Anda di halaman 1dari 12

MODUL PERKULIAHAN

Struktur Baja
2
Batang Tekan #1

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

05
Teknik Perencanaan Teknik Sipil W111700020 Ivan Jansen S., ST, MT
dan Desain

Abstract Kompetensi
Modul ini bertujuan untuk memberikan Mahasiswa/i mampu menentukan dan
pemahaman dasar mengenai menghitung kapasitas rencana dari
perencanaan batang tekan pada batang tekan
struktur baja
Batang Tekan ( Compression Member)

1. Pendahuluan
Batang tekan merupakan elemen struktur yang ditujukan hanya pada gaya aksial tekan. Beban
diaplikasikan pada sumbu longitudinal/memanjang dari pusat penampang. Kondisi ini hampir
tidak pernah terjadi dalam realitasnya, karena selalu adanya eksentrisitas beban meski dalam
skala yang kecil. Dalam hal ini pembahasan hanya untuk kondisi aksial tekan tanpa
adanya/diikuti bending mement/kondisi lentur. Pada struktur baja, umumnya penampang pada
kolom berbentuk IWF, lingkaran atau persegi yang berongga (hollow section) juga profil
tersusun(built-up section) yang disambung menggunakan pelat kopel, untuk elemen
bracing/rangka banyak menggunakan profil siku dan siku ganda, profil T, ataupun juga persegi
dan lingkaran yang hollow.
Syarat kestabilan dalam mendisain komponen struktur tekan sangat perlu diperhatikan,
mengingat adanya bahaya tekuk (buckling) pada komponen-komponen struktur tekan yang
langsing.

Gbr1. Tipe dari batang tekan (compression member)

‘18 Struktur Baja 2


2 Ivan Jansen S., ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gbr2. Elemen rangka

Gbr3. Elemen struktur gedung

‘18 Struktur Baja 2


3 Ivan Jansen S., ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2. Tekuk Elastik Euler
Teori tekuk kolom pertama kali diperkenalkan oleh Leonhard Euler di tahun 1744.
Komponen struktur yang dibebani secara konsentris dan bentuknya langsing, di mana seluruh
serat bahan masih dalam kondisi elastik hingga terjadinya tekuk, perlahan-lahan melengkung.
Kegagalan seperti ini disebut critical buckling load. Jika komponen struktur stocky
(pendek/gemuk) dikenakan beban yang konsentrik, maka kapasitas beban nya yang lebih
besar untuk membuat dalam kondisi tidak stabil. Hal ini dapat dilihat bahwa pada elemen yang
pendek/gemuk kegagalan biasanya terjadi pada kelelehanya dan bukan pada tekuk atau
buckling.

Gbr4. Elemen struktur langsing dan stocky/gemuk

Persamaan deferensial untuk deformasi penampang dari suatu elemen struktur yang elastik
akibat lentur adalah :

Dengan melihat gambar berikut, maka persamaan untuk kondisi lentur atau momen lentur P cry
dapat ditulis sebagai berikut :

‘18 Struktur Baja 2


4 Ivan Jansen S., ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dengan persamaan second-order, linier dan persamaan diferensial umum dengan konstanta
koefisien menjadi :

A dab B adalah konstanta, dan dievaluasi dengan mengaplikasikan terhadap kondisi batas
berikut :

Pada kondisi terakhir :

Sehingga :

Nilai dari n merepresenetasikan dari nilai mode yang terjadi pada elemen, dan bernilai n=0 jika
beban tidak diaplikasikan.

Gbr5. Elemen kolom dengan variasi nilai n berdasarkan mode

‘18 Struktur Baja 2


5 Ivan Jansen S., ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Maka persamaan diferensialnya akan menjadi :

Umumnya pada batang tekan dimana tidak ada support/perletakan diantara ujung elemen,
maka n=1 dan persamaan menjadi :

Maka, beban kritis tekan :

3. Kekuatan Kolom
Kolom ideal yang memenuhi persamaan Euler, harus memenuhi anggapan-anggapan
sebagai berikut:
1.kurva hubungan tegangan-regangan tekan yang sama di seluruh penampang
2. tak ada tegangan sisa
3. kolom benar-benar lurus dan prismatis
4. beban bekerja pada titik berat penampang, hingga batang melentur
5. kondisi tumpuan harus ditentukan secara pasti
6. berlakunya teori lendutan kecil (small deflection theory)
7. tak ada puntir pada penampang, selama terjadi lentur

Bila asumsi-asumsi di atas dipenuhi, maka kekuatan kolom dapat ditentukan sebagai berikut :

‘18 Struktur Baja 2


6 Ivan Jansen S., ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Komponen tekan yang panjang akan mengalami keruntuhan elastik, sedangkan komponen
tekan yang cukup pendek dapat dibebani hingga leleh atau bahkan hingga memasuki daerah
penguatan regangan. Namun, dalam kebanyakan kasus keruntuhan tekuk terjadi setelah
sebagian dari penampang melintang batang mengalami leleh. Kejadian ini dinamakan tekuk
inelastic.

Contoh :
1. Profil W12 × 50 digunakan sebagai support kolom untuk menahan beban aksial tekan
sebesaar 145 kips. Panjang kolom adalah 20 feet, dan ujung kolom ditumpu secara
sendi. Cek lah elemen kolom berikut terhadap stabilitas nya. (kritikal buckling/tekuk
merupakan fungsi dari modulus elastisitas, bukan tegangan leleh ataupun tegangan
ultimit/failure.)

Untuk profil (Amerika standard) W12 × 50,


Nilai A dari table = 14.6
Minimum r = ry = 1.96 in.  (1 ft = 12 inch)
Maximum L/r = 20(12) / 1.96 = 122.4

E adalah elastisitas baja 29000 ksi atau setara dengan 200000 MPa

Maka kekuatan kolom terhadap stabilitas tekuk aman karena nilai nominal tekuk kolom 278.9
kips > dari pada beban 145 kips.

‘18 Struktur Baja 2


7 Ivan Jansen S., ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2. Profil baja H 250 x 250 digunakan sebagai support kolom untuk menahan beban aksial
tekan sebesaar 500 ton. Panjang kolom adalah 3m , dan ujung kolom ditumpu secara
sendi. Cek lah elemen kolom berikut terhadap bahaya tekuk terhadap beban yang ada.

Untuk profil sesuai katalog H 250 x250,


Nilai A = 92.18 cm2 = 9218 mm2
Minimum r = ry = 6.29 cm. = 62.9 mm

Maximum L/r = mm/mm

E baja = 200000 MPa

2
 EA
Pcr   7998807.153 N = 799.88 ton
2
 L
 
r

 maka stabilitas kolom aman terhadap bahaya tekuk yang mungkin terjadi akibat
pembebanan.

‘18 Struktur Baja 2


8 Ivan Jansen S., ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4. Pengaruh Tegangan Sisa
Tegangan sisa (residual stress) adalah tegangan yang masih tinggal dalam suatu
komponen struktur yang dapat diakibatkan oleh beberapa hal seperti :

1. proses pendinginan yang tak merata akibat proses gilas panas


2. pengerjaan dingin
3. pembuatan lubang atau pemotongan saat fabrikasi
4. proses pengelasan

Pada umumnya tegangan sisa banyak dihasilkan akibat proses 1 dan 3. Besarnya tegangan
sisa tak tergantung pada kuat leleh bahan, namun bergantung pada dimensi dan konfigurasi
penampang, karena faktor-faktor tersebut mempengaruhi kecepatan pendinginan. Profil WF
atau profil H setelah dibentuk melalui proses gilas panas, maka bagian sayap menjadi lebih
tebal dari bagian badannya, yang mendingin lebih lambat daripada bagian badan. Bagian
ujung sayap mempunyai daerah sentuh dengan udara yang lebih luas dibandingkan daerah
pertemuannya dengan badan. Konsekuensinya, tegangan tekan sisa terjadi pada ujung sayap
dan pada daerah tengah dari badan. Sedangkan tegangan sisa tarik terjadi pada daerah
pertemuan antara sayap dan badan. Karena pola yang sebenamya merupakan fungsi dari
dimensi penampang, distribusi ini dapat sangat bervariasi.

Gbr6. Pola tegangan residu yang umum pada profil gillng dan Modulus elastisitas baja dengan
memperhatikan tegangan sisa

‘18 Struktur Baja 2


9 Ivan Jansen S., ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pengaruh tegangan residu pada kurva tegangan-regangan untuk profil baja giling diperlihatkan
dalam gambar berikut. Ordinat pada grafik ini adalah tegangan rata-rata pada luas bruto.
Terlihat bahwa pengaruh tegangan residu pada bahan elastis-plastis seperti baja membuatnya
sama dengan yang diperoleh untuk bahan seperti aluminium (bahan yang tidak elastis
sempuma) bila tidak mengandung tegangan residu. Jadi bila konsep modulus tangen dianggap
berlaku, kekuatan kolom dapat didasarkan pada tekuk inelastis karena kurva tegangan-
regangan rata-rata bersifat tak linear pada saat kekuatan kolom maksimum tercapai.

Pengaruh tegangan residu pada kurva tegangan·regangan rata-rata

Bagian tidak linear dari kurva tegangan-regangan rata-rata untuk batang tekan dengan beban
aksial seluruhnya dahulu banyak beranggapan diakibatkan oleh lengkungan awal dan
eksentrisitas tak terduga; namun, Huber dan Beedle membuktikan bahwa penyebab
utamanya adalah tegangan residu, sedang faktor yang lain relatif kecil pengaruhnya. Tegangan
residu di ujung sayap profil giling dapat mencapa1 20 ksi (138 MPa), yang cukup besar
dibanding tegangan leleh minimum yang ditetapkan bagi baja seperti A36 atau BJ37 untuk
Indonesia. Tegangan residu pada hakekatnya independen terhadap tegangan leleh, dan
sebaliknya bergantung pada dimensi serta konfigurasi penampang lintang yang menentukan
laju pendinginan.

Pengelasan profil bentukan menimbulkan tegangan residu yang lebih besar dari pada
pendinginan profil giling panas. Plat sendiri umumnya memiliki tegangan residu yang kecil
karena pendinginannya (setelah penggilingan) relatif merata. Namun, setelah plat dipanasi
dalam pengelasan, pendinginan tak merata dan pengekangan terhadap distorsi yang terjadi

‘18 Struktur Baja 2


10 Ivan Jansen S., ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
menimbulkan tegangan residu yang besar. Gambar berikut akan memperlihatkan pola
tegangan residu yang umum pada profil H dan boks bentukan.

Distribusi tegangan residu tipikai pada profil yang dilas.

Perlu diperhatikan bahwa tegangan residu tekan yang biasanya terjadi di ujung sayap lebih
besar pada prom yang dilas dari pada prom giling H. Jadi, kekuatan kolom yang terbuat dari
profil yang dilas akan lebih rendah dari pada prom giling yang selaras. Sebaliknya, profd boks
yang dilas lebih kuat dari profit giling dengan kelangsingan yang sama karena teganga.n
residu tarik di daerah sudut profil boks memberikan kekakuan yang diperlukan oleh kolom.
Sherman telah mengkaji tegangan residu pada penampang giling tubular (berpenampang
tertutup). Setelah mengetahui adanya tegangan residu, informasi ini harus dipakai untuk
memperoleh kurva kekuatan kolom (tegangan rata-rata terhadap angka kelangsingan) yang
dapat dijadikan dasar untuk perencanaan. Sampai awal dekade 1950, perencanaan kolom
didasarkan pada banyak rumus, yang semuanya mencoba secara empiris memperhitungkan
kelakuan kolom yang diamati dalam percobaan. Penetapan modulus tangen sebagai kriteria
yang tepat untuk kekuatan dan penjabaran peranan tegangan residu dari Column Research
Council (sekarang Structural Stability Research Council ) merupakan sumbangan yang besar
bagi para engineer.

‘18 Struktur Baja 2


11 Ivan Jansen S., ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
1. Salmon, C.G. & Jojnson, J.E, “ Steel Structure, Design and Behavior” 4 th Edition.
2. SNI 03-1729-2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung
3. SNI 03–1726–2012 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan
Gedung
4. Joseph E Bowles, Structural Steel Design, The Harper and Row Publisher, New York,
USA
5. Segui, W.T., “Steel Design” Cengage Learning 2013
6. Setiawan A.,”Perencanaan Struktur Baja Metode LRFD” Erlangga 2008
7. Aghayere A., Vigil J., “ Structural Steel Design “ Pearson Prentice-Hall 2009

‘18 Struktur Baja 2


12 Ivan Jansen S., ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai