Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)
Topik : Anemia pada Ibu Hamil
Sasaran : Ibu. I
Waktu : 15 menit
Tanggal : Senin, 29 Juli 2019
Tempat : Klinik Ayu Husada
Pelaksana : Adilah Azmi Lathifah

A. Latar Belakang

Kehamilan merupakan kondisi alamiah yang unik karena meskipun


bukan penyakit, tetapi seringkali menyebabkan komplikasi akibat berbagai
perubahan fisiologik yang terjadi adalah perubahan haemodinamik. Selain
itu, darah yang terdiri atas cairan dan sel – sel darah berpotensi
menyebabkan komplikasi perdarahan dan thrombosis jika terjadi
ketidakseimbangan faktor – faktor prokoaguasi dan hemostasis. Suatu
penelitian memperlihatkan perubahan konsentrasi Hb sesuai dengan
bertambahnya usia kehamilan. Pada trimester pertama, konsentrasi Hb
tampak menurun, kecuali pada perempuan yang telah memiliki kadar Hb
rendah (< 11,5 g/dl). Konsentrasi Hb paling rendah didapatkan pada
trimester kedua, yaitu pada usia kehamilan 30 minggu. Pada trimester
ketiga terjadi sedikit peningkatan Hb, kecuali pada perempuan yang sudah
mempunyai kadar Hb yang tinggi (> 14,5 g/dl) pada pemeriksaan pertama.
(Sarwono.2009).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan , klien mampu mengerti,
memahami dan dapat menjelaskan Anemia pada Ibu Hamil
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit tentang anemia pada
ibu hamil, diharapkan ibu hamil dengan anemia dapat mengetahui
tentang :
a. Pengertian anemia dan anemia pada ibu hamil
b. Ciri-ciri ibu hamil dengan anemia
c. Macam-macam anemia pada ibu hamil serta penyebabnya
d. Akibat anemia pada ibu hamil
e. Penatalaksanaan dan pencegahan anemia pada ibu hamil

C. Materi

Terlampir

D. Metode

Diskusi dan tanya jawab

E. Media

Leaflet

F. Kegiatan
Kegiatan Penceramah Waktu Kegiatan Peserta
1. Mengucapkan salam dan 30 detik Menjawab salam
memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan umum dan Mendengarkan penjelasan
1 menit
tujuan khusus penkes
3. Melakukan kontrak waktu dan
30 detik Memperhatikan penjelasan
memotivasi ibu hamil untuk aktif
dalam diskusi
4. Apersepsi tentang penyakit anemia 1 menit Mengungkapkan pemahaman
kepada ibu hamil atau istilah lain yang klien
ketahui
5. Memberikan penjelasan tentang
definisi, penyebab, tanda dan Mendengarkan dan
10 menit
gejala spesifik dari penyakit memperhatikan penjelasan
Anemia pada ibu hamil serta
penanganan sederhananya
6. Memberikan kesempatan kepada 2 menit Bertanya
ibu hamil untuk bertanya
7. Berdiskusi dan tanya jawab 3 menit Aktif dalam diskusi

8. Menyimpulkan hasil penkes 1 menit Memahami kesimpulan

9. Memberikan reinforcement positif


1 menit Mendengarkan penjelasan
dan memotivasi ibu hamil untuk
menjaga kesehatan
10. Menutup kegiatan dan 30 detik
Menjawab salam
mengucapkan salam

G. Evaluasi
1. Jelaskan pengertian penyakit Anemia pada ibu hamil.
2. Sebutkan penyebab penyakit Anemia pada ibu hamil.
3. Jelaskan tanda dan gejala penyakit Anemia pada ibu hamil.
4. Jelaskan hal yang perlu dilakukan untuk menangani penyakit Anemia
pada ibu hamil.
5. Jelaskan perencanaan selanjutnya untuk penyakit Anemia pada ibu
hamil.
TINJAUAN TEORI

ANEMIA PADA KEHAMILAN

A. Definisi
Menurut WHO anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan
kadar hemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 11,0gr% sebagai akibat
ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah merah (erytrhropoetic) dalam
produksinya untuk mempertahankan kosentrasi Hb pada tingkat normal
(Asyirah, 2012).
Anemia pada kehamilan adalah suatu kondisi ibu dengan kadar nilai
Hb di bawah 11 g5% pada trimester I dan III, atau kadar nilai Hb kurang dari
10,5 gr% pada trimester II (Asyirah, 2012). Anemia dalam kehamilan adalah
kondisi ibu dengan kadar Hb dibawah 11 gr/dl pada trimester I dan II, kadar
Hb <10,5 gr/dl pada trimester ke II. Nilai batas tersebut terjadi karena
hemodialisis terutama pada trimester II (Salmariantity, 2012).
B. Klasifikasi Anemia
Berdasarkan WHO, kadar hemoglobin pada ibu hamil dapat di bagi
menjadi 3 kategori sebagai berikut :
1) Normal : >11 gr%
2) Anemia Ringan : 8-10 gr%
3) Anemia Berat : <8 gr%
Klasifikasi anemia pada ibu hamil menurut Prawirohardjo dalam
Asyirah (2012) yaitu:
1) Anemia defisiesi besi
Anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan adalah
anemia akibat kekurangan zat besi karena kurangnya asupan unsur besi
dalam makanan, gangguan penyerapan, peningkatan kebutuhan zat besi
atau karena terlampau bayaknya zat besi yang keluar dari tubuh, misalnya
perdarah. Anemia ini mempunyai ciri yaitu ukuran sel darah merah lebih
dari ukuran normal dan warna coklat, yang disebabkan kekurangan ion Fe
komponen Hb dan disertai dengan penurunan kuantatif pada sintesa Hb.
Patofisiologi simpanan zat besi habis, kadar serum menurun, dengan
gejala klinis timbul karena jumlah Hb tidak adekuat untuk mengangkat
oksigen ke jaringan tubuh. Manifestasi klinik pucat, vertigo, keletihan,
sakit kepala, deprsi, takikardi, dan amenorhe
2) Anemia Haemolitik
Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah
merah yang lebih cepat dari pembiatannya. Gejala utama adalah anemia
dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta
gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital. Wanita
dengan anema hemolitik sukar menjadi hamil, apabila hamil maka
aneminya biasanya menjadi berat
3) Anemia Megaloblastik
Sekelompok anemia yang ditandai oleh adanya eritoblas yang besar
yang terjadi akibat gangguan maturasi inti sel yang dinamakan
megaloblas, anemia megaloblas disebabkan oleh difisiensi B12, asam
folat, gangguan metabolism vitamin B12 dan asam folat, gangguan sintesis
DNA akibat dari defisiensi enzim congenital dan didapat setelah
pemberian obat sitostatik tertentu, patofisiologinya defisiesi asam folat dan
vitamin B12 jelas akan menganggu sintesis DNA higga terjadi gangguan
maturasi inti sel dengan akibat timbulnya sel-sel megaloblas
4) Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik dalam kehamilan terjadi karena sumsum tulang
tidak mampu membuat sel-sel darah baru. Penyebab anemia hingga kini
belum diketahui dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar
rontgen, racun dan obat-obatan
C. Etiologi
Penyabab anemia pada umunya menurut Salmariantity (2012) antara
lain kurangnya gizi (malnutrisi), kurangnya zat besi besi dalam diet,
malabsorpsi, kehilangan darah banyak: persalinan yang lalu, haid, dan
enyakit-penyakit kronik: TBC, cacing usus, malaria
Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan menurut
Prawirohardjo dalam Salmariantity (2012) yaitu:
1) Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengencera darah
2) Pertambahan darah tidak seimbang dengan pertambahan plasma
3) Kurangya zat besi dalam makanan
4) Kekurangnya zat besi, vitamin B6, vitamin B12, vitamin C, dan asam
folat
5) Gagguan pencernaan dan abortus
6) Perdarahan kronik
7) Kehilangan darah akibat perdarahan dalam atau siklus haid wanita
8) Terlalu sering menjadi donor darah
9) Gangguan penyerapan nutrisi (malabsorpsi)
Sebagian besar penyebab anemia di Indonesia adalah kurangnya
kadar Fe yang diperlukan untuk pembetukan Hb sehingga disebut anemia
defisiensi Fe. Penyebab terjadinya anemia Fe pada ibu hamil disebabkan
oleh dua faktor, yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Secara langsung
anemia disebabkan oleh seringnya mengkonsumsi zat penghambat absorsi
Fe, kurangnya mengkonsumsi promoter absorsi non Fe serta ada infeksi
parasit. Sedangkan faktor yang tak langsung yaitu faktor-faktor yang
secara tak langsung mempengaruhi kadar Hb seseorang dengan
mempengaruhi ketersediaan Fe dalam makanan seperti ekonomi yang
masih rendah, atau rendahnya pendidikan dan pengetahuan (Prawirohardjo
dalam Asyirah, 2012).
Secara umum anemia pada kehamilan disebabkan oleh
meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin, kurangnya
asupan zat besi yang dikonsumsi oleh ibu hamil, pola makan ibu terganggu
akibat mual selama kehamilan, adanya kecenderungan rendahnya
cadangan zat besi (Fe) pada wanita akibat persalinan sebelumnya dan
menstruasi (Asyirah, 2012).
D. Faktor Risiko
Menurut Nurhidayati (2013), faktor-faktor yang memengaruhi anemia
pada ibu hamil yaitu:
1) Faktor Dasar
a) Sosial ekonomi
Pada ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi yang baik,
otomatis akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang
baik pula. Status gizipun akan meningkat karena nutrisi yang
didapatkan berkualitas. Tingkat sosial ekonomi terbukti sangat
berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan psikologis ibu hamil
b) Pengetahuan
Tingkatan pengetahuan ibu mempengaruhi perilakunya, makin
tinggi pendidikan atau pengetahuannya, makin tinggi kesadaran untuk
mencegah terjadinya anemia
c) Pendidikan
Pendidikan yang baik akan mempermudah untuk mengadopsi
pengetahuan tentang kesehatannya. Rendahnya tingkat pendidikan ibu
hamil dapat menyebabkan keterbatasan dalam upaya menangani
masalah gizi dan kesehatan keluarga
2) Faktor Tidak Langsung
a) Kujungan Antenatal Care (ANC)
Antenatal Care adalah pengawasan sebelum persa linan
terutama pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
Kasus anemia defisiensi gizi umumnya selalu disertai dengan mal
nutrisi infestasi parasit, semua ini berpangkal pada keengganan ibu
untuk menjalani pengawasan antenatal
b) Umur Ibu
Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang sedang
hamil, akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan.
Umur muda (<20 tahun) perlu tambahan gizi yang banyak karena
selain digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya
sendiri juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung.
Sedangkan untuk umur yang tua diatas 30 tahun perlu energi yang
besar juga karena fungsi organ yang makin melemah dan diharuskan
untuk bekerja maksimal maka memerlukan tambahan energy yang
cukup guna mendukung kehamilan yang sedang berlangsung.
3) Faktor Langsung
a) Kecukupan konsumsi tablet besi
Tablet besi adalah tablet tambah darah untuk menanggulangi
anemia gizi besi yang diberikan kepada ibu hamil
b) Jarak Kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang
dari 2 tahun.
c) Paritas
Paritas adalah kelahiran setelah gestasi 20 minggu, tanpa
memperhatikan apakah bayi hidup atau mati. Paritas ibu merupakan
frekuensi ibu pernah melahirkan anak hidup atau mati, tetapi bukan
aborsi.
d) Status Gizi
Kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat yang
buruk bagi ibu dan janin. Ibu dapat menderita anemia, sehingga suplai
darah yang mengantarkan oksigen dan makanan pada janin akan
terhambat, sehingga janin akan mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena itu pemantauan gizi ibu
hamil sangatlah penting dilakukan.
E. Manifestasi Klinis
Salah satu tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah
pucat. Keadaan ini umumnya diakibatkan dari berkurangnya volume darah,
berkurangnya Hb dan vasokontriksi untuk memaksimalkan pengiriman
oksigen ke organ-organ vital. Warna kulit bukan merupakan indeks yang
dapat dipercaya untuk pucat karena dipengaruhu oleh pigmentasi kulit, suhum
kedalaman serta distribusi bantalan perifer. Bantalan kuku, telapak tangan dan
membrane mukosa mulut serta konjungtiva merupakan indicator yang lebih
baik untuk menilai pucat (Asyirah, 2012).
Penderita anemia biasanya ditandai dengan mudah lemah, letih, lesu,
nafas, pendek, muka pucat, susah berkonsentarsi serta fatigue atau rasa lelah
yang berlebihan, gejala ini disebabkan karena otak dan jantung mengalami
kekurangan distribusi oksigen dari dalam darah. Denyut jantung penderita
anemia biasanya lebih cepat karena berusaha megkompensasi kekurangan
oksigen dengan memompa darah lebih cepat. Akibatnya kemampuan kerja
dan kebugaran tubuh menurun. Jika kondisi ini berlangsung lama, kerja
jantung menjadi berat dan bisa menyebabkan gagal jantung kongestif.
Anemia zat besi juga bisa menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh
sehingga tubuh-tubuh mudah terinfeksi (Salmariantity, 2012).
Menurut Sohimah dalam Asyirah (2012), tanda dan gejala anemia
pada kehamilan yaitu:
a) Lemah, letih, lesu, muda lelah dan lalai
b) Wajah tampak pucat
c) Sering pusing
d) Mata berkunang-kunang
e) Nafsu makan berkurang
f) Sulit berkonsentrasi dan mudah lupa
g) Sering sakit
h) Nafas pendek (pada anemia berat)
i) Keluhan mual mutah lebih hebat pada kehamilan muda
F. Patofisiologi
Perubahan hermatologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh
karena perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta dan
pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada
trimester II kehamilan dan maksimum terjadi pada bulan ke-9 dan meningkat
sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang atern serta kembali normal 3
bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti
laktogen plasma, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron (Rukiah
dalam Hutabarat, H., 2011).
Selama kehamilan kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat sekitar
800-1000 mg untuk mencukupi kebutuhan seperti terjadi peningkatan sel
darah merah membutuhkan 300-400 mg zat besi dan mencapai puncak pada
usia kehamilan 32 minggu, janin membutuhkan zat besi sekitar 100-200 mg
dan sekitar 190 mg terbuang selama melahirkan. Dengan demikian jika
cadangan zat besi sebelum kehamilan berkurang maka pada saat hamil pasien
dengan mudah mengalami kekurangan zat besi (Riswan dalam Hutabarat, H.,
2011). Gangguan pencernaan dan absorbs zat besi bisa menyebabkan
seseorang mengalami anemia defisiensi besi. Walaupun cadangan zat besi
didalam tubuh mencukupi dan asupan nutrisi dan zat besi yang adikuat tetapi
bila pasien mengalami gangguan pencernaan maka zat besi tersebut tidak bisa
diabsorbsi dan dipergunakan oleh tubuh (Riswan dalam Hutabarat, H., 2011).
Anemia defisiensi besi merupakan manifestasi dari gangguan
keseimbangan zat besi yang negatif, jumlah zat besi yang diabsorbsi tidak
mencukupi kebutuhan tubuh. Pertama-tama untuk mengatasi
keseimbanganyang negatif ini tubuh menggunakan cadangan besi dalam
jaringan cadangan. Pada saat cadangan besi itu habis barulah terlihat tanda
dan gejala anemia defisiensi besi (Riswan dalam Hutabarat, H., 2011).
Berkembangnya anemia dapat melalui empat tingkatan yang masing-masing
berkaitan dengan ketidaknormalan indikator hematologis tertentu. Tingkatan
pertama disebut dengan kurang besi laten yaitu suatu keadaan dimana
banyaknya cadangan besi yang berkurang dibawah normal namun besi
didalam sel darah merah dari jaringan tetap masih normal. Tingkatan kedua
disebut anemia kurang besi dini yaitu penurunan besi cadangan terus
berlangsung sampai atau hampir habis tetapi besi didalam sel darah merah
dan jaringan belum berkurang. Tingkatan ketiga disebut dengan anemia
kurang besi lanjut yaitu besi didalam sel darah merah sudah mengalami
penurunan namun besi dan jaringan belum berkurang. Tingkatan keempat
disebut dengan kurang besi dalam jaringan yaitu besi dalam jaringan sudah
berkurang atau tidak ada sama sekali (Kusharto dalam Hutabarat, H., 2011).
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Masrizal (2007) menyatakan pemeriksaan penunjang adalah
hemoglobin, Hct dan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) menurun, hapus
darah tepi menunjukkan hipokromik mikrositik, kadar besi serum (SI)
menurun dan TIBC meningkat , saturasi menurun, kadar feritin menurun dan
kadar Free Erythrocyte Porphyrin (FEP) meningkat, sumsum tulang : aktifitas
eritropoitik meningkat.
Menurut Masrizal (2007), Ada tiga uji laboratorium yang dipadukan
dengan pemeriksaan kadar Hb agar hasil lebih tepat untuk menentukan
anemia gizi besi. Untuk menentukan anemia gizi besi yaitu :
a) Serum Ferritin (SF)
Ferritin diukur untuk mengetahui status besi di dalam hati. Bila
kadar SF < 12 mg/dl maka orang tersebut menderita anemia gizi besi.
b) Transferin Saturation (ST)
Kadar besi dan Total Iron Binding Capacity (TIBC) dalam serum
merupakan salah satu menentukan status besi. Pada saat kekurangan zat
besi, kadar besi menurun dan TIBC meningkat, rasionya yang disebut
dengan TS. TS < dari 16 % maka orang tersebut defisiensi zat besi
c) Free Erythocyte Protophorph
Bila kadat zat besi dalam darah kurang maka sirkulasi FEB dalam
darah meningkat. Kadar normal FEB 35-50 mg/dl RBC.
H. Penatalaksanaan
Dalam mengatasi masalah anemia pada ibu hamil, berikut meupakan
penatalaksaan menurut (Masrizal, 2007) :
a) Meningkatkan Konsumsi Zat Besi dari Makanan
Mengkonsumsi pangan hewani dalam jumlah cukup. Namun
karena harganya cukup tinggi sehingga masyarakat sulit menjangkaunya.
Untuk itu diperlukan alternatif yang lain untuk mencegah anemia gizi
besi.Memakan beraneka ragam makanan yang memiliki zat gizi saling
melengkapi termasuk vitamin yang dapat meningkatkan penyerapan zat
besi, seperti vitamin C. Peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 25,
50, 100 dan 250 mg dapat meningkatkan penyerapan zat besi sebesar 2,
3, 4 dan 5 kali. Buah-buahan segar dan sayuran sumber vitamin C,
namun dalam proses pemasakan 50-80 % vitamin C akan rusak.
Mengurangi konsumsi makanan yang bisa menghambat penyerapan zat
besi seperti: fitat, fosfat, tannin.
b) Suplementasi Zat Besi
Pemberian suplemen besi menguntungkan karena dapat
memperbaiki status hemoglobin dalam waktu yang relatif singkat. Di
Indonesia pil besi yang umum digunakan dalam suplementasi zat besi
adalah frrous sulfat. Program pemerintah saat ini, setiap ibu hamil
mendapatkan tablet besi 90 tablet selama kehamilannya. Tablet besi yang
diberikan mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat
0,25 mg. program tersebut bertujuan mencegah dan menangani anemia
pada ibu hamil.
c) Pemberian suplement Fe untuk anemia berat dosisnya adalah 4-6mg/Kg
BB/hari dalam 3 dosis terbagi. Untuk anemia ringan-sedang : 3 mg/kg
BB/hari dalam 3 dosis terbagi
d) Mengatur pola diet seimbang berdasarkan piramida makanan sehingga
kebutuhan makronutrien dan mikronutrien dapat terpenuhi.
e) Terapi jus jambu biji sebagai peningkatan kadar Hb
I. Pencegahan
Upaya yang dilakukan dalam pencegahandan penanggulangan anemia
adalah (Masrizal 2007) :
a) Suplementasi tabet Fe
b) Fortifikasi makanan dengan besi
c) Mengubah kebiasaan pola makanan dengan menambahkan konsumsi
pangan yang memudahkan absorbsi besi seperti menambahkan vitamin
C.
d) Penurunan kehilangan besi dengan pemberantasan cacing. Dalam upaya
mencegah
dan menanggulangi anemia adalah dengan mengkonsumsi tablet tambah
darah. Telah terbukti dari berbagai penelitian bahwa suplementasi, zat
besi dapat meningkatkan kada Hemoglobin
e) Pengobatan Anemia Defisiensi Besi
Sejak tahun 1997 pemerintah telah merintis langkah baru dalam
mencegah dan menanggulangi anemia, salah satu pilihannya adalah
mengkonsumsi tablet tambah darah. Telah terbukti dari berbagai
peneltian bahwa suplemen zat besi dapat meningkatkan hemoglobin.
f) Membatasi konsumsi bahan makanan yang dapat menghambat absorpsi
besi seperti bahan makanan yang mengandung polifenol atau pitat
J. Bahaya dan Dampak Anemia pada Kehamilan
1. Bahaya Selama Kehamilan
Dapat terjadi abortus, persalinan prematuritas, hambatan tumbuh
kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman
decompensasi cordis atau payah jantung (Hb<6gr%), molahidatidosa
(hamil anggur), Hipermisis gravidarum (mual muntah saat hamil muda),
perdarahan antepartum (sebelum melahirkan), ketuban Pecah Dini (KPD)
sebelum proses melahirkan (Salmariantity, 2012).
2. Bahaya Saat Persalinan
Gangguan his-kekuatan mengejam, kala I dapat berlangsung lama
dan terjadi partus terlatar, Kala II berlangsung lama sehingga dapat
melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan, Kala uri
dapat diikuti retensi placenta (plasenta tidak terlepas dengan spontan),
dan perdarahan postpartum (setelah melahirkan) karena atonia uteri
(rahim tidak berkontraksi) (Salmariantity, 2012).
3. Bahaya pada Kala Nifas
Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan postpartum,
memudahkan infeksi puerperium (daerah di bawah geniatalia),
pengeluaran ASI berkurang, terjadi dekompensasi kordis mendadak
setelah persalinan, anemia kala nifas (masa setelah melahirkan hingga 42
hari), mudah terjadi infeksi mamae (payudara) (Salmariantity, 2012).
4. Bahaya pada Janin
Abortus, terjadi kematian intrauterine (dalam rahim), persalinan
prematuritas tinggi, berat badan lahir rendah (BBLR), kelahiran dengan
anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai
kematian perinatal, intelegensia rendah (Salmariantity, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Asyitah, Sitti. 2012. “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Anemia Pada Ibu
Hamil Diwilayah Kerja Puskesmas Bajeng Kecamatan Bajeng Kabupaten
Gowa Tahun 2012”. Skripsi S1. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
Masrizal. 2007. “Anemia Defisiensi Besi”. Jakarta: Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Nurhidayati, Rohmani. 2013. “Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Anemia
Pada Ibu Hamil Diwilayah Kerja Puskesmas Tawangsari Kabupaten
Sukoharjo”. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Salmariatity. 2012. “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Anemia Pada Ibu
Hamil Diwilayah Kerja Puskesmas Gajah Mada Tembilahan Kabupaten
Indragiri Hilir Tahun 2012”. Skripsi S1. Jakarta: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai