Anda di halaman 1dari 5

Pengaruh Kemiskinan Terhadap Staus Gizi Anak

2.1 Masalah Kemiskinan yang Ada di Indonesia


Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk
memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. Kondisi
ketidakmampuan ini ditandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan
untuk memenuhi kebutuhan pokok baik berupa pangan, sandang, maupun
papan. Kemampuan pendapatan yang rendah ini juga akan berdampak
berkurangnya kemampuan untuk memenuhi standar hidup rata-rata seperti
standar kesehatan masyarakat dan standar pendidikan. Kondisi masyarakat
yang disebut miskin dapat diketahui berdasarkan kemampuan pendapatan
dalam memenuhi standar hidup (Nugroho, 1995).
Indonesia sebagai negara berkembang yang sudah berumur 57 tahun,
masih dihinggapi oleh masalah kemiskinan dimana 14% rakyat Indonesia
dari kurang lebih 240 juta jiwa saat ini masih dikategorikan sebagai rakyat
miskin dengan menggunakan indikator berpendapatan 1$ perhari, artinya
masih ada sekitar 30 juta rakyat miskin di Indonesia. Yang lebih ironis
apabila kita menggunakan indikator dari bank dunia dimana rakyat
miskin adalah orang berpendapatan kurang dari 2$ perhari maka angka
tersebut melonjak menjadi 35% (Pratama, 2014)
2.2 Pengaruh kemiskinan terhadap status gizi anak
Kemiskinan berkaitan erat dengan laju pertumbuhan ekonomi. Bila
laju pertumbuhan ekonomi tinggi atau cepat dan produksi barang dan jasa
meningkat, tingkat pengangguran berkurang karena tersedianya lapangan
pekerjaan dan jumlah penduduk miskin akan berkurang. Sebaliknya, krisis
ekonomi yang berdampak pada penurunan laju pertumbuhan ekonomi akan
menyebabkan timbulnya pemutusan hubungan kerja hingga memperbesar
tingkat penggangguran dan pada akhirnya akan meningkatkan jumlah
penduduk miskin.
Meningkatnya jumlah penduduk miskin berdampak pada penurunan daya
beli. Menurunnya pendapatan berdampak pada kuantitas dan pola konsumsi
rumah tangga. Dengan tingkat pendapatan yang sangat terbatas, banyak rumah

1
tangga miskin terpakasa mengubah pola makanan pokoknya dengan jumlah
yang kurang.
Menurut Irawan (1998), penurunan tajam pada pendapatan telah
menyebabkan banyak rumah tangga mengalami kekurangan konsumsi
makanan karena mengalami kesulitan untuk membelinya, Irawan (1999) juga
menemukan bahwa mayoritas penduduk miskin cenderung merubah pola
konsumsi makanan, baik kualitas maupun kuantitas, seperti dari nasi, ke
jagung atau umbi-umbian dan dari sebanyak tiga kali ke satu atau dua kali
makan dalam sehari. Kekurangan konsumsi makanan berdampak negatif
terhadap keadaan (status gizi) masyarakat dan anak yang merupakan
kelompok yang paling rentan dengan kondisi tersebut.
Pengaruh pertumbuhan ekonomi dan status gizi juga deikemukankan oleh
Sekretaris Jendral PBB Kofi Annan (Soekitman,2000). Dalam salah satu
pidatonya dikatakan bahwa “Gizi yang baik dapat meningkatkan pertumbuhan
fisik dan perkembangan mental, melindungi kesehatannya, dan meletakkan
pondasi untuk masa depan produktivitas anak sehingga dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi negara”. Pernyataan tersebut memperkuat mengenai
adanya keterkaitan antara pangan, gizi, kesehatan, dan pertumbuhan ekonomi.
2.3 Cara Mengatasi Masalah Kemiskinan yang Berdampak Terhadap Status
Gizi Anak
Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi
kemiskinan. Pemerintah mempunyai perhatian besar terhadap masalah ini,
faktanya berbagai program penanggulangan kemiskinan yang telah dijalankan
dengan tujuan peningkatan kesejahteraan masyarakat meskipun sampai
sekarang kemiskinan tetap ada.
Program tersebut diantaranya yaitu Jaringan Pengamanan Sosial (JPS)
yang meliputi: Program Inpres Desa Tertinggal (IDT), Tabungan
kesejahteraan Keluarga (Takesra), serta Kredit Usaha Kesejahteraan
Keluarg (geografis maupun demografis, kemampuan Kukesra).
Beberapa langkah yang diperhitungkan dalam pemberdayaan masyarakat
miskin (Nugroho, 2001:195-197) yaitu:
1. Pemberdayaan masyarakat merupakan prasyarat mutlak bagi upaya
penanggulangan kemiskinan. Pemberdayaan ini bertujuan untuk
menekan perasaan ketidakberdayaan (impotensi) masyarakat miskin
berhadapan dengan struktur social dan politis.
2. Setelah kesadaran kritis muncul, upaya memutus hubungan
eksploitatif terhadap lapisan orang miskin perlu dilakukan.
3. Tanamkan rasa kesamaan (egalitarian) dan berikan gambaran bahwa
kemiskinan bukan merupakan takdir tetapi sebagai penjelmaan dari
konstruksi sosial.
4. Merealisasi perumusan pembangunan dengan melibatkan mayarakat
miskin secara penuh.
5. Perlu pembangunan sosial dan budaya bagi masyarakat miskin.
6. Redistribusi infrastruktur pembangunan yang lebih merata.
Program pemberdayaan yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam rangka
pengentasan kemiskinan belum menunjukan hasil yang cukup signifikan,
meskipun harus diakui bahwa angka kemiskinan mengalami penurunan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
osteoporosis merupakan penyakit tersembunyi yang diam-diam
mengancurkan, gejala yang dialami setiap orang bervariasi. Penyebab
osteoporosis umumnya terjadi karena proses penuaan, tetapi pada
kenyataannya penyakit tertentu, gangguan hormonal, dan juga kesalahan
pada gaya hidup juga menjadi penyebab osteoporosis. Faktor resiko
terserang penyakit osteoporosis yang dapat diubah dengan cara mencari
dan memperbaiki sejak dini apa yang menjadi penyebab penyakit
osteoporosis tersebut dengan memperhatikan asupan kalsium, vitamin D
dan berolahraga rutin. Sedangkan untuk penyakit osteoporisis yang tidak
dapat di ubah, perlu diet khusus untuk penderita Osteoporosis dapat
dilakukan dengan mempertimbangkan asupan kalsium dan vitamin C,
paparan sinar matahari pagi, dan makan makanan dengan daya serap
kalsium tinggi.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung
jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

Irawan, P.B. 1998. Analisis Studi Data Kualitatif: Hasil Survei Dampak Krisis
Terhadap Ketahanan Ekonomi Rumahtangga di Pedesaan. Jakarta: BPS-
UNDP.
Irawan, P.B. 1999. Analisis Perkembangan dan Dimensi Kemiskinan. Jakarta:
BPS-UNDP.
Nugroho, Heru. 2001. Negara, Pasar, dan Keadilan Sosial. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Nugroho, Heru. 1995. Kemiskinan, Ketimpangan dan Kesenjangan. Yogyakarta :
Aditya Media.
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Apikasinya. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi. Depertemen Pendidikan Nasional.
Pratama, Y.C. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan di
Indonesia. Jurnal Bisnis dan Manajemen.Vol 4, No. 2.

Anda mungkin juga menyukai