Anda di halaman 1dari 4

Ibu Pertiwi

Disusun Oleh :
Alfrethanov Christian Wijaya
XIIA3 / 01

SMA Marsudirini Bekasi


Ibu Pertiwi

“Ibu Pertiwi” merupakan lagu patriotik Indonesia populer yang seringkali


diakukan bahwa ditulis oleh Ismail Marzuki, walau sebenarnya disusun oleh
seorang komposer pada tahun 1950-an hingga 1960-an yang masih belum
diketahui sampai sekarang siapa sebenarnya komposer lagu tersebut. Lirik lagu ini
adalah tentang Ibu Pertiwi, personifikasi nasional dari Indonesia atau nusantara.
Lagu ini biasanya dinyanyikan oleh anak-anak sekolah di Indonesia, dari Sekolah
Dasar dan siswa Sekolah Menengah, atau dimainkan dalam orkes selama perayaan
Hari Kemerdekaan Indonesia. Irama lagu ini sama persis dengan lagu “What a
Friend We Have in Jesus”, ciptaan Joseph Medlicott Scriven yang diciptakan pada
tahun 1855.
Joseph Medlicott Scriven, Seorang katolik berkebangsaan Irlandia yang
lahir pada tahun 1819, lulusan Trinity College, Dublin. Joseph jatuh cinta kepada
seorang gadis dan berencana untuk menikahinya. Tetapi malam sebelum hari
pernikahannya, sang calon mempelai wanita mengalami kecelakaan dan
meninggal dunia.
Joseph lalu pindah ke kota Port Hope, Kanada untuk mencari kehidupan
baru, dan ia kemudian jatuh cinta lagi kepada seorang gadis lain dan akhirnya
bertunangan dengannya. Lagi2, sebelum pernikahan terlaksana, sang mempelai
wanita jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia. Hingga akhirnya, pada tahun
1855, ibunya jatuh sakit parah, dan untuk menyemangati ibunya, Joseph
menciptakan puisi untuk si ibunda tercinta :

What A Friend We Have in Jesus :


What a Friend we have in Jesus, all our sins and griefs to bear.
What a privilege to carry, ev'rything to God in Prayer.
O what peace we often forfeit, O what needless pain we bear,
All because we do not carry, ev'rything to God in Prayer.

Have we trials and temptations? Is there trouble anywhere?


We should never be discouraged; take it to the Lord in prayer.
Can we find a friend so faithful, who will all our sorrows share?
Jesus knows our every weakness; take it to the Lord in prayer.

Are we weak and heavy laden, cumbered with a load of care?


Precious Savior, still our refuge, take it to the Lord in prayer.
Do thy friends despise, forsake thee? take it to the Lord in prayer;
in his arms He'll take and shield thee, thou wilt find a solace there.

Blessed Savior, Thou hast promised, Thou wilt all our burdens bear
May we ever, Lord, be bringing, all to Thee in earnest prayer.
Soon in glory bright unclouded, there will be no need for prayer
Rapture, praise and endless worship, will be our sweet portion there.

Melalui itu semua, Joseph menjadi sangat akrab dengan kesedihan dan
penderitaan. Berangsur-angsur ia jatuh miskin dan mengalami depresi. Dan pada
suatu malam tanggal 10 Agustus 1886, ketika Joseph sedang berpergian bersama
temannya, dan menginap di sebuah tempat persinggahan, ia menghilang dan
akhirnya ditemukan tewas mengambang di sebuah danau. Sampai saat ini tidak
ada yang tau apakah itu sebuah kecelakaan atau bunuh diri.
Lalu beberapa lama setelah kematian Joseph, seseorang bernama Ira
Sankey menemukan puisi Joseph tersebut, dan akhirnya pada tahun 1868 puisi
tersebut dijadikan lagu oleh seorang musisi bernama Charles Crozat.
Panjang ceritanya, sampai lah lagu ini ke negri Jepang, dan menjadi sangat
populer hingga zaman perang dunia ke-2. Akhirnya, karena adanya invasi Jepang
ke Indonesia, lagu tersebut pun hadir di Indonesia.
Pada awalnya, lagu tersebut adalah lagu gospel yang dikenal dengan judul
Yesus Kawan Sejati dan dinyanyikan dalam bahasa batak. Hingga akhirnya,
seorang C. Simanjuntak menggubah lagu tersebut menjadi berbahasa Indonesia
dan mempopulerkan lagu tersebut dgn lirik-lirik yang patriotik :
Ibu Pertiwi :

Bait 1

Kulihat ibu pertiwi


Sedang bersusah hati
Air matanya berlinang
Mas intan yang kau kenang

Hutan gunung sawah lautan


Simpanan kekayaan
Kini ibu sedang lara
Merintih dan berdoa

Bait 2
Kulihat ibu pertiwi
Kami datang berbakti
Lihatlah putra-putrimu
Menggembirakan ibu

Ibu kami tetap cinta


Putramu yang setia
Menjaga harta pusaka
Untuk nusa dan bangsa

Lagu “Ibu Pertiwi” mulai sering dinyanyikan di saluran-saluran televisi,


hingga akhirnya pada era Soeharto, lagu ini kemudian secara tidak resmi menjadi
lagu nasional yang menggugah patriotisme bangsa hingga sekarang.

Anda mungkin juga menyukai