PENDAHULUAN
HAM (Hak Asasi Manusia) adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh setiap
manusia yang merupakan anugerah Tuhan. Setiap manusia memiliki hak hakiki yang
diperoleh sejak masih di dalam kandungan. Hak Asasi Manusia didasarkan pada prinsip
bahwa setiap orang dilahirkan setara dalam harkat dan hak-haknya. Kesetaraan
memastikan bahwa semua individu memiliki hak yang sama dan layak menerima tingkat
penghormatan yang sama. HAM mengajarkan supaya tidak ada diskriminasi antar sesama
manusia. Non-diskriminasi memastikan tak seorangpun ditolak hak asasinya karena
faktor etnis, agama, budaya, jenis kelamin, dan sebagainya.
Pengertian HAM tertuang di dalam UU NO. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia. Menurut UU ini, hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat manusia sebagai mahluk Tuhan yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara hukum, pemerintah
dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia
(Pasal 1 butir 1 UU No 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia). Hak Asasi Manusia
meliputi hak untuk hidup, hak untuk memperoleh kebebasan dan keamanan, hak untuk
hidup dengan layak, hak dalam berpendapat, hak untuk menerima pendidikan, hak untuk
bekerja, hak untuk memeluk agama sesuai keyakinannya, dan hak untuk hidup dengan
damai.
1
ciri utama Negara hukum dan Negara demokrasi adalah menjamin adanya
keadilan dan untuk menegakkan keadilan.
2
Seperti contoh, setiap siswa diwajibkan mendapatkan pembelajaran tentang urgensi HAM
yang dapat dipelajari melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Dunia bisa menjadi tempat
yang aman dan damai jika pelanggaran HAM bisa dihilangkan.
2. Apa urgensi Hak Asasi Manusia (HAM) bagi setiap warga negara?
2. Memahami pentingnya Hak Asasi Manusia (HAM) bagi setiap warga negara.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Hak Asasi Manusia (HAM) dapat diperhatikan dari berbagai dimensi visi,
meliputi visi filsafati, visi yuridis-konstitusional, dan visi politik. Visi filsafati mayoritas
berasal dari teologi berbagai agama, dimana diri seorang manusia dianggap sebagai posisi
yang paling tinggi sebagai mahluk Tuhan. Visi yuridis-konstitusional memahami bahwa
hak asasi manusia merupakan wewenang dan tanggung jawab negara. Sedangkan visi
politik memahami hak asasi manusia dalam kehidupan sehari-hari, yang umumnya
4
bersifat pelanggaran, baik pelanggaran yang dilakukan oleh sesama masyarakat
maupun oknum-oknum di pemerintahan.
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak manusia itu
dilahirkan. Hak asasi dapat dirumuskan sebagai hak yang melekat dengan kodrat kita
sebagai manusia yang bila tidak ada hak tersebut, mustahil kita dapat hidup sebagai
manusia. Hak ini dimiliki oleh manusia semata – mata karena ia manusia, bukan karena
pemberian masyarakat atau pemberian negara.
Maka hak asasi manusia itu tidak tergantung dari pengakuan manusia lain,
masyarakat lain, atau Negara lain. Hak asasi diperoleh manusia dari Penciptanya, yaitu
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan hak yang tidak dapat diabaikan.
Sebagai manusia, ia makhluk Tuhan yang mempunyai martabat yang tinggi. Hak
asasi manusia ada dan melekat pada setiap manusia. Oleh karena itu, bersifat universal,
artinya berlaku di mana saja dan untuk siapa saja dan tidak dapat diambil oleh siapapun.
Hak ini dibutuhkan manusia selain untuk melindungi diri dan martabat kemanusiaanya
5
juga digunakan sebagai landasan moral dalam bergaul atau berhubungan dengan sesama
manusia.
Pada setiap hak melekat kewajiban. Karena itu,selain ada hak asasi manusia, ada
juga kewajiban asasi manusia, yaitu kewajiban yang harus dilaksanakan demi terlaksana
atau tegaknya hak asasi manusia (HAM). Dalam menggunakan Hak Asasi Manusia, kita
wajib untuk memperhatikan, menghormati, dan menghargai hak asasi yang juga dimiliki
oleh orang lain.
Kesadaran akan hak asasi manusia , harga diri , harkat dan martabat
kemanusiaannya, diawali sejak manusia ada di muka bumi. Hal itu disebabkan oleh hak –
hak kemanusiaan yang sudah ada sejak manusia itu dilahirkan dan merupakan hak kodrati
yang melekat pada diri manusia. Sejarah mencatat berbagai peristiwa besar di dunia ini
sebagai suatu usaha untuk menegakkan hak asasi manusia.
Menurut Jack Donnely, hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki
manusiasemata-mata karena ia manusia. Umat manusia memilikinya bukan karena
diberikan kepadanya oleh masyarakat atau berdasarkan hukum positif, melainkan
semata-mata berdasarkan martabatnya sebagai manusia.
Sementara Meriam Budiardjo, berpendapat bahwa hak asasi manusia adalah hak
yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan
kelahirannya di dalam kehidupan masyarakat. Dianggap bahwa beberapa hak itu
dimilikinya tanpa perbedaan atas dasar bangsa, ras, agama, kelamin dan karena itu
bersifat universal.
Dasar dari semua hak asasi ialah bahwa manusia memperoleh kesempatan
berkembang sesuai dengan harkat dan cita-citanya. Hal yang sama juga dikemukakan
oleh Slamet Marta Wardaya yang menyatakan bahwa hak asasi manusia yang dipahami
sebagai natural rights merupakan suatu kebutuhan dari realitas sosial yang bersifat
universal.
Nilai universal ini yang kemudian diterjemahkan dalam berbagai produk hukum
nasional di berbagai negara untuk dapat melindungi dan menegakkan nilai-nilai
kemanusian. Bahkan nilai universal ini dikukuhkan dalam intrumen internasional,
termasuk perjanjian internasional di bidangHAM.
6
Sementara dalam ketentuan menimbang huruf b Undang Nomor 39 Tahun 1999
Tentang Hak Asasi Manusia menegaskan bahwa hak asasi manusia merupakan hak dasar
yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh
karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan dan tidak boleh diabaikan,
dikurangi atau dirampas oleh siapapun.
Mengenai perkembangan pemikiran hak asasi manusia, Ahli hukum Perancis,
Karel Vasak mengemukakan perjalanan hak asasi manusia dengan mengklasifikasikan
hak asasi manusia atas tiga generasi yang terinspirasi oleh tiga tema Revolusi Perancis,
yaitu : Generasi Pertama; Hak Sipil dan Politik (Liberte); Generasi Kedua, Hak Ekonomi,
Sosial dan Budaya (Egalite) dan Generasi Ketiga, Hak Solidaritas (Fraternite).
Tiga generasi ini perlu dipahami sebagai satu kesatuan, saling berkaitan dan saling
melengkapi. Vasak menggunakan istilah “generasi” untuk menunjuk pada substansi dan
ruang lingkup hak-hak yang diprioritaskan pada satu kurun waktu tertentu.
Ketiga generasi hak asasi manusia tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Hak asasi manusia generasi pertama, yang mencakup soal prinsip integritas manusia,
kebutuhan dasar manusia, dan prinsip kebebasan sipil dan politik. Termasuk dalam
generasi pertama ini adalah hak hidup, hak kebebasan bergerak, perlindungan
terhadap hak milik, kebebasan berpikir, beragama dan berkeyakinan, kebebasan
berkumpul dan menyatakan pikiran, hak bebas dari penahanan dan penangkapan
sewenang-wenang, hak bebas dari hukum yang berlaku surut dsb.
2. Pada perkembangan selanjutnya yang dapat disebut sebagai hak asasi manusia
Generasi Kedua, konsepsi hak asasi manusia mencakup pula upaya menjamin
pemenuhan kebutuhan untuk mengejar kemajuan ekonomi, sosial dan kebudayaan,
termasuk hak atas pendidikan, hak untuk menentukan status politik, hak untuk
menikmati ragam penemuan penemuan-penemuan ilmiah, dan lain-lain sebagainya.
3. Hak-hak generasi ketiga diwakili oleh tuntutan atas “hak solidaritas”” atau “hak
bersama”. Hak-hak ini muncul dari tuntutan gigih negara-negara berkembang atau
Dunia Ketiga atas tatanan internasional yang adil.
UU Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (UU HAM) memuat
prinsip bahwa hak asasi manusia harus dilihat secara holistik bukan parsial sebab HAM
7
adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara hukun, Pemerintahan, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Oleh sebab itu perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia di bidang sosial
politik hanya dapat berjalan dengan baik apabila hak yang lain di bidang ekonomi, sosial
dan budaya serta hak solidaritas juga juga dilindungi dan dipenuhi, dan begitu pula
sebaliknya.
Dalam Undang Undang Dasar 1945 termuat pasal-pasal yang mengatur tentang
Hak Asasi Manusia. pasal-pasal tersebut yakni:
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukan di dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjungjung hukum dan pemerinatah itu dengan tidak ada
kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.
(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara.
3) Pasal 28 A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya
4) Pasal 28 B
8
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah.
(2) Setiap orang berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
5) Pasal 28 C
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya
secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.
6) Pasal 28 D
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlidungan dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.
(2) Setiap orang berhak untuk berkerja serta mendapat imbalan dan perlakuan
yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan.
7) Pasal 28 E
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya serta berhak kembali.
9
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran dan sikap sesuai hati nuraninya.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan
pendapat.
8) Pasal 28 G
(1) Setiap orang berhak atas perlindung diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa
aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu yang merupakan hak asasinya.
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik
dari negara lain.
9) Pasal 28 I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam
keadaan apapun.
(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar
apapun dan berhak mendapat perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu.
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggung jawab negara terutama pemerintah.
(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asaso manusia sesuai dengan prinsip
negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin,
diatur dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.
10
10) Pasal 29
11) Pasal 31
(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
12) Pasal 34
(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.
11
d) Kurangnya kesadaran tentang HAM
e) Rendahnya sikap toleransi
2. Faktor eksternal (faktor - faktor yang berasal dari luar diri seseorang)
a) Lemahnya dan kurang berfungsinya lembaga-lembaga penegak hukum seperti polisi,
jaksa, dan pengadilan yang kurang maksimal dalam upaya penegakan HAM bagi
pelaku pelanggaran HAM. Penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan untuk
kepentingan individu atau kelompok terhadap kekuasaan yang kadang melegalkan
segala cara, bahkan tidak masalah jika harus melakukan pelanggaran HAM
b) Penyalahgunaan kemajuan teknologi seperti melalui media televisi, surat kabar,
telepon, dan internet yang dapat menyebabkan kasus penculikan, pemerasan, bahkan
berujung pembunuhan, banyak memanfaatkan media ini.
Salah satu contoh kasus pelanggaran HAM adalah kasus pembunuhan Engeline
Megawe. Pembunuhan Engeline Megawe merupakan peristiwa kekerasan terhadap anak
perempuan berusia delapan tahun yang terjadi di kota Denpasar, Bali pada tanggal 16 Mei
2015. Peritiwa ini menjadi viral di berbagai media di Indonesia yang didahului dengan
pemberitahuan hilangnya anak terebut dan keluarga angkatnya melalui sebuah laman
facebook berjudul “Find Angeline-Bali’s Missing Child”.
12
Penyelesaian kasus Angeline ditandai dengan Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Denpasar, Bali, memvonis Ibu angkat Angeline, Margriet Christina Megawe dengan
hukuman penjara seumur hidup. Margriet dinyatakan terbukti membunuh Angeline secara
berencana. Vonis hakim ini sesuai dengan tuntutan jaksa. Jaksa mengatakan Margriet
melanggar pasal 340 KUHP dan dakwaan kedua melanggar pasal 76 ayat 1 Juncto Pasal
88 Undang-Undang 35 Tahun 2014 tentang perlindungan Anak, dan dakwaan ketiga
melanggar pasal 76B juncto pasal 77 UU Perlindungan Anak.
Selain Margriet, Agus Tam Hamda May juga divonis 10 tahun penjara oleh
Pengadilan Negeri Denpasar, Agus terbukti bersalah membantu pembunuh untuk
menyembunyikan kematian jenazah Angeline.
Penyelesaian kasus pembunhan Angeline sudah cukup tepat, karena sesuai dengan
ketentuan undang-undang. Diharapkan kedepannya integritas penegak hukum lebih baik,
sehingga kasus HAM yang terjadi dapat terselesaikan dengan baik. Yang terjadi kepada
angeline sendiri ini berupa kasus pelanggaran Hak Asasi Anak diantaranya pelecehan
seksual, penganiayaan, serta pembunuhan. Berdasarkan hasil penyeldikan kasus ini,
ditemukakan bahwa factor yang menyebabkan seseorang rela menghabisi nyawa orang
lain karena warisan.
2.4 Alternatif Penyelesaian Kasus Rendahnya Kesadaran terhadap Penegakan Hak Asasi
Manusia (HAM)
Kasus diatas termasuk dalam pelanggaran HAM berat, yang dapat diselesaikan
dengan jalur hukum dalam kasus ini dilakukan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Denpasar, Bali. Ibu angkat angeline yang berstatus sebagai tersangka utama dijerat
dengan Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana, Pasal 76 I jo Pasal 88
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak atas perubahan UU
Nomor 23 tahun 2002. Kemudian, Pasal 76 B jo Pasal 77 B Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2014, Pasal 76 A huruf a jo Pasal 77 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
tentang perlindungan anak. Margriet dinyatakan terbukti membunuh angeline secara
berencana dan divonis dengan hukuman penjara seumur hidup.
13
Selain Margriet, Agus Tam Hamda May divonis 10 tahun penjara oleh Pengadilan
Negeri Denpasar. Agus melanggar Pasal 340 KUHP jo Pasal 56 KUHP tentang
membantu pembunuhan berencana dan Pasal 181 KUHP tentang berperan serta ikut
melakukan penguburan jenazah korban. Agus terbukti bersalah membantu pembunuh
untuk menyembunyikan kematian jenazah Angeline.
Penyelesaian pelanggaran hak asasi manusia seperti kasus diatas sudah seharusnya
diselesaikan dengan jalur hukum, namun pelanggaran hak asasi manusia seperti kasus
diatas juga dapat dicegah secara dini. Beberapa upaya dalam pencegahan pelanggaran
HAM , sebagai berikut:
1. Pendidikan Karakter
Dengan mempelajari segala sesuatu tentang hak asasi manusia maka diharapkan
dapat mencegah terjadinya pelanggaran ham, dari yang ringan sampai yang berat.
Melaporkan tindak kejahatan yang berkaitan dengan hak asasi manusia, bukan hanya
haknya sendiri melainkan juga hak orang lain. HAM itu sudah seharusnya ditegakkan,
diperjuangkan, dan dilindungi. Terdapat didalam Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945,
Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang HAM, Undang-Undang No. 26 tahun 2000
tentang Pengadilan HAM, bahkan Deklarasi Universal HAM yang dikeluarkan oleh PBB.
Semua produk hukum tersebut ada untuk menjamin penegakkan HAM.
Setelah mendapat pendidikan karakter, hasil dari pendidikan itu sendiri harus
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari agar suasana kondusif bagi penegakkan hak
14
asasi manusia dapat tercapai. Perbuatan baik itu bisa dalam bentuk bersikap jujur,
toleransi terhadap perbedaan yang ada di keluarga ataupun masyarakat, menaati hukum
dan aturan yang berlaku, melerai adanya pertengakaran, melaporkan pada pihak yang
berwenang apabila terdapat kejadian pelanggaran HAM, melaksanakan hak asasi dengan
tidak melupakan tanggung jawab, dan sebagainya.
Persatuan dan Kesatuan bangsa berasal dari tingkatan terkecil bangsa, yaitu keluarga
dan masyarakat. Dengan meningkatkan persatuan dan kesatuan, keluarga ataupun
masyarakat akan lebih saling sayang menyayangi antar satu sama lain. Oleh karena itu,
penegakkan ham dapat dengan lancar terlaksana dan pelanggaran HAM dapat dengan
cepat dan tepat dicegah adanya.
Aturan hukum telah menjamin tegaknya HAM di Indonesia dan pemerintah telah
melakukan berbagai upaya dalam menegakkan HAM, selanjutnya anggota masyarakat
tetap harus mengawasi penegakkan HAM itu sendiri, bukan hanya di masyarakat
melainkan juga di pemerintahan. Jangan sampai ada pemenuhan hak asasi manusia
dengan merampas hak asasi orang lain. Salah satu cara adalah dengan mencari
informasi mengenai HAM ke tiap lembaga yang memiliki wewenang untuk hal tersebut,
atau cukup dengan memperhatikan kondisi di sekitar.
Pada dasarnya pemerintah dan masyarakat yang peduli penegakan ham di indonesia
telah membentuk berbagai lembaga perlindungan ham, lembaga penegakan ham yang
erat kaitannya dengan kasus diatas diantaranya adalah :
15
pelayanan masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat, dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia”.
16
c) Peningkatan upaya pencegahan dan penanggulangan segala bentuk kekerasan
terhadap perempuan dan perlindungan hak asasi manusia perempuan.
Terdapat beberapa aspek hak-hak anak yang harus dilindungi baik oleh
pemerintah, negara, keluarga, lembaga sosial, maupun orangtua seperti dalam
Pasal 42 sampai Pasal 71 UU No. 23 Tahun 2002 yang secara garis besar berisi
tentang:
a) Hak Agama, Untuk melindungi hak anak yang terkait agama maka
diperlukan perlindungan berupa pembinaan, pembimbingan, dan pengamalan
ajaran agama bagi anak.
17
d) Hak Sosial, Dalam hal ini hak yang dimaksud adalah pelindungan terhadap
anak-anak terlantar baik yang berada di dalam lembaga maupun di luar lembaga.
e) Hak Perlindungan Khusus, Hak perlindungan yang satu ini ditujukan kepada
anak-anak yang menjadi pengungsi, korban kerusuhan, korban bencana alam, dan
dalam situasi konflik bersenjata.
5. Pengadilan HAM
Pada tahun 2000 dibentuk Pengadilan HAM melalui UU No. 26 Tahun 2000.
Pengadilan ini dibentuk secara khusus untuk mengadili jenis-jenis pelanggaran
HAM. Adapun lingkup kewenangan Pengadilan HAM dalam peraturan tersebut
adalah:
Pelanggaran hak asasi manusia yang berat meliputi kejahatan genosida dan
kejahatan terhadap kemanusiaan. Kejahatan Genosida, Kejahatan yang dimaksud
disini adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras,
kelompok etnis, dan kelompok agama dengan berbagai cara-cara seperti yang
tertuang dalam Pasal 8.
18
Kejahatan Terhadap Kemanusiaan, kejahatan yang dimaksud adalah satu
perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau
sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung
terhadap penduduk sipil, adapun penjabaran tindakannya juga tertuang dalam
pasal yang sama yaitu Pasal 8.
3) Mendorong secara konsisten perubahan pada sistem hukum dan politik, yang
berdimensi penguatan dan perlindungan rakyat dari bentuk-bentuk kekerasan
dan pelanggaran hak asasi manusia.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan suatu hak istimewa yang merupakan dari
anugerah Tuhan yang Maha Esa yang telah dibawa manusia sejak ia dilahirkan. Hak ini
memberikan perlindungan dan kebebasan bagi manusia dalam berbagai hal, seperti
kebebasan untuk berpendapat, kebebasan untuk hidup, kebebebasan untuk membentu
keluarga, dan sebagainya. HAM merupakan suatu hal yang sangat penting, karena dengan
adanya HAM, ada batasan yang menyebabkan pemerintah tidak dapat sewenang-wenang
terhadap masyarakat, begitu pula masyarakat yang satu dengan yang lainya. Namun
dewasa ini, banyak sekali jenis-jenis pelanggaran HAM yang muncul di tengah-tengah
masyarakat Indonesia. Meskipun HAM merupakan tanggung jawab pemerintah, namun
dalam penegakkannya juga dibutuhkan sistem hukum yang mengikat serta kesadaran
masyarakat akan hak asasi satu sama lain sehingga HAM dapat terwujud dengan baik.
3.2 Saran
Untuk mewujudkan terpenuhinya Hak Asasi Manusia (HAM) setiap warga negara,
diperlukan integrasi yang baik diantara pemerintah, sistem hukum, dan juga masyarakat.
Oleh karena itu, pemerintah harus semakin gencar menyosialisasikan pentingnya HAM
dan semakin mempertegas penegakkan HAM melalui peraturan perundang-undangan dan
sistem hukum lainnya. Masyarakat juga harus saling memahami hak asasi yang dimiliki
satu sama lain untuk menghindari timbulnya pelanggaran hak-hak asasi manusia seperti
yang ering terjadi pada saat ini, baik di tingkat yang ringan maupun berat.
20
Daftar Pustaka
21