilai error function, erfc, menjadi
sangat kecil, sehingga persamaan menjadi:
2𝑎
𝑣(𝑟, 𝑡 → ∞) = 𝑣0 (1 − ) (11)
𝑟
9
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
2𝑎
𝐽(𝑟 → 2𝑎) = 4𝜋. 2𝑎𝐷𝑒. 𝑣0 {1 + } (12)
√𝜋𝐷𝑒.𝑡
𝐶2
𝐽(𝑟 → 2𝑎) = 𝐶1 + (13)
√𝑡
𝐶2
𝐶𝑐𝑜𝑙𝑙𝑜𝑖𝑑 ∝ 𝐽(𝑟 → 2𝑎) ∝ 𝐶1 + (14)
√𝑡
1 𝐶2
𝐶𝑐𝑜𝑙𝑙𝑜𝑖𝑑 = (𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝𝑎𝑛)𝑥 𝐶 𝑥 (𝐶1 + ) (15)
𝑐𝑜𝑎𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑡 √𝑡
𝐶3 𝐶4
𝐶𝑐𝑜𝑙𝑙𝑜𝑖𝑑 = 𝐶 + (16)
𝑐𝑜𝑎𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑡 √𝑡
10
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
11
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
12
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
13
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
d. Koagulan
Pemisahan koloid dapat dilakukan dengan cara penambahan koagulan
sintetik atupun koagulan alami yang diikuti dengan pengadukan lambat
pada proses flokulasi sehingga menyebabkan pengumpalan partikel-partikel
koloid yang kemudian sebagian besar dapat dipisahkan dengan sedimentasi
(Tebbut, 1982).
Koagulan sintetik adalah garam logam yang bereaksi dengan air yang
bersifat alkali (basa) untuk menghasilkan flok logam hidroksida yang tidak
larut, dimana flok yang terbentuk tidak dapat digolongkan sebagai partikel
koloid. Pengendapan yang baik adalah tebentuknya flok-flok yang
menghasilkan padatan yang dapat turun (Yuliastri, 2010).
Pada prosesnya, koagulasi dipengaruhi oleh stabilitas koloid yang
bergantung pada besar relatifnya gaya tarik-menarik atau tolak-menolak
partikel koloid yang disebabkan oleh gaya van der Waals dan gaya
elektrostatik dispersi koloid. Dimana gaya-gaya ini diukur sebagai zeta
14
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
potensial (ζ). Semakin besar zeta potensial (ζ), maka gaya tolak-menolak
antar partikel akan semakin besar. Nilai zeta potensial (ζ) dipengaruhi oleh
nilai q/D yang merupakan karakteristik penambahan koagulan. Dengan
menambahkan koagulan, maka nilai q/D akan semakin kecil. Dengan kata
lain, zeta potensial berbanding terbalik dengan konsentrasi koagulan.
Semakin kecil zeta potensial, maka jumlah partikel koloid yang akan
menjadi flok terendapkan akan semakin besar dan konsentrasi koloid akan
semakin kecil. Pada percobaan ini digunakan koagulan alami berupa
tanaman kelor.
Tanaman kelor (Moringa oleifera) yang berasal dari familia
Moringaceae merupakan jenis tumbuhan perdu (jenis tumbuhan tingkat
tinggi) dengan tinggi batang sekitar 7-11 meter, berbatang lunak dan rapuh
dengan daun sebesar ujung jari berbentuk bulat telur dan tersusun majemuk
(Adieska, 2010).
Klasifikasi Moringa oleifera
Kingdom : Plantae
Ordo : Brassicales
Family : Moringaceae
Genus : Moringa
Species : M. oleifera
Budidaya tanaman kelor tidak memerlukan pemeliharaan yang rumit
karena tanaman kelor cepat bertumbuh hinggia ketinggian 4-10 meter dan
dapat menghasilkan buah hanya dalam 1 tahun sejak ditanam. Selain itu,
kelor pun dapat tumbuh pada lahan yang gersang dan tidak subur sehingga
baik bila dikembangkan di lahan-lahan kritis yang musim kekeringan yang
panjang (Schwarz, 2000).
Biji Moringa oleifera memiliki banyak kegunaan, salah satunya pada
pengolahan air. Secara tradisional, pengolahan air dalam skala rumah
tangga menggunakan biji kelor telah diterapkan di beberapa wilayah
pedalaman di Sudan. Biji kelor ditumbuk menjadi serbuk lalu dimasukkan
ke dalam kantong kain kecil. Kantong ini kemudian dicelupkan dan diputar
dalam wadah yang berisi air sungai. Proses inilah yang sekarang dinamakan
15
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
Gambar 4.
Struktur
molekul 4-
alfa-4-
rhamnosyloxy-benzil-isothicyanate
e. Flokulasi
16
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
𝐶0 −𝐶𝑡
𝑅= (17)
𝐶0
dengan,
R : percent removal
C0 : Konsentrasi padatan pada t0, gram/mL
Ct : Konsentrasi padatan pada saat t, gram/mL
dengan,
Rt : overall removal
H : tinggi cairan awal, cm
17
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
BAB II
18
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
METODOLOGI PERCOBAAN
A. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1. Biji buah kelor yang diperoleh dari Semarang.
2. Air ledeng yang diperoleh dari Laboratorium Proses Pemisahan
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah
Mada.
3. Tanah lempung yang diperoleh dari Laboratorium Tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
4. Aquadest yang diperoleh dari Laboratorium Proses Pemisahan
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah
Mada.
B. Alat Percobaan
19
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
1) Pembuatan koloid
Lempung ditimbang sebanyak 400 gram dengan
menggunakan timbangan. Sebanyak 400 gram lempung
dicampurkan ke dalam 9,2 L air ledeng lalu diaduk hingga homogen.
Langkah tersebut diulangi hingga diperoleh 3 koloid untuk variasi
massa koagulan 6, 12, dan 18 gram.
2) Pembuatan kurva standar konsentrasi sampel vs turbiditas
Lempung sebanyak 0,01 gram ditimbang dengan
menggunakan Neraca Analisis Digital. Lempung tersebut dilarutkan
dalam 100 mL air ledeng. Turbiditas campuran tersebut diukur
dengan menggunakan turbidimeter. Langkah tersebut diulangi untuk
massa lempung sebanyak 0,02; 0,03; 0,04; 0,05; 0,06; 0,07; 0,08;
0,09; 0,1 gram.
3) Pengukuran turbiditas sampel
Biji kelor dihaluskan dengan blender. Bubuk biji kelor
ditimbang sebanyak 6,0006 gram menggunakan Neraca Analitis
Digital. Bubuk biji kelor dimasukkan ke dalam gelas beker
kemudian ditambahkan air ledeng sebanyak 50 mL dan diaduk
hingga campuran homogen. Campuran tersebut kemudian dicampur
dengan koloid sebanyak 9,2 L dalam ember, lalu diaduk dengan
motor pengaduk berkecepatan 300 rpm selama 5 menit. Kemudian,
dilanjutkan pengadukan lambat dengan kecepatan 100 rpm selama
10 menit. Setelah pengadukan pelan, koloid dimasukkan ke dalam
rangkaian alat utama berupa pipa paralon yang dilengkapi dengan
kran pada ketinggian 20; 40; 60; dan 80 cm. Kemudian diambil
sampel dari cairan tersebut sebanyak 20 mL pada menit ke-10
dengan membuka kran yang telah dipasang pada pipa. Pengambilan
sampel dilakukan juga pada menit ke-20, 30, 40, 50, dan 60. Masing-
masing sampel diukur nilai turbiditasnya dengan menggunakan
turbidimeter. Langkah di atas dilakukan dua kali lagi dengan massa
bubuk biji kelor sebanyak 12,0312 gram dan 18,0012 gram.
20
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
D. ANALISIS DATA
1. Konsentrasi koagulan dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut:
𝑚𝑐𝑜𝑎𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑡
𝐶𝑐𝑜𝑎𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑡 = (19)
𝑉
Dengan,
Ccoagulant : Konsentrasi padatan pada t0, gram/mL
mcoagulant : massa padatan awal, gram
V : volume air, mL
𝑚𝑝𝑜
𝐶0 = (20)
𝑉
Dengan,
C0 : Konsentrasi padatan pada t0, gram/mL
mpo : massa padatan awal, gram
V : volume air, mL
𝐶𝑡 = 𝐴 + 𝐵𝑋 (21)
21
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
Dimana,
A, B : Konstanta
Ct : Konsentrasi padatan terdispersi pada saat t, gram/mL
X : Turbiditas, FTU
Dengan memasukkan nilai turbiditas terbaca pada sample ke
persamaan (25), diperoleh nilai Ct sampel.
𝐶0 −𝐶𝑡
𝑅= (22)
𝐶0
Dengan,
Rt : overall removal
H : tinggi cairan awal, cm
𝐶𝑐𝑜𝑙𝑙𝑜𝑖𝑑 = 𝐶0 . (1 − 𝑅𝑡 ) (24)
dengan,
Ccolloid : konsentrasi koloid, gr/mL
22
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
𝐶3 4𝐶
𝐶𝑐𝑜𝑙𝑙𝑜𝑖𝑑 = 𝐶 + 𝐶𝑐𝑜𝑎𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑡 (16)
𝑐𝑜𝑎𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑡 √𝑡
𝐶3 𝐶4
𝐶0 . (1 − 𝑅𝑡 ) = + (30)
𝐶𝑐𝑜𝑎𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑡 𝐶𝑐𝑜𝑎𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑡√𝑡
Sehingga,
𝐶3 𝐶4
( + )
𝐶𝑐𝑜𝑎𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑡 𝐶𝑐𝑜𝑎𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑡√𝑡
𝑅𝑡 = 1 − (31)
𝐶0
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
23
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
24
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
25
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
26
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
𝐶3 𝐶4
(𝐶 + )
𝑐𝑜𝑎𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑡 𝐶𝑐𝑜𝑎𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛𝑡√𝑡
𝑅𝑡 = 1 −
𝐶0
Untuk massa koagulan 6.0006 gram, diperoleh nilai C3 = 0.0014 dan
nilai C4 = 0.0187 dengan SSE minimum sebesar 0.1327. Sementara untuk
massa koagulan 12.0312 gram, diperoleh nilai C3 = 3.6612 dan C4 =
311.6051 dengan SSE minimum sebesar 0,3516. Adapun untuk massa
koagulan 18.0012 gram, diperoleh nilai C3 = 6.2526 dan C4 = 347.2889
dengan SSE minimum sebesar 0.0961.
0.0450
0.0400
0.0350
Konsentrasi Koloid
0.0300 dengan Koagulan 1
0.0100
0.0050
0.0000
0 20 40 60 80
27
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
28
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk percobaan ini adalah:
1. Agar mudah larut dalam membuat koloid, ukuran lempung yang
digunakan dapat diperkecil terlebih dahulu.
2. Pengadukan dilakukan lebih lama sehingga diperoleh larutan
koloid yang lebih homogen.
3. Alat utama percobaan dilengkapi dengan kaki penyangga sehingga
dapat lebih seimbang.
29
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
DAFTAR PUSTAKA
Adieska. Penelitian Koagulan Biji Kelor pada Limbah Cair Industri,
http://adieska.net, 2010.
Brown, G.G., 1991, “Unit Operation”, Wiley and Sons, Japan.
Fuchs, N. A., Z. Phys. 89, 736 (1934).
Perry, R.H., Green, D.W., 2008, “Perry’s Chemical Engineers’ Handbook”,8thed.,
Mc Graw Hill Company, Inc., New York.
Pararaja. 2008. Meninjau: Proses Koagulasi & Flokulasi dalam Suatu Instalasi
Pengolahan Air. Skima Madiun.
Reynolds, Tom D. 1982. Unit Operations and Processes in Environmental
Engineering. Belmont, California: Wadsworth, Inc.
Risdianto Dian. 2007. Optimisasi Proses Koagulasi Flokulasi Untuk Pengolahan
Air Limbah Industri Jamu (Studi Kasus PT. Sido Muncul).Thesis.Magister
Sains, Pascasarjana Universitas Dipononegoro. Roebersen, G. J., and
Wiersema, P. H., 1974, “Calculation of Rate of Coagulation of
Hydrophobic Colloids in the Non-Steady State”, University of Utrecht,
Netherlands.
Schwarz D. 2000. Water Clarification Using Moringa oleifera. Technical
Information W1e, Gate Information Service, Eschborn, Germany.
http:/www.gtz.de/gate/gateid.afp
Sutrisno T., dkk, 1991. Teknologi Penyediaan Air Bersih, Jakarta : Rineka Cipta.
Tebbut, T.H.Y. 1982. Principles of Water Quality Control, Terjemahan, Mohajit.
Bandung ITB.
Von Smoluchowski, M., Phys. Z. 17, 593 (1916).
30
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
Winarno, F.G. 2003. “ Biji Kelor untuk Bersihkan Air Sungai”. Artikel pada Harian
Kompas. Minggu, 6 April 2003, hal 22.
Yuliastri, I.R., 2010. Penggunaan Serbuk Biji Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai
Koagulan dan Flokulan Dalam Perbaikan Kualitas Air Limbah dan Air Tanah.
http://agrotenologi.web.id/morfologi-dan-klasifikasi-tumbuhan-kelor/ (diakses 17
Oktober 2016).
http://www.academicjournals.org/article/article1380878204_Sarpong%20and%20
Richardson.pdf (diakses 17 Oktober 2016).
LAMPIRAN
DATA PERCOBAAN
Suhu sistem koloid : 29 oC
==========================================================
Daftar I. Data Pembuatan Kurva Standar
31
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
Daftar II. Data Pengukuran Turbiditas Sampel Hasil Pengenceran 100 kali di
Berbagai t dan H Massa Koagulan 1
Daftar III. Data Pengukuran Turbiditas Sampel Hasil Pengenceran 100 kali di
Berbagai t dan H Massa Koagulan 2
32
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
Daftar IV. Data Pengukuran Turbiditas Sampel Hasil Pengenceran 100 kali di
Berbagai t dan H Massa Koagulan 3
C. Perhitungan
1. Menghitung konsentrasi koagulan menggunakan persamaan (19):
6.0006
𝐶𝑘𝑜𝑎𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛1 = = 0.1200 gr/mL
50
12.0312
𝐶𝑘𝑜𝑎𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛2 = = 0.2406 gr/mL
50
18.0012
𝐶𝑘𝑜𝑎𝑔𝑢𝑙𝑎𝑛3 = = 0.3600 gr/mL
50
33
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
400 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐶0 = = 0.0435 gram/mL
9200 𝑚𝐿
𝐶𝑡 = 0.00003 + 0.000002𝑋
M1.0.5 = 0.000412 . 50
M1 = 0.0412 gr/mL
34
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
Daftar VI. Data Konsentrasi Sampel Berbagai Waktu dan Ketinggian Massa
Koagulan 2
Waktu, Konsentrasi Sampel
No menit H=80 cm H=60 cm H=40 cm H=20 cm
1 0 - - - -
2 10 0.041 0.0422 0.0428 0.056
3 20 0.009814 0.039 0.0402 0.052
4 30 0.004624 0.013 0.035 0.0512
5 40 0.004548 0.004604 0.026 0.0508
6 50 0.003944 0.004562 0.007314 0.049
7 60 0.003764 0.003816 0.004534 0.0462
Daftar VII. Data Konsentrasi Sampel Berbagai Waktu dan Ketinggian Massa
Koagulan 3
Waktu, Konsentrasi Sampel
No menit H=80 cm H=60 cm H=40 cm H=20 cm
1 0 - - - -
2 10 0.014 0.0272 0.0294 0.0462
3 20 0.005142 0.019 0.0246 0.042
4 30 0.003992 0.00952 0.0211 0.0438
35
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
0.0435 𝑔𝑟/𝑚𝐿−0.0412𝑔𝑟/𝑚𝐿
= x 100%
0.0435 𝑔𝑟/𝑚𝐿
= 5.24%
Dengan cara yang sama diperoleh Daftar (…), (…), dan (…)
36
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
Daftar IX. Data Percent Removal Sampel Berbagai Waktu dan Ketinggian
Massa Koagulan 2
Percent Removal,%
NO. Waktu, menit H=80 cm H=60 cm H=40 cm H=20 cm
1 0 - - - -
2 10 5.70% 2.94% 1.56% -28.80%
3 20 77.43% 10.30% 7.54% -19.60%
4 30 89.36% 70.10% 19.50% -17.76%
5 40 89.54% 89.41% 40.20% -16.84%
6 50 90.93% 89.51% 83.18% -12.70%
7 60 91.34% 91.22% 89.57% -6.26%
Daftar X. Data Percent Removal Sampel Berbagai Waktu dan Ketinggian Massa
Koagulan 3
Percent Removal,%
NO. Waktu, menit H=80 cm H=60 cm H=40 cm H=20 cm
1 0 - - - -
2 10 67.80% 37.44% 32.38% -6.26%
3 20 88.17% 56.30% 43.42% 3.40%
4 30 90.82% 78.10% 51.47% -0.74%
37
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
25%)
= 0.0858
Dengan cara yang sama, diperoleh Daftar (…), (…), dan (…)
========================================================
38
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
47.5 0.4909
62.5 0.8000
Dengan cara yang sama diperoleh Daftar (…), (…), dan (…)
39
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
27.5 0.0179
44 0.0142
50 0.0103
60 0.0051
Ccolloid,
Waktu, menit gr/mL
18 0.0349
34.5 0.0302
47.5 0.0221
62.5 0.0087
Ccolloid,
Waktu, menit gr/mL
20 0.0253
26 0.0225
50 0.0189
63.5 0.0130
40
Laporan Praktikum Khusus
Koagulasi Koloid dengan Koagulan Biji Kelor
41