Anda di halaman 1dari 87

Aman Aktif Aurikula Dextra

dengan Riwayat Abses


Retroarikular Sinistra dan
Rhinofaringitis Akut et causa
Bakteri

Orlando(11.2016.085)
Pembimbing : dr. Daneswarry, Sp.THT.KL
Anatomi Telinga
Fisiologi Pendengaran
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)

 OtitisMedia Perforata (OMP), Congek.


 Infeksi kronis di telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan
sekret yang keluar dari telinga tengah lebih
dari 2 bulan secara terus-menerus atau
hilang timbul, sekret dapat encer atau
kental, bening atau berupa nanah.
Etiologi
 Kejadian OMSK hampir selalu dimulai dengan
otitis media berulang pada anak, jarang dimulai
setelah dewasa.
 Faktor risiko OMSK:
◦ Lingkungan
◦ Genetik
◦ Otitis media sebelumnya
◦ Infeksi
◦ Infeksi saluran nafas atas
◦ Autoimun
◦ Alergi
◦ Gangguan fungsi tuba eustachius
Epidemiologi
Menurut survei yang dilakukan
pada 7 provinsi di Indonesia
ditemukan insiden OMSK sebesar
3% dari penduduk Indonesia.
Dengan kata lain dari 220 juta
penduduk Indonesia diperkirakan
terdapat 6,6 juta penderita OMSK.
Perjalanan Penyakit

OMSK ( > 2
bulan)
OMA stadium
Perforasi Otitis Media
Supuratif
Subakut (< 2
bulan)
Klasifikasi
Tipe aman /
tipe mukosa /
tipe benigna

OMS
K
Tipe bahaya /
tipe tulang /
tipe maligna

OMSK
aktif
OMS
K
OMSK
tenang
Letak Perforasi

A. Perforasi sentral
B. Perforasi marginal
C. Perforasi atik

A
B C
Kolesteatoma
 Kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel
(keratin).
 Deskuamasi kolesteatoma bertambah
besar.
Patofisiologi

Infeksi -
Gejala Klinis

Otorrhea
Gangguan pendengaran
Otalgia
Vertigo

Curiga OMSK tipe Maligna:


Adanya abses atau fistel retroaurikular
Jaringan granulasi atau polip di liang telinga yang
berasal dari kavum timpani
Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma
kolesteatom)
Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom
Perforasi marginal atau atik
Diagnosis

ANAMNESIS

PEMERIKSAA
N PEMERIKSAA
BAKTERIOLO N OTOSKOP
GI

PEMERIKSAA PEMERIKSAA
N RADIOLOGI N AUDIOLOGI
Diagnosa Banding

Stadium Oklusi: Nyeri


telinga, MT suram keruh Stadium
Gejala lain: & Retraksi Hiperemis:
Demam,
MT hiperemis &
Pendengaran
edema
berkurang,
tinitus, rasa
penuh
GEJALA
OMA

Stadium
Stadium Supurasi:
Resolusi: Membran telinga
MT utuh edema, MT
kembali, bulging, nyeri
penyembuhan Stadium Perforasi: telinga semakin
bergantung Cairan/nanah keluar hebat
pada imun liang telinga, MT
tubuh perforasi
Komplikasi OMSK

Telinga tengah Telinga dalam Ekstradural SSP

1. Perforasi 1. Fistula labirin 1. Abses 1. Meningitis


membran 2. Labirinitis ektradural 2. Abses otak
timpani supuratif 2. Trombosis
persisten 3. Tuli saraf sinus lateralis
2. Erosi tulang (sensorineural) 3. Petrositis
pendengaran
3. Paralisis
nervus facialis
Penatalaksanaan
ALGORITMA 1 ALGORITMA 2
Terapi OMSK
Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah
konservatif atau dengan
medikamentosa.
larutan H2O2 3% selama 3-5 hari
obat tetes telinga
oral diberikan antibiotika dari
golongan ampisilin, atau eritromisin
AB sesuai mikroorganisme penyebab
miringoplasti + timpanoplasti
Pembedahan pada OMSK dengan
Mastoiditis Kronik
Mastoidektomi sederhana
Mastoidektomi radikal
Mastoidektomi radikal dengan
modifikasi (operasi Bondy)
Miringoplasti
Timpanoplasti
Timpanoplasti dengan
pendekatan ganda (Combined
Approach Tympanoplasty)
Prognosis
Bila dilakukan penatalaksanaan
dengan cepat dan tepat, tidak
ada komplikasi, kontrol sesuai
anjuran  bonam.
Definisi abses
retroaurikuler
Abses retroaurikuler merupakan
komplikasi dari infeksi yang
berasal dari dalam telinga (otitis
media).
epidemiologi

Komplikasi ekstrakranial dan intrakranial dari otitis media


dapat terjadi pada seluruh kelompok usia, namun lebih umum
dijumpai pada anak dalam dua tahun pertama kehidupan.
Data penelitian di daerah pedalaman provinsi Natal, Afrika
Selatan menunjukkan 80% komplikasi ekstrakranial dan 70%
komplikasi intrakranial terjadi pada anak-anak yang berusia
antara 1-2 tahun. Komplikasi otitis media akut dan kronik
dapat menyebabkan tingkat morbiditas dan mortalitas yang
cukup tinggi.
Salah satu komplikasi ekstrakranial dari otitis media adalah
abses retroaurikuler/abses postaurikuler. 7
Dari penelitian di daerah pedalaman provinsi Natal, Afrika
Selatan, abses retroaurikuler merupakan komplikasi
ekstrakranial yang paling sering terjadi pada anak-anak di
bawah 6 tahun yang mengidap otitis media.
etiologi
Abses retroaurikuker ini berasal
dari infeksi pada telinga tengah.
Infeksi pada telinga tengah
disebabkan oleh otitis media
akut, otitis media supuratif
kronik, maupun infeksi pada
tulang mastoid yaitu mastoiditis.
patofisiologi
Pertahanan telinga tengah
pertama  tembus  pertahanan
telinga tengah kedua  tembus
 struktur lunak dan tulang
sekitar  reaksi peradangan 
abses subperiosteal
klasifikasi
Abses retroaurikuler termasuk kedalam abses subperiosteal.
Abses subperiosteal menyertai 50% pasien dengan
mastoiditis. Abses subperiosteal karena mastoiditis ini berupa
:
◦ Abses retroaurikuler (postauricular abscess) yang sering terbentuk
yaitu diatas Macewen’s triangle dari mastoid. Ini dikarenakan pus
yang ada melintasi pembuluh darah di lamina cribosa. Abses
retroaurikuler sering terjadi pada anak-anak. Akibat dari abses ini,
posisi aurikula menjadi terdorong ke anterior, lateral, dan inferior.
◦ Abses zigomaticus berasal dari infeksi yang terjadi pada sel
zigomatik yaitu pada arcus zigomatikum posterior. Pus dapat terletak
superfisial atau profunda dari m. temporalis. Pembengkakan terjadi di
bagian anteroinferior aurikula. Dapat terjadi edema pada kelopak
mata atas.
◦ Abses Bezold’s terjadi pada mastoiditis akut koalesens dimana pus
dapat menembus ujung dari tulang mastoid bagian medial yang tipis.
Pus yang menembus ini terlihat sebagai pembengkakan pada bagian
atas leher.11
Click icon to add
picture
Tipe abses
mastoid
diagnosis
Diagnosis abses retroaurikuler umumnya jelas.
Edema jaringan dan abses menyebabkan daun
telinga terdorong ke bawah dan samping karena
hanya bagian atas mastoid yang masih memiliki
pneumatisasi. Pada stadium awal, dokter harus
melakukan pemeriksaan radiologis atau
ultrasonografi untuk mengkonfirmasi
keberadaan udara di dalam jaringan lunak atau
kavitas di dalam kapsul abses jika fluktuasi
masih belum jelas.Pemeriksaan radiologi akan
menunjukkan gambaran perselubungan pada
pneumatisasi mastoid atau gambaran radiolusen
akibat erosi tulang bila terdapat kolesteatoma.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang
bertujuan untuk menegakkan
diagnosis serta mencari adanya
komplikasi lain selain abses
retroaurikuler.
◦ CT scan tulang mastoid.
◦ Kultur cairan abses.
penatalaksanaan
Penatalaksanaan abses retroaurikuler terdiri dari penanganan
setempat abses tersebut serta fokus infeksi diluar abses seperti
penanganan OMSK, mastoiditis, dan beserta komplikasi lainnya.
◦ Insisi dan drainase abses retroaurikuler.
◦ Pemberian antibiotik IV. Bila tidak ada perbaikan dilanjutkan dengan
mastoidektomi. Mastoidektomi terdiri dari mastoidektomi sederhana dan
mastoidektomi radikal. Pada OMSK tipe aman yang tidak sembuh dengan
pengobatan konservatif dilakukan mastoidektomi sederhana. Dengan
tindakan operasi ini, dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan
patologik. Tujuannya adalah agar infeksi tenang dan telinga tidak berair
lagi. Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki. Sedangkan pada
OMSK tipe bahaya dilakukan mastoidektomi radikal. Pada operasi ini,
rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan
patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah
dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi
tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan operasi ini adalah untuk membuang
semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intrakranial. Fungsi
pendengaran tidak diperbaiki.
◦ Penanganan komplikasi lainnya bila ada.
ANATOMI DAN
FISIOLOGI
HIDUNG
Anatomi Hidung
Fungsi Fisiologis Hidung dan
Sinus Paranasal
1) fungsi respirasi untuk
mengatur kondisi udara
2) fungsi pengidu
(air conditioning),
karena terdapatnya
penyaring udara,
mukosa olfaktorius dan
humikifikasi,
reservoir udara untuk
penyeimbang dalam
menampung stimulus
pertukaran tekanan dan
penghidu;
mekanise inunologik
lokal;
3) fungsi fonetik yang
4) fungsi statis dan
berguna untuk resonansi
mekanik untuk
suara, membantu
meringankan beban
proses bicara dan
kepala, proteksi
mencegah hantaran
terhadap trauma dan
tuara sendiri melalui
pelindung panas,
konduksi tulang;

5) refleks nasal
RHINITIS AKUT

radang akut pada mukosa hidung


yang disebabkan oleh infeksi
virus, bakteri, dan bahan iritan
Rhinitis dapat terjadi akibat
infeksi virus, bakerial dan materi
beriritasi. Virus yang paling
sering menyebabkan rhinitis akut
ialah Rhinovirus.
Rhinitis simplek

Rinitis simplek disebabkan oleh


virus. Infeksi biasanya terjadi
melalui droplet di udara.
Beberapa jenis virus yang
berperan antara lain, adenovirus,
picovirus, dan subgrupnya seperti
rhinovirus, coxsakievirus, dan
ECHO. Masa inkubasinya 1-4 hari
dan berakhir dalam 2-3 minggu.
Pada awalnya terasa panas di
daerah belakang hidung, lalu
segera diikuti dengan hidung
tersumbat, rinore, dan bersin
yang berulang-ulang. Pasien
merasa dingin, dan terdapat
demam ringan. Mukosa hidung
tampak merah dan membengkak.
Awalnya, secret hidung (ingus)
encer dan sangat banyak. Tetapi
bisa jadi mukopurulen bila
Pengobatan
Tirah baring sangat diperlukan untuk
mencegah penyakit semakin berat. Pasien
disarankan minum air lebih dari biasanya.
Gejala-gejalanya dapat diatasi dengan
pemberian antihistamin dan dekongenstan.
Analgesikberguna untuk mengatasi sakit
kepala, demam dan myalgia. Analgesik yang
tidak mengandung aspirin lebih dianjurkan
karena aspirin dapat menyebabkan virus
semakin berkembang biak. Antibiotik
diberikan bila terdapat infeksi sekunder
bakteri.
ANATOMI DAN
FISIOLOGI
FARING
Nasofaring
Batas atas : dasar
tengkorak,
Batas bawah :
palatum mole,
Batas depan : rongga
hidung
Batas belakang
Orofaring :
vertebra
Batas servikal.
atasnya : palatum
mole,
Batas bawah : tepi atas
epiglotis
Batas depan : rongga
mulut
Laringofaring
Batas belakang :
Batas tepi atas yaitu
vertebra servikal.
dibawah valekula
epiglotis,
Dibawah valekula
Fungsi Faring

• Respirasi,
• Pada waktu menelan,
• Resonansi suara
• Artikulasi.
Fase oral, Fase faringeal Fase
• Fase oral, bolus • Fase faringeal esophageal.
Terdapat 3 makanan dari yaitu pada waktu • Gerakannya tidak
fase dalam mulut menuju ke transport bolus disengaja, yaitu
menelan yaitu faring. Gerakan makanan melalui pada waktu bolus
disini disengaja faring. Gerakan makanan
(voluntary). disini tidak bergerak secara
disengaja peristaltic di
(involuntary). esofagus menuju
lambung.
Faringitis
Faringitis merupakan peradangan
dinding faring yang dapat
disebabkan oleh virus (40-60%),
bakteri (5-40%), alergi, trauma,
toksin dan lain-lain.Virus dan
bakteri melakukan invasi ke
faring dan menimbulkan reaksi
inflamasi lokal.
Faringitis Akut

Faringitis Viral
Gejala dan tanda faringitis viral
adalah demam disertai rinorea, mual,
nyeri tenggorokan, sulit
menelan.Pada pemeriksaan tampak
faring dan tonsil hiperemis.
Terapi
Istirahat dan minum yang cukup.
Kumur dengan air hangat. Analgetika
jika perlu dan tablet isap.
Faringitis Bakterial
Infeksi grup A streptokokus hemolitikus
merupakan penyebab faringitis akut pada
orang dewasa (15%) dan pada anak (30%).
Gejala
Nyeri kepala yang hebat, muntah kadang-
kadang disertai demam dengan suhu
yang tinggi, jarang disertai batuk. Pada
pemeriksaan tampak tonsil membesar,
faring dan tonsil hiperemis dan terdapat
eksudat di permukaannya
Terapi
Antibiotik diberikan terutama bila
diduga penyebab faringitis akut
ini grup A streptokokus 
hemolitikus. Penicillin G Banzatin
50.000 U/kgBB IM dosis tunggal,
atau amoxicillin 50 mb/kgBB
dosis dibagi 3x/hari selama 10
hari dan pada dewasa 3x 500 mg
selama 6-10 hari atau eritromisin
4x 500 mg/ hari
LAPORAN KASUS
I.IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. STR
Umur : 15 tahun
Jenis Kelamin: perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl.Pesing Garden Jelambar
Grogol Petamburan
Status pernikahan: Belum Menikah
Anamnesis

 Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis


pada tanggal 02 April 2018 pukul 13. 20 WIB.
 Keluhan Utama:
 Keluar cairan dari telinga kanan sejak 1
minggu SMRS
 Keluhan Tambahan:
 hidung terasa tersumbat dan rasa menghidu
bau-bauan berkurang. Pasien merasa
tenggorokkan terasa gatal dan ada yang
mengganjal sewaktu menelan ludah. Pasien
merasa sakit di bagian luar daun telinga kiri
jika mendengar suara yang keras.
RPS

Pasien datang ke poliklinik THT RS TARAKAN dengan


keluhan keluar cairan dari telinga sebelah kanan
sejak 1 minggu yang lalu. Cairan dirasakan tidak
berbau dan berwarna jernih kehijauan. Selain itu
pasien merasakan ngilu di telinga sebelah kanan
saat keluar cairan.Sekitar 5 bulan yang lalu pasien
pernah mengeluhkan keluar cairan dari telinga
karena menggorek telinganya yang gatal dengan
cotton bud telalu dalam.Pasien mengeluhkan telinga
gatal saat pasien batuk pilek.
Pasien sudah pernah berobat ke poliklinik THT
RS TARAKAN dengan keluhan keluar cairan
telinga di telinga kanan 1 bulan yang lalu dan
dokter mengatakan gendang telinga kanan
pasien sudah bolong. Selain itu pasien berobat
karena telinga kiri belakang pasien bengkak.
Telinga kiri pasien bengkak sudah dirasakan
sejak 8 bulan yang lalu , pasien sudah menjalani
pengobatan dan operasi dua kali , namun pasien
tidak rutin mengontrol pengobatan telinga
bagian kirinya sehingga bengkak kembali.Pasien
merasakan nyeri di bagian daun telinga kiri jika
mendengar suara atau bunyi keras.
 Pasien datang kembali ke poliklinik THT RS TARAKAN
dengan keluhan cairan telinga yang keluar kembali di
telinga bagian kanan, dan terasa berbau. Pasien merasakan
berdenging di telinga sebelah kanan saat keluar cairan
tersebut.Pasien terkadang merasakan nyeri namun hilang
timbul. Pasien merasa pendengaran ditelinga sebelah
kanan sedikit berkurang. Sedangkan bengkak di bagian
belakang telinga sebelah kiri sudah berkurang. Pasien
mempunyai kebiasaaan mengorek telinga dengan
menggunakan jari dan cotton bud jika telinganya gatal.
Pasien pernah mengorek telinganya sampai terlalu dalam
sampai telinganya sakit. Pasien tidak ada riwayat
mengkomsumsi obat ototoksik, tidak ada riwayat trauma
kepala. Perasaan pusing berputar disangkal oleh pasien.
Pasien juga merasakan hidung terasa
tersumbat dan jika mencium bau-bauan
terasa berkurang.Pasien mengaku jika dia
mengalami pilek sudah sejak 4 hari yang
lalu. Pasien merasakan hidung terasa
panas, bersin dan tersumbat kemudian
hidung keluar sekret berwarna putih
bening dan encer tetapi menjadi berwarna
kekuningan dan lebih kental, tidak berbau
dan gatal di hidung di sangkal
pasien.Pasien tidak memiliki pada debu
dan udara dingin.
Pasien juga ada keluhan di tenggorokan,
pasien merasakan tengorokan terasa kering
dan nyeri saat menelan.Pasien mengalami
batuk berdahak sejak 3 hari yang lalu. Pasien
merasakan gejala batuk pilek disertai demam
sejak 4 hari yang lalu. Terkadang pasien
merasakan lendir yang mengalir di
tenggorokan .Suara serak tidak dikeluhkan
oleh pasien.Pasien hanya minum obat warung
untuk mengatasi batuk dan pileknya tersebut.
Batuk setelah makan atau berbaring, sukar
bernafas dan mulut berbau tidak dikeluhkan
pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu:
 Pasien mengalami bengkak pada telinga
kirinya sejak 8 bulan yag lalu, dokter pernah
memeriksanya dan diagnosa absen
retroaurikuler.Pasien sudah pernah dioperasi
kecil dua kali untuk menghilangkan
absesnya dan menjalani pengobatan.
 Asma (-)
Riwayat Penyakit Keluarga:
 Tidak ada anggota keluarga yang pernah
memiliki keluhan yang sama.
Pemeriksaan Fisik
TELINGA
Hasil Pemeriksaan Dextra Sinistra
Bentuk Daun Telinga Mikrotia (-), makrotia (-), anotia (-), Mikrotia (-), makrotia (-), anotia (-),
atresia (-), fistula (-), bat’s ear (-), lop’s atresia (-), fistula (-), bat’s ear (-), lop’s
ear (-), cryptotia (-), satyr ear (-), ear (-), cryptotia (-), satyr ear (-),
caulifolower ear (-) caulifolower ear (-)
Radang, Tumor Nyeri (-), massa (-), hiperemis (-), Nyeri (-), massa (-), hiperemis (-),
edema (-) edema (-)
Nyeri Tekan Tragus Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Penarikan Daun Telinga Nyeri tarik aurikula(-) Nyeri tarik aurikula(-)
Kelainan Pre-, Infra- & Fistula pre-aurikula (-), fistula retro- Fistula pre-aurikula (+), hematoma (-),
Retroaurikula aurikula (-), hematoma (-), laserasi (-), laserasi (-), abses (-), sikatriks (-),
abses (-), sikatriks (-), massa (-), bekas massa/ abses (+), hiperemis
hiperemis (-), nyeri (-), edema (-) (+), nyeri (-), hipertermi (-), edema
(+)
Regio Mastoid Hiperemis (-), massa (-), nyeri (-), Hiperemis (-), massa (-), nyeri (-),
edema (-), abses (-), fistula (-) edema (-), abses (-), fistula (-)
Liang Telinga Lapang, edema (-), stenosis (-), atresia Lapang, edema (-), stenosis (-), atresia
(-), furunkel (-), jar. granulasi (-), furunkel (-), jar. granulasi (-),
(-),hiperemis (+), secret (+), hiperemis (-), serumen (+), sekret (-),
mukopurulen 1/3 dalam liang laserasi (-), hifa (-), perdarahan aktif
telinga , laserasi (-), hifa (-), (-), clotting (-)
perdarahan aktif (-), clotting (-)
Membran Timpani Perforasi sentral Suram (+) , hiperemis (-),
perforasi (-),retraksi (-) , buldging (-)
Tes Penala

  Kanan Kiri
Rinne Negatif                        Positif
Weber Lateralisasi ke Kanan
Swabach Memanjang                   Sesuai pemeriksa    
            
Penala yang dipakai 512 Hz                        512 Hz

Kesan : tuli konduktif telinga kanan dengan pemeriksaan


menggunakan penala 512 Hz.
HIDUNG
Hasil Pemeriksaan Dextra Sinistra
Bentuk Saddle nose (-), hump nose (-), Saddle nose (-), hump nose (-), agenesis
agenesis (-), bifida (-), deformitas (-), (-), bifida (-), deformitas (-), krepitasi (-)
krepitasi (-)
Tanda Peradangan Hiperemis (-), nyeri (-), massa (-), udem Hiperemis (-), nyeri (-), massa (-), udem
(-) (-)
Daerah Sinus Frontalis Dan Nyeri tekan (-), nyeri ketuk (-), krepitasi Nyeri tekan (-), nyeri ketuk (-), krepitasi
Maksilaris (-) (-)

Vestibulum Tampak bulu hidung, laserasi (-), sekret Tampak bulu hidung, laserasi (-), sekret
(-), furunkel (-), krusta (-), hiperemis (-), (-), furunkel (-), krusta (-), hiperemis (-),
nyeri (-), massa (-), atresia nares nyeri (-), massa (-),atresia nares anterior
anterior (-) (-)

Kavum Nasi Sekret serous (-), massa (-), krusta (-), Sekret serous (-), massa (-), krusta (-),
benda asing (-), edema (-), perdarahan benda asing (-), edema (-), perdarahan
(-) (-)
Konka Nasi Inferior Edema (+), hiperemis (+), livide Edema (+), hiperemis (+), livide (+)
(+), edema (-)
Meatus Nasi Inferior Sekret (+), massa (-) Sekret (+), massa (-)
Konka Nasi Medius Edema (+), hiperemis (+), livide Edema (+), hiperemis (+), livide (+),
(+), edema (-) edema (-)
Meatus Nasi Medius sekret (+), massa (-), edema (-) Sekret (+), massa (-)
Septum Nasi Deviasi (-), spina (-), hematoma (-), Deviasi (-), spina (-), hematoma (-),
abses (-), perforasi (-), krista (-) abses (-), perforasi (-), krista (-)
RINOPHARING
Koana : Tidak dilakukan
Septum nasi posterior : Tidak dilakukan
Muara tuba eustachius : Tidak dilakukan
Torus tubarius : Tidak dilakukan
Post nasal drip : Tidak dilakukan

PEMERIKSAAN TRANSILUMINASI
Sinus frontalis kanan : Tidak dilakukan
Sinus frontalis kiri: Tidak dilakukan
Sinus maxillaris kanan : Tidak dilakukan
Sinus maxillaris kiri : Tidak dilakukan
Faring
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan

Dinding pharynx Hiperemis (+), granula (-), ulkus (-), perdarahan aktif (-), clotting (-),
post nasal drip (-), massa (-).

Arcus Pergerakan simetris (+), hiperemis (+), edema (-), ulkus (-), laserasi
(-)
Tonsil T1-T1, hiperemis (+), edema (-), ulkus (-), detritus (-),
pseudomembran (-), kriptus (-)

Uvula Terletak di tengah, hiperemis (-), bifida (-), massa (-), memanjang (-),
edema (-)

Gigi Caries dentis (+), gigi berlubang (-)

Lain-lain Mukosa mulut : permukaan licin, hiperemis (-), massa (-)


Gingiva : hiperemis (-), ulkus (-), laserasi (-)
Larynx
◦ Epiglotis : Tidak dilakukan
◦ Plica aryepiglotis : Tidak dilakukan
◦ Arytenoidds : Tidak dilakukan
◦ Ventricular band : Tidak dilakukan
◦ Pita suara : Tidak dilakukan
◦ Rima glotidis : Tidak dilakukan
◦ Cicin trachea : Tidak dilakukan
◦ Sinus Piriformis : Tidak dilakukan

Kelenjar limfe submandibula dan


servical: tidak adanya pembesaran
pada inspeksi dan palpasi.
RESUME
 Nn STR, usia 15 tahun datang ke Poli THT RSUD
Tarakan dengan keluhan otore dari telinga kanan
sejak 1 minggu SMRS. Pasien juga otalgia dan
penurunan pendengaran di telinga kanan. .Sekitar
5 bulan yang lalu pasien pernah mengeluhkan
keluar cairan dari telinga karena mengorek
telinganya yang gatal dengan cotton bud telalu
dalam. Pasien mempunyai kebiasaan mengorek
telinga dengan menggunakan jari dan cotton bud
akibat gatal. Pasien juga merasakan hidung terasa
tersumbat dan jika mencium bau-bauan terasa
 berkurang.Pasien mengaku jika dia mengalami pilek
sudah sejak 4 hari yang lalu. Pasien merasakan
hidung terasa panas, bersin dan tersumbat secara
bergantian kiri dan kanan kemudian hidung keluar
sekret berwarna putih bening dan encer tetapi
menjadi berwarna kekuningan dan lebih kental,
tidak berbau dan gatal di hidung di sangkal
pasien.Pasien juga merasakan tengoorokan terasa
kering dan nyeri saat menelan.Pasien mengalami
batuk berdahak sejak 3 hari yang lalu.Saat ini
pasien hanya mengeluhkan telinga kanan keluar air
terasa nyeri dan berdengung , hidung terasa
tersumbat dan kurang untuk mencium bau- bauan ,
tenggorokan terasa kering dan nyeri saat menelan.
Pemeriksaan Fisik
Telinga
Pada pemeriksaan otoskop telinga kanan
ditemukan adanya sedikit serumen, sekret
mukopurulen tidak berbau pada liang telinga
1/3 dalam dan perforasi sentral disertai sekret
serupa pada membran timpani. Dan pada
telinga kiri ditemukan serumen di liang telinga,
membran timpani tampak suram. Pada
pemeriksaan fungsi pendengaran dengan
penala didapatkan hasil yang kemungkinan
mengarah kepada tuli konduktif pada telinga
kanan
Hidung
Tidak ada nyeri tekan pada daerah sinus
frontalis, maxillaris dan ethmoidalis
Konka inferior kanan dan kiri tampak
edema, livide dan hiperemis
Konka medius kanan dan kiri tampak
edema, livide dan hiperemis
Meatus nasi inferior kanan dan kiri
tampak ada sekret serous
Meatus nasi medius kanan dan kiri
tampak ada sekret serous
 Tenggorok
Pada pemeriksaan faring dinding posterior
tampak hiperemis dan tampak bergranul.
Arcus faring tampak simetris dan
hiperemis
Tonsil kanan dan kiri T1-T1, hipermis,
kripta tidak melebar dan tidak ada
detritus
Uvula ditengah dan tidak tampak
hiperemis.
Laringoskopi indirek: tidak dilakukan
DIAGNOSIS KERJA
Otitis Media Supurative Kronis Tipe Aman Tenang AD

Dasar yang mendukung :


Anamnesis:
Riwayat otore dari telinga kanan sejak kurang lebih 1 minggu SMRS.
Cairan tersebut keluar kapan saja tidak bergantung waktu, konsistensi
mukopurulen, kadang bau seperti bau kotoran telinga, dan hilang
timbul
Otalgia pada telinga kanan
Pernah keluar cairan dari telinga kanan sejak 5 bulan yang lalu akibat
mengkorek telinganya yang gatal terlalu dalam.
Punya kebiasaan mengorek telinga dengan jari dan cotton bud
Pemeriksaan Fisik:
Telinga kanan: Perforasi sentral membrane timpani AD
Pada otoskopi, ditemukan sekret mukopurulen
kolesteatoma (-)
Tanda peradangan retroaurikular (+), edema , fistula preaurikular (+)
Garpu Tala: rinne (-) AD, Weber (lateralisasi ke kanan), Scwabach
(memanjang), kesan tuli konduktif
Rhinofaringitis Akut et causa virus (Simpleks)
Dasar yang mendukung :
Anamnesis:.
Bersin – bersin (+), hidung tersumbat (+)
Bersin berulang
Riwayat batuk dan pilek
Keluarnya sekret serous (+) , encer dan banyak
Pemeriksaan Fisik
Pada rhinoskopi anterior ditemukan konka inferior tampak
livide, adanya sekret jernih di kavum nasi
Dasar yang tidak mendukung :
Hidung tersumbat tidak tergantung posisi pasien.
Pasien tidak mempunyai riwayat alergi pada debu dan dingin.
Konka inferior dan konka medius kanan dan kiri tampak livid
dan hiperemis
Diagnosa Banding
Otitis Media Supuratif Kronik
(OMSK) Tipe Bahaya
Dasar yang tidak mendukung :
Pemeriksaan fisik:
- Sekret mukopurulen, tidak
berbau busuk
- Perforasi membran timpani atik
atau marginal tidak ada
- Kolesteatoma (-)
Otitis Media Akut Stadium
Perforasi
Dasar yang tidak mendukung
keluhan berlangsung sudah > 2
bln
riwayat otorhe sudah 5 bulan
yang lalu.
Pada pemeriksaan otoskop
ditemukan perforasi sentral pada
membran timpani
Rhinitis Vasomotor
Dasar yang mendukung :
Anamnesis:.
Bersin – bersin (+), hidung tersumbat (+)
Keluarnya sekret serous (+)
Pemeriksaan Fisik
Pada rhinoskopi anterior ditemukan konka inferior
tampak livide, adanya sekret jernih di kavum nasi
Dasar yang tidak mendukung :
Hidung tersumbat unilateral, tidak tergantung posisi
pasien.
Pasien mempunyai riwayat alergi pada debu dan dingin.
Konka inferior dan konka medius kanan dan kiri tampak
livid.
RENCANA PEMERIKSAAN LANJUTAN

Rontgen mastoid
Tes audiomeri
Kultur Sekret
Skin test
Naso-endoskopi
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa:
 Cuci telinga
 H2O2 3% 3 x 5 gtt selama 3 hari
 Antibiotik topikal
 Golongan Kuinolon
Ofloksasin drop 15 mg/5ml, 3 x 2 gtt selama 1 minggu
 Antibiotik sistemik
 Golongan penisilin
Amoksisilin 500 mg 3 x 1 tablet/hari selama 5 hari
Nonmedikamentosa:
 Menjaga telinga tetap kering atau Menjaga agar lubang
telinga tidak kemasukan air
 Menjaga higiene telinga
 Mempertahankan kondisi tubuh sehat dengan makan yang
bergizi
 Tidak mengorek-ngorek telinga
Rhinofaringitis Akut et causa virus
Antibiotik
PenisilinG banzatin 50.000 U/kgBB, IM dosis
tunggal, atau amoksisilin 50 mg/kgBB dibagi
3 kali sehari selama 10 hari dan pada
dewasa 3 x 500 mg selama 6-10 hari atau
eritromisin 4 x 500 mg/hari.
Kortikosteroid
Deksametason 8-16 mg, IM, sekali. Pada
anak 0,08-0,3 mg/kgBB, IM, sekali. Diberikan
juga Analgetika jika diperlukan disertai
kumur dengan air hangat atau antiseptik.
Prognosis
Ad vitam : Bonam
Ad sanationam : Dubia ad
bonam
Ad fungtionam : Dubia ad bonam
Pembahasan
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik THT yang dilakukan pada pasien ini,
maka dapat ditegakkan diagnosis kerja Otitis
Media Supuratif Kronis (OMSK) tipe Aman
Tenang Aurikula Sinistra dan Rhinitis Alergi
Intermitten Ringan.Hasil anamnesis yang
mendukung diagnosis OMSK Tipe Aman
Tenang AD adalah riwayat otore dari telinga
kanan sejak kurang lebih 1 minggu SMRS.
Cairan tersebut keluar kapan saja tidak
bergantung waktu, konsistensi mukopurulen,
tidak berbau dan hilang timbul, otalgia pada
telinga kiri, mempunyai riwayat pekerjaan
dalam lingkungan bising dan mempunyai
Dari hasil pemeriksaan Fisik Telinga kanan:
Perforasi sentral membrane timpani AS,
garpu Tala: rinne (-), Weber (lateralisasi ke
kanan), Scwabach (memanjang), kesan tuli
konduktif. Hasil anamnesis yang mendukung
diagnosis Rhinosinisitis Akut et causa virus
adalah Bersin – bersin (+), hidung tersumbat
(+) , bersin berulang, riwayat batuk dan
pilek , keluarnya sekret serous (+) , encer
dan banyak. Pada rhinoskopi anterior
ditemukan konka inferior tampak livide,
adanya sekret jernih di kavum nasi.
Untuk telinga, cuci telinga kiri dengan H 2O2 3% 3 x
5 gtt selama 3 hari, Ofloksasin drop 15 mg/5ml, 3 x
2 gtt selama 1 minggu, dan antibiotik sistemik
Amoksisilin 500 mg 3 x 1 tablet/hari selama 5 hari
Untuk rhinosinusitis akut et causa virus , pemberian
pengobatan dengan Antibiotik Penisilin G banzatin
50.000 U/kgBB, IM dosis tunggal, atau amoksisilin
50 mg/kgBB dibagi 3 kali sehari selama 10 hari dan
pada dewasa 3 x 500 mg selama 6-10 hari atau
eritromisin 4 x 500 mg/hari. Kortikosteroid
Deksametason 8-16 mg, IM, sekali. Pada anak 0,08-
0,3 mg/kgBB, IM, sekali. Diberikan juga Analgetika
jika diperlukan disertai kumur dengan air hangat
atau antiseptik.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai