Anda di halaman 1dari 71

Diarto Trisnoyuwono, ST.

, MT

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Tujuan
Setelah selesai pembelajaran pada bab ini diharapkan :
 Mahasiswa dapat mengetahui Pengertian Estimasi Biaya khususnya dalam industri Konstruksi
 Mahasiswa dapat mengetahui kegunaan estimasi biaya
 Mahasiswa dapat mempersiapkan perhitungan estimasi biaya berdasarkan bestek dan
gambar bestek sebagai dasar dalam menyusun estimasi biaya

1.2. Pengertian estimasi biaya


Estimasi biaya memiliki sifat yang sangat luas tergantung dari mana sudut pandangnya. secara
harfiah estimasi biaya terdiri dari kata :
Estimasi = Perkiraan
Biaya = Pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang terjadi
atau kemungkinan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.
Dari penjelasan di atas maka estimasi biaya dapat diartikan sebagai perkiraan segala
pengeluaran yang diukur dalam satuan uang yang akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam industri konstruksi estimasi biaya adalah istilah yang sering digunakan untuk
menggambarkan perkiraan biaya yang akan digunakan untuk merealesasikan suatu proyek
konstruksi. Proyek konstruksi dilakukan melalui beberapa tahapan yang membutuhkan rentang
waktu tertentu sehingga estimasi biaya sangat dibutuhkan.
Sehingga dapat didefinisikan, Estimasi biaya adalah penghitungan kebutuhan biaya yang
diperlukan untuk menyelesaikan suatu kegiatan atau pekerjaan sesuai dengan persyaratan atau
kontrak
Biaya investasi untuk suatu bangunan (konstruksi) dibedakan atas biaya konstruksi
(construction), biaya non-konstruksi (non-construction), dan biaya daur hidup (life-cycle).

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 1


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

Gambar 1. Komponen Biaya proyek

1.3. Estimasi biaya kontruksi


Estimasi biaya proyek dapat dilakukan pada berbagai tahapan proyek. Estimasi ini nilainya akan
semakin mendekati nilai biaya proyek bila estimasi dilakukan pada saat informasi mengenai
proyek tersebut sudah sangat lengkap. Biaya proyek itu sendiri baru dapat diketahui setelah
proyek selesai dikerjakan oleh kontraktor.
Secara umum, estimasi biaya proyek dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a. Estimasi Pendahuluan atau Konseptual
b. Estimasi Detail
a. Estimasi biaya konseptual, yaitu estimasi biaya berdasarkan konsep bangunan yang akan
dibangun. Estimasi ini dibuat pada tahapan awal suatu proyek. Pihak pemilik pada mulanya
membuat estimasi pendahuluan ini untuk mengetahui apakah suatu proyek yang
direncanakannya secara ekonomis layak untuk dilaksanakan.
Contoh:
Untuk rumah SEDERHANA seluas 70 m2 (belum ada gambar rencana dan spesifikasi).
Biaya satuan rumah sederhana adalah Rp. 750.000 per meter persegi.
Maka biaya total (biaya konseptual) adalah 70 m2 x Rp. 750.000/m2 = Rp. 52.500.000,-
(akurasinya -30% hingga +50%)

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 2


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

Untuk rumah MEWAH seluas 500 m² (belum ada gambar rencana dan spesifikasi).
Biaya satuan rumah mewah adalah Rp. 3.750.000 per meter persegi.
Maka biaya total (biaya konseptual) adalah 500m2 x Rp. 3.750.000/m2 = Rp.
1.875.000.000,- (akurasinya -30% hingga +50%).

Dengan berlangsungnya tahapan-tahapan proyek selanjutnya, yaitu tahap perencanaan


awal dan detail akan dibuat estimasi biaya lagi yang tentunya akan lebih baik hasilnya.
Estimasi-estimasi biaya ini dibuat secara terus menerus untuk mengontrol agar biaya
proyek tidak lebih besar dari anggaran proyek menurut hasil estimasi biaya pendahuluan.
Untuk membuat estimasi pendahuluan ini dibutuhkan data-data sebagai berikut :
 Produk yang dihasilkan oleh proyek, berikut kapasitas produksi dan lokasinya.
 Gambaran mengenai fasilitas-fasilitas yang terdapat pada proyek
 Denah / tata Ietak proyek
 Waktu dibuatnya estimasi biaya proyek
 Daftar peralatan utama yang akan dibeli
 Persetujuan pemilik proyek terhadap gambaran rencana proyek secara umum.
Estimasi biaya ini dihitung berdasarkan pengalaman pemilik maupun pihak konsultan.
informasi dapat dicari dari proyek-proyek sejenis yang pernah dibuat sebelumnya. Kita
harus mempertimbangkan faktor waktu, kapasitas dan lokasi proyek.
Estimasi pendahuluan ini biasanya mempunyai ketepatan sebesar 20 - 30 % dari biaya
proyek yang sebenarnya. Walaupun estimasi ini sangat kasar, tetapi sangat berguna bagi
pihak pemilik untuk mengambil keputusan apakah proyek yang direncanakannya tersebut
akan dilaksanakan atau tidak ataupun memperkecil lingkup proyek agar anggaran proyek
tidak terlampaui. Di samping itu, proses estimasi biaya ini mudah dan cepat, sehingga
keputusan yang balk dapat diambil sesegera mungkin pada tahapan yang sangat awal dari
suatu proyek. Berikut ini adalah metode menghitung estimasi biaya konseptual.
1. Metode Indeks Biaya
Estimasi biaya konseptual juga dapat dilakukan dengan menggunakan data masa lalu
yang diperbaharui dengan menggunakan indeks biaya (harga).

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 3


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

Berikut ini adalah contoh indeks biaya (harga) konstruksi di Amerika sejak tahun 1913
hingga 1978:

Gambar 3. Grafik Indeks Harga di Amerika Tahun 1913 - 1978


Contoh estimasi biaya konseptual dengan menggunakan indeks biaya (harga):
Untuk membangun jalan antar kota di Amerika pada tahun 1970 dibutuhkan biaya USD
75 per m².
Maka jika pada tahun 1978 akan dibangun jalan antar kota di Amerika, biaya yang
dibutuhkan adalah:
1790
x USD 7 5 per m 2
800
= 2.24 x USD 75 per m²
= USD 167.81 per m²
2. Metode Faktor Kapasitas
Antara beberapa proyek bangunan sejenis namun besar dan luasnya berbeda terdapat
suatu korelasi yang dapat digunakan sebagai dasar estimasi biaya konseptual.
Korelasi tersebut dapat dihitung dengan persamaan berikut ini:
x
K 
B2  B1  2 
 K1 
Di mana:
B2 = Estimasi biaya bangunan sejenis yang baru dengan kapasitas K2

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 4


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

B1 = Biaya bangunan lama dengan kapasitas K1


K2 = Kapasitas bangunan baru
K1 = Kapasitas bangunan lama
x = Faktor kapasitas sesuai jenis bangunan

Berikut adalah faktor kapasitas untuk berbagai jenis bangunan:


Tabel 1.1. Faktor Kapasitas Berbagai Jenis Bangunan

3. Metode Rasio Biaya Komponen Bangunan


Tiap-tiap komponen bangunan memiliki rasio tertentu terhadap biaya total bangunan
yang dapat digunakan sebagai dasar estimasi biaya konseptual
b. Estimasi biaya detail
Estimasi detail ini dilakukan untuk mendapatkan perkiraan biaya proyek yang lebih akurat.
Estimasi ini dilakukan setelah estimasi pendahuluan disetujui dan setelah hampir seluruh
perencanaan detail selesai dibuat. Informasi mengenai proyek sudah mencakup gambar-
gambar arsitektur, struktur, mekanikal dan elektrikal yang sudah detail, serta spesifikasi
teknis detail.
Contoh : Bila rencana rumah di atas telah memiliki dokumen rencana yang lengkap (rumah
sederhana dengan luas 68 m2, rumah mewah menjadi 479 m2), maka estimasi biayanya

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 5


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

dapat dilakukan secara detail dengan menghitung volume dan biaya satuan tiap komponen
bangunan sehingga diperoleh biaya total yang lebih akurat (-5% hingga +15%).
Estimasi (perhitungan) biaya konstruksi secara detail didasarkan atas Gambar Bestek dan
Gambar rencana yang detail.
Untuk membuat estimasi biaya ini dari informasi yang telah lengkap di atas kita harus
menghitung secara rinci seluruh elemen yang tercakup dalam proyek, kemudian berbagai
elemen proyek tersebut ditabulasikan dan dihitung jumlahnya. Proses ini disebut
perhitungan kuantitas. Berikutnya, jumlah tiap elemen dikalikan dengan suatu unit harga
sehingga hasil penjumlahannya merupakan estimasi biaya langsung proyek. Dengan.
menambahkan biaya-biaya tak langsung, seperti overhead, keuntungan, eskalasi harga
serta biaya tak terduga, maka didapatkan estimasi biaya proyek total. Perhitungan
kuantitas yang teliti akan sangat mempengaruhi keakuratan hasil estimasi detail di atas.
Estimasi detail dibagi menjadi dua jenis yaitu :
 Estimasi Perencana (Engineer's Estimate)
Estimasi biaya ini sebaiknya dibuat berdasarkan dokumen lelang yang juga dimiliki oleh
penawar (calon kontraktor) dan dibuat sebelum lelang. Estimasi Perencana digunakan
oleh pihak pemilik untuk mengevaluasi penawaran-penawaran talon kontraktor dalam
menentukan pemenang lelang.
 Estimasi Penawaran Kontraktor
Penawaran Kontraktor dibuat dengan suatu strategi perusahaan, penawarannya harus
cukup rendah agar dapat memenangkan lelang tetapi juga cukup tinggi agar
mendapatkan cukup keuntungan. Dengan kondisi demikian, maka hasil estimasi yang
dibuat oleh masing-masing penawar akan sangat berbeda antara penawar tertinggi dan
terendah. Tetapi dengan adanya estimasi perencana, maka pihak pemilik mempunyai
acuan mengenai harga proyeknya.
Untuk menggambarkan pengertian jenis estimasi biaya proyek, maka berikut ini ditampilkan
Diagram Tahapan proyek konstruksi.

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 6


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

Gambar 2. Tahapan Proyek Konstruksi

Adanya rentang waktu tersebut kemungkinan yang akan terjadi adalah perubahan besarnya
biaya, perubahan besarnya biaya ini kemungkinan dapat diakibatkan oleh beberapa hal yang
antara lain dapat merupakan :
 Perubahan harga material, peralatan dan upah karena adanya kenaikan
 Adanya perubahan kondisi lapangan yang berbeda saat direncanakan dengan pada saat
dilaksanakan
 Pelaksanaan pekerjaan proyek yang berlangsung cukup lama
 Penerapan metode pelaksanaan yang berubah dari yang direncanakan
 Terjadi sesuatu yang tidak dapat diperkirakan sebelumya (kecelakaan/musibah)
 Informasi dan data yang kurang akurat sehingga perkiraan estimasi yang dibuat kurang
jauh menyimpang.

1.4. Penggunaan Estimasi Biaya


Estimasi biaya merupakan bagian yang terpenting dalam mewujudkan perencanaan suatu
proyek konstruksi. Dalam merealisasikan proyek industri konstruksi secara umum paling tidak
ada 3 pihak yang satu terkait dengan yang lain, dimana masing masing memiliki kepentingan
terhadap estimasi suatu biaya konstruksi. Pihak yang terkait tersebut antara lain : Pemilik

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 7


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

Proyek, Konsultan Perencana, maupun Kontraktor atau mungkin Manajemen Konstruksi.


Kegunaan estimasi biaya bagi pihak - pihak akan digunakan sebagai :
a. Pemilik Proyek.
Estimasi biaya dapat digunakan :
 Sebagai dasar untuk meyediakan biaya untuk mewujudkan keinginannya untuk
membangun
 Sebagai dasar untuk menyediakan biaya proyek/ investasi
 Sebagai dasar untuk menetpkan besarnya biaya bagi jasa perencanaan
 Sebagai dasar dalam menentukan mengevaluasi biaya penawaran calon kontraktor
yang mengajukan penawaran
b. Konsultan Perencana
Estimasi biaya dapat digunakan :
 Sebagai dasar dalam membuat perencanaan proyek sesuai dengan keinginan pemilik
 Sebagai dasar menetapkan perkiraan biaya proyek dalam merealisasikan
 Sebagai dasar dalam mengevaluasi biaya penawaran oleh calon kontraktor
c. Kontraktor
Estimasi biaya dapat digunakan :
 Sebagai dasar dalam menetapkan besarnya biaya penawaran dalam pelelangan
 Sebagai acuan dalam menetapkan besarnya biaya pelaksanan pekerjaan
 Sebagai dasar dalam negosiasi dengan sub kontraktor yang akan ikut serta dalam
pelaksanaan pekerjaan
 Sebagai dasar dalam menetapkan keuntungan

1.5. Pengenalan gambar bestek & bestek


1.5.1. Gambar Bestek
Dalam perencanaan proyek konstruksi, gambar bestek merupakan gambar rencana yang
memuat lokasi proyek, denah, bentuk bangunan, potongan dan dimensi dengan suatu ukuran
pada skala tertentu. Dari gambar bestek selain akan dapat ditetapkan jenis pekerjaan, serta
kuantitas dari komponen bahan yang perlu disediakan, dapat digunakan pula sebagai pedoman

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 8


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

dalam pelaksanaan .
Oleh sebab itu dengan gambar bestek ini digunakan sebagai acuan untuk mewujudkan letak,
ketinggian, bentuk, dimensi dan ukuran bangunan, sedangkan spesifikasi adalah sebagai acuan
untuk mewujudkan cara mengerjakan maupun kualitas bahan bangunan yang digunakan.
Untuk konstruksi bangunan sipil pada umumnya gambar bestek akan meliputi:
a. Gambar peta lokasi.
Gambar lokasi digunakan untuk menjelaskan tempat keberadaan lokasi proyek dimana
bangunan akan didirikan. Di dalam gambar lokasi proyek biasanya ditunjukan gambar
tempat tertentu yang secara umum dikenal kemudian berangsur – angsur ke tempat
dimana lokasi proyek berada. Misalnya lokasi proyek ditempatkan berurutan pada
gambar peta Pulau, Propinsi, Kota madya/ Kabupaten, dan kemudian jalan utama yang
mudah oleh masyarakat secara umum.
Peta lokasi tidak dibuat dalam suatu skala, biasanya peta dilakukan dengan
menempatkan penjelasan tertentu pada peta daerah yang telah ada.
Dengan adanya peta lokasi akan dapat digunakan sebagai petunjuk untuk :
 Mengetahui tempat dimana bangunan akan didirikan
 Mencari informasi untuk memperoleh data yang mengenai segala yang
diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan.
 Mencari informasi untuk memperoleh data mengenai keperluan memperoleh
bahan, peralatan yang akan digunakan serta tenaga kerja yang mungkin dapat
dilibatkan.
b. Lay out
Lay out adalah gambar dari perencanaan bangunan yang akan dibuat yang dapat terdiri
dari gambar denah, pandangan, potongan penampang serta titik duga ketinggian pada
bagian tertentu dari bangunan. Pada gambar lay out ini kita dapat memperoleh
gambaran yang agak jelas mengenai letak , bentuk, pandangan serta ukuran dari
bangunan yang akan dibuat. Oleh karena itu maka pada lay out ini gambar konstruksi
biasanya dibuat dengan skala 1 : 100. Dari gambar lay out akan dapat diperoleh
gambaran mengenai beberapa hal antara lain :

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 9


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

 Jenis pekerjaan yang akan dikerjakan


 Peralatan yang perlu disediakan
 Sarana dan prasarana yang perlu disiapkan
 Jenis tenaga kerja yang perlu disediakan
 Jenis dan Bahan material yang akan diperlukan
 Waktu yang akan digunakan untk menyelesaikan pekerjaan.
c. Gambar detail
Gambar detail merupakan gambar yang dibuat dengan lebih jelas lagi jika dibandingan
dengan gambar lay out. Gambar detail dibuat dengan ukuran skala yang relatif agak
kecil dimana perbandingan ukuran dengan bentuk bangunan yang akan dibuat tidak
terlalu besar. Gambar detail biasanya dibuat dengan skala 1: 10 sampai 1: 20. Dengan
gambar detail ini dapat menjelaskan bagian bagian tertentu seperti bentuk, letak,
ukuran dari bagian konstruksi yang direncanakan. Gambar detail ini memiliki
beberapa tujuan antara lain :
 Untuk memudahkan dalam pelaksanaan
 Untuk memudahkan bagi pekerja dalam merealesasikan perencanaan
 Untuk memudahkan dalam pengawasan pekerjaan
 Untuk memudahkan dalam menyiapkan kebutuhan bahan
 Untuk memudahkan dalam menghitung biaya
Berikut contoh gambar bestek dari suatu proyek pembangunan jalan raya.

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 10


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

1.5.2. Bestek
Bestek disebut juga sebagai Rencana Kerja dan Syarat yang kemudian sering disingkat sebagai
RKS, merupakan dokumen penting selain gambar bestek. Keberadaanya akan sangat penting

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 11


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

bagi pihak yang akan terlibat dalam realisasi suatu perencanaan proyek konstruksi.
Umumnya isi dari Rencana kerja dan Syarat ini terdiri dari lima bagian yaitu,
a. Keterangan, dalam bagian ini dipaparkan mengenai pihak-pihak yang telibat
didalamnya, seperti : Pemberi Tugas, Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas,
termasuh hak dan kewajiban dari setiap pihak yang terlibat
b. Penjelasan umum, dalam bagian ini dijelaskan mengenai:
 Jenis pekerjan,
 Peraturan peraturan yang digunakan baik yang bersifat nasional maupun lokal,
penjelasan mengenai berita acara penjelasan pekerjaan dan keputusan akhir
yang digunakan,
 Status dan batas batas lokasi pekerjaan beserta patok duga yang digunakan.
c. Peraturan Teknis, adalah rincian dari setiap pekerjaan yang akan dilaksanakan mulai
dari pekerjaan persiapan sampai dengan pekerjaan penyelesaian.
d. Syarat Pelaksanaan, yaitu penjelasan lengkap mengenai:
 Rencana pelaksanaan pekerjaan,
 Persyaratan dan pemeriksaan bahan yang akan digunakan baik secara visual maupun
laboratorium beserta jumlah sampel yang harus diuji,
 Rencana pengaturan pengaturan ditempat pekerjan.
e. Peraturan Administrasi, menjelaskan tentang teknik dan tata cara yang harus dilakukan
selama pelaksanan pekerjaan sesuai dengan pemilik proyek.
Pada umumnya rencana kerja dan syarat akan terdiri dari :
Bagian A : Persyaratan Umum
Bagian B : Persyaratan Adiministrasi
Bagian C : Persyaratan Teknis
Isi dari masing-masing bagian tidak bersifat kaku, namun lebih ditekankan pada kesesuaian
dengan jenis pekerjan di lapangan. Dalam industri konstruksi gambar bestek dan bestek adalah
dua bagian yang tidak terpisahkan karena keduanya mempunyai kaitan yang sangat erat.
Dengan gambar bestek dan bestek ini akan memudahkan dalam membentuk terciptanya
kesepahaman yang sama antara pihak yang terkait.

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 12


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

1.6. Kesimpulan
Dalam suatu proyek konstruksi, estimasi biaya adalah salah satu bagian yang akan digunakan
sebagai dasar dalam menentukan apakah suatu proyek konstruksi layak untuk direalisasikan
atau tidak. Estimasi biaya memiliki peranan yang sangat penting bagi pihak-pihak yang terkait
seperti Pemilik Proyek, Konsultan perencana, maupun Kontraktor.
Pada dasarnya estimasi biaya dapat dihitung dari saat ide untuk membangun telah ada, namun
demikian hasilnya tidak akan akurat oleh sebab itu perhitungan dilakukan dengan suatu
pendekatan tertentu. Untuk mendapatkan perhitungan estimasi biaya yang agak akurat maka
dalam membuat perencaan biaya didasarkan pada gambar bestek dan bestek.
Di dalam gambar bestek akan diperoleh ilustrasi mengenai letak, bentuk serta ukuran dengan
suatu perbandingan tertentu. Sehingga akan dapat ditentukan jenis pekerjaan, jumlah serta
kuantitas dari bahan yang akan digunakan, tenaga kerja sarta alat yang diperlukan untuk
merealisasikan pekerjaan tersebut..
Sedangkan di dalam bestek atau spesifikasi akan diperoleh berbagai keterangan terutama yang
menyangkut cara pengerjaan dan kualitasnya, sehingga akan dapat diperkiraan mengenai mutu
bahan dan cara pengerjaaanya. Dengan demikian secara keseluruhan akan dapat dibuat
perhitungan untuk dapat menetapkan estimasi biaya.

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 13


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

1.7. Latihan
Jawablah pertanyaan berikut dengan benar.
1. Apa yang dimaksud dengan estimasi biaya
2. Mengapa dalam industri konstruksi estimasi biaya memiliki peranan yang penting ?
3. Sebutkan kegunaan estimasi biaya bagi: pihak Pemilik Proyek, Konsultan
Perencana dan Kontraktor!
4. Apa yang akan terjadi bila dalam merealisasikan proyek konstruksi estimasi
biaya tidak dibuat.
5. Apa yang dimaksud dengan gambar bestek ?
6. Sebutkan kegunaan gambar bestek !
7. Apa yang dimaksud dengan bestek atau spesifikasi ?
8. Apa kegunaan spesifikasi !
9. Mengapa gambar bestek dan bestek merupakan dua bagian yang tidak terpisah?
10. Jelaskan hubungan antara gambar bestek dan bestek dengan estimasi biaya !

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 14


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

BAB II.
ANALISA BIAYA, PENETAPKAN DAN PERHITUNGAN
JENIS PEKERJAAN BANGUNAN SIPIL

2.1. Tujuan Bab


Setelah selesai pembelajaran pada bab ini diharapkan mahasiswa dapat :
 Mengetahui struktur rencana anggaran biaya proyek konstruksi
 Mengetahui komponen biaya proyek dan biaya konstruksi
 Menetapkan semua jenis pekerjaan
 Mengelompokan semua jenis pekerjaan dalam kelompok utama serta perinciannya.
 Menyusun kelompok jenis pekerjaan dan perinciannya ke dalam daftar tabel daftar kuantitas
pekerjaan,
 Menetapkan satuan pekerjaan sesuai dengan analisa harga satuan pekerjaan
 Menghitung kuantitas pekerjaan

2.2. Struktur Rencana Anggaran Biaya (RAB) Proyek Konstruksi


Untuk menghitung estimasi biaya detail harus dilakukan analisa biaya yang prosedur
perhitungannya seperti ditunjukkan diagram alir sebagai berikut :

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 15


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

BAGAN ALIR ANALISA BIAYA KONSTRUKSI


DISAIN SPESIFIKASI KONDISI EKSTERNAL
(Gambar Rencana)

METODA PELAKSANAAN
Kuantitas
Kebutuhan Produksi Pelaksanaan
Pekerjaan
Bahan Bahan Pekerjaan
(MPU)

Biaya Biaya Kebutuhan


Harga Bahan Peralatan Peralatan
Satuan Perhitungan Biaya
Dasar Biaya Biaya Penyesuaian
Lain-lain Upah Penggunaan
Perhitungan Peralatan
Waktu

Sesuaikan BIAYA
TIDAK
Metoda TOTAL
Pelaksanaan ? WAKTU
OK TIDAK
PELAKSANAAN
OK ?
SELESAI

Rabu, 12 Oktober 2005 Deded P. Sjamsudin 43

2.3. Komponen Biaya Proyek


Biaya adalah seluruh biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu proyek sejak tahap
studi pendahuluan sampai selesai tahap pelaksanaan dan pemeliharaan.
Biaya pelaksanaan konstruksi adalah bagian dari biaya proyek yang dibutuhkan pada tahap
pelaksanaan dan pemeliharaan. Biaya pelaksanaan konstruksi ini merupakan bagian terbesar
dari biaya-biaya pada tahapan proyek lainnya.
Untuk dapat mengestimasi biaya pelaksanaan suatu proyek, kita perlu mengetahui komponen-
komponen pembentuknya. Secara umum komponen biaya suatu pekerjaan adalah biaya bahan/
material, biaya upah buruh, biaya peralatan dan biaya lain-lain. Berikut akan dijelaskan masing-
masing komponen biaya pelaksanaan proyek tersebut.
a. Biaya Bahan/ Material
Yang dimaksud dengan material adalah seluruh elemen proyek yang nantinya merupakan
bagian dari hasil akhir proyek. Material ini juga termasuk barang elektrikal dan mekanikal

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 16


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

seperti elevator, boiler, eskalator, transformer, seperti juga halnya kayu, baja struktural, beton
dan cat.
Harga bahan berbeda sesuai dengan jenis dan mutu / spesifikasinya, dan disamping itu juga
dipengaruhi oleh perekonomian nasional (kebijakan pemerintah), permintaan dan penawaran
serta fluktuasi harga-harga lain yang berpengaruh.
Harga material dapat diperoleh dari harga langsung dari produsen ataupun distributor. Tetapi
biasanya pihak supplier akan memberikan harga khusus kepada kontraktor untuk suatu proyek.
Biaya material yang dipakai dalam perhitungan biaya proyek adalah biaya sampai di lokasi dan
MUM termasuk pajak. Harga ini sudah termasuk transportasi ke lokasi, penyimpangan dan
pemeriksaan.
Contoh biaya (harga) satuan bahan

b. Biaya upah buruh


Upah buruh terdiri dari upah langsung dan upah tidak langsung. Upah langsung adalah upah
yang langsung dibayarkan kepada buruh berdasarkan tarif hariannya sesuai dengan lamanya
buruh tersebut bekerja. Sedangkan upah tidak langsung meliputi pajak, asuransi, dan berbagai
macam tunjangan. Biaya upah buruh lebih sulit dievaluasi dibandingkan komponen-komponen
biaya konstruksi lainnya. Untuk menghasilkan estimasi yang baik, perhitungan kuantitas harus
dibuat sedetil mungkin, kondisi pekerjaan dianalisa secara baik, dan metoda konstruksi sudah
ditentukan sejak awal. Di samping itu, perusahaan harus menyimpan data-data tentang biaya-
biaya proyek terdahulu beserta tingkat produktifitas buruh untuk tiap jenis pekerjaan.

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 17


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

Harga pasaran upah buruh secara umum dipengaruhi oleh dua hal utama yaitu index biaya
hidup dan tingkat kemakmuran. Index biaya hidup dipengaruhi oleh harga kebutuhan bahan
pokok seperti beras; gula dan sebagainya, sedangkan tingkat kemakmuran diukur dari
pendapatan rata-rata per kapita yaitu GNP (Gross National Product) dibagi dengan jumlah
penduduk.
Besarnya upah buruh tergantung pada keterampilannya yang dibagi ke dalam lima kelompok
besar yaitu pekerja belum terlatih, pekerja terlatih, tukang dan mandor, kepada tukang dan
operator alat-alat berat.
Hai yang harus diingat adalah bahwa tingkat produktifitas buruh dipengaruhi pula oleh lokasi
pekerjaan, jangka waktu kerja, (jam, harian, bulanan, tahunan), waktu kerja (siang, malam atau
lembur), persaingan tenaga kerja, tingkat keamanan dan, kesulitan pekerjaan, dan lain-lain.
Contoh biaya (harga) satuan upah

c. Biaya Peralatan
Peralatan yang dimaksud di sini adalah semua alat yang digunakan oleh kontraktor dalam
melaksanakan pekerjaan konstruksi.
Pada proyek-proyek besar seperti jalan raya, bendungan pelabuhan dan sebagainya, biaya
peralatan (misalnya draglines, concrete plant, asphalt mixing plant, dan sebagainya) adalah
komponen yang cukup besar dalam biaya konstruksi, sehingga perhitungan estimasi biayanya
harus dilakukan dengan cukup teliti. Hal ini tidak sama seperti pads proyek bangunan, dengan
demikian, estimasi biaya peralatan tidak perlu dilakukan dengan sangat detail. Peralatan kecil
seperti concrete vibratos, power tools, diperhitungkan sebagai persentasi tertentu dari biaya
buruh langsung ke dalam biaya overhead proyek. Untuk membuat estimasi yang cukup akurat
maka harus ada keputusan yang lebih awal mengenai ukuran dan jenis peralatan yang akan
digunakan. Berdasarkan lamanya proyek konstruksi, kita dapat menentukan apakah suatu
peralatan akan diberi atau disewa (rented atau leased).

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 18


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

Berdasarkan tingkat produktifitas, harga peralatan dan besarnya pekerjaan maka Maya tiap
peralatan dihitung per satuan waktu tertentu seperti per jam, hari, minggu atau bulan ataupun
berdasarkan besarnya produk yang dihasilkan per satuan waktu tertentu. Peralatan seperti
power shovel, tractor scraper, ditcher, dihitung per jam, sedangkan asphalt mixing plant,
aggregate plant, dihitung sebagai produk yang dihasilkan per satuan waktu tertentu. Sedangkan
peralatan yang terus-menerus berada di lokasi seperti bekisting, kompresor, generator, mesin
las, crane dan perancah lebih baik dihitung per bulan karena sulit untuk memperhitungkan
produktifitas tiap alat tersebut.
Proses masuknya alat, pembongkaran dan keluarnya peralatan di atas termasuk ke dalam Maya
mobilisasi dan demobilisasi, sehingga dimasukkan ke dalam overhead proyek, bukan termasuk
biaya peralatan.
Biaya alat umumnya dibagi dua yaitu :
1. Biaya pemilikan yang meliputi :
 biaya penyusutan
 biaya bunga modal dan asuransi
 pajak-pajak.
Selain biaya pemilikan, peralatan juga dapat di sewa dengan cara sewa atau lease
2. Biaya operasi, terdiri dari :
 biaya operator
 biaya bahan bakar
 biaya pelumas dan filter
 biaya perbaikan ringan / pemeliharaan
 biaya suku cadang
 biaya penggatian ban.
d. Biaya tambahan lain – lain
Yang termasuk ke dalam biaya lain-lain adalah penawaran sub kontraktor, biaya tambahan
(allowances), overhead proyek, overhead umum, dan markup.

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 19


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

1. Biaya sub kontraktor


Estimasi biaya yang dibuat oleh kontraktor (Penawaran kontraktor), terkadang terdapat
biaya sub kontraktor. Biaya ini adalah biaya yang akan dibayarkan oleh kontraktor
utama kepada sub kontraktor. Kontraktor utama harus mengetahui dengan jelas lingkup
pekerjaan sub kontraktor sesuai dengan harga penawarannya sehingga dalam
penawaran kepada pihak pemilik tidak ada elemen biaya yang terlupakan.
2. Biaya tambahan (allowances)
Perencanaan suatu proyek yang dibuat oleh pihak perencana terkadang belum
mencakup suatu bagian pekerjaan tertentu yang termasuk ke dalam lingkup pekerjaan
proyek, sehingga dalam perhitungan estimasi biaya proyek harus mengalokasi dana
untuk bagian pekerjaan tersebut. Hal ini misalnya terjadi pada perencanaan material
finishing yang belum ditentukan pada saat lelang (spesifikasi material ini belum jelas)
dan akan dipilih oleh pemilik / perencana setelah kontrak berlaku. Bila kemudian
material yang dipilih memiliki spesifikasi yang lebih tinggi dari penawaran kontraktor,
maka kontraktor dapat menegosiasikan tagihannya.
3. Overhead proyek
Biaya overhead adalah biaya-biaya yang tidak langsung dapat dimasukkan ke dalam
suatu pekerjaan tertentu diperlukan untuk selesainya proyek. Biaya overhead dapat
dibagi dua yaitu Overhead proyek dan overhead umum.
Overhead proyek adalah biaya overhead yang dikeluarkan pada lokasi proyek,
sedangkan overhead umum akan dijelaskan berikutnya.
Biaya overhead proyek sebaiknya dihitung dengan membuat daftar tiap jenis biaya dan
menghitung biaya masing-masing, tidak dengan menggunakan persentasi terhadap
biaya total proyek karena setiap proyek akan mempunyai persentasi yang berbeda.
Yang termasuk ke dalam overhead proyek adalah
 mobilisasi pekerjaan
 manajer proyek
 site engineer
 pengawas proyek (kontraktor)

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 20


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

 listrik
 air
 telepon
 peralatan kantor proyek
 peralatan kecil proyek konstruksi
 test material dan test beban
 dokumentasi
 dan lain sebagainya.
4. Overhead umum
Overhead Umum adalah biaya overhead di kantor pusat yang meliputi seluruh biaya
yang dikeluarkan oleh kantor pusat untuk menjalankan bisnisnya.
Biaya-biaya yang dikelompokkan ke dalam overhead umum adalah :
 sewa kantor
 listrik
 air
 telepon
 peralatan kantor
 furniture
 biaya perjanan dinas
 gaji pemimpin perusahaan dan pegawai kantor
 dan sebagainya.
Biaya overhead umum ini sepanjang tahun selalu dikeluarkan oleh perusahaan sehingga
dalam setiap penawaran proyek harus menambahkan suatu persentase tertentu untuk
mengakomodasi pengeluaran ini.
Karena overhead umum tidak dapat dimasukkan ke dalam suatu proyek tertentu, maka
biasanya overhead umum ini ditambahkan sebagai markup terhadap nilai estimasi
proyek yang telah melalui analisa biaya seperti di atas.

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 21


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

5. Markup
Pada proyek-proyek yang menggunakan sistem lelang, kontraktor akan mengajukan
penawaran dengan suatu markup tertentu yaitu menambahkan nilai penawaran
terhadap hasil perhitungan proses estimasinya. Markup ini diperhitungkan untuk
mendapatkan keuntungan dan juga biaya overhead umum serta biaya tak terduga
(contingency). Besarnya markup ini tergantung pada strategi perusahaan itu sendiri,
harus cukup tinggi sehingga mendapatkan cukup keuntungan tetapi juga harus cukup
rendah agar mempunyai kesempatan sebagai penawar terendah (sehingga
memenangkan lelang ). Markup biasanya juga tergantung pada besarnya proyek, lokasi,
dan kompleksitas proyek. Di samping itu juga dipengaruhi oleh isi dokumen lelang yang
disiapkan oleh pemilik.
Kontraktor akan memberikan penawaran yang lebih tinggi apabila informasi yang ada di
dokumen lelang suatu proyek kurang lengkap. Hal ini terjadi karena biasanya kontraktor
yang harus menanggung biaya tambahan apabila di kemudian hari ditemukan keadaan
yang merugikan, dengan demikian kontraktor mempersiapkan biaya cadangan dalam
penawarannya.
Pihak pemilik beserta perencana sebaiknya menyiapkan dokumen lelang seakurat
mungkin untuk menghindari penawaran para kontraktor yang tinggi akibat
ketidakjelasan mengenai lingkup proyek, dan biaya tak terduga ini seringkali tidak
dikeluarkan (karena hal yang merugikan tidak selalu terjadi), yang pada akhirnya berarti
pemilik membiayai proyek terlalu tinggi.

2.4. Penyusunan Jenis Pekerjaan dan Penetapan Satuan Pekerjaan


Seperti kita ketahui bahwa suatu bangunan terbentuk oleh beberapa sistim komponen yang
terbuat dari beberapa jenis bahan atau material. Sistem pada komponen tersebut dibuat dan
merupakan satu kesatuan jenis pekerjaan. Jenis pekerjan tersebut mengandung unsur material
dan proses pembuatannya. Sedang proses pembuatannya diperlukan metode pengerjaan,
peralatan yang digunakan serta tenaga kerja yang akan dilibatkan.
Dengan demikian dalam satu jenis pekerjaan telah mengandung unsur biaya untuk penggunaan

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 22


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

material, pemakaian tenaga kerja dan penggunaan peralatan. Jenis - jenis pekerjaan ditetapkan
tidak saja berdasarkan komponen bangunan yang akan direalisasikan yang umumnya terdapat
di dalam gambar bestek dan bestek, tetapi juga semua pekerjaan yang akan digunakan untuk
mendukung berlangsungnya saat pelaksanaan hingga selesainya seluruh pekerjaan. Jenis – jenis
pekerjaan ini biasanya diimplementasikan dalam kelompok pekerjaan persiapan. Perincian jenis
pekerjaan persiapan ini biasanya dijelaskan pada spesifikasi atau hasil rapat penjelasan
(aanwizing) yang telah disepakati.
Semua jenis pekerjaan kemudian disusun dalam suatu daftar tertentu dengan menggunakan
tabel, sehingga lebih memudahkan dalam membuat perincian jenis pekerjaan, serta mudah
dalam mengevaluasi dan akan meningkatkan ketelitian perhitungan biaya.
Perlu diketahui bahwa dalam menetapkan jenis pekerjaan khususnya pada proyek konstruksi
pekerjaan sipil tidak jarang yang menetapkan jenis pekerjaanya adalah Konsultan Perencana.
Hal ini dikarenakan begitu kompleksnya permasalahan yang menyangkut bentuk, ukuran
ataupun kualitas material yang akan digunakan sehingga perencana akan lebih mengetahui
seluruh pekerjaan yang akan dilakukan.
Oleh karena itu pada saat pelelangan ada suatu proyek yang ikatan antara pemilik dengan
kontraktor menggunakan suatu kontrak tertentu yang tidak terikat oleh jenis pekerjaan dan
volume, akan tetapi satu proyek secara menyeluruh dari awal hingga selesai.
2.4.1. Menentukan Jenis Pekerjaan
Perlu diketahui bahwa dalam menentukan satuan jenis pekerjaan harus selalu mengacu pada
satuan pada analisa harga satuan pekerjaan, yang umumnya telah dibuat secara baku. Di dalam
analisa harga satuan pekerjaan ini dibuat sedemikian rupa sehingga telah mengandung unsur -
unsur biaya, baik biaya untuk material, upah pekerja maupun peralatan. Yang besarnya
diimplementasikan dalam koefisien biaya.
Apabila dalam keadaan khusus sehingga analisa harga satuan pekerjaan tidak tercantum, maka
analisa harga satuan pekerjaan perlu dibuat tersendiri, hal ini misalnya akan dijumpai pada
suatu jenis pekerjaan yang menggunakan produk baru ataupun pekerjaan yang dalam
pelaksananya dilakukan secara khusus.
Penyusunan jenis pekerjan baik kelompok utama atau perinciannya biasanya diawali dengan

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 23


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

menetapan jenis jenis pekerjan yang lebih dahulu dikerjakan kemudian dilanjutkan dengan
pekerjaan yang mengikutinya. Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan ternyata
perincian jenis pekerjaan pada kelompok utama terdapat beberapa versi.
Bagian pertama dari jenis pekerjaan yang tercantum dalam daftar kuantitas pekerjaan pada
umumnya adalah pekerjaan persiapan. Khusus untuk pekerjaan persiapan perinciannya
sangat tergantung dari permasalahan dan serta kondisi proyek yang masing - masing mungkin
akan berbeda - beda permasalahanya, untuk itu biasannya pada saat diadakan pelelangan jenis
- jenis pekerjaan ini ditetapkan pada saat rapat penjelasan dan mendapatkan persetujuan dari
para pihak.
Berikut contoh kelompok utama dan sub jenis pekerjaan persiapan pada suatu proyek
pembangunan jalan raya :
Pekerjaan Persiapan

 Pengukuran dan pemasangan patok……………………………………. ( LS )


 Papan nama proyek……………………………………………………………… ( bh )
 Pembuatan kantor direksi……………………………………………………. ( m² )
 Pembuatan los kerja……………………………………………………………. ( m² )
 Pengadaan gudang……………………………………………………........... ( m² )
 Pengadaan air kerja……………………………………………………………… ( Ls )
 Pengadaan penerangan………………………………………………………. ( Ls )
 Pengujian bahan………………………………………………………………….. ( Ls )
 Pengadaan foto dokumentasi……………………………………………… ( Ls )
 Mobilisasi dan demobilisasi………………………………………………….. ( Ls )

Setelah jenis pekerjaan persiapan kemudian dilanjutkan dengan menetapkan pekerjaan


berikutnya, jenis pekerjaan ini bersifat khusus artinya jenis pekerjaanya tergantung dari
bangunannya yang akan dibuat. Pada umumnya rencana bangunan terdapat pada gambar
bestek dan penjelasannya. Untuk jenis bangunan jalan raya seperti misalnya.
Pekerjaan Tanah.
 Pengupasan top soil………………………………………………………..….. (m³ )
 Pekerjaan galian tanah…………………………………………………..…… (m³ )
 Pekerjaan timbunan…………………………………………………..……… (m³ )
 Pekerjaan angkutan pembuangan/mendatangkan tanah.…. (m³ )
 Dst

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 24


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

Pekerjaan perkerasan, ada beberapa jenis konstruksi perkerasan jalan yang kita kenal selama
ini. Yang paling banyak digunakan adalah konstruksi perkerasan komposit kaku - lentur dan
perkerasan kaku.
Untuk rencana jalan dengan konstruksi lentur maka jenis pekerjaan dibuat seperti berikut :
Pekerjaan Lapis Perkerasan :
 Lapis pondasi bawah (sirtu klas A, CBR>20 %), tebal = cm, ….….………. ( m³ )
 Lapis pondasi atas (agregat batu pecah,klas A,CBR>20%), tebal = cm… ( m³ )
 Lapis penutup (laston tebal 5 cm)………………………………………………………… ( m² )
Untuk rencana jalan dengan konstruksi perkerasan kaku jenis dan perincian pekerjaan :
 Lapis Pondasi atas, ( batu pecah, CBR 95), tebal = cm, …….............. ( m³ )
 Lean Concrete ( beton mutu K ….. ),tebal = cm, …..………………….….. ( m³ )
 Reinforcement concrete ( beton K 450 ), tebal = cm, ……………………..… ( m³ )
Pekerjaan Marka dan Rambu
 Rambu………………………………………………………….………………………………….. (unit )
 Marka………………………………………………………………………………………………. ( Ls )
 dst
Pekerjaan Saluran
 Galian tanah salaran…..…………………………………………………………………… ( m³ )
 Saluran beton…………………………………………………................................ (m)
 dst
Pekerjaan Talud
 Penanaman rumput……………………………………………………………………….. ( m² )
 Dst
Untuk pekerjan bangunan gedung jenis pekerjaan disusun secara konvensional meliputi
pekerjaan sebagai berikut :
Pekerjaan Tanah yang meliputi :

 Pembersihan Lapangan
 Galian pondasi
 Urugan tanah bekas galian
 Pembuangan tanah
 dst

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 25


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

Pekerjaan Beton Bertulang :


 Beton pondasi
 Beton slof
 Kolom
 Balok
 Plat
 Tangga
 Dst.
Pekerjaan Pasangan:
 Pasangan pondasi
 Pasangan dinding
 Dst.
Jenis Pekerjaan yang lain misalnya: Pekerjaan kayu, pekerjaan besi, pekerjaan ubin pekerjaan
finishing (plesteran dan pengecatan).
Penyusunan jenis pekerjaan dapat dibuat pula dalam suatu kelompok elemen seperti pada
contoh berikut :

I. Elemen struktur bawah (Sub - structure), meliputi pekerjaan : galian, beton , begisting
dan penulangan
II. Elemen structure atas (Super - structure), meliputi pekerjaan rangka beton, lantai,
tangga, atap dinding, jendela dan pintu.
III. Internal finishing, meliputi kerja finishing dinding, lantai dan langit-langit.
IV. Fitting dan Furnishing
V. Services
VI. Pekerjan luar ( External work )

2.4.2. Membuat Daftar Kuantitas Pekerjaan


Jenis pekerjaan disusun menjadi kelompok utama dan kemudian dirinci menjadi sub
kelompok jenis-jenis pekerjaan dengan satuan tertentu misalnya satuan m³, m², m dan
sebagainya. Biasanya satuan tersebut telah ditetapkan dalam standart of measurement. Semua
unsur - unsur di atas kemudian dibuat dalam suatu daftar yang disebut dengan Daftar
Kuantitas Pekerjaan.

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 26


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

Dengan menyusun semua jenis pekerjaan di dalam tabel daftar kuantitas pekerjaan ini akan
memudahkan dalam menginventarisasi semua pekerjan yang merupakan implementasi dari
seluruh pekerjaan yang akan dilakukan. Disamping itu dengan daftar ini akan lebih
memudahkan dalam melakukan evaluasi atau penilaian kemajuan pekerjaan yang sedang
dilaksanakan .
Dalam daftar kuantitas pekerjaan ini disamping dicantumkan nomor urut, jenis pekerjaan,
jumlah dan satuan pekerjaan, juga dicantumkan pula bagian untuk mengisi 11 harga satuan
pekerjaan dan biaya. Hal ini dimaksudkan agar dalam menetapakan jenis pekerjaan selalu
memperhatikan analisa harga satuan pekerjaan. Dengan demikian selain berfungsi untuk
mendata seluruh jenis pekerjaan, kuantitas dan satuan, daftar kuantitas pekerjaan ini nantinya
akan digunakan untuk memudahkan dalam menghitung perincian biaya. Berikut ini diberikan
contoh tabel daftar kuantitas pekerjaan untuk beberapa jenis pekerjaan pada rencana
pembangunan jalan raya konstruksi perkerasan lentur.
Tabel 1. Daftar Kuantitas Pekerjaan
No. Jenis Pekerjaan Jumlah Satuan Harga Satuan Pekerjaan Biaya
I PEKERJAAN PERSIAPAN
1.1. Pengukuran
1.2 Papan nama proyek
1.3 Kantor direksi keet
1.4 Gudang
1.5 Los kerja
1.6 Pengadaan penerangan
1.7 Pengadaan air kerja
1.8 Pengujian bahan
1.9 Pengadaan foto dokumen
1.10 Mobilisasi & demobilisasi

II PEKERJAAN TANAH
2.1 Pengupasan top soil
2.2 Galian tanah
2.3 Timbunan

III PEKERJAAN PERKERASAN


3.1 Sub base, tebal = …. Cm
3.2 Base, tebal = …. Cm
3.3 Surface, laston, tebal = …. cm
…… ……………………….
…… ……….. dan seterusnya

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 27


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

2.5. Perhitungan Kuantitas Pekerjaan


Kegiatan yang secara khusus menghitung kuantitas pekerjaan disebut sebagai Quantity
Surveying, sedangkan profesi khusus yang dimiliki seorang ahli dalam perhitungan kuantitas
pekerjaan disebut sebagai Quantity Surveyor.
Setelah seluruh pekerjaan diketahui baik jenis, kuantitas maupun satuan pekerjaan maka,
berikutnya adalah menghitung kuantitas pekerjaan dengan berpedoman pada daftar kuantitas
pekerjaan. Keakuratan dalam menghitung kuantitas pekerjaan akan sangat berpengaruh pada
keakuratan dalam mengestimasi biaya. Oleh karena itu untuk menjamin keakuratan tersebut
maka, dalam proses perhitungan kuantitas pekerjaan diperlukan adanya tata cara dan metode
tertentu.
2.5.1. Lembar Perhitungan
Untuk memperoleh hasil yang akurat maka, perhitungan dilakukan dalam suatu lembar
perhitungan yang disebut sebagai ”Dimension Paper” atau lembaran kerja, sedangkan cara
menghitung dapat dilakukan secara manual ( kalkulator ) atau dengan mengunakan alat bantu
table28er. Secara umum di dalam formulir terdapat empat bagian seperti di bawah ini.
Tabel 2
Dimension Paper
 Nama proyek : ………………………..
 Nomor gambar : ………………………..
 Lembar kerja : ………………………..
 Halaman : ………………………..

Timesing Dimension Squaring Description


(perkalian) (ukuran) (hasil perkalian) (penjelasan)
(1) (2) (3) (4)

Keterangan :
 Kolom (1), Timesing, digunakan untuk menuliskan banyaknya elemen yang sama, sekaligus untuk
menuliskan ketentuan dalam perhitungan elemen.
 Kolom (2), Dimension, digunakan untuk menuliskan ukuran dimensi dari elemen yang diperoleh dari
gambar untuk dihitung kuantitasnya. Angka yang dimasukan dalam kolom ini adalah ukuran
panjang, luas dan volume, disepakati hanya dua digit di belakang koma. Untuk menuliskan angka -
angka di dalam kolom ini memerlukan konsistensi. Yang perlu dituliskan pertama kali dalam kolom ini

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 28


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

adalah untuk dimensi berurutan dari paling atas ke bawah yaitu ukuran panjang, lebar kemudian
tinggi /tebal.
Angka-angka ukuran dimensi dinyatakan sebagai berikut:
- Angka dengan dua digit di belakang koma berarti ”Panjang” dengan satuan meter (m ).
Misalnya : 22,00 12,00 18,50
- Angka bulat tanpa angka di belakang koma, berarti ” Jumlah ”.
Misalnya: angka 20, 10, 5.
- Dua buah angka dengan susunan di atas dan di bawah, masing – masing memiliki dua digit di
belakang koma berarti ” Luas ” dengan satuan persegi.
Misalnya : 30,00
10,00
- Tiga buah angka, yang tersusun menjadi tiga baris: atas , tengah dan bawah dengan masing-
masing memiliki dua digit d ibelakang koma, berarti ” Volume”
Misalnya : 15,00
12,00
5,00
Menurut kesepakatan para Quantity Surveyor ditetapkan sebagai berikut :
Angka teratas menunjukan panjang,
Angka di bawahnya ( tengah ) menunjukkan lebar,
Angka terbawah menunjukan tinggi atau tebal.
 Kolom (3) Squaring, digunakan untuk menuliskan hasil perhitungan dari ketentuan yang terdapat
pada kolom (2). Hasil yang diperoleh dapat berupa satuan volume, luas, unit/buah atau satuan
panjang.
Misalnya : 20,00 m³
30.00 m²
15.00 buah/unit
 Kolom (4),Descriptions, digunakan untuk memberi keterangan mengenai jenis pekerjaan yang
dihitung.
Dari uraian di atas berikut di bawah ini adalah contoh cara penggunaan dalam perhitungan.

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 29


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

Table 3
Contoh Perhitungan Kuantitas Pekerjaan
Timesing Dimension Squaring Description
(perkalian) (ukuran) (hasil perkalian) (penjelasan)
(1) (2) (3) (4)
2.50 Galian tanah untuk pondasi
0.80 sampai kedalaman kurang
0.40 dari 1 m. (satuan volume)
0.80 m³

3.00 Ubin lantai keramik ukuran


2.50 30x30 cm. (satuan luas)
7.50 m²
20.0 Ubin plin (ukuran panjang)
20.00 m

3/ 2.50 Galian tanah untuk pondasi


0.80 sampai kedalaman kurang
0.40 dari 1 m. (ada 3 macam, maka
2.40 m³ dikalikan 3)

3/2 2.50 Galian tanah untuk …….


0.80
0.40 (ada 3 x 2 macam, dikalikan 3
4.80 m³ x 2 = 6)
4/ 2.50 Galian tanah untuk …….
./ 0.80
3/ 0.40 (ada 4 & 3 macam, dikalikan 4
5.60 m³ + 3 = 7)

Table 4
Contoh Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Pada Beberapa Pekerjaan Yang Sama
Timesing Dimension Squaring Description
(perkalian) (ukuran) (hasil perkalian) (penjelasan)
(1) (2) (3) (4)
4/3/ 2.50 Galian tanah untuk ……
./ / 0.80
3/ / 0.40 [ada 4 & 3 macam jumlahnya
16.8 m³ 3, (4+3)x3 = 21]
2/4/ 2.50 Galian tanah untuk …….
/. / 0.80
/3/ 0.40 [ada 2 kali 4 dan 3 3
11.2 m³ 2 x (4+3) = 14]
2/ 3.00 Pasangan dinding bata ½ batu
./ 3.00
2/ 36.00 m²

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 30


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

2/ 0.90 Ddt. Untuk pintu


2.10 3.78 m²
32.22 m²
4/ 5.00 Plat beton tebal 0.15 m
4.00
0.15
12.00 m³ NIL
5.00
4.00
0.12 7.20 m³ Plat beton tebal 0.12 m

Apabila terdapat beberapa jenis pekerjaan yang sama, serta memiliki ukuran yang sama pula
maka pada kolom timesing (perkalian) tidak perlu dituliskan lagi, tetapi cukup diberi tanda ( . )
atau ”titik”.
Untuk perhitungan suatu elemen yang mana perlu dilakukan perhitungan dengan pengurangan,
misalnya luas pasangan dinding yang harus dikurangi dengan luas jendela atau pintu maka pada
kolom description diberi keterangan ”Ddt” ( singkatan dari deduction yang berarti dikurangi ).
Untuk memudahkan dalam membedakan dengan perhitungan yang lain maka, angka untuk
deduction diberi warna merah. Jika terjadi kesalahan dalam memasukan data sehingga proses
perhitungan salah, maka data tersebut tidak perlu dihapus, atau dicoret. Untuk itu maka dalam
penjelasan perlu diberi tanda ”NIL”.
Tabel 5
Contoh perhitungan kuantitas pekerjaan
Bentuk bangunan khusus
Timesing Dimension Squaring Description
(perkalian) (ukuran) (hasil perkalian) (penjelasan)
(1) (2) (3) (4)
½/ 4.00 Bentuk segi tiga
3.00 Denga alas 4 m dan tinggi 3 m
6.00 m² Luas = ½ alas x tinggi
22 2.00 Lingkaran dengan radius 2 m
/ 2.00 Luas lingkaran = π r²
7
12.57 m²
22 2.00 Setengah lingkaran dengan
½/2/ / 3.14 m² radius 2 m luas lingkaran = 2 π r
7
22 0.50 Silinder dengan jari-jari 0.50 m
/ 0.50 dengan ketinggian 3 m
7
3.00 Volume = luas lingkaran x tinggi
2.38 m²

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 31


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

Dalam menghitung kuantitas pekerjaan pada dasarnya ada beberapa cara yang dapat
digunakan. Oleh karena itu di samping dapat menggunakan lembar perhitungan seperti di atas,
perhitungan kuantitas pekerjaan dapat pula dilakukan dengan menggunakan lembar
perhitungan yang lain salah satu contoh seperti di bawah ini.
Table 6
Lembar Perhitungan Kuantitas Pekerjaan
PWD. Method
Jenis/uraian Hasil pengukuran Kuantitas
No. Jumlah Keterangan
pekerjaan Pj. Lbr . Tg/Tb. Sub. Tot.
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Keterangan :
 Kolom (1), digunakan untuk menuliskan nomor urut
 Kolom (2), digunakan untuk menuliskan jenis atau uraian setiap item pekerjaan
 Kolom (3),digunakan untuk menuliskan jumlah atau banyaknya jenis atau item pekerjaan yang
sama.
 Kolom (4), (5) dan (6), digunakan untuk menuliskan hasil pengukuran masing-masing dalam dimensi
panjang (Pjg), lebar ( Lbr) dan tebal (Tb) atau tinggi (Tg).
 Kolom (7), digunakan untuk menuliskan sub total kuantitas pekerjaan yang diperoleh dari
perhitungan dimensi untuk setiap item pekerjaan
 Kolom (8), digunakan untuk menuliskan total kuantitas pekerjaan untuk jenis pekerjaan.
 Kolom (9), digunakan untuk menuliskan dalam memberikan keterangan pada setiap item pekerjaan
yang bersangkutan.

Perhitungan kuantitas pekerjaan yang dilakukan dengan menggunakan lembar perhitungan


ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan menggunakan cara sebelumnya. Dengan lembar
perhitungan ini maka perhitungan dapat langsung dikerjakan dengan menggunakan bantuan
computer.
2.5.2. Metode perhitungan
Ada tiga metode perhitungan kuantitas pekerjaan didasarkan dari gambar bestek, yaitu :
a. Metode garis as ( Centre line method )
Perhitungan kuantitas pekerjaan metode ini didasarkan pada panjang as bangunan sedangkan
untuk menghitung kuantitasnya baik luas maupun volumenya dikalikan dengan lebar dan
tebalnya. Dengan metode ini perhitungan lebih mudah, namun demikian metode ini hanya
cocok untuk bangunan dengan bentuk pambagian ruangan yang sederhana untuk bangunan
dengan pembagian ruangan yang terlalu banyak hasil perhitungan tidak akan akurat.

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 32


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

b. Metode antar sisi luar dan sisi dalam ( In to in and out to out method )
Dengan metode ini perhitungan didasarkan pada ukuran elemen bangunan yang sebenarnya
karena tidak akan ada bagian yang overlap. oleh sebab itu pengukuran akan dilakukan pada
bagian sisi dalam atau sisi luar saja. Dengan metode ini memberikan hasil perhitungan yang
lebih akurat
c. Metode Potongan ( Crossing method )
Perhitungan kuantitas pekerjaan dengan metode ini didasarkan pada penampang yang
terpotong untuk kemudian dihitung luas atau volume.

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 33


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 34


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

Dalam membuat perhitungan ada beberapa jenis pekerjaan yang perlu diperhatikan
diantaranya :
 Pekerjaan tanah
Tanah memiliki 3 kondisi yang berbeda yang berpengaruh pada besarnya volume, hal ini
dikarenakan volume tanah dapat menyusut dan dapat pula mengembang tergantung
dari pengaruh lingkungan yang ada di sekitarnya
1) Kondisi asli (bank), kondisi ini terbentuk secara alami yang tanpa ada pengaruh dari

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 35


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

aktivitas galian atau penimbunan.


2) Kondisi lepas/gembur (loose), kondisi lepas/gembur adalah kondisi dimana tanah
terlepas dari butiran satu dengan lainnya. Kondisi lepas ini misalnya tanah hasil galian
dari suatu tempat.
3) Kondisi padat (compacted), adalah kondisi tanah yang mampat yang diperoleh
dengan cara dipadatkan.
Untuk tanah dengan volume yang cukup besar, dengan kondisi tanah yang berbeda
maka akan memiliki volume yang berbeda pula.
Kondisi tanah dalam keadaan asli, lepas dan padat biasanya memiliki suatu nilai
perbandingan tertentu. Satu jenis tanah memiliki nilai perbandingan yang berbeda –
beda tergantung jenis tanahnya.
Untuk dapat mengetahui volume tanah sesuai dengan kondisi yang diinginkan maka
perlu disesuaikan dengan nilai pembanding.
Table 8. Nilai Perbandingan Kondisi Tanah
Kondisi
Jenis tanah
asli lepas Padat
Tanah berpasir 1,00 1,11 0,99
Tanah biasa 1,00 1,28 0,90
Tanah liat 1,00 1,43 0,90
Tanah bercampur kerikil 1,00 1,18 1,00
Kerikil 1,00 1,33 1,03
Kerikil besar 1,00 1,42 1,29
Pecahan batu kapur, pasir 1,00 1,63 1,22
Pecahan cadas 1,00 1,75 1,40

Contoh perhitungan :
Suatu galian tanah biasa dengan volume 1000 m³
Maka volume tanah dengan kondisi lepas dan padat dapat dihitung sebagai berikut :
Volume tanah dalam keadaan lepas = 1,28/1,00 x 1000 m³ = 1280 m³
Volume tanah dalam keadaan padat = 0,90/1,00 x 1000 m³ = 900 m³
 Pekerjaan beton
Pada konstruksi beton untuk strutkur, sering kita jumpai ada bagian komponen yang
overlap antara bagian satu dengan yang lain seperti pada struktur kolom, balok dan

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 36


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

plat. Dalam menghitung kuantitas disepakati hal – hal sebagai berikut :


1) Volume kolom dihitung menerus panjang dan dikalikan dengan luas penampang.
2) Plat beton, volume dihitung seluruh luasan permukaan yang tidak masuk dalam
kolom dan dikalikan dengan tebal.
3) Volume balok dihitung berdasarkan panjang bersih (tidak termasuk bagian kolom)
dikalikan dengan luas penampang balok setelah ketinggian balok dikurangi dengan
tebal plat.
4) Volume untuk balok induk dan balok anak yang saling berpotongan, maka yang
dihitung sebagai balok menerus adalah balok induk.
2.5.3. Perhitungan kuantitas pekerjaan jalan raya
Untuk pekerjaan sipil terutama seperti jalan raya, saluran irigasi, perpipaan dan
sejenisnya umumnya ukuran pada dimensi panjang tidak dapat langsung diambil dari gambar
bestek, hal ini dikarenakan panjang dari bangunan yang terdapat pada gambar adalah ukuran
panjang pada posisi horizontal, sedangkan obyek dari bangunan di samping memiliki dimensi
panjang juga memiliki posisi kemiringan.
Dengan demikian untuk mendapatkan ukuran panjang yang sebenarnya harus dihitung
telebih dahulu panjang sebenarnya, sedangkan ukuran dimensi yang lain dapat langsung
diambil dari gambar penampang atau gambar detail lainnya.
Sebelum dilakukan perhitungan harus dibuat dulu daftar kuantitas pekerjaan.
Sedangkan perhitungan di sini tidak akan dibahas seluruh pekerjaan, pembahasan hanya pada
pekerjaan galian dan timbunan.
Tahapan perhitungan dilakukan sebagai berikut :
 Menghitung panjang jalan sebenarnya
Panjang jalan yang sebenarnya digunakan sebagai dasar dalam menghitung beberapa
komponen yang terdapat di dalam konstruksi jalan raya, diantaranya volume galian,
timbunan, lapis perkerasan, trotoar dan sebagainya.
Untuk menghitung panjang jalan sebenarnya dilakukan dengan menambahkan garis
bantu untuk menggambar posisi ketebalan top soil (tanah humus) dan ketebalan
perkerasan yang ditempatkan pada gambar potongan memanjang dan melintang dari

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 37


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

rencana jalan. Dari gambar serta penjelasan dari rencana kerja dan syarat – syarat maka
akan diperoleh informasi bagian mana tanah yang harus dikupas, digali serta ditimbun.
Perhitungan panjang jalan sebenarnya dilakukan terperinci untuk setiap potongan
memanjang jalan yang dibatasi pada setiap STA. pada titik tertentu. Perhitungan seperti
ditunjukan pada tabel berikut.
Tabel 9. Perhitungan panjang jalan sebenarnya (PJS)
Jarak mendatar Koefisien Panjang jalan
No. STA. Kemiringan (%)
(m) pengali sebenarnya (m)
0 + 000
1 100 0 1,0000 100,00
0 + 100
2 70 5 1,0012 70,084
0 + 170
3 30 5 1,0012 30,036
0 + 200
4 56 0 1,000 56,000
0 + 256
5 44 0 1,000 44,000
0 + 300
6 24 5 1,0012 24,029
0 + 324
7 76 5 1,0012 76,091
0 + 400
8 100 0 1,0000 100,00
0 + 500
Jumlah 500,240

 Menghitung pekerjaan galian dan timbunan


Perhitungan volume pekerjaan untuk pekerjaan galian dan timbunan dilakukan dengan
mengalikan luas penampang rata – rata dari STA. yang saling berdekatan dengan
panjang jalan sebenarnya. Luas penampang rata – rata dari antara penampang pada
STA. dihitung dengan mengukur terlebih dahulu dimensi dari setiap penampang, setelah
dikurangi bagian top soil dan lapisan perkerasan.

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 38


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 39


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

Dari hasil perhitungan seluruh pekerjaan galian dan timbunan maka jumlah dari :
Volume galian total = 2692,80 m3 tanah kondisi asli
Volume timbunan total = 1240,78 m3 tanah kondisi padat
Jika jenis tanah adalah tanah biasa dimana nilai konversi adalah : kondisi asli = 1,00 ,
kondisi lepas =1,28 dan kondisi padat = 0,90
Untuk mendapatkan kondisi lepas, maka volume tanah adalah :
Volume tanah galian = 2692,80 m3 x 1,28 / 1,00 = 3446,784 m3
Volume tanah timbunan = 1240,78 m3 x 1,28 / 0,90 = 1764,665 m3
Jika jumlah volume galian tanah lebih besar dibandingkan dengan voleme galian maka
perlu adanya pekerjaan untuk membuang tanah keluar lokasi. Sebaliknya jika volume
galian tanah lebih besar dibandingkan dengan volume timbunan maka perlu adanya
pekerjaan mendatangkan tanah. Adapun jumlah volumenya adalah selisih dari jumlah
kedua jenis pekerjaan tanah tersebut. Untuk mengetahui kuantitas pekerjaan pada

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 40


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

perkerasan jalan maka dihitung sebagai berikut.


Contoh kuantitas pekerjaan untuk perkerasan lentur yang memiliki 3 lapis :
Volume lapis pondasi bawah = panjang jalan sebenarnya x lebar perkerasan x tebal
Volume lapis pondasi atas = panjang jalan sebenarnya x lebar perkerasan x tebal
Luas lapis permukaan (tebal=t) = panjang jalan sebenarnya x lebar perkerasan
2.6. Kesimpulan
Dalam menetapkan jenis pekerjaan perlu diperhatikan pengelompokan jenis pekerjaan
baik kelompok utama dan perinciannya, serta satuan pekerjaan hal ini dikarenakan akan
berpengaruh pada perhitungan harga satuan pekerjaan.
Untuk memudahkan dalam menghitung kuantitas pekerjan serta untuk menambah
ketelitian dalam perhitungan, maka perhitungan dilakukan dengan menggunakan bentuk tabel
perhitungan. Sedangkan bentuk tabel perhitungan sangat beragam tergantung dari keinginan
masing–masing.
Dalam menghitung kuantitas pekerjaan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan salah
satu misalnya pekerjaan beton bertulang yang elemen satu dengan yang lain saling berimpitan,
demikian juga pekerjaan tanah yang mana jenis tanah yang sama tetapi dalam kondisi yang
berbeda akan memiliki volume yang berbeda pula.

2.7. Soal Latihan


1. Jelaskan cara menetapkan jenis-jenis pekerjaan pada saat akan menyusun estimasi biaya
2. Sebutkan komponen apa saja yang perlu dicantumkan dalam menyusun daftar kuantitas
pekerjan ?
3. Apa yang perlu diperhatikan pada saat akan menetapkan satuan pekerjaan pada saat
menyusun daftar kuantitas pekerjaan ?
4. Hitunglah kuantitas pekerjaan menggunakan lembar ” dimension paper ”pada pekerjaan
beton bertulang jumlah = 5 buah masing-masing panjangnya = 6 m, lebar = 0,40 m dan
tingginya = 0,60 m .
5. Apa perbedaan perhitungan kuantitas pekerjaan berdasarkan metode garis as bangunan
dengan metode antara sisi dalam dan sisi luar ?
6. Apa kegunaan faktor konversi tanah?

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 41


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

7. Dalam menghitung voleme galian dan timbunan pada konstruksi jalan raya perlu dihitung
panjang jalan sebenarnya ?
8. Pada gambar berikut diminta untuk menetapkan jenis dan kemudian menghitung kuantitas
pekerjaan !

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 42


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 43


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

BAB III
PERHITUNGAN HARGA SATUAN PEKERJAAN

3.1. Tujuan Bab


Setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Mengetahui komponen harga satuan pekerjaan
2. Menetapkan koefisen satuan biaya pekerjaan
3. Mengetahui cara menghitung harga satuan pekerjaan
4. Menghitung harga satuan pekerjaan yang dikerjakan secara manual
5. Menghitung harga satuan pekerjaan yang pelaksaanya menggunkan alat.

3.2. Analisa Harga Satuan Pekerjaan


Analisa harga satuan pekerjaan adalah suatu cara perhitungan harga satuan pekerjaan
konstruksi yang dijabarkan dalam perkalian kebutuhan bahan bangunan, upah kerja, dan
peralatan dengan harga bahan bangunan, standart pengupahan pekerja dan harga sewa / beli
peralatan untuk menyelesaikan per satuan pekerjaan konstruksi. Analisa harga satuan
pekerjaan ini dipengaruhi oleh angka koefisien yang menunjukkan nilai satuan bahan/material,
nilai satuan alat, dan nilai satuan upah tenaga kerja ataupun satuan pekerjaan yang dapat
digunakan sebagai acuan/panduan untuk merencanakan atau mengendalikan biaya suatu
pekerjaan. Untuk harga bahan material didapat di pasaran, yang kemudian dikumpulkan di
dalam suatu daftar yang dinamakan harga satuan bahan/material, sedangkan upah tenaga
kerja didapatkan di lokasi setempat yang kemudian dikumpulkan dan didata dalam suatu daftar
yang dinamakan daftar harga satuan upah tenaga kerja. Harga satuan yang di dalam
perhitungannya haruslah disesuaikan dengan kondisi lapangan, kondisi alat/efisiensi, metode
pelaksanaan dan jarak angkut.
Skema harga satuan pekerjaan, yang dipengaruhi oleh faktor bahan/material, upah
tenaga kerja dan peralatan dapat dirangkum paada gambar 3.1.

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 44


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

Gambar 3.1. Skema Harga Satuan Pekerjaan

Dalam skema di atas dijelaskan bahwa untuk mendapatkan harga satuan pekerjaan
maka harga satuan bahan, harga satuan tenaga, dan harga satuan alat harus diketahui terlebih
dahulu yang kemudian dikalikan dengan koefisien yang telah ditentukan sehingga akan
didapatkan perumusan sebagai berikut :
Upah : harga satuan upah x koefisien (analisa upah)
Bahan : harga satuan bahan x koefisien (analisa bahan)
Alat : harga satuan alat x koefisien (analisa alat)
Maka didapat :
HARGA SATUAN PEKERJAAN = UPAH + BAHAN + ALAT
Besarnya harga satuan pekerjaan tergantung dari besarnya harga satuan bahan, harga
satuan upah dan harga satuan alat dimana harga satuan bahan tergantung pada ketelitian
dalam perhitungan kebutuhan bahan untuk setiap jenis pekerjaan. Penentuan harga satuan
upah tergantung pada tingkat produktivitas dari pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan. Harga
satuan alat baik sewa ataupun investasi tergantung dari kondisi lapangan, kondisi alat/efisiensi,
metode pelaksanaan, jarak angkut dan pemeliharaan jenis alat itu sendiri.

3.3. Analisa Harga Satuan Bahan


Analisa harga satuan bahan adalah harga satuan yang disusun berdasarkan kebutuhan
bahan yang akan digunakan dalam konstruksi. untuk suatu jenis pekerjaan dengan satuan

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 45


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

pekerjaan yang berbeda maka akan berbeda pula jumlah kebutuhan bahan yang akan
digunakan. Misalnya pekerjaan pasangan batu bata, satuan pekerjaan jenis ini bisa berupa
satuan luas atau satuan volume. Kebutuhan bahan untuk pekerjaan satuan luas akan berbeda
jumlahnya jika dibandingkan satuan pekerjaan yang menggunakan satuan volume. Jumlah
kebutuhan bahan untuk satuan luas sudah tentu akan lebih sedikit dibandingkan satuan
volume.
Harga satuan pekerjaan untuk bahan akan terdiri dari kebutuhan bahan untuk satu
satuan pekerjaan bahan yang nilainya dibuat dengan menggunakan angka/koefisien dari
bahan/harga bahan yang bersangkutan.
Adanya beberapa macam bahan yang digunakan dalam industri konstruksi maka
kebutuhan akan berbeda pula. Hal ini dikarenakan setiap jenis bahan memiliki karakteristik
yang berbeda – beda.
Untuk menetapkan kebutuhan bahan sebagai dasar dalam menetapkan koefisien dalam
membuat analisa harga satuan bahan maka perlu adanya dasar – dasar yang digunakan dalam
menghitung kebutuhan bahan.

3.4. Perhitungan Kebutuhan Bahan


3.4.1. Perhitungan Kebutuhan Bahan Secara Umum
Dalam proyek industri konstruksi sering kita jumpai berbagai macam bahan yang
digunakan. Pada beberapa jenis pekerjaan maka untuk memudahkan dalam
memperkirakan kebutuhan bahan baik yang akan digunakan sebagai dasar dalam
memperkirakan biaya, maupun yang akan digunakan untuk memperkirakan besarnya
jumlah bahan yang digunakan pada umumnya kita tidak perlu menghitung, tetapi dapat
menggunakan pedoman yang biasanya terdapat pada beberapa buku analisa anggaran
biaya pelaksanaan bangunan. Adapun beberapa contoh kebutuhan bahan dasar seperti
pada tabel berikut.

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 46


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

Tabel 10. Bahan yang diperlukan untuk setiap satuan jenis pekerjaan
Banyaknya bahan yang dibutuhkan
No. Satuan pekerjaan Keterangan
Batu / bata Spesi
1 1 m³ pasangan batu kali 1,2 m³ 0,45 m³
2 1 m³ pasangan batu bata 450 – 600 buah 0,35 m³ Tergantung ukuran
bata dan tebal spesi
3 1 m² plesteran tebal 15 mm - 0,018 m³
4 1 m² plesteran tebal 10 mm - 0,012 m³
5 1 m² plesteran tebal 6 mm - 0,008 m³
6 1 m² siar voeg batu rai - 0,009 m³

Sedangkan untuk menghitung kebutuhan bahan untuk pembuatan spesi adalah sebagai berikut

Tabel 11. Kebutuhan bahan dasar untuk pembuatan spesi/beton


Volume spesi basah yang akan
No. Bahan dasar Keterangan
diperoleh
1 Koral 0,52 m³
2 Kapur 0,55 m³
3 Semen Portland 0,76 m³ 1 liter PC = 1,25 kg
4 Tras 0,73 m³
5 Semen merah 0,745 m³
6 Pasir 0,675 m³
7 Batu kerikil 0,52 m³

Contoh :
1. Kebutuhan bahan untuk setiap 1 m³ pasangan batu kali 1 Kapur : 1 semen merah : 3 pasir
Perhitungan :
A. Kebutuhan batu dan spesi :

 Batu kali : 1,2 m³


 Spesi : 0,45 m³
B. Kebutuhan bahan dasar :
1 m³ kapur akan diperoleh = 1 x 0,55 m³ = 0,550 m³
1 m³ semen merah akan diperoleh = 1 x 0,745 m³ = 0,745 m³
3 m³ pasir akan diperoleh = 3 x 0,675 m³ = 2,025 m³
Jumlah = 3,32 m³
Bahan dasar yang diperlukan untuk menyelesaikan 0,45 m³ spesi :
Kapur = 0,45/3,32 x 1 = 0,135 m³
Semen merah = 0,45/3,32 x 1 = 0,135 m³

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 47


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

Pasir = 0,45/3,32 x 3 = 0,406 m³


Jadi untuk setiap 1 m³ pasangan batu kali dengan spesi 1 kapur : 1 semen : 3 pasir maka
dibutuhkan :
 Batu kali = 1,2 m³
 Kapur = 0,135 m³
 Semen merah = 0,135 m³
 Pasir = 0,406 m³
2. Kebutuhan bahan setiap 1m3 beton dengan perbandingan ; 1PC : 2Kr : 3Ps.
Perhitungan :
Bahan beton termasuk jenis adukan yang terdiri dari semen sebagai bahan perekat kerikil
atau batu pecah serta pasir sebagai bahan pengisi.
Kebutuhan bahan dasar untuk 1 m³ adukan beton adalah sebagai berikut :
1 m³ semen akan diperoleh = 1 x 0,76 m³ = 0,76 m³
2 m³ kerikil = 2 x 0,520 m³ = 1,04 m³
3 m³ pasir = 3 x 0,675 m³ = 2,025 m³
Jumlah = 3,825 m³
Untuk adukan setiap 1 m³ beton diperlukan bahan sebagai berikut :
Semen = 1/3,825 x 1 x 1250 x 1/50 = 6,53 sak ( 1 sak = 50 kg)
Kerikil = 1/3,825 x 2 = 0,523 m³
Pasir = 1/3,825 x 3 = 0,784 m³
Dari beberapa jenis pekerjaan dan untuk beberapa perbandingan campuran kebutuhan
bahan untuk pekerjaan pasangan, plesteran dan dan beton seperti pada Tabel 12 dan Tabel
13 dan Tabel 14 :

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 48


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

Tabel 12.
Banyaknya bahan yang diperlukan untuk pasangan Batu kali (Bk) dan Bata merah (Bm)*)

Tabel 13.
Banyaknya Bahan Yang Dibutuhkan Untuk Campuran Perekat Plesteran Tembok*)

Tabel. 14
Banyaknya bahan yang dibutuhkan untuk 1 m3 beton*)

Adanya perkembangan kemajuan di bidang teknologi dewasa ini sehingga ada beberapa
produk bahan bangunan yang dipakai yang belum ada analisanya misalnya : batako, beton

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 49


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

ringan dan sejenisnya.. Untuk itu kebutuhan bahan harus dihitung tersendiri.
Contoh.
Pasangan 1 m2 dinding batako ukuran batako 39 x 19 x 10 cm menggunakan spesi dengan
campuran 1 PC : 4 PSR , tebal spesi 10 mm .
A. Perhitungan bahan untuk batako.dan spesi :
Ukuran batako dengan spesi akan menjadi :
Panjang = 41 cm; Lebar = 20 cm
Jumlah batako setiap 1 m2 = 1 m2 / (0,40 m x 0,20 m) = 12,5 buah
Kebutuhan spesi :
Kebutuhan spesi setiap batako = (0.4 m + 0,19 m) x 2 x 0,10 m x 0,01 m = 0,0012 m3
Volume spesi 12,5 batako = 12,5 x 0,0012 m3 = 0,015 m3
B. Kebutuhan bahan dasar spesi 1 PC : 4 Pasir
1 m3 semen akan diperoleh = 1 x 0,76 m3 = 0,76 m3
4 m3 pasir akan diperoleh = 4 x 0,675 m3 = 2,70 m3
Jumlah = 3,46 m3
Spesi yang diperlukan 0,015 m3, sehingga kebutuhan bahan mentah :
Semen = 0,015 / 3,46 x 1250 x 1/50 = 0,108 zak = 5,42 kg
Pasir = 0,015 / 3,46 x 4 = 0,017 m3
Pasangan 1 m2 dinding batako ukuran batako 39 x 19 x 10 cm menggunakan spesi
dengan campuran 1 PC : 4 Psr , tebal spesi 10 mm. diperlukan :
o Batako = 12,5 buah
o Semen = 5,42 kg atau 0,108 zak
o Pasir = 0.017 m3

3.4.2. Perhitungan Kebutuhan Bahan Secara Khusus


Perhitungan kebutuhan bahan dapat pula dilakukan dengan membuat analisa yang lain
khususnya apabila suatu jenis pekerjaan ditetapkan dengan persyaratan tertentu baik
cara pengerjaan, komposisi campuran dan jenis bahan yang digunakan, sehingga
perhitungan tidak dapat lagi menggunakan seperti ketentuan di atas maka perhitungan
dapat dilakukan dengan cara yang lain.

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 50


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

Misalnya seperti pekerjaan beton, dimana kriteria beton yang diinginkan tidak
berdasarkan perbandingan volume tetapi didasarkan pada mutu kuat tekan karakteristik.
(beton mutu K-125, K-225 dan sebagainya) untuk itu disamping kebutuhan bahan dapat
diperoleh dari data yang diperoleh dari hasil pengujian dari laboratorium atau
menggunakan analisa secara khusus.
Tabel 15.
Proporsi campuran dalam Spesifikasi**)

Dengan ketentuan :
 Perkiraan perbandingan campuran agregat kasar dan halus:
o Agregat kasar : 60 % ( tertahan pada lubang ayakan 4.75 mm )
o Agregat halus : 40 % ( lolos pada lubang ayakan 4.75 mm )
 Perkiraan Kehilangan :
o Agregat : 10 – 20 %
o Semen : 5%
Contoh Perhitungan :
Kebutuhan bahan untuk beton 1 m3 mutu kelas III / K- 225 :
a. Berat isi beton : 2325 kg/m3
b. Fas : 0,52
c. Ukuran agregat maks : 25 mm
d. Kadar semen : (325 + 350)/2 = 338 kg/m3
e. Berat jenis agregat gabungan : 1,80
f. Faktor kehilangan semen : 1,05
g. Faktor kehilangan agregat : 1,20

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 51


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

Proporsi campuran :
Semen portland : 338/2325 x 100 % = 14.53 %
Fas : 52 %
Air : 0.52 x 14,53 % = 7,55 %
Agregat : 100 - 14,53 - 7,55 = 77,92 %
Agregat kasar : 60 % x 77,92 % = 46,75 %
Agregat halus : 40 % x 77,92 % = 31,17 %
Kebutuhan bahan :
Semen Portland : 14,53 % x 2325 x 1,05 = 354,71 kg = 7 zak (1 zak = 50 kg)
Air : 52 % x 354,71 = 184,45 liter
Agregat kasar : 46,75 % x 2,325 x 1,2 x 1/1,8 = 0,709 m3
Agregat halus : 31,17 % x 2,325 x 1,2 x 1/1,8 = 0,483 m3
Kebutuhan bahan untuk beton/m3 dengan mutu K-225 /m3 :
Semen Portland : 7 zak = 354,71 kg
Agregat kasar : 0,709 m3
Agregat halus : 0,483 m3
Air : 184,45 liter
Kebutuhan besi beton dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :
Faktor kehilangan : 1,1
Kebutuhan bahan :
Besi beton : 1 x 1,1 = 1,1 kg
Kawat pengikat ditaksir : 0,20 kg

Perhitungan kebutuhan bahan dengan cara khusus ini juga dilakukan misalnya untuk
pekerjaan pada lapis permukaan jalan raya. Lapis permukan jalan raya ini biasanya
menggunakan bahan aspal beton, dengan ketebalan serta perbandingan campuran yang
beragam.
Contoh:
Lapis penutup dari beton aspal dengan tebal padat 5 cm (0,05 m), dengan komposisi
campuran sebagai berikut :

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 52


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

o Batu pecah : 50 %, berat isi 1,8 t/m3


o Pasir : 40 % , berat isi 1,7 t/m3
o Filler : 5%
o Aspal : 5%
Berat isi laston padat 2,3 t/m3
Perhitungan kebutuhan bahan untu setiap 1m2 laston :
Untuk menghitung kebutuhan masing masing bahan maka perlu ditetapkan asumsi
sebagai berikut :
o Pada saat penghamparan ketebalan ditambah kurang lebih 25 % dari tebal padat.
o Perkiraan kehilangan bahan untuk batu pecah dan pasir masing-masing 20 %
o Perkiraan kehilangan bahan untuk filler dan aspal masing-masing 5 %
Batu pecah 50% = 50% x 1m2 x 0,05 m x 2,3 t/m3 x 1,2 x 1,25 x 1/1,8 t/m3= 0, 048m3
Pasir 40% = 40% x 1m2 x 0,05 m x 2,3t/m3 x 1,2 x 1,25 x 1/1,7 t/m3 = 0,040m3
Filler 5% = 5 % x 1m2 x 0,05 m x 2,3t/m3 x 1,05 x 1000 kg = 6,04 kg
Aspal 5% = 5 % x 1m2 x 0,05 m x 2,3t/m3 x 1,05 x 1000 kg = 6,04 kg
Sehingga kebutuhan masing – masing bahan untuk setiap 1m2 lapis penutup laston
dengan tebal padat 5 cm adalah :
o Batu pecah : 0,048 m3
o Pasir : 0,040 m3
o Filler : 6,04 kg
o Aspal : 6,04 kg
Pada contoh perhitungan di atas material bangunan yang akan digunakan bukan
merupakan bahan yang pada saat pemakaian membentuk elemen bangunan dengan cara
dicampur (bahan komposit) seperti untuk adukan, untuk plesteran, pasangan, beton serta
aspal beton.
Untuk material yang bukan merupakan bahan komposit maka perhitungan kebutuhan
bahan dihitung dengan cara mengukur bahan elemen bangunan dari pekerjaan dari
gambar bestek, atau memperkirakan besarnya dimensi elemen bangunan terpasang.
Dari hasil pengukuran kemudian ditambah dengan perkiran bagian yang hilang atau

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 53


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

terpotong yang dinyatakan dalam prosentase dari dari jumlah material terpasang.
Perkiran bagian yang hilang atau terpotong dan tidak biasa digunakan bervariasi antara 5
% sampai 20 %. Misalnya :
o Kayu perlu ditambah 10 %
o Besi / baja 5 %
o Genteng 5%
o Pipa 5 %
Untuk memudahkan dalam perhitungan kemudian banyaknya bahan yang diperlukan
dinyatakan sebagai faktor pengali .
Contoh:
Untuk 1 m3 kayu maka yang dibutuhkan sekitar 100 % + 10% = 110 % atau jika dijadikan
faktor pengali menjadi 1,1.

3.4.3. Analisa Biaya Bahan


Pada dasarnya analisa biaya bahan pada harga satuan pekerjan adalah menghitung
berapa besarnya harga satu jenis berdasarkan jumlah bahan yang digunakan untuk satu
satuan pekerjaan.
Analisa harga satuan bahan disusun dengan terlebih dahulu menetapkan jenis pekerjanya
beserta satuannya, kemudian disusun dengan berurutan didahului dengan menuliskan
jumlah kebutuhan setiap bahan yang digunakan kemudian diikuti dengan menuliskan
nama setiap bahan yang digunakan di pekerjaan dan kemudian harga setiap bahan yang
digunakan. Berikut beberapa contoh analisanya :
Analisa biaya bahan untuk pasangan batu kali :
 1m3 pasangan batu kali campuran 1KPR : 1PC : 3PSR
1,2 m3 batu kali @ Rp/………… /m3 = Rp…………….
0,105 m3 kapur @ Rp…………../m3 = Rp…………….
0,105 m3 semen merah @ Rp…………../m3 = Rp…………….
0,136 m3 pasir @ Rp…………../m3 = Rp…………….
Jumlah = Rp…………….

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 54


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

 1m2 pasangan batako ukuran 39 x 19x 10 cm, spesi 1 PC : 4 PSR, tebal 10 mm .


12,5 buah batako @ Rp………….../bh = Rp…………….
3,43 kg. Semen @ Rp………….../kg = Rp…………….
0.011 m3 pasir @ Rp……….…./m3 = Rp…………….
Jumlah = Rp……………….
Dengan demikian apabila dari harga setiap bahan bangunan yang digunakan diketahui,
maka berdasarkan kebutuhan bahan setiap jenis akan dapat dihitung harga satuan setiap
jenis pekerjaan.
Hal yang perlu diperhatikan didalam menetapkan harga setiap bahan adalah :
 Harga material adalah harga di tempat proses pekerjaan, harga tersebut termasuk
biaya angkutan dari asalnya ( pabrik, toko, suplier ) sampai lokasi , biaya restribusi
bea masuk dan lain-lain.
 Harga material di luar pajak pertambahan nilai ( PPn ), yaitu harga pabrikan,
distributor, toko, supplier sebelum dikenakan pajak.
 Preferensi terhadap produk dalam negeri, yaitu material hasil produksi dalam negeri
diberikan preferensi tertentu terhadap material yang diproduksi di luar negeri.

3.5. Analisa Harga Satuan Upah


Seperti halnya harga satuan bahan, harga satuan upah disusun seperti halnya analisa
harga satuan bahan untuk setiap satu satuan pekerjaan, disamping itu analisa harga satuan
upah ini selalu dihitung bersama dengan analisa satuan bahan.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menyusun analisa biaya upah
pelaksanan pekerjaan, yang masih sering kita jumpai sampai saat ini adalah analisa BOW
(Burgerlijke Opebore Werken), hal ini dikarenakan perhitungan lebih sederhana, lebih mudah
dan lebih cepat. Analisa perhitungan harga satuan upah untuk suatu pekerjaan dihitung dengan
menggunakan suatu koefisien dari biaya upah setiap pekerja.
Koefisien pengali pada dasarnya adalah perbandingan antara kemampuan untuk
menyelesaikan 1 satuan pekerjan (luas, volume unit) terhadap kemampuan untuk
menyelesaian pekerjaan selama satu hari, sedangkan besarnya upah didasarkan pada standar
orang per hari, dimana 1 hari = 7 jam efetif.

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 55


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

Untuk mengerjakan satu jenis pekerjaan biasanya akan dilibatkan beberapa jenis tenaga
kerja, seperti : mandor, kepala tukang, tukang dan pekerja. Sedangkan perbandingan dan
jumlahnya diasumsikan dengan suatu kriteria tertentu.
Tidak semua jenis pekerjaan akan melibatkan semua jenis tenaga kerja, hal ini akan
tergantung dari jenis pekerjaan yang akan dilakukan . Seperti misalnya pada pekerjaan galian
tanah.
 1 m3 galian tanah biasa dengan kedalaman, tanah disebarkan disekitarnya atau diangkut :

0.75 pekerja @ Rp………./hr/org = Rp……………


0,025 mandor @ Rp………/hr/org = Rp……………
Jumlah = Rp…………….
Analisa biaya satuan upah pekerjaan galian tanah tersebut di atas ditetapkan dengan
asumsi : untuk setiap 1m3 galian seorang pekerja akan membutuhkan waktu 0,75 dari
kemampuan selama satu hari seorang. Dengan demikian satu hari kerja mampu menggali tanah
1/0,75 = 1,33 m3 . sedangkan perbandingan antara pekerja dengan mandor adalah : 0,75/0,025
= 30, atau seorang mandor mengawasi 30 pekerja.
Analisa biaya upah untuk jenis pekerjan yang sama analisanya dapat dibuat sendiri jika
telah ditetapkan perkiraan kemampuan seorang pekerja untuk dapat mengerjakan suatu jenis
pekerjaaan, serta menetapkan besarnya perbandingan antara mandor dengan jumlah pekerja.
Untuk jenis pekerjaan yang lain khususnya jenis pekerjaan yang dalam merealisasikan
membutuhkan material maka analisa dibuat dengan asumsi semua jenis tenaga kerja terlibat
seperti : pekerjan pasangan, plesteran, pekerjaan kayu, pasangan dan sebagainya.
Contoh :
Analisa biaya upah pekerjaan untuk :
 1 m3 pasangan batu kali

1,2 tukang @ Rp………./hr/org = Rp……………


0,12 kepala tukang @ Rp………/hr/org = Rp……………
3,6 pekerja @ Rp………/hr/org = Rp……………
0,18 mandor @ Rp………/hr/org = Rp……………
Jumlah = Rp…………….

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 56


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

Koefisien analisa biaya upah pada pekerjaan pasangan tersebut di atas ditetapkan dengan
asumsi, satu tim kerja terdiri dari sebagai berikut : seorang tukang akan dibantu oleh 3 orang
pekerja, setiap tukang dalam satu hari mampu menyelesaikan pekerjaan pasangan 8,6 m3
pasangan. Dalam satu tim ini terdiri dari 3 orang mandor yang akan dibantu 2 orang kepala
tukang, setiap kepala tukang akan mengawasi 10 tukang.
Untuk menetapkan koefisien biaya pada setiap jenis pekerjaan maka harus ditetapkan terlebih
dahulu perbandingan antara satu jenis tenaga kerja, kemudian menetapkan satuan pekerjaaan
yang mampu diselesaikan oleh tim satu hari.
Contoh:
Untuk pekerjan plesteran analisa biaya setiap m2.
Satu tim akan terdiri dari 3 mandor yang akan dibantu oleh 2 kepala tukang, setiap kepala
tukang akan mengawasi 10 tukang, setiap 1 tukang akan dibantu oleh 3 pekerja. Jika dalam satu
hari mampu mengerjakan 10 m2.
10 tukang akan diawasi oleh seorang kepala tukang .
Maka koefisien analisa biaya untuk setiap 1m2 dapat ditetapkan sebagai berikut :
Koefisien :
o Tukang : 1/10 = 0,1
o Kepala tukang : 1/10 x 1/10 = 0,10
o Pekerja : 1/10 x 60/20 = 3
o Mandor : 1/10 x 3/20 = 0,015
Sehingga untuk menghitung analisa harga satuan pekerjaan adalah sebagai berikut:
 1 m3 pekerjan pasangan batu kali
0,1 tukang @ Rp………...…./hr/org = Rp……………
0,01 kepala tukang @ Rp……………/hr/org = Rp……………
3 pekerja @ Rp……………/hr/org = Rp……………
0,015 mandor @ Rp……………/hr/org = Rp……………
Jumlah = Rp…………….
Untuk satu jenis pekerjaan analisa biaya bahan akan selalu diikuti dengan analisa biaya untuk
upah. Pada umumnya analisa harga satuan pekerjaan akan terdiri dari analisa biaya untuk

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 57


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

bahan dan analisa biaya untuk upah.


Oleh kerena itu maka analisa harga satuan pekerjaan ini akan sangat banyak. Sehingga untuk
memudahkan dalam perhitungan maka dibuatlah dalam suatu analisa, yang umumnya disebut
sebagai ” analisa harga satuan pekerjaan ” yang dapat ditemui dalam beberapa buku literatur.
Dengan perkembangan kemajuan teknologi dewasa ini pada dasarnya dapat digunakan sebagai
dasar perhitungan, namun perlu disesuaikan dengan terutama besarnya koefisien baik bahan
maupun tenaga kerja. Koefisien ini dipengaruhi oleh jenis material yang digunakan serta
metode pelaksanan pekerjaan.

3.6. Analisa Biaya Pekerjaan Yang Menggunakan Peralatan


Seiring dengan dengan perkembangan teknologi dewasa ini tidak sedikit pekerjaan yang
dilakukan dengan menggunakan bantuan peralatan, terutama jenis pekerjaan dengan jumlah
yang cukup besar.
Kelebihan/keunggulan peggunaan peralatan antara lain : Pekerjaan dapat diselesaikan dalam
waktu yang lebih cepat, kualitas pekerjaan bisa lebih baik serta untuk suatu pekerjaan dengan
volume tertentu biaya pekerjan akan lebih murah.
Untuk menghitung harga satuan pekerjaan yang pelaksanaan pekerjaanya akan menggunakan
peralatan maka perhitungan analisa dilakukan dengan cara khusus untuk menghitung harga
satuan pekerjaan.
Ada beberapa jenis alat berdasarkan tujuan penggunaanya yang masing-masing memiliki
karakteristik yang berbeda disamping adanya beberapa merk dari produksi alat, maka akan
berbeda pula dalam membuat perumusan perhitungan biaya perawatan dan metode
pengoperasianya.
Perhitungan analisa biaya pekerjaan yang dilaksanakan dengan menggunakan alat disini adalah
salah satu yang dapat dijadikan sebagai referensi atau pedoman. Sehingga tidak menutup
kemungkinan adanya perhitungan biaya dengan formula yang berbeda.

3.4.1. Perhitungan Komponen Biaya Penggunaan Alat


Biaya penggunaan peralatan dihitung berdasarkan keperluan untuk mengoperasikan alat setiap
satuan waktu (per jam / per hari) pengoperasian. Secara umum komponen biaya penggunaan

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 58


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

alat adalah sebagai berikut :


1. Biaya Pasti ( Initial Cost )
Biaya pasti ( pengembalian modal dan bunga ) setiap tahun dihitung sebagai berikut :
(B  C) x D  F
G
W
dimana:
G = Biaya pasti per jam
B = Harga alat setempat
C = Nilai sisa, (salvage value), yaitu nilai/harga dari peralatan yang bersangkutan umur
ekonomisnya berakhir. Biasanya nilai ini diambil 10 % dari initial cost atau harga pokok
alat setempat
D = Faktor pengembalian modal, (capital recovery factor = crf) yang nilainya dipengaruhi
oleh suku bunga / th ( i) dan waktu ( A )
r (1  i ) A
D
(1  i ) A 1
W = Jumlah jam kerja peralatan dalam satu tahun
o Bagi peralatan berat :
W = 8 jam/hr x 250 hr/th x 1 = 2000 jam/tahun
o Bagi peralatan yang bertugas sedang :
W = 8 jam/hr x 200 hr/th x 1 = 1600 jam/tahun.
o Bagi peralatan yang bertugas ringan:
W = 8 jam/hr x 150 hr/th x 1 = 1200 jam/tahun.
A = Umur Ekonomis Peralatan (Economic life Years) dalam tahun yang lamanya tergantung
dari tingkat penggunaan dan standart dari pabrik pembuatanya.
F = Biaya asuransi, pajak dan lain-lain pertahun. Besarnya nilai ini biasanya diambil sebesar
2 permil dari initial cost atau 2 persen dari nilai sisa alat.
2. Biaya Operasi dan Pemeliharaan Cara Pendekatan
Mengingat banyaknya jenis peralatan dari berbagai merk yang akan digunakan, estimator
akan mengalami kesulitan apabila harus menggunakan perhitungan berdasarkan manual
dari setiap pabrik pembuat alat yang bersangkutan. Untuk memudahkan perhitungan biaya
operasi dan pemeliharan suatu peralatan dapat digunakan rumus-rumus pendekatan yang

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 59


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

berlaku untuk seluruh macam peralatan.


A. Biaya Bahan Bakar ( H )
H = ( 12,5 s/d 17,50 ) % x HP
H = Besarnya bahan bakar yang digunakan dalam liter
Hp = kapasitas mesin penggerak dalam horse power
12,5 % = untuk alat bertugas ringan
17,5 % = untuk alat yang bertugas berat
B. Biaya Pelumas ( I )
I = Besarnya pemakaian pelumas dalam 1 jam dalam 1 liter
Hp = kapasitas mesin penggerak dalam horse power
1% = untuk alat bertugas ringan
2% = untuk alat yang bertugas berat
C = Biaya Perbaikan dan Perawatan ( K )
B
K  (12,50 s / d 17,50) % x
W
dimana :
B = Harga Pokok Alat
W = Jam kerja dalam satu tahun
12,5 % = untuk alat yang bertugas ringan
17,5 % = untuk alat yang bertugas berat
Dengan mengetahui harga setiap komponen maka biaya penggunaan alat dapat dihitung. Pada
umumnya perhitungan dibuat dalam suatu tabel.

3.4.2. Produksi Alat


Alat yang digunakan untuk mendukung suatu pelaksanan pekerjaan dibuat sesuai fungsinya.
Oleh karena itu maka cara kerja dari masing masing alat akan berbeda beda antara satu dengan
yang lain. Yang perlu diperhatikan dalam menghitung produkasi alat adalah : fungsi alat,
kapasitas, waktu siklus, tingkat efisiensi.
Produksi alat dinyatakan sebagai :

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 60


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

q x 60 x E 3
Qq x N x E  (m / jam, cu. yd / jam)
Cm
dimana :
Q = produksi /siklus ( m3/jam, cu.yd/jam )
q = produksi (m3, cu.yd) dalam satu siklus kemampuan alat untuk memindahkan tanah lepas
N = jumlah siklus dalam satu jam
N = 60/Cm
Cm = waktu siklus ( dalam menit )
E = effisiensi kerja
Effisiensi kerja ditentukan sebagai Tabel 18 berikut:
Tabel 18.
Effisiensi Kerja

3.4.2.1. Buldozer
Secara umum Buldozer digunakan untuk , mengupas top soil. menggali tanah dengan cara
menggusur, secara khusus dapat juga digunakan untuk mendorong tanah bekas galian sampai
jarak tertentu.
Produksi per jam dinyatakan sebagai berikut :
q x 60 x E 3
Qq x N x E  (m / jam, cu. yd / jam)
Cm
Dimana :
Q = produksi perjam
q = produksi /siklus ( m3, cuyd)
Cm = waktu siklus ( dalam menit )
E = efisiensi kerja
Untuk pekerjaan penggusuran , produksi per siklus dihitung sebagi:

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 61


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

q = L x H2 x a
dimana :
L = panjang pisau ( blade ) dalam m, yrd
H = tinggi pisau ( blade ) dalam m, yrd
a = factor sudu
Besarnya factor sudu dipengaruhi oleh : derajad pelaksanaan penggusuran dan jenis material :
o Penggusuran ringan, pelaksanaan penggusuran dengan sudu penuh, jenis tanah berpasir
tidak dipadatkan, tanah biasa, factor sudu : 1,1 – 0,9
o Penggusuran sedang, pelaksanaan penggusuran dengan sudu penuh, jenis tanah
bercampur kerikil, atau split pasir, batu pecah. factor sudu : 0,9 – 0,7
o Penggusuran agak sulit, tanah kadar air tinggi, tanah liat, pasir bercampur kerikil, tanah liat
yang sangat kering dan tanah asli. faktor sudu : 0,7 – 0,6
o Penggusuran sulit, batu hasil ledakan, batu berukuran besar, factor sudu: 0,7 – 0,6

Waktu siklus ( Cm ),adalah waktu yang dibutuhkan alat untuk sekali berproduksi. Waktu siklus
dinyatakan sebagai :
D D
Cm   z
F R
dimana :
D = jarak gusur dalam m, yrd
F = kecepatan maju ( m/menit,yd/menit )
R = kecepatan mundur ( m/menit,yd/menit )
Z = waktu untuk ganti persneling
Waktu untuk ganti persneling antara : 0,10 – 0,20 menit
Contoh perhitungan :
Buldozer dengan ukuran blade ( pisau ) : Panjang (L) = 4.00 m
Tinggi ( H ) = 1,0 m
Jenis tanah yang akan digali tanah biasa , faktor sudu = 1,0
Kondisi operasi alat dan pemeliharaan alat baik, faktor koreksi = 0,75
Jarak gusur ( D ) = 40 m
Kecepatan maju ( F ) = 40 m /menit

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 62


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

Kecepatan mundur ( R ) = 60 m/ menit


Hitung produksi bulldozer !
Perhitungan:
Produksi/siklus ( q ) = L x H2 x a = 4 x 1,12 x 1 x 1,0 = 4,84 m3
D D 40 40
waktu siklus (Cm)    0,1    0,10 1,77 menit
F R 40 60
q x 60 x E 4,84 x 60 x
produksi Q / jam   x 0,75 123 m 3
Cm 1,77
Jika 1 hari kerja = 6 jam, maka produksi/hari ; Q/hari = 6 x 123 m3 = 738 m3

3.4.2.2. Excavator
Excavator selain dapat digunakan untuk menggali tanah dan sekaligus mengangkat material
dari lobang tanah bekas galian, dan dapat digunakan juga digunakan untuk memuat material
lepas ke dalam truk.
Produksi Excavator dinyatakan sebagai :
q x 3600 x E 3
Q (m / jam, cu. yd / jam)
Cm
Dimana :
Q = produksi /jam ( m3, cu.yd)
q = produksi /siklus ( m3, cu.yd)
Cm = waktu siklus ( dalam detik )
E = efisiensi kerja
Produksi per siklus ( q ) = q1 x K
q1 = kapasitas munjung dari mangkok
K = factor bucket
Faktor bucket dipengaruhi oleh kondisi pemuatan antara lain seperti berikut :
Ringan, factor bucket = 1,0- 0,8
Sedang, factor bucket = 0,8 – 0,6
Agak sulit,factor bucket = 0,6 – 0,5
Sulit, factor bucket = 0,85 – 0,4

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 63


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

Waktu siklus = waktu menggali + waktu putar + 2 waktu buang


Waktu menggali dipengaruhi oleh kedalaman dan kondisi galian.

Tabel. 17
Waktu menggali ( detik )

Waktu memutar lengan dipengaruhi oleh sudut dan kecepatan putar.

Tabel 18
Sudut dan kecepatan putar

Waktu membuang dipengaruhi oleh kondisi pembuangan :


o Ke dalam Dumptruck = 5 – 8 detik
o Ke tempat pembuangan = 3 – 6 detik
Contoh perhitungan :
Excavator dengan ukuran mangkok ( q ) = 0,95 m3 munjung, akan digunakan untuk
memindahkan tanah bekas galian kedalm dump truck, jenis tanah liat berpasir, sudut putar
lengan 45° – 90° . kondisi operasi dan pemeliharaan mesin baik. Hitung produksi excavator /jam
Perhitungan :
Tanah liat berpasir, faktor bucket = 1,0
Kondisi pemuatan ringan,
Material yang dapat ditangkap mangkok (q) = 1,0 x 0,95 m 3 = 0,95 m3.
Waktu siklus ( Cm ), terdiri dari :
o mengisi mangkok = 6 detik
o putar membuang = 6 detik
o membuang ke dalam truk = 6 detik

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 64


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

o putar posisi awal = 6 detik


------------------- +
Cm = 24 detik

q x 3600 x E 0,95 x 3600 x 0,75


produksi Q / jam   106,88 m 3
Cm 24
Jika 1 hari kerja = 6 jam,produksi/hariQ/hari = 6 x 106,88 m3 = 641,25 m3

3.4.2.3. Dump Truck


Dump truk digunakan sebagai alat pengangkut material dari satu tempat ketempat lain.
Pengisian material yang akan diangkut ke dalam dump truck bisa dilakukan secara manual
dengan tangan manusia atau dilakukan dengan bantuan alat pemuat Whell loader atau
Excavator, sedangkan cara menumpah material biasanya dilakukan secara mekanis. Produksi
dump truck dapat dihitung dengan beberapa model pendekatan salah satu diantaranya dengan
asumsi 1 hari bekerja selama 6 jam; Produksi dump truck / hari :
q x 60 x 6 x E
Q
Cm
Dimana :
Q = produksi perhari ( m3 /hari )
q = kapasitas bak ( m3)
Cm = waktu siklus ( dalam menit )
Waktu siklus meliputi jumlah waktu dari :
o Waktu untuk mengisi bak
o Waktu untuk mengangkut
o Waktu untuk menumpah
o Waktu untuk kembali
E = efisiensi kerja
Jika dump truck digunakan untuk memidahkan tanah dari satu tempat ke tempat lain, dimana
alat untuk mengisi bak dilakukan dengan alat pemuat seperti Excavator. Maka jumlah dump
truck dapat dihitung :
produksi excavator/ jam Qexc / jam
jumlah dump truck (n)  
produksi dump truck / jam QDT / jam

Contoh Perhitungan:
Dump truck dengan kapasitas bak (q) = 7 m3 akan digunakan untuk mengangkut tanah. Jarak

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 65


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

angkut rata-rata 5 km, dengan kecepatan rata-rata pergi 40 km/jam, dan kembali 50 km/jam.
Untuk mengisi bak dilakukan dengan Excavator dengan kapasitas mangkok = 0,95 m3 waktu
siklus = 24 detik, dengan produksi/jam 106,88 m3.
Diminta menghitung produksi dump truk/jam dan jumlah dump truk yang dapat melayani
Excavator !
Perhitungan:
Kapasitas bak (q) = 7 m3
Waktu siklus (Cm) :

7 m3
o mengisi bak  x 24 / 60  2,95 menit
0,95 m 3
o Pergi = 5/30 x 60 = 10,00 menit
o Menumpah = 0,30 menit
o Kembali = 5/40 x 60 = 7,50 menit
Waktu siklus (Cm) = 20,75 menit

Produksi dump truck per jam :


q x 60 x E 7 x 60 x 0,75
QDT / jam   15,18 m 3
Cm 20,75
Qexc / jam 106,88
jumlah dump ( N )    7 buah
QDT / jam 15,18

3.4.2.4. Motor Grader


Motor grader adalah alat yang digunakan untuk meratakan permukaan tanah, atau material
yang lain sebelum dilakukan pemadatan. Selain itu alat ini dapat digunakan juga untuk
membentuk permukaan.
Untuk perataan pembentukan permukaan jalan maka gerakan motor grader hanya maju dan
mundur. Produksi perataan hanya akan dilakukan pada waktu gerakan maju saja.
Produksi motor grader dipengaruhi oleh:
o Lebar efektif pisau (blade) = Le ( meter)
o Kemiringan pisau =α
o Kecepatan maju atau mundur = Vmaju, Vmundur ( m/menit )

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 66


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

o Panjang manuver = D ( meter )


o Jumlah liputan =N
Produksi per siklus dinyatakan sebagai :
q = D ( Le cos α )
Sedangkan produksi per jam dalam satuan luas dinyatakan sebagai :
q x 60 x E
Q x1 / N
Cm
Dimana :
Q = produksi perjam ( m2 /jam )
q = produksi persiklus ( m2 )
Cm = waktu siklus ( dalam menit )
D D
Cm   z
F R
D = jarak maneuver, m
F = kecepatan maju ( m/ menit )
R = kecepatan mundur ( m/menit )
Z = waktu untuk ganti persneling
Contoh Perhitungan :
Perataan lapis pondasi rencana jalan akan dilakukan dengan motor grader. Panjang pisau ( L ) =
4 meter. Pengoperasia dilakukan dengan kemiringan pisau ( α ) =30°, lebar overlap = 5% dari
panjang pisau. Panjang manuver ( D ) = 40 meter. Kecepatan maju (F) = 60 meter/menit,
kecepatan mundur (R) = 80 meter/menit. Jumlah liputan (N) = 5 kali . Hitung produksi motor
grader !
Perhitungan :
Liputan efektif (Le) = L x 95 % x Cos α = 4 x 0,95 x Cos. 30° = 3,29 m
Produksi/siklus (q) = Le x D = 3,29 m x 40 m = 131,60 m2
D D 40 40
waktu siklus (Cm)    0,1    0,1 1,27 menit
F R 60 80
Produksi per jam :

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 67


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

q x 60 x E 131,60 x 60 x 0,75
Q / jam  x1 / N  x 1 / 5  932,60 m 2
Cm 1,27
3.4.2.5. Alat Pemadat
Alat pemadat dapat terdiri dari pemadatan dengan atau tanpa getaran. alat pemadat di
antaranya : Tandem Roller, Macadam Roller, Pneumatic Roller, dan lain sebagainya. Produksi
pemadatan dipengaruhi oleh :
- Lebar efektif pemadatan = We
- Kecepatan maju/ mundur =V
- Jumlah liputan =N
Besarnya lebar efektif (We) dapat berkisar 90% – 95 % dari lebar roda (W), kecepatan biasanya
rendah berkisar antara 2 sampai 3 km/jam.
Produksi pemadatan dapat dihitung dengan pendekatan :
Q = We x V x E x 1 /N
Dimana : Q = m2 / jam

3.4.2.6. Asphalt Finisher


Asphalt finisher adalah alat yang digunakan untuk menghamparkan laston, yaitu bahan lapis
permukaan pada jalan dengan perkerasan lentur. Produksi asphalt finisher dipengaruhi oleh
lebar dan kecepatan gerak maju penghamparan laston. Kecepatan penghamparan biasanya
sangat lambat, berkisar antara 1 sampai 2 meter per menit.
Produksi Asphalt Finisher dihitung sebagai :
Q = W x V x 60
Dimana:
Q = Luas penggelaran (m2 per jam )
W = Lebar penggelaran (m)
V = Kecepatan penggelaran (m/menit )

3.7. Harga Satuan Alat


Harga satuan pekerjaan yang pelaksanaanya menggunakan alat berat adalah ekivalen dari biaya
penggunaan perlatan dengan produksi yang mampu dihasilkan oleh alat yang bersangkutan.

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 68


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

Sehingga dengan demikian maka, jika diketahui biaya penggunaan alat dan produksi dalam
jangka waktu tertentu maka dapat dihitung harga satuan pekerjaan.
biaya pemakaian alat
h arg a satuan pe ker jaan 
produksi alat

Contoh Perhitungan :
Pemindahan tanah dilakukan dengan 7 buah dump truck sebagai alat pengangkut excavator
sebagai alat untuk mengisi dump truck. Produksi excavator per jam sama dengan produksi 7
unit dump truck = 106,875 m3
Biaya pengoperasian Excavator/jam = Rp. 215.200,-
Biaya pengoperasian dump truck/unit/jam = Rp. 137.600,-
Hitung biaya pemindahan tanah /m3
Perhitungan :
Biaya pengoperasian alat /jam
Excavator, 1 unit = 1 x Rp 215.200,- = Rp. 215.200,-
Dump truck 7 unit = 7 x Rp.137.600,- = Rp. 963.200,-
Mandor 1 0rang = 1/7 x Rp. 45.000,- = Rp. 6.428,-
Jumlah = Rp.1.184.828,-
1.184.828
h arg a satuan pe ker jaan pe min dahan tan ah / m 3   Rp.11.086,11
106,875
Biaya tersebut belum termasuk keuntungan kontraktor yang nilainya dinyatakan dalam persen
terhadap harga satuan satuan pekerjaan dan pajak pertambahan nilai.
3.8. Kesimpulan.
Harga satuan pekerjaan memiliki peranan yang penting untuk menentuakan biaya suatu proyek
konsstruksi. Bagi kontraktor menetapkan harga satu pekerjaan haruslah kompetitif, sebab juka
harga penawaran terlalu tinggi sulit untuk dapat memenangkan pelelangan, sebaliknya jika
terlalu rendah maka kemungkinan akan rugi jika harus melaksanakan pekerjaaan.
Harga satuan pekerjaan adalah harga dari suatu komponen bangunan yang dibuat dalam suatu
satuan tertentu. perhitungan harga satuan pekerjaan telah memuat semua komponen baik
biaya-biaya untuk material, upah pekerja serta biaya penggunaan peralatan. Mengingat
banyaknya jenis pekerjaan serta beragamnya bahan yang digunakan dalam suatu proyek

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 69


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

konstruksi maka untuk memudahkan dalam menghitung harga satuan pekerjaan telah
disediakan analisa harga satuan pekerjaan berupa daftar analisa harga satuan pekerjaan
sebagai pedoman. Namun demikian ada beberapa jenis pekerjaaan tertentu yang analisanya
tidak akan diperoleh dari daftar analisa. ini, untuk itu maka harus dilakukan dengan
menggunakan perhitungan tersendiri. Seperti misalnya pekerjaan yang menggunakan material
yang masih relatif baru atau dalam pelaksanaan menggunakan suatu alat tertentu.
Jika dalam pelaksaan pekerjaan mengunakan alat maka besarnya biaya untuk pengoperasian
alat dapat dihitung dengan menggunakan rumus-rumus tertentu yang dikeluarkan oleh pabrik
pembuatnya ataupun menggunakan rumus pendekatan, demikian juga untuk produksi alat
masing-masing perusahaan pembuat alat biasanya telah memberikan pedoman dalam
menghitung produksi setiap peralatan.
Perhitungan harga satuan pekerjaan yang pelaksaanya menggunakan alat berat dapat dihitung
jika diketahui biaya pengopersaian alat dan produksi alat dalam satuan waktu tertentu.

3.9. Latihan
1. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan harga satuan pekerjaan ?
2. Sebutkan komponen harga yang terdapat dalam harga satuan pekerjaan !
3. Apa kegunaan koefisien biaya yang terdapat dalam analisa harga satuan pekerjaan
4. Buatlah analisa harga satuan pekerjaan untuk 1m3 pekerjaan galian jika diasumsikan 1
mandor mengawasi 20 pekerja, setiap pekerja perhari mampu menggali tanah 1,5 m3.
5. Buatlah analisa harga satuan biaya .pekerjaan untuk 1 m2 pasangan batu bata dengan
ketebalan pasangan setengah batu, ukuran batu bata 23 cm x 11 cm x 5 cm, ketebalan
spesi 15 mm, digunakan campuran 1Pc : 5 Ps. Sedang untuk harga satuan upah
diasumsikan 1 mandor membawahi 2 kepala tukang, setiap kepala tukang akan mengawasi
10 tukang, setiap tukang akan dibantu oleh 3 pekerja, Output tukang 3 m2 per hari per
orang. Harga material dan upah pekerja ditetapkan berdasarkan upah dan harga yang
berlaku saat ini.
6. Hitunglah harga satuan pekerjaan untuk galian tanah, pelaksanaannya menggunakan
Buldozer, dengan blade ukuran panjang 3,66 m. tinggi 0,9 m. jenis tanah pasir bercampur

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 70


Diarto Trisnoyuwono, ST., MT

kerikil, kondisi operasi alat sedang, pemeliharaan mesin baik. Biaya penggunaan alat Rp.
208.400,-
7. Jika volume pekerjaan galian tanah 800 m3, pelaksanaan penggalian akan dilakukan dengan
menggunakan bulldozer di atas, maka hitunglah biaya total seluruh pekerjaan.
8. Pemadatan tanah akan dilakukan tandem roller, jika diketahui lebar roda 2 m liputan
efektif 95 % dari lebar roda kecepatan maju dan mundur rata rata 2 km/jam. Jumlah
liputan 6 pasing. Jika biaya penggunaan alat per jam Rp. 142.700,- hitung biaya pemadatan
untuk setiap meter persegi !

Bahan Ajar Estimasi Biaya Page 71

Anda mungkin juga menyukai