Pengaruh Terapi Cuci Hidung terhadap Transport Mukosilier
(Mucosiliar Clearance) pada Penderita Rhinosinusitis Kronik
Penyusun : Jeffer Shison (112016055) Jennifer Wongkar (112016207)
Dokter Pembimbing : Dr. Riza Rizaldi, Sp. THT-KL
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga Hidung Dan Tenggorokan
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Jakarta Pusat Periode 19 Maret 2018 – 21 April 2018 PENDAHULUAN Rhinosinusitis merupakan masalah kesehatan yang meningkat seiring meningkatnya kasus rhinitis alergi dan mengakibatkan peningkatan beban finansial terhadap penderitanya. Mukosa hidung dan sinus membentuk suatu rangkaian kesatuan, sehingga membran mukosa sinus sering terlibat pada penyakit yang disebabkan inflamasi pada mukosa nasi Transpor mukosiliar merupakan suatu mekanisme pertahanan lokal pada hidung dan sinus paranasal, Pengaktifan beberapa neurotransmiter peptida pada saluran napas menimbulkan vasodilatasi, ekstravasasi plasma atau edema neurogenik, hipersekresi, serta kontraksi otot polos yang menimbulkan keluhan klinis seperti bersin, rinorea, hidung tersumbat, ingus belakang hidung, rasa menyengat atau terbakar, dan gangguan penghidu. TINJAUAN PUSTAKA Anatomi Hidung Vaskularisasi Hidung Fisiologi fungsi fisiologis hidung dan sinus paranasal adalah: 1) fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara (air conditioning), penyaring udara, humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan mekanise inunologik lokal 2) fungsi pengidu karena terdapatnya mukosa olfaktorius dan reservoir udara untuk menampung stimulus penghidu 3) fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu proses bicara dan mencegah hantaran tuara sendiri melalui konduksi tulang 4) fungsi statis dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi terhadap trauma dan pelindung panas 5) refleks nasal. Sinus paranasal • Sinus paranasal adalah rongga berisi udara yang berada di dalam tulang wajah dan di sekitar rongga hidung dan mata • Manusia mempunyai sekitar 12 rongga di sepanjang atap dan bagian lateral rongga hidung. Jumlah, bentuk, ukuran dan simetri dapat bervariasi antara individu. Sinus-sinus ini diberi nama yang sesuai posisi anatominya pada tengkorak manusia seperti sinus maksilaris, sinus sfenoidalis, sinus frontalis dan sinus etmoidalis. Sinus paranasal Muara Sinus Kompleks Osteo Meatal (KOM) • Kompleks osteomeatal merupakan suatu struktur kompleks yang terdiri daripada infundibulum etmoid yang terdapat di belakang prosesus unsinatus, resesus frontalis, bula etmoid agger nasi dan hiatus semilunaris • Ada sepertiga tengah dinding lateral hidung yaitu matus medius, ada muara-muara saluran dari sinus maksila, sinus fromtal dan sinus etmoid anterior. Daerah ini rumit dan sempit, dan diamakan kompleks ostio- meatal (KOM), terdiri dari infundibulum etmoid yang terdapat di belakang procesus unsinatus, recessus frontalis, bula etmoid dan sel-sel etmoid anterior dengan ostiumnya dan ostium sinus maksila. Fisiologi sinus paranasal • Seperti di mukosa hidung, di dalam sinus terdapat mukosa bersilia yang berfungsi untuk mengeluarkan lendir dari rongga sinus melalui muaranya dan mengalir ke kavum nasi. Pada dinding lateral hidung terdapat dua aliran transport mukosiliar dari sinus. • Lendir yang berasal dari kelompok sinus anterior yang bergabung di infundibulum etmoid dialirkan ke nasofaring di depan muara tuba eustachius. • Lendir yang berasal dari kelompok sinus posterior bergabung di resesus sfenoetmoidalis, dialirkan ke nasofaring di postero-superior muara tuba. Dari ruang hidung lendir masuk ke nasofaring dan ditelan • Lapisan mukus yang terbentuk disamping menangkap dan mengeluarkan partikel lemah, juga merupakan sawar terhadap alergen, virus dan bakteri. Lisozim yang terdapat pada lapisan mukus bersifat destruktif terhadap dinding bakteri • Fagositosis aktif dalam membrane hidung merupakan bentuk proteksi dibawah permukaan. Membrane sel pernafasan juga memberikan imunitas induksi seluler. Sejumlah immunoglobulin dibentuk dalam mukosa hidung, sebagian dari sel plasma yang normal terdapat dalam jaringan tersebut. Sesuai kebutuhan fisiologik, telah diamati bahwa terdapat IgG, IgA dan IgE di mukosa hidung • Ada beberapa teori mengenai fisiologi sinus paranasal; antara lain adalah fungsi sinus paranasal yaitu (1) sebagai pengatur kondisi udara (2) sebagai insulator suhu (3) membantu keseimbangan kepala (4) membantu resonansi suara (5) peredam perubahan tekanan udara, (6) membantu produksi mukus untuk membersihkan rongga hidung Cuci Hidung • Cuci hidung sudah direkomendasikan sejak lebih dari 100 tahun yang lalu. Hidung merupakan salah satu organ yang paling kotor di tubuh dan direkomendasikan untuk dicuci secara teratur dengan larutan garam normal. Cuci hidung bisa menggunakan larutan garam hipotonik, isotonik, hipertonik, ringer laktat, maupun air laut. • Mekanisme kerja larutan salin sebagai larutan pencuci hidung belum diketahui dengan jelas, diduga dapat memperbaiki fungsi mukosilia hidung melalui efek fisiologisnya yaitu: membersihkan mukosa hidung dari sekret atau krusta, mengurangi edema mukosa, melembabkan kavum nasi, mengurangi mediator inflamasi dan risiko perlengketan mukosa serta mempercepat penyembuhan mukosa pasca pembedahan sinus. Sehingga penggunaan larutan saline sebagai terapi tambahan dapat memperbaiki waktu bersihan mukosiliar hidung • Cuci hidung dapat digunakan sebagai terapi adjuvan untuk memperbaiki transpor mukosiliar. Cuci hidung terbukti meningkatkan frekuensi gerak silia sehingga meningkatkan waktu transpor mukosiliar hidung. Selain itu cuci hidung dapat menghilangkan mediator inflamasi yang berada pada mukus hidung. Jika gerak mekanik silia baik maka dapat mendorong gumpalan mukus ke arah nasofaring dengan baik. Sistem Mukosilier • Seperti pada mukosa hidung, di dalam sinus juga terdapat mukosa bersilia dan palut lendir diatasnya. Di dalam sinus silia bergerak secara teratur untuk mengalirkan lendir menuju ostium alamiahnya mengitkuti jalur-jalur yang sudah tertentu polanya. Pada dinding lateral hidung terdapat 2 aliran mukosiliar dari sinus. Lendir yang berasal dari kelompok sinus anterior yang bergabung di infundibulum etmoid dialirkan ke nasofaring di depan muara tuba Eustachius. Lendir yang berasal dari kelompok sinus posterior bergabung di resesus sfenoetmoidalis, dialirkan ke nasofaring di postero-superior muara tuba. Inilah sebabnya pada sinusitis didapati sekret pasca nasal (post-nasal drip), tetapi belum ada sekret di rongga hidung. Transpor mukosilier • Sistem mukosiliar akan menjaga agar saluran nafas atas selalu bersih dengan membawa partikel debu, bakteri, virus, alergen dan toksin lain yang tertangkap pada lapisan mukosa ke arah nasofaring untuk kemudian ditelan atau dibatukkan. Proses pengangkutan benda asing ini disebut dengan transportasi mukosiliar (TMS). • Faktor yang dapat mempengaruhi TMS ada tiga faktor yaitu silia, mukus, dan interaksi antara silia dan mukus • Pada orang normal silia hidung harus selalu ditutupi oleh lapisan lendir agar tetap aktif, dan silia hanya bekerja optimal pada pH normal, yaitu 7-9. Di luar pH tersebut akan terjadi penurunan frekuensi dan kekeringan, yang akan cepat merusak silia. Pada orang- orang yang kesehariannya sering terpapar debu dan iritan dari polusi udara, terjadi perubahan kadar pH mukosa hidung akibat inflamasi dan sebagai upaya mencegah infeksi menjadi 5,5-6,5. Hal ini menyebabkan penurunan fungsi dari transpor mukosiliar • Lapisan mukosa mengandung enzim lisozim (muramidase), dimana enzim ini dapat merusak beberapa bakteri. Enzim tersebut sangat mirip dengan imunoglobulin A (Ig A), dengan ditambah beberapa zat imunologik yang berasal dari sekresi sel. Imunoglobulin G (Ig G) dan interferon dapat juga ditemukan pada sekret hidung sewaktu serangan akut infeksi virus. Ujung silia tersebut dalam keadaan tegak dan masuk menembus gumpalan mukus kemudian menggerakkannya ke arah posterior bersama materi asing yang terperangkap didalamnya ke arah faring • Transportasi mukosilia yang bergerak secara aktif ini sangat penting untuk kesehatan tubuh. Bila sistem ini tidak bekerja secara sempurna maka materi yang terperangkap oleh palut lendir akan menembus mukosa dan menimbulkan penyakit Mukus • Kandungan mukus normal terdiri dari 97% air dan 3%matrial solid. Bahan kimia nya terdiri dari 50-90% karbohidrat, sedikit mengandung ion karena rantai gulanya mengandung carboxil atau sulfat. Karena 97% adalah air, mukus dapat bertindak sebagai lubrikan/pelumas dan sebagai penyerap air untuk lapisan presilia. • Fungsi hidrasi dari lapisan mukus meningkatkan efektivitas pembersihan hidung oleh aktivitas siliar dan mekanisme batuk. Namun, hipersekresi dari mukus atau disregulasi menyebabkan peningkatan volume cairan dan elastisitas mucus sehingga sulit untuk dibersihkan. Dalam sistem pernapasan manusia, lendir, juga dikenal sebagai cairan permukaan jalan napas, membantu melindungi paru- paru dengan menjebak partikel asing yang masuk ke mereka, khususnya, melalui hidung, selama pernapasan normal. • lendir membantu melembabkan udara yang dihirup dan mencegah jaringan seperti epitel hidung dan saluran napas mengering.Lendir hidung dan saluran napas diproduksi terus-menerus, dengan sebagian besar ditelan tanpa sadar. Peningkatan produksi lendir di saluran pernapasan adalah gejala banyak penyakit umum, seperti flu biasa dan influenza. Hipersekresi lendir dapat terjadi pada penyakit pernapasan inflamasi seperti alergi pernapasan, asma, dan bronkitis kronis. Kehadiran lendir di hidung dan tenggorokan adalah normal, tetapi jumlah yang meningkat dapat menghambat pernapasan yang nyaman dan harus dibersihkan dengan meniup hidung atau dahak ekspektasi dari tenggorokan. Kandungan mukus :
• Elektrolit ( Natrium, Kalsium, Clorida)
• Enzym (lysozyme, peroksidase) • Inhibitor enzym (antitrypsin) • Antioksidan • Sekresi antibitotik endogen • Mediator ( histamin, citokin, interferon, leukotriens, bradikinin) • Debris sel (lemak) • Leukosit ( makrofag, basofil, sel mast, eosinofil) • Protein ( 190 tipe , banyaknya terdiri dari albumin, laktoferin dan transferin) • Imunoglobulin (IgA, IgG) • Glikoprotein • Air Beberapa fungsi dari mucus adalah sebagai berikut :
• Barier untuk partikel, iritan, mikroba yag terhirup.
• Bersama dengan silia terjadi mekanisme tranpor mukosiliar, ke arah faring dan ditelan. • Menghangatkan udara yang dihirup • Sebagai buffer pH • Sebagai lubrikan • Terdapat immunoglobulin untuk fungsi kekebalan tubuh. • Karena pergerakan silia lebih aktif pada meatus media dan inferior maka gerakan mukus dalam hidung umumnya ke belakang • Sedangkan arah gerakan silia pada sinus seperti spiral, dimulai dari tempat yang jauh dari ostium. Kecepatan gerakan silia bertambah secara progresifsaat mencapai ostium, dan pada daerah ostium silia tersebut berputar dengan kecepatan 15 hingga 20 mm/menit.Kecepatan gerakan mukus oleh kerja silia berbeda di berbagai bagian hidung. • Pada segmen hidung anterior kecepatan gerakan silianya mungkin hanya 1/6 segmen posterior • Pada dinding lateral rongga hidung sekret dari sinus maksila akan bergabung dengan sekret yang berasal dari sinus frontal dan etmoid anterior di dekat infundibulum etmoid, kemudian melalui anteroinferior orifisium tuba eustachius akan dialirkan ke arah nasofaring • Sekret yang berasal dari sinus etmoid posterior dan sfenoid akan bergabung di resesus sfenoetmoid, kemudian melalui posteroinferior orifisium tuba eustachius menuju nasofaring ditelan • Pola gerakan silia yaitu gerakan cepat dan tiba-tiba kesatu arah (active stroke) dengan ujungnya menyentuh lapisan mukoid sehingga menggerakkan lapisan tersebut. Kemudian silia bergerak kembali lebih lambat dengan ujung yang tidak mencapai lapisan tadi (recovery stroke) Silia /Periciliary Layer • Gerak silia mempunyai frekuensi denyut (ciliary beat frequency) sebesar 1000 getaran per menit. Keberhasilan sistem mukosiliar sebagai suatu mekanisme pertahanan lokal pada hidung dan sinus paranasal bergantung kepada transportasi mukosiliar yang dikenal sebagai bersihan mukosilier. Bersihan mukosilier yang baik akan mencegah terjadinya infeksi di dalam hidung dan sinus paranasal. Pemeriksaan • Waktu TMS diperiksa menggunakan partikel sakarin. Partikel kecil dari sakarin dapat ditempatkan pada mukosa hidung dan waktu dicatat sampai pasien merasakan manis untuk pertama kali. Uji sakarin adalah uji yang sederhana, tidak mahal, non invasif dan merupakan baku emas untuk uji perbandingan. Pemeriksaan jumlah eosinofil dilakukan dengan mengambil spesimen mukosa hidung melalui teknik brushing, kerokan, usapan kapas lidi, maupun bilasan6. Fungsi pembersih mukosiliar atau transportasi mukosiliar dapat diperiksa dengan menggunakan partikel, baik yang larut maupun tidak larut dalam air. Zat yang bisa larut seperti sakarin, obat topikal, atau gas inhalasi, sedangkan yang tidak larut adalah lamp black, colloid sulfur, 600-um alluminium disc atau substansi radioaktif seperti human serum albumin, teflon, bismuth trioxide Mekanisme transportasi/interaksi mukus dan silia • Mukus didorong ke arah proksimal oleh gerakan silia, untuk membersihkan partikel yang terhirup, patogen dan zat kimia tidak terurai, yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan paru. Musin yang berisfat polimerik disintesis terus menerus dan dikeluarkan untuk menggantikan lapisan gel. Silia normal bergerak 12-15 kali per detik, yang menghasilkan kecepatan lapisan gel kurang lebih 1mm per menit. Alur tranport mukosiliar meninglat seiring dengan hidrasi yang baik, dan kecepatan gerakan silier dapat meningkat oleh adrenergik, kolinergik, dan reseptor adenosin agonis serta bahan iritatif • Transportasi mukosiliar normal sangat bervariasi.daroi beberapa penelitian : • Mahakit (1994) mendapatkan waktu transportasi mukosiliar normal adalah 12 menit. Sedangkan pada penderita sinusitis, waktu transportasi mukosiliar adalah 16,6 ± 7 menit. • Waguespack (1995) mendapatkan nilai rata-rata adalah 12-15 menit. Elynawaty (2002) dalam penelitian mendapatkan nilai normal pada kontrol adalah 7,61 menit untuk wanita dan 9,08 menit untuk pria. Fungsi ventilasi dan drainase sangat penting untuk menjaga kondisi sinus tetap normal. Hal ini sangat ditentukan oleh keadaan kompleks osteomeatal. Gangguan disfungsi pada transpor mukosiliar • Efektifitas transport mukosiliar sangat penting untuk kesehatan paru, dan gangguan jalan nafas adalah menimbulkan konsekuensi berupa transport mukosiliar yang buruk • Mukus yang sehat berbentuk gel dengan kekentalan dan elastisitas rendah sehingga mudah di transport oleh silia • peningkatan produksi musin, infiltrasi mukus oleh sel radang, dan peningkatan permeabilitas bronkovaskuler. Akumulasi dari mukus ini terjadi akibat gabungan antara produksi yang berlebihan dengan pembersihan yang menurun. Akumulasi terus menerus ini merupakan tanda awal infeksi yang menyebabkan inflamasi dengan tersedianya tempat bakteri berkembang biak. Faktor yang mempengaruhi transpor mukosiliar • Kelainan primer berupa diskinesia silia primer danfibrosis kistik. Kelainan sekunder berupa influenza, sinusitis kronis, rhinitis atrofi, rhinitis vasomotor,deviasi septum, sindroma Sjorgen danpenyakit adenoid. Waguespack melaporkan keadaan yang mempengaruhi transpor mukosiliar adalah faktor fisiologis atau fisik, polusi udara dan rokok, kelainan kongenital, rhinitis alergi, infeksi virus atau bakteri, obat-obat topical, obat-obat sistemik, bahan pengawet dan tindakan operasi Kesimpulan • Terapi cuci hidung adalah suatu metode yang sederhana dan murah dengan cara membilas rongga hidung menggunakan larutan garam. Kegunaannya adalah untuk menunjang perbaikan pembersihan mukosiliar dengan melembabkan rongga hidung dan mengangkat material-material yang melekat pada membran mukosa, cuci hidung terbukti meningkatkan frekuensi gerak silia sehingga meningkatkan waktu transpor mukosiliar hidung. • Sistem mukosiliar akan menjaga agar saluran nafas atas selalu bersih dengan membawa partikel debu, bakteri, virus, alergen dan toksin lain yang tertangkap pada lapisan mukosa ke arah nasofaring untuk kemudian ditelan atau dibatukkan. Faktor yang dapat mempengaruhi kerja TMS ada tiga yaitu silia, mukus, dan interaksi antara silia dan mukus • Keadaan yang mempengaruhi disfungsi transpor mukosiliar adalah faktor fisiologis atau fisik, polusi udara dan rokok, kelainan kongenital, rhinitis alergi, infeksi virus atau bakteri, obat-obat topical, obat-obat sistemik, bahan pengawet dan tindakan operasi TERIMA KASIH