Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI

SEDIAAN STERIL

“SALEP MATA”

Disusun Oleh:

1. Wiwik Bagus Wijayanti (22164909A)


2. Rizky Ayu Srisumarni (22164910A)
3. Fabhironia L.D.C.L.R Fernandes (22164911A)
4. Elisabeth Siwi H (22164912A)
5. Pratiska Ika S (22164913A)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA
2019
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui dan menguasai komponen serta
pembuatan salep mata dengan beberapa basis secara steril.

II. DASAR TEORI

1. Definisi
Menurut FI IV, salep mata adalah salep yang digunakan pada mata, di mana
sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat
serta memenuhi syarat uji steril.
Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Pada pembuatan salep mata
harus diberikan perhatian khusus. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan
dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memenuhi syarat uji sterilitas (Anonim,
1995, hal: 12).
Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Pada pembuatan salap
mata harus diberikan perhatian khusus. Sediaan dibuat dari bahan yang
sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memnuhi syarat uji
sterilitas. Bila bahan tertentu yang digunakan dalam formulasi salap mata tidak dapat
disterilkan dengan cara biasa, maka dapat digunakan bahan yang yang memenuhi
syarat uji sterilitas dengan pembuatan secara aseptik. Salep mata mengandung bahan
atau campuran bahan yang sesuai untuk mecegah pertumbuhan atau memusnahkan
mikroba yang mungkin masuk secara tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu
aplikasi penggunaan, kecuali dinyatakan lain dalam monografi, atau formulanya
sendiri sudah bersifat bakteriostatik. (Goeswin, 2009)
Obat biasanya dipakai untuk mata untuk maksud efek lokal pada pengobatan
bagian permukaan mata atau pada bagian dalamnya. Yang paling sering digunakan
adalah larutan dalam air, tapi bisa juga dalam bentuk suspensi, cairan bukan air dan
salep mata. Berbeda dengan salep dermatologi salep mata yang baik yaitu :
a. Steril
b. Bebas hama/bakteri
c. Tidak mengiritasi mata
d. Difusi bahan obat ke seluruh mata yang dibasahi karena sekresi cairan mata.
e. Dasar salep harus mempunyai titik lebur/titik leleh mendekati suhu tubuh
(Ansel,1989)
Obat salep mata harus steril berisi zat antimikrobial preservative, antioksidan,
dan stabilizer. Menurut USP XXV, salep berisi chlorobutanol sebagai antimikrobial
dan perlu bebas bahan partikel yang dapat mengiritasi dan membahayakan jaringan
mata. Sebaliknya, dari EP (2001) dan BP (2001) ada batasan ukuran partikel, yaitu
setiap 10 mikrogram zat aktif tidak boleh mengandung atau mempunyai partikel > 90
nm, tidak boleh lebih dari 2 partikel > 50nm, dan tidak boleh lebih dari 20,25 nm
(Lukas, 2006).
2. Keuntungan dan kerugian
Salep mata bekerja pada kelopak mata, kelenjar sebasea, konjungtiva, kornea
dan iris. Penggunaan salep mata ini memiliki keuntungan dan kerugian diantaranya
adalah:
a. Keuntungan
1) Dapat memberikan bioavailabilitas lebih besar daripada sediaan larutan
dalam air yang ekuivalen.
2) Onset dan waktu puncak absorbsi yang lebih lama.
3) Waktu kontak yang lebih lama sehingga jumlah obat yang diabsorbsi lebih
tinggi.
b. Kerugian
1) Dapat menggangu pengelihatan, kecuali jika digunakan saat akan tidur
2) Dari tempat kerjanya yaitu bekerja pada kelopak mata, kelenjar sebasea,
konjungtiva, kornea dan iris.
3. Basis salep mata
Dasar salep pilihan untuk salep mata harus tidak mengiritasi mata dan harus
memungkinkan difusi bahan obat ke seluruh mata yang dibasahi karena sekresi cairan
mata. Dasar salep mata yang digunakan juga harus bertitik lebur yang mendakati suhu
tubuh. Dalam beberapa hal campuran dari petroletum dan cairan petrolatum (minyak
mineral) dimanfaatkan sebagai dasar salep mata. Kadang-kadang zat yang bercampur
dengan air seprti lanolin ditambahkan kedalamnya. Hal ini memungkinkan air dan
obat yang tidak larut dalam air bartahan selama sistem penyampaian (Ansel,1989).
Oculenta, sebagai bahan dasar salep mata sering mengandung vaselin, dasar
absorpsi atau dasar salep larut air. Semua bahan yang dipakai untuk salep mata harus
halus, tidak enak dalam mata. Salep mata terutama untuk mata yang luka. Harus steril
dan diperlukan syarat-syarat yang lebih teliti maka harus dibuat saksama. Syarat
oculenta adalah:
a. Tidak boleh mengandung bagian-bagian kasar.
b. Dasar salep tidak boleh merangsang mata dan harus memberi kemungkinan obat
tersebar dengan perantaraan air mata.
c. Obat harus tetap berkhasiat selama penyimpanan.
d. Salep mata harus steril dan disimpan dalam tube yang steril
(Anief, 2000, hal: 117).
4. Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Menyediakan Sediaan Salep Mata :
a. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang
ketat serta memenuhi syarat uji sterilitas. Bila bahan tertentu yang digunakan dalam
formulasi tidak dapat disterilkan dengan cara biasa, maka dapat digunakan bahan yang
memenuhi syarat uji sterilitas dengan pembuatan secara aseptik. Salep mata harus
memenuhi persyaratan uji sterilitas. Sterilitas akhir salep mata dalam tube biasanya
dilakukan dengan radiasi sinar γ. (Remingthon pharmauceutical hal. 1585).
b. Kemungkinan kontaminasi mikroba dapat dikurangi dengan melakukan pembuatan
uji dibawah LAF.
c. Salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk
mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin masuk secar tidak
sengaja bila wadah dibuka pada waktu penggunaan. Kecuali dinyatakan lain dalam
monografi atau formulanya sendiri sudah bersifat bakteriostatik (lihat bahan tambahan
seperti yang terdapat pada uji salep mata.
d. Wadah salep mata harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian dan penutupan.
Wadah salep mata harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada
pemakaian pertama. Wadah salep mata kebanyakan menggunakan tube, tube dengan
rendahnya luas permukaan jalan keluarnya menjamin penekanan kontaminasi selama
pemakaianya sampai tingkat yang minimum. Secara bersamaan juga memberikan
perlindungan terhadap cahaya yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, edisi III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Agoes, Goeswien, 2009. Sediaan Farmasi Steril. Bandung : Penerbit ITB
Anief, M. ( 2000). Ilmu Meracik Obat Teori Dan Praktek. Cetakan ke- 9. Yogyakarta: Gajah
Mada University- Press.
ANSEL, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: Penerbit
UniversitasIndonesia (UI-Press).
Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi steril. Penerbit Andi : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai