DI SUSUN OLEH:
1. RETNO MEIA D, S.Kep G1B210062
2. APRILIANI Y W, S.Kep G1B210067
3. DAYAN HISNI, S.Kep G1B210069
2011
SATUAN ACARA PENYULUHAN
NUTRISI PADA ANAK DAN BALITA DENGAN DIARE
I. Tujuan
A. Tujuan Instruksional Umum :
Setelah dilakukan penyuluhan tentang manfaat ASI pada anak dan balita
dengan diare selama 30 menit, peserta dapat memahami manfaat dan dapat
menurunkan risiko terjadinya diare.
B. Tujuan Instruksional Khusus:
Setelah dilakukan penyuluhan tentang manfaat ASI pada anak dan balita
dengan diare selama 30 menit, peserta dapat menjelaskan:
1. Pengertian diare
2. Faktor-faktor risiko diare
3. Tanda dan gejala diare
4. Manfaat ASI bagi penderita diare
5. Perawatan anak dan balita yang menderita diare di rumah
II. Metode
Metode yang digunakan yaitu ceramah dan diskusi
III. Media (Terlampir)
A. Leaflet
B. LCD
V. Setting Tempat
Keterangan:
Layar
Fasilitator
Observer
Peserta
Penyaji
VII. Evaluasi
A. Jika peserta mampu memberikan pengertian diare secara umum.
B. Jika peserta dapat menyebutkan 2 faktor risiko pengendalian diare.
C. Jika peserta dapat menyebutkan 2 tanda dan gejala diare.
D. Jika peserta mampu memberikan pengertian secara sederhana mengenai
manfaat ASI.
E. Jika peserta mampu menyebutkan 2 cara perawatan anak dan balita dengan
diare di rumah.
VIII. Referensi
Adisasmito, W. 2007. Faktor risiko diare pada bayi dan balita di indonesia:
Systematic review penelitian akademik Bidang kesehatan masyarakat.
Makara, kesehatan, vol. 11, no. 1, juni 2007: 1-10
Sari, K. 2009. Perilaku Ibu dalam Penatalaksanaan Rehidarsi Oral pada Balita
Diare yang Berada di Rumah di Kelurahan Siringo-Ringo Kabupaten
Labuhanbatu. Sumatra: USU
Lampiran 1. Materi
A. Pengertian
Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal
(meningkat), konsistensi tinja menjadi lebih lembek atau cair. Klasifikasi diare
berdasarkan lama waktu diare terdiri dari diare akut, diare persisten dan diare
kronis. (Asnil et al, 2003).
Sari (2009), diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4
kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsisten feses encer, dapat
berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah. Bahaya utama diare
adalah dehidrasi karena tubuh banyak kehilangan air dan garam yang terlarut,
sehingga bisa menyebabkan kematian.
1. Diare Akut
Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu, berlangsung kurang dari
14 hari, dengan pengeluaran tinja lunak atau cair yang dapat atau tanpa
disertai lendir dan darah
2. Diare Persisten
Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan
kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.
3. Diare kronis
Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan
penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan
metabolisme yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari.
B. Penyebab Diare
Adisasmito (2007); Harianto (2004), diare dipengaruhi oleh berbagai
faktor, diantaranya adalah faktor lingkungan, gizi, kependudukan, pendidikan,
keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat.
1. Faktor Pendidikan
Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa kelompok ibu dengan status
pendidikan SLTP ke atas memiliki kemungkinan 1,25 kali memberikan
cairan rehidrasi oral dengan baik daripada dengan kelompok ibu yang
memiliki status pendidikan SD ke bawah. Pendidikan merupakan
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap morbiditas anak balita.
Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, semakin baik tingkat
kesehatan yang diperoleh anak.
2. Faktor Pekerjaan
Ayah dan ibu yang bekerja Pegawai negeri atau Swasta rata-rata
mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu yang
bekerja sebagai buruh atau petani. Jenis pekerjaan umumnya berkaitan
dengan tingkat pendidikan dan pendapatan. Tetapi ibu yang bekerja harus
membiarkan anaknya diasuh oleh orang lain, sehingga mempunyai resiko
lebih besar untuk terpapar dengan penyakit.
3. Faktor Umur Balita
Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Balita yang
berumur 12-24 bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali dibanding
anak umur 25-59 bulan.
4. Faktor Lingkungan
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan.
Dua faktor yang dominan, yaitu: sarana air bersih dan pembuangan tinja.
Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manbusia.
Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta
berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu
melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian
penyakit diare.
5. Faktor Gizi
Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh karena
itu, pengobatan dengan makanan yang baik merupakan komponen utama
penyembuhan diare tersebut. Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian
besar meninggal karena diare. Hal ini disebabkan karena dehidrasi dan
malnutrisi. Faktor gizi dilihat berdasarkan status gizi yaitu baik = 100-90,
kurang = <90-70, buruk = <70 dengan BB per TB.
6. Faktor Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi mempunyai pengaruh langsung terhadap faktor-faktor
penyebab diare. Kebanyakan anak mudah menderita diare berasal dari
keluarga besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk,
tidak mempunyai penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan
kesehatan.
7. Faktor Makanan/minuman yang dikonsumsi
Kontak antara sumber dan host dapat terjadi melalui air, terutama air
minum yang tidak dimasak dapat juga terjadi sewaktu mandi dan
berkumur. Kontak kuman pada kotoran dapat langsung ditularkan pada
orang lain apabila melekat pada tangan dan kemudian dimasukkan ke
mulut dipakai untuk memegang makanan. Kontaminasi alat-alat makan
dan dapur.
8. Bakteri yang terdapat pada saluran pencernaan:
a. Bakteri : Etamuba coli, salmonella, sigella.
b. Virus : Enterovirus, rota virus.
c. Parasit : Cacing (Ascaris, Trichuris) Jamur (Candida albikan).
9. Faktor terhadap Laktosa (Susu kaleng)
Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan.
Pada bayi yang tidak diberi ASI resiko untuk menderita diarelebih besar
dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita
dehidrasi berat juga lebih besar. Menggunakan botol susu, penggunaan
botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman sehingga menyebabkan
diare. Dalam ASI mangandung antibodi yang dapat melindungi kita
terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti Sigella dan V. Cholerae.
3. BAB > 3 kali dalam sehari, dieresis berkurang, respirasi cepat, denyut
jantung cepat, kesadaran menurun
D. Pencegahan Diare
Pitono dkk (2006), ibu melakukan berbagai upaya untuk mencegah
diare dengan beberapa cara yang terbukti efektif sebagai berikut :
1. Pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai dengan 6 bulan dan
melanjutkan pemberian ASI sampai 2 tahun pertama kehidupan
2. Menghindari penggunaan susu botol
3. Memperbaiki cara penyimpanan makanan pendamping ASI (untuk
mengurangi paparan ASI dan perkembangbiakan bakteri)
4. Memperbaiki status gizi anak dengan memberikan makanan bergizi
seimbang dan dalam jumlah yang cukup
5. Penggunaan air bersih untuk minum
6. Mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja bayi
7. Membuang tinja, termasuk tinja bayi pada tempatnya
8. Menjaga kebersihan jamban keluarga
E. Penanganan Diare
Pitono dkk (2006), Ibu dapat memberikan pengobatan di rumah segera
sebelum dibawa berobat ke dokter atau sarana pelayanan kesehatan. Ada tiga
cara dasar terapi diare di rumah, sebagai berikut.
1. Beri anak cairan lebih banyak dari biasanya untuk mencegah dehidrasi
Anak yang mengalami diare membutuhkan cairan lebih banyak dari
biasanya karena cairan tubuh yang hilang lewat tinja dan muntah.
Dehidrasi sering dapat dicegah dengan memberikan cairan yang tepat
dalam jumlah yang memadai. Bermacam-macam cairan rumah tangga
dapat diberikan, seperti air, susu, air tajin, yoghurt, kuah sayuran, sup, dan
tentunya ASI bagi bayi. Cairan yang diberikan harus mudah
menyiapkannya, dapat diterima oleh anak, efektif dan tentunya harus aman
bila diberikan dalam jumlah besar. Teh yang sangat manis, softdrink, dan
minuman buah komersial yang manis harus dihindari karena cairan ini
mengandung gula yang sangat tinggi (>300 mOsm/L) sehingga
hipoosmoler dan dapat menyebabkan diare osmotik, hipernatremi, dan
memperberat dehidrasi. Cairan dengan efek laksatif dan stimulan seperti
kopi juga harus dihindari. Jika tersedia di rumah, oralit sangat dianjurkan
untuk diberikan pada anak yang mengalami diare.
2. Berikan makanan yang cukup pada anak
Pada anak yang masih minum ASI, sebaiknya ASI terus diberikan tanpa
selingan. Anak umur 6 bulan atau lebih (bagi yang sudah mendapatkan
MPASI / makanan pendamping ASI) juga harus diberi makanan lunak atau
setengah padat. Pada umumnya, makanan harus diberikan paling tidak
setengah dari kalori dietnya. Bila mungkin makanan yang asin harus
diberikan atau bisa juga dengan memberi garam pada PASI. Pada saat
diare, beri anak makanan sebanyak dia mau. Tawarkan makanan tiap 3-4
jam (enam kali sehari). Pemberian makanan sedikit-sedikit tapi sering
lebih baik daripada diberikan langsung dalam jumlah banyak tapi jarang.
Setelah diarenya berhenti, beri makanan lebih banyak dari biasanya setiap
hari selama dua pekan.
3. Menentukan kapan anak dibawa ke sarana kesehatan
Bawa segera ke sarana kesehatan jika diarenya tidak membaik atau ada
tanda-tanda dehidrasi atau timbul gejala lain yang serius. Ibu harus
waspada dan cepat membawa anaknya berobat jika menemukan adanya
darah dalam tinja, demam, tinja cair keluar amat sering, muntah berulang,
rasa haus yang meningkat, dan anak tidak dapat makan/minum seperti
biasanya.