Anda di halaman 1dari 25

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

LAPORAN KASUS PENYAKIT DENGAN PENDEKATAN


KEDOKTERAN KELUARGA

Oleh :

Prawira Wijaya
112017152

Pembimbing :
dr. E. Irwandi Tirtawidjaja

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


JAKARTA
NOVEMBER 2019
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
Hal I : Anamnesis Pribadi
Nsma : Ny. Ning
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : Tamat SD
Alamat : Jl. Latumenten II, Gang no. IV, no. 25 B RT 4/ RW 5
No. Telpon :-

Anamnesis tentang penyakit pasien :


a. Keluhan utama :
Pasien datang ke Puskesmas Jelambar II dengan keluhan cepat lapar dan haus

b. Keluhan tambahan :
Sering terbangun di malam hari untuk BAK

Riwayat penyakit sekarang :


Pasien sebelumnya mengeluh sering merasa lapar dan haus walaupun sebelumnya
sudah makan minum. Saat malam pasien sering terbangun karena ingin buang air
kecil. Pasien juga mengatakan bahwa badanya terkadang merasa lemas sehingga
sulit untuk melakukan pekerjaan sehari-hari. Pasien menyangkal adanya keluhan
yang lain. Pasien mengatakan ia minum obat DM yang didapat dari puskesmas.
Riwayat penyakit dahulu :

Tidak ada

Riwayat pengobatan :

Pasien biasanya mengkonsumsi obat metformin 500mg x 2 dan glimepiride 2mg x


1

c. Riwayat Kebiasaan sosial :

Pola makan/minum : Kurang Baik

Pasien mengatakan sehari-harinya makan sebanyak 2 kali sehari. Kadang-kadang


pasien masak sendiri dan ada waktu lainnya pasien ke warung makan yg terdekat
di rumah untuk makan siang atau makan malam. Pasien mengatakan masih
mengkonsumsi makanan tinggi kandungan garam seperti ikan asin, telur asin.

Aktivitas/rekreasi : Kurang baik.

Pasien mengatakan hanya berolah raga satu kali 1 minggu yaitu pada pagi hari
minggu kerana sehari-harinya pasien sibuk menjaga cucunya di rumah sebanyak 4
orang. Pasien sekarang ini juga tidak bekerja. Sumber pendapatan pasien hanya dari
suaminya yang bekerja sendir dan tidak mempunyai pekerjaan tetap, kadang-
kadang sebagai buruh tukang. Pasien mengaku tidak pernah merokok atau minum
alkohol sebelumnya.

Pola istirahat : Kurang Baik


Walaupun pasien mengatakan sebelumnya mendapatkan istirahat yang cukup
namun kebelakangan ini dengan bermulanya musim sekolah, pasien berasa tidak
mendapat istirahat yang cukup kerna perlu membantu menguruskan dan
menghantar ke sekolah cucu nya pertama sambil menjaga 3 orang lagi cucunya di
rumah.

d. Hubungan psikologis dengan keluarga

Pohon keluarga pasien :


Suami Pasien,
56thn 55thn

Menantu 1 Anak 1 Anak 2 Menantu 2


30 thn 33 thn 26 thn 29 thn

Cucu 1 Cucu 2 Cucu 3 Cucu 4


6 thn 4 thn 2 thn 7 bln

Keterangan :

Pasien mempunyai seorang suami berusia 56 tahun. Pasien mempunyai 2 orang


anak, 1 laki-laki dan 1 perempuan. Pasien mempunyai 4 orang cucu. Hubungan
pasien dengan seluruh keluarga pasien baik. Pasien dirumah bersama-sama dengan
suami, anak pertama bersama menantu pertama serta 4 orang cucu pasien.

Pengambilan keputusan : Bersama-sama tetapi keputusan akhir ditentukan


oleh suami pasien.

e. Pergaulan sosial

Pasien tinggal di kawasan yang padat penduduk. Namun pasien sangat mengenali
tetangga nya yang tinggal berdekatan dengan pasien. Pasien juga sering mengikuti
aktivitas warga setempat.

f. Kerohanian

Pasien menganut agama Islam. Pasien mengatakan setia hari melakukan solat 5
waktu di rumah.
Hal II : Anamnesis Keluarga dan Komunitas

1. Identitas Pasien dan Keluarga


a. Nama Pasien : Ny.Ngatiyem
b. Nama Kepala Keluarga : Tn.Sarmin
c. Alamat Rumah : Jl. Makaliwe I, no.18 rt 003/rw 007
d. Daftar Anggota Keluarga yang tinggal dalam satu rumah :

No. Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Keterangan


Dalam
Keluarga
1. Tn. Sarmin Suami L 56 thn SD Kerja sendiri
2. Ny. Ngatiyem Pasien P 55 thn SD Ibu rumah
tangga
3. Tn. Sadih Anak 1 L 33 thn SMA Karyawan
Swasta
4. Ny. Ika Menantu 1 P 30 thn SMA Karyawan
Swasta
5. An. Sodiq Cucu 1 L 6 thn SD -
6. An. Sahira Cucu 2 P 4 thn - -
7. An. Safira Cucu 3 P 2 thn - -
8. An. Arwan Cucu 4 L 7 bln - -

e. Keadaan kesehatan dalam keluarga :


Saat ini tidak ada keluarga dalam keadaan yang sakit.
b. Kebiasaan sosial dalam keluarga :
Dalam keluarga tidak ada yang merokok atau minul alkohol. Suami pasien bekerja
sendiri dimana penghasilnya suaminya juga tidak tetap. Namun begitu, kebutuhan
makan sehari-hari selalu mencukupi. Untuk kebutuhan cucu pasien disediakan
sepenuhnya oleh anak pasien, hanya pasien diminta untuk membantu menjaga cucu-
cucunya sebanyak 4 orang di rumah kerna anak-anak pasien bekerja pada siang hari.

Penghasilan bersih dalam keluarga adalah dari suami pasien dengan pendapatan
rata-rata rp 500.000 per bulan. Namun perbelanjaan bulanan pasien juga dibantu oleh
anak dan menantunya yang bekerja sebagai karyawan swasta. Dukungan keluarga
untuk memotivasi pasien agar selalu memeriksakan kesehatannya dan menjaga pola
makannya masih kurang dan kesadaran untuk memeriksakan kesehatan terhadap diri
sendiri masih kurang.

c. Kerohanian dalam keluarga :

Semua anggota keluarga pasien beragama Islam. Semua keluarga pasien melaksanakan
ibadah yang seharusnya setiap hari.
Hal III : Pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan untuk menunjang diagnosis dan
pemeriksaan status gizi

Keadaan Umurm : Compos mentis, tampak sakit ringan


Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 140/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 85 x/menit
Frekuensi Napas : 22 x/menit
Suhu badan : 36,6 oc
Berat Badan : 50 kg
Tinggi Badan : 1.6 m
Indeks Massa Tubuh : 19.53 kg/m2

Kepala : Normocephaly, trauma (-), lesi (-), tidak ada tanda-tanda


kekurangan gizi (seperti rambunt kering), tidak ada
pembengkakan/benjolan.
Mata : bentuk simetris kanan dan kiri, konjungtiva anemis -/-,
sklera ikterik -/-
Hidung : Bentuk simetris, warna sama dengan warna kulit lain, lesi
(-), rongga hidung lesi -/-, sumbatan -/-, perdarahan -/-.
Pemeriksaan sinus frontalis dan maksilaris : nyeri tekan -/-,
pembengkakan -/-
Mulut : warna mukosa mulut dan bibir merah muda, lembab. Gigi
lengkap, tidak ada gigi berlubang atau kerusakan gigi,
perdarahan gigi (-), radang gusi (-), lidah simetris warna
pink.
Leher : warna kulti sama dengan kulit lain, bentuk simetris, tidak
ada pembesaran kelenjar gondok, tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening.
Thorax : bentuk dada simetris kanan dan kiri, bentuk dan postur
normal, tidak ada tanda distress pernapasan, tidak ada
pembengkakan/penonjolan/edema.
Cor : Bunyi jantung I dan II regular, tidak ada bunyi jantung
tambahan, gallop -, murmur -
Pulmo : Suara napas vesikuler +/+, ronhki -/-, wheezing -/-

Abdomen -
Ekstremitas :
Atas : bentuk simetris kanan dan kiri, integritas kulit baik, ROM
aktif kanan dan kiri, kekuatan otot penuh.
Bawah : bentuk simetris kanan dan kiri, integritas kulit baik, ROM
aktif kanan dan kiri, kekuatan otot penuh.

Hal IV : Pemeriksaan Penunjang yang dianjurkan (terutama untuk follow up atau


kemungkinan komplikasinya) disertai hasil interpretasi
1. Laboratorium : darah rutin, elektrolit, kadar gula darah (atas indikasi untuk
menyingkirkan penyebab sekunder)

2. Radiologi :

a. Ct scan kepala : untuk menyingkirkan penyebab sekunder jika pengobatan


awal tidak mengatasi keluhan nyeri kepala pasien. Oleh karena pasien
sebelumnya mempunyai riwayat TBC paru 1 tahun sebelumnya,
kemungkinan untuk terjadinya infeksi di kepala akibat dari infeksi TBC
seperti meningitis TB.

b. Foto thoraks : untuk mendapatkan perkembangan terbaru tentang


penyakit paru pasien sebelumnya.
Hal V : Perilaku berisiko pasien dan keluarga (menjelaskan faktor-faktor risiko
penyakitnya)
1. Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun
a. Perilaku pasien yang kadang-kadang hanya mencuci tangan dengan air keran
tapi tidak dengan sabun setelah bersih atau batuk menjadi faktor risiko kepada
penularan penyakitnya kepada keluarganya di rumah terutama pada anak-anak.
b. Manfaat mencuci tangan adalah agar tangan menjadi bersih dan dapat
membunuh kuman yang ada di tangan, mencegah penularan penyakit seperti
diare, kolera, dysentri, kecacingan, penyakit kulit, infeksi daluran pernafasan
akut (ISPA), bahkan flu burung dan lainnya.
2. Makan Buah dan Sayur Setiap Hari
a. Pasien sehari-harinya biasanya masak sendiri atau membeli makan dari warung
makan terdekat dari rumah. Biasanya pasien hanya mengkonsumsi nasi
(karbohidrat) dan lauk ikan atau ayam (protein) dan jarang sekali untuk
mengkonsumsi sayur dan buah. Perilaku yang sehat adalah mengkonsumsi
minimal 2 porsi sayur dan 3 porsi buag atau sebaliknya setiap hari. Semua jenis
sayuran bagus untuk dimakan, terutama sayuran yang berwarna (hijau tua,
kuning, oranye) seperti bayam, kangkung, daun katuk, kacang panjang, selada
hijau atau daun singkong. Begitu pula dengan buah, semua bagus untuk
dimakan, terutama yang berwarna (merah, kuning) seperti mangga, papaya,
jeruk, jambu biji atau apel lebih banyak mengandung vitamin dan mineral serta
seratnya.
b. Risiko pasien jarang sekali mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran
akan menyebabkan pasien tidak mendapatkan sumber zat seperti vitamin, serat
yang akan menurunkan kondisi kesehatan pasien dalam jangka waktu yang
panjang.
c. Selain dari pasien sendiri, keluarga pasien juga jarang sekali mengkonsumsi
buah-buahan dan sayur-sayuran terutama di dalam keluarga pasien terdapat 4
orang anak yang seharusnya mendapatkan konsumsi zat mineral, vitamin dan
serat yang secukupnya untuk tumbuh kembang yang optimal.
3. Melakukan Aktivitas Fisik Setiap hari.
a. Pasien hanya melakukan senam ringan pada pagi hari minggu kerna sibuk
membantu menjaga dan menguruskan cucunya di rumah. Perilaku pasien ini
yang kurang beraktivitas menjadi salah satu faktor kepada penyakit pasien
sendiri. Kelebihan berolah raga minimal 30 menit setiap hari seperti melakukan
pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat
penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan mempertahankan
kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Jenis aktifitas fisik
yang dapat dilakukan bisa berupa kegiatan sehari-hari, yaitu berjalan kaki,
berkebun, bekerja ditaman, mencuci pakaian, mencuci mobil, mengepel lantai,
naik turun tangga dan membawa belanjaan
Hal VI : Keadaan rumah dan lingkungan tempat tinggal yang berisiko

1. Denah kawasan sekitar rumah pasien

Kawasan tempat tinggal pasien


Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (Puskesmas Kelurahan Grogol I)

Kondisi berisiko di kawasan sekitar rumah dan lingkungan pasien :


1. Posisi rumah pasien yang sangat dekat dengan jalan kereta
a. Posisi rumah pasien yang hampir 2 meter dari rel kereta menjadi salah satu faktor
risiko kepada kesehatan pasien. Sesuai dengan UU 23/2007 tentang Perkeretapian,
jarak antara bangunan pemukiman dengan rel minimal 6 meter. Perkeretaapian
tidak saja memberi dampak yang positif bagi masyarakat sekitarnya, tetapi juga
kemungkinan dampak negatif berupa pencemaran udara akibat kebisingan dan
getaran. Keadaan ini akan sangat mempengaruhi kesehatan masyarakat yang
tinggal di sekitar rel kereta api. Fenomena di kota adalah kurangnya lahan untuk
tempat tinggal bahkan lahan yang tersedia hanya mampu dimiliki oleh masyarakat
pada kalangan ekonomi menengah keatas karena harganya yang cukup mahal,
sedangkan bagi masyarakat ekonomi rendah terpaksa memanfaaatkan lahanlahan
sempit seperti daerah pinggiran rel kereta api sebagai tempat tinggal.
i. Kebisingan

Bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak dikehendaki ataupun
yang merusak kesehatan, saat ini kebisingan merupakan salah satu penyebab
penyakit lingkungan yang penting. Sedangkan kebisingan sering digunakan
sebagai istilah untuk menyatakan suara yang tidak diinginkan yang
disebabkan oleh kegiatan manusia atau aktifitas alam. Dampak negatif yang
timbul sebagai akibat dari kebisingan adalah efek kesehatan dan non
kesehatan. Secara umum telah disetujui bahwa untuk amannya, pemaparan
bising selama 8 jam perhari, sebaiknya tidak melebihi ambang batas 85 dBA.
Pemaparan kebisingan yang keras selalu di atas 85 dBA, dapat menyebabkan
ketulian sementara. Biasanya ketulian akibat kebisingan terjadi tidak seketika
sehingga pada awalnya tidak disadari oleh manusia. Baru setelah beberapa
waktu terjadi keluhan kurang pendengaran yang sangat mengganggu dan
dirasakan sangat merugikan. Pengaruh-pengaruh kebisingan selain terhadap
alat pendengaran dirasakan oleh para pekerja yang terpapar kebisingan keras
mengeluh tentang adanya rasa mual, lemas, stres, sakit kepala bahkan
peningkatan tekanan darah. Gangguan kesehatan lainnya selain gangguan
pendengaran biasanya disebabkan karen energy kebisingan yang tinggi
mampu menimbulkan efek viseral, seperti perubahan frekuensi jantung,
perubahan tekanan darah, dan tingkat pengeluaran keringat. Sebagai
tambahan, ada efek psikososial dan psikomotor ringan jika dicoba bekerja di
lingkungan yang bising.
2. Denah banguan rumah
6m

2m
Lantai 1

Lantai 2

a. Jenis lantai : Keramik warna putih ukuran 30cm x 30 cm


b. Jenis atap : Genteng
c. Jenis Dinding : Tembok dilapisi cat
d. Jenis bangunan : Semi Permanen
e. Penerangan : Sedang
f. Kebersihan : Kurang baik
g. Ventilasi : Kurang baik
h. Dapur : Ada
i. Jamban keluarga : Ada
j. Sumber air minum : Air isi ulang. Baik
Kualitas fisik air minum termasuk kategori baik (tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa,
tidak berbusa dan tidak berbau)
k. Tempat pembuangan sampah : Ada. Kurang baik
Penanganan sampah yang memenuhi kriteria baik yaitu penanganan sampah yang diangkut
petugas, ditimbun dalam tanah, dibuat kompos. Tetapi di rumah pasien tempat
pembuangan sampahnya tidak ada petuga yang mengangkut sampah, tidak ada tempat
untuk menimbun sampah.
l. Sanitasi lingkungan : Kurang baik
m. Deskripsi keadaan rumah :
- Rumah Ny. X dengan luas tanah 15m2 mempunyai 1 jendela di bagian depan lantai
2. Mempunyai 1 pintu masuk, yaitu satu pintu masuk pada bagian depan lantai 1.
Memiliki 2 kamar tidur. Terdapat ruang dapur dan 1 kamar mandi. Rumah Ny. X
agak kurang bersih, tidak tersusun dengan pakaian ada yang di lantai, sirkulasi
udara yang kurang baik terutama di bagian dapur dan kamar mandi dan tidak
mendapat paparan sinar matahari ke rumah yang cukup.
- Kriteria rumah sehat yang digunakan bila memenuhi tujuh kriteria :
o Atap berplafon
o Dinding permanen (tembok/papan)
o Jenis lantai bukan tanah
o Tersedia jendela,
o Ventilasi cukup
o Pengcahyaan alami cukup, dan
o Tidak padat huni (lebih besar atau sama dengan 8m2/orang)
- Berbeda dengan kondisi keadaan rumah pasien yang masih belum memenuhi tujuh
kriteria rumah sehat yaitu ventilasi yang kurang, pengcahayaan alami yang kurang
baik, dan masih padat huni yaitu 8 orang di dalam keluasan rumah 15m2 x 2 tingkat.
Hal VII : Diagnostik Holistik (Biologis medis, psiko-sosial, ekonomi, lingkungan fisik-non
fisik, kerohanian)
Diagnostik holistik
Biologis medis :
Aspek Personal :
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala sejak 2 hari SMRS. Nyeri kepala
yang dirasakan pasien yang tidak membaik sejak 2 hari ini dan mengganggu
aktivitas pasien sehari-hari menyebabkan pasien datang berobat ke
Puskesmas. Harapan pasien supaya keluhan nyeri kepalanya dapat
disembuhkan serta tidak terjadi komplikasi.
Aspek Klinik :
1. Headache ICD 10 G44.209
2. Essential (primary) Hypertension ICD 10 I 10
Psiko-sosial :
Kurangnya pengetahuan keluarga untuk memotivasi pasien agar
selalu memeriksakan kesehatannya dan menjaga pola makannya.
Tanggungjawab yang diberikan oleh anak-anak pasien untuk menjaga 4
orang cucunya di rumah menjadi faktor risiko terjadinya penyakit pasien.
Kurangnya pasien untuk melakukan aktivitas fisik kerna terlalu sibuk
dengan pekerjaan menjaga cucunya di rumah.
Ekonomi :
Walaupun pendapatan bersih pasien yang hanya bergantung kepada
pendapatan suaminya, pasien harus mampu mendapatkan asupan makanan
yang seimbang dan cukup zat seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral dan serat.
Lingkungan fisik-non fisik :
Kedudukan rumah pasien yang sangat dekat dengan rel kereta dan tinggal
di kawasan yang padat penduduk menjadi faktor pendorong kepada
penyakit pasien. Setiap harinya harus terpapar dengan suara bising dari
kereta sehingga boleh menyebabkan rasa stress kepada pasien.
Kerohanian :
Aspek kerohanian pada pasien dan keluarga pasien sudah cukup baik .
Penatalaksanaan
Non-Medikamentosa :

a. Edukasi pasien dan keluarga mengenai penyakit nyeri kepala dan hipertensi.
b. Edukasi pasien bahwa penyakit hipertensi penatalaksanaan yang dilakukan harus
dilakukan seumur hidup dan untuk penyakit nyeri kepala pasien harus
mengurangkan faktor-faktor pendorong terjadinya stress pada pasien.
c. Edukasi pasien untuk selalu kontrol dan periksa tekanan darah.
d. Edukasi pasien dankeluarga yang tinggal bersamanya tentang pentingnya memberi
dukungan pada pasien, mengawasi pengobatan seperti diet pasien dan kapan harus
kontrol kembali.
e. Edukasi pasien mengenai olahraga yang minimal dilakukan 3x/minggu selama 30
menit dan makanan yang rendah garam, rendah purin, rendah lemak dan rendah
kolesterol. Edukasi pasien mengenai pentingnya mendapatkan buah-buahan dan
sayur-sayur.

Medikamentosa :

1. Amlodipine 1 x 5mg tab + Captopril 2 x 12,5mg tab


2. Ibuprofen tab. 3 x 400mg
Hal VII : Memberikan edukasi pasien, keluarga sesuai diagnostik holistic
1. Edukasi tentang penyakit nyeri kepala (headache) pasien dan tatalaksana
Tension type headache (TTH), atau disebut juga sakit kepala tegang, adalah tipe nyeri
kepala yang paling sering terjadi pada populasi umum. TTH ditandai dengan episode
berulang dari nyeri kepala dengan manifestasi berupa nyeri kepala yang menekan atau
menyempit, intensitas ringan hingga sedang pada kedua sisi kepala, dan tidak dipengaruhi
aktivitas.

Edukasi pasien tension type headache (TTH) di antaranya adalah cara untuk mengelola
stres, memiliki waktu tidur yang cukup, mencari kesempatan waktu untuk berolah raga.
Mengkonsumi obat antinyeri sesuai dengan aturan dokter.

2. Edukasi tentang penyakit Hipertensi dan tatalaksana

Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah secara menetap berada diatas
normal. Hipertensi sering tidak menimbulkan gejala sehingga disebut sebagai silent killer.
Hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikendalikan.
Berdasarkan JNC VII tekanan darah sistol ≥140 mmHg dan diastole ≥90 mmHg
dikategorikan sebagai hipertensi.

Setiap pasienvdengan peningkatan tekanan darah diatas normal harus diedukasi


mengenai modalitas gaya hidup yang terbukti efektif dalam menurunkan tekanan darah.
Pasien dengan tekanan darah antara 120-139/80-89 mmHg membutuhkan perubahan diet
dan gaya hidup yang agresif dalam menurunkan tekanan darah dan dalam mencegah hal
ini, tidak direkomendasikan pemberian obat-obatan bagi pasien pre-hipertensi kecuali
terdapat komorbiditas lain seperti gagal jantung. American Heart Ascociation, American
Society of Hypetension, dan ESH 2013 telah mengeluarkan beberapa perubahan gaya
hidup dan diet, seperti diet rendah garam (<1,5 sampai 2,3 gram/hari), diet yang sesuai
dengan pola makan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension), penurunan berat
badan jika indeks masssa tubuh lebih besar dari 25 kg/m2, restriksi alkohol menjadi kurang
dari 10-20 gram/hari, dan olahraga aerobic (target 150 menit/minggu). Walaupun tidak
terbukti mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler secara signifikan, masing-masing poin
perubahan gaya hidup ini terbukti dapat mengurangi rata-rata tekanan darah sebanyak 4
sampai 6 mmHg untuk tekanan darah sistolik jika dilakukan secara benar dan teratur.
Dengan begitu pasien pre-hipertensi dan hipertensi tingkat 1 (tanpa indikasi penggunaan
obat-obatan anti hipertensi spesifik) dapat ditangani dengan satu atau lebih poin perubahan
gaya hidup dan mencapai target tekanan darah. Bagi individu, beberapa penanganan
alternatif seperti olahraga resistensi dan isometrik, pola pernapasan lambat yang dipandu
oleh alat, dan teknik meditasi tertentu dapat efektif menurunkan tekanan darah. Perihal
apakah pasien dapat patuh terhadap penanganan non -farmakologis perubahan gaya hidup
untuk mengontrol tekanan darah selama beberapa tahun masih belum pasti.

Pola makan pasien dan kurangnya aktivitas fisik pasien harus diperbaiki dalam
tatalaksana penyakit hipertensi ini.

3. Edukasi tentang penyakit TB dan cara penularannya

- Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB


(Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat
juga mengenai organ tubuh lainnya.

- Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk
dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam
ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat
mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman.
Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien
tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
Gambar : Faktor Risiko Kejadian TB

- Riwayat alamiah pasien TB yang tidak obati :


o Pasien yang tidak diobati setelah 5 tahun akan :
 50% meninggal
 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi
 25% menjadi kasus kronis yang tetap menular.

- Mengedukasi pasien tentang masalah yang ada di keluarga dan lingkungan


pasien :
1. Ventilasi ruangan di rumah kurang baik yang boleh menjadi faktor risiko
kejadian TB
2. Kepadatan yang tinggal serumah dengan pasien (4 cucu, 2 anak, 1 suami)
dalam luas rumah 15m2 berisiko untuk keluarga lain terinfeksi TB.
3. Pasien juga yang merupakan seorang ibu rumah tangga yang kebanyakan
waktunya berada di rumah sehingga keluarga pasien sangat mudah untuk
terinfeksi.
2. Mengedukasi dan menjelaskan kepada pasien tentang alur diagnosis TB paru
supaya pasien mampu mengidentifikasi kejadian TB dalam keluarga lebih cepat.
Hal IX : Memberikan upaya pencegahan penyakit terhadap individu, keluarga dan
komunitas

- Health promotion

 Memberikan penyuluhan dan pendidikan tentang penyakit yang dialami oleh pasien
seperti nyeri kepala dan hipertensi kepada anggota keluarga pasien yang lainnya.
 Memberikan informasi dan pemahaman kepada anggota keluarga pasien yang
lainnya dan tetangga sekitar rumah pasien bahwa penyakit yang dialami oleh pasien
boleh dialami oleh sesiapa saja terutama pada masyarakat yang sudah dewasa.
 Menjelaskan kepada pasien, keluarga dan tetangga disekitar rumah pasien bahwa
pentingnya untuk berolahraga, makan makanan yang seimbang dari zat untuk
mencegah terjadinya penyakit yang sama seperti pasien.

- Specific protection

 Kegiatan yang boleh dilakukan oleh pasien, keluarga pasien dan tetangga dekat
pasien dalam mencegah terjadinya penyakit nyeri kepala dan hipertensi seperti
pasien adalah mendapatkan informasi tentang penyakit tersebut atau mengikuti
penyluhan yang dilaksanakan di pusat kesehatan terdekat seperti di puskesmas atau
rumah sakit.
 Diet hipertensi seperti diet rendah garam boleh dilakukan oleh keluarga pasien dan
semua anggota komunitas disekitarnya.
 Melakukan pemeriksaan dan skrining berkala di pusat kesehatan yang terdekat
untuk mengenal pasti faktor risiko yang ada seawal yang mungkin seperti stress
yang sedang dialami, pola makan dan sehingga mampu mencegah penyakit
daripada terjadi. Selain itu, mendapat nasehat daripada dokter supaya keluarga dan
komunitas mampu mendeteksi secara cepat penyakit yang ada.

- Early Diagnosis & prompt treatment

 Pasien harus mematuhi pengobatan sesuai aturan dokter seperti minum obat
hipertensi seumur hidup dan senantiasa melakukan pemeriksaan berkala mengenai
penyakit nyeri kepala dan hipertensinya.
 Sekiranya dalam keluarga atau komunitas yang mempunyai keluhan dan penyakit
yang sama seperti pasien haruslah mendapatkan terapi yang tuntas dari dokter di
pusat kehesatan yang terdekat.

- Disability limitation and Rehabilitation

 Pasien atau keluarga pasien atau komunitas terdekat yang mempunyai keluhan
yang sama atau penyakit yang sama seperti pasien haruslah mendapatkan
tatalaksana yang tuntas dari pusat kesehatan utnuk mencegah penyakit yang dialami
sekarang ini menjadi lebih parah. Contohnya hipertensi yang dialami oleh pasien
yang tidak terkawal berpotensi menjadi stroke yang boleh mengakibatkan kematian
kepada penderita. Penderita harus melakukan pemeriksaan secara berkala seperti
pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan darah, pemeriksaan fungsi ginjal dan
pemeriksaan lain yang terkait dengan penyakitnya.
 Penderita samada pasien, keluarga atau komunitas harus mampu melakukan
rehabilitasi terhadap penyakitnya seperti tidak merasa mider dengan orang lain atau
masyarakat yang ada disekitarnya tentang penyakit yang dialami.
BAB III
FOTO KUNJUNGAN RUMAH

Anda mungkin juga menyukai