Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lanjut usia adalah sesuatu yang pasti dialami oleh setiap manusia. Proses
penuaan yang diikuti dengan menurunnya kemampuan fisik dan pikiran adalah
gambaran umum yang terjadi pada setiap lansia (Wardhana, 2014).
WHO memperkirakan tahun 2025 jumlah lansia di seluruh dunia akan
mencapai 1,2 miliar orang yang akan terus bertambah hingga 2 miliar orang di tahun
2050. Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada tahun
2025 berada di negara berkembang. Pada tahun 2010 jumlah lansia di Indonesia
mencapai 18,1 juta orang. Sementara itu Data Susenas BPS 2012 menunjukkan lansia
di Indonesia sebesar 7,56% dari total penduduk Indonesia (Wardhana, 2014).
Menurut WHO, populasi lansia di kawasan Asia Tenggara sebesar 8% atau
sekitar 142 juta jiwa, pada tahun 2050 diperkirakan populasi lansia meningkat 3 kali
lipat dari tahun ini. Jumlah lansia pada tahun 2000 sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total
populasi, sedangkan tahun 2010 jumlah lansia 24,000,000 (9,77%) dari total
populasi, dan tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia mencapai 28,800,000 (11,34%)
dari total populasi. Berdasarkan data tersebut didapatkan bahwa setiap 10 tahun
mengalami kenaikan sebesar 2 %dari total populasi. Menurut Depkes jumlah lansia
di Indonesia diperkirakan sekitar 80 juta jiwa, data berdasarkan BPS (2010) sebesar
16,1 %, di DKI Jakarta pada tahun 2012 mencapai 5,24% (KEMENKES RI, 2013).
Green dalam Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan salah
satu faktor predisposisi atau faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang
Masalah-masalah kesehatan yang terjadi dalam masyarakat dapat dihindari dengan
menerapkan perilaku pencegahan terhadap masalah kesehatan tersebut. Salah satu
masalah yang sering dialami oleh lansia yang disebabkan oleh menurunnya fungsi
tubuh yaitu asam urat. Masalah asam urat atau biasa disebut dengan gout merupakan
salah satu penyakit tertua yang dikenal manusia.Asam urat dianggap sebagai
penyakit para raja atau penyakit kalangan sosial elite yang disebabkan karena terlalu
banyak makan dan minum minuman keras, seperti daging dan anggur, atau dapat
dikatakan bahwa asupan makanan dan minuman yang tidak teratur sangat
berhubungan erat dengan kejadian asam urat.

1
Asam urat merupakan salah satu jenis peradangan sendi yang paling sering terjadi
dan menjadi penyebab kecacatan terutama pada usia lanjut (Suhendriyo, 2014). Gout
memang bukan penyakit berbahaya, tetapi berdampak langsung pada kualitas hidup
penderitanya, akibat memburuknya rasa nyeri sehingga menimbulkan disabilitas.
Gout memiliki efek negatif yang besar pada aktivitas serta kesehatan mental dan
fisik.Bahkan pada 2020, Gout ditaksir menjadi penyebab utama keempat disabilitas
dunia. Juga diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita
cacat karena Gout (Soeroso , 2006 dalam Suhendriyo, 2014).
Insiden gout tertinggi didapatkan pada bangsa Maori, New Zealand, pada tahun 1978
yaitu 10/100 orang Darmawan (1993) dalam Kanis (2012). Albar (2006) dalam
Kanis (2012) juga menyatakan bahwa prevalensi hiperurisemia bervariasi dari 0,27
% di Amerika Serikat sampai 10,3 % pada suku Maori di Selandia Baru, dan
menunjukkan kecenderungan meningkat. Angka kejadian asam urat atau gout di
Indonesia pada tahun 1986 menduduki peringkat ke empat untuk penduduk
perkotaan Jawa yaitu 4,8 % dan peringkat lima untuk penduduk pedesaan Jawa yaitu
1,7 % Darmawan (1993) dalam Kanis (2012). Sementara Prevalensi asam urat di
Indonesia terjadi pada usia dibawah 34 tahun sebesar 32% dan kejadian tertinggi
pada penduduk Minahasa sebesar 29,2% (Buraerah dalam Kodim, 2010 dalam
Pratiwi, 2013).
Data kasus kejadian asam urat dari Dinas Kesehatan Sleman tahun 2010
menunjukan jumlah yang cukup tinggi, yaitu 3.188 kasus, yang terdiri dari 2.046
kasus baru dan 1.142 kasus lama, dengan rentang usia penderita asam urat terbanyak
adalah di atas 40 tahun. Data kejadian asam urat juga diperoleh dari Puskesmas
Depok III, dimana pada tahun 2010 jumlah kasus kejadian asam urat adalah 15 kasus
atau 0,47 % dari total 3.188 kasus Kanis (2012). Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Pratiwi (2013) yaitu menunjukkan bahwa karakteristik penderita asam
urat sebagian besar berada pada umur 20-44 tahun (46,15%), berjenis kelamin
perempuan (61,54%). Asam urat memerlukan pengobatan salah satu pengobatannya
yaitu menggunakan pengobatan herbal.
Menurut KEMENKES (2003) pengobatan herbal adalah pengobatan dan/atau
perawatan dengan cara, obat dan pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman,
keterampilan turun temurun, dan/atau pendidikan/pelatihan, dan diterapkan sesuai
dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Pengobatan herbal untuk asam urat
yaitu dengan menggunakan daun salam. Menurut penelitian yang dilakukan oleh

2
Muhtadi (2012) menunjukan bahwa daun salam dapat menurunkan kadar asam urat
dalam darah.
Melihat uraian diatas mengenai masalah asam urat yang terjadi pada lansia, serta
masih banyak yang belum mengetahui bahaya atau akibat dari asam urat maupun
perawatannya, mereka masih menganggap asam urat adalah penyakit yang tidak
membutuhkan penanganan serius. Dalam hal ini penting bagi perawat agar
menerapkan strategi untuk meningkatkan pengetahuan lansia tentang pengertian,
penyebab, tanda dan gejala penyakit Gout. memotivasi lansia untuk mengambil
keputusan yang tepat agar tidak terjadi komplikasi, mengajarkan dan memotivasi
lansia dan petugas di panti werdha khususnya untuk memodifikasi lingkungan serta
memanfaatkan fasilitas kesehatan sebagai upaya merawat diri sendiri yang menderita
asam urat. Penulis tertarik untuk membahas tentang Gout di Panti Sosial Tresna
Werdha Ciracas Jakarta Timur tahun 2018.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Melaporkan asuhan keperawatan lansia dengan Gout di Panti Sosial Tresna Werdha
Ciracas Jakarta Timur 2018.

1.2.2 Tujuan khusus


a. Mampu menjelaskan pengertian dari Gout, tanda dan gejalan, penyebab dan cara
pencegahan tentang Gout di Panti Sosial Tresna Werdha Jakarta Timur Tahun
2018
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan lansia dengan Gout di Panti Sosial
Tresna Werdha Ciracas Jakarta Timur 2018
c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan lansia dengan Gout di Panti
Sosial Tresna Werdha Ciracas Jakarta Timur 2018
d. Mampu melakukan implementasi lansia dengan Gout di Panti Sosial Tresna
Werdha Ciracas Jakarta Timur
e. Mampu melakukan evaluasi lansia dengan Gout di Panti Sosial Tresna Werdha
Ciracas Jakarta Timur 2018

1.3 Manfaat Penulisan.


1.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Laporan ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk menambah wawasan yang
berkaitan dengan peningkatan mutu pelayanan dan memberikan masukan data
untuk pengembangan ilmu, khususnya keperawatan gerontik dan Medikal Bedah
tentang Gout Artritis.
1.3.2 Bagi panti werdha

3
Laporan ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk menambah wawasan yang
berkaitan dengan peningkatan mutu pelayanan dan memberikan masukan data
untuk pengembangan ilmu pada petugas panti werdha dalam melakukan asuhan
keperawatan pada lansia.
1.3.3 Bagi Lansia
Untuk menambah wawasan, menambah informasi dan pengetahuanlansia tentang
penyakit Gout Artritis dalam mencegah dan menangani rasa nyeri pada Gout
Artritis.

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Lanjut Usia (Lansia)
2.1.1 Definisi Lansia

Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara
tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya
menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat

4
diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan kronologis tertentu. Lansia merupakan suatu proses alami yang
ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi
tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Diamana seseorang
mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap (Ma’rifatul, 2011).
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki dan mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diterima.
Proses menua merupakan proses yang terus menerus secara alamiah (Nugroho,2008).
Menurut WHO dalam Nugroho (2014), lanjut usia dikelompokan menjadi emat
kelompok yaitu :
 Usia pertengahan (45 – 59 tahunn
 Usia lanjut (60-74 tahun)
 Usia tua (75-90 tahun)
 Usia sangat tua (diatas 90 tahun)
Berdasarkan definisi diatas lanjut usia adalah usia diatas 60 tahun, dimana orang
tersebut mengalami penurunan kemampuan fisik dan kognitif.

2.2 Teori Teori Proses Penuaan


Teori pertama didasarkan pada usia abad ke-19 untuk menjelaskan perbedaan
antara sel-sel "plasma” yang mampu mereproduksi - dan sel-sel "somatik" yang mati.
Pada akhir 1880-an, A Bad Weismann berteori bahwa sel somatik normal terbatas
pada kemampuan mereka untuk meniru dan berfungsi bahwa kematian terjadi karena
jaringan yang seharusnya tidak dapat selamanya mempengharui diri mereka sendiri.
Faktor stres yang berbahaya, seperti merokok, pola makan yang buruk,
penyalahgunaan alkohol, atau ketegangan otot dapat memperburuk proses
pengosongan.

2.1.1 Teori Keterkaitan Silang

Teori silang ini yang struktur molekulernya biasanya dipisahkan dapat


digabungkan bersama melalui reaksi kimia. Menurut teori ini, agen penghubung
silang menempel pada satu untai molekul DNA.. Mekanisme pertahanan alami
biasanya memperbaiki kerusakan, namun bertambahnya usia melemahkan
pertahanan ini Mekanisme, sehingga proses cross-linkage berlanjut sampai terjadi
kerusakan yang tidak dapat diperbaiki. Hasilnya adalah akumulasi senyawa cross-
linking yang menyebabkan mutasi pada sel dan membuatnya tidak dapat

5
menghilangkan limbah dan ion transportasi. Kerusakan ireversibel pada sel-sel yang
membentuk zat kolagen ini pada akhirnya menyebabkan kegagalan jaringan dan
organ karena sistem protein menjadi tidak elastis dan tidak efektif.

2.1.1 Teori Radikal Bebas

Teori radikal bebas, yang pertama kali diajukan pada pertengahan 1950an,
telah berkembang menjadi teori penuaan utama. Radikal bebas sangat tidak stabil
dan molekul reaktif yang dapat diproduksi dengan metabolisme normal, reaksi
radiasi, reaksi berantai dengan radikal bebas lainnya, dan oksidasi polutan
lingkungan tertentu, seperti ozon, pestisida, dan polutan udara. Radikal bebas dan
senyawa konjugasi mereka mampu menyerang molekul lain karena mereka memiliki
muatan listrik ekstra, atau elektron bebas. Karena mereka sangat reaktif, radikal
bebas cepat berinteraksi dengan dan merusak komponen seluler seperti lipid, protein,
dan asam nukleat.

2.1.2 Teori Saraf dan Kekebalan Tubuh


Beberapa teori biologis penuaan fokus pada peran utama sistem tubuh
sebagai penyebab penuaan. Sebagai contoh, teori neuroendokrin didasarkan pada
pemahaman bahwa sistem neuroendokrin mengintegrasikan fungsi tubuh dan
memfasilitasi adaptasi terhadap perubahan baik lingkungan internal maupun
eksternal. Teori-teori ini mengendalilkan bahwa banyak perubahan sistem endokrin
adalah penyebab utama perubahan fungsi organ yang terkait dengan usia. Salah satu
teori tersebut - teori neurotransmiter - mengusulkan bahwa ketidakseimbangan
bahan kimia pemancar impuls saraf di otak mengganggu pembelahan sel ke seluruh
tubuh. Teori kekebalan, yang pertama kali diajukan selama tahun 1960 an, berfokus
pada imunomoduksi, yang merupakan fungsi sistem kekebalan tubuh yang
berkurang terkait usia yang meningkatkan kerentanan orang lanjut usia terhadap
penyakit. Teori imunitas juga mencoba menjelaskan hubungan antara berkurangnya
Fungsi imune dan peningkatan respons autoimun tubuh. Ketika terjadi
autoimmunity, tubuh bereaksi terhadap dirinya sendiri dan menghasilkan antibodi
sebagai respons terhadap konstituennya sendiri, yang meningkatkan kerentanan
orang tua terhadap penyakit autoimun seperti lupus atau rheumatoid arthritis.
Banyak penelitian yang telah memvalidasi teori imunitas juga menggabungkan teori
penuaan biologis lainnya (Effros, 2014).
2.1.3 Teori Genetik

6
Menurut dr. Afgel bahwa “proses menjadi tua ditentukan oleh kesalahan gen
genetik DNA dimana sel genetik memperbanyak diri (ada yang memperbanyak diri
sebelum pembelahan sel), sehingga mengakibatkan kesalahan-kesalahan yang
berakibat pula pada terhambatnya pembentukan sel berikutnya, sehingga
mengakibatkan kematian sel. Pada saat sel mengalami kematian orang akan tampak
menjadi tua”.
2.1.4 Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh
Mutasi yang terjadi secara berulang mengakibatkan kemampuan sistem untuk
mengenali dirinya berkurang (self recognition), sehingga mengakibtakan kelainan
pada sel karena dianggap sebagai yang membuat hancurnya kekebalan tubuh.
2.1.5 Teori Penuaan akibat Metabolisme

Teori akibat metabolisme menjelaskan bagaimana proses menua terjadi.


1. Datang dengan sendirinya, merupakan “karunia” yang tidak bisa
dihindari/ditolak,
2. Usaha yang memperlambat menjadi awet muda.
2.3 Perubahan Fisiologi Lansia
2.3.1 Perubahan Sistem Sensori
Persepsi sensoris mempengaruhi kemampuan seseorang untuk saling
berhubungan dengan orang lain dan untuk memelihara atau membentuk hubungan
baru, berespon terhadap bahaya, dan menginterpretaskan masukan sensori dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari. Pada lansia yang mengalami penurunan persepsi
sensori akan terdapat keengganan untuk bersosialisasi karena kemunduran dari
fungsi-fungsi sensori yang dimiliki. Indra yang dimiliki seperti penglihatan,
pendengaran, pengecapan, penciuman, dan perabaan merupakan kesatuan integrasi
dan persepsi sensori.
2.3.2 Sistem Penglihatan

Perubahan fungsi penglihatan yang dianggap normal dalam proses penuaan


termasuk kemampuan dalam melakukan akomondasi kontriksi pupil akibat penuaan
dan perubahan warna serta kekeruhan lensa mata, yaitu katarak. Semakin
bertambahnya usia, lemak akan berakumulasi disekitar kornea dan membentuk
lingkaran berwarna putih atau kekuningan diantara iris dan sklera. Kejadian ini
disebut arkus sinilis biasanya ditemukan lansia. Berikut ini adalah perubahan yang
terjadi pada lansia :

a. Terjadi awitan presbiopi dengan kehilangan kemampuan akomdasi

7
b. Penurunan ukuran pupil atau miosis terjadi karena sfingter pupil mengalami
skerosis.
c. Perubahan warna dan meningkatnya kekeruhan lensa kristal yang terakumulasi
dapat menimbulkan katarak
d. Penurunan produksi air mata. Implikasi dari hal ini adalah mata berpotensi
terjadi sindrom mata kering.

2.3.3 Sistem Pendengaran


Penurunan pendengaran merupakan kondisi yang secara dramatis dan
mempengaruhi kualitas hidup kehilangan pendengaran pada lansia disebut
presbikusis. Berikut ini perubahan yang terjadi pada pendengaran lansia:
a. Pada telinga bagian dalam terdapat penurunan fungsi sensorineureal. Hal ini
terjadi karena telinga bagian dalam dan komponen saraf tidak berfungsi sehingga
terjadi perubahan kondisi.
b. Pada telinga bagian tengah terjadi pengecilan daya tangkap membran timpani,
pengapuran dari tulang pendengaran, otot dan ligamen menjadi lemah dan kaku
implikasi dari hal ini adalah gangguan konduksi suara.
c. Pada telinga bagian luar, rambut menjadi panjang dan tebal kulit menjadi tipis
dan kering dan peningkatan kreatin. Implikasi dari hal ini adalah potensial
terbentuk serumen sehingga berdampak pada gangguan konduksi suara.

2.3.4 Sistem Perabaan

Perabaan merupakan sistem sensoris pertama yang menjadi fungsional apabila


terjadi gangguan pada englihatan dan pendengaran. Perubahan akan kebutuhan
sentuhan dan sensasi taktil karena lansia telah kehilangan orang yang dicintai,
penampilan lansia tidak semenarik sewaktu muda dan tidak mengundang sentuhan
dari orang lain, dan sikap dari masyarakat umum terhadap lansia tidak mendorong
untuk melakukan kontak fisik dengan lansia.

2.3.5 Sistem Pengecapan

Hilangnya kemampuan untuk menikmati makanan seperti pada saat


seseorang bertambah tua mungkin dirasakan sebbagai kehilangan salah satu
kenikmatan dalam kehidupan.perubahan yag terjadi pada pengecapan akibat proses
menua yaitu penurunan jumlah dan kerusakan papila atau kuncup-kuncup peraa

8
lidah. Implikasi dari hal ini sensitivitas terhadap rasa manis, asam, asin dan pahit
berkurang.

2.3.6 Sistem Penciuman

Sensasi penciuman bekerja akibat stimulasi reseptor olfaktorius oleh zat


kimia yang mudah menguap. Perubahan yang terjadi akibat proses menua adalah
penurunan atau kehilangan sensansi penciuman karena penuaan usia. Penyebab lain
yang juga diaangap sebagai pendukung terjadinya kehilangan sensasi penciuman
yaitu pilek,influenza, merokok, obstruksi hidung,dan faktor lingkungan. Implikasi
dari hal ini adalah penurunan sensivitas terhadap bau.

2.3.7 Sistem Integumen

Epidermis lansia tipis dan rata, terutama yang paling jelas diatas tonjolan-
tonjolan tulang, telapak tangan, kaki bawah dan permukaan dorsalis tangan dan kaki.
Penipisan ini menyebabkan vena-vena tampak lebih menonjol.poliferasi abnormal
pada terjadinya sisa melanosit,lentigo, senil,bintil pigmentasi, pada area tubuh yang
terpajan sinar matahari biasanya permukaan dorsal dari tangan dan lengan bawah.

Sedikit kolagen yang terbentuk pada proses penaan dan terdapat penurunan jaringan
elastis mengakibatkan penampilan yang lebih keriput. Tekstur kulit lebih kering
karena kelenjar eksokrin lebih sedikit dan penurunan aktivitas kelenjar eksokrin dan
kelnjar sebasea. Degenerasi menyeluruh jaringan penyambung disertai penurunan
cairan tubuh total menimbulkan penurunan turgor kulit.

2.3.8 Sistem Muskuloskeletal

Otot mengalami atrofi sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas, gangguan


metabolik atau denervasi sarah. Dengan bertambahnya usia perusakan dan
pembentukan tulang melambat. Hal ini terjadi karena penurunan hormon estrogen
pada wanita, vitamin D dan beberapa hormon lain. Tulang-tulang menjadi berongga,
mikroarsiktektur berubah dan sering patah baik akibat benturan ringan maupun
spontan.

2.3.9 Sistem Neurologis

Berat otak menurun 10-20%. Berat otak <350gram pada saat kelahiran,
kemudian meningkat 1,375 gram pada usia 20 tahun. Berat otak menurun mulai usia
45-50 tahun, penurunan ini kurang lebih 11% dari berat maksimal. Berat dan volume

9
otak berkurang rata-rata5-10% selama umur 20-90 tahun. Otak mengandung 100
million sel termasuk diantaranya sel neuron yang berfungsi menyalurkan implius
listrik. Pada penuaan otak kehilangan 100.00 neuron/ tahun. Neuron dapat
mengirimkan signal kepada sel lain,dengan kecepatan 200 mil/jam. Terjadi
penebalan atrofi cerebral. Secara berangsur-angsur tonjolan dendrit di neuron hilang
disusul membengkaknya batang dendrit dan batang sel. Secara progesif terjadi
fragmantasi dan kematian sel. Pada semua sel terdapat deposit limpofusin.yang
terbentuk di sitoplasma, kemungkinan berasal dari lisosom atau mitokondria.
Berikut ini kondisi perubahan pada lasia:

a. Kondisi saraf perifer yang lebih lambat. Implikasi dari hal adalah refleks tendon
dalam yang lebih lambat dan meningkatnya waktu reaksi.
b. Peningkatan limpofusin sepanjang neuron-neuron. Implikasi dari hal ini adalah
vasokontriksi dan vasodilatasi yang tidak sempurna
c. Termogulasi oleh hipotalamus kurang efektif. Implikasi dari hal ini adalah
bahaya kehilangan panas tubuh.

2.3.10 Sistem Kardiovaskuler

Jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan baik struktural maupun


fungsional. Penurunan yang terjadi berangsur-angsur sering terjadi ditandai dengan
penurunan tingkat aktivitas yang mengkaibatkan penurunan kebutuhan darah
teroksigenisasi.

Berikut merupakan perubahan perubahan pada lansia:

a. Penebalan didnding ventrikel kiri karena peningkatan densitas kolagen dan


hilangnya fungsi serat- serat serat elastis. Implikasi dari hal ini adalah
ketidakmampuan jantung untuk distensi dan penurunan kekuatan kontraktil.
a. Jumlah sel pacemaker mengalami penurunan dan berkas his kehilangan serat
konduksi yang membawa implus ke ventrikel. Implikasi dari hal ini adalah
terjadinya distermia.
b. Sistem aorta dan arteri perifer menjadi kakudan tidak lurus karena peningkatan
serat kolagen dan hilangnya serat elastis dalam lapisan medial arteri

10
c. Vena meregang dan mengalami dilatasi.implikasi dari hal ini adalah vena menjadi
tidak kompetenatau gagal dalam menutup secara sempurna sehingga
mengakibatkan terjadinya edema pada ekstermitas bawah dan penumpukan darah.

2.3.11 Sistem Genitouria

Ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal


menurunhingga 50%, fungsi tubulus berkurang,otot kandung kemih
melemah,kapsitasnya menurun hingga 200 ml dan menyebabkan frekuensi buang
airkecilmeningkat, kandung kemih sulit dikosongkan sehingga meningkatkan
retensiurine. Pria dengan usia 65 tahun ke atas sebagian besar mengalami
pembesaranprostat hingga ± 75% dari besar normalnya.

2.3.12 Sistem Pulmonal

Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan menjadi kaku, menurunnya


aktivitas dari silia, paru-paru hilangan elastisitas sehingga kapasitas residu
meningkat, menarik napas lebih berat, kapasitas pernapasan maksimal menurun dan
kedalaman bernapas menurun. Ukuran alveoli melebar dari normal dan jumlahnya
berkurang, oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, kemampuan untuk
batuk berkurang dan penurunan kekuatan otot pernapasan.

2.2. Konsep Penyakit

2.2.1 Pengertian Asam Urat (gout)

Artritis gout merupakan penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal


monosodium urat pada jaringan atau supersaturasi asam urat didalam cairan
ekstarseluler (Anastesya W, 2016). Artritis gout merupakan salah satu penyakit
inflamasi sendi yang paling sering ditemukan, yang ditandai dengan penumpukan
kristal monosodium urat di dalam ataupun di sekitar persendian. Monosodium urat
ini berasal dari metabolisme purin. Hal penting yang mempengaruhi penumpukan
kristal adalah hiperurisemia dan saturasi jaringan tubuh terhadap urat. Apabila
kadar asam urat di dalam darah terus meningkat dan melebihi batas ambang
saturasi jaringan tubuh, penyakit artritis gout ini akan memiliki manifestasi berupa
penumpukan kristal monosodium urat secara mikroskopis maupun makroskopis
berupa tophi (Zahara, 2013).

11
gout adalah suatu penyakit yang ditandai dengan serangan mendadak dan
berulang dari artritis yang terasa sangat nyeri karena adanya endapan kristal
monosodium urat, yang terkumpul di dalam sendi sebagai akibat dari tingginya
kadar asam urat di dalam darah (hiperurisemia).

Secara umum asam urat adalah sisa metabolisme zat purin yang berasal dari
makanan yang kita konsumsi. Purin sendiri adalah zat yang terdapat dalam setiap
bahan makanan yang berasal dari tubuh makhluk hidup. Dengan kata lain, dalam
tubuh makhluk hidup terdapat zat purin ini, lalu karena kita memakan makhluk
hidup tersebut, maka zat purin tersebut berpindah ke dalam tubuh kita. Berbagai
sayuran dan buah-buahan juga terdapat purin. Purin juga dihasilkan dari hasil
perusakan 9 10 sel-sel tubuh yang terjadi secara normal atau karena penyakit
tertentu (Hidayat, 2016)

2.2.2 Patofisiologi

Perjalanan penyakit gout sangat khas dan mempunyai 3 tahapan. Tahap


pertama disebut tahap artritis gout akut. Pada tahap ini penderita akan mengalami
serangan artritis yang khas dan serangan tersebut akan menghilang tanpa
pengobatan dalam waktu 5 – 7 hari. Karena cepat menghilang, maka sering
penderita menduga kakinya keseleo atau kena infeksi sehingga tidak menduga
terkena penyakit gout dan tidak melakukan pemeriksaan lanjutan.
Bahkan, dokter yang mengobati kadang-kadang tidak menduga penderita
terserang penyakit gout. Karena serangan pertama kali ini singkat waktunya dan
sembuh sendiri, sering penderita berobat ke tukang urut dan waktu sembuh
menyangka hal itu disebabkan hasil urutan/pijatan. Padahal, tanpa diobati atau
diurut pun serangan pertama kali ini akan hilang sendiri. Setelah serangan pertama,
penderita akan masuk pada gout interkritikal. Pada keadaan ini penderita dalam
keadaan sehat selama jangka waktu tertentu. Jangka waktu antara seseorang dan
orang lainnya berbeda. Ada yang hanya satu tahun, ada pula yang sampai 10 tahun,
tetapi rata-rata berkisar 1 – 2 tahun. Panjangnya jangka waktu tahap ini
menyebabkan seseorang lupa bahwa ia pernah menderita serangan artritis gout
atau menyangka serangan pertama kali dahulu tak ada hubungannya dengan
penyakit gout.

12
Tahap kedua disebut sebagai tahap artritis gout akut intermiten. Setelah
melewati masa gout interkritikal selama bertahun-tahun tanpa gejala, penderita
akan memasuki tahap ini, ditandai dengan serangan artritis yang khas. Selanjutnya
penderita akan sering mendapat serangan (kambuh) yang jarak antara serangan
yang satu dan serangan berikutnya makin lama makin rapat dan lama, serangan
makin lama makin panjang, serta jumlah sendi yang terserang makin banyak.
Tahap ketiga disebut sebagai tahap artritis gout kronik bertofus. Tahap ini
terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau lebih. Pada tahap
ini akan terjadi benjolan-benjolan di sekitar sendi yang sering meradang yang
disebut sebagai tofus. Tofus ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti
kapur yang merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Tofus ini akan
mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang di sekitarnya. Tofus pada kaki bila
ukurannya besar dan banyak akan mengakibatkan penderita tidak dapat
menggunakan sepatu lagi (kumalasari, 2016).
Penyakit arthritis gout merupakan salah satu penyakit inflamasi sendi yang paling
sering ditemukan, ditandai dengan adanya penumpukan kristal monosodium urat di
dalam ataupun di sekitar persendian (Zahara, 2013). Asam urat merupakan kristal
putih tidak berbau dan tidak berasa lalu mengalami dekomposisi dengan

Kadar asam urat dalam darah ditentukan oleh keseimbangan antara produksi (10%
pasien) dan ekskresi (90% pasien). Bila keseimbangan ini terganggu maka dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah yang disebut
dengan hiperurisemia (Manampiring, 2015).

13
2.2.3 Pathway

Asam urat dalam serum


Diet tinggi purin Pemecahan sel

Tidak di eksresi dalam urin


Asam urat dalam sel keluar
Katabolisme purin

Asam urat dalam Kemampuan eksresi asam Glomerulonephritis


serum urat terganggu

Hipersaturasi asam urat Asam laktat


dalam plasma dan garam
di cairan tubuh

Dibungkus oleh berbagai Merangsang neutrophil


Terbentuk Kristal protein (igg) leukosit)
monosodium urat
(MSU)
Terjadi fagositosis Kristal oleh
Di ginjal Dijaringsn lunak dan leukosit
persendian

14
Penumpukan dan Terbentuk fagolisosom
pengendapan MSU Penumpukan dan
pengendapan MSU

Merusak selaput protein


Pembentukan batu ginjal Kristal
asam urat Pembentukan thopus

Terjadi ikatan hydrogen antara


Proteurinaria, hipertensi permukaan kristal dengan
Respon inflamasi
ringan membran lisiosom

Pembesaran dan penonjolan sendi


Risti ketidak seimbangan Membrane lisosom robek dan
vol cairan terjadi pelepasan enzim (synovial)

kerusakan jaringan
Hipertermi Deformitas sendi

Kontraktur sendi Kekakuan sendi


Nyeri akut

Fibrosis / ankilosis Hambatan mobilias fisik


Kerusakan integritas jaringan
tulang

2.2.4 Manifestasi Klinis

Gejala-gejala klinik hiperuresemia dibagi dalam 4 stadium,yaitu:

- Stadium I

Tidak ada gejala yang jelas.Keluhan umum, sukar berkonsentrasi.Pada


pemeriksaan darah ternyata asam urat tinggi.

- Stadium II

Serangan-serangan arthritis pirai yang khas, arthritis yang akut dan hebat, 90%
lokalisasi di jari empu (podagra), tetapi semua persendian dapat diserang, kadang-
kadang lebih dari satu sendi yang diserang (migratory polyarthritis). Sendi
tersebut menjadi bengkak dalam beberapa jam, menjadi panas, merah, sangat
nyeri. Kemudian pembengkakan ini biasanya menjalar ke sekitar sendi dan lebih
menyolok daripada arthritis yang lain. Kadang-kadang terjadi efusi di sendi-sendi
besar.Tanpa terapi keluhan dapat berkurang sendiri setelah 4 sampai 10 hari.

15
Pembengkakan dan nyeri berkurang, dan kulit mengupas sampai normal kembali.

- Stadium III

Pada stadium ini di antara serangan-serangan arthritis akut, hanya terdapat waktu
yang pendek, yang disebut fase interkritis.

- Stadium IV

Pada stadium ini penderita terus menderita arthritis yang kronis dan tophi sekitar
sendi, juga pada tulang rawan dari telinga.Akhirnya sendi-sendi dapat rusak,
mengalami destruksi yang dapat menyebabkan cacat sendi (Syukri, 2014).

Arthritis gout ditandai dengan serangan-serangan nyeri hebat dan kemerahan


pada bagian bawah sendi dari ibu jari kaki, yang terjadi pada waktu tengah
malam.Serangan berkurang dalam beberapa hari tetapi berulang kembali. Lama
kelamaan, sendi dirusak oleh endapan kristal asam urat didalam sinovia dan
tulang rawan. Asam urat didalam serum meningkat. Penyakit ini dianggap sebagai
suatu penyakit orang berada yang memakan makanan yang kaya akan DNA, yang
memproduksi banyak asam urat (Sibuea, 2015).

2.2.5 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang digunakan pada kasus gout antara lain:

1. Foto Konvensional (X-Ray)

2. Asam Urat (Serum)

3. Asam Urat (Urine 24 jam)

4. Pemeriksaan cairan sendi

5. Tes kimia

6. Tes glukosa

7. Laktat Dehidrogenase

8. Tes mikrobiologi

2.2.6 Penatalaksanaan

16
a. Memberikan kompres hangat pada pasien yang mengalami serangan arthritis
gout
b. Melaksanakan dan mengajarkan teknik managemen nyeri non farmakologis
dengan nafas dalam dan distraksi ( pengalihan )
c. Menjelaskan dan memantau pembatasan gerak dan aktivitas fisik berat bagi
pasien agar radang sendi tidak bertambah kronik.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Data Biografi


Nama : Oma B
JenisKelamin : perempuan
Tempat & Tgl lahir : Jakarta, 1 juli 1952
Umur : 62 Tahun
Golongan darah :-
Pendidikan terakhir : SD
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
TB/BB : 145 cm /40 kg
Penampilan : rapih dan bersih , jalan menggunakan alat bantu.
Ciri-ciri fisik : badan pendek kurus, kulit kuning langsat., rambut pendek dan
hitam, ekstremitas bawah tidak simetris.
Alamat : Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Ciracas Jakarta
Timur
3.2 Riwayat Keluarga
Genogram

17
Keterangan :
: laki laki : oma
: meninggal : perempuan

3.3 Riwayat Pekerjaan


Pekerjaan saat ini : Oma B tinggal di panti werdha sehingga tidak bekerja.
Alamat Pekerjaan : tidak ada
Berapa Jarak Dari Rumah : - Km
Alat Transportasi : tidak
Pekerjaan sebelumnya : assisten rumah tangga
Sumber- sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan: oma B mengatakan
mendapat penghasilan dari hasil menjadi asisten rumah
tangga di daerah bekasi timur, karena oma B hanya
sendiri dan belum memiliki suami sehingga ia harus
memenuhi kebutuhannya seorang diri.
3.4 Riwayat Lingkungan Hidup
Tipe tempat tinggal : Wisma
Jumlah Kamar : 4 Kamar
Kondisi Tempat Tinggal : Oma B mengatakan cukup nyaman dengan
teman sekamarnya, walaupun kadang sering
diganggu dan Oma B merasa tidak nyaman
saat tidur karena di tempat tidurnya ada
binatang kutu kasur.
Jumlah orang yang tinggal di wisma : 38 orang
3.5 Riwayat Rekreasi
Hobi/minat :-
Keangotaan organisasi : Oma B mengikuti pengajian, senam, ikut kerajinan
tangan membuat keset dan panggung gembira di panti
Liburan/perjalanan : Oma B mengatakan hanya di dalam panti tidak pernah
berlibur.

3.6 Sistem Pendukung


Perawat/ bidan/ dokter/ fisioterapi :-
Jarak dari panti :-

18
Rumah sakit :
jarak dari panti :
puskesmas :
klinik :

pelayanan kesehatan di panti :-

makanan yang dihantarkan :-


perawatan sehari-hari yang dilakukan di panti :
lain-lain:-
Status Kesehatan
Status kesehatan umum selama setahun lalu : Oma B mengatakan pernah memiliki
riwayat hipertensi
Oma B mengatakan yang dirasakan sekarang nyeri di kaki dan di jari jari tangan
kesehatan umum selama 10 tahun lalu :
Oma B mengatakan menderita asam urat sejak 6 bulan yang lalu
Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan:
Obat-obatan :
1. Piroxikam 2x1

Alergi (catatan agen dan reaksi spesifik)

Makanan : tidak ada


Lingkungan :tidak ada

Penyakit yang diderita : asam urat, Oma B mengeluh kaki dan tangannya linu dan
nyeri, nyeri dirasakan saat beraktifitas seperti mencuci baju.
3.7 Aktivitas Hidup Sehari-hari
Indeks Katz : Oma B, Kemandirian dalam hal makan, berpindah ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi. (A)
Oksigenasi : Pergerakan Dinding dada simetris, pengembangan paru kanan dan
kiri baik, Frekuensi 20x/menit
Nutrisi : Oma B mengatakan makan 3x/sehari pada pukul 07.00, 11.30, dan
16.00
Eliminasi : BAK 3x sehari, BAB frekuensi 2 hari sekali.
Aktivitas : aktifitas selama di panti oma B rutin mengikuti keterampilan
kerjinan tangan dengan membuat keset dan mengikuti pengajian
yang di adakan selama di panti.
Istirahat & tidur : Oma B mengatakan tidur mulai pukul 20:00 wib
Personal hygiene : Oma B mengatakan mandi 2x sehari.
Sexual :
Rekreasi : Oma B mengatakan tidak pernah rekreasi sejak tinggal dipanti.
Psikologis : Oma B mengatakan hanya menikmati masa tua dengan teman-
teman di Panti

19
Persepsi klien
 Konsep diri : Oma B mengatakan suka dengan tubuhnya kecuali dengan
kaki nya yang membuat dirinya belum menikah sampai tua.
 Emosi : Oma B mengatakan selalu menerima apapun yang sudah
terjadi dalam hidupnya termasuk kehidupannya dip anti.
 Adaptasi : Oma B mengatakan senang berbincang bincang dengan
oranglain dan sangat senang bila ada perawat perawat yang dinas di panti.
 Mekanisme pertahanan diri : -
J. Tinjauan Sistem
Keadaan umum : Baik
Tingkat Kesadaran : compos mentis
Skala koma glascow : 15 (E4 V5 M6 )
Tanda-tanda Vital : tekanan darah : 130/70 mmHg, nadi : 81 kali/menit
pernapasan : 20 kali/menit, suhu : 36,5oC hasil asam urat tgl
06 november 9.6mg/dl
Kepala :
 Inspeksi : distribusi rambut merata dan pendek, warna rambut hitam, bersih
dan tampak
 Palpasi : tidak teraba benjolan pada kepala
Mata, hidung : Kedua Mata simetris, sclera anikterik, conjungtiva tidak
pucat hidung bersih tidak ada polip
Telinga : tidak ada gangguan fungsi pendengaran, tampak kotor
Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis
Dada
 Bentuk dada simetris
 retraksi dada tidak ada
 suara nafas tambahan tidak ada.
Abdomen :
 Inspeksi : simetris
 Auskultasi : bising usus 18x/menit
 Perkusi : thympani
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar
Kulit : turgor kulit tidak elastis
Ekstremitas atas dan bawah: Oma B mengatakan jari dan kaki pegal-pegal,nyeri jika
berjalan skala nyeri 5, edema (-), Lesi (-)
Ekstremitas bawah tidak simetris
Genitalia : kebersihan tidak terkaji , tidak ada riwayat hemoroid
Keluhan tidak ada.
Sistem Reproduksi : Oma B megatakan mengalami masa menopose pada usia 43
tahun.
Sistem pengecapan : Oma B mengatakan masih bisa merasakan asam manis dan
pahit
Sistem penciuman :tidak ada kelainan
taktil respon : tidak ada kelainan

20
K. Status Kognitif/afektif/social
1. Short Portable Mental Status Quaestionnaire (SPMSQ): fungsi intelektual utuh
2. Mini Mental State Exam (MMSE) : tidak ada gangguan kognitif
3. Inventaris Depresi Beck : depresi tidak ada atau minimal
4. Penilaian fungsi keseimbangan berg: mampu melakukan bantuan maksimal
5. indeks bartel (IB): score 20 (mandiri)

Pengkajian MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)


Nama pasien : oma B
Tanggal wawancara : 08 november

Item Pertanyaan Keterangan Skor Nilai


Max
1 Sekarang (hari), (tgl), (bulan), (tahun) siang /malam Orientasi 5 5
2 Sekarang kita berada dimana ? (nama panti) Orientasi 5 5
(kelurahan) (kecamatan) (kota) (provinsi)
3 Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda; Registrasi 3 2
almari, sepatu, buku, satu detik untuk setiap benda.
Lansia mengulang ke 3 nama benda tersebut.
Berikan nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar
4 Hitunglah mundur dari serial 7 point dan berhenti Atensi dan 5 2
setelah lima hitungan atau disuruh mengeja terbalik kalkulasi
kata “ WAHYU” (nilai diberi pada huruf yang benar
sebelum kesalahan; misalnya uyahw=2 nilai)
5 Tanyakan kembali nama 3 benda yang telah disebutkan Mengingat 3 2
di atas. Berilah nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar
6 Apakah nama benda ini ? Perlihatkan pensil dan jam Bahasa 2 2
tangan (nilai 2). Jika jawaban benar
7 Ulangi kalimat berikut : “tanpa kalau, dan, atau, tetapi” Bahasa 1 1
8 Laksanakan 3 buah perintah ini:” Peganglah selembar Bahasa 3 3
kertas dengan tangan kanan, lipatlah kertas itu pada
pertengahan dan letakkan di lantai!
9 Bacalah dan laksanakan perintah berikut : Bahasa 1 1
“Angkat tangan kiri anda! (nilai 1)
10 Tulislah sebuah kalimat : “Senyum sehat jiwa” (nilai 1) Bahasa 1 1
11 Tirulah gambar ini : Bahasa 1 1
Skor total 30 25

21
Kesimpulan: Skor yang didapat 25 yang menggambarkan klien tidak mengalami
gangguan kognitif

Pengkajian Inventaris Depresi Beck :

Score Uraian

Kesedihan
3
Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tidak dapat
menghadapinya.

2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya.

1 Saya merasa sedih atau galau


Saya tidak merasa sedih
0

Pesimisme

3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak
dapat membaik.

2 Saya merasa saya tidak mempuyai apa-apa untuk memandang ke


depan.

1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan

0 Saya tidak begitu pesimis / kecil hati tentang masa depan

Rasa kegagalan

3 Saya merasa saya benar-benar gagal sebagai seseorang (orang tua,


suami, istri).

2 Bila melihat ke belakang hidup saya, semua yang dapat saya lihat
hanya kegagalan

1 Saya merasa saya telah gagal melebihi orang pada umumnya

0 Saya tidak merasa gagal

Ketidakpuasan
Saya tidak puas dengan segalanya
3

22
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan.
1

0 Saya tidak merasa tidak puas

Rasa bersalah
saya merasa seolah-olah saya sangat buruk atau tidak berharga.
3 .
Saya merasa sangat bersalah
2

1 saya merasa buruk atau tidak berharga sebagai bagian dari waktu
yang baik
Saya tidak merasa benar-benar bersalah
0

Tidak menyukai
diri sendiri
saya benci diri saya sendiri.
3
Saya muak dengan diri saya sendiri.
2

1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri

0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri

Membahayakan
diri sendiri

3 saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai


kesempatan.

2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri.

1 Saya merasa lebih mati

0 Saya tidak mempunyai pikiran untuk membahayakan diri sendiri

Menarik diri
dari sosial

3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak

23
peduli pada mereka semua.

2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan
mempunyai sedikit perasaan pada mereka.

1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya.

0 Saya tidak kehilangan minat pada oranglain.

Keraguan
saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali.
3
Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan.
2
Saya berusaha mengambil keputusan.
1
Saya membuat keputusan yang baik.
0

Perubahan
gambaran diri

3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikkan.

2 Saya merasa bahwa ada perubahan yang permanen dalam


penampilan saya, dan ini membuat saya tidak menarik.

1 Saya kuatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik

0 saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumnya.

Kesulitan kerja
saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali.
3
Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk
2 melakukan sesuatu.
Saya memerlukan upaya tambahan untuk mulai melakukan sesuatu.
1
Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya
0

Keletihan
saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu.
3 .

24
2 Saya lelah untuk melakukan sesuatu
Saya lelah lebih dari yang biasanya.
1
0 Saya tidak lebih lelah dari biasanya

Anoreksia

3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali.

2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang.

1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya.

0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya

Penilaian

0-4 Depresi minimal

5–7 Derpresi ringan

8 – 15 Depresi sedang

16+ Depresi berat


Kesimpulan : dari beberapa pertanyaan diatas tentang depresi didapatkan nilai 8
yang artinya klien mengalami depresi sedang
6. Penilaian fungsi keseimbangan berg:

No. Tes Score

Berdiri dari posisi duduk 3


1
Berdiri tanpa bantuan 4
2
Duduk tanpa bersandar dengan kaki bertumpu 2
3
ke lantai
Duduk dari posisi berdiri 2
4
Berpindah tempat 4
5
Berdiri tanpa bantuan dengan mata tertutup 4
6

25
Berdiri tanpa bantuan dengan kaki dirapatkan 4
7
Menjangkau kayu/ sedotan dengan tangan 3
8
lurus ke depan pada posisi berdiri
Mengambil barang di lantai dari posisi berdiri 2
9
Menengok kebelakang melewati bahu kiri dan 3
10
kanan ketika berdiri
Berputar 360 derajat 2
11
Menempatkan kaki bergantian pada bangku 2
12
kecil ketika berdiri
Berdiri dengan satu kaki di depan kaki lain 3
13
Berdiri dengan satu kaki 3
14
Total 38

Kesimpulan : skor yang didapat pada Oma B adalah 38 yang berarti mampu
memiliki sedikit bantuan.

L. Data Penunjang
AsamUrat : 9,6 mg/dl
GDS : 95 mg/dl

A. ANALISA DATA

No. Data Etiologi Masalah


1. Ds : Proses menua Nyeri akut pada
- Oma B mengatakan nyeri pada
lutut kanan
Erosi tulang rawan
jari jari dan kakinya
poliferasi synovial dan
- Oma B mengatakan nyeri
pembentukan panus
dirasakan saat mencuci pakaian
- Oma B mengatakan nyeri sudah Mekanisme inflamasi
dirasakan semenjak 3 minggu
Rangsang saraf nyeri
yang lalu
Do :
- Hasil cek asam urat 9.6 mg/dl
- P : nyeri dirasaka apabila Nyeri Akut

26
mencuci pakaian
Q : nyeri terasa linu dan cenut
cenut
R : nyeri menjalar dari lutut
sampai ujung jari kaki
S : skala 6 (1-10)
T : nyeri dirasakan hilang
timbul
2. Ds : Proses menua Risiko jatuh
- Oma B mengatakan pernah Tendon dan ligament
jatuh saat mau ke masjid melemah
- Oma B mengatakan untuk
Hilangnya kekuatan otot
berjalan harus menggunakan
Risiko jatuh
alat bantu
- Oma B mengatakan
menggunakan alat semenjak 7
bulan yang lalu
Do :
- Riwayat jatuh
- Penggunaan alat bantu jalan
- Ekstremitas bawah tidak
simetris
3. Ds : Kurang terpapar informasi Defisit
- Oma B mengatakan tidak tau
pengetahuan
tentang pantangan/ makanan
tentang asam urat
apa yang harus dihindari untuk
pencegahan asam urat
- Oma B mengatakan sangat
menyukai makanan kacang
kacangan
- Oma B mengatakan tidak
mengerti tentang asam urat
Do :
- Oma B tampak bingung dan
bertanya tentang asam urat

B. Diagnosis keperawatan
1. Nyeri akut pada lutut sebelah kanan
2. Risiko jatuh
3. Defisit pengetahuan tentang Asam Urat

27
C. Intervensi Keperawatan

no Dx keperawatan Tujuan & kriteria Intervensi Rasional


(NIC)
hasil
(NOC)
1. Nyeri akut Setelah diberikan - Kaji tipe/ lokasi Berguna dalam
intervensi nyeri. Perhatikan membedakan
keperawatan selama
intensitas pada ketidaknyamanan
3x24 jam,diharapkan
Memperlihatkan skala nyeri (1-
Berguna dalam
tingkat nyeri, yang 10)
dibuktikan oleh memantau tanda-
- Kaji tanda-tanda
indicator nyeri hilang tanda terjadinya
vital
atau berkurang (skala infeksi, dan
nyeri 0) dengan
hubungan antara
kriteria hasil:
- Ekspresi wajah tingkat
rileks keparahan nyeri
- Skala nyeri - Ajarkan kompres
pasien
berkurang air hangat
- mampu
dengan jahe kompres air
mengontrol nyeri
nya pada daerah yang dingin digunakan
nyeri untuk
merileksasikan
otot-otot
sehingga
mengurangi rasa
nyeri

2. Risiko cedera/ Setelah diberikan - Identifikasi Berguna untuk


intervensi
jatuh prilaku dan faktor mengurangi
keperawatan selama
3x24 jam,diharapkan yeng risiko jatuh
risiko jatuh akan
mempengaruhi
menurun atau
terbatas, dengan risiko jatuh
kriteria hasil: - Ajarkan dan

28
- gerakan bantu pasien
terkoordinasi
dalam proses
- tidak ada kejadian
jatuh berpindah
- mengetahui Alas kaki yang
(misalnya, dari
pencegahan jatuh
pas dapat
tempat tidur ke
mempermudah
kursi).
- Ajarkan klien mobilitas
memakai alas
Lingkungan yang
kaki yang pas
aman dapat
mengurangi
- Memastikan
risiko jatuh
lantai tidak licin
atau tidak basah

3. Deficit Setelah diberikan - Jelaskan apa arti Dengan


intervensi asam urat
pengetahuan mengetahui
keperawatan selama
tentang asam urat 3x24 jam,diharapkan definisi bisa
risiko jatuh akan
menambah
menurun atau
terbatas, dengan pengetahuan
kriteria hasil:
tentang penyakit
- Oma B dapat
menjelaskan asam urat
secara singkat arti Untuk
dari asam urat - Jelaskan tanda &
mengetahui atau
- Oma B dapat gejala asam urat
menyebutkan deteksi dini
-makanan yang
penanganannya
dapat
Dengan
menyebabkan
asam urat menjadi menghindari
tinggi
makanan yg bisa
- Jelaskan
makanan yang menyebabkan
harus dihindari
asam urat tinggi
agar nilai asam
urat tidak tinggi dapat
mengurangi
terjadinya gout

D. Catatan Perkembangan Hari ke 1

29
No Waktu Implementasi Evaluasi Nama
dx. TTD
1. 9:30 1. Mengkaji tipe/ lokasi nyeri. S : Oma B mengatakan nyeri
wib Perhatikan intensitas pada sedikit berkurang
O : TD : 120/80mmhg
skala nyeri (1-10)
N : 90x/menit
2. Mengkaji tanda-tanda vital
RR : 20x/menit
Oma B skala nyeri 4
3. Mengajarkan cara kadar asam urat : 7.2mg/dl
A : masalah belum teratasi
penggunaan terapi non
P : lanjutkan intervensi 1,2 dan
farmakologi (kompres
3
hangat dengan jahe)

2. 09:40 1. mengidentifikasi prilaku S : Oma B mengatakan takut


WIB dan faktor yeng untuk berjalan jika lantai basah
O : Oma B memakai sandal
mempengaruhi risiko jatuh
2. mengajarkan dan bantu yang tidak sesuai dengan
pasien dalam proses kakinya
A : masalah belum teratasi
berpindah (misalnya, dari
P : lanjutkan intervensi 1,2,3
tempat tidur ke kursi).
dan 4
3. mengajarkan klien
memakai alas kaki yang
pas
4. Memastikan lantai tidak
licin atau tidak basah
3. 10:15 1. Jelaskan apa arti asam urat S : Oma B mengatakan tidak
tau
2. Jelaskan tanda & gejala
apa itu asam urat dan makanan
asam urat
yang
3. Jelaskan makanan yang harus dihindari
harus dihindari agar nilai O : oma B hanya diam saat
asam urat tidak tinggi
ditanya
tentang asam urat
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1,2 dan
3

30
Catatan Perkembangan Hari Ke 2

No Waktu Implementasi Evaluasi


dx.
1. 9:30 wib 1. Mengkaji tipe/ lokasi S : Oma B mengatakan nyeri
berkurang
nyeri. Perhatikan
O : TD : 120/80mmhg
intensitas pada skala N : 90x/menit
RR : 20x/menit
nyeri (1-10)
skala nyeri 3 (ringan)
2. Mengkaji tanda-
kadar asam urat : 4.2mg/dl
tanda vital Oma B A : masalah belum teratasi
3. Mengajarkan cara P : lanjutkan intervensi 1,2 dan
penggunaan terapi 3
non farmakologi
(kompres hangat
dengan jahe)

2. 09:40 1. mengidentifikasi prilaku S : Oma B mengatakan


WIB dan faktor
yeng nyaman
mamakai sandal yangs sesuai
mempengaruhi risiko
dengan ukuran kakinya
jatuh O:
2. mengajarkan dan bantu - Oma B memakai sandal
sesuai dengan kakinya
pasien dalam proses
- Lantai kamar tidur oma
berpindah (misalnya, tampak bersih dan tidak
dari tempat tidur ke licin
A : masalah belum teratasi
kursi).
P : lanjutkan intervensi 4
3. mengajarkan klien
memakai alas kaki yang
pas
4. Memastikan lantai tidak
licin atau tidak basah

3. 10:15 1. Jelaskan apa arti asam S : Oma B mengatakan sudah


urat mengerti arti asam urat
2. Jelaskan tanda & gejala dan makanan apa saja yang
asam urat harus dihindari
3. Jelaskan makanan yang O:
harus dihindari agar - Oma B hanya mampu

31
nilai asam urat tidak menyebutkan makanan
tinggi yang harus dihindari
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1 dan 2

Catatan Perkembangan Hari Ke 3

No Waktu Implementasi Evaluasi Nama


dx. TTD
1. 9:30 1. Mengkaji tipe/ lokasi S : Oma B mengatakan
nyeri berkurang
wib nyeri. Perhatikan
O : TD : 130/70mmhg
intensitas pada skala nyeri N : 90x/menit
RR : 20x/menit
(1-10)
skala nyeri 2 (ringan)
2. Mengkaji tanda-tanda
kadar asam urat : 4.5mg/dl
vital Oma B A : masalah teratasi
3. Mengajarkan cara P : lanjutkan intervensi 3
penggunaan terapi non
farmakologi (kompres
hangat dengan jahe)

2. 09:40 1. mengidentifikasi prilaku S : Oma B mengatakan


WIB dan faktor yeng nyaman mamakai sandal yang
mempengaruhi risiko sesuai
dengan ukuran kakinya
jatuh
O:
2. mengajarkan dan bantu
- Oma B memakai sandal
pasien dalam proses sesuai dengan kakinya
- Lantai kamar tidur oma
berpindah (misalnya, dari
tampak bersih dan tidak
tempat tidur ke kursi).
licin
3. mengajarkan klien
A : masalah belum teratasi
memakai alas kaki yang P : lanjutkan intervensi 4
pas
4. Memastikan lantai tidak
licin atau tidak basah

3. 10:15 1. Menjelaskan apa arti S : Oma B mengatakan sudah


asam urat mengerti arti asam urat dan
2. Menjelaskan tanda & makanan apa saja yang harus
gejala asam urat

32
3. Menjlaskan makanan dihindari
yang harus dihindari agar O:
nilai asam urat tidak - Oma mampu menyebutkan
tinggi - definisi asam urat dan
makanan
- yang harus dihindari
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 3

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Asam Urat (GOUT)

Artritis gout merupakan penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal


monosodium urat pada jaringan atau supersaturasi asam urat didalam cairan
ekstarseluler (Anastesya W, 2016).
Penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan yang telah diberikan
kepada Oma b dengan asam urat di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 dari
tanggal 07 - 11 November 2018 dengan cara membandingkan antara tinjauan teoritis
dengan aplikasi langsung kelapangan dengan menggunakan proses keperawatam

4.2 Pengkajian
Dari data yang telah dikumpulkan selama pengkajian ternyata tidak ditemukan
kesenjangan antara data hasil pengkajian dengan tanda dan gejala yang ada dalam
teoritis. Pada pengkajian secara teoritis dikatakan pada klien dengan Gout Artritis
mengalami tanda dan gejala seperti kekakuan sendi pada pagi hari yang cukup lama,
lemah, lesu dan tidak nafsu makan. Pada Oma B juga ditemukan kekakuan
sendi/gemetar pada saat selesai mencuci pakaian .

33
4.3 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik yang aktual
maupun potensial. Masalah keperawatan aktual adalah masalah yang diperoleh saat
pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah yang timbul kemudian.
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, dan pasti tentang status
masalah kesehatan yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Diagnosa
keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan, diagnosa keperawatan
akan memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik
yang nyata (aktual) dan yang mungkin terjadi (potensial) (Mubarak, 2017).
Setelah dilakukan pengkajian di wisma melati di Panti Sosial TresnaWerdha Ciracas
Jakarta Timur penulis menemukan tiga masalah keperawatan yang terdapat pada oma B
sesuai yang ada pada teori yaitu Nyeri dan Resiko jatuh/ cedera dan defisit
pengetahuan.

4.4 Rencana Keperawatan

Pada tahap perencanaan, rencana yang terdapat dalam teori belum disusun sesuai
prioritas masalah yang ada, namun pada asuhan keperawatan yang nyata, penulis
membuat rencana sesuai prioritas diagnosa yang muncul berdasarkan yang penulis
dapatkan dan dari hasil pengakajian keperawatan. Tidak semua rencana tindakan
penulis masukan kedalam rencana tindakan pada asuhan keperawatan secara nyata, hal
ini karena penulis ingin merencanakan rencana tindakan dengan keadaan klien saat itu.

Rencana tindakan keperawatan pada proses ini diperoleh kesepakatan dengan oma B
yang dikelola yang meliputi waktu, tempat, dan penanggung jawab kegiatan yang akan
dilaksanakan. kegiatan yang akan direncanakan untuk mengatasi masalah yang muncul
antara lain : upaya peningkatan pengetahuan oma B melalui pendidikan kesehatan
(penyuluhan) , dan intervensi mandiri yang diberikan.

4.5 Implementasi Keperawatan.

Tahap implementasi merupakan tahap realita dari rencana tindakan yang telah dibuat
sebelumnya, tidak semua implementasi dapat dilakukan dengan baik, dikarenakan ada
keterbatasan waktu dan masalah- masalah tekhnis lainnya.

Hasil Implementasi Terapi Modalitas Pemberian Rebusan Daun Salam Pada Oma
B dengan Asam Urat ( GOUT)

34
Daun salam memiliki banyak manfaat bagi masyarakat mulai dari batang, kulit
batang, daun salam dan buah salam.daun salam merupakan bagian yang paling banyak
dimanfaatkan masyarakat. Selain sebagai penyedap masakan daun salam juga dapat
diguanakan sebagi terapi non farmakologi untuk berbagai penyakit seperti : Stroke,
hipertensi, diabetes mellitus dan asam urat (Agoes, 2014).

Daun salam merupakan tanaman herbal yang berfungsi untuk menurunkan


kadar asam urat dalam darah, selain dari daun salam bagian lain dari daun salam pun
dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat meliputi akar, buah, kulit batamg dan batang
serta buah salam, namun yang paling banyak digunakan adalah daun salam. Daun
salam oleh badan POM telah ditetapkan sebagai salah satu dari sembilan tanaman yang
digunakan sebagai tanaman herbal yang di uji secara klinis untuk mengatas masalah
kesehatan tertentu(Putra, 2016).

Menurut Mardiana (2015) beberapa sifat kimia dan farmakologis yang dimiliki oleh
daun salam meliputi :

1. Flavonoid adalah senyawa polifenol yang sesuia dengan struktur kimianya


terdiri dari flavonol, flavon, flavanon, isoflavon, ketekin, antosianidin dan
kalkon. Manfaat flavonoid sebagai diuretic sehingga memperbanyak produksi
urin. Flavonoid juga sebagai anti inflamasi sehingga dapat mencegah
terjadinya peradangan pada tulang

2. Kandungan vitamin pada daun salam bermanfaat untuk meningkatkan


kekebalan tubuh dari penyakit dan peningkat imunitas tubuh.

35
3. Kandungan zat tannin pada daun salam menurunkan tekanna
darah tinggi.

4. Minyak atsiri sebagai analgetik sehingga mampu mneghilangkan ras nyeri


ketika berjalan.

Asam urat adalah hasil akhir dari metabolisne yang dimiliki oleh semua orang.
Asam urat dalam tubuh kadar nya tidak boleh berlebihan(Ode, 2015). Penyembuhan
asam urat dapat menggunakan terapi non farmakologi dengan cara merebus 10-15
lembar daun salam dengan air 700cc dengan gelas biarkan mendidih sampai tersisa
200cc, setelah itu saring dan minum 1 kali 1 gelas setiap hari, daun salam
mengandung flovanoid sehingga dapoat digunakan sebagi peluruh kencing (diuretic).
Sebagai diuretic salam juga mampu memperbanyak produksi pada tubuh sehingga
dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah melalui urine. (Ode, 2015).

Hasil implementasi dari pemberian terapi modalitas pemberian rebusan daun salam
pada Oma B dengan Asam urat terjadi penurunan kadar asam urat dalam darah hasil
ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Yankusuma dan Putri (2016) tentang pengaruh
rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat dalam darah di Desa
Malanggaten kecamatan Kebakkramat kabupaten karanganyar tahun 2016.

4.6 Evaluasi Keperawatan

Tahap Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
menilai perkembangan pada lansia khususnya pada oma B yang mendeita gout , untuk
mengetahui apakah masalah klien teratasi atau tidak jika masalah belum teratasi berarti
intervensi dilanjutkan atau perlu rencana tindakan yang baru jika masalah teratasi maka
intervensi dihentikan.

Hasil tindakan keperawatan yang dilakukan pada oma B selama 3 hari pemberian terapi
modalitas pada oma B berkurang dan adanya peningkatan kekuatan otot hal ini
menunjukan bahwa masalah Nyeri teratasi dan intervensi dihentikan, sedangan pada
diagnosa Resiko jatuh dan gangguan istirahat teratasi sebagian dikarenakan lingkungan
yang terkadang kurang kondusif sehingga harus selalu pertahankan intervensi yang
telah di lakukan.

36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan pengkajian pada oma B di panti sosial Tresna Werdha Ciracas
Jakarta Timur saya menemukan beberapa masalah kesehatan , antara lain: Asam Urat.

Implementasi yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut antara lain adalah
penkes gout, diit, Kompres hangat dengan jahe. Pada dasarnya tindakan yang telah
dilakukan pada oma B telah disetujui oleh oma B. Setelah dilakukan kompres hangat
dan pemberian rebusan daun salam pada oma B selama 3 hari terdapat perubahan dan
oma B sudah tidak mengeluh nyeri dan kadar asam urat Oma B mulai menurun.

5.2 Saran
Berdasarkan dari kesimpulan di atas maka disarankan untuk :
5.2.1 Lansia
Lansia dapat melatih dirinya untuk meningkatkan kemampuan dalam bergerak,
dan setelah mahasiswa tidak praktek diharapkan lansia tetap dapat mengurangi
nyeri secara mandiri tanpa harus menggunakan obat analgetik.
5.2.2 Mahasiswa
Diharapkan Mahasiswa lebih meningkatkan kemampuan dan menambah bekal
tentang konsep keperawatan lansia, sehingga terdapat optimalisasi kinerja dalam
melakukan praktek klinik keperawatan lansia. Mahasiswa diharapkan
mempunyai konsep yang lebih tentang pengorganisasian dengan berbagai
alternatif pendekatan sehingga akan lebih mempermudah pelaksanaan praktek
klinik di masyarakat.
5.2.3 Panti

37
Diharapkan perawat dan petugas Sasana Tresna Werdha Ciracas dapat
meningkatkan kemampuan dan mengembangkan konsep keperawatan lansia
dengan tindakan Non Farmakologi, Agar dapat mengurangi konsumsi obat-
obatan kimia pada lansia karena obat-obatan kimia yang dikonsumsi terus
menerus dapat menimbulkan efek samping pada lansia tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Doengus dkk.2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Diterjemahkan oleh : Kariasa I Made,


Asih Y. EGC. Jakarta
Fakultas Kedokteran UI. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapius, 2001.
Naga S. S. 2016. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Diva Prss. Jogjakarta
Reeves, Gayle Roux, dan Robin L. Keperawatan Medikal Bedah. Buku 1. Diterjemahkan
oleh : Joko S. Salemba Medika. Jakarta
Suratun dkk. 2015. Klien Gangguan Sistem Musculoskeletal:Seri Asuhan Keperawatan.
EGC. Jakarta
Kemenkes RI, (2017). Pusat Data dan Informasi, Analisis Data Lansia Indonesia.
file:///C:/Users/USER/Downloads/Analisis%20Lansia%20Indonesia%202017.pdf
Wurangian Mellynda. 2013. Pengaruh Kompres Hangat Penurunan Skala Nyeri Pada
Penderita Gout Artritis di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Manado. Volume 4
No 2.

38

Anda mungkin juga menyukai