Anda di halaman 1dari 24

PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

(KONSEP TRANSKULTURAL NURSING DAN PENERAPANNYA)

MAKALAH

disusun sebagai syarat untuk memenuhi nilai tugas kelompok mata kuliah
psikososial dan budaya dalam keperawatan

Oleh

Kelompok 12

1. Triyas Anggini P.W (182310101103)


2. Fonda Ayu Erlinawati (182310101128)
3. Andrian Dwi Yuliorofi (182310101129)
4. Afifatul Mukaromah (182310101143)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2018

11
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan
tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
psikososial dan budaya dalam keperawatan.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ns. Emi Wuri W, M.Kep., Sp.Kep.J. selaku penanggung jawab mata kuliah
psikososial dan budaya dalam keperawatan;
2. Ns. Dini Kurniawati M. Psi, M.Kep., Sp.Mat. selaku dosen pembimbing
3. Seluruh rekan kelas C angkatan 2018;
4. semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat
dan menambah pengetahuan pembaca.

Jember, 18 Oktober 2018

Penulis

11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak suku, budaya,
agama, dan etnis. Dalam teori Leininger, beliau menekankan bahwa rasa
caring terhadap sesama. Secara umum rasa caring merupakan warisan
budaya. Leininger membuat model Sunrise untuk menjelaskan teorinya
mengenai keragaman asuhan budaya dan kesemestaan. Model tersebut
menekankan bahwa kesehatan dan asuhan dipengaruhi oleh elemen struktur
sosial. (Leininger & McFarland, 2002).
Perawat nantinya akan mnghadapi klien dengan berbagai macam ras, suku,
agama, budaya, dan etnik. Maka dari itu dengan pengetahuan mengenai
keperawatan transkultural perawat mampu menerapkan pelayanan kesehatan
modern dan profesional yang memperhatikan nilai-nilai budaya dalam upaya
beradaptasi dengan masyarakat.

1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang tersebut tujuannya sebagai berikut:
1.2.1 Tujuan Umum
Supaya mahasiswa dapat mengetahui konsep transkultural
keperawatan sesuai dengan teori yang benar menurut beberapa ahli

1.2.2 Tujuan Khusus


 Mampu memahami dimensi dan dinamika sosial
 Mampu memahami nilai-nilai sosial budaya dan pengaruhnya
 Mampu mengetahui konsep teori Leininger mengenai transkultural
nursing
 Mampu mengetahui isu-isu maupun trend budaya

11
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dimensi dan Dinamika Sosial


Dinamika adalah suatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu
bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap
keadaan. Dinamika juga berarti adanya interaksi dan interdepensi antara
anggota kelompok dengan kelompok secara keseluruhan. Keadaan ini dapat
terjadi karena selama ada kelompok, semangat kelompok (group spirit) terus
menerus ada dikelompok itu, oleh karena itu kelompok itu bersifat dinamis,
artinya setiap saat kelompok yang bersangkutan dapat berubah. Dinamika
sosial dapat terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara manusia dan antar
kelompok, sehingga antara mereka terjadi proses saling memengaruhi yang
menyebabkan terjadinya dinamika. Dinamika sosial berarti bahwa manusia
dan masyarakat selalu berkembang dan mengalami perubahan. Perubahan
akan selalu ada dalam setiap kelompok sosial. Ada yang mengalami
perubahan secara lambat maupun mengalami perubahan secara cepat
(Soerjono Soekanto, 2006: 146). Dinamika sosial menimbulkan perubahan
dari waktu ke waktu dalam masyrakat baik secara progresif ataupun
retrogresif. Dimensi sosial merupakan suatu hal yang dapat mempengaruhi
kehidupan seperti tingkah laku seseorang. Dinamika sosial yang terjadi dapat
berupa perubahan-perubahan nilai-nilai sosial, norma-norma yang berlaku di
masyarakat, pola-pola perilaku individu dan organisasi, dan bidang lainnya.
Dengan kata lain, perubahan sosial meliputi perubahan-perubahan organisasi
sosial, status, lembaga, dan struktur sosial masyrakat.
Sistem sosial adalah suatu sistem yang terdiri dari unsur sosial atau
tindakan-tindakan sosial yang dilakukan individu-individu yang berinteraksi
satu dengan individu lainnya. Suatu sistem sosial yang menjadi pusat
perhatian berbagai ilmu sosial, pada dasarnya merupakan wadah dari proses-
proses interaksi sosial. Secara struktural, suatu sistem sosial akan mempunyai

11
unsur-unsur pokok dan unsur-unsur pokok ini merupakan bagian yang
menyatu di dalam sistem sosial.
Menurut Alvin L. Bertrand (1980), unsur-unsur pokok sistem sosial adalah
sebagai berikut:
1. Kepercayaan atau keyakinan
Suatu sudut pandang yang menurutnya benar dalam pemahaman
mengenai seluruh aspek yang ada di alam semesta.

2. Perasaan
Yaitu keadaan dari jiwa seseorang secara alamiah maupun sosial.
3. Tujuan, sarana atau cita-cita
Suatu keinginan yang harus dicapai dengan suatu tindakan yang
sifatnya mengubah maupun mempertahankannya.
4. Norma
Pedoman hidup yang ada dalam masyarakat yang mengatur sikap
atau perilaku seseorang.
5. Kedudukan atau peranan
Kedudukan yaitu suatu posisi tertentu yang tersusun secara
vertikal. Sedangkan peranan yaitu suatu posisi dimana memiliki hak dan
kewajiban.
6. Tingkatan atau pangkat
Suatu posisi yang bergantung pada kedudukan maupun peranan
dalam suatu tempat. Dimana dalam hal ini, yang mendorong kepangkatan
adalah suatu penilaian.
7. Kekuasaan atau pengaruh
Yaitu kapasitas dalam hal untuk menguasai sesuatu. Ada 2 macam
kekuasaan yaitu :
 Otoritatip, dimana kekuasaan yang berstandar pada suatu posisi
status

11
 Non-otoritatip, dimana terjadi suatu pemaksaan dan kemampuan
dalam mempengaruhi orang lain tidaklah secara mutlak karena
status.
8. Sanksi
Sanksi dapat diartikan sebagai suatu hukuman, imbalan, maupun
ganjaran. Tidak semua sanksi itu negatif, namun ada pula sanksi yang
positif. Sanksi positif misalnya yaitu semacam pujian dan bisa juga
pemberian hadiah. Sanksi negatif misalnya penurunan pangkat yang telah
dimiliki, penurunan gaji, dan lain sebagainya. Sanksi disini dimaksudkan
untuk perubahan tingkah laku menjadi yang lebih baik lagi.
9. Sarana atau fasilitas
Yaitu semua cara, alat, tempat, maupun yang lainnya yang
digunakan untuk mencapai sebuah tujuan tertentu.
10. Tekanan ketegangan
Dalam hal ini tekanan ketegangan muncul karena 2 orang memiliki
sebuah interprestasi yang berbeda sehingga terjadi perubahan pada
tindakan.

Perubahan sosial merupakan perubahan kehidupan masyrakat yang


berlangsung secara terus menerus dan tidak akan berhenti pada suatu titik
tertentu selama hdiupnya. Mekanisme perubahan sosial adalah sebagai
berikut :

1. Perubahan berlangsung dengan sendirinya


2. Perubahan dilakukan dengan sengaja, diusahakan, atau direncanakan
dengan manusia, masyrakat, bangsa, dan negara
3. Usaha sadar yang direncanakan agar perubahan yang dilakukan dapat
sesuai dengan nilai-nilai yang lebih cocok dan sesuai dengan tuntutan
4. Hakekat dari perubahan adalah netral, terbagi menjadi 2 arah geraknya
yaitu
a. Progersif, perubahan yang bersifat memajukan
b. Regresif, perubahan yang bersifat memundurkan

11
2.2 Nilai-Nilai Sosial Budaya dan Pengaruhnya
Faktor sosial yang mempengaruhi perilaku kesehatan :
1. self concept
2. Image kelompok
3. Identifikasi individu kepada kelompok sosialnya

Aspek Budaya yang mempengaruhi status kesehatan dan derajat


kesehatan:

1. Pengaruh tradisi
2. Pengaruh sikap fatalistis
3. Pengaruh sikap ethnocentris
4. Pengaruh perasaan bangga pada status yang dimiliki
5. Pengaruh norma
6. Pengaruh nilai
7. Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses
sosialisasi
8. Pengaruh konsekuensi dari inovasi

2.3 Konsep Teori Leininger : Transcultural Nursing


Madeleine merupakan seorang perawat antropolog yang mengungkapkan
tentang teori transkultural. Konsep tersebut dikemukakan pada tahun 1970-an
dan kemudian pada tahun 1991 menerbitkan buku Culture Care Diversity,
and Universality : A Theory of Nursing.

2.3.1 Definisi dan Konsep Mayor


Keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan
yang berfokus pada analisis dan studi perbandingan tentang perbedaan
budaya (Leninger, 1978 dalam Sudiharto, 2007). Keperawatan
transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis, yang difokuskan pada
perilaku individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan

11
atau meningkatkan perilaku sehat atau perilaku sakit secara fisik dan
psikokultural sesuai latar belakang budaya (Leninger, 1984 dalam
Sudiharto, 2007).
Teori ini bertujuan untuk menjelaskan faktor budaya dan asuhan
yang mempengaruhi kesehatan, kesakitan dan kematian manusia
sebagai upaya untuk meningkatkan dan memajukan praktek
keperawatan. Tujuan paling utama dari teori ini adalah memberikan
asuhan yang sesuai dengan budaya, gaya hidup maupun nilai-nilai
yang dipercaya oleh klien (Parker, 2001).
`Leininger telah mengembangkan beberapa istilah terkait dengan
teorinya, yaitu:
a. Perawatan manusia dan keperawatan
Manusia adalah induvidu atau kelompok yang memiliki
nilai – nilai dan norma – norma yang diyakini berguna untuk
menetapkan pilihan dan melakukan tindakan. Menurut Leininger,
manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan
budayanya setiap saat dan dimanapun dia berada.
Keperawatan adalah ilmu dan kiat yang diberikan kepada
klien dengan landasan budaya (Andrew, 1995). Keperawatan
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan
pada kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-
spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga,
dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh
proses kehidupan manusia.
Konsep perawatan manusia dan keperawatan adalah
ringkasan dan penjelasan dari pendampingan, dukungan,
kemungkinan, dan cara yang memudahkan untuk membantu diri
sendiri atau orang lain yang kekurangan atau sebagai upaya
pencegahan untuk meningkatkan kesehatan, memperbaiki cara
hidup, atau untuk menghadapi ketidakmampuan atau kematian
b. Budaya

11
Budaya menggambarkan pola kehidupan, nilai, keyakinan,
norma, simbol dan kebiasaan individu, kelompok atau institusi
yang dipelajari, dibagikan, dan biasanya diturunkan dari satu
generasi ke generasi lainnya.
Budaya adalah pengalaman yang bersifat universal
sehingga tidak ada budaya yang sama persis; budaya bersifat stabil,
tetapi juga dinamis karena budaya tersebut diturunkan kepada
generasi berikutnya sehingga mengalami perubahan; dan budaya
diisi dan ditentukan oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa
disadari.
c. Perawatan budaya
Cultural care didefinisikan sebagai nilai, kepercayaan,
pengungkapan yang terpola yang membantu, mendukung dan
memungkinkan individu lain atau kelompok untuk memelihara
kesehatannya, meningkatkan kondisi manusia/kehidupan atau
menghadapi kematian dan kecatatan. Berdasarkan asumsi bahwa
cultural care adalah pengertian yang luas untuk mengetahui,
menjelaskan, menjumlahkan, dan memprediksi fenomena asuhan
keperawatan dan untuk mengarahkan praktik asuhan keperawatan.
d. Dimensi struktur kebudayaan dan sosial
Menggambarkan dinamis, holistik, dan keterkaitan pola
dari struktur budaya (subculture), meliputi aspek spiritual, sosial,
politik (legal), ekonomi, pendidikan, tehnologi, nilai budaya,
filosofi, sejarah, dan bahasa.
e. Konteks lingkungan
Lingkungan adalah keseluruhan fenomena yang
mempengaruhi perkembangan, keyakinan, dan prilaku klien.
Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan klien
dengan budayanya. Lingkungan meliputi lingkungan itu sendiri
(fisik, geografis, sosial budaya), situasi, atau peristiwa/pengalaman

11
yang memberikan intepretasi terhadap arti sebagai petunjuk untuk
berekspresi dan mengambil keputusan.
f. Kesehatan
Suatu keadaan sehat yang secara budaya didefinisikan,
dinilai, dan dipraktekkan, yang merefleksikan kemampuan
individu/kelompok untuk melakukan peran aktivitas sehari – hari
secara mandiri. Kesehatan adalah keseluruhan aktivitas yang
dimiliki klien dengan mengisi kehidupannya, yang terletak pada
rentang sehat-sakit

g. Keperawatan transkultural
Keperawatan transkultural adalah formal area dari
humanistik dan ilmu pengetahuan dan praktik yang berfokus pada
perawatan budaya secara holistik dan kompetensi atau kemampuan
individu atau kelompok untuk mempertahankan/menjaga
kesehatannya dan untuk menerima kekurangan atau kecacatan, dan
menghadapi kematian.
Keperawatan transkultural adalah cabang dari keperawatan
yang memfokuskan pada studi komparatif dan analisis. Budaya
yang berkenaan dengan keperawatan, praktik asuhan sehat sakit,
keyakinan dan nilai – nilai dengan tujuan profesionalisme
pelayanan asuhan keperawatan untuk individu sesuai dengan
budaya pasien.
Keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan
keperawatan yang berfokus pada analisis dan studi pebandingan
tentang perbedaan budaya (Leninger, 1978 dalam Sudiharto,
2007). Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang
humanis, yang difokuskan pada perilaku individu atau kelompok,
serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku
sehat atau perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar
belakang budaya (Leninger, 1984 dalam Sudiharto, 2007).

11
h. Pemeliharaan perawatan budaya
Merupakan proses pendampingan, dukungan fasilitas,
kemampuan profesional untuk bertindak dan mengambil keputusan
yang dapat membantu klien sebagai bagian dari budaya untuk
memelihara/menjaga makna nilai dan kehidupan, untuk
kesembuhan, atau menghadapi kematian.
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya klien tidak
bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi
keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai relevan yang telah
dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan dan
mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya olahraga
setiap pagi.
i. Akomodasi/negosiasi perawatan budaya
Merupakan proses pendampingan, dukungan fasilitas,
kemampuan profesional untuk bertindak dan mengambil keputusan
yang dapat membantu bagian budaya tertentu (subculture) untuk
beradaptasi atau bernegosiasi dengan orang lain untuk
menghasilkan kesehatan yang bermakna.
Negosiasi budaya adalah intervensi dan implementasi
keperawatan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya
tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya. Perawat
membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain
yang lebih mendukung peningkatan status kesehatan.
j. Perbaikan perawatan budaya
Merupakan proses pendampingan, dukungan fasilitas,
kemampuan profesional untuk bertindak dan mengambil keputusan
yang dapat membantu klien menangkap, merubah, atau
memodifikasi cara hidup mereka untuk memperoleh hasil
kesehatan yang lebih baik. Restrukturisasi budaya klien dilakukan
bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatannnya.

11
Perawat berupaya merekonstruksi gaya hidup klien yang biasanya
tidak baik menjadi baik.
k. Kemampuan perawatan secara budaya
Merupakan sebuah penegasan perawatan berbasis budaya
dan ilmu pengetahuan yang menggunakan perasaan, kreativitas,
kehati-hatian untuk memenuhi kebutuhan individu atau kelompok
dengan tujuan mencapai kesehatan yang bermakna, atau untuk
menghadapi kesakitan, kecacatan dan kematian.

2.3.2 Asumsi Mayor


Asumsi Mayor (Parker, 2001 dan Alligood, 2006)
 Asuhan (Care) sangat penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan manusia untuk bertahan hidup, bahkan sampai
manusia menjelang ajalnya.
 Asuhan (Care) penting dalam pengobatan dan penyembuhan. Tidak
akan ada curing tanpa caring.
 Bentuk, ekspresi, pola dan proses dari cara perawatan manusia
bervariasi diantara seluruh budaya yang ada di dunia.
 Setiap budaya pasti mempunyai nilai asuhan generik (tradisional)
dan kadang-kadang mempunyai nilai professional
 Nilai dan kepercayaan asuhan budaya ditanamkan dalam agama,
keluarga, sosial, politik, budaya, ekonomi, bahasa, konteks
lingkungan dan dimensi sejarah dari sebuah struktur sosial.
 Asuhan keperawatan terapeutik hanya dapat terjadi ketika nilai
asuhan budaya, ekspresi dan perilaku klien diketahui dan digunakan
secara eksplisit dalam perawatan.
 Perbedaan antara harapan pemberi perawatan dan penerima
perawatan harus dipahami untuk menyediakan pelayanan yang
bermanfaat, memuaskan dan sesuai dengan yang diharapkan.
 Konflik budaya, praktik budaya yang tidak sesuai, stress budaya dan
budaya yang tidak sehat merefleksikan kekurangan tentang

11
pengetahuan asuhan budaya untuk mnyediakan perawatan yang
bertanggungjawab, aman dan sesuai dengan budaya.
 Model perawatan yang sesuai dengan budaya, spesifik dan universal
penting untuk kesehatan dan kesejahteraan manusia yang harus
disediakan oleh perawat.
 Keperawatan merupakan profesi dan disiplin yang memberikan
perawatan transkultural.

2.3.3 Penerimaan oleh Keperawatan


1. Praktik
Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu
sesuai dengan budaya klien. Dalam memberikan asuhan, perawat
memberikan suatu tindakan atau disebut dengan praktik yang
ditujukan pada klien. Strategi yang digunakan antara lain :
a. Mempertahankan budaya
Budaya sangat berkaitan dengan wilayah yang
ditempati.mempertahankan budaya dimaksudkan bila budaya
yang dimiliki oleh seorang klien tidak bertentangan dengan
kesehatannya. Perencanaan dan implementasi yang diberikan
oleh seorang perawat haruslah sesuai dengan nilai-nilai yang
dimiliki oleh klien tersebut sehingga tercapainya suatu kondisi
dimana seorang klien dapat mempertahankan atau
meningkatkan status kesehatan yang dimiliki.
b. Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi perawat dalam hal ini
cenderung untuk membantu seorang klien dalam beradaptasi
dengan budaya tertentu yang lebih baik untuk kesehatannya.
Perawat disini membantu seorang klien agar memilih,
menentukan budaya yang lebih mendukung kesehatannya
secara optimal.

11
c. Restrukturisasi budaya
Hal ini dilakukan oleh seorang perawat apabila suatu
budaya tertentu dianggap merugikan bagi kesehatan klien.
Disini perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup yang
biasa dilakukan klien ke arah yang lebih baik demi
kesehatannya sesuai dengan keyakinan yang dianut.
2. Pendidikan
Dalam teori keperawatan memandang manusia sebagai
manusia holistik (biopsikososio kultural spiritual), namun dengan
adanya perbedaan perbedaan nilai budaya yang ada dalam
masyarakat, maka dari itu budaya atau kultural juga termasuk ke
dalam sifat holistik.asumsi mendasar keperawatan adalah jiwa
caring. Caring dianggap sebagai tindakan yang dilakukan dalam
memberikan dukungan kepada klien secara utuh. Caring sudah
dimiliki setiap manusia sejak lahir hingga meninggal. Human
caring merupakan satu yang sangat berkaitan dengan dukungan dan
bimbingan kepada klien.
3. Penelitian
Sampai saat ini fokus dalam asuhan keperawatan masih
diperdebatkan, masih rancu antara asuhan keperawatan dengan
asuhan medis dan asuhan keperawatan dengan pengobatan
tradisional. Maka dari itu dilakukan sebuah penelitian. Yang dalam
hal ini perkembangan dalam ilmu kedokteran juga mempengaruhi.
Hal ini disebabkan karena keperawatan bersifat multiparadigmatik.

2.3.4 Isu Budaya Barat terhadap Perilaku Sehat-Sakit


Kebudayaan Barat adalah kebudayaan yang cara pembinaan
kesadarannya dengan cara mamahami ilmu pengtahuan dan filsafat.
Mereka melakukan berbagai macam cara diskusi dan debat untuk
menemukan atau menentukan makna seperti apa yang
sebenarnyamurni /asli dari kesadaran. Mereka banyak belajar dan juga

11
mengajar yang awalnya datang dari proses diskusi dan perdebatan
yang mereka lakukan. Melalui proses belajar dan mengajar, para
ahli kebudayaan barat dituntut untuk pandai dalam berceramah dan
berdiskusi. Dalam pengertian Sehat menurut Dunia Barat sebagai suatu
keadaan sempurna baik jasmani, rohani, maupun kesejahteraan social
seseorang. Dan pengertian Sakit menurut Dunia Barat adalah sebagai
suatu keadaan badan yang kurang menyenangkan, bahkan dirasakan
sebagai siksaan sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat
menjalankan aktivitas sehari-hari seperti halnya orang yang
sehat.dunia barat selalu menjadi simbol dari sudut pandang materi
ataupun pendekatan empiris.
Tidak dipungkuri pada awal peradaban dimulai, semua kejadian
deikaitkan dengan fenomena spiritual dan dikaitkan dengan dewa -
dewa. Inipun terjadi di masa Yunani Kuno.Yunani kuno ini tempat
lahirnya Kedokteran Barat yang di kenal saat ini, mereka mempercayai
adanya dewi yang merawat dan menyembuhkan penyakit.
Dewi Hygea dan Panakeia merupakan putri dewa kesehatan, dewa
Aesclepius. Para pendeta kuil menjadi orang-orang yang dianggap
perantara dan bertugas menangani kesehatan semua orang.Orang-
orang suatu saat menyebut diri mereka Asclepedia (putra Asclepius)
yang membantu menyembuhkan orang-orang sakit.

Asclepiad merupakan cikal bakal dari dokter-dokter masa kini.


Asclepiad membentuk serikat kerja medis yang mendorong lahirnya
bentuk ilmu kedokteran yang didasarkan atas pengetahuan empiris.
Asclepiad adalah seorang sangat terkenal dan dianggap sebagai peletak
dasar ilmu kedokteran modern Hippocrates.

Hippocrates Sabagai bapak kedokteran. Hippocrates banyak


membuat tulisan yang turun temurun diajarkan kepada dokter-dokter
setelahnya. Intinya kedokteran ala hippocrates adalah kepercayaan

11
bahwa penyakit tidak disebabkan oleh iblis atau kekuatan-kekuatan
supranatural yang lain.

Tetapi merupakan fenomena alami yang dapat dipelajari secara


ilmiah dan dapat dipengaruhi oleh prosedur terapeutik dan juga oleh
pengaturan hidup seseorang yang sangat bijaksana.

Dalam Pelayanan Kesehatan Barat


 Dunia barat/sekarang ini sakit ditangani di RS oleh dokter dan
perawat.
 Kelompok non-medikal : anggota keluarga/kerabat menjalankan
fungsi minimal (selama tahap akut )
 Dunia Tradisional sebaliknya : kelompok non-medikal
menjalankan peran yg sangat besar pendukung pengobatan tanpa
dibantu personal medis

Keterlibatan Asisten
 Asisten dlm pengobatan dilibatkan - bersifat seremonial
 Peran sampingan  sedikit memberikan sumbangan kesembuhan
 Shaman (irian) menggunakan medium/asisten yg disukai roh utk
mengundang roh dihadapan penyembuh.
 Manang (kalimantan)  menggunakan asisten utk penyembuhan.

2.3.5 Isu Budaya Timur terhadap Perilaku Sehat-Sakit


Secara umum, timur disimbolkan dengan cara pandang non materi
atau disebut juga dengan pandangan pendekatan spiritual. Dunia timur
diwakili kedokteran china klasik yang berpegang teguh pada tradisi
shamanistik yang telah terjadi pada 3000-8000 SM. Pada zaman Cina
Klasik ada dua aliran yang berpengaruh yaitu Taoisme dan
Konfusianisme. Taoisme lebih mengarah pada cara berpikir korelatif
dan dinamis, dapat dikatakan sehat apabila individu merupakan bagian
yang menyeluruh dan tatanan besar yang terpola. Penyebab penyakit

11
karena ketidakserasian pada individu dan sosial. Sedangkan
Konfusianisme adalah keadaan sistem pengobatan hanya berkaitan
dengan pemeliharaan tatanan sosial. Menurut Konfusianisme, penyakit
dapat disebabkan dari penyesuaian yang tidak memadai pada aturan-
aturan dan adat kebiasaan (Sunaryo, 2014).
Kesehatan model timur menurut Siswanto (2007) yang bersifat
holistik.Holistik dalam arti sempit yaitu organism manusia sebagai
sistem kehidupan yang semua komponennya saling terkait dan saling
ketergantungan. Holistik dalam arti luas yaitu suatu bagian integral
dari sistem-sistem yang lebih luas, ketika organism individual
berinteraksi terus-menerus dengan lingkungan fisik dan sosialnya
(Sunaryo, 2014).

2.3.6 Trend Budaya Jawa, Madura, Sunda, dan Dayak


Banyak sekali cara masyarakat dalam melestarikan budaya yang
ada di Indonesia dengan cara mempercayai dan mengobati diri mereka
sendiri dari suatu sakit secara alami dan hal tersebut telah dilakukan
secara turun-temurun hingga saat ini. Berikut merupakan trend budaya
terkait perilaku sehat sakit di berbagai daerah yang ada di Indonesia,
antara lain :

1. Jawa
Pola budaya yang ada di pulau jawa disebut kejawen.
Kejawen merupakan sebuah wujud dan ekspresi yang berkaitan
dengan alam pikiran masyarakat yang ada di Jawa. Maka dari itu
pembahasan mengenai masalah kesehatan menurut pandangan
orang Jawa, pendekatannya bersifat filosofis, yaitu bagaimana
orang-orang Jawa dalam berperilaku atau mengambil suatu tindakan
yang berdasar atas alam pikirannya, yang pada hakikatnya adalah
untuk mencapai kesempurnaan hidup.

11
Untuk mengupayakan usaha mengubah suatu kondisi dari
tidak sempurna menjadi sempurna tersebut ada sebuah tindakan
tertentu baik jasmani maupun rohani.
 Tindakan secara jasmani
Orang-orang Jawa telah mempercayai suatu penyakit yang
dipengaruhi oleh kondisi dari tubuh seseorang tersebut,
termasuk ke dalam konsep naturalistik yang sering disebut oleh
orang Jawa suatu penyakit “lumrah” atau sewajarnya. Upaya
masyarakat Jawa dalam hal ini adalah meracik obat tradisional
sendiri yang telah diajarkan secara turun temurun yang terdiri
dari bahan-bahan lokal, misalnya :
a. Akar-akaran
b. Daun-daunan
c. Kulit pohon
d. Kulit buah
e. Dll
Masyarakat Jawa juga mempercayai kerokan dalam pengobatan.

Sebagai contohnya :

Nama Penyakit : Sariawan

Bahasa Jawa menyebut penyakit tersebut dengan istilah


Lumpangen.

Ciri Dari penyakit : pinggiran luka di selaput lendir berwarna


merah dan sedikit bengkak, terasa nyeri pada bagian tersebut.

Cara Pengobatan yang dipercayai orang Jawa :

o Asam kawak sebesar ibu jari diseduh dengan air panas


dicampur dengan gula aren. Diminum tiap malah hari

11
o Proses penyembuhan dapat dipercepat dengan tapel daun
cocor bebek yang ditempelkan pada perut, sehari ganti dua
kali.
 Tindakan secara rohani atau batiniyah
Orang-orang Jawa juga mempercayai bahwa suatu penyakit
datang dari hal-hal yang gaib, termasuk dalam konsep
personalitik disebut sebagai penyakit “ora lumrah” atau tidak
sewajarnya. Dimana dalam pengobatannya dikenal dengan
tindakan secara rohaniah atau batiniah yang telah diketahui
masyarakat Jawa sejak masa prasejarah, dimana mereka telah
menggunakan kekuatan magis dalam mengatasi kesehatan.
Biasanya hal ini dilakukan oleh apa yang mereka sebut dengan
orang pintar, dukun, atau orang tua, dan dengan melakukan
ritual atau upacara.
Sebagai contohnya :
Nama Penyakit : Cacar Air
Bahasa Jawa menyebut penyakit tersebut dengan istilah
Cangkrangen atau Lara Ayu.
Menurut masyarakat, penyakit tersebut terjadi karena terkena
“sawanen”. Istilah “sawan” sendiri bisa disebut dengan suatu
kekuatan gaib.
Ciri Dari penyakit : Terdapat bintik-bintik yang berisi air
didalamnya.
Dalam kasus ini, masyarakat Jawa akan membawa orang
yang terkena penyakit tersebut kepada orang pintar, orang tua,
maupun dukun yang telah dipercayai mampu menyembuhkan
penyakit tersebut dengan kemampuan supranaturalnya.

2. Madura
Madura memiliki budaya dalam meningkatkan upaya
kesehatan dengan dua komponen utama yaitu upaya

11
pencegahan (preventif) dan pengobatan (kuratif). Penjabaran
dari pencegahan tradisional adalahpencegahan yang dilakukan
jauh hari sebelum individu terkena penyakit atau kesehatannya
terganggu. Upaya yang dilakukan untuk mencegah datangnya
gangguan kesehatan dengan diawali memilih tempat tinggal
yang tidak boleh melanggar ketentuan tradisi, upacara ritual
selamatan, dan pemeliharaan kesehatan dengan selalu
meminum ramuan tradisional dan penjagaan kesehatan lainnya
(Nurwidodo, 2006).
Melihat dari sisi upacara ritual selamatan dalam mencegah
datangnya gangguan kesehatan dengan rokat tolak balak, ritual
siklus hidup dan ritual lainnya. Cara memelihara kesehatan
yaitu bagian tubuh kepala sampai kaki diberi ramuan agar
bukan hanya kesehatan yang didapat tetapi juga kecantikan dan
kebugaran (Nurwidodo, 2006).

3. Sunda
Terdapat 2 konsep sakit, yaitu :
 Sakit Ringan
Apabila seseorang masih dapat berjalan kaki, masih
dapat bekerja, masih dapat makan dan minum, dan masih
dapat disembuhkan dengan meminum obat atau obat
tradisional yang dibeli diwarung.
Sifatnya yaitu sementara dengan pengobatan sendiri
sebelum melakukan pengobatan ke puskesmas.
Contohnya yaitu sakit kepala yang disebut di daerah
sana sebagai nyeri sirah. Pada sakit kepala biasanya
pengobatan dilakukan dengan membeli obat di warung
kemudian dikonsumsi sesuai aturan yang ada pada
bungkus, yaitu diminum 1 tablet pada orang dewasa dengan

11
air putih. Diminum setelah makan. Dan setelah itu istirahat
yang cukup.

 Sakit Berat
Apabila seseorang merasa badan lemas, tidak dapat
melaksanakan kegiatan sehari-hari, sulit tidur, berat badan
menurun, harus berobat ke dokter atau puskesmas, apabila
menjalani rawat inap membutuhkan biaya yang banyak.

4. Dayak
Masyarakat dayak masih bergantung pada pengobatan
tradisional atau obat kampung melalui jasa tabit atau lasang
karena pada umumnya daerah Dayak tidak ada mantri apalagi
dkter. Obat kampung disamping masih dianggap fungsional
secara sosial dan lebih murah biaya, dan cukup efektif untuk
digunakan sebagai pengobatan. Bagi masyarakat dayak, oleh
karena sakit tidak hanya merupakan gejala biologis yang
bersifat individual, tetapi juga dipandang berkaitan secara
holistik dengan alam, manusia, dan tuhan. Maka dari itu setiap
upaya kesehatan yang dilakukan tidak hanya menggunakan
obat kampung tetapi juga menggunakan sarana ritual-ritual
tertentu , kajian-kajian atau mantra-mantra yang termuat dalam
Bahasa Sangiang sebagai bagian dari proses penyembuhan.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Simpulan
Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis, yang
difokuskan pada perilaku individu atau kelompok, serta proses untuk
mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau perilaku sakit secara
fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya (Leninger, 1984)

11
Tujuan dari teori transkultural nursing adalah untuk memberikan
pelayanan yang berbasis pada budaya dan percaya bahwa perawat dalam
bekerja harus menggunakan prinsip “care” yang juga harus diterapkan secara
mendalam agar culture cares, nilai-nilai, keyakinan, dan pola hidup
memberikan landasan real dan akurat untuk perencanaan dan implementasi
yang efektif terhadap pelayanan pada budaya tertentu. Karena di Indonesia
sendiri kaya akan budaya-budaya bangsa.

DAFTAR PUSTAKA
Kozier, Barbara, dkk. 2004. Fundamental of Nursing : Concept, Process, and
Practice, 7^th Edition. Terjemahan Oleh Karyuni, Pamilih, dkk. 2010. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan : Konsep,Proses, dan Praktik, ed. 7. Jakarta : EGC.

Potter, P. A dan Perry, A.G.1997. Fundamental of Nursing : Concept, Process,


and Practice. Terjemahan oleh Yulianti, D dan Ester, M. 2005. Buku Ajar

11
Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. Cetakan I. Indonesia :
EGC.

Andrew. M & Boyle. J.S. 1955. Transcultural Concepts in Nursing Care. 2nd Ed.
Philadelphia. JB Lippincot Company.

Giger. J.J & Davidhizar. R.E. 1955. Transcultural Nursing : Assessment and
Intervention. 2nd Ed. Missouri. Mosby Year Book Inc.

Koentjaraningrat. 1981. Dasar-Dasar Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.

Bintaranny, K. 2012. Teori Tentang Psikososial. Jakarta.

Fiemansyah Wahyu. Keperawatan Transkultural . Jakarta. Dari


(https://www.academia.edu/8160648/Transkultural-nursing, (Online) .diakses
Kamis 8 Oktober 2018.

Sunaryo. 2014. Sosiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Bumi Medika


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1991. Pengobatan Tradisional pada
Masyarakat Pedesaan Daerah Jawa Tengah. Jawa Tengah.

Supardi, Sudibyo, dan Mulyono Notosiswoyo. 2012. Pengobatan Sendiri Sakit


Kepala, Demam, Batuk, dan Pilek pada Masyarakat di Desa Ciwalen, Kecamatan
Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Jurnal. Vol II No. 3. Dari
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=2
ahUKEwidi4yNl5DeAhVXOSsKHd1LCq8QFjAAegQICRAC&url=http%3A%2
F%2Fpsr.ui.ac.id%2Findex.php%2Fjournal%2Farticle%2Fdownload%2F3390%2
F468&usg=AOvVaw1OU0K-ZaZqaWPrfbFo4gxd

Sukiada, Kadek. 2015. Sistem Medis Traadisional Suku Dayak dalam


Kepercayaan Hindu Kaharingan di Kota Palangkaraya, Provinsi Kalimantan
Tengah. Jurnal.

Dari ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/article/download/47/26/

11
Nurwidodo. 2006. Pencegahan dan promosi kesehatan secara tradisional untuk
peningkatan status masyarakat di Sumenep Madura. HUMANITY. 1(2): 96-105

11

Anda mungkin juga menyukai