Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

HAM (Hak Asasi Manusia) adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh setiap
manusia yang merupakan anugerah Tuhan. Setiap manusia memiliki hak hakiki yang
diperoleh sejak masih di dalam kandungan. Hak Asasi Manusia didasarkan pada prinsip
bahwa setiap orang dilahirkan setara dalam harkat dan hak-haknya. Kesetaraan
memastikan bahwa semua individu memiliki hak yang sama dan layak menerima tingkat
penghormatan yang sama. HAM mengajarkan supaya tidak ada diskriminasi antar sesama
manusia. Non-diskriminasi memastikan tak seorangpun ditolak hak asasinya karena
faktor etnis, agama, budaya, jenis kelamin, dan sebagainya.

Pengertian HAM tertuang di dalam UU NO. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia. Menurut UU ini, hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat manusia sebagai mahluk Tuhan yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara hukum, pemerintah
dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia
(Pasal 1 butir 1 UU No 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia). Hak Asasi Manusia
meliputi hak untuk hidup, hak untuk memperoleh kebebasan dan keamanan, hak untuk
hidup dengan layak, hak dalam berpendapat, hak untuk menerima pendidikan, hak untuk
bekerja, hak untuk memeluk agama sesuai keyakinannya, dan hak untuk hidup dengan
damai.

Nasution, A.R (2016) mengungkapkan bahwa di dalam HAM terdapat empat


prinsip dasar HAM yaitu kebebasan, kemerdekaan, persamaan, dan keadilan. Kebebasan
memiliki arti manusia selaku ciptaan-Nya diberi kebebasan oleh Tuhan untuk berkuasa.
Kemerdekaan memiliki arti bahwa manusia telah diberikan kemerdekaan dalam arti tidak
boleh dijajah dalam bentuk apapun. Persamaan memiliki arti bahwa setiap manusia
berasal dari produk yang sama sebagai ciptaan Tuhan maka manusia sebagai sesama
ciptaan Tuhan tidak boleh membedakan manusia yang satu dengan lainnya. Prinsip dasar
keadilan menunjukkan adanya persamaan di hadapan hukum dan pemerintahan sebagai

1
ciri utama Negara hukum dan Negara demokrasi adalah menjamin adanya
keadilan dan untuk menegakkan keadilan.

Dibalik pentingnya HAM, masih banyak orang yang melanggarnya. Kurangnya


kesadaran akan pentingnya HAM menyebabkan orang melanggar HAM dengan merebut
hak asasi orang lain. Padahal HAM merupakan sesuatu yang sangat dihormati dan
dihargai oleh setiap orang, tetapi masih ada oknum-oknum yang berusaha melanggar
HAM tesebut. Kemiskinan, sosial, politik, agama merupakan beberapa faktor penyebab
pelanggaran HAM yang sering terjadi.

Terorisme, pembunuhan, penculikan, korupsi adalah sebagian contoh


pelanggaran-pelanggaran HAM yang bisa dengan mudah ditemui saat ini. Masih jelas
terlintas dibenak kita tentang kasus Engeline Megawe. Kasus pembunuhan terhadap
Engeline Megawe yang terjadi pada tahun 2015 silam adalah salah satu contoh kasus
pelanggaran HAM berat yang terjadi di negeri ini. Engeline Megawe merupakan seorang
anak berusia delapan tahun yang mengalami kekerasan hingga dibunuh oleh ibu
angkatnya sendiri. Diketahui Engeline tidak mendapatkan hak-hak yang seharusnya
didapatkannya, yaitu hak untuk hidup yang layak. Seharusnya Engeline bisa hidup
normal seperti anak-anak seusianya dan mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya,
tanpa menanggung beban apapun. Tetapi yang didapatkannya adalah penyiksaan oleh ibu
angkatnya bahkan haknya untuk hidup diambil oleh ibu angkatnya yang menyebabkan ia
meninggal.

Kurangnya pemahaman orang tentang HAM menyebabkan tidak berkembangnya


sikap saling menghargai antara manusia. Serta kurangnya penindakan yang tegas
terhadap para pelaku pelanggaran HAM menjadi penyebab pelanggaran terus dengan
mudah terjadi. Padahal jika setiap manusia bisa saling menghargai dan menghormati
hak-hak asasi sesamanya, maka kemungkinan terjadinya pelanggaran HAM tidak ada.

Untuk mengatasi pelanggaran-pelanggaran HAM, diperlukan kesadaran setiap


individu mengenai pentingnya HAM. Dari usia dini sudah seharusnya diajarkan
mengenai pentingnya menghargai hak-hak setiap orang. Pembelajaran mengenai HAM
bisa didapatkan di mana saja, baik melalui keluarga, teman, sekolah, atau pun masyarakat.

2
Seperti contoh, setiap siswa diwajibkan mendapatkan pembelajaran tentang urgensi HAM
yang dapat dipelajari melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Dunia bisa menjadi tempat
yang aman dan damai jika pelanggaran HAM bisa dihilangkan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dasar Hak Asasi Manusia (HAM)?

2. Apa urgensi Hak Asasi Manusia (HAM) bagi setiap warga negara?

3. Apa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pelanggaran Hak Asasi Manusia


(HAM)?

4. Bagaimana alternatif penyelesaian kasus rendahnya kesadaran terhadap penegakan


Hak Asasi Manusia (HAM)?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui konsep dasar Hak Asasi Manusia (HAM).

2. Memahami pentingnya Hak Asasi Manusia (HAM) bagi setiap warga negara.

3. Mengetahui faktor-faktor terjadinya pelanggaran Hak Asasi Manusia.

4. Mengetahui alternatif penyelesaian kasus rendahnya kesadaran terhadap penegakan


Hak Asasi Manusia (HAM).

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Hak Asasi Manusia (HAM)

Menurut UU NO 39 tahun 1999, Hak Asasi Manusia merupakan seperangkat hak


yang melekat pada manusia sebagai mahluk Tuhan yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang harus dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah dan setiap oramg demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia. Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia telah dijamin oleh hukum sejak tahun
1999. Upaya untuk merealisasikan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia merupakan
hal yang perlu diberi perhatian lebih oleh seluruh lapisan masyarakat. Menempatkan
HAM dan supremasi hukum sebagai suatu bidang pembangunan untuk mendapatkan
perhatian khusus merupakan salah satu misi pembangunan nasional berdasarkan
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999-2004.

Menurut pasal 8 UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM, perlindungan,


pemajuan, penegakan dan pemenuhan Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan tanggung
jawab dari pemerintah. Banyak peraturan perundang-undangan yang telah dibuat oleh
pemerintah sebagai upaya penegakan dan pemenuhan HAM dengan meratifikasi berbagai
konvensi, seperti konvensi hak asasi anak, dikriminasi perempuan, dan sebagainya.
Namun untuk mewujudkan hal tersebut tentu saja dibutuhkan komitmen bersama dari
seluruh masyarakat. Meskipun HAM bersifat kodratis atau sudah dimiliki seseorang sejak
ia dilahirkan, perlu juga dikembangkan suatu sistem hukum sebagai penegasan dalam
penegakan konsep HAM.

Hak Asasi Manusia (HAM) dapat diperhatikan dari berbagai dimensi visi,
meliputi visi filsafati, visi yuridis-konstitusional, dan visi politik. Visi filsafati mayoritas
berasal dari teologi berbagai agama, dimana diri seorang manusia dianggap sebagai posisi
yang paling tinggi sebagai mahluk Tuhan. Visi yuridis-konstitusional memahami bahwa
hak asasi manusia merupakan wewenang dan tanggung jawab negara. Sedangkan visi
politik memahami hak asasi manusia dalam kehidupan sehari-hari, yang umumnya

4
bersifat pelanggaran, baik pelanggaran yang dilakukan oleh sesama masyarakat
maupun oknum-oknum di pemerintahan.

HAM merupakan sesuatu yang kita ketahui bersifat universal. Namun,


pelaksanaan HAM di negara yang satu dengan negara yang lain tidak bisa disamaratakan.
Setiap negara memiliki konsep sosial, hukum dan kultural yang tentu saja berbeda dengan
negara lainnya. Hal tersebut dapat ditinjau dari perspektif filsafat hukum dan ideologi
yang melatarbelakangi norma hukum atau negara yang bersangkutan dan pelaksanaan
HAM harus disesuaikan dengan hal-hal tersebut. Namun hal tersebut tidak menyebabkan
HAM langsung bersifat tidak universal. Sifat universal ini berhubungan dan
konsep-konsep dasar dari HAM itu sendiri yang dapat diterima di seluruh dunia. Inilah
yang menyebabkan HAM disebut bersifat universal namun kontekstual.

Meskipun saat ini banyak sekali pelanggaran HAM berat di lingkungan


masyarakat, namun secara umum, implementasi HAM di Indonesia sudah mulai
mengalami perkembangan dan kemajuan yang cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya regulasi hukum HAM melalui peraturan perundang-undangan.

2.2 Urgensi Hak Asasi Manusia bagi Setiap Warga Negara

Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak manusia itu
dilahirkan. Hak asasi dapat dirumuskan sebagai hak yang melekat dengan kodrat kita
sebagai manusia yang bila tidak ada hak tersebut, mustahil kita dapat hidup sebagai
manusia. Hak ini dimiliki oleh manusia semata – mata karena ia manusia, bukan karena
pemberian masyarakat atau pemberian negara.
Maka hak asasi manusia itu tidak tergantung dari pengakuan manusia lain,
masyarakat lain, atau Negara lain. Hak asasi diperoleh manusia dari Penciptanya, yaitu
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan hak yang tidak dapat diabaikan.
Sebagai manusia, ia makhluk Tuhan yang mempunyai martabat yang tinggi. Hak
asasi manusia ada dan melekat pada setiap manusia. Oleh karena itu, bersifat universal,
artinya berlaku di mana saja dan untuk siapa saja dan tidak dapat diambil oleh siapapun.
Hak ini dibutuhkan manusia selain untuk melindungi diri dan martabat kemanusiaanya

5
juga digunakan sebagai landasan moral dalam bergaul atau berhubungan dengan sesama
manusia.
Pada setiap hak melekat kewajiban. Karena itu,selain ada hak asasi manusia, ada
juga kewajiban asasi manusia, yaitu kewajiban yang harus dilaksanakan demi terlaksana
atau tegaknya hak asasi manusia (HAM). Dalam menggunakan Hak Asasi Manusia, kita
wajib untuk memperhatikan, menghormati, dan menghargai hak asasi yang juga dimiliki
oleh orang lain.
Kesadaran akan hak asasi manusia , harga diri , harkat dan martabat
kemanusiaannya, diawali sejak manusia ada di muka bumi. Hal itu disebabkan oleh hak –
hak kemanusiaan yang sudah ada sejak manusia itu dilahirkan dan merupakan hak kodrati
yang melekat pada diri manusia. Sejarah mencatat berbagai peristiwa besar di dunia ini
sebagai suatu usaha untuk menegakkan hak asasi manusia.
Menurut Jack Donnely, hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki
manusiasemata-mata karena ia manusia. Umat manusia memilikinya bukan karena
diberikan kepadanya oleh masyarakat atau berdasarkan hukum positif, melainkan
semata-mata berdasarkan martabatnya sebagai manusia.
Sementara Meriam Budiardjo, berpendapat bahwa hak asasi manusia adalah hak
yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan
kelahirannya di dalam kehidupan masyarakat. Dianggap bahwa beberapa hak itu
dimilikinya tanpa perbedaan atas dasar bangsa, ras, agama, kelamin dan karena itu
bersifat universal.
Dasar dari semua hak asasi ialah bahwa manusia memperoleh kesempatan
berkembang sesuai dengan harkat dan cita-citanya. Hal yang sama juga dikemukakan
oleh Slamet Marta Wardaya yang menyatakan bahwa hak asasi manusia yang dipahami
sebagai natural rights merupakan suatu kebutuhan dari realitas sosial yang bersifat
universal.
Nilai universal ini yang kemudian diterjemahkan dalam berbagai produk hukum
nasional di berbagai negara untuk dapat melindungi dan menegakkan nilai-nilai
kemanusian. Bahkan nilai universal ini dikukuhkan dalam intrumen internasional,
termasuk perjanjian internasional di bidangHAM.

6
Sementara dalam ketentuan menimbang huruf b Undang Nomor 39 Tahun 1999
Tentang Hak Asasi Manusia menegaskan bahwa hak asasi manusia merupakan hak dasar
yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh
karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan dan tidak boleh diabaikan,
dikurangi atau dirampas oleh siapapun.
Mengenai perkembangan pemikiran hak asasi manusia, Ahli hukum Perancis,
Karel Vasak mengemukakan perjalanan hak asasi manusia dengan mengklasifikasikan
hak asasi manusia atas tiga generasi yang terinspirasi oleh tiga tema Revolusi Perancis,
yaitu : Generasi Pertama; Hak Sipil dan Politik (Liberte); Generasi Kedua, Hak Ekonomi,
Sosial dan Budaya (Egalite) dan Generasi Ketiga, Hak Solidaritas (Fraternite).
Tiga generasi ini perlu dipahami sebagai satu kesatuan, saling berkaitan dan saling
melengkapi. Vasak menggunakan istilah “generasi” untuk menunjuk pada substansi dan
ruang lingkup hak-hak yang diprioritaskan pada satu kurun waktu tertentu.
Ketiga generasi hak asasi manusia tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Hak asasi manusia generasi pertama, yang mencakup soal prinsip integritas manusia,
kebutuhan dasar manusia, dan prinsip kebebasan sipil dan politik. Termasuk dalam
generasi pertama ini adalah hak hidup, hak kebebasan bergerak, perlindungan
terhadap hak milik, kebebasan berpikir, beragama dan berkeyakinan, kebebasan
berkumpul dan menyatakan pikiran, hak bebas dari penahanan dan penangkapan
sewenang-wenang, hak bebas dari hukum yang berlaku surut dsb.
2. Pada perkembangan selanjutnya yang dapat disebut sebagai hak asasi manusia
Generasi Kedua, konsepsi hak asasi manusia mencakup pula upaya menjamin
pemenuhan kebutuhan untuk mengejar kemajuan ekonomi, sosial dan kebudayaan,
termasuk hak atas pendidikan, hak untuk menentukan status politik, hak untuk
menikmati ragam penemuan penemuan-penemuan ilmiah, dan lain-lain sebagainya.
3. Hak-hak generasi ketiga diwakili oleh tuntutan atas “hak solidaritas”” atau “hak
bersama”. Hak-hak ini muncul dari tuntutan gigih negara-negara berkembang atau
Dunia Ketiga atas tatanan internasional yang adil.

UU Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (UU HAM) memuat
prinsip bahwa hak asasi manusia harus dilihat secara holistik bukan parsial sebab HAM

7
adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara hukun, Pemerintahan, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Oleh sebab itu perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia di bidang sosial
politik hanya dapat berjalan dengan baik apabila hak yang lain di bidang ekonomi, sosial
dan budaya serta hak solidaritas juga juga dilindungi dan dipenuhi, dan begitu pula
sebaliknya.
Dalam Undang Undang Dasar 1945 termuat pasal-pasal yang mengatur tentang
Hak Asasi Manusia. pasal-pasal tersebut yakni:

1) Pasal 27 UUD 1945

(1) Segala warga negara bersamaan kedudukan di dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjungjung hukum dan pemerinatah itu dengan tidak ada
kecualinya.

(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.

(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara.

2) Pasal 28 UUD 1945

Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan


tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

3) Pasal 28 A

Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya

4) Pasal 28 B

8
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah.

(2) Setiap orang berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

5) Pasal 28 C

(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan


dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.

(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya
secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.

6) Pasal 28 D

(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlidungan dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.

(2) Setiap orang berhak untuk berkerja serta mendapat imbalan dan perlakuan
yang adil dan layak dalam hubungan kerja.

(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan.

(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.

7) Pasal 28 E

(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya serta berhak kembali.

9
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap sesuai hati nuraninya.

(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan
pendapat.

8) Pasal 28 G

(1) Setiap orang berhak atas perlindung diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa
aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu yang merupakan hak asasinya.

(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik
dari negara lain.

9) Pasal 28 I

(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam
keadaan apapun.

(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar
apapun dan berhak mendapat perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu.

(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggung jawab negara terutama pemerintah.

(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asaso manusia sesuai dengan prinsip
negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin,
diatur dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.

10
10) Pasal 29

(1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan yang Maha Esa.

(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya


masing-masing dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.

11) Pasal 31

(1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan

(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.

12) Pasal 34

(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.

2.3 Faktor Penyebab Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)

Melihat perkembangan zaman sekarang kasus pelanggaran HAM semakin hari


semakin meningkat, kita dapat melihat di media, yang memberitakan banyak peristiwa
seperti kasus penganiayaan terhadap anak dibawah umur, pemerkosaan, perampokan,
pembunuhan, penyiksaan yang berlebihan.
Setiap manusia memiliki hak untuk hidup atau sering disebut hak asasi manusia,
mereka berhak mendapat perlindungan di mata hukum. Namun hak asasi yang dimiliki
oleh manusia dibatasi oleh hak asasi manusia lainnya.
Seharusnya apabila mereka paham dengan hal di atas, selayaknya tidak
seorangpun yang boleh melanggar hak asasi manusia. Kemudian menjadi pertanyaan
besar mengapa pelanggaran hak asasi masih banyak terjadi. Ada beberapa faktor sebab
terjadinya Pelanggaran HAM sebagai antara lain :
1. Faktor internal (faktor - faktor yang berasal dari dalam diri seseorang)
a) Belum seimbangnya pelaksanaan hak asasi dan kewajiban asasi.
b) Belum adanya kesepahaman dan kesamaan mengenai konsep HAM.
c) Sikap individualisme.

11
d) Kurangnya kesadaran tentang HAM
e) Rendahnya sikap toleransi
2. Faktor eksternal (faktor - faktor yang berasal dari luar diri seseorang)
a) Lemahnya dan kurang berfungsinya lembaga-lembaga penegak hukum seperti polisi,
jaksa, dan pengadilan yang kurang maksimal dalam upaya penegakan HAM bagi
pelaku pelanggaran HAM. Penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan untuk
kepentingan individu atau kelompok terhadap kekuasaan yang kadang melegalkan
segala cara, bahkan tidak masalah jika harus melakukan pelanggaran HAM
b) Penyalahgunaan kemajuan teknologi seperti melalui media televisi, surat kabar,
telepon, dan internet yang dapat menyebabkan kasus penculikan, pemerasan, bahkan
berujung pembunuhan, banyak memanfaatkan media ini.
Salah satu contoh kasus pelanggaran HAM adalah kasus pembunuhan Engeline
Megawe. Pembunuhan Engeline Megawe merupakan peristiwa kekerasan terhadap anak
perempuan berusia delapan tahun yang terjadi di kota Denpasar, Bali pada tanggal 16 Mei
2015. Peritiwa ini menjadi viral di berbagai media di Indonesia yang didahului dengan
pemberitahuan hilangnya anak terebut dan keluarga angkatnya melalui sebuah laman
facebook berjudul “Find Angeline-Bali’s Missing Child”.

Besarnya perhatian dari berbagai pihak membuat terungkapnya kenyataan bahwa


Engeline selama ini tinggal di rumah yang tidak layak huni dan mendapat pengasuhan
yang kurang baik dari orangtua angkatnya bahkan mendapatkan penyiksaan baik fisik
maupun mental. Akibat sikap yang sangat tertutup dan tidak kooperatif dari ibu
angkatnya, Margriet Christina Megawe berusia 62 tahun, memunculkan dugaan bahwa
Engeline hilang bukan karena diculik melainkan karena dibunuh. Dugaan itu muncul
ketika sebelum jenazahnya ditemukan.

Jasad Angeline kemudian ditemukan terkubur di halaman belakang rumahnya di


Jalan Sedap Malam, Denpasar, Bali, pada hari Rabu tanggal 10 Juni 2015, dalam keadaan
membusuk tertutup sampah di bawah pohon pisang setelah polisi mencium bau
menyengat dan melihat ada gundukan tanah di sana. Selanjutnya polisi menyelidiki lebih
mendalam dan menetapkan dua orang tersangka pembunuh, yaitu Agus Tay Hamba May
(pembantu rumah tangga) dan Margriet Christina Megawe (ibu angkatnya).

12
Penyelesaian kasus Angeline ditandai dengan Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Denpasar, Bali, memvonis Ibu angkat Angeline, Margriet Christina Megawe dengan
hukuman penjara seumur hidup. Margriet dinyatakan terbukti membunuh Angeline secara
berencana. Vonis hakim ini sesuai dengan tuntutan jaksa. Jaksa mengatakan Margriet
melanggar pasal 340 KUHP dan dakwaan kedua melanggar pasal 76 ayat 1 Juncto Pasal
88 Undang-Undang 35 Tahun 2014 tentang perlindungan Anak, dan dakwaan ketiga
melanggar pasal 76B juncto pasal 77 UU Perlindungan Anak.

Selain Margriet, Agus Tam Hamda May juga divonis 10 tahun penjara oleh
Pengadilan Negeri Denpasar, Agus terbukti bersalah membantu pembunuh untuk
menyembunyikan kematian jenazah Angeline.

Penyelesaian kasus pembunhan Angeline sudah cukup tepat, karena sesuai dengan
ketentuan undang-undang. Diharapkan kedepannya integritas penegak hukum lebih baik,
sehingga kasus HAM yang terjadi dapat terselesaikan dengan baik. Yang terjadi kepada
angeline sendiri ini berupa kasus pelanggaran Hak Asasi Anak diantaranya pelecehan
seksual, penganiayaan, serta pembunuhan. Berdasarkan hasil penyeldikan kasus ini,
ditemukakan bahwa factor yang menyebabkan seseorang rela menghabisi nyawa orang
lain karena warisan.

2.4 Alternatif Penyelesaian Kasus Rendahnya Kesadaran terhadap Penegakan Hak Asasi
Manusia (HAM)
Kasus diatas termasuk dalam pelanggaran HAM berat, yang dapat diselesaikan
dengan jalur hukum dalam kasus ini dilakukan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Denpasar, Bali. Ibu angkat angeline yang berstatus sebagai tersangka utama dijerat
dengan Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana, Pasal 76 I jo Pasal 88
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak atas perubahan UU
Nomor 23 tahun 2002. Kemudian, Pasal 76 B jo Pasal 77 B Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2014, Pasal 76 A huruf a jo Pasal 77 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
tentang perlindungan anak. Margriet dinyatakan terbukti membunuh angeline secara
berencana dan divonis dengan hukuman penjara seumur hidup.

13
Selain Margriet, Agus Tam Hamda May divonis 10 tahun penjara oleh Pengadilan
Negeri Denpasar. Agus melanggar Pasal 340 KUHP jo Pasal 56 KUHP tentang
membantu pembunuhan berencana dan Pasal 181 KUHP tentang berperan serta ikut
melakukan penguburan jenazah korban. Agus terbukti bersalah membantu pembunuh
untuk menyembunyikan kematian jenazah Angeline.

Penyelesaian pelanggaran hak asasi manusia seperti kasus diatas sudah seharusnya
diselesaikan dengan jalur hukum, namun pelanggaran hak asasi manusia seperti kasus
diatas juga dapat dicegah secara dini. Beberapa upaya dalam pencegahan pelanggaran
HAM , sebagai berikut:

1. Pendidikan Karakter

Menanamkan pentingnya hak asasi manusia dan keberadaannya serta pelaksanaannya


dijamin oleh undang-undang merupakan salah satu hal yang perlu ditanamkan dalam
pendidikan karakter. Dengan adanya pendidikan karakter, dapat membentuk pribadi yang
baik, menaati peraturan yang ada dan menghormati hak asasi manusia yang dimiliki tiap
individu. Dengan ini, tentunya hak asasi manusia akan lebih mudah ditegakkan dan
pelanggaran HAM dapat dicegah dengan lebih cepat.

2. Mempelajari Segala Sesuatu tentang HAM.

Dengan mempelajari segala sesuatu tentang hak asasi manusia maka diharapkan
dapat mencegah terjadinya pelanggaran ham, dari yang ringan sampai yang berat.
Melaporkan tindak kejahatan yang berkaitan dengan hak asasi manusia, bukan hanya
haknya sendiri melainkan juga hak orang lain. HAM itu sudah seharusnya ditegakkan,
diperjuangkan, dan dilindungi. Terdapat didalam Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945,
Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang HAM, Undang-Undang No. 26 tahun 2000
tentang Pengadilan HAM, bahkan Deklarasi Universal HAM yang dikeluarkan oleh PBB.
Semua produk hukum tersebut ada untuk menjamin penegakkan HAM.

3. Menegakkan HAM dengan Berbuat Baik

Setelah mendapat pendidikan karakter, hasil dari pendidikan itu sendiri harus
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari agar suasana kondusif bagi penegakkan hak

14
asasi manusia dapat tercapai. Perbuatan baik itu bisa dalam bentuk bersikap jujur,
toleransi terhadap perbedaan yang ada di keluarga ataupun masyarakat, menaati hukum
dan aturan yang berlaku, melerai adanya pertengakaran, melaporkan pada pihak yang
berwenang apabila terdapat kejadian pelanggaran HAM, melaksanakan hak asasi dengan
tidak melupakan tanggung jawab, dan sebagainya.

4. Meningkatkan Persatuan dan Kesatuan

Persatuan dan Kesatuan bangsa berasal dari tingkatan terkecil bangsa, yaitu keluarga
dan masyarakat. Dengan meningkatkan persatuan dan kesatuan, keluarga ataupun
masyarakat akan lebih saling sayang menyayangi antar satu sama lain. Oleh karena itu,
penegakkan ham dapat dengan lancar terlaksana dan pelanggaran HAM dapat dengan
cepat dan tepat dicegah adanya.

5. Melakukan Pengawasan Upaya Penegakkan HAM

Aturan hukum telah menjamin tegaknya HAM di Indonesia dan pemerintah telah
melakukan berbagai upaya dalam menegakkan HAM, selanjutnya anggota masyarakat
tetap harus mengawasi penegakkan HAM itu sendiri, bukan hanya di masyarakat
melainkan juga di pemerintahan. Jangan sampai ada pemenuhan hak asasi manusia
dengan merampas hak asasi orang lain. Salah satu cara adalah dengan mencari
informasi mengenai HAM ke tiap lembaga yang memiliki wewenang untuk hal tersebut,
atau cukup dengan memperhatikan kondisi di sekitar.

Pada dasarnya pemerintah dan masyarakat yang peduli penegakan ham di indonesia
telah membentuk berbagai lembaga perlindungan ham, lembaga penegakan ham yang
erat kaitannya dengan kasus diatas diantaranya adalah :

1. POLRI (Kepolisian Negara Republik Indonesia)


Polri telah ditetapkan sebagai lembaga yang memberikan perlindungan HAM
rakyat Indonesia. Sesuai dengan UU (Undang-Undang) No. 2 Tahun 2002:
“Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan
dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat,
tertib dan tegak hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan

15
pelayanan masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat, dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia”.

2. Komnas (Komisi Nasional) HAM

Pembentukan Komnas HAM oleh pemerintah Berdasarkan Keppres (Keputusan


Presiden) No. 50 Tahun 1993 bertujuan untuk meningkatkan pelaksanaan HAM
di Indonesia. Kemudian Keppres ini direvisi dan dikeluarkanlah UU No. 39
Tahun 1999. Tujuan Komnas HAM tertuang dalam Pasal 75, yaitu:

1) Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia


sesuai dengan Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Piagam
Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia,

2) Meningkatkan perlindungan hak asasi manusia guna mendukung terwujudnya


tujuan pembangunan nasional yaitu pembangunan Manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya.

Untuk melaksanakan tujuan tersebut maka Komnas HAM harus


melaksanakan fungsi pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, serta
mediasi yang terkait dengan hak asasi manusia. Penjabaran dari fungsi-fungsi ini
tertuang dalam Keppres No. 39 Tahun 1999 Pasal 89.

3. Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan

Komnas Perempuan bertujuan untuk memberikan perlindungan pada kaum


perempuan. Pada Keppres No. 181 Tahun 1998 dalam Pasal 4 menuangkan
tentang tujuan dibentuknya Komnas Perempuan, diantaranya adalah:

a) Penyebarluasan pemahaman atas segala bentuk kekerasan terhadap


perempuan yang berlangsung di Indonesia,

b) Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi penghapusan segala bentuk


kekerasan terhadap perempuan di Indonesia,

16
c) Peningkatan upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan
terhadap perempuan dan perlindungan hak asasi manusia perempuan.

4. KPAI (Komnas Perlindungan Anak Indonesia)

KPAI berfokus pada perlindungan HAM anak-anak. Didirikannya lembaga


ini didasarkan pada UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang
bertujuan untuk meningkatkan efektivitas perlindungan terhadap anak. Tugas dari
KPAI tertuang pada Pasal 76 dalam UU yang sama, meliputi:

1) Melakukan sosialisasi seluruh ketentuan peraturan perundang-undangan


yang berkaitan dengan perlindungan anak, mengumpulkan data dan
informasi, menerima pengaduan masyarakat, melakukan penelaahan,
pemantauan, evaluasi, dan pengawasan terhadap penyelenggaran
perlindungan anak,

2) Memberikan laporan, saran, masukan, dan pertimbangan kepada Presiden


dalam rangka perlindungan anak.

Terdapat beberapa aspek hak-hak anak yang harus dilindungi baik oleh
pemerintah, negara, keluarga, lembaga sosial, maupun orangtua seperti dalam
Pasal 42 sampai Pasal 71 UU No. 23 Tahun 2002 yang secara garis besar berisi
tentang:

a) Hak Agama, Untuk melindungi hak anak yang terkait agama maka
diperlukan perlindungan berupa pembinaan, pembimbingan, dan pengamalan
ajaran agama bagi anak.

b) Hak Kesehatan, Upaya perlindungan kesehatan anak dilakukan secara


komprehensif meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, baik
untuk pelayanan kesehatan dasar maupun rujukan.

c) Hak Pendidikan, Semua anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak


tanpa kecuali dan dilindungi dari tindak kekerasan yang terjadi di sekolah.

17
d) Hak Sosial, Dalam hal ini hak yang dimaksud adalah pelindungan terhadap
anak-anak terlantar baik yang berada di dalam lembaga maupun di luar lembaga.

e) Hak Perlindungan Khusus, Hak perlindungan yang satu ini ditujukan kepada
anak-anak yang menjadi pengungsi, korban kerusuhan, korban bencana alam, dan
dalam situasi konflik bersenjata.

5. Pengadilan HAM

Pada tahun 2000 dibentuk Pengadilan HAM melalui UU No. 26 Tahun 2000.
Pengadilan ini dibentuk secara khusus untuk mengadili jenis-jenis pelanggaran
HAM. Adapun lingkup kewenangan Pengadilan HAM dalam peraturan tersebut
adalah:

1) Pengadilan HAM bertugas dan berwenang memeriksa dan memutuskan


perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat (Pasal 4),

2) Pengadilan HAM berwenang juga memeriksa dan memutus perkara


pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang dilakukan di luar batas
teritorial wilayah negara Republik Indonesia oleh warga negara Indonesia
(Pasal 5),

3) Pengadilan HAM tidak berwenang memeriksa dan memutus perkara


pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang dilakukan oleh seseorang
yang berumur di bawah 18 (delapan belas) tahun pada saat kejahatan
dilakukan (Pasal 6).

Pelanggaran hak asasi manusia yang berat meliputi kejahatan genosida dan
kejahatan terhadap kemanusiaan. Kejahatan Genosida, Kejahatan yang dimaksud
disini adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras,
kelompok etnis, dan kelompok agama dengan berbagai cara-cara seperti yang
tertuang dalam Pasal 8.

18
Kejahatan Terhadap Kemanusiaan, kejahatan yang dimaksud adalah satu
perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau
sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung
terhadap penduduk sipil, adapun penjabaran tindakannya juga tertuang dalam
pasal yang sama yaitu Pasal 8.

6. KONTRAS (Komisi Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan)

Kontras merupakan salah satu organisasi yang memperjuangkan hak asasi


manusia terfokus pada kasus orang hilang dan korban tindak kekerasan. Hal ini
tampak dalam visi yang dijunjung dalam organisasi Kontras yaitu “Terwujudnya
demokrasi yang berbasis pada keutuhan kedaulatan rakyat melalui landasan dan
prinsip rakyat yang bebas dari ketakutan, penindasan, kekerasan dan berbagai
bentuk pelanggaran hak asasi manusia atas alasan apapun, termasuk yang berbasis
gender”. Untuk mendukung visi tersebut maka Kontras memiliki beberapa misi,
diantaranya adalah:

1) Memajukan kesadaran rakyat akan pentingnya penghargaan hak asasi


manusia, khususnya kepekaan terhadap berbagai bentuk kekerasan dan
pelanggaran berat hak asasi manusia sebagai akibat dari penyalahgunaan
kekuasaan negara .

2) Memperjuangkan keadilan dan pertanggungjawaban negara atas berbagai


bentuk kekerasan dan pelanggaran berat hak asasi manusia melalui berbagai
upaya advokasi menuntut pertanggungjawaban negara

3) Mendorong secara konsisten perubahan pada sistem hukum dan politik, yang
berdimensi penguatan dan perlindungan rakyat dari bentuk-bentuk kekerasan
dan pelanggaran hak asasi manusia.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan suatu hak istimewa yang merupakan dari
anugerah Tuhan yang Maha Esa yang telah dibawa manusia sejak ia dilahirkan. Hak ini
memberikan perlindungan dan kebebasan bagi manusia dalam berbagai hal, seperti
kebebasan untuk berpendapat, kebebasan untuk hidup, kebebebasan untuk membentu
keluarga, dan sebagainya. HAM merupakan suatu hal yang sangat penting, karena dengan
adanya HAM, ada batasan yang menyebabkan pemerintah tidak dapat sewenang-wenang
terhadap masyarakat, begitu pula masyarakat yang satu dengan yang lainya. Namun
dewasa ini, banyak sekali jenis-jenis pelanggaran HAM yang muncul di tengah-tengah
masyarakat Indonesia. Meskipun HAM merupakan tanggung jawab pemerintah, namun
dalam penegakkannya juga dibutuhkan sistem hukum yang mengikat serta kesadaran
masyarakat akan hak asasi satu sama lain sehingga HAM dapat terwujud dengan baik.

3.2 Saran

Untuk mewujudkan terpenuhinya Hak Asasi Manusia (HAM) setiap warga negara,
diperlukan integrasi yang baik diantara pemerintah, sistem hukum, dan juga masyarakat.
Oleh karena itu, pemerintah harus semakin gencar menyosialisasikan pentingnya HAM
dan semakin mempertegas penegakkan HAM melalui peraturan perundang-undangan dan
sistem hukum lainnya. Masyarakat juga harus saling memahami hak asasi yang dimiliki
satu sama lain untuk menghindari timbulnya pelanggaran hak-hak asasi manusia seperti
yang ering terjadi pada saat ini, baik di tingkat yang ringan maupun berat.

20
Daftar Pustaka

Husein, Iskandar. 2003. Perlindungan terhadap Kelompok Rentan (Wanita, Anak,


Minoritas, Suku Teraing, dll.) dalam Perpektif Hak Asasi Manusia. Makalah
disajikan dalam Seminar Pembangunan Hukum Nasional ke VIII Tahun 2003,
Denpasar, Bali, 14-18 Juli 2003.
Nasution, A.R. 2016. Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Karakter
Bangsa Indonesia melalui Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani. Jurnal
Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial, 8 (2): 201-212.
Natasha, Claudia. 2015. Kasus Angeline Kasus Kompleks Pelanggaran Hak Asasi
Manusia. Jakarta: Kompasiana.
Sukiswanti, Puji. 2016. Jaksa Beberkan Motif Pembunuhan Angeline. Jakarta: Okezone.
Sutiyoso, Bambang. 2002. Konsepsi Hak Asasi Manusia dan Implementasinya di
Indonesia. Jurnal UNISIA, 44(25): 84-94.

21

Anda mungkin juga menyukai