, MT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan
Setelah selesai pembelajaran pada bab ini diharapkan :
Mahasiswa dapat mengetahui Pengertian Estimasi Biaya khususnya dalam industri Konstruksi
Mahasiswa dapat mengetahui kegunaan estimasi biaya
Mahasiswa dapat mempersiapkan perhitungan estimasi biaya berdasarkan bestek dan
gambar bestek sebagai dasar dalam menyusun estimasi biaya
Untuk rumah MEWAH seluas 500 m² (belum ada gambar rencana dan spesifikasi).
Biaya satuan rumah mewah adalah Rp. 3.750.000 per meter persegi.
Maka biaya total (biaya konseptual) adalah 500m2 x Rp. 3.750.000/m2 = Rp.
1.875.000.000,- (akurasinya -30% hingga +50%).
Berikut ini adalah contoh indeks biaya (harga) konstruksi di Amerika sejak tahun 1913
hingga 1978:
dapat dilakukan secara detail dengan menghitung volume dan biaya satuan tiap komponen
bangunan sehingga diperoleh biaya total yang lebih akurat (-5% hingga +15%).
Estimasi (perhitungan) biaya konstruksi secara detail didasarkan atas Gambar Bestek dan
Gambar rencana yang detail.
Untuk membuat estimasi biaya ini dari informasi yang telah lengkap di atas kita harus
menghitung secara rinci seluruh elemen yang tercakup dalam proyek, kemudian berbagai
elemen proyek tersebut ditabulasikan dan dihitung jumlahnya. Proses ini disebut
perhitungan kuantitas. Berikutnya, jumlah tiap elemen dikalikan dengan suatu unit harga
sehingga hasil penjumlahannya merupakan estimasi biaya langsung proyek. Dengan.
menambahkan biaya-biaya tak langsung, seperti overhead, keuntungan, eskalasi harga
serta biaya tak terduga, maka didapatkan estimasi biaya proyek total. Perhitungan
kuantitas yang teliti akan sangat mempengaruhi keakuratan hasil estimasi detail di atas.
Estimasi detail dibagi menjadi dua jenis yaitu :
Estimasi Perencana (Engineer's Estimate)
Estimasi biaya ini sebaiknya dibuat berdasarkan dokumen lelang yang juga dimiliki oleh
penawar (calon kontraktor) dan dibuat sebelum lelang. Estimasi Perencana digunakan
oleh pihak pemilik untuk mengevaluasi penawaran-penawaran talon kontraktor dalam
menentukan pemenang lelang.
Estimasi Penawaran Kontraktor
Penawaran Kontraktor dibuat dengan suatu strategi perusahaan, penawarannya harus
cukup rendah agar dapat memenangkan lelang tetapi juga cukup tinggi agar
mendapatkan cukup keuntungan. Dengan kondisi demikian, maka hasil estimasi yang
dibuat oleh masing-masing penawar akan sangat berbeda antara penawar tertinggi dan
terendah. Tetapi dengan adanya estimasi perencana, maka pihak pemilik mempunyai
acuan mengenai harga proyeknya.
Untuk menggambarkan pengertian jenis estimasi biaya proyek, maka berikut ini ditampilkan
Diagram Tahapan proyek konstruksi.
Adanya rentang waktu tersebut kemungkinan yang akan terjadi adalah perubahan besarnya
biaya, perubahan besarnya biaya ini kemungkinan dapat diakibatkan oleh beberapa hal yang
antara lain dapat merupakan :
Perubahan harga material, peralatan dan upah karena adanya kenaikan
Adanya perubahan kondisi lapangan yang berbeda saat direncanakan dengan pada saat
dilaksanakan
Pelaksanaan pekerjaan proyek yang berlangsung cukup lama
Penerapan metode pelaksanaan yang berubah dari yang direncanakan
Terjadi sesuatu yang tidak dapat diperkirakan sebelumya (kecelakaan/musibah)
Informasi dan data yang kurang akurat sehingga perkiraan estimasi yang dibuat kurang
jauh menyimpang.
dalam pelaksanaan .
Oleh sebab itu dengan gambar bestek ini digunakan sebagai acuan untuk mewujudkan letak,
ketinggian, bentuk, dimensi dan ukuran bangunan, sedangkan spesifikasi adalah sebagai acuan
untuk mewujudkan cara mengerjakan maupun kualitas bahan bangunan yang digunakan.
Untuk konstruksi bangunan sipil pada umumnya gambar bestek akan meliputi:
a. Gambar peta lokasi.
Gambar lokasi digunakan untuk menjelaskan tempat keberadaan lokasi proyek dimana
bangunan akan didirikan. Di dalam gambar lokasi proyek biasanya ditunjukan gambar
tempat tertentu yang secara umum dikenal kemudian berangsur – angsur ke tempat
dimana lokasi proyek berada. Misalnya lokasi proyek ditempatkan berurutan pada
gambar peta Pulau, Propinsi, Kota madya/ Kabupaten, dan kemudian jalan utama yang
mudah oleh masyarakat secara umum.
Peta lokasi tidak dibuat dalam suatu skala, biasanya peta dilakukan dengan
menempatkan penjelasan tertentu pada peta daerah yang telah ada.
Dengan adanya peta lokasi akan dapat digunakan sebagai petunjuk untuk :
Mengetahui tempat dimana bangunan akan didirikan
Mencari informasi untuk memperoleh data yang mengenai segala yang
diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan.
Mencari informasi untuk memperoleh data mengenai keperluan memperoleh
bahan, peralatan yang akan digunakan serta tenaga kerja yang mungkin dapat
dilibatkan.
b. Lay out
Lay out adalah gambar dari perencanaan bangunan yang akan dibuat yang dapat terdiri
dari gambar denah, pandangan, potongan penampang serta titik duga ketinggian pada
bagian tertentu dari bangunan. Pada gambar lay out ini kita dapat memperoleh
gambaran yang agak jelas mengenai letak , bentuk, pandangan serta ukuran dari
bangunan yang akan dibuat. Oleh karena itu maka pada lay out ini gambar konstruksi
biasanya dibuat dengan skala 1 : 100. Dari gambar lay out akan dapat diperoleh
gambaran mengenai beberapa hal antara lain :
1.5.2. Bestek
Bestek disebut juga sebagai Rencana Kerja dan Syarat yang kemudian sering disingkat sebagai
RKS, merupakan dokumen penting selain gambar bestek. Keberadaanya akan sangat penting
bagi pihak yang akan terlibat dalam realisasi suatu perencanaan proyek konstruksi.
Umumnya isi dari Rencana kerja dan Syarat ini terdiri dari lima bagian yaitu,
a. Keterangan, dalam bagian ini dipaparkan mengenai pihak-pihak yang telibat
didalamnya, seperti : Pemberi Tugas, Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas,
termasuh hak dan kewajiban dari setiap pihak yang terlibat
b. Penjelasan umum, dalam bagian ini dijelaskan mengenai:
Jenis pekerjan,
Peraturan peraturan yang digunakan baik yang bersifat nasional maupun lokal,
penjelasan mengenai berita acara penjelasan pekerjaan dan keputusan akhir
yang digunakan,
Status dan batas batas lokasi pekerjaan beserta patok duga yang digunakan.
c. Peraturan Teknis, adalah rincian dari setiap pekerjaan yang akan dilaksanakan mulai
dari pekerjaan persiapan sampai dengan pekerjaan penyelesaian.
d. Syarat Pelaksanaan, yaitu penjelasan lengkap mengenai:
Rencana pelaksanaan pekerjaan,
Persyaratan dan pemeriksaan bahan yang akan digunakan baik secara visual maupun
laboratorium beserta jumlah sampel yang harus diuji,
Rencana pengaturan pengaturan ditempat pekerjan.
e. Peraturan Administrasi, menjelaskan tentang teknik dan tata cara yang harus dilakukan
selama pelaksanan pekerjaan sesuai dengan pemilik proyek.
Pada umumnya rencana kerja dan syarat akan terdiri dari :
Bagian A : Persyaratan Umum
Bagian B : Persyaratan Adiministrasi
Bagian C : Persyaratan Teknis
Isi dari masing-masing bagian tidak bersifat kaku, namun lebih ditekankan pada kesesuaian
dengan jenis pekerjan di lapangan. Dalam industri konstruksi gambar bestek dan bestek adalah
dua bagian yang tidak terpisahkan karena keduanya mempunyai kaitan yang sangat erat.
Dengan gambar bestek dan bestek ini akan memudahkan dalam membentuk terciptanya
kesepahaman yang sama antara pihak yang terkait.
1.6. Kesimpulan
Dalam suatu proyek konstruksi, estimasi biaya adalah salah satu bagian yang akan digunakan
sebagai dasar dalam menentukan apakah suatu proyek konstruksi layak untuk direalisasikan
atau tidak. Estimasi biaya memiliki peranan yang sangat penting bagi pihak-pihak yang terkait
seperti Pemilik Proyek, Konsultan perencana, maupun Kontraktor.
Pada dasarnya estimasi biaya dapat dihitung dari saat ide untuk membangun telah ada, namun
demikian hasilnya tidak akan akurat oleh sebab itu perhitungan dilakukan dengan suatu
pendekatan tertentu. Untuk mendapatkan perhitungan estimasi biaya yang agak akurat maka
dalam membuat perencaan biaya didasarkan pada gambar bestek dan bestek.
Di dalam gambar bestek akan diperoleh ilustrasi mengenai letak, bentuk serta ukuran dengan
suatu perbandingan tertentu. Sehingga akan dapat ditentukan jenis pekerjaan, jumlah serta
kuantitas dari bahan yang akan digunakan, tenaga kerja sarta alat yang diperlukan untuk
merealisasikan pekerjaan tersebut..
Sedangkan di dalam bestek atau spesifikasi akan diperoleh berbagai keterangan terutama yang
menyangkut cara pengerjaan dan kualitasnya, sehingga akan dapat diperkiraan mengenai mutu
bahan dan cara pengerjaaanya. Dengan demikian secara keseluruhan akan dapat dibuat
perhitungan untuk dapat menetapkan estimasi biaya.
1.7. Latihan
Jawablah pertanyaan berikut dengan benar.
1. Apa yang dimaksud dengan estimasi biaya
2. Mengapa dalam industri konstruksi estimasi biaya memiliki peranan yang penting ?
3. Sebutkan kegunaan estimasi biaya bagi: pihak Pemilik Proyek, Konsultan
Perencana dan Kontraktor!
4. Apa yang akan terjadi bila dalam merealisasikan proyek konstruksi estimasi
biaya tidak dibuat.
5. Apa yang dimaksud dengan gambar bestek ?
6. Sebutkan kegunaan gambar bestek !
7. Apa yang dimaksud dengan bestek atau spesifikasi ?
8. Apa kegunaan spesifikasi !
9. Mengapa gambar bestek dan bestek merupakan dua bagian yang tidak terpisah?
10. Jelaskan hubungan antara gambar bestek dan bestek dengan estimasi biaya !
BAB II.
ANALISA BIAYA, PENETAPKAN DAN PERHITUNGAN
JENIS PEKERJAAN BANGUNAN SIPIL
METODA PELAKSANAAN
Kuantitas
Kebutuhan Produksi Pelaksanaan
Pekerjaan
Bahan Bahan Pekerjaan
(MPU)
Sesuaikan BIAYA
TIDAK
Metoda TOTAL
Pelaksanaan ? WAKTU
OK TIDAK
PELAKSANAAN
OK ?
SELESAI
seperti elevator, boiler, eskalator, transformer, seperti juga halnya kayu, baja struktural, beton
dan cat.
Harga bahan berbeda sesuai dengan jenis dan mutu / spesifikasinya, dan disamping itu juga
dipengaruhi oleh perekonomian nasional (kebijakan pemerintah), permintaan dan penawaran
serta fluktuasi harga-harga lain yang berpengaruh.
Harga material dapat diperoleh dari harga langsung dari produsen ataupun distributor. Tetapi
biasanya pihak supplier akan memberikan harga khusus kepada kontraktor untuk suatu proyek.
Biaya material yang dipakai dalam perhitungan biaya proyek adalah biaya sampai di lokasi dan
MUM termasuk pajak. Harga ini sudah termasuk transportasi ke lokasi, penyimpangan dan
pemeriksaan.
Contoh biaya (harga) satuan bahan
Harga pasaran upah buruh secara umum dipengaruhi oleh dua hal utama yaitu index biaya
hidup dan tingkat kemakmuran. Index biaya hidup dipengaruhi oleh harga kebutuhan bahan
pokok seperti beras; gula dan sebagainya, sedangkan tingkat kemakmuran diukur dari
pendapatan rata-rata per kapita yaitu GNP (Gross National Product) dibagi dengan jumlah
penduduk.
Besarnya upah buruh tergantung pada keterampilannya yang dibagi ke dalam lima kelompok
besar yaitu pekerja belum terlatih, pekerja terlatih, tukang dan mandor, kepada tukang dan
operator alat-alat berat.
Hai yang harus diingat adalah bahwa tingkat produktifitas buruh dipengaruhi pula oleh lokasi
pekerjaan, jangka waktu kerja, (jam, harian, bulanan, tahunan), waktu kerja (siang, malam atau
lembur), persaingan tenaga kerja, tingkat keamanan dan, kesulitan pekerjaan, dan lain-lain.
Contoh biaya (harga) satuan upah
c. Biaya Peralatan
Peralatan yang dimaksud di sini adalah semua alat yang digunakan oleh kontraktor dalam
melaksanakan pekerjaan konstruksi.
Pada proyek-proyek besar seperti jalan raya, bendungan pelabuhan dan sebagainya, biaya
peralatan (misalnya draglines, concrete plant, asphalt mixing plant, dan sebagainya) adalah
komponen yang cukup besar dalam biaya konstruksi, sehingga perhitungan estimasi biayanya
harus dilakukan dengan cukup teliti. Hal ini tidak sama seperti pads proyek bangunan, dengan
demikian, estimasi biaya peralatan tidak perlu dilakukan dengan sangat detail. Peralatan kecil
seperti concrete vibratos, power tools, diperhitungkan sebagai persentasi tertentu dari biaya
buruh langsung ke dalam biaya overhead proyek. Untuk membuat estimasi yang cukup akurat
maka harus ada keputusan yang lebih awal mengenai ukuran dan jenis peralatan yang akan
digunakan. Berdasarkan lamanya proyek konstruksi, kita dapat menentukan apakah suatu
peralatan akan diberi atau disewa (rented atau leased).
Berdasarkan tingkat produktifitas, harga peralatan dan besarnya pekerjaan maka Maya tiap
peralatan dihitung per satuan waktu tertentu seperti per jam, hari, minggu atau bulan ataupun
berdasarkan besarnya produk yang dihasilkan per satuan waktu tertentu. Peralatan seperti
power shovel, tractor scraper, ditcher, dihitung per jam, sedangkan asphalt mixing plant,
aggregate plant, dihitung sebagai produk yang dihasilkan per satuan waktu tertentu. Sedangkan
peralatan yang terus-menerus berada di lokasi seperti bekisting, kompresor, generator, mesin
las, crane dan perancah lebih baik dihitung per bulan karena sulit untuk memperhitungkan
produktifitas tiap alat tersebut.
Proses masuknya alat, pembongkaran dan keluarnya peralatan di atas termasuk ke dalam Maya
mobilisasi dan demobilisasi, sehingga dimasukkan ke dalam overhead proyek, bukan termasuk
biaya peralatan.
Biaya alat umumnya dibagi dua yaitu :
1. Biaya pemilikan yang meliputi :
biaya penyusutan
biaya bunga modal dan asuransi
pajak-pajak.
Selain biaya pemilikan, peralatan juga dapat di sewa dengan cara sewa atau lease
2. Biaya operasi, terdiri dari :
biaya operator
biaya bahan bakar
biaya pelumas dan filter
biaya perbaikan ringan / pemeliharaan
biaya suku cadang
biaya penggatian ban.
d. Biaya tambahan lain – lain
Yang termasuk ke dalam biaya lain-lain adalah penawaran sub kontraktor, biaya tambahan
(allowances), overhead proyek, overhead umum, dan markup.
listrik
air
telepon
peralatan kantor proyek
peralatan kecil proyek konstruksi
test material dan test beban
dokumentasi
dan lain sebagainya.
4. Overhead umum
Overhead Umum adalah biaya overhead di kantor pusat yang meliputi seluruh biaya
yang dikeluarkan oleh kantor pusat untuk menjalankan bisnisnya.
Biaya-biaya yang dikelompokkan ke dalam overhead umum adalah :
sewa kantor
listrik
air
telepon
peralatan kantor
furniture
biaya perjanan dinas
gaji pemimpin perusahaan dan pegawai kantor
dan sebagainya.
Biaya overhead umum ini sepanjang tahun selalu dikeluarkan oleh perusahaan sehingga
dalam setiap penawaran proyek harus menambahkan suatu persentase tertentu untuk
mengakomodasi pengeluaran ini.
Karena overhead umum tidak dapat dimasukkan ke dalam suatu proyek tertentu, maka
biasanya overhead umum ini ditambahkan sebagai markup terhadap nilai estimasi
proyek yang telah melalui analisa biaya seperti di atas.
5. Markup
Pada proyek-proyek yang menggunakan sistem lelang, kontraktor akan mengajukan
penawaran dengan suatu markup tertentu yaitu menambahkan nilai penawaran
terhadap hasil perhitungan proses estimasinya. Markup ini diperhitungkan untuk
mendapatkan keuntungan dan juga biaya overhead umum serta biaya tak terduga
(contingency). Besarnya markup ini tergantung pada strategi perusahaan itu sendiri,
harus cukup tinggi sehingga mendapatkan cukup keuntungan tetapi juga harus cukup
rendah agar mempunyai kesempatan sebagai penawar terendah (sehingga
memenangkan lelang ). Markup biasanya juga tergantung pada besarnya proyek, lokasi,
dan kompleksitas proyek. Di samping itu juga dipengaruhi oleh isi dokumen lelang yang
disiapkan oleh pemilik.
Kontraktor akan memberikan penawaran yang lebih tinggi apabila informasi yang ada di
dokumen lelang suatu proyek kurang lengkap. Hal ini terjadi karena biasanya kontraktor
yang harus menanggung biaya tambahan apabila di kemudian hari ditemukan keadaan
yang merugikan, dengan demikian kontraktor mempersiapkan biaya cadangan dalam
penawarannya.
Pihak pemilik beserta perencana sebaiknya menyiapkan dokumen lelang seakurat
mungkin untuk menghindari penawaran para kontraktor yang tinggi akibat
ketidakjelasan mengenai lingkup proyek, dan biaya tak terduga ini seringkali tidak
dikeluarkan (karena hal yang merugikan tidak selalu terjadi), yang pada akhirnya berarti
pemilik membiayai proyek terlalu tinggi.
material, pemakaian tenaga kerja dan penggunaan peralatan. Jenis - jenis pekerjaan ditetapkan
tidak saja berdasarkan komponen bangunan yang akan direalisasikan yang umumnya terdapat
di dalam gambar bestek dan bestek, tetapi juga semua pekerjaan yang akan digunakan untuk
mendukung berlangsungnya saat pelaksanaan hingga selesainya seluruh pekerjaan. Jenis – jenis
pekerjaan ini biasanya diimplementasikan dalam kelompok pekerjaan persiapan. Perincian jenis
pekerjaan persiapan ini biasanya dijelaskan pada spesifikasi atau hasil rapat penjelasan
(aanwizing) yang telah disepakati.
Semua jenis pekerjaan kemudian disusun dalam suatu daftar tertentu dengan menggunakan
tabel, sehingga lebih memudahkan dalam membuat perincian jenis pekerjaan, serta mudah
dalam mengevaluasi dan akan meningkatkan ketelitian perhitungan biaya.
Perlu diketahui bahwa dalam menetapkan jenis pekerjaan khususnya pada proyek konstruksi
pekerjaan sipil tidak jarang yang menetapkan jenis pekerjaanya adalah Konsultan Perencana.
Hal ini dikarenakan begitu kompleksnya permasalahan yang menyangkut bentuk, ukuran
ataupun kualitas material yang akan digunakan sehingga perencana akan lebih mengetahui
seluruh pekerjaan yang akan dilakukan.
Oleh karena itu pada saat pelelangan ada suatu proyek yang ikatan antara pemilik dengan
kontraktor menggunakan suatu kontrak tertentu yang tidak terikat oleh jenis pekerjaan dan
volume, akan tetapi satu proyek secara menyeluruh dari awal hingga selesai.
2.4.1. Menentukan Jenis Pekerjaan
Perlu diketahui bahwa dalam menentukan satuan jenis pekerjaan harus selalu mengacu pada
satuan pada analisa harga satuan pekerjaan, yang umumnya telah dibuat secara baku. Di dalam
analisa harga satuan pekerjaan ini dibuat sedemikian rupa sehingga telah mengandung unsur -
unsur biaya, baik biaya untuk material, upah pekerja maupun peralatan. Yang besarnya
diimplementasikan dalam koefisien biaya.
Apabila dalam keadaan khusus sehingga analisa harga satuan pekerjaan tidak tercantum, maka
analisa harga satuan pekerjaan perlu dibuat tersendiri, hal ini misalnya akan dijumpai pada
suatu jenis pekerjaan yang menggunakan produk baru ataupun pekerjaan yang dalam
pelaksananya dilakukan secara khusus.
Penyusunan jenis pekerjan baik kelompok utama atau perinciannya biasanya diawali dengan
menetapan jenis jenis pekerjan yang lebih dahulu dikerjakan kemudian dilanjutkan dengan
pekerjaan yang mengikutinya. Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan ternyata
perincian jenis pekerjaan pada kelompok utama terdapat beberapa versi.
Bagian pertama dari jenis pekerjaan yang tercantum dalam daftar kuantitas pekerjaan pada
umumnya adalah pekerjaan persiapan. Khusus untuk pekerjaan persiapan perinciannya
sangat tergantung dari permasalahan dan serta kondisi proyek yang masing - masing mungkin
akan berbeda - beda permasalahanya, untuk itu biasannya pada saat diadakan pelelangan jenis
- jenis pekerjaan ini ditetapkan pada saat rapat penjelasan dan mendapatkan persetujuan dari
para pihak.
Berikut contoh kelompok utama dan sub jenis pekerjaan persiapan pada suatu proyek
pembangunan jalan raya :
Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan perkerasan, ada beberapa jenis konstruksi perkerasan jalan yang kita kenal selama
ini. Yang paling banyak digunakan adalah konstruksi perkerasan komposit kaku - lentur dan
perkerasan kaku.
Untuk rencana jalan dengan konstruksi lentur maka jenis pekerjaan dibuat seperti berikut :
Pekerjaan Lapis Perkerasan :
Lapis pondasi bawah (sirtu klas A, CBR>20 %), tebal = cm, ….….………. ( m³ )
Lapis pondasi atas (agregat batu pecah,klas A,CBR>20%), tebal = cm… ( m³ )
Lapis penutup (laston tebal 5 cm)………………………………………………………… ( m² )
Untuk rencana jalan dengan konstruksi perkerasan kaku jenis dan perincian pekerjaan :
Lapis Pondasi atas, ( batu pecah, CBR 95), tebal = cm, …….............. ( m³ )
Lean Concrete ( beton mutu K ….. ),tebal = cm, …..………………….….. ( m³ )
Reinforcement concrete ( beton K 450 ), tebal = cm, ……………………..… ( m³ )
Pekerjaan Marka dan Rambu
Rambu………………………………………………………….………………………………….. (unit )
Marka………………………………………………………………………………………………. ( Ls )
dst
Pekerjaan Saluran
Galian tanah salaran…..…………………………………………………………………… ( m³ )
Saluran beton…………………………………………………................................ (m)
dst
Pekerjaan Talud
Penanaman rumput……………………………………………………………………….. ( m² )
Dst
Untuk pekerjan bangunan gedung jenis pekerjaan disusun secara konvensional meliputi
pekerjaan sebagai berikut :
Pekerjaan Tanah yang meliputi :
Pembersihan Lapangan
Galian pondasi
Urugan tanah bekas galian
Pembuangan tanah
dst
I. Elemen struktur bawah (Sub - structure), meliputi pekerjaan : galian, beton , begisting
dan penulangan
II. Elemen structure atas (Super - structure), meliputi pekerjaan rangka beton, lantai,
tangga, atap dinding, jendela dan pintu.
III. Internal finishing, meliputi kerja finishing dinding, lantai dan langit-langit.
IV. Fitting dan Furnishing
V. Services
VI. Pekerjan luar ( External work )
Dengan menyusun semua jenis pekerjaan di dalam tabel daftar kuantitas pekerjaan ini akan
memudahkan dalam menginventarisasi semua pekerjan yang merupakan implementasi dari
seluruh pekerjaan yang akan dilakukan. Disamping itu dengan daftar ini akan lebih
memudahkan dalam melakukan evaluasi atau penilaian kemajuan pekerjaan yang sedang
dilaksanakan .
Dalam daftar kuantitas pekerjaan ini disamping dicantumkan nomor urut, jenis pekerjaan,
jumlah dan satuan pekerjaan, juga dicantumkan pula bagian untuk mengisi 11 harga satuan
pekerjaan dan biaya. Hal ini dimaksudkan agar dalam menetapakan jenis pekerjaan selalu
memperhatikan analisa harga satuan pekerjaan. Dengan demikian selain berfungsi untuk
mendata seluruh jenis pekerjaan, kuantitas dan satuan, daftar kuantitas pekerjaan ini nantinya
akan digunakan untuk memudahkan dalam menghitung perincian biaya. Berikut ini diberikan
contoh tabel daftar kuantitas pekerjaan untuk beberapa jenis pekerjaan pada rencana
pembangunan jalan raya konstruksi perkerasan lentur.
Tabel 1. Daftar Kuantitas Pekerjaan
No. Jenis Pekerjaan Jumlah Satuan Harga Satuan Pekerjaan Biaya
I PEKERJAAN PERSIAPAN
1.1. Pengukuran
1.2 Papan nama proyek
1.3 Kantor direksi keet
1.4 Gudang
1.5 Los kerja
1.6 Pengadaan penerangan
1.7 Pengadaan air kerja
1.8 Pengujian bahan
1.9 Pengadaan foto dokumen
1.10 Mobilisasi & demobilisasi
II PEKERJAAN TANAH
2.1 Pengupasan top soil
2.2 Galian tanah
2.3 Timbunan
Keterangan :
Kolom (1), Timesing, digunakan untuk menuliskan banyaknya elemen yang sama, sekaligus untuk
menuliskan ketentuan dalam perhitungan elemen.
Kolom (2), Dimension, digunakan untuk menuliskan ukuran dimensi dari elemen yang diperoleh dari
gambar untuk dihitung kuantitasnya. Angka yang dimasukan dalam kolom ini adalah ukuran
panjang, luas dan volume, disepakati hanya dua digit di belakang koma. Untuk menuliskan angka -
angka di dalam kolom ini memerlukan konsistensi. Yang perlu dituliskan pertama kali dalam kolom ini
adalah untuk dimensi berurutan dari paling atas ke bawah yaitu ukuran panjang, lebar kemudian
tinggi /tebal.
Angka-angka ukuran dimensi dinyatakan sebagai berikut:
- Angka dengan dua digit di belakang koma berarti ”Panjang” dengan satuan meter (m ).
Misalnya : 22,00 12,00 18,50
- Angka bulat tanpa angka di belakang koma, berarti ” Jumlah ”.
Misalnya: angka 20, 10, 5.
- Dua buah angka dengan susunan di atas dan di bawah, masing – masing memiliki dua digit di
belakang koma berarti ” Luas ” dengan satuan persegi.
Misalnya : 30,00
10,00
- Tiga buah angka, yang tersusun menjadi tiga baris: atas , tengah dan bawah dengan masing-
masing memiliki dua digit d ibelakang koma, berarti ” Volume”
Misalnya : 15,00
12,00
5,00
Menurut kesepakatan para Quantity Surveyor ditetapkan sebagai berikut :
Angka teratas menunjukan panjang,
Angka di bawahnya ( tengah ) menunjukkan lebar,
Angka terbawah menunjukan tinggi atau tebal.
Kolom (3) Squaring, digunakan untuk menuliskan hasil perhitungan dari ketentuan yang terdapat
pada kolom (2). Hasil yang diperoleh dapat berupa satuan volume, luas, unit/buah atau satuan
panjang.
Misalnya : 20,00 m³
30.00 m²
15.00 buah/unit
Kolom (4),Descriptions, digunakan untuk memberi keterangan mengenai jenis pekerjaan yang
dihitung.
Dari uraian di atas berikut di bawah ini adalah contoh cara penggunaan dalam perhitungan.
Table 3
Contoh Perhitungan Kuantitas Pekerjaan
Timesing Dimension Squaring Description
(perkalian) (ukuran) (hasil perkalian) (penjelasan)
(1) (2) (3) (4)
2.50 Galian tanah untuk pondasi
0.80 sampai kedalaman kurang
0.40 dari 1 m. (satuan volume)
0.80 m³
Table 4
Contoh Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Pada Beberapa Pekerjaan Yang Sama
Timesing Dimension Squaring Description
(perkalian) (ukuran) (hasil perkalian) (penjelasan)
(1) (2) (3) (4)
4/3/ 2.50 Galian tanah untuk ……
./ / 0.80
3/ / 0.40 [ada 4 & 3 macam jumlahnya
16.8 m³ 3, (4+3)x3 = 21]
2/4/ 2.50 Galian tanah untuk …….
/. / 0.80
/3/ 0.40 [ada 2 kali 4 dan 3 3
11.2 m³ 2 x (4+3) = 14]
2/ 3.00 Pasangan dinding bata ½ batu
./ 3.00
2/ 36.00 m²
Apabila terdapat beberapa jenis pekerjaan yang sama, serta memiliki ukuran yang sama pula
maka pada kolom timesing (perkalian) tidak perlu dituliskan lagi, tetapi cukup diberi tanda ( . )
atau ”titik”.
Untuk perhitungan suatu elemen yang mana perlu dilakukan perhitungan dengan pengurangan,
misalnya luas pasangan dinding yang harus dikurangi dengan luas jendela atau pintu maka pada
kolom description diberi keterangan ”Ddt” ( singkatan dari deduction yang berarti dikurangi ).
Untuk memudahkan dalam membedakan dengan perhitungan yang lain maka, angka untuk
deduction diberi warna merah. Jika terjadi kesalahan dalam memasukan data sehingga proses
perhitungan salah, maka data tersebut tidak perlu dihapus, atau dicoret. Untuk itu maka dalam
penjelasan perlu diberi tanda ”NIL”.
Tabel 5
Contoh perhitungan kuantitas pekerjaan
Bentuk bangunan khusus
Timesing Dimension Squaring Description
(perkalian) (ukuran) (hasil perkalian) (penjelasan)
(1) (2) (3) (4)
½/ 4.00 Bentuk segi tiga
3.00 Denga alas 4 m dan tinggi 3 m
6.00 m² Luas = ½ alas x tinggi
22 2.00 Lingkaran dengan radius 2 m
/ 2.00 Luas lingkaran = π r²
7
12.57 m²
22 2.00 Setengah lingkaran dengan
½/2/ / 3.14 m² radius 2 m luas lingkaran = 2 π r
7
22 0.50 Silinder dengan jari-jari 0.50 m
/ 0.50 dengan ketinggian 3 m
7
3.00 Volume = luas lingkaran x tinggi
2.38 m²
Dalam menghitung kuantitas pekerjaan pada dasarnya ada beberapa cara yang dapat
digunakan. Oleh karena itu di samping dapat menggunakan lembar perhitungan seperti di atas,
perhitungan kuantitas pekerjaan dapat pula dilakukan dengan menggunakan lembar
perhitungan yang lain salah satu contoh seperti di bawah ini.
Table 6
Lembar Perhitungan Kuantitas Pekerjaan
PWD. Method
Jenis/uraian Hasil pengukuran Kuantitas
No. Jumlah Keterangan
pekerjaan Pj. Lbr . Tg/Tb. Sub. Tot.
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Keterangan :
Kolom (1), digunakan untuk menuliskan nomor urut
Kolom (2), digunakan untuk menuliskan jenis atau uraian setiap item pekerjaan
Kolom (3),digunakan untuk menuliskan jumlah atau banyaknya jenis atau item pekerjaan yang
sama.
Kolom (4), (5) dan (6), digunakan untuk menuliskan hasil pengukuran masing-masing dalam dimensi
panjang (Pjg), lebar ( Lbr) dan tebal (Tb) atau tinggi (Tg).
Kolom (7), digunakan untuk menuliskan sub total kuantitas pekerjaan yang diperoleh dari
perhitungan dimensi untuk setiap item pekerjaan
Kolom (8), digunakan untuk menuliskan total kuantitas pekerjaan untuk jenis pekerjaan.
Kolom (9), digunakan untuk menuliskan dalam memberikan keterangan pada setiap item pekerjaan
yang bersangkutan.
b. Metode antar sisi luar dan sisi dalam ( In to in and out to out method )
Dengan metode ini perhitungan didasarkan pada ukuran elemen bangunan yang sebenarnya
karena tidak akan ada bagian yang overlap. oleh sebab itu pengukuran akan dilakukan pada
bagian sisi dalam atau sisi luar saja. Dengan metode ini memberikan hasil perhitungan yang
lebih akurat
c. Metode Potongan ( Crossing method )
Perhitungan kuantitas pekerjaan dengan metode ini didasarkan pada penampang yang
terpotong untuk kemudian dihitung luas atau volume.
Dalam membuat perhitungan ada beberapa jenis pekerjaan yang perlu diperhatikan
diantaranya :
Pekerjaan tanah
Tanah memiliki 3 kondisi yang berbeda yang berpengaruh pada besarnya volume, hal ini
dikarenakan volume tanah dapat menyusut dan dapat pula mengembang tergantung
dari pengaruh lingkungan yang ada di sekitarnya
1) Kondisi asli (bank), kondisi ini terbentuk secara alami yang tanpa ada pengaruh dari
Contoh perhitungan :
Suatu galian tanah biasa dengan volume 1000 m³
Maka volume tanah dengan kondisi lepas dan padat dapat dihitung sebagai berikut :
Volume tanah dalam keadaan lepas = 1,28/1,00 x 1000 m³ = 1280 m³
Volume tanah dalam keadaan padat = 0,90/1,00 x 1000 m³ = 900 m³
Pekerjaan beton
Pada konstruksi beton untuk strutkur, sering kita jumpai ada bagian komponen yang
overlap antara bagian satu dengan yang lain seperti pada struktur kolom, balok dan
rencana jalan. Dari gambar serta penjelasan dari rencana kerja dan syarat – syarat maka
akan diperoleh informasi bagian mana tanah yang harus dikupas, digali serta ditimbun.
Perhitungan panjang jalan sebenarnya dilakukan terperinci untuk setiap potongan
memanjang jalan yang dibatasi pada setiap STA. pada titik tertentu. Perhitungan seperti
ditunjukan pada tabel berikut.
Tabel 9. Perhitungan panjang jalan sebenarnya (PJS)
Jarak mendatar Koefisien Panjang jalan
No. STA. Kemiringan (%)
(m) pengali sebenarnya (m)
0 + 000
1 100 0 1,0000 100,00
0 + 100
2 70 5 1,0012 70,084
0 + 170
3 30 5 1,0012 30,036
0 + 200
4 56 0 1,000 56,000
0 + 256
5 44 0 1,000 44,000
0 + 300
6 24 5 1,0012 24,029
0 + 324
7 76 5 1,0012 76,091
0 + 400
8 100 0 1,0000 100,00
0 + 500
Jumlah 500,240
Dari hasil perhitungan seluruh pekerjaan galian dan timbunan maka jumlah dari :
Volume galian total = 2692,80 m3 tanah kondisi asli
Volume timbunan total = 1240,78 m3 tanah kondisi padat
Jika jenis tanah adalah tanah biasa dimana nilai konversi adalah : kondisi asli = 1,00 ,
kondisi lepas =1,28 dan kondisi padat = 0,90
Untuk mendapatkan kondisi lepas, maka volume tanah adalah :
Volume tanah galian = 2692,80 m3 x 1,28 / 1,00 = 3446,784 m3
Volume tanah timbunan = 1240,78 m3 x 1,28 / 0,90 = 1764,665 m3
Jika jumlah volume galian tanah lebih besar dibandingkan dengan voleme galian maka
perlu adanya pekerjaan untuk membuang tanah keluar lokasi. Sebaliknya jika volume
galian tanah lebih besar dibandingkan dengan volume timbunan maka perlu adanya
pekerjaan mendatangkan tanah. Adapun jumlah volumenya adalah selisih dari jumlah
kedua jenis pekerjaan tanah tersebut. Untuk mengetahui kuantitas pekerjaan pada
7. Dalam menghitung voleme galian dan timbunan pada konstruksi jalan raya perlu dihitung
panjang jalan sebenarnya ?
8. Pada gambar berikut diminta untuk menetapkan jenis dan kemudian menghitung kuantitas
pekerjaan !
BAB III
PERHITUNGAN HARGA SATUAN PEKERJAAN
Dalam skema di atas dijelaskan bahwa untuk mendapatkan harga satuan pekerjaan
maka harga satuan bahan, harga satuan tenaga, dan harga satuan alat harus diketahui terlebih
dahulu yang kemudian dikalikan dengan koefisien yang telah ditentukan sehingga akan
didapatkan perumusan sebagai berikut :
Upah : harga satuan upah x koefisien (analisa upah)
Bahan : harga satuan bahan x koefisien (analisa bahan)
Alat : harga satuan alat x koefisien (analisa alat)
Maka didapat :
HARGA SATUAN PEKERJAAN = UPAH + BAHAN + ALAT
Besarnya harga satuan pekerjaan tergantung dari besarnya harga satuan bahan, harga
satuan upah dan harga satuan alat dimana harga satuan bahan tergantung pada ketelitian
dalam perhitungan kebutuhan bahan untuk setiap jenis pekerjaan. Penentuan harga satuan
upah tergantung pada tingkat produktivitas dari pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan. Harga
satuan alat baik sewa ataupun investasi tergantung dari kondisi lapangan, kondisi alat/efisiensi,
metode pelaksanaan, jarak angkut dan pemeliharaan jenis alat itu sendiri.
pekerjaan yang berbeda maka akan berbeda pula jumlah kebutuhan bahan yang akan
digunakan. Misalnya pekerjaan pasangan batu bata, satuan pekerjaan jenis ini bisa berupa
satuan luas atau satuan volume. Kebutuhan bahan untuk pekerjaan satuan luas akan berbeda
jumlahnya jika dibandingkan satuan pekerjaan yang menggunakan satuan volume. Jumlah
kebutuhan bahan untuk satuan luas sudah tentu akan lebih sedikit dibandingkan satuan
volume.
Harga satuan pekerjaan untuk bahan akan terdiri dari kebutuhan bahan untuk satu
satuan pekerjaan bahan yang nilainya dibuat dengan menggunakan angka/koefisien dari
bahan/harga bahan yang bersangkutan.
Adanya beberapa macam bahan yang digunakan dalam industri konstruksi maka
kebutuhan akan berbeda pula. Hal ini dikarenakan setiap jenis bahan memiliki karakteristik
yang berbeda – beda.
Untuk menetapkan kebutuhan bahan sebagai dasar dalam menetapkan koefisien dalam
membuat analisa harga satuan bahan maka perlu adanya dasar – dasar yang digunakan dalam
menghitung kebutuhan bahan.
Tabel 10. Bahan yang diperlukan untuk setiap satuan jenis pekerjaan
Banyaknya bahan yang dibutuhkan
No. Satuan pekerjaan Keterangan
Batu / bata Spesi
1 1 m³ pasangan batu kali 1,2 m³ 0,45 m³
2 1 m³ pasangan batu bata 450 – 600 buah 0,35 m³ Tergantung ukuran
bata dan tebal spesi
3 1 m² plesteran tebal 15 mm - 0,018 m³
4 1 m² plesteran tebal 10 mm - 0,012 m³
5 1 m² plesteran tebal 6 mm - 0,008 m³
6 1 m² siar voeg batu rai - 0,009 m³
Sedangkan untuk menghitung kebutuhan bahan untuk pembuatan spesi adalah sebagai berikut
Contoh :
1. Kebutuhan bahan untuk setiap 1 m³ pasangan batu kali 1 Kapur : 1 semen merah : 3 pasir
Perhitungan :
A. Kebutuhan batu dan spesi :
Tabel 12.
Banyaknya bahan yang diperlukan untuk pasangan Batu kali (Bk) dan Bata merah (Bm)*)
Tabel 13.
Banyaknya Bahan Yang Dibutuhkan Untuk Campuran Perekat Plesteran Tembok*)
Tabel. 14
Banyaknya bahan yang dibutuhkan untuk 1 m3 beton*)
Adanya perkembangan kemajuan di bidang teknologi dewasa ini sehingga ada beberapa
produk bahan bangunan yang dipakai yang belum ada analisanya misalnya : batako, beton
ringan dan sejenisnya.. Untuk itu kebutuhan bahan harus dihitung tersendiri.
Contoh.
Pasangan 1 m2 dinding batako ukuran batako 39 x 19 x 10 cm menggunakan spesi dengan
campuran 1 PC : 4 PSR , tebal spesi 10 mm .
A. Perhitungan bahan untuk batako.dan spesi :
Ukuran batako dengan spesi akan menjadi :
Panjang = 41 cm; Lebar = 20 cm
Jumlah batako setiap 1 m2 = 1 m2 / (0,40 m x 0,20 m) = 12,5 buah
Kebutuhan spesi :
Kebutuhan spesi setiap batako = (0.4 m + 0,19 m) x 2 x 0,10 m x 0,01 m = 0,0012 m3
Volume spesi 12,5 batako = 12,5 x 0,0012 m3 = 0,015 m3
B. Kebutuhan bahan dasar spesi 1 PC : 4 Pasir
1 m3 semen akan diperoleh = 1 x 0,76 m3 = 0,76 m3
4 m3 pasir akan diperoleh = 4 x 0,675 m3 = 2,70 m3
Jumlah = 3,46 m3
Spesi yang diperlukan 0,015 m3, sehingga kebutuhan bahan mentah :
Semen = 0,015 / 3,46 x 1250 x 1/50 = 0,108 zak = 5,42 kg
Pasir = 0,015 / 3,46 x 4 = 0,017 m3
Pasangan 1 m2 dinding batako ukuran batako 39 x 19 x 10 cm menggunakan spesi
dengan campuran 1 PC : 4 Psr , tebal spesi 10 mm. diperlukan :
o Batako = 12,5 buah
o Semen = 5,42 kg atau 0,108 zak
o Pasir = 0.017 m3
Misalnya seperti pekerjaan beton, dimana kriteria beton yang diinginkan tidak
berdasarkan perbandingan volume tetapi didasarkan pada mutu kuat tekan karakteristik.
(beton mutu K-125, K-225 dan sebagainya) untuk itu disamping kebutuhan bahan dapat
diperoleh dari data yang diperoleh dari hasil pengujian dari laboratorium atau
menggunakan analisa secara khusus.
Tabel 15.
Proporsi campuran dalam Spesifikasi**)
Dengan ketentuan :
Perkiraan perbandingan campuran agregat kasar dan halus:
o Agregat kasar : 60 % ( tertahan pada lubang ayakan 4.75 mm )
o Agregat halus : 40 % ( lolos pada lubang ayakan 4.75 mm )
Perkiraan Kehilangan :
o Agregat : 10 – 20 %
o Semen : 5%
Contoh Perhitungan :
Kebutuhan bahan untuk beton 1 m3 mutu kelas III / K- 225 :
a. Berat isi beton : 2325 kg/m3
b. Fas : 0,52
c. Ukuran agregat maks : 25 mm
d. Kadar semen : (325 + 350)/2 = 338 kg/m3
e. Berat jenis agregat gabungan : 1,80
f. Faktor kehilangan semen : 1,05
g. Faktor kehilangan agregat : 1,20
Proporsi campuran :
Semen portland : 338/2325 x 100 % = 14.53 %
Fas : 52 %
Air : 0.52 x 14,53 % = 7,55 %
Agregat : 100 - 14,53 - 7,55 = 77,92 %
Agregat kasar : 60 % x 77,92 % = 46,75 %
Agregat halus : 40 % x 77,92 % = 31,17 %
Kebutuhan bahan :
Semen Portland : 14,53 % x 2325 x 1,05 = 354,71 kg = 7 zak (1 zak = 50 kg)
Air : 52 % x 354,71 = 184,45 liter
Agregat kasar : 46,75 % x 2,325 x 1,2 x 1/1,8 = 0,709 m3
Agregat halus : 31,17 % x 2,325 x 1,2 x 1/1,8 = 0,483 m3
Kebutuhan bahan untuk beton/m3 dengan mutu K-225 /m3 :
Semen Portland : 7 zak = 354,71 kg
Agregat kasar : 0,709 m3
Agregat halus : 0,483 m3
Air : 184,45 liter
Kebutuhan besi beton dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :
Faktor kehilangan : 1,1
Kebutuhan bahan :
Besi beton : 1 x 1,1 = 1,1 kg
Kawat pengikat ditaksir : 0,20 kg
Perhitungan kebutuhan bahan dengan cara khusus ini juga dilakukan misalnya untuk
pekerjaan pada lapis permukaan jalan raya. Lapis permukan jalan raya ini biasanya
menggunakan bahan aspal beton, dengan ketebalan serta perbandingan campuran yang
beragam.
Contoh:
Lapis penutup dari beton aspal dengan tebal padat 5 cm (0,05 m), dengan komposisi
campuran sebagai berikut :
terpotong yang dinyatakan dalam prosentase dari dari jumlah material terpasang.
Perkiran bagian yang hilang atau terpotong dan tidak biasa digunakan bervariasi antara 5
% sampai 20 %. Misalnya :
o Kayu perlu ditambah 10 %
o Besi / baja 5 %
o Genteng 5%
o Pipa 5 %
Untuk memudahkan dalam perhitungan kemudian banyaknya bahan yang diperlukan
dinyatakan sebagai faktor pengali .
Contoh:
Untuk 1 m3 kayu maka yang dibutuhkan sekitar 100 % + 10% = 110 % atau jika dijadikan
faktor pengali menjadi 1,1.
Untuk mengerjakan satu jenis pekerjaan biasanya akan dilibatkan beberapa jenis tenaga
kerja, seperti : mandor, kepala tukang, tukang dan pekerja. Sedangkan perbandingan dan
jumlahnya diasumsikan dengan suatu kriteria tertentu.
Tidak semua jenis pekerjaan akan melibatkan semua jenis tenaga kerja, hal ini akan
tergantung dari jenis pekerjaan yang akan dilakukan . Seperti misalnya pada pekerjaan galian
tanah.
1 m3 galian tanah biasa dengan kedalaman, tanah disebarkan disekitarnya atau diangkut :
Koefisien analisa biaya upah pada pekerjaan pasangan tersebut di atas ditetapkan dengan
asumsi, satu tim kerja terdiri dari sebagai berikut : seorang tukang akan dibantu oleh 3 orang
pekerja, setiap tukang dalam satu hari mampu menyelesaikan pekerjaan pasangan 8,6 m3
pasangan. Dalam satu tim ini terdiri dari 3 orang mandor yang akan dibantu 2 orang kepala
tukang, setiap kepala tukang akan mengawasi 10 tukang.
Untuk menetapkan koefisien biaya pada setiap jenis pekerjaan maka harus ditetapkan terlebih
dahulu perbandingan antara satu jenis tenaga kerja, kemudian menetapkan satuan pekerjaaan
yang mampu diselesaikan oleh tim satu hari.
Contoh:
Untuk pekerjan plesteran analisa biaya setiap m2.
Satu tim akan terdiri dari 3 mandor yang akan dibantu oleh 2 kepala tukang, setiap kepala
tukang akan mengawasi 10 tukang, setiap 1 tukang akan dibantu oleh 3 pekerja. Jika dalam satu
hari mampu mengerjakan 10 m2.
10 tukang akan diawasi oleh seorang kepala tukang .
Maka koefisien analisa biaya untuk setiap 1m2 dapat ditetapkan sebagai berikut :
Koefisien :
o Tukang : 1/10 = 0,1
o Kepala tukang : 1/10 x 1/10 = 0,10
o Pekerja : 1/10 x 60/20 = 3
o Mandor : 1/10 x 3/20 = 0,015
Sehingga untuk menghitung analisa harga satuan pekerjaan adalah sebagai berikut:
1 m3 pekerjan pasangan batu kali
0,1 tukang @ Rp………...…./hr/org = Rp……………
0,01 kepala tukang @ Rp……………/hr/org = Rp……………
3 pekerja @ Rp……………/hr/org = Rp……………
0,015 mandor @ Rp……………/hr/org = Rp……………
Jumlah = Rp…………….
Untuk satu jenis pekerjaan analisa biaya bahan akan selalu diikuti dengan analisa biaya untuk
upah. Pada umumnya analisa harga satuan pekerjaan akan terdiri dari analisa biaya untuk
q x 60 x E 3
Qq x N x E (m / jam, cu. yd / jam)
Cm
dimana :
Q = produksi /siklus ( m3/jam, cu.yd/jam )
q = produksi (m3, cu.yd) dalam satu siklus kemampuan alat untuk memindahkan tanah lepas
N = jumlah siklus dalam satu jam
N = 60/Cm
Cm = waktu siklus ( dalam menit )
E = effisiensi kerja
Effisiensi kerja ditentukan sebagai Tabel 18 berikut:
Tabel 18.
Effisiensi Kerja
3.4.2.1. Buldozer
Secara umum Buldozer digunakan untuk , mengupas top soil. menggali tanah dengan cara
menggusur, secara khusus dapat juga digunakan untuk mendorong tanah bekas galian sampai
jarak tertentu.
Produksi per jam dinyatakan sebagai berikut :
q x 60 x E 3
Qq x N x E (m / jam, cu. yd / jam)
Cm
Dimana :
Q = produksi perjam
q = produksi /siklus ( m3, cuyd)
Cm = waktu siklus ( dalam menit )
E = efisiensi kerja
Untuk pekerjaan penggusuran , produksi per siklus dihitung sebagi:
q = L x H2 x a
dimana :
L = panjang pisau ( blade ) dalam m, yrd
H = tinggi pisau ( blade ) dalam m, yrd
a = factor sudu
Besarnya factor sudu dipengaruhi oleh : derajad pelaksanaan penggusuran dan jenis material :
o Penggusuran ringan, pelaksanaan penggusuran dengan sudu penuh, jenis tanah berpasir
tidak dipadatkan, tanah biasa, factor sudu : 1,1 – 0,9
o Penggusuran sedang, pelaksanaan penggusuran dengan sudu penuh, jenis tanah
bercampur kerikil, atau split pasir, batu pecah. factor sudu : 0,9 – 0,7
o Penggusuran agak sulit, tanah kadar air tinggi, tanah liat, pasir bercampur kerikil, tanah liat
yang sangat kering dan tanah asli. faktor sudu : 0,7 – 0,6
o Penggusuran sulit, batu hasil ledakan, batu berukuran besar, factor sudu: 0,7 – 0,6
Waktu siklus ( Cm ),adalah waktu yang dibutuhkan alat untuk sekali berproduksi. Waktu siklus
dinyatakan sebagai :
D D
Cm z
F R
dimana :
D = jarak gusur dalam m, yrd
F = kecepatan maju ( m/menit,yd/menit )
R = kecepatan mundur ( m/menit,yd/menit )
Z = waktu untuk ganti persneling
Waktu untuk ganti persneling antara : 0,10 – 0,20 menit
Contoh perhitungan :
Buldozer dengan ukuran blade ( pisau ) : Panjang (L) = 4.00 m
Tinggi ( H ) = 1,0 m
Jenis tanah yang akan digali tanah biasa , faktor sudu = 1,0
Kondisi operasi alat dan pemeliharaan alat baik, faktor koreksi = 0,75
Jarak gusur ( D ) = 40 m
Kecepatan maju ( F ) = 40 m /menit
3.4.2.2. Excavator
Excavator selain dapat digunakan untuk menggali tanah dan sekaligus mengangkat material
dari lobang tanah bekas galian, dan dapat digunakan juga digunakan untuk memuat material
lepas ke dalam truk.
Produksi Excavator dinyatakan sebagai :
q x 3600 x E 3
Q (m / jam, cu. yd / jam)
Cm
Dimana :
Q = produksi /jam ( m3, cu.yd)
q = produksi /siklus ( m3, cu.yd)
Cm = waktu siklus ( dalam detik )
E = efisiensi kerja
Produksi per siklus ( q ) = q1 x K
q1 = kapasitas munjung dari mangkok
K = factor bucket
Faktor bucket dipengaruhi oleh kondisi pemuatan antara lain seperti berikut :
Ringan, factor bucket = 1,0- 0,8
Sedang, factor bucket = 0,8 – 0,6
Agak sulit,factor bucket = 0,6 – 0,5
Sulit, factor bucket = 0,85 – 0,4
Tabel. 17
Waktu menggali ( detik )
Tabel 18
Sudut dan kecepatan putar
Contoh Perhitungan:
Dump truck dengan kapasitas bak (q) = 7 m3 akan digunakan untuk mengangkut tanah. Jarak
angkut rata-rata 5 km, dengan kecepatan rata-rata pergi 40 km/jam, dan kembali 50 km/jam.
Untuk mengisi bak dilakukan dengan Excavator dengan kapasitas mangkok = 0,95 m3 waktu
siklus = 24 detik, dengan produksi/jam 106,88 m3.
Diminta menghitung produksi dump truk/jam dan jumlah dump truk yang dapat melayani
Excavator !
Perhitungan:
Kapasitas bak (q) = 7 m3
Waktu siklus (Cm) :
7 m3
o mengisi bak x 24 / 60 2,95 menit
0,95 m 3
o Pergi = 5/30 x 60 = 10,00 menit
o Menumpah = 0,30 menit
o Kembali = 5/40 x 60 = 7,50 menit
Waktu siklus (Cm) = 20,75 menit
q x 60 x E 131,60 x 60 x 0,75
Q / jam x1 / N x 1 / 5 932,60 m 2
Cm 1,27
3.4.2.5. Alat Pemadat
Alat pemadat dapat terdiri dari pemadatan dengan atau tanpa getaran. alat pemadat di
antaranya : Tandem Roller, Macadam Roller, Pneumatic Roller, dan lain sebagainya. Produksi
pemadatan dipengaruhi oleh :
- Lebar efektif pemadatan = We
- Kecepatan maju/ mundur =V
- Jumlah liputan =N
Besarnya lebar efektif (We) dapat berkisar 90% – 95 % dari lebar roda (W), kecepatan biasanya
rendah berkisar antara 2 sampai 3 km/jam.
Produksi pemadatan dapat dihitung dengan pendekatan :
Q = We x V x E x 1 /N
Dimana : Q = m2 / jam
Sehingga dengan demikian maka, jika diketahui biaya penggunaan alat dan produksi dalam
jangka waktu tertentu maka dapat dihitung harga satuan pekerjaan.
biaya pemakaian alat
h arg a satuan pe ker jaan
produksi alat
Contoh Perhitungan :
Pemindahan tanah dilakukan dengan 7 buah dump truck sebagai alat pengangkut excavator
sebagai alat untuk mengisi dump truck. Produksi excavator per jam sama dengan produksi 7
unit dump truck = 106,875 m3
Biaya pengoperasian Excavator/jam = Rp. 215.200,-
Biaya pengoperasian dump truck/unit/jam = Rp. 137.600,-
Hitung biaya pemindahan tanah /m3
Perhitungan :
Biaya pengoperasian alat /jam
Excavator, 1 unit = 1 x Rp 215.200,- = Rp. 215.200,-
Dump truck 7 unit = 7 x Rp.137.600,- = Rp. 963.200,-
Mandor 1 0rang = 1/7 x Rp. 45.000,- = Rp. 6.428,-
Jumlah = Rp.1.184.828,-
1.184.828
h arg a satuan pe ker jaan pe min dahan tan ah / m 3 Rp.11.086,11
106,875
Biaya tersebut belum termasuk keuntungan kontraktor yang nilainya dinyatakan dalam persen
terhadap harga satuan satuan pekerjaan dan pajak pertambahan nilai.
3.8. Kesimpulan.
Harga satuan pekerjaan memiliki peranan yang penting untuk menentuakan biaya suatu proyek
konsstruksi. Bagi kontraktor menetapkan harga satu pekerjaan haruslah kompetitif, sebab juka
harga penawaran terlalu tinggi sulit untuk dapat memenangkan pelelangan, sebaliknya jika
terlalu rendah maka kemungkinan akan rugi jika harus melaksanakan pekerjaaan.
Harga satuan pekerjaan adalah harga dari suatu komponen bangunan yang dibuat dalam suatu
satuan tertentu. perhitungan harga satuan pekerjaan telah memuat semua komponen baik
biaya-biaya untuk material, upah pekerja serta biaya penggunaan peralatan. Mengingat
banyaknya jenis pekerjaan serta beragamnya bahan yang digunakan dalam suatu proyek
konstruksi maka untuk memudahkan dalam menghitung harga satuan pekerjaan telah
disediakan analisa harga satuan pekerjaan berupa daftar analisa harga satuan pekerjaan
sebagai pedoman. Namun demikian ada beberapa jenis pekerjaaan tertentu yang analisanya
tidak akan diperoleh dari daftar analisa. ini, untuk itu maka harus dilakukan dengan
menggunakan perhitungan tersendiri. Seperti misalnya pekerjaan yang menggunakan material
yang masih relatif baru atau dalam pelaksanaan menggunakan suatu alat tertentu.
Jika dalam pelaksaan pekerjaan mengunakan alat maka besarnya biaya untuk pengoperasian
alat dapat dihitung dengan menggunakan rumus-rumus tertentu yang dikeluarkan oleh pabrik
pembuatnya ataupun menggunakan rumus pendekatan, demikian juga untuk produksi alat
masing-masing perusahaan pembuat alat biasanya telah memberikan pedoman dalam
menghitung produksi setiap peralatan.
Perhitungan harga satuan pekerjaan yang pelaksaanya menggunakan alat berat dapat dihitung
jika diketahui biaya pengopersaian alat dan produksi alat dalam satuan waktu tertentu.
3.9. Latihan
1. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan harga satuan pekerjaan ?
2. Sebutkan komponen harga yang terdapat dalam harga satuan pekerjaan !
3. Apa kegunaan koefisien biaya yang terdapat dalam analisa harga satuan pekerjaan
4. Buatlah analisa harga satuan pekerjaan untuk 1m3 pekerjaan galian jika diasumsikan 1
mandor mengawasi 20 pekerja, setiap pekerja perhari mampu menggali tanah 1,5 m3.
5. Buatlah analisa harga satuan biaya .pekerjaan untuk 1 m2 pasangan batu bata dengan
ketebalan pasangan setengah batu, ukuran batu bata 23 cm x 11 cm x 5 cm, ketebalan
spesi 15 mm, digunakan campuran 1Pc : 5 Ps. Sedang untuk harga satuan upah
diasumsikan 1 mandor membawahi 2 kepala tukang, setiap kepala tukang akan mengawasi
10 tukang, setiap tukang akan dibantu oleh 3 pekerja, Output tukang 3 m2 per hari per
orang. Harga material dan upah pekerja ditetapkan berdasarkan upah dan harga yang
berlaku saat ini.
6. Hitunglah harga satuan pekerjaan untuk galian tanah, pelaksanaannya menggunakan
Buldozer, dengan blade ukuran panjang 3,66 m. tinggi 0,9 m. jenis tanah pasir bercampur
kerikil, kondisi operasi alat sedang, pemeliharaan mesin baik. Biaya penggunaan alat Rp.
208.400,-
7. Jika volume pekerjaan galian tanah 800 m3, pelaksanaan penggalian akan dilakukan dengan
menggunakan bulldozer di atas, maka hitunglah biaya total seluruh pekerjaan.
8. Pemadatan tanah akan dilakukan tandem roller, jika diketahui lebar roda 2 m liputan
efektif 95 % dari lebar roda kecepatan maju dan mundur rata rata 2 km/jam. Jumlah
liputan 6 pasing. Jika biaya penggunaan alat per jam Rp. 142.700,- hitung biaya pemadatan
untuk setiap meter persegi !