Pada tanggal 17 agustus 1945, telah dicetuskan sebagai kemerdekaan INDONESIA. Akan
tetapi para sekutu tidak menerima kemerdekaan INDONESIA, jauh dari ibukota Batavia
terjadi sebuah perlawanan kecil yang di lakukan rakyat Surabaya di kenal PERTEMPURAN 10
NOVEMBER. Mengorbankan seluruh jiwa raga mereka demi tanah air tercinta, walaupun
hanya menggunakan senjata sederhana di tangan mereka. Untuk lebih jelasnya mari kita
ikuti cerita berikut ini:
Babak I
(Latar suara kicau burung, musik pedesaan, dan pedagang. Mbok iyem masuk sambil jualan
jamu, di susul oleh tukidi, dan tukiyem)
Mbok iyem : “Nak, nak ada apa sih? Kok lari lari-lari kayak dikejar setan?” (ekspresi kaget
dan bingung)
Tukidi : “Ini lho neng, tentara sekutu sudah datang menyerang.” (lari-lari sambil
memanggil warga dengan kentongannya)
Pejuang : “ayo cepetan, sekutu sudah tiba di hotel yamato.” (para pejuang melihat
bendera sekutu telah berkibar di atas hotel yamato).
Mbok iyem : “ayo cepetan ke hotel yamato, sekutu sudah tiba di hotel yamato.” (mbok
iyem berlari sambil mengangkat barang dagangannya, dengan tergesa-gesa).
Tukidi : “maju….!!!”
Tukiyem : “Merdekaaaaaaaaa…..!!!”
Babak II
(kapten Donald dan kapten Smith masuk dengan di susul oleh kapten Mallaby)
A.W.S Mallaby : “bagaimana keadaan pasukan kita, sudah siap apa belum? Dalam
merebut Kota Surabaya.”
Gorden Smith : “Tujuan kami kesini adalah untuk mengantarkan surat dari Kapten Brigjen
Mallaby.”
Gorden Smith : “apakah tuan mau bergabung dengan kompeni?” (dengan raut wajah,
berharap gubernur suryo menerima tawaran mereka)
Kapten Donald : “baik lah, nanti gubernur akan tau akibatnya.” (dengan kesal kompeni
mengancam gubernur suryo dan meninggalkan gubernuran)
Gubernur S : “musrifah….”
Gubernur S : “kamu sebarkan kepada seluruh rakyat untuk melawan setiap agresi
penjajah yang mau menguasai bumi pertiwi kita.”
Babak IV
Suara dentuman peluru-peluru dan bom sekutu menghiasi kota Surabaya, asap bom
menyebar kemana-mana. Pejuang Surabaya terus maju tak gentar dengan para penjajah,
seruan panjang para pejuang tuk memperoleh kemerdekaan semakin kuat membasahi
setiap keringat yang keluar. Tiap tetes darah yang mereka tumpahkan demi menggapai
kemerdekaan yang sejati.
(Di ujung jalan markas Belanda, pasukan kapten Amin mengendap menunggu penyerangan)
Amin : “Prajurit Narto, siapkan senjata!! Nanti ketika tepat lonceng berbunyi jam
01.00 kita mulai penyerangan.
(Narto bergegas pergi dan membisiki pasukan untuk bersiap-siap. Suasana sepi
mencekam..hati semua berdebar-debar menunggu lonceng berbunyi. Dan tiba-tiba....
Lonceng berbunyi...Teng...teng...teng...!!!)
(Baku tembak terjadi sekitar 2 jam, korban sudah mulai banyak berjatuhan)
Amin : “Prajurit, jemput pasukan dari Surabaya! Supaya menyerang dari kiri, dan
pasukan dibelakang lakukan penyerangan!”
(Baku tembak masih berlangsung, keadaan makin memanas sampai menjelang subuh)
Kartiko : “Merdeka!! Kapten, pasukan Surabaya sudah tiba sekitar 20 pasukan tempur
dan 16 tenaga medis, nona Surti juga ikut serta!”
Kartiko : “Siap Kapten, tadi juga ada relawan dari tentara pelajar sebanyak 25 orang
dan warga sipil 30 orang.”
Amin : “Untuk relawan, kerahkan untuk menyerang dari depan 30 orang, dan
lainnya tim pelindung dari belakang!”
Amin : “Prajurit, komando suruh pegang kopral Kartiko, jangan hiraukan aku, maju
terus!!”
Prajurit III : “Panggil Nona Surti!! Kapten tertembak dan pasukan dikomandokan Kopral
Kartiko!”
(Baku tembak terus terjadi, banyak mayat tubuh penuh luka. Kapten Amin jatuh tergeletak.)
Surti : “Tidak, tidak, Kapten tidak boleh mati!! Negeri ini masih membutuhkanmu.”
Amin : “Tenang saja, masih banyak pasukan yang gagah berani yang siap
memperjuangkan jiwa dan raganya! Ini sudah takdir dan pesanku; Berjuanglah sampai titik
darah penghabisan!!”
Nanik : “Kapten meninggalkan kita untuk panggilan Bangsa dan Negara, beliau mati
syahid! membela kebenaran dan menumpas kemungkaran.”
Surti : “Merdekaa!!!”
(Hening dan pertunjukan selesai)
Babak V
Sebab, ALLAH berada di pihak yang benar, percayalah saudara-saudara, Tuhan melindungi
kita semua.”
Dengan di iringi semangat yang di kobarkan dalam sanubari setiap pejuang dan akhirnya
para penjajah berhasil di kalahkan dalam PERTEMPURAN 10 NOVEMBER.
*Sekian*
Peristiwa 10 November 1945 telah lama berlalu. Hari itu berada jauh di belakang kita
sekarang, namun patutlah kita kenang jasa mereka semua. pejuang kemerdekaan yang tidak
kenal namanya. Beliau pejuang yang patut selalu kita kenang. Belajar dan belajar untuk
sebuah cita-cita. Cita-cita adalah satu semangat dari para pendahulu kita. Para pejuang yang
korbankan jiwa dan raga untuk tanah air ini.