Anda di halaman 1dari 8

SURAT PERJANJIAN PEMBORONGAN

Nomor : _____ / (kode proyek)-(nama perusahaan)/SPP/(bulan)/(tahun)

Yang bertanda-tangan di bawah ini ;

Nama :..............................................
Jabatan : DIREKTUR PT/CV . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Alamat :..............................................
..............................................

Dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut di atas, dan untuk selanjutnya dalam
perjanjian ini disebut sebagai PIHAK PERTAMA..

Nama :..............................................
Jabatan :..............................................
Alamat :..............................................
..............................................

Dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut di atas, dari dan oleh karenanya sah
bertindak untuk dan atas nama perusahaan tersebut di atas. Selanjutnya dalam perjanjian
ini disebut sebagai PIHAK KEDUA.

Dengan ini kedua belah pihak menyatakan telah saling setuju dan bersepakat untuk
mengadakan perjanjian kerja yang selanjutnya diatur dengan syarat-syarat dan ketentuan
sebagai berikut ;

PASAL 1
JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN

1.a. PIHAK PERTAMA dengan ini mengikat diri untuk memborongkan pekerjaan kepada
PIHAK KEDUA, dan PIHAK KEDUA dengan ini mengikat diri untuk menerima dan
melaksanakan pekerjaan borongan yang diberikan oleh PIHAK PERTAMA. Untuk tiap
pekerjaan PIHAK PERTAMA akan mengeluarkan Surat Perintah Kerja (SPK) kepada
PIHAK KEDUA.

1.b. PIHAK KEDUA menyatakan menerima dengan baik tugas yang diberikan oleh PIHAK
PERTAMA, dan menyatakan sanggup melaksanakan pekerjaan borongan tersebut
dengan sempurna.

PASAL 2
MASA BERLAKU KESEPAKATAN

2.a. Perjanjian pemborongan ini mengikat dalam jangka waktu 365 hari kalender yaitu
mulai tanggal ___-___________-______ s/d tanggal ___-___________-______,
berlaku sejak ditanda-tanganinya kesepakatan ini dan akan ditinjau serta diperbaharui
untuk masa berikutnya.

2.b. PIHAK KEDUA sanggup menyelesaikan seluruh pekerjaan sesuai dengan waktu yang
ditetapkan dalam SPK yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat
Perjanjian Pemborongan ini.

2.c. Setelah pekerjaan selesai seluruhnya, maka PIHAK KEDUA akan memberitahukan
secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA dan PIHAK PERTAMA akan melakukan
pemeriksaan seluruh pekerjaan tersebut, dan apabila pekerjaan PIHAK KEDUA dapat
diterima oleh PIHAK PERTAMA, maka untuk itu akan dibuatkan Berita Acara Serah
Terima Pekerjaan yang pertama (BASTP 1).
PASAL 3
PELAKSANAAN PEKERJAAN

3.a. Setiap pekerjaan yang dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA harus mendapat persetujuan
terlebih dahulu dari PIHAK PERTAMA.

3.b. PIHAK KEDUA dalam melaksanakan pekerjaan tersebut dalam pasal 1 Surat Perjanjian
Pemborongan ini tidak dibenarkan menyimpang atau melanggar ketentuan-ketentuan
yang telah ditetapkan dan karenanya berdasarkan dan menurut kepada ;
- Spesifikasi bahan dan anggaran biaya (terlampir)
- Gambar-gambar pelaksanaan arsitektur, struktur, listrik dan plumbing (terlampir)
- Gambar-gambar detail yang akan dibuat PIHAK PERTAMA untuk melengkapi
gambar-gambar pelaksanaan diatas
- Peraturan Beton Indonesia (PBI-NI.2-1971)
- Peraturan Umum untuk pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUBB-NI.3-1971)
- Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI-NI.5-1961)
- Peraturan Muatan Indonesia (PMI-NI.18-1980)
- Peraturan Cat Indonesia (NI.4)
- Peraturan Semen Portland (NI.8)
- Peraturan Perburuhan Indonesia tentang tenaga kerja harian, mingguan, bulanan,
atau borongan
- Peraturan-peraturan umum dari Dinas Keselamatan dan Kesehatan Kerja
- Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah setempat
- Peraturan PLN tentang instalasi listrik dan tenaga (PULT-NI.6-1977)

3.c. PIHAK KEDUA wajib menunjuk wakil yang berkuasa penuh di lapangan dan disetujui
oleh PIHAK PERTAMA untuk berhubungan dengan PIHAK PERTAMA.

3.d. PIHAK KEDUA dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sesudah mendapat SPK
dari PIHAK PERTAMA harus sudah melaksanakan kegiatan di lapangan dan
diselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan dalam SPK tersebut.

PASAL 4
PENELITIAN PEKERJAAN

4.a. Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, PIHAK KEDUA wajib meneliti sendiri tentang
kebenaran gambar-gambar, penjelasan-penjelasan termasuk ukurannya, sehingga bila
dikemudian hari ternyata diketemukan kesalahan tidak dapat dipakai sebagai dasar
untuk meminta ganti rugi/klaim kepada PIHAK PERTAMA.

4.b. Gambar-gambar pembantu/pelengkap dan perhitungan-perhitungan untuk


memudahkan pelaksanaan pekerjaan dibuat sendiri oleh PIHAK KEDUA dengan
sebelumnya dimintakan persetujuan kepada PIHAK PERTAMA, dan PIHAK PERTAMA
berhak mengubah gambar-gambar dan perhitungan tersebut atas pertimbangannya
sendiri.

4.c. Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, PIHAK KEDUA menyatakan telah


mengadakan pemeriksaan dan penelitian secara seksama, baik mengenai lokasi
pekerjaan maupun keadaan dan sifatnya, kualitas dan kuantitas bahan-bahan, tenaga
ahli dan tenaga kerja, peraturan-peraturan yang berlaku, kondisi umum dan kondisi
setempat, sehingga hal ini tidak dapat dipakai sebagai penyebab tidak bisa
terlaksananya pekerjaan dengan baik.
4.d. Bila pelaksanaan pekerjaan oleh PIHAK KEDUA telah menyimpang dari ketentuan-
ketentuan atau gambar-gambar yang berlaku pada pasal 3.b tanpa seijin PIHAK
PERTAMA, maka pekerjaan perbaikan wajib dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA tanpa
ganti rugi dan tetap mengindahkan petunjuk-petunjuk dari PIHAK PERTAMA.

4.e. Gambar-gambar detail yang diperlukan akan dibuat kemudian oleh PIHAK PERTAMA,
dan PIHAK KEDUA wajib melaksanakan pekerjaan tersebut sesuai dengan gambar-
gambar detail tersebut supaya pekerjaan dapat terlaksana dengan baik.

4.f. PIHAK KEDUA akan melaksanakan pekerjaan secara seksama, mempergunakan


bahan-bahan dengan mutu seperti ditentukan dengan mempergunakan tenaga kerja
dan tenaga ahli yang qualified, bekerja secara hati-hati dan tidak
mengganggu/merugikan pihak-pihak lain yang lokasinya bersebelahan.

PASAL 5
HARGA BORONGAN PEKERJAAN

5.a. Harga borongan yang disetujui oleh kedua belah pihak adalah sesuai dengan nilai
borongan yang tercantum dalam SPK.

5.b. Harga borongan tersebut di atas sudah termasuk jasa dan lump sum, sudah termasuk
laba, biaya seluruh material, pengawasan, tenaga-kerja, PPh, asuransi-asuransi, dan
lain-lain sehingga pekerjaan terlaksana dengan sempurna.

5.c. Harga borongan pada ayat 5.a tersebut di atas adalah merupakan harga tetap (fixed
price) dan tidak berubah karena adanya kebijakan pemerintah dalam bidang moneter
dan/atau perpajakan setelah surat perjanjian ini ditanda-tangani, karena dalam
mengajukan penawaran harga PIHAK KEDUA dianggap telah memperhitungkan resiko
ini.

5.d. Harga borongan hanya dapat berubah bila disebabkan adanya perubahan pekerjaan
atas perintah atau persetujuan PIHAK PERTAMA, yaitu berupa pekerjaan tambah
dan/atau pekerjaan kurang.

PASAL 6
PROSEDUR PEMBAYARAN

6.a. Pembayaran oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA dilakukan setelah
mencapai bobot pekerjaan dan sesuai dengan cara pembayaran seperti yang
tercantum dalam SPK.

6.b. Cara penilaian bobot yang disetujui kedua belah pihak adalah sebagai berikut :
- Bobot pekerjaan yang dapat dinilai adalah untuk pekerjaan yang telah dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan.
- Untuk pekerjaan yang salah/keliru dan belum diperbaiki sesuai dengan permintaan
PIHAK PERTAMA, maka bobot pekerjaan tersebut tidak dapat diperhitungkan.
- Material on site / di lapangan tidak dapat diperhitungkan sama sekali sebagai bobot
pekerjaan, kecuali material tersebut telah terpasang sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dalam SPK.

6.c. Prosedur pembayaran angsuran pekerjaan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK
KEDUA diatur sebagai berikut ;
- Setelah bobot pekerjaan mencapai jumlah sesuai dengan ayat 6.a dan 6.b di atas,
maka PIHAK KEDUA mengajukan kuitansi dengan dilampirkan laporan bobot
prestasi yang telah ditanda-tangani/disetujui oleh PIHAK PERTAMA, foto copy SPK,
serta foto kemajuan fisik pekerjaan. Khusus untuk bobot pekerjaan yang telah
mencapai 100% harus disertai juga dengan BASTP 1 (Berita Acara Serah Terima
Pekerjaan ke-1) yang telah disetujui oleh PIHAK PERTAMA. Dan untuk masa
pemeliharaan harus disertai dengan Berita Acara serah Terima terakhir yang telah
disetujui oleh PIHAK PERTAMA.
- Pembayaran akan dilakukan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA
selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empatbelas) hari kalender sejak pasal 6.b
item diatas dipenuhi oleh PIHAK KEDUA dalam keadaan lengkap.

PASAL 7
PEKERJAAN TAMBAH KURANG

7.a. Perubahan-perubahan berupa pekerjaan tambah atau pekerjaan kurang dapat


dilaksanakan setelah mendapat persetujuan tertulis dari PIHAK PERTAMA.

7.b. Perhitungan pekerjaan tambah-kurang dilaksanakan berdasarkan harga satuan yang


sama dengan harga satuan pada rencana anggaran biaya yang menjadi lampiran surat
perjanjian ini, sedangkan untuk pekerjaan yang belum ada harga satuannya akan
ditentukan oleh kedua belah pihak secara musyawarah.

7.c. Kedua belah pihak setuju dengan cara pembayaran pekerjaan tambah kurang sebagai
berikut;
- Jika nilai pekerjaan tambah lebih besar atau sama dengan 5% dari nilai total
borongan, maka akan diatur dalam addendum perjanjian secara tersendiri.
- Jika nilai pekerjaan tambah lebih kecil dari 5% nilai total borongan, maka akan
dibayarkan bersamaan dengan pembayaran termin/angsuran untuk pekerjaan
mencapai bobot 100%.
- Jika nilai pekerjaan kurang lebih besar atau sama dengan 5% dari nilai total
borongan maka akan dikurangi langsung dari nilai total borongan.
- Jika nilai pekerjaan kurang lebih kecil dari 5% nilai total borongan, maka akan
dikurangi pada saat pembayaran termin/angsuran untuk pekerjaan mencapai bobot
100%.

PASAL 8
MASA PEMELIHARAAN

8.a. Masa pemeliharaan untuk setiap pekerjaan adalah sesuai dengan lamanya masa
pemeliharaan yang tercantum dalam SPK dan dihitung sejak BASTP ke-1 ditanda-
tangani oleh kedua belah pihak. Pada saat berakhirnya masa pemeliharaan tersebut
kedua belah pihak akan menanda-tangani BASTP yang terakhir.

8.b. Apabila dalam masa pemeliharaan tersebut diadakan perbaikan-perbaikan maka


dengan sendirinya masa pemeliharaan akan diperhitungkan lagi dengan lama waktu
sesuai masa pemeliharaan yang tercantum dalam SPK.

PASAL 9
PENGAWASAN PEKERJAAN

9.a. Sebagai pengawas pekerjaan (direksi) akan bertindak PIHAK PERTAMA atau orang lain
yang ditunjuk dan/atau diberi kuasa oleh PIHAK PERTAMA, yang mana penunjukan
nama tersebut akan diberitahukan secara tertulis oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK
KEDUA.
9.b. PIHAK PERTAMA berhak sewaktu-waktu mendatangi, mengawasi, memeriksa
pekerjaan ataupun menanyakan kepada setiap orang yang berhubungan dengan
pekerjaan itu selama dalam masa pelaksanaan pekerjaan dan apabila dianggap perlu
oleh PIHAK PERTAMA akan ditunjuk satu atau beberapa orang ahli untuk
melaksanakan tugasnya.

9.c. PIHAK KEDUA dengan segala fasilitas yang dipunyainya berkewajiban untuk
memberikan kesempatan sebaik-baiknya kepada PIHAK PERTAMA agar dapat
menjalankan tugas pengawasannya dengan baik.

PASAL 10
SUB KONTRAKTOR

10.a. Pada dasarnya pekerjaan termasuk dalam bidang dan tanggung-jawab PIHAK
KEDUA dan harus dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA sendiri.

10.b. Tidak diperkenankan pekerjaan-pekerjaan tersebut diberikan kepada pihak ketiga


(disub-kontrakkan lagi) tanpa persetujuan tertulis dari PIHAK PERTAMA.

PASAL 11
FORCE MAJEURE

11.a. Yang dianggap force majeure adalah suatu keadaan diluar kemampuan dan
kekuasaan PIHAK KEDUA untuk mengatasinya, seperti gempa bumi, banjir,
peperangan, huru-hara, atau angin topan yang ada hubungan langsung dengan
pelaksanaan pekerjaan sehingga menyebabkan PIHAK KEDUA terganggu atau tidak
dapat melakukan pekerjaannya.

11.b. Bila terjadi force majeure, maka PIHAK KEDUA wajib memberitahukannya secara
tertulis kepada PIHAK PERTAMA disertai foto dan/atau bukti-bukti yang sah
selambat-lambatnya 2 x 24 jam. Apabila setelah lewat batas waktu tersebut diatas
PIHAK KEDUA tidak memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA, maka
kejadian force majeure tersebut dianggap tidak pernah terjadi.

11.c. Selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari kalender setelah diterimanya
pemberitahuan secara tertulis dan disertai foto dan/atau bukti-bukti yang sah tentang
force majeure dari PIHAK KEDUA, maka PIHAK PERTAMA akan segera
mengeluarkan pernyataan disetujui atau ditolaknya force majeure yang diajukan oleh
PIHAK KEDUA tersebut.

PASAL 12
DENDA-DENDA DAN SANKSI-SANKSI

12.a. Apabila PIHAK KEDUA dalam melaksanakan pekerjaan menyimpang dari ketentuan
yang telah ditetapkan dalam surat perjanjian dan telah diberikan teguran tertulis
sebanyak 3 (tiga) kali, maka PIHAK PERTAMA dapat mengerjakan sendiri dan/atau
menunjuk pihak ketiga untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan seluruh biaya
yang timbul menjadi beban PIHAK KEDUA yang akan dipotong langsung dari
pembayaran PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA, dan PIHAK KEDUA tetap
bertanggung-jawab atas pelaksanaan penyelesaian pekerjaan tersebut dengan baik.

12.b. Jika PIHAK KEDUA tidak dapat menyerahkan pekerjaan sesuai dengan waktu yang
ditetapkan dalam SPK dan bukan dikarenakan adanya force majeure, maka PIHAK
PERTAMA akan mengklaim denda keterlambatan kepada PIHAK KEDUA sebesar
0,2% (dua per-mil) dari total nilai kontrak untuk setiap hari keterlambatan.
12.c. Apabila PIHAK KEDUA telah menyerahkan sebagian atau keseluruhan pekerjaan
kepada pihak lain tanpa persetujuan tertulis dari PIHAK PERTAMA, maka PIHAK
KEDUA bersedia didenda sebesar 10% dari nilai total borongan yang akan dipotong
langsung dari pembayaran PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA.

12.d. Apabila PIHAK KEDUA secara sepihak memutuskan surat perjanjian ini dengan tanpa
alasan-alasan yang dapat diterima oleh PIHAK PERTAMA, maka bagian pekerjaan
yang telah diselesaikan PIHAK KEDUA yang belum dibayar oleh PIHAK PERTAMA
kepada PIHAK KEDUA dengan sendirinya menjadi milik PIHAK PERTAMA.

PASAL 13
PEMBATALAN PEKERJAAN

PIHAK PERTAMA mempunyai hak untuk membatalkan surat perjanjian ini secara sepihak ;

13.a. Apabila keterlambatan penyelesaian pekerjaan telah mencapai (dua puluh lima) hari
kalender atau nilai pekerjaan yang terlambat mencapai 5% dari bobot progress
pekerjaan yang seharusnya telah dicapai dan PIHAK KEDUA tetap tidak mampu
menyelesaikan pekerjaan tersebut.

13.b. Apabila PIHAK PERTAMA karena kondisi/situasi perekonomian atau alasan lainnya
terpaksa membatalkan surat perjanjian ini, maka PIHAK PERTAMA akan membayar
harga borongan sesuai prestasi pekerjaan yang telah diselesaikan oleh PIHAK
KEDUA.

13.c. Masing-masing pihak dengan tegas menerangkan dengan ini bahwa berkenaan
dengan batalnya perjanjinan yang berdasarkan peristiwa-peristiwa tersebut masing-
masing pihak melepaskan dasar-dasar dan/atau upaya-upaya yang menurut pasal-
pasal 1266 dan 1267 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

PASAL 14
RESIKO PEKERJAAN

Resiko atas pelaksanaan seluruh maupun sebagian dari pekerjaan, baik pada saat
pelaksanaan di lokasi pekerjaan maupun ketika masih diluar lokasi pekerjaan terhadap
semua pihak yang berkepentingan sebelum dilakukan penyerahan pertama menjadi
tanggung-jawab PIHAK KEDUA.

PASAL 15
PENGAMANAN PELAKSANAAN

15.a. PIHAK KEDUA harus menjaga keselamatan kerja dan menyediakan tempat
penampungan yang layak dan pantas, dilengkapi dengan penyediaan air minum bagi
pekerja-pekerjanya selama melaksanakan pekerjaan.

15.b. PIHAK KEDUA diwajibkan menghindarkan segala bahaya yang dapat timbul dan
menimpa pekerja-pekerja dalam melaksanakan pekerjaan.

15.c. PIHAK KEDUA diwajibkan menyediakan obat-obatan dalam kotak obat P3K ditempat
pelaksanaan pekerjaan.

15.d. Untuk menyimpan mesin-mesin, bahan-bahan, dan alat-alat kerja yang dibutuhkan
selama melaksanakan pekerjaan, PIHAK KEDUA diwajibkan membuat gudang yang
memadai untuk menghindarkan kemungkinan terjadinya pencurian, serta melakukan
penjagaan atau pengamanan seperlunya.
15.e. Untuk menjaga kemungkinan terjadinya kebakaran, PIHAK KEDUA diwajibkan untuk
menyediakan alat-alat pemadam kebakaran ditempat pelaksanaan pekerjaan
secukupnya, dan mengasuransikan pekerjaan sesuai pasal 1 perjanjian ini.

15.f. PIHAK KEDUA membebaskan PIHAK PERTAMA dari segala tuntutan yang timbul
akibat kecelakaan yang menimpa keselamatan para pekerjanya dan orang lain, serta
PIHAK KEDUA diwajibkan menanggung resiko akibat kecelakaan tersebut.

15.g. Hubungan kerja antara pekerja dan PIHAK KEDUA sebagai majikan, sepanjang tidak
diatur dalam surat perjanjian ini berlaku Undang-Undang Perburuhan Republik
Indonesia yang berlaku saat ini.

PASAL 16
PERSELISIHAN DAN DOMISILI

16.a. Semua perselisihan sedapat mungkin akan diselesaikan secara musyawarah dan
kekeluargaan.

16.b. Jika perselisihan tidak dapat diselesaikan secara musyawarah oleh kedua belah pihak,
maka kedua belah pihak sepakat untuk membentuk panitia arbitrase yang terdiri dari 3
(tiga) unsur, masing-masing wakil PIHAK PERTAMA, wakil PIHAK KEDUA, dan
seorang penengah atau tenaga ahli yang tidak ada sangkut-pautnya dengan
kepentingan PIHAK PERTAMA atau PIHAK KEDUA, yang disetujui oleh kedua belah
pihak.

16.c. Dalam hal tidak dapat diselesaikan sebagaimana tersebut pada ayat 2 di atas, maka
perselisihan akan diajukan ke pengadilan negeri setempat, dimana keputusan
pengadilan mengikat kedua belah pihak.

16.d. Segala sesuatu yang dapat timbul sebagai akibat surat perjanjian ini, kedua belah
pihak memilih tempat kedudukan hukum yang tetap dan tidak berubah di kantor
Panitera Pengadilan Negeri Semarang.

PASAL 17
LAIN – LAIN

17.a. Istilah SPK yang dimaksud dalam Surat Perjanjian Pemborongan ini adalah Surat
Perintah Kerja yang dikeluarkan bersamaan dengan Surat Perjanjian Pemborongan ini
maupun Surat Perintah Kerja yang akan dikeluarkan kemudian oleh PIHAK PERTAMA
kepada PIHAK KEDUA.

17.b. Surat Perintah Kerja yang dikeluarkan tersebut dalam ayat 17.a merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Surat Perjanjian Pemborongan ini.
PASAL 18
PENUTUP

Jika ternyata dalam Surat Perjanjian Pemborongan ini terdapat hal-hal yang belum cukup
diatur, maka kedua belah pihak akan mengatur serta menetapkan kemudian secara
musyawarah dan dibuat surat perjanjian tambahan/addendum tersendiri, yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari surat perjanjian ini.

Demikian surat perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) dengan bermaterai cukup serta
mempunyai kekuatan hukum yang sama setelah ditanda-tangani sebagaimana mestinya.

___________________, ___, _________ , ______

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA


PT/CV/ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . PT/CV/ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Materai
6000

..................... .... ......... ...... ..... ..


(Jabatan) (Jabatan)

Catatan : dibuat rangkap 2 ( masing2 bermaterai kedua belah pihak )

Anda mungkin juga menyukai