PENDAHULUAN
1
Asam urat merupakan salah satu jenis peradangan sendi yang paling sering terjadi
dan menjadi penyebab kecacatan terutama pada usia lanjut (Suhendriyo, 2014). Gout
memang bukan penyakit berbahaya, tetapi berdampak langsung pada kualitas hidup
penderitanya, akibat memburuknya rasa nyeri sehingga menimbulkan disabilitas.
Gout memiliki efek negatif yang besar pada aktivitas serta kesehatan mental dan
fisik.Bahkan pada 2020, Gout ditaksir menjadi penyebab utama keempat disabilitas
dunia. Juga diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita
cacat karena Gout (Soeroso , 2006 dalam Suhendriyo, 2014).
Insiden gout tertinggi didapatkan pada bangsa Maori, New Zealand, pada tahun 1978
yaitu 10/100 orang Darmawan (1993) dalam Kanis (2012). Albar (2006) dalam
Kanis (2012) juga menyatakan bahwa prevalensi hiperurisemia bervariasi dari 0,27
% di Amerika Serikat sampai 10,3 % pada suku Maori di Selandia Baru, dan
menunjukkan kecenderungan meningkat. Angka kejadian asam urat atau gout di
Indonesia pada tahun 1986 menduduki peringkat ke empat untuk penduduk
perkotaan Jawa yaitu 4,8 % dan peringkat lima untuk penduduk pedesaan Jawa yaitu
1,7 % Darmawan (1993) dalam Kanis (2012). Sementara Prevalensi asam urat di
Indonesia terjadi pada usia dibawah 34 tahun sebesar 32% dan kejadian tertinggi
pada penduduk Minahasa sebesar 29,2% (Buraerah dalam Kodim, 2010 dalam
Pratiwi, 2013).
Data kasus kejadian asam urat dari Dinas Kesehatan Sleman tahun 2010
menunjukan jumlah yang cukup tinggi, yaitu 3.188 kasus, yang terdiri dari 2.046
kasus baru dan 1.142 kasus lama, dengan rentang usia penderita asam urat terbanyak
adalah di atas 40 tahun. Data kejadian asam urat juga diperoleh dari Puskesmas
Depok III, dimana pada tahun 2010 jumlah kasus kejadian asam urat adalah 15 kasus
atau 0,47 % dari total 3.188 kasus Kanis (2012). Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Pratiwi (2013) yaitu menunjukkan bahwa karakteristik penderita asam
urat sebagian besar berada pada umur 20-44 tahun (46,15%), berjenis kelamin
perempuan (61,54%). Asam urat memerlukan pengobatan salah satu pengobatannya
yaitu menggunakan pengobatan herbal.
Menurut KEMENKES (2003) pengobatan herbal adalah pengobatan dan/atau
perawatan dengan cara, obat dan pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman,
keterampilan turun temurun, dan/atau pendidikan/pelatihan, dan diterapkan sesuai
dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Pengobatan herbal untuk asam urat
yaitu dengan menggunakan daun salam. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
2
Muhtadi (2012) menunjukan bahwa daun salam dapat menurunkan kadar asam urat
dalam darah.
Melihat uraian diatas mengenai masalah asam urat yang terjadi pada lansia, serta
masih banyak yang belum mengetahui bahaya atau akibat dari asam urat maupun
perawatannya, mereka masih menganggap asam urat adalah penyakit yang tidak
membutuhkan penanganan serius. Dalam hal ini penting bagi perawat agar
menerapkan strategi untuk meningkatkan pengetahuan lansia tentang pengertian,
penyebab, tanda dan gejala penyakit Gout. memotivasi lansia untuk mengambil
keputusan yang tepat agar tidak terjadi komplikasi, mengajarkan dan memotivasi
lansia dan petugas di panti werdha khususnya untuk memodifikasi lingkungan serta
memanfaatkan fasilitas kesehatan sebagai upaya merawat diri sendiri yang menderita
asam urat. Penulis tertarik untuk membahas tentang Gout di Panti Sosial Tresna
Werdha Ciracas Jakarta Timur tahun 2018.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Melaporkan asuhan keperawatan lansia dengan Gout di Panti Sosial Tresna Werdha
Ciracas Jakarta Timur 2018.
3
Laporan ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk menambah wawasan yang
berkaitan dengan peningkatan mutu pelayanan dan memberikan masukan data
untuk pengembangan ilmu pada petugas panti werdha dalam melakukan asuhan
keperawatan pada lansia.
1.3.3 Bagi Lansia
Untuk menambah wawasan, menambah informasi dan pengetahuanlansia tentang
penyakit Gout Artritis dalam mencegah dan menangani rasa nyeri pada Gout
Artritis.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Lanjut Usia (Lansia)
2.1.1 Definisi Lansia
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara
tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya
menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
4
diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan kronologis tertentu. Lansia merupakan suatu proses alami yang
ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi
tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Diamana seseorang
mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap (Ma’rifatul, 2011).
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki dan mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diterima.
Proses menua merupakan proses yang terus menerus secara alamiah (Nugroho,2008).
Menurut WHO dalam Nugroho (2014), lanjut usia dikelompokan menjadi emat
kelompok yaitu :
Usia pertengahan (45 – 59 tahunn
Usia lanjut (60-74 tahun)
Usia tua (75-90 tahun)
Usia sangat tua (diatas 90 tahun)
Berdasarkan definisi diatas lanjut usia adalah usia diatas 60 tahun, dimana orang
tersebut mengalami penurunan kemampuan fisik dan kognitif.
5
menghilangkan limbah dan ion transportasi. Kerusakan ireversibel pada sel-sel yang
membentuk zat kolagen ini pada akhirnya menyebabkan kegagalan jaringan dan
organ karena sistem protein menjadi tidak elastis dan tidak efektif.
Teori radikal bebas, yang pertama kali diajukan pada pertengahan 1950an,
telah berkembang menjadi teori penuaan utama. Radikal bebas sangat tidak stabil
dan molekul reaktif yang dapat diproduksi dengan metabolisme normal, reaksi
radiasi, reaksi berantai dengan radikal bebas lainnya, dan oksidasi polutan
lingkungan tertentu, seperti ozon, pestisida, dan polutan udara. Radikal bebas dan
senyawa konjugasi mereka mampu menyerang molekul lain karena mereka memiliki
muatan listrik ekstra, atau elektron bebas. Karena mereka sangat reaktif, radikal
bebas cepat berinteraksi dengan dan merusak komponen seluler seperti lipid, protein,
dan asam nukleat.
6
Menurut dr. Afgel bahwa “proses menjadi tua ditentukan oleh kesalahan gen
genetik DNA dimana sel genetik memperbanyak diri (ada yang memperbanyak diri
sebelum pembelahan sel), sehingga mengakibatkan kesalahan-kesalahan yang
berakibat pula pada terhambatnya pembentukan sel berikutnya, sehingga
mengakibatkan kematian sel. Pada saat sel mengalami kematian orang akan tampak
menjadi tua”.
2.1.4 Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh
Mutasi yang terjadi secara berulang mengakibatkan kemampuan sistem untuk
mengenali dirinya berkurang (self recognition), sehingga mengakibtakan kelainan
pada sel karena dianggap sebagai yang membuat hancurnya kekebalan tubuh.
2.1.5 Teori Penuaan akibat Metabolisme
7
b. Penurunan ukuran pupil atau miosis terjadi karena sfingter pupil mengalami
skerosis.
c. Perubahan warna dan meningkatnya kekeruhan lensa kristal yang terakumulasi
dapat menimbulkan katarak
d. Penurunan produksi air mata. Implikasi dari hal ini adalah mata berpotensi
terjadi sindrom mata kering.
8
lidah. Implikasi dari hal ini sensitivitas terhadap rasa manis, asam, asin dan pahit
berkurang.
Epidermis lansia tipis dan rata, terutama yang paling jelas diatas tonjolan-
tonjolan tulang, telapak tangan, kaki bawah dan permukaan dorsalis tangan dan kaki.
Penipisan ini menyebabkan vena-vena tampak lebih menonjol.poliferasi abnormal
pada terjadinya sisa melanosit,lentigo, senil,bintil pigmentasi, pada area tubuh yang
terpajan sinar matahari biasanya permukaan dorsal dari tangan dan lengan bawah.
Sedikit kolagen yang terbentuk pada proses penaan dan terdapat penurunan jaringan
elastis mengakibatkan penampilan yang lebih keriput. Tekstur kulit lebih kering
karena kelenjar eksokrin lebih sedikit dan penurunan aktivitas kelenjar eksokrin dan
kelnjar sebasea. Degenerasi menyeluruh jaringan penyambung disertai penurunan
cairan tubuh total menimbulkan penurunan turgor kulit.
Berat otak menurun 10-20%. Berat otak <350gram pada saat kelahiran,
kemudian meningkat 1,375 gram pada usia 20 tahun. Berat otak menurun mulai usia
45-50 tahun, penurunan ini kurang lebih 11% dari berat maksimal. Berat dan volume
9
otak berkurang rata-rata5-10% selama umur 20-90 tahun. Otak mengandung 100
million sel termasuk diantaranya sel neuron yang berfungsi menyalurkan implius
listrik. Pada penuaan otak kehilangan 100.00 neuron/ tahun. Neuron dapat
mengirimkan signal kepada sel lain,dengan kecepatan 200 mil/jam. Terjadi
penebalan atrofi cerebral. Secara berangsur-angsur tonjolan dendrit di neuron hilang
disusul membengkaknya batang dendrit dan batang sel. Secara progesif terjadi
fragmantasi dan kematian sel. Pada semua sel terdapat deposit limpofusin.yang
terbentuk di sitoplasma, kemungkinan berasal dari lisosom atau mitokondria.
Berikut ini kondisi perubahan pada lasia:
a. Kondisi saraf perifer yang lebih lambat. Implikasi dari hal adalah refleks tendon
dalam yang lebih lambat dan meningkatnya waktu reaksi.
b. Peningkatan limpofusin sepanjang neuron-neuron. Implikasi dari hal ini adalah
vasokontriksi dan vasodilatasi yang tidak sempurna
c. Termogulasi oleh hipotalamus kurang efektif. Implikasi dari hal ini adalah
bahaya kehilangan panas tubuh.
10
c. Vena meregang dan mengalami dilatasi.implikasi dari hal ini adalah vena menjadi
tidak kompetenatau gagal dalam menutup secara sempurna sehingga
mengakibatkan terjadinya edema pada ekstermitas bawah dan penumpukan darah.
11
gout adalah suatu penyakit yang ditandai dengan serangan mendadak dan
berulang dari artritis yang terasa sangat nyeri karena adanya endapan kristal
monosodium urat, yang terkumpul di dalam sendi sebagai akibat dari tingginya
kadar asam urat di dalam darah (hiperurisemia).
Secara umum asam urat adalah sisa metabolisme zat purin yang berasal dari
makanan yang kita konsumsi. Purin sendiri adalah zat yang terdapat dalam setiap
bahan makanan yang berasal dari tubuh makhluk hidup. Dengan kata lain, dalam
tubuh makhluk hidup terdapat zat purin ini, lalu karena kita memakan makhluk
hidup tersebut, maka zat purin tersebut berpindah ke dalam tubuh kita. Berbagai
sayuran dan buah-buahan juga terdapat purin. Purin juga dihasilkan dari hasil
perusakan 9 10 sel-sel tubuh yang terjadi secara normal atau karena penyakit
tertentu (Hidayat, 2016)
2.2.2 Patofisiologi
12
Tahap kedua disebut sebagai tahap artritis gout akut intermiten. Setelah
melewati masa gout interkritikal selama bertahun-tahun tanpa gejala, penderita
akan memasuki tahap ini, ditandai dengan serangan artritis yang khas. Selanjutnya
penderita akan sering mendapat serangan (kambuh) yang jarak antara serangan
yang satu dan serangan berikutnya makin lama makin rapat dan lama, serangan
makin lama makin panjang, serta jumlah sendi yang terserang makin banyak.
Tahap ketiga disebut sebagai tahap artritis gout kronik bertofus. Tahap ini
terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau lebih. Pada tahap
ini akan terjadi benjolan-benjolan di sekitar sendi yang sering meradang yang
disebut sebagai tofus. Tofus ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti
kapur yang merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Tofus ini akan
mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang di sekitarnya. Tofus pada kaki bila
ukurannya besar dan banyak akan mengakibatkan penderita tidak dapat
menggunakan sepatu lagi (kumalasari, 2016).
Penyakit arthritis gout merupakan salah satu penyakit inflamasi sendi yang paling
sering ditemukan, ditandai dengan adanya penumpukan kristal monosodium urat di
dalam ataupun di sekitar persendian (Zahara, 2013). Asam urat merupakan kristal
putih tidak berbau dan tidak berasa lalu mengalami dekomposisi dengan
Kadar asam urat dalam darah ditentukan oleh keseimbangan antara produksi (10%
pasien) dan ekskresi (90% pasien). Bila keseimbangan ini terganggu maka dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah yang disebut
dengan hiperurisemia (Manampiring, 2015).
13
2.2.3 Pathway
14
Penumpukan dan Terbentuk fagolisosom
pengendapan MSU Penumpukan dan
pengendapan MSU
kerusakan jaringan
Hipertermi Deformitas sendi
- Stadium I
- Stadium II
Serangan-serangan arthritis pirai yang khas, arthritis yang akut dan hebat, 90%
lokalisasi di jari empu (podagra), tetapi semua persendian dapat diserang, kadang-
kadang lebih dari satu sendi yang diserang (migratory polyarthritis). Sendi
tersebut menjadi bengkak dalam beberapa jam, menjadi panas, merah, sangat
nyeri. Kemudian pembengkakan ini biasanya menjalar ke sekitar sendi dan lebih
menyolok daripada arthritis yang lain. Kadang-kadang terjadi efusi di sendi-sendi
besar.Tanpa terapi keluhan dapat berkurang sendiri setelah 4 sampai 10 hari.
15
Pembengkakan dan nyeri berkurang, dan kulit mengupas sampai normal kembali.
- Stadium III
Pada stadium ini di antara serangan-serangan arthritis akut, hanya terdapat waktu
yang pendek, yang disebut fase interkritis.
- Stadium IV
Pada stadium ini penderita terus menderita arthritis yang kronis dan tophi sekitar
sendi, juga pada tulang rawan dari telinga.Akhirnya sendi-sendi dapat rusak,
mengalami destruksi yang dapat menyebabkan cacat sendi (Syukri, 2014).
5. Tes kimia
6. Tes glukosa
7. Laktat Dehidrogenase
8. Tes mikrobiologi
2.2.6 Penatalaksanaan
16
a. Memberikan kompres hangat pada pasien yang mengalami serangan arthritis
gout
b. Melaksanakan dan mengajarkan teknik managemen nyeri non farmakologis
dengan nafas dalam dan distraksi ( pengalihan )
c. Menjelaskan dan memantau pembatasan gerak dan aktivitas fisik berat bagi
pasien agar radang sendi tidak bertambah kronik.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
17
Keterangan :
: laki laki : oma
: meninggal : perempuan
18
Rumah sakit :
jarak dari panti :
puskesmas :
klinik :
Penyakit yang diderita : asam urat, Oma B mengeluh kaki dan tangannya linu dan
nyeri, nyeri dirasakan saat beraktifitas seperti mencuci baju.
3.7 Aktivitas Hidup Sehari-hari
Indeks Katz : Oma B, Kemandirian dalam hal makan, berpindah ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi. (A)
Oksigenasi : Pergerakan Dinding dada simetris, pengembangan paru kanan dan
kiri baik, Frekuensi 20x/menit
Nutrisi : Oma B mengatakan makan 3x/sehari pada pukul 07.00, 11.30, dan
16.00
Eliminasi : BAK 3x sehari, BAB frekuensi 2 hari sekali.
Aktivitas : aktifitas selama di panti oma B rutin mengikuti keterampilan
kerjinan tangan dengan membuat keset dan mengikuti pengajian
yang di adakan selama di panti.
Istirahat & tidur : Oma B mengatakan tidur mulai pukul 20:00 wib
Personal hygiene : Oma B mengatakan mandi 2x sehari.
Sexual :
Rekreasi : Oma B mengatakan tidak pernah rekreasi sejak tinggal dipanti.
Psikologis : Oma B mengatakan hanya menikmati masa tua dengan teman-
teman di Panti
19
Persepsi klien
Konsep diri : Oma B mengatakan suka dengan tubuhnya kecuali dengan
kaki nya yang membuat dirinya belum menikah sampai tua.
Emosi : Oma B mengatakan selalu menerima apapun yang sudah
terjadi dalam hidupnya termasuk kehidupannya dip anti.
Adaptasi : Oma B mengatakan senang berbincang bincang dengan
oranglain dan sangat senang bila ada perawat perawat yang dinas di panti.
Mekanisme pertahanan diri : -
J. Tinjauan Sistem
Keadaan umum : Baik
Tingkat Kesadaran : compos mentis
Skala koma glascow : 15 (E4 V5 M6 )
Tanda-tanda Vital : tekanan darah : 130/70 mmHg, nadi : 81 kali/menit
pernapasan : 20 kali/menit, suhu : 36,5oC hasil asam urat tgl
06 november 9.6mg/dl
Kepala :
Inspeksi : distribusi rambut merata dan pendek, warna rambut hitam, bersih
dan tampak
Palpasi : tidak teraba benjolan pada kepala
Mata, hidung : Kedua Mata simetris, sclera anikterik, conjungtiva tidak
pucat hidung bersih tidak ada polip
Telinga : tidak ada gangguan fungsi pendengaran, tampak kotor
Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis
Dada
Bentuk dada simetris
retraksi dada tidak ada
suara nafas tambahan tidak ada.
Abdomen :
Inspeksi : simetris
Auskultasi : bising usus 18x/menit
Perkusi : thympani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar
Kulit : turgor kulit tidak elastis
Ekstremitas atas dan bawah: Oma B mengatakan jari dan kaki pegal-pegal,nyeri jika
berjalan skala nyeri 5, edema (-), Lesi (-)
Ekstremitas bawah tidak simetris
Genitalia : kebersihan tidak terkaji , tidak ada riwayat hemoroid
Keluhan tidak ada.
Sistem Reproduksi : Oma B megatakan mengalami masa menopose pada usia 43
tahun.
Sistem pengecapan : Oma B mengatakan masih bisa merasakan asam manis dan
pahit
Sistem penciuman :tidak ada kelainan
taktil respon : tidak ada kelainan
20
K. Status Kognitif/afektif/social
1. Short Portable Mental Status Quaestionnaire (SPMSQ): fungsi intelektual utuh
2. Mini Mental State Exam (MMSE) : tidak ada gangguan kognitif
3. Inventaris Depresi Beck : depresi tidak ada atau minimal
4. Penilaian fungsi keseimbangan berg: mampu melakukan bantuan maksimal
5. indeks bartel (IB): score 20 (mandiri)
21
Kesimpulan: Skor yang didapat 25 yang menggambarkan klien tidak mengalami
gangguan kognitif
Score Uraian
Kesedihan
3
Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tidak dapat
menghadapinya.
Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak
dapat membaik.
Rasa kegagalan
2 Bila melihat ke belakang hidup saya, semua yang dapat saya lihat
hanya kegagalan
Ketidakpuasan
Saya tidak puas dengan segalanya
3
22
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan.
1
Rasa bersalah
saya merasa seolah-olah saya sangat buruk atau tidak berharga.
3 .
Saya merasa sangat bersalah
2
1 saya merasa buruk atau tidak berharga sebagai bagian dari waktu
yang baik
Saya tidak merasa benar-benar bersalah
0
Tidak menyukai
diri sendiri
saya benci diri saya sendiri.
3
Saya muak dengan diri saya sendiri.
2
Membahayakan
diri sendiri
Menarik diri
dari sosial
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak
23
peduli pada mereka semua.
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan
mempunyai sedikit perasaan pada mereka.
Keraguan
saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali.
3
Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan.
2
Saya berusaha mengambil keputusan.
1
Saya membuat keputusan yang baik.
0
Perubahan
gambaran diri
0 saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumnya.
Kesulitan kerja
saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali.
3
Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk
2 melakukan sesuatu.
Saya memerlukan upaya tambahan untuk mulai melakukan sesuatu.
1
Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya
0
Keletihan
saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu.
3 .
24
2 Saya lelah untuk melakukan sesuatu
Saya lelah lebih dari yang biasanya.
1
0 Saya tidak lebih lelah dari biasanya
Anoreksia
Penilaian
8 – 15 Depresi sedang
25
Berdiri tanpa bantuan dengan kaki dirapatkan 4
7
Menjangkau kayu/ sedotan dengan tangan 3
8
lurus ke depan pada posisi berdiri
Mengambil barang di lantai dari posisi berdiri 2
9
Menengok kebelakang melewati bahu kiri dan 3
10
kanan ketika berdiri
Berputar 360 derajat 2
11
Menempatkan kaki bergantian pada bangku 2
12
kecil ketika berdiri
Berdiri dengan satu kaki di depan kaki lain 3
13
Berdiri dengan satu kaki 3
14
Total 38
Kesimpulan : skor yang didapat pada Oma B adalah 38 yang berarti mampu
memiliki sedikit bantuan.
L. Data Penunjang
AsamUrat : 9,6 mg/dl
GDS : 95 mg/dl
A. ANALISA DATA
26
mencuci pakaian
Q : nyeri terasa linu dan cenut
cenut
R : nyeri menjalar dari lutut
sampai ujung jari kaki
S : skala 6 (1-10)
T : nyeri dirasakan hilang
timbul
2. Ds : Proses menua Risiko jatuh
- Oma B mengatakan pernah Tendon dan ligament
jatuh saat mau ke masjid melemah
- Oma B mengatakan untuk
Hilangnya kekuatan otot
berjalan harus menggunakan
Risiko jatuh
alat bantu
- Oma B mengatakan
menggunakan alat semenjak 7
bulan yang lalu
Do :
- Riwayat jatuh
- Penggunaan alat bantu jalan
- Ekstremitas bawah tidak
simetris
3. Ds : Kurang terpapar informasi Defisit
- Oma B mengatakan tidak tau
pengetahuan
tentang pantangan/ makanan
tentang asam urat
apa yang harus dihindari untuk
pencegahan asam urat
- Oma B mengatakan sangat
menyukai makanan kacang
kacangan
- Oma B mengatakan tidak
mengerti tentang asam urat
Do :
- Oma B tampak bingung dan
bertanya tentang asam urat
B. Diagnosis keperawatan
1. Nyeri akut pada lutut sebelah kanan
2. Risiko jatuh
3. Defisit pengetahuan tentang Asam Urat
27
C. Intervensi Keperawatan
28
- gerakan bantu pasien
terkoordinasi
dalam proses
- tidak ada kejadian
jatuh berpindah
- mengetahui Alas kaki yang
(misalnya, dari
pencegahan jatuh
pas dapat
tempat tidur ke
mempermudah
kursi).
- Ajarkan klien mobilitas
memakai alas
Lingkungan yang
kaki yang pas
aman dapat
mengurangi
- Memastikan
risiko jatuh
lantai tidak licin
atau tidak basah
29
No Waktu Implementasi Evaluasi Nama
dx. TTD
1. 9:30 1. Mengkaji tipe/ lokasi nyeri. S : Oma B mengatakan nyeri
wib Perhatikan intensitas pada sedikit berkurang
O : TD : 120/80mmhg
skala nyeri (1-10)
N : 90x/menit
2. Mengkaji tanda-tanda vital
RR : 20x/menit
Oma B skala nyeri 4
3. Mengajarkan cara kadar asam urat : 7.2mg/dl
A : masalah belum teratasi
penggunaan terapi non
P : lanjutkan intervensi 1,2 dan
farmakologi (kompres
3
hangat dengan jahe)
30
Catatan Perkembangan Hari Ke 2
31
nilai asam urat tidak menyebutkan makanan
tinggi yang harus dihindari
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1 dan 2
32
3. Menjlaskan makanan dihindari
yang harus dihindari agar O:
nilai asam urat tidak - Oma mampu menyebutkan
tinggi - definisi asam urat dan
makanan
- yang harus dihindari
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 3
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pengkajian
Dari data yang telah dikumpulkan selama pengkajian ternyata tidak ditemukan
kesenjangan antara data hasil pengkajian dengan tanda dan gejala yang ada dalam
teoritis. Pada pengkajian secara teoritis dikatakan pada klien dengan Gout Artritis
mengalami tanda dan gejala seperti kekakuan sendi pada pagi hari yang cukup lama,
lemah, lesu dan tidak nafsu makan. Pada Oma B juga ditemukan kekakuan
sendi/gemetar pada saat selesai mencuci pakaian .
33
4.3 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik yang aktual
maupun potensial. Masalah keperawatan aktual adalah masalah yang diperoleh saat
pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah yang timbul kemudian.
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, dan pasti tentang status
masalah kesehatan yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Diagnosa
keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan, diagnosa keperawatan
akan memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik
yang nyata (aktual) dan yang mungkin terjadi (potensial) (Mubarak, 2017).
Setelah dilakukan pengkajian di wisma melati di Panti Sosial TresnaWerdha Ciracas
Jakarta Timur penulis menemukan tiga masalah keperawatan yang terdapat pada oma B
sesuai yang ada pada teori yaitu Nyeri dan Resiko jatuh/ cedera dan defisit
pengetahuan.
Pada tahap perencanaan, rencana yang terdapat dalam teori belum disusun sesuai
prioritas masalah yang ada, namun pada asuhan keperawatan yang nyata, penulis
membuat rencana sesuai prioritas diagnosa yang muncul berdasarkan yang penulis
dapatkan dan dari hasil pengakajian keperawatan. Tidak semua rencana tindakan
penulis masukan kedalam rencana tindakan pada asuhan keperawatan secara nyata, hal
ini karena penulis ingin merencanakan rencana tindakan dengan keadaan klien saat itu.
Rencana tindakan keperawatan pada proses ini diperoleh kesepakatan dengan oma B
yang dikelola yang meliputi waktu, tempat, dan penanggung jawab kegiatan yang akan
dilaksanakan. kegiatan yang akan direncanakan untuk mengatasi masalah yang muncul
antara lain : upaya peningkatan pengetahuan oma B melalui pendidikan kesehatan
(penyuluhan) , dan intervensi mandiri yang diberikan.
Tahap implementasi merupakan tahap realita dari rencana tindakan yang telah dibuat
sebelumnya, tidak semua implementasi dapat dilakukan dengan baik, dikarenakan ada
keterbatasan waktu dan masalah- masalah tekhnis lainnya.
Hasil Implementasi Terapi Modalitas Pemberian Rebusan Daun Salam Pada Oma
B dengan Asam Urat ( GOUT)
34
Daun salam memiliki banyak manfaat bagi masyarakat mulai dari batang, kulit
batang, daun salam dan buah salam.daun salam merupakan bagian yang paling banyak
dimanfaatkan masyarakat. Selain sebagai penyedap masakan daun salam juga dapat
diguanakan sebagi terapi non farmakologi untuk berbagai penyakit seperti : Stroke,
hipertensi, diabetes mellitus dan asam urat (Agoes, 2014).
Menurut Mardiana (2015) beberapa sifat kimia dan farmakologis yang dimiliki oleh
daun salam meliputi :
35
3. Kandungan zat tannin pada daun salam menurunkan tekanna
darah tinggi.
Asam urat adalah hasil akhir dari metabolisne yang dimiliki oleh semua orang.
Asam urat dalam tubuh kadar nya tidak boleh berlebihan(Ode, 2015). Penyembuhan
asam urat dapat menggunakan terapi non farmakologi dengan cara merebus 10-15
lembar daun salam dengan air 700cc dengan gelas biarkan mendidih sampai tersisa
200cc, setelah itu saring dan minum 1 kali 1 gelas setiap hari, daun salam
mengandung flovanoid sehingga dapoat digunakan sebagi peluruh kencing (diuretic).
Sebagai diuretic salam juga mampu memperbanyak produksi pada tubuh sehingga
dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah melalui urine. (Ode, 2015).
Hasil implementasi dari pemberian terapi modalitas pemberian rebusan daun salam
pada Oma B dengan Asam urat terjadi penurunan kadar asam urat dalam darah hasil
ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Yankusuma dan Putri (2016) tentang pengaruh
rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat dalam darah di Desa
Malanggaten kecamatan Kebakkramat kabupaten karanganyar tahun 2016.
Tahap Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
menilai perkembangan pada lansia khususnya pada oma B yang mendeita gout , untuk
mengetahui apakah masalah klien teratasi atau tidak jika masalah belum teratasi berarti
intervensi dilanjutkan atau perlu rencana tindakan yang baru jika masalah teratasi maka
intervensi dihentikan.
Hasil tindakan keperawatan yang dilakukan pada oma B selama 3 hari pemberian terapi
modalitas pada oma B berkurang dan adanya peningkatan kekuatan otot hal ini
menunjukan bahwa masalah Nyeri teratasi dan intervensi dihentikan, sedangan pada
diagnosa Resiko jatuh dan gangguan istirahat teratasi sebagian dikarenakan lingkungan
yang terkadang kurang kondusif sehingga harus selalu pertahankan intervensi yang
telah di lakukan.
36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan pengkajian pada oma B di panti sosial Tresna Werdha Ciracas
Jakarta Timur saya menemukan beberapa masalah kesehatan , antara lain: Asam Urat.
Implementasi yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut antara lain adalah
penkes gout, diit, Kompres hangat dengan jahe. Pada dasarnya tindakan yang telah
dilakukan pada oma B telah disetujui oleh oma B. Setelah dilakukan kompres hangat
dan pemberian rebusan daun salam pada oma B selama 3 hari terdapat perubahan dan
oma B sudah tidak mengeluh nyeri dan kadar asam urat Oma B mulai menurun.
5.2 Saran
Berdasarkan dari kesimpulan di atas maka disarankan untuk :
5.2.1 Lansia
Lansia dapat melatih dirinya untuk meningkatkan kemampuan dalam bergerak,
dan setelah mahasiswa tidak praktek diharapkan lansia tetap dapat mengurangi
nyeri secara mandiri tanpa harus menggunakan obat analgetik.
5.2.2 Mahasiswa
Diharapkan Mahasiswa lebih meningkatkan kemampuan dan menambah bekal
tentang konsep keperawatan lansia, sehingga terdapat optimalisasi kinerja dalam
melakukan praktek klinik keperawatan lansia. Mahasiswa diharapkan
mempunyai konsep yang lebih tentang pengorganisasian dengan berbagai
alternatif pendekatan sehingga akan lebih mempermudah pelaksanaan praktek
klinik di masyarakat.
5.2.3 Panti
37
Diharapkan perawat dan petugas Sasana Tresna Werdha Ciracas dapat
meningkatkan kemampuan dan mengembangkan konsep keperawatan lansia
dengan tindakan Non Farmakologi, Agar dapat mengurangi konsumsi obat-
obatan kimia pada lansia karena obat-obatan kimia yang dikonsumsi terus
menerus dapat menimbulkan efek samping pada lansia tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
38