Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang sentral dalam pendidikan. Sebab
tanpa perumusan yang jelas tentang tujuan pendidikan, perbuatan menjadi tanpa
arah, bahkan salah langkah ataupun tidak sesuai harapan. Demikian juga dengan
pendidikan yang berusaha untuk membentuk pribadi manusia melalui proses yang
panjang dengan suatu tujuan pendidikan yang jelas dan direncanakan. Namun tidak
semua tujuan yang telah direncanakan tersebut berjalan mulus tanpa sandungan
sedikitpun.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Pendidikan adalah proses
mengubah sikap dan tata laku seseorang/kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (proses, perbuatan dan cara
mendidik)”.
Tujuan pendidikan berkaitan dengan perubahan yang diharapkan pada peserta
didik setelah mengalami proses pendidikan, baik terkait dengan perkembangan
pribadi maupun kehidupan sosial di mana individu itu berada. tujuan dalam proses
pendidikan, yaitu: memberi arah dalam proses pendidikan, memotivasi atau menjadi
energi penggerak dalam mewujudkan nilai-nilai/cita-cita yang hendak dituju, dan
menjadi kriteria untuk mengevaluasi proses pendidikan

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan
masalah dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Apa tujuan hidup manusia?
2. Apa tujuan pendidikan manusia?
3. Apa saja komponen-komponen kehidupan yang baik?

1
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari rumusan masalah tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tujuan hidup manusia.
2. Untuk mengetahui tujuan pendidikan manusia.
3. Untuk mengetahui komponen-komponen kehidupan yang baik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tujuan Hidup Manusia


Tujuan hidup itu penting, setiap orang hampir dapat dipastikan punya tujuan
hidupnya masing-masing. Berdasarkan tujuan hidupnya, manusia bisa
dikelompokkan menjadi 4 jenis, yaitu Pencari Kebahagiaan, Pencari Ketenangan,
Pencari Kepuasan, dan Orang yang Tidak Punya Tujuan.
1. Pencari kebahagiaan (happiness)
Orang-orang yang tujuan hidupnya mencari kebahagiaan cenderung punya
kehidupan yang dinamis. Pencari kebahagiaan dibagi menjadi 6 tipe:
a. Penumpuk Harta (Wealth Oriented)
Si Penumpuk Harta adalah mereka yang bahagia kalau punya uang banyak
atau harta yang melimpah. Orang yang tipenya seperti ini biasanya disebut
materialistis. Mereka cenderung pelit dan penuh perhitungan. Untung-rugi adalah
mekanisme kerja mereka. Prinsip hidup mereka sama dengan prinsip ekonomi,
“Dengan pengorbanan minimum, dapat hasil tertentu. Atau dengan pengorbanan
tertentu, dapat hasil maksimum.”
b. Pemimpi Pasangan Ideal (Romance Oriented)
Biasanya, orang bertipe ini adalah orang yang hidupnya dipenuhi angan-
angan setinggi langit tentang sosok pangeran berkuda putih ataupun bidadari
surga. Umumnya, orang-orang yang seperti ini gemar tebar pesona dan cenderung
genit. Namun tak sedikit juga dari tipe ini yang sifatnya pemalu. Ciri-ciri lainnya
dari tipe ini adalah suka bergonta-ganti pacar atau suami/istri.
c. Pengejar Jabatan atau Karir (Career Oriented)
Orang yang mengejar jabatan atau karir adalah sosok yang ambisius.
Sebagian besar orang tipe ini adalah orang yang haus kekuasaan. Mereka
senantiasa mempunyai sifat pekerja keras dan profesional. Biasanya, para
Pengejar Jabatan atau Karir adalah orang yang ahli dalam mempengaruhi orang
lain.

3
d. Penikmat Popularitas (Popularity Oriented)
Mereka yang termasuk dalam tipe ini biasanya gemar mencari teman
sebanyak mungkin. Mereka umumnya pandai berbicara dan mengambil hati orang
lain. Menjadi terkenal adalah impian mereka. Cara mereka untuk mendapatkan
ketenaran bermacam-macam, ada yang lewat prestasi, ada juga yang lewat
sensasi.
e. Pembangun Keluarga (Family Oriented)
Para Pembangun Keluarga adalah sosok visioner yang biasanya bijak dan
dewasa. Hidup mereka terletak pada hubungan yang harmonis dalam keluarga.
Apapun yang mereka lakukan, tujuannya adalah untuk keluarga. Pencapaian-
pencapaian tertentu yang dilakukan oleh anggota keluarga dapat membuat hati
mereka bahagia, misalnya prestasi gemilang anak-anak mereka dan jumlah cucu
yang banyak.
f. Pemburu Ilmu Pengetahuan atau Kemampuan (Knowledge-Skill Oriented)
Bagi Pemburu Ilmu Pengetahuan atau Kemampuan, kata “tahu” dan “bisa”
adalah kunci kebahagiaan. Hidup mereka sebagian besar diisi dengan dua hal,
yaitu belajar dan latihan. Sifat tekun dan tidak mudah menyerah pada umumnya
mereka miliki. Orientasi mereka bukan terletak pada benar atau salah, melainkan
pada penguasaan informasi atau kemampuan. Menjadi pakar atau ahli dalam
bidang tertentu adalah cita-cita tertinggi yang harus dicapai agar mencapai puncak
kebahagiaan.
2. Pencari ketenangan (tranquility)
Mereka yang mencari ketenangan pada umumnya memiliki kehidupan yang statis
alias begitu-begitu saja. Pencari Ketenangan dibagi menjadi 2 tipe:
a. Pencari Kebenaran (Truth Oriented)
Orang-orang yang mencari kebenaran biasanya cenderung kritis dan selalu
mencari kesalahan yang terdapat pada suatu hal. Benar dan salah bagi mereka
merupakan dua hal yang harus dapat ditemukan untuk mencapai ketenangan
hidup.

4
b. Pencari Jaminan/Kepastian (Assurance Oriented)
Kepastian hidup, adalah tujuan utama dari orang-orang bertipe ini. Mereka
senantiasa bertahan pada satu fase hidup tertentu karena merasa nyaman berada di
situ. Mereka tidak mau mengambil resiko, tidak mau keluar dari zona nyaman.
Selain itu, orang-orang seperti ini biasanya sangat patuh terhadap norma-norma
yang berlaku, baik itu norma hukum maupun norma agama.
3. Pencari kepuasan (satisfication)
Manusia yang hidupnya mengejar kepuasan semata biasanya punya kehidupan
yang mengalir tanpa rencana. Mereka hanya hidup untuk hari ini. Mengenai apa yang
telah terjadi kemarin atau apa yang akan terjadi besok, itu bukan urusan mereka.
Orang-orang dengan tipe seperti ini sebenarnya merupakan perpaduan dari jenis
Pencari Kebahagiaan, Pencari Ketenangan, dan Orang yang Tidak Punya Tujuan.
4. Orang yang tidak punya tujuan (no goal)
Ada saja orang-orang yang tidak tahu tujuan hidupnya. Jenis orang ini biasanya
kebingungan dan merasakan kehampaan dalam hidupnya. Ada 2 tipe orang yang
tidak punya tujuan hidup:
a. Pencari Tujuan Hidup (Disoriented)
Seorang pencari tujuan hidup adalah orang yang tidak tahu jati dirinya, apa
maunya sesungguhnya, dan apa perannya dalam masyarakat. Mereka yang masuk
dalam tipe ini hidup luntang-lantung tanpa tujuan. Mereka bingung dan tidak tahu
harus melakukan apa. Dalam keadaan bingung dan hampa seperti itu, biasanya
mereka mencari pelampiasan yang ekstrim untuk mengisi hidup dari kekosongan.
Bahkan seringkali bunuh diri menjadi penyelesaian atas masalah tujuan hidup
mereka.
b. Pencapai Tujuan Hidup (Succeed)
Ketika para Pencapai Tujuan Hidup telah mencapai tujuan hidupnya dan
merasa sukses, tak sedikit mereka jatuh dalam kebingungan dan kehampaan.
“Semua sudah saya dapatkan, sekarang apa lagi yang harus saya perbuat?”
Begitulah yang ada di pikiran mereka. Sebagian dari orang-orang yang telah
berhasil meraih tujuan hidupnya, akan memilih tujuan hidup yang berbeda dari

5
yang sebelumnya. Namun, ada juga sebagian lainnya yang tetap bingung dan
hampa hingga akhirnya melakukan pelampiasan yang ekstrim, sampai ada yang
bunuh diri.
Namun, ada pula tujuan hidup menurut Al-Quran, yaitu : Al Qur’an
menjelaskan bahwa kehidupan kini bukanlah akan berlalu tanpa akibat tetapi
berlangsung dengan catatan atas semua gerak zahir dan batin
yang menentukan nilai setiap individu untuk kehidupan konkrit nantinya di alam
akhirat, dimana kehidupan terpisah antara yang beriman dan yang kafir untuk
selamanya. Dan berlombalah kepada keampunan dari Tuhanmu dan surga yang
luasnya sama dengan luas planet-planet dan Bumi ini, dijanjikan untuk para
muttaqien. (QS 3/133). Sungguh kami ciptakan manusia itu pada perwujudan yang
lebih baik. Kemudian kami tempatkan dia kepada kerendahan yang lebih rendah.
Kecuali orang-orang beriman dan beramal shaleh, maka untuk mereka upah yang
terhingga. QS 95/4-6). Dengan keterangan singkat ini, jelaslah bahwa Al Qur’an
bukan saja menjelaskan kenapa adanya hidup kini, tetapi juga memberikan arti hidup
serta tujuannya yang harus dicapai oleh setiap diri. Keterangan Al Qur’an seperti
demikian dapat diterima akal sehat dan memang hanyalah kitab suci itulah yang
mungkin memberikan penjelasan demikian.
1. Hidup adalah ibadah
Pada intinya, arti hidup dalam Islam ialah ibadah. Keberadaan kita dunia ini
tiada lain hanyalah untuk beribadah kepada Allah. Makna ibadah yang dimaksud
tentu saja pengertian ibadah yang benar, bukan berarti hanya shalat, puasa, zakat, dan
haji saja, tetapi ibadah dalam setiap aspek kehidupan kita.“Dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS Adz
Dzaariyaat: 56)
2. Hidup Adalah Ujian
Allah berfirman dalam QS Al Mulk [67] : 2 yang terjemahnya,“(ALLAH)
yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu
yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”Allah akan
menguji manusia melalui hal-hal sebagai berikut sesuai dengan QS Al Baqarah

6
[2]:155-156 sbb,“dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi
raaji’uun”.”Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan.
Sesungguhnya Allah ‘Azza wajalla bila menyenangi suatu kaum Allah menguji
mereka. Barangsiapa bersabar maka baginya manfaat kesabarannya dan barangsiapa
murka maka baginya murka Allah. (HR. Tirmidzi)
3. Kehidupan di Akhirat Lebih Baik dibanding Kehidupan di Dunia
Dalam QS Ali ‘Imran [3]:14,“dijadikan indah pada (pandangan) manusia
kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta
yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan
sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga).“Yaa Allah, tak ada kehidupan selain kehidupan
akhirat. (HR. Bukhari) QS Adh Dhuha [93]:4,“dan sesungguhnya hari kemudian
(akhirat) itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan).”
4. Hidup Adalah Sementara
Dalam QS Al Mu’min [40]:39, Allah berfirman,“Hai kaumku, sesungguhnya
kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat
itulah negeri yang kekal.“Dalam QS Al Anbiyaa [21]:35,“Tiap-tiap yang berjiwa
akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan
sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada Kami-lah kamu
dikembalikan.“
Dalam filsafat pendidikan, tujuan hidup manusia adalah :
1. Untuk menjadi manusia yang dap[at mengabdi pada sang penciptanya (Allah)
2. Mencari kebenaran dan keabsahan yang baik sesuai dengan filsafat dan ajaran
agama yang telah diwahyukan oleh Allah SWT.
3. Menjadi manusia seutuhnya dan sebagai penata sosial yang kuat serta berwibawa
sehingga mampu menjalankan visi dalam kehidupan sebagai manusia utuh.

7
4. Dapat mengolah alam semesta yang disesuaikan oleh Allah SWT dengan
menggunakan akal pikiran yang telah dianugrahkan oleh Allah SWT.
5. Menjadi manusia yang bahagia, kaya serta sehat jasmani dan rohani sehingga
terjadi keseimbangan kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat.

B. Tujuan Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Pendidikan adalah proses
mengubah sikap dan tata laku seseorang/kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (proses, perbuatan dan cara
mendidik)”.
Tujuan pendidikan berkaitan dengan perubahan yang diharapkan pada peserta
didik setelah mengalami proses pendidikan, baik terkait dengan perkembangan
pribadi maupun kehidupan sosial di mana individu itu berada. tujuan dalam proses
pendidikan, yaitu: memberi arah dalam proses pendidikan, memotivasi atau menjadi
energi penggerak dalam mewujudkan nilai-nilai/cita-cita yang hendak dituju, dan
menjadi kriteria untuk mengevaluasi proses pendidikan.
Untuk mencerdasan kehidupan bangsa dan negara diperlukan pendidikan,
dimana dalam pendidikan harus melibatkan unsur diantaranya adalah pemerintah,
orang tua, dan masyarakat. Jika ketiga unsur ini sudah bekerja sama, maka Indonesia
dapat berjalan dengan baik sebagai unsur yang diharapkan oleh undang-undang
pendidikan di Indonesia.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tujuan pendidikan di
indonesia adalah:
1. Untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
bertakwa pada tuhan YME, Berakhlak mulia, Sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan kehidupan adalah untuk meningkatkan keimanan., ketakwaan dan
mempunyai akhlak yang mulia maka peserta didik diajarkan ilmu yang
berhubungan dengan agama.

8
2. Agar warga negara menjadi sehat maka pemerintah berusaha menyediakan
fasilitas kesehatan melalui penyuluhan-penyuluhan kesehatan yang mana masalah
ini ditangani oleh Departemen Kesehatan Indonesia.
3. Agar peserta didik berilmu, cakap, kreatif, mandiri menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Adapun tujuan pendidikan sebagai berikut :
1. Tujuan pendidikan memberikan arah pada proses yang bersifat edukatif.
2. Tujuan pendidikan tidak selalu memberikan arah pada pendidikan, tetapi harus
mendorong atau memberikan motivasi sebaik mungkin. Jika dinilai, dihargai, dan
diinginkan, maka tujuan adalah nilai. Oleh karena itu tujuan pendidikan bukanlah
menunjuk pada sesuatu yang nyata, tetapi kepada sesuatu yang norm. Tujuan
pendidikan merupakan garis finish dalam satu perlombaan yang hendak dicapai
oleh para pesertanya pada proses pendidikan.
3. Tujuan pendidikan mempunyai fungsi untuk memberikan pedoman atau
menyediakan kriteria-kriteria dalam menilai dan mengevaluasi proses pendidikan.

Menurut Benyamin S. Bloom, tujuan pendidikan dibedakan menjadi tiga, yaitu:


1. Cognitive Domain Meliputi kemampuan-kemampuan yang diharapkan dapat
tercapai setelah dilakukannya proses belajar mengajar. Kemampuan tersebut
meliputi pengetahuan, pengertian, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
2. Affective Domain Berupa kemampuan untuk menerima, menjawab, menilai,
membentuk dan mengkarakterisasi (aspek emosi/minat, tingkah laku dan nilai)
3. Psychomotor Domain Terdiri dari kemampuan persepsi, kesiapan, dan respon
terpimpin (aspek fisik dan psikis serta keahlian)
Ada banyak pandangan mengenai tujuan pendidikan, diantaranya :
1. Tujuan Pendidikan dalam UUD 1945 (versi Amandemen)
a. Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, “Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.”

9
b. Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan
dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan
bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.”
2. Tujuan Pendidikan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang
No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.”
3. Tujuan Pendidikan Menurut UNESCO
Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali
melalui peningkatan mutu pendidikan. Berangkat dari pemikiran itu, Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga UNESCO (United Nations, Educational,
Scientific and Cultural Organization) mencanangkan empat pilar pendidikan baik
untuk masa sekarang maupun masa depan, yakni: (1) learning to Know, (2)
learning to do (3) learning to be, dan (4) learning to live together. Dimana
keempat pilar pendidikan tersebut menggabungkan tujuan-tujuan IQ, EQ dan SQ.
Adapun tujuan pendidikan di Negara Indonesia yaitu sebagai berikut:
1. Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan pendidikan ini merupakan tingkatan yang tertinggi. Pada tujuan ini
digambarkan harapan masyarakat atau negara tentang ciri-ciri seorang manusia
yang dihasilkan proses pendidikan atau manusia yang terdidik. Adapun yang
dimaksud dengan tujuan pendidikan nasional adalah tujuan umum yang hendak
dicapai oleh seluruh bangsa Indonesia dan merupakan rumusan kualifikasi
terbentuknya setiap warga negara yang dicita-citakan bersama. [6]
Tujuan pendidikan nasional secara formal di Indonesia telah beberapa kali
mengalami perumusan atau perubahan, dan rumusan tujuan pendidikan nasional

10
yang terakhir seperti disebutkan dalam Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas Bab II Pasal 3 yang berbunyi: Tujuan pendidikan nasional
ialah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia-manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Perumusan tujuan pendidikan nasional tersebut dapat memberikan arah
yang jelas bagi setiap usaha pendidikan di Indonesia. Untuk dapat mencapai
tujuan pendidikan nasional tersebut, dibutuhkan adanya lembaga-lembaga
pendidikan yang masing-masing mempunyai tujuan tersendiri, yang selaras
dengan tujuan nasional. Oleh karena itu, setiap usaha pendidikan di Indonesia
tidak boleh bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional, bahkan harus
menopang atau menunjang tercapainya tujuan tersebut.
2. Tujuan Institusional
Tujuan institusional adalah perumusan secara umum pola perilaku dan
pola kemampuannya yang harus dimiliki oleh setiap lembaga pendidikan yang
berbeda-beda sesuai dengan fungsi dan tugas yang harus dipikul oleh setiap
lembaga dalam rangka menghasilkan lulusan dengan kemampuan dan
keterampilan tertentu.
Sebagai subsistem pendidikan nasional, tujuan institusional untuk setiap
lembaga pendidikan tidak dapat terlepas dari tujuan pendidikan nasional. Hal ini
disebabkan setiap lembaga pendidikan ingin menghasilkan lulusan yang akan
menunjang tinggi martabat bangsa dan negaranya, yang bertekad untuk
mempertahankan falsafah Pancasila sebagai dasar Negara, di samping
kemampuan dan keterampilan tertentu sesuai dengan kekhususan setiap lembaga.
Dengan demikian, perumusan tujuan institusional dipengaruhi oleh tiga
hal: Tujuan Pendidikan Nasional, Kekhususan setiap lembaga dan Tingkat usia
peserta didik. Tujuan institusional itu dicapai melalui pemberian berbagai
pengalaman belajar kepada peserta didiknya.

11
3. Tujuan Kurikuler
Tujuan Kurikuler adalah tujuan yang dirumuskan secara formal pada
kegiatan kurikuler yang ada pada lembaga-lembaga pendidikan. Tujuan kurikuler
sifatnya lebih khusus jika dibandingkan dengan tujuan institusional, tetapi tidak
boleh menyimpang dari tujuan institusional. Seperti misalnya, tujuan kurikulum
di sekolah-sekolah ada mata pelajaran kewarganegaraan yang berbeda
dibandingkan dengan SMP.
Tujuan mata pelajaran untuk Kewarganegaraan di sekolah-sekolah
tersebut disebut tujuan kurikuler sesuai dengan kurikulum pada masing-masing
sekolah. Tujuan kurikuler merupakan penjabaran dari tujuan institusional, yang
berarti lebih khusus dari pada tujuan Institusional.
4. Tujuan Instruksional
Tujuan Instruksional merupakan tujuan yang hendak dicapai setelah
selesai proses belajar mengajar/program pengajaran. Tujuan tersebut merupakan
penjabaran dari tujuan kurikuler, yang merupakan perubahan sikap atau tingkah
laku secara jelas. Tujuan Instruksional dapat dibagi menjadi dua, yaitu Tujuan
Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK).
Dalam merumuskan tujuan tujuan instruksional ini, terlebih-lebih tujuan
instruksional khusus harus berorientasi kepada peserta didik, atau kepada output-
oriented. Tujuan Instruksional akan mempengaruhi pemilihan materi, metode,
strategi, dan lainnya demi mencapai tujuan instruksional yang telah dirumuskan.
Sesuai dengan visi dan misi pendidikan Nasional, maka tujuan pendidikan
harus mencerminkan kemampuan system pendidikan Nasional untuk
mengakomodasikan berbagai tuntutan peran yang multi dimensional. Secara
umum, pendidikan harus mampu menghasilkan manusia sebagai individu dan
anggota masyarakat yang sehat dan cerdas dengan: Kepribadian kuat, religius dan
menjunjung tinggi budaya luhur, Kesadaran demokrasi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, Kesadaran moral hukum yang tinggi
dan Kehidupan yang makmur dan sejahtera.

12
Tujuan pendidikan dan implikasinya terhadap kehidupan:
Untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman,
bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Implikasinya adalah peserta didik diajarkan ilmu-ilmu yang berhubungan
dengan agama.
1. Agar warga Negara menjadi sehat maka pemerintah berusaha menyediakan
fasilitas kesehatan dan selalu memberikan pengarahan tentang kesehatan melalui
penyuluhan-penyuluhan kesehatan.
2. Agar peserta didik berilmu, cakap kreatif, mandiri menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.

C. Komponen-komponen Kehidupan yang Baik.


1. Prinsip Hidup yang Benar
a. Patuh dan taat kepada Allah SWT agar menjadi manusia beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Berusahalah memahami orang lain dengan menempatkan diri kita sendiri pada
posisi orang yang bersangkutan.
c. Seberapa Bahagia Dirimu Akan Tergantung Pada Seberapa Besar Cintamu
ke Diri Sendiri.
Mulai dengan mencintai diri sendiri. Banyak orang sedang mencari
kebahagiaan mereka. Tak hanya itu, masih banyak yang juga sibuk
menemukan apa definisi bahagia buat diri mereka sendiri. Apa bahagia itu
berarti punya banyak uang? Ketemu sama pasangan hidup yang dianggap
tepat? Atau, bisa traveling keliling dunia? Well, definisi bahagia setiap orang
itu beda-beda. Yang pasti, kebahagiaan bisa diraih ketika kita sudah bisa
mencintai diri kita sendiri, apa adanya.
d. Intuisi Adalah Amunisi Ketika Hidup Sedang Ada di Luar Logika.
Dengarkan kata hati. Kadang, apa yang kita lakukan atau keputusan
yang kita masih banyak terpengaruh omongan orang lain. Padahal, setiap

13
manusia yang lahir ke dunia ini dibekali dengan intuisi yang bisa jadi
pegangan dan tuntunan hidupnya.Percayalah bahwa hal yang baik menurut
hati kecil kita akan membawa kebaikan bagi banyak orang.
e. Sampaikanlah Apa yang Benar, Meski Tak Sesuai dengan
Pendapat Kebanyakan Orang.
Berani bicara. Orang-orang hebat seperti Plato, Nabi Musa, dan John
Milton bisa sukses karena mereka tak membiarkan diri terintimidasi oleh cara
pikir tradisional. Mereka berani menyampaikan apa yang mereka pikirkan,
sekalipun itu nggak sesuai dengan pemikiran masyarakat pada umumnya.
f. Semakin Kamu Merasa Tak Sempurna, Semakin Kamu Harus Lebih Percaya
Diri.
Kuncinya, percaya diri. Kepercayaan diri rendah itu bukan masalah
mereka yang pemalu aja, lho! Orang-orang genius bahkan punya masalah
sama yang satu ini. Malah, orang yang genius biasanya bisa lebih dulu
menyadari kalau apa yang akan mereka ungkapkan itu akan sulit diterima
orang lain pada umumnya. Nah, hal ini yang kadang bikin seseorang akhirnya
berhenti dan mengurungkan niat buat speak up! Padahal seperti yang
dijabarkan, kuncinya adalah percaya pada diri kita sendiri.
g. Rasa Iri Bukanlah Rasa yang Manusiawi. Kita Seharusnya Tak
Merasakannya.
Jangan punya rasa iri Siapa bilang sifat iri itu manusiawi? Anggapan ini
yang kadang bikin kita maklum, kalau punya rasa iri ke orang lain itu nggak
apa-apa. Apalagi, ditambah embel-embel ‘nggak apa-apa iri, asal positif’.
Menurut Emerson, prinsip ini justru salah. Jalani hidupmu sendiri, nggak usah
peduli sama ‘rumput tetangga yang selalu lebih hijau’.
h. Meniru Orang Lain Adalah Tragedi yang Sekelas Dengan Bunuh Diri.
Meniru orang lain = bunuh diri. Setiap manusia itu terlahir unik dan
beda. Jadi, ketika kita masih punya niat meniru orang lain itu sama aja kayak
bunuh diri. Apapun karyamu, usahakan kalau itu otentik dan nggak meniru
siapa-siapa.

14
i. Salah Satu Tanda Bahwa Kamu Pintar Adalah Kamu Tak Merasa Lebih Pintar
Dari Orang Lain.
j. Jangan merasa pintar. Ya ampun, hari gini masih ada yang MERASA pintar
atau bahkan merasa lebih pintar dari orang lain? Kita mungkin benar-benar
pintar ketika orang lain yang menilai dan bukan diri kita sendiri. Ingat, di atas
langit masih ada langit, dan akan seperti itu seterusnya.
k. Hati-Hati! Traveling Bisa Bikin Hidupmu Lebih Baik Atau Malah Sebaliknya
Traveling, baik atau buruk? Percaya kalau pergi traveling itu bisa bikin
kita bahagia? Jawabannya, mungkin iya, namun mungkin saja tidak!
Kebahagiaan bukan soal tempat, intinya ada di dalam diri kita sendiri. Kita
bisa memilih, pergi ke Bali dan bersenang-senang di sana atau pergi ke Bali
dan menghabiskan waktu di sana buat mengingat kesedihan di masa lalu.
Yang paling menarik adalah ketika kita diam di rumah tapi pikiran kita bisa
traveling ke tempat-tempat yang kita inginkan dengan bahagia.
l. Yang Paling Buruk Bukanlah Gagal, Namun Tak Tahu Kemampuanmu
Karena Takut Menjajal.
Bisa karena mencoba Kita mungkin termasuk orang yang suka berteori
tapi prakteknya nol besar. Nggak jarang, kita justru menghabiskan waktu buat
berpikir, tapi nggak sedikitpun melangkah. Ketika punya keinginan membuat
sesuatu, jangan banyak mikir tapi segera lakukan. Kalau kemudian bisa
berhasil, itu bagus. Tapi, kalau ternyata gagal, setidaknya kita pernah
mencoba.
m. Berhenti Mengeluh Kenapa Orang-Orang Tak Memahamimu, Karena Setiap
Tokoh Besar di Dunia Ini Selalu Sulit Dimengerti.
Stop bilang “Kenapa sih nggak ada yang ngertiin aku?” mulai sekarang
ya, guys! Kenapa? Karena Socrates, Pythagoras, Copernicus, Galileo, sampai
Isaac Newton itu orang-orang yang dulunya nggak pernah bisa dimengerti
lingkungan dan masyarakat sekitar mereka. Setiap orang itu punya pola pikir
unik. Ketika nggak ada orang yang bisa mengerti kamu, berarti kamu keren!
Well, percaya pada diri sendiri itu adalah prinsip hidup. Nasib baik itu

15
memang benar-benar ada, tapi bukan sengaja disiapkan untukmu, lalu kamu
tinggal ambil. Kebaikan dan keberuntungan akan datang ketika kamu sudah
berjuang keras mendapatkannya. Dengan kata lain, kamu akan bisa melewati
betapa sulitnya hidup jika kamu mempertahankan prinsip-prinsip yang datang
dari hati dan pemikiranmu sendiri.

2. Pentingnya Kehidupan yang Benar Bagi Kehidupan Manusia dan


Pendidikan.
Hidup dengan benar berarti setia berada pada jalan yang benar. Mereka
yang sudah memutuskan untuk melakukan apa yang benar tidak terusik oleh hal-
hal sepele atau menyimpang karena memilih jalan alternatif yang tampaknya
lebih menggiurkan. Komitmen untuk hidup dengan benar menyebabkan mereka
tetap berjalan dijalan yang sempit, dan tidak memilih jalan yang lebih menarik
atau menguntungkan.
Hidup dengan benar membuahkan imbalan. Meski imbalan yang diterima
tidak selalu merupakan hasil hubungan sebab akibat yaitu kita menerima imbalan
yang baik sebagai hasil melakukan sesuatu yang benar, sering juga imbalan dari
menjalankan hidup yang benar kita terima dalam wujud yang kelihatan.
Disamping imbalan nyata, kita juga berkesempatan mengenyam perasaan bebas
dari rasa bersalah, kepuasan karena pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik, dan
rasa hormat dari rekan sekerja sebagai “imbalan”.
Hidup dengan benar tidak dibangin di atas dasar perasaan. Ungkapan masa
kini berbunyi, “jika anda rasa baik, lakukan saja.” Emosi, tidak selalu dapat
diandalkan. Emosi tak jarang member arahan yang keliru. Amarah dapat
menyebabkan kita menyerang seseorang dan itu bukan hal yang benar. Mungkin
perasaan bahwa besar gaji yang kita terima tidak memadai itu benar, tetapi tidak
berarti kita diperkenankan mencuri uang perusahaan. (Zen, 2014)
Beberapa point penting terkait pembahasan di atas adalah:
1. Memelihara kesucian diri baik jasmani maupun rohani.
2. Menanamkan disiplin baik terhadap diri sendiri maupun terhadap keluarga.

16
3. Memelihara kerapian diri sebagai memperserasikan adanya disiplin pribadi
dan keharmonisan pribadi.
4. Bersikap tenang dan tidak terburu-buru.
5. Menjaga keutuhan dan kebulatan serta kesinambungan dalam mewujudkan
pembinaan konseptual nilai-nilai dan moral dalam kehidupan sehari-hari.
Seorang guru di sekolah mengatakan bahwa berpikir adalah pendidikan.
Berpikir, membuka pintu ke pikiran kita dan membuat kita menerima gagasan
dalam memperluas cakrawala kita dan belajar hal-hal baru.
Tapi mengapa penting untuk belajar hal-hal baru? Mengapa penting untuk
memperluas cakrawala kita? Apa pentingnya pendidikan sebenarnya? Jawaban
atas pertanyaan ini terletak dalam diri kita semua. Kita menganggap pendidikan
sebagai komoditas yang didambakan. Jika kita melihat orang besar berbicara,
akan terasa dalam cara mereka berbicara dan pendapat yang mereka kemukakan.
Ini adalah reaksi alami untuk melimpahkan perasaan kagum dan hormat kepada
mereka. Oleh karena itu sangat mudah untuk menyimpulkan bahwa pendidikan
mengarah ke keberhasilan. Tapi itu tidak semua. Pentingnya pendidikan di
masyarakat saat ini berjalan lebih dalam dari sekedar keberhasilan dalam hal
duniawi.
Pendidikan melepaskan kita dari kungkungan pikiran kita dan memaksa
kita untuk berpikir dan mempertanyakan suatu hal. Hal ini membuat kita sadar
akan hak-hak kita di masyarakat. Dengan demikian memberi kita kekuatan untuk
tidak diperbudak, baik dengan pikiran atau tindakan.
Berikut beberapa poin pentingnya pendidikan untuk kehidupan:
a. Untuk Karir atau Pekerjaan
Pendidikan sangat penting karena untuk melengkapi kita dengan keahlian yang
diperlukan dalam dunia kerja serta membantu kita dalam mewujudkan tujuan
karir. Keahlian merupakan pengetahuan yang mendalam mengenai suatu bidang
tertentu yang dapat membuka peluang karir bagus untuk masa depan. Sehingga
dengan adanya pendidikan yang layak dan baik maka dapat membantu kita
sebagai manusia untuk mewujudkan impian.

17
b. Menjadi Manusia yang Lebih Baik dan Berkarakter
Pentingnya pendidikan bagi manusia berikutnya adalah untuk menjadikan
manusia yang lebih baik dan berkarakter. Pendidikan selain penting untuk karir
juga sangat penting untuk menjadikan manusia agar lebih baik karena membuat
kita beradab. Pada umumnya Pendidikan adalah dasar dari budaya dan peradaban.
Pendidikan membuat kita sebagai manusia untuk berpikir, menganalisa, serta
memutuskan. Menumbuhkan karakter pada diri sendiri juga merupakan tujuan
dengan adanya pendidikan, sehingga menciptakan Sumber Daya Manusia yang
lebih baik
c. Membantu dalam Kemajuan Suatu Bangsa
Untuk kemajuan suatu bangsa, pendidikan sangat berperan penting di dalamnya.
Sehingga manusia yang baik membutuhkan suatu pendidikan. Dalam dunia yang
kompetitif dan bersaing, pendidikan adalah jalan untuk dapat bersaing. Sebagian
besar menyadari dengan adanya pendidikan yang baik maka menghasilkan
manusia yang baik. Tidak hanya pendidikan saja, namun juga memerlukan
keahlian yang cukup dalam membuat maju suatu bangsa.
d. Memberikan Pengetahuan
Sebuah efek langsung dari pendidikan adalah dengan adanya mendapatkan
pengetahuan yang luas. Pendidikan memberikan pelajaran yang begitu penting
bagi manusia mengenai dunia sekitar, mengembangkan perspektif dalam
memandang kehidupan. Pendidikan yang sebenarnya diperoleh dari pelajaran
yang diajarkan oleh kehidupan kita. Maka dari itu banyak Pemerintah yang
menganjurkan pendidikan yang baik di mulai sejak dini, agar ketika kelak dewasa
mempunyai Sumber Daya Manusia yang baik.
e. Memberikan Pencerahan dalam Kehidupan
Dengan adanya pendidikan dapat menghapuskan keyakinan yang salah di dalam
pikiran kita. Selain itu juga dapat membantu dalam menciptakan suatu gambaran
yang jelas mengenai hal di sekitar kita, juga dapat menghapus semua
kebingungan. Orang dengan pendidikan yang tinggi biasanya akan lebih bijak

18
dalam menyelesaikan suatu masalah, hal ini dikarenakan mereka sudah
mempelajari mengenai ilmu pendidikan dalam kehidupan.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tujuan hidup itu penting, setiap orang hampir dapat dipastikan punya
tujuan hidupnya masing-masing. Berdasarkan tujuan hidupnya, manusia bisa
dikelompokkan menjadi 4 jenis, yaitu Pencari Kebahagiaan, Pencari Ketenangan,
Pencari Kepuasan, dan Orang yang Tidak Punya Tujuan. Mengetahui tujuan
hidup tidak akan terlepas dari siapa yang memberikan kehidupan sebagai asal
kehidupan itu sendiri, dan mengetahui asal dari kehidupan tidak bisa terlepas dari
pengenalan terhadap diri sendiri.
Tujuan hidup tidak terlepas dengan tujuan pendidikan yang berkaitan
dengan perubahan yang diharapkan pada peserta didik setelah mengalami proses
pendidikan, baik terkait dengan perkembangan pribadi maupun kehidupan sosial
di mana individu itu berada. Tujuan dalam proses pendidikan, yaitu: memberi
arah dalam proses pendidikan, memotivasi atau menjadi energi penggerak dalam
mewujudkan nilai-nilai/cita-cita yang hendak dituju, dan menjadi kriteria untuk
mengevaluasi proses pendidikan.
Bukan saja membahas tujuan hidup dan pendidikan pada manusia tetapi
juga kehidupan yang baik dan benar. Dikatakan hidup dengan benar berarti setia
berada pada jalan yang benar. Mereka yang sudah memutuskan untuk melakukan
apa yang benar tidak terusik oleh hal-hal sepele atau menyimpang karena memilih
jalan alternatif yang tampaknya lebih menggiurkan. Komitmen untuk hidup
dengan benar menyebabkan mereka tetap berjalan dijalan yang sempit, dan tidak
memilih jalan yang lebih menarik atau menguntungkan.

B. Saran

20
DAFTAR PUSTAKA

Musrida, Irvan Jaya. 2010. Komponen Kehidupan yang Baik Dalam Filsafat.
[Online]. Tersedia: https://van88.wordpress.com/filsafat-pendidikan-2/
diakses Pada 27 Oktober 2019.
Priajun, Aning. 2015. Makalah Filsafat Pendidikan. [Online]. Tersedia:
https://www.academia.edu/13434882/MAKALAH_FILSAFAT_PENDIDIKAN
diakses Pada 27 Oktober 2019.
Sadulloh, U. 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta.
Wiji Suwarno. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
Zen, Zelhendri. 2014. Filsafat Pendidikan. Padang: Sukabina Press.

21

Anda mungkin juga menyukai