BUERGER DISEASE
Di Susun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Mengikuti Kepanitraan Klinik di Bagian penyakit Bedah
RSUD Datu Beru Aceh Tengah
Diajukan Kepada
Disusun Oleh
Nurul Afnida Fajri
Nim : 17174093
SMF BEDAH
RSUD DATU BERU ACEH TENGAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
ABULYATAMA ACEH
2019
1
DAFTAR ISI
1. ANATOMI ............................................................................................... 5
2. DEFINISI ................................................................................................. 7
3. HISTOLOGI ........................................................................................... 9
4. EPIDEMIOLOGI .................................................................................. 10
5. ETIOLOGI ............................................................................................. 11
6. PATOFISIOLOGI .................................................................................. 11
8. DIAGNOSIS ............................................................................................ 12
2
BAB I
PENDAHULUAN
pembuluh darah perifer yang lebih sering terjadi di Asia dibandingkan di Negara-negara
pembuluh darah karena autoimmune, panangitis yang hasil akhirnya menyebabkan stenosis
inflamasi oklusif segmental dari arteri dan vena dengan thrombosis dan rekanalisasi pada
pembuluh darah tersebut. Penyakit ini merupakan penyakit inflamasi non-aterosklerosis yang
berpengaruh pada arteri ukuran kecil dan sedang serta vena pada ekstremitas atas maupun
bawah.( Sabiston,dkk:2008).
Winiwarter pada tahun 1879 dalam artikel yang berjudul “A strange form of endarteritis and
endophlebitis with gangrene of the feet”. Kurang lebih sekitar seperempat abad kemudian, di
Brookline New York, Leo Buerger mempublikasikan penjelasan yang lebih lengkap tentang
penyakit ini dimana ia lebih memfokuskan pada gambaran klinis dari Tromboangitis
Tingkat kejadian TAO lebih besar di Asia dibandingkan di Amerika atau Eropa utara
dan Afrika. Hampir 100% kasus Tromboangitis Obliterans (kadang disebut Tromboarteritis
3
Obliterans) atau penyakit Winiwarter Buerger menyerang perokok pada usia dewasa muda.
Penyakit ini banyak terdapat di Korea, Jepang, Indonesia, India dan Negara lain di Asia
Kematian yang diakibatkan oleh Penyakit Buerger masih jarang, tetapi pada
pasien penyakit ini yang terus merokok, 43% dari penderita harus melakukan satu atau lebih
amputasi pada 6-7 tahun kemudian. Data terbaru, pada bulan Desember tahun 2004 yang
dikeluarkan oleh CDC publication, sebanyak 2002 kematian dilaporkan di Amerika Serikat
berdasarkan penyebab kematian, bulan, ras dan jenis kelamin (International Classification of
Diseases, Tenth Revision,1992), telah dilaporkan total dari 9 kematian berhubungkan dengan
Tromboangitis Obliterans, dengan perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 2:1 dan
Secara global, prevalensi penyakit ini menurun dalam setengah dekade belakangan
ini. Hal ini disebabkan berkurangnya jumlah perokok secara global dan meningkatnya
kemampuan diagnostik yang dapat menyingkirkan penyakit ini. Penyakit ini juga dikaitkan
dengan tindakan amputasi, terutama pada pasien dengan Buerger’s disease yang tetap
merokok, 43% menjalani 1 atau lebih amputasi dalam kurun waktu 7 tahun.( Doherty
GM:2006).
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
satu organ yang mempunyai peranan penting dan sistemnya sangat kompleks. Dikenal
dua sistem sirkulasi di mana pembuluh darah memegang peranan utama yaitu: sistem
sirkulasi sistemik dan sistem sirkulasi paru-paru (Guyton, 2000). Di setiap sistem,
masing-masing dikelompokkan menjadi 3 sistem yaitu sistem arterial, sistem kapiler dan
sistem venosa. Aorta adalah pembuluh darah besar bagian dari sistem sirkulasi sistemik,
yang keluar dari jantung dan berfungsi untuk membawa darah jantung yang penuh berisi
oksigen ke pembuluh arteri. Dari pembuluh aorta yang besar kemudian bercabang
menjadi beberapa pembuluh darah arteri yang ukurannya lebih kecil dan membawa
darah dari percabangan aorta keseluruh tubuh, kecuali arteri paru-paru yang berfungsi
sebaliknya (Guyton, 2000; High beam encyclopedia, 2008; Farlex, 2008). Di target
organ, pembuluh darah arteri bercabang-cabang dan berakhir menjadi pembuluh darah
yang lebih kecil yang disebut dengan arteriol. Arteriol bekerja sebagai katup pengatur di
mana darah dilepaskan ke dalam kapiler. Kapiler adalah pembuluh darah terkecil yang
berfungsi untuk menukar cairan dan bahan gizi di antara darah dan ruang interstisial
makin lama makin besar. Vena adalah pembuluh darah yang berfungsi sebagai penyalur
5
Secara histoanatomik, ketebalan dinding ketiga sistem ini berbeda, sesuai
dengan fungsi utamanya masing-masing. Aorta dan pembuluh darah arteri, karena
fungsinya untuk menyalurkan darah dari jantung ke seluruh tubuh, mengalami tekanan
yang tinggi. Sehingga pembuluh darah arteri memiliki dinding vaskuler yang kuat dan
Arteriol yang berfungsi sebagai katup pengatur dari sistem arteri, memiliki
dinding otot yang kuat yang dapat menutup sama sekali arteriol tersebut sehingga
Kapiler, karena fungsinya sebagai penukar cairan dan bahan gizi, memiliki
dinding yang sangat tipis dan permeabel terhadap zat yang bermolekul kecil.
tekanan dinding yang sangat rendah dan sebagai akibatnya dinding vena tipis. Tetapi
walaupun begitu, dinding vena berotot yang memungkinkannya untuk mengecil dan
membesar, sehingga vena mampu menyimpan darah dalam jumlah kecil atau besar
6
Gambar 2.1: Penampang Dinding Pembuluh Darah
7
1. Tunica intima. merupakan lapisan yang kontak langsung dengan darah. Lapisan ini
2. Tunica media. Lapisan yang berada diantara tunika media dan adventitia, disebut juga
lapisan media. Lapisan ini terutama dibentuk oleh sel otot polos dan jaringan elastic.
3. Tunica adventitia. Merupakan Lapisan yang paling luar yang tersusun oleh jaringan ikat.
( Schwartz:2000).
2.2 Definisi
kronis pembuluh darah arteri dan vena yang berukuran kecil dan sedang. Terutama
mengenai pembuluh darah perifer ekstremitas inferior dan superior. Penyakit pembuluh
darah arteri dan vena ini bersifat segmental pada anggota gerak dan jarang pada alat-alat
obstruksi pada pembuluh darah tangan dan kaki. Pembuluh darah mengalami konstriksi atau
obstruksi sebagian yang dikarenakan oleh inflamasi dan bekuan sehingga mengurangi aliran
Penyakit Buerger adalah kondisi medis jarang yang ditandai dengan adanya ulkus
pada jari-jari tangan dan jari-jari kaki, yang disertai dengan perasaan nyeri pada tangan dan
kaki. Hal ini merupakan akibat dari peradangan arteri-arteri dan vena-vena pada lengan dan
Penyakit ini sering kali ditemukan pada pria dengan usia antara 20 dan 40 tahun yang juga
8
Gambar 2.3. Buerger Disease
2.3 Epidemiologi
TAO terdapat di di manapun didunia. Tingkat kejadian TAO lebih besar di Asia di
bandingkan di Amerika atau Eropa utara dan Afrika. Sedangkan India, Korea, Japan, Israel,
Yahudi mempunyai insiden penyakit yang paling tinggi. Juga sering pada asia selatan dan
75-90% terjadi pada pria kurang dari 45 tahun. 10-25% terjadi pada pasien wanita.
Paling sering pada umur 20-40 tahun, jarang di atas 50 tahun, Kematian yang diakibatkan
oleh Penyakit Buerger masih jarang, tetapi pada pasien penyakit ini yang terus merokok,
43% dari penderita harus melakukan satu atau lebih amputasi pada 6-7 tahun kemudian.
( Reksoprodjo: 2006).
9
Penyakit ini lebih umum pada pria dengan perbandingan pria - wanita sebesar 3:1.
Akan tetapi, rasio ini diperkirakan akan berubah seiring meningkatnya jumlah wanita
perokok. Umumnya pasien dengan penyakit Buerger berusia antara 20-45 tahun.( Ranim
M,dkk:2014).
2.4 Etiologi
Etiologi penyakit Buerger tak diketahui. Biasanya tidak ada faktor familial.
Hubungannya dengan diabetes melitus pun tak ada. Sebab autoimun dan alergi atau reaksi
merupakan sifat yang mencolok, dengan pasien yang terkena biasanya adiksi parah terhadap
rokok. Kemungkinan alergi atau hipersensitivitas terhadap komponen asap rokok bisa
menyokong kelainan ini. Pasien jarang yang bisa berhenti merokok, walaupun ada penyakit
vaskular perifer progresif, yang bisa menyebabkan amputasi jari dan ekstremitas yang luas.
dari tangan dan kaki. Sehingga aliran darah ke jaringan berkurang dan mengakibatkan rasa
sakit. Gangguan ini terjadi pada 6 dari setiap 10.000 orang. Insidensi tertinggi diantara laki-
laki usia 20-40 yang memiliki riwayat merokok atau mengunyah tembakau. Ini mungkin
terkait dengan riwayat penyakit raynaud dan mungkin terjadi pada orang dengan penyakit
autoimun. Merokok sangat erat kaitannya dengan penyakit Buerger dan sejarah merokok
adalah salah satu criteria untuk mendiagnosa penyakit.( Riverra, dkk: 2016).
Atherosklerosis adalah suatu penyakit arteri oklusi yang disebabkan oleh proses
degenerasi yang menimbulkan gangguan pada pembuluh darah arteri perifer, ditandai dengan
penyempitan lumen arteri dan pengerasan dari dinding arteri. Biasanya menyerang pada usia
10
lanjut. Secara anatomis penyakit ini didefinisikan sebagai penyakit artherial artherosklerotik
Secara fungsional penyakit arteri oklusi kronik didefinisikan sebagai penyakit penyempitan
Obliterans dapat memiliki sebuah predisposisi genetik tanpa penyebab mutasi gen secara
langsung. Sebagian besar peneliti mencurigai bahwa penyakit buerger adalah suatu
linear dari immunoglobulin dan factor komplemen lamina elastik. Adanya antigen tidak
buerger juga telah pula diusulkan. Endothelial perifer tergantung vasodilatasi terganggu pada
pasien dengan penyakit buerger yang mana mekanisme endothelial vasodilatasi terlihat
2.5 Patofisiologi
peningkatan asam pada penyakit buerger, sehingga imun meningkat dan tubuh mengalami
hipersensitivitas yang menyebabkan kepekaan selular serta meningkatkan enzim dan serum
anti endothelial. Karena meningkatnya enzim dan serum anti endothelial menyebabkan
vaskuler melemah sehingga terjadilah peningkatan HLA-A9, HLA-A54, dan HLA-B5, dan
11
akan mengakibatkan disfungsi vaskuler yang menimbulkan peradangan pada arteri dan vena
sehingga terbentuklah ganggren dan akhirnya akan di amputasi.( Mayo Clinic staff: 2006).
Thromboangiitis obliterans melibatkan tiga fase: akut, subakut, dan kronik. Fase akut
multinucleated giant cellssering ditemukan. Fase kronik ditandai oleh kumpulan trombus dan
thromboangiitis obliterans pada fase manapun berbeda dari atherosckerosis dan vaskulitis
Pada penyakit arteri dengan oklusi perifer lanjut, aliran darah istirahat dapat
berkurang walaupun ada pengurangan maksimum dalam tahanan vaskuler perifer serta
timbul nyeri istirahat iskemik atau nekrosis jaringan. Dengan olahraga, hanya sedikit atau
tidak ada peningkatan aliran darah yang bisa terjadi akibat vasodilatasi perifer maksimum
dan klaudikasio segera terjadi biasanya dengan pengurangan jelas dalam tekanan yang
12
melintasi tahanan segmental. Walaupun perkembangan pembuluh drah kolateral menonjol,
namun tahanan sirkuit kolateral selalu lebih besar dari arteri asal yang teroklusi. Akibatnya
walaupun ada sirkulasi kolateral yang luas namun perbedaan tekanan sistolik istirahat
hampir selalu dapat dicatat melintasi segmen arteri ynag terkena penyakit arteri oklusi.
Faktor hemodinamik ini yang menerangkan gejala dan tanda penyakit arteri oklusi perifer.
Karena pengurangan tekanan melalui segmen vaskuler yang sakit maka nadi lemah dan
tidak teraba. Pasien dengan nadi lemah pada saat istirahat mungkin akan kehilangan nadi
pada saat olahraga akibat penurunan lebih lanjut tekanan arteri distal yang berhubungan
dengan peningkatan aliran darah melintasi tahanan vaskuler segmental. Karena vasodilatasi
progresif arteriola perifer distal terhadap suatu obstruksi arteri, maka efek terapi yang kecil
dapat diharapkan dari vasodilator oral atau simpatektomi lumbal untuk kebanyakan pasien
Gejala (symptom) yang paling sering dan utama adalah nyeri yang bermacam-macam
tingkatnya. Pengelompokan Fontaine tidak dapat digunakan disini karena nyeri terjadi
justru waktu istirahat. Nyerinya bertambah pada waktu malam dan keadaan dingin, dan
akan berkurang bila ekstremitas dalam keadaan tergantung. Serangan nyeri juga dapat
bersifat paroksimal dan sering mirip dengan gambaran penyakit Raynaud. Pada keadaan
lebih lanjut, ketika telah ada tukak atau gangren, maka nyeri sangat hebat dan menetap.
Manifestasi terdini mungkin klaudikasi (nyeri pada saat berjalan) lengkung kaki
yang patognomonik untuk penyakit Buerger. Klaudikasi kaki merupakan cermin penyakit
13
oklusi arteri distal yang mengenai arteri plantaris atau tibioperonea. Nyeri istirahat iskemik
timbul progresif dan bisa mengenai tidak hanya jari kaki, tetapi juga jari tangan dan jari
yang terkena bisa memperlihatkan tanda sianosis atau rubor, bila bergantung. Sering terjadi
radang lipatan kuku dan akibatnya paronikia. Infark kulit kecil bisa timbul, terutama pulpa
phalang distal yang bisa berlanjut menjadi gangren atau ulserasi kronis yang nyeri.
Tanda dan gejala lain dari penyakit ini meliputi rasa gatal dan bebal pada tungkai
dan penomena Raynaud ( suatu kondisi dimana ekstremitas distal : jari, tumit, tangan, kaki,
menjadi putih jika terkena suhu dingin). Ulkus dan gangren pada jari kaki sering terjadi
pada penyakit buerger (gambar 4). Sakit mungkin sangat terasa pada daerah yang terkena.
( Riverra: 2016).
Perubahan kulit seperti pada penyakit sumbatan arteri kronik lainnya kurang
nyata. Pada mulanya kulit hanya tampak memucat ringan terutama di ujung jari. Pada
fase lebih lanjut tampak vasokonstriksi yang ditanda i dengan campuran pucat-sianosis-
14
serangan iskemia disini biasanya unilateral. Pada perabaan, kulit sering terasa dingin.
Selain itu, pulsasi arteri yang rendah atau hilang merupakan tanda (sign) fisik yang
penting.
gangren terjadi pada fase yang lebih lanjut dan sering didahului dengan udem dan
dicetuskan oleh trauma. Daerah iskemia ini sering berbatas tegas yaitu pada ujung jari
kaki sebatas kuku. Batas ini akan mengabur bila ada infeksi sekunder mulai dari
Gambar 6 merupakan gambar jari pasien penyakit Buerger yang telah terjadi gangren. Kondisi
ini sangat terasa nyeri dan dimana suatu saat dibutuhkan amputasi pada daerah yang tersebut.
Perjalanan penyakit ini khas, yaitu secara bertahap bertambah berat. Penyakit
berkembang secara intermitten, tahap demi tahap, bertambah falang demi falang, jari demi
jari. Datangnya serangan baru dan jari mana yang bakal terserang tidak dapat diramalkan.
Morbus buerger ini mungkin mengenai satu kaki atau tangan, mungkin keduanya.
15
Penderita biasanya kelelahan dan payah sekali karena tidurnya terganggu oleh nyeri
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan ulserasi yang terasa nyeri atau gangren
pada jari. Tangan dan kaki pasien ini biasanya dingin dan edematous. Thrombophlebitis
superfisial terjadi pada sebagian pasien. Parasthesia kaki dan tangan serta pulsasi distal
yang lemah biasanya ditemukan pada pasien dengan penyakit yang lebih berat.
penyakit ini sudah sangat parah. Ada beberapa kriteria yang dapat dijadikan kriteria
diagnosis walaupun kriteria tersebut kadang-kadang berbeda antara penulis yang satu
Beberapa hal di bawah ini dapat dijadikan dasar untuk mendiagnosis penyakit
Buerger, yaitu:
3. Perokok berat
16
Sebagian besar pasien (70-80%) yang menderita penyakit Buerger mengalami nyeri
iskemik bagian distal saat istirahat dan atau ulkus iskemik pada tumit, kaki atau jari-jari
Gambar 7. Kaki dari penderita dengan penyakit Buerger. Ulkus iskemik pada jari kaki pertama,
kedua dan kelima. Walaupun kaki kanan penderita ini kelihatan normal, dengan angiographi
Diagnosa penyakit burger bisa juga ditegakkan dengan kriteria mayor dan minor.
Kriteria mayor :
- Pecandu rokok
- Tidak ada penyakit arteri proksimal pada poplitea atau tingkat distal brakial
- Dokumentasi objektif penyakit oklusi distal seperti : Doppler arteri segmental dan
17
Kriteria Minor :
Episode berulang trombosis lokal vena superfisial pada ekstremitas dan badan.
arteriola perifer sebagai respons terhadap kondisi stres atau dingin. Sindrom ini paling
sering dilihat pada tangan atau hidung, telinga dan lidah dalam bentuk respon trifasik
yaitu :
3. Eritema karena reaksi hiperemi melibatkan ekstremitas atas dan klaudikasio saat
berjalan.
Diagnosis banding :
aterosklerotik. Keadaan terakhir ini jarang mengenai ekstremitas atas. Penyakit oklusi
arteri jari berdasarkan ateroembolisme (sindrom “jari kaki biru”) biasanya disertai dengan
penyakit jantung atau arteri proksimal, yang tak biasa dalam pasien penyakit Burger yang
18
disertai fenomena Raynaud. Penyakit Raynaud tanpa penyakit sistemik yang mendasari
1. Atherosclerosis obliterans
2. Takayasu’s arteritis
3. Diabetes Melitus
Adalah penyakit yang mempengaruhi gula darah, hal ini terjadi karena
glukosa (gula sederhana) di dalam darah terlalu tinggi.( Motukuru V,dkk : 2008).
penyakit Buerger. Tidak seperti penyakit vaskulitis lainnya, reaksi fase akut (seperti angka
sedimen eritrosit dan level protein C reaktif) pasien penyakit Buerger adalah normal.
vaskulitis termasuk didalamnya adalah pemeriksaaan darah lengkap; uji fungsi hati;
determinasi konsentrasi serum kreatinin, peningkatan kadar gula darah dan angka sedimen,
19
(calcinosis cutis, Raynaud phenomenon, sklerodaktili and telangiektasis) sindrom dan
Angiogram pada ekstremitas atas dan bawah dapat membantu dalam mendiagnosis
penyakit Buerger. Pada angiografii tersebut ditemukan gambaran “corkscrew” dari arteri
yang terjadi akibat dari kerusakan vaskular, bagian kecil arteri tersebut pada bagian
pergelangan tangan dan kaki. Angiografi juga dapat menunjukkan oklusi (hambatan) atau
Penurunan aliran darah (iskemi) pada tangan dapat dilihat pada angiogram. Keadaan
ini akan memgawali terjadinya ulkus pada tangan dan rasa nyeri.
20
Gambar 9. hasil angiogram abnormal dari tangan
Meskipun iskemik (berkurangannya aliran darah) pada penyakit Buerger terus terjadi
pada ekstrimitas distal yang terjadi, penyakit ini tidak menyebar ke organ lainnya, tidak
seperti penyakit vaskulitis lainnya. Saat terjadi ulkus dan gangren pada jari, organ lain sperti
paru-paru, ginjal, otak, dan traktus gastrointestinal tidak terpengaruh. Penyebab hal ini terjadi
21
2.9 Penatalaksanaan
dan total. Ini cukup efektif dalam sebagai terapi. Selain itu terapi lain belum disetujui
sbagai konsesus sebagi pilihan terapi. Terapi suportif antara lain, meliputi:
Menghidari duduk atau berdiri pada satu posisi dalam waktu lama,
Gunakanlah alas kaki yang dapat melindungi untuk menghindari trauma kaki dan
Lakukanlah perawatan lebih awal dan secara agresif pada lula-luka ektremis
B. Terapi medikametosa
Masih dalam tahap penelitian penggunaan stem sel terapi untuk mengobati gejala yang
22
Pengobatan lain yang diusulkan meliputi: carperitide (atrial peptide natriuretic),
kurang efektif
Jika dicurigai penyakit ini disebabkan sensitifitas dari komponen nikotin dari rokok
saat ini mendukung adanya hubungan pengurangan rokok dengan pengurangan iskemik
progresif dan oleh karena itu semua produk tembakau seharusnya dihentikan.
C. Terapi Bedah
bagi jari atau ekstremitas, dan kadang-kadang simpatektomi lumbalis bagi telapak tangan
1. Terapi definitiv
tehnik fogarty. Bila ada emboli ditungkai bawah , maka pada daerah inguinal,
arteriotomi melintang sepanjang 1-2 mm: dan kateter forgarty mulai dari nomor
23
kecil (no.6) dimasukkan melalui arteriotomi tadi kearah distal sampai ujungnya
semberit kecil berisi air steril dan ballon diujung katheter di kembungkan sesuai
ditarik keluar pelan-pelan dan trohmbus atau embolis akan ikut tertarik keluar.
24
2. Revaskularisasi Arteri
Revaskularisasi arteri pada pasien ini juga tidak mungkin dilakukan sampai
terjadi penyembuhan pada bagian yang sakit. Keuntungan dari bedah langsung (bypass)
pada arteri distal juga msih menjadi hal yang kontroversial karena angka kegagalan
pencangkokan tinggi. Bagaimanapun juga, jika pasien memiliki bebrapa iskemik pada
pembuluh darah distal, bedah bypass dengan pengunaan vena autolog sebaiknya
dipertimbangkan.
3. Simpatektomi
dilakukan untuk menurunkan spasma arteri pada pasien penyakit Buerger. Melalui
simpatektomi dapat mengurangi nyeri pada daerah tertentu dan penyembuhan luka
ulkus pada pasien penyakit buerger tersebut, tetapi untuk jangka waktu yang lama
4. Amputasi
Terapi bedah terakhir untuk pasien penyakit Buerger (yaitu pada pasien yang
gangrene yang progresif, atau nyeri yang terus-menerus serta simpatektomi dan
25
dibutuhkan, lakukanlah operasi dengan cara menyelamatkan tungkai kaki sebanyak
mungkin.
L.KOMPLIKASI
1. Gangren
oleh suplai darah tidak adekuat, tetapi kadang kala disebabkan oleh cedera langsung
Gangrene kering jika terjadi aliran darah dari area yang terkena menjadi hitam
dan emasiasi. Gangrene lembab terjadi jika aliran vena tidak adekuat, sehingga jaringan
2. Ulkus
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan ulkus
adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasive kuman saprofit. Adanya kuman
26
saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau. Ulkus diabetikum juga merupakan salah
3. Kemerahan
4. Sianosis
Diskolorasi kebiruan pada kulit dan membrane mukosa akibat konsentrasi yang
2.8 Prognosis
Pada pasien yang berhenti merokok, 94% pasien tidak perlu mengalami
amputasi, apalagi pada pasien yang berhenti merokok sebelum terjadi gangren, angka
kejadian amputasi mendekati 0%. Hal ini tentunya sangat berbeda sekali dengan pasien
yang tetap merokok, sekitar 43% dari mereka berpeluang harus diamputasi selama
periode waktu 7 sampai 8 tahun kemudian, bahkan pada mereka harus dilakukan multiple
amputasi. Pada pasien ini selain umumnya dibutuhkan amputasi tungkai, pasien juga
terus merasakan klaudikasi (nyeri pada saat berjalan) atau fenomena raynaud’s walaupun
27
BAB III
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.S
Umur : 68 tahun
JenisKelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
RM :185841
3.1 ANAMNESA
Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD RS Datu Beru dengan keluhan luka yang menghitam pada bagian jari
kaki kiri, keluhan tersebut dirasakan sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit, Awalnya berupa
luka kecil, perlahan lahan makin membesar. Keluhan juga disertai dengan nyeri dan kram kram
pada betis saat berjalan dan hilang saat istirahat. pasien mengatakan bahwa ibunya menderita
penyakit diabetes melitus dan memiliki riwayat Hipertensi (+), penyakit jantung (-), tidak ada
28
Riwayat Penyakit Dahulu
kolesterol.
Keadaan Umum
Pasien tampak sakit sedang dan lemas saat dilakukan anamnesa, pasien sedang berbaring
ditempat tidur.
Vital Sign
c. Nadi : 76 x/menit
d. Pernafasan : 20 x/menit
e. Suhu : 36,8°C
f. Skala nyeri :5
29
Status Generalis
Kepala : Normochepali
Mata : Konjungtiva palpebra inferior pucat (-/-), sclera ikterik (+/+), pupil
isokor (3 mm/ 3mm), refleks cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak
langsung (+/+)
Telinga : Tanda radang (-/-), pengeluaran sekret (-/-), fungsi pendengaran dalam
batas normal
Hidung : Napas cuping hidung (-/-), rinorrhea (-/-), nyeri tekan sinus (-)
Mulut : Candidiasis (-) Stomatitis (-), leukoplakia (-), atrofil papil lidah (-)
Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening, tidak teraba pembesaran
30
fremitus kiri
Ronkhi(-)
Cor:
batas-batas jantung :
31
Abdomen :
Ekstremitas :
1. Ekstremitas Atas
Atrofi tenar :-
2. Ekstremitas bawah
32
Warna : sawo matang Jaritabuh : (-)
fremitus kiri.
Ronkhi(-)
Tidak diperiksa
33
34
3.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Laboratorium
EO 0,8 % 0-5%
35
BASO 0,2 % 0-1,5%
3.4 TERAPI
Threeway
Humalog 16-0-16
Nocid 2x1
Valsartan 1x1
Aspilet 1x1
Clopidogrel75 mg 1x1
Cilostazol 1x1
36
3.7 PROGNOSIS
Dubia ad malam
Follow up
Tanggal 02-07-2019
HR= 84 x/i
RR = 2 0x/i
T = 36,4 C
Nekrosis (+)
F/ Nyeri (+)
M/ ROM terbatas
37
&Planning IVFD aminofluid / H
Inj. Omz/ 12 j
Gabapentin 1x 300 mg
ISDN 3x1
Ramipril 1x5 mg
Novamir 8-0-8
Tanggal 03-07-2019
HR= 87 x/i
RR = 2 0x/i
T = 36,4 C
38
S/I ekstremitas bawah
Nekrosis (+)
F/ Nyeri (+)
M/ ROM terbatas
Inj. Omz/ 12 j
Gabapentin 1x 300 mg
ISDN 3x1
Ramipril 1x5 mg
Novamir 8-0-8
Tanggal 03-07-2019
39
Subjektif Luka pada kaki (+)
HR= 87 x/i
RR = 2 0x/i
T = 36,4 C
Nekrosis (+)
F/ Nyeri (+)
M/ ROM terbatas
Inj. Omz/ 12 j
40
Inj. Ondansetron / 12j
Gabapentin 1x 300 mg
ISDN 3x1
Ramipril 1x5 mg
Novamir 8-0-8
41
BAB IV
RESUME
Pasien datang ke IGD RS Datu Beru dengan keluhan luka yang menghitam pada
bagian jari kaki kiri, keluhan tersebut dirasakan sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit,
Awalnya berupa luka kecil, perlahan lahan makin membesar. Keluhan juga disertai dengan
nyeri dan kram kram pada betis saat berjalan dan hilang saat istirahat. pasien mengatakan
bahwa ibunya menderita penyakit diabetes melitus dan memiliki riwayat Hipertensi (+),
hipertensi, kolesterol, ckd dan tidak terdapat penyakit jantung. Pasien sebelumnya pernah
berobat ke salah satu spesialis penyakit dalam dengan diagnose DM tipe II. Pasien hanya
mengkonsumsi obat setelah rawat inap namun pasien lupa nama obatnya dan pasien
42
BAB VI
KESIMPULAN
Pasien datang ke IGD RS Datu Beru dengan keluhan luka yang menghitam pada
bagian jari kaki kiri, keluhan tersebut dirasakan sejak 2 bulan sebelum masuk rumah
sakit, Awalnya berupa luka kecil, perlahan lahan makin membesar. Sebelumnya pasien
dirawat dengan diagnosa DM type 2. Riwayat penyakit hipertensi, kolesterol dan tidak
terdapat penyakit jantung. Pada pemeriksaan fisik didapatkan warna kulit sawo matang,
edema (-)tremor (-) sendi : nyeri (-/+) deformitas : (-/-) suhu :teraba hangat,kekuatan:
3/3pucat (-/-) atrofi hipotenar, eritema palmar : (-) nekrosis pada kaki kanan (+) atrofi
tenar (-).
43
DAFTAR PUSTAKA
Doherty GM. Current Surgical Diagnosis and Treatment. USA : McGraw Hill.2006.
Lazarides MK, Georgiadis GS, Papas TT, Nikolopoulos ES. Diagnostic criteri And treatment
of buerger's disease: a review.Int J Low Wounds. 2006; 5(2):89- 95. Mayo Clinic Staff.
Buerger’disease [internet]. USA: Mayo Clinic Staff 2016 [diakses pada tanggal 23
desember 2016].Tersedia dari:
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/buergers disease/home/ovc20179160.
44
Rivera-Chavarría IJ, Brenes-Gutiérrez JD. Thromboangiitis obliterans
(buerger’s disease). Ann Med Surg [Internet]. 2016; 7:79–82 [diakses tanggal 28november
Schwartz, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah , Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2000.
45