Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekarang ini, posisi pendidikan sangatlah amat penting untuk diperhatikan.
Pendidikan juga wajib berlaku bagi semua orang. Dari anak kecil sampai tua, semua
pernah dan masih berjalan untuk mengenyam dunia pendidikan. Pendidikan itu
bentuknya sangat beragam, ada pendidikan formal, non formal serta informal.
Pendidikan yang sangat digalakkan pemerintah saat ini adalah pendidikan formal,
dimana para belajar menuntut ilmu pada sebuah lembaga pendidikan. Pendidikan
formal tersebut dilaksanakan sedemikian, dengan tujuan untuk mencerdaskan anak
bangsa.
Hal tersebut tertuang dalam UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang merumuskan tujuan pendidikan yang ingin dicapai yaitu
mengembangkan kemampuan membentuk watak serta peradaban bangsa dalam
martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan
itulah, peningkatan kualitas pendidikan perlu ditingkatkan. Selain para siswa yang
harus memotivasi diri mereka sendiri, guru juga berperan penting dalam peningkatan
kualitas pendidikan. Guru juga menjadi penentu berhasil atau tidaknya
pendidikanyang ia jalankan.Tetapi tidak semua guru bisa menjalankan tugasnya
secara professional. Banyak sekali hal-hal yang menyebebkan seorang guru tidak
profesional dalam mengajar.
Itulah masalah sebenarnya dihadapi oleh bangsa Indonesia. Siapa yang
bertanggung jawab bila seorangguru tidak menjalankan tugasnya dengan baik, tentu
saja peranan dari pembina guru yangharusnya membimbing dan membina serta
mengoreksi apa saja kekurangan-kekurangan guru tersebut. Pembinaan terhadap
guru, tidak harus dilakukan oleh sebuah Dinas yang datang. Melainkan seorang
kepala Sekolah. Seorang kepala Sekolah memang mempunyai wewenanguntuk
melakukan pembinaan atau istilahnya supervisi terhadap guru.

1
Bagi kepala sekolah yang melakukan pembinaan atau supervisi, akan nampak
perbedaanya jika dibandingkan dengan yangtidak melakukan pembinaan atau
supervisi. Karena dengan adanya pembinaan atau supervise tersebut, kepala Sekolah
dapat memantau dan mengoreksi apa saja yang dilakukan olah seorang guru ketika
melakukan proses belajar mengajar. Dengan manfaat dari pembinaan atau supervisi
itulah, kekurangan-kekuranagn guru dapat segera dihilangkan sehingga pembelajaran
akan berjalan sempurna dan bisa mencapai tujuan awal pendidikan yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang dipaparkan diatas.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat kita rumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa itu supervisi pendidikan?
2. Bagaimana rasional supervisi pendidikan?
3. Bagaimana tujuan supervisi pendidikan?
4. Bagaimana fungsi supervisi pendidikan?
5. Bagaimana ruang lingkup supervisi pendidikan?
6. Bagaimana prinsip-prinsip supervisi pendidikan?
7. Bagaimana peranan supervisi pendidikan?

C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dapat kita mengetahui tujuan masalah
yang akan kita pelajari sebagai berikut.
1. Menjelaskan pengertian supervisi pendidikan.
2. Menjelaskan rasional supervisi pendidikan.
3. Menjelaskan tujuan supervisi pendidikan.
4. Menjelaskan fungsi supervisi pendidikan.
5. Menjelaskan ruang lingkup supervisi pendidikan.
6. Menjelaskan prinsip-prinsip supervisi pendidikan.
7. Menjelaskan peranan supervisi pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Supervisi Pendidikan


a. Pengertian Supervisi Pendidikan
Supervisi berasal dari dua kata yaitu “super” dan “vision”. Kata “super
mengandung makna peringkat atau posisi yang lebih tinggi, superior, atasan, lebih
hebat atau lebih baik. Sedangkan kata “vision” berarti mengandung makna
kemampuan untuk menyadari sesuatu tidak benar-benar terlihat. Jadi supervisi adalah
pandangan dari orang yang lebih ahli kepada orang yang memiliki keahlian di
bawahnya. Supervisor atau istilah bagi orang yang melakukan supervisi adalah
seorang yang profesional ketika menjalankan tugasnya. Ia bertindak atas dasar kaidah
ilmiah untuk meningkatkan mutu pendidikan, untuk menjalankan supervisi
diperlukan kemampuan yang lebih sehingga dapat melihat dengan tajam
permasalahan peningkatan mutu pendidikan, memiliki kepekaan untuk memahaminya
tidak hanya sekedar menggunakan penglihatan mata biasa, sebab yang diamatinya
bukan hanya masalah yang konkrit yang terlihat, melainkan ada pula yang
memerlukan kepekaan mata batin. (Aedi, 2014)
Adapun arti Supervisi menurut asal usul (etimologi), bentuk perkataannya
(morfologi), maupun isi yang terkandung dalam perkataan itu (semantik).
Secara morfologis, Supervisi berasal dari dua kata bahasa Inggris, yaitu super
dan vision. Super berarti diatas dan vision berarti melihat, masih serumpun dengan
inspeksi, pemeriksaan dan pengawasan, dan penilikan, dalam arti kegiatan yang
dilakukan oleh atasan – orang yang berposisi diatas, pimpinan – terhadap hal-hal
yang ada dibawahnya. Supervisi juga merupakan kegiatan pengawasan tetapi sifatnya
lebih human, manusiawi. Kegiatan supervise bukan mencari-cari kesalahan tetapi
lebih banyak mengandung unsur pembinnaan, agar kondisi pekerjaan yang sedang
disupervisi dapat diketahui kekurangannya (bukan semata - mata kesalahannya) untuk
dapat diberitahu bagian yang perlu diperbaiki.

3
Secara sematik, Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa
bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan
peningkatan mutu mengajar dan belajar dan belajar pada khususnya. Dan secara
etimologi, supervisi diambil dalam perkataan bahasa Inggris “ Supervision” artinya
pengawasan di bidang pendidikan.
Pengertian supervisi menurut para ahli:
a. Menurut Ibrahim (2004) Supervisi adalah layanan profesional yang berbentuk
pemberian bantuan kepada personil sekolah dalam meningkatkan kemampuannya
agar lebih mampu melaksanakan perubahan penyelenggaraan sekolah dalam
rangka meningkatkan pencapaian tujuan sekolah.
b. Wilem Mantja (2007) Mengatakan bahwa, supervisi diartikan sebagai kegiatan
supervisor (jabatan resmi) yang dilakukan untuk perbaikan proses belajar
mengajar (PBM). Ada dua tujuan (tujuan ganda) yang harus diwujudkan oleh
supervisi, yaitu; perbaikan (guru murid) dan peningkatan mutu pendidikan.
Willem Mantja memandang supervisi sebagai kegiatan untuk perbaikan (guru
murid) dan peningkatan mutu pendidikan
c. Dalam “Dictionary of Education”, Good Carter, memberi pengertian supervisi
adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan
petugas-petugas lainnya, dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulir,
menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi
tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran dan metode pengajar dan
evaluasi pengajaran.
Dari berbagai rumusan supervisi pendidikan di atas dapat disimpulkan, bahwa
supervisi pendidikan adalah layanan khusus berupa bantuan yang diberikan kepada
para guru baik secara individu maupun bersama untuk memperbaiki pengajaran.
Dengan kata lain, Supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk
membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan
mereka secara efektif.

4
b. Rasional Supervisi Pendidikan
Secara sematik, Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa
bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan
peningkatan mutu mengajar dan belajar dan belajar pada khususnya. (Somad, R., &
Priansa, D. J. (2012).
Dewasa ini, setiap pekerjaan menuntut adanya sikap professional, apalagi
profesi guru yang sehari-hari menangani makhluk hidup yang berupa anak-anak atau
siswa dengan berbagai karakteristik yang berbeda. Pekerjaaan guru menjadi lebih
berat tatkala menyangkut peningkatan kemampuan anak didiknya, sedangkan
kemampuan dirinya mengalami stagnasi. (Somad, R., & Priansa, D. J. (2012).
Guru yang profesional adalah mereka yang memiliki kemampuan profesional
dengan berbagai kapasitasnya sebagai pendidik. Studi yang dilakukan oleh Ace
Suryani menunjukkan bahwa guru yang bermutu dapat diukur dengan lima indikator,
yaitu:
a. Kemampuan profesional (professional capacity), sebagaimana terukur dari
ijazah, jenjang pendidikan, jabatan dan golongan, serta pelatihan.
b. Upaya profesional (professional efforts), sebagaimana terukur dari kegiatan
mengajar, pengabdian dan penelitian.
c. Waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional (teacher's time),
sebagaimana terukur dari masa jabatan, pengalaman mengajar serta lainnya.
d. Kesesuaian antara keahlian dan pekerjaannya (link and match), sebagaimana
terukur dari mata pelajaran yang diampu, apakah telah sesuai dengan
spesialisasinya atau tidak.
e. Tingkat kesejahteraan (prosperiousity) sebagaimana terukur dari upah, honor
atau penghasilan rutinnya. Tingkat kesejahteraan yang rendah bisa
mendorong seorang pendidik untuk melakukan kerja sambilan, dan bilamana
kerja sambilan ini sukses, bisa jadi profesi mengajarnya berubah menjadi
sambilan.

5
Menurut Mulyasa (2005) Untuk menjadi professional, seorang guru dituntut
memiliki lima karakter, antara lain:
a. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti
bahwa komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswanya.
b. Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkan serta
cara mengajarkannya kepada siswa. Bagi guru, hal ini merupakan dua hal
yang tidak dapat dipisahkan.
c. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai
teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil
belajar.
d. Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar
dari pengalamannya. Artinya, harus selalu ada waktu untuk guru guna
mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa yang telah dilakukannya.
Untuk bisa belajar dari pengalaman, ia harus tahu mana yang benar dan
salah, serta baik dan buruk dampaknya pada proses belajar siswa.
e. Guru seyogianya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam
lingkungan profesinya, misalnya PGRI dan organisasi profesi lainnya.
Alasan rasional mengapa supervisi itu penting adalah untuk perbaikan
pengajaran atau pembelajaran. Adapun untuk mendukung proses pembelajaran yang
bermutu ditentukan oleh berbagai unsur dinamis yang akan ada di dalam sekolah dan
lingkungannya sebagai suatu kesatuan sistem. Menurut Townsend dan Butterworth,
ada sepuluh faktor penentu terwujudnya proses pembelajaran yang bermutu, yakni:
a. Keefektifan kepemimpinan kepala sekolah.
b. Partisipasi dan rasa tanggung jawab guru dan staf.
c. Proses belajar-mengajar yang efektif.
d. Pengembangan staf yang terpogram.
e. Kurikulum yang relevan.
f. Memiliki visi dan misi yang jelas.
g. Iklim sekolah yang kondusif.
h. Penilaian diri terhadap kekuatan dan kelemahan.

6
i. Komunikasi efektif baik internal maupun eksternal.
j. Keterlibatan orang tua dan masyarakat secara instrinsik
Melalui supervisi pengajaran, maka peran guru secara lebih luas, didorong
untuk meningkatkan mutu dan makna sebagai suatu kadar proses dan hasil
pendidikan secara keseluruhan yang ditetapkan sesuai dengan pendekatan dan
kriteria tertentu. (Somad, R., & Priansa, D. J. (2012).

c. Tujuan Supervisi Pendidikan


Tujuan utama supervisi adalah memperbaiki pengajaran. Tujuan umum supervisi
adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru dan staf agar personil
tersebut mampu meningkatkan kualitas kinerjanya, dalam melaksanakan tugas dan
melaksanakan proses belajar mengajar. Merumuskan tujuan supervisi pendidikan
harus dapat membantu mencari dan menentukan kegiatan-kegiatan supervisi yang
lebih efektif. Tujuan supervisi pendidikan adalah:
1. Membantu guru agar dapat lebih mengerti/ menyadari tujuan-tujuan pendidikan di
sekolah, dan fungsi sekolah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan itu.
2. Membantu guru agar mereka lebih menyadari dan mengerti kebutuhan dan
masalah-masalah yang dihadapi siswannya supaya dapat membantu siswanya itu
lebih baik lagi.
3. Untuk melaksanakan kepemimpinan efektif dengan cara yang demokratis dalam
rangka meningkatkan kegiatan-kegiatan profesional di sekolah, dan hubungan
antara staf yang kooperatif untuk bersana-sama meningkatkan kemampuan
masing-masing.
4. Menemukan kemampuan dan kelebihan tiap guru dan memanfaatkan serta
mengembang-kan kemampuan itu dengan memberikan tugas dan tanggung jawab
yang sesuai dengan kemampuannya.
5. Membantu guru meningkatkan kemampuan penampilannya didepan kelas.
6. Membantu guru baru dalam masa orientasinya supaya cepat dapat menyesuaikan
diri dengan tugasnya dan dapat mendayagunakan kemampuannya secara
maksimal.

7
7. Membantu guru menemukan kesulitan belajar murid-muridnya dan merencanakan
tindakan-tindakan perbaikannya.
8. Menghindari tuntutan-tuntutan terhadap guru yang diluar batas atau tidak wajar
baik tuntutan itu datangnya dari dalam (sekolah) maupun dari luar (masyarakat).
Menurut Hasbullah, fungsi dan tujuan supervisi pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Sebagai arah pendidikan.
Dalam hal ini, tujuan akan menunjukkan arah dari suatu usaha, sedangkan arah
tadi menunjukkan jalan yang harus ditempuh dari situasi sekarang kepada situasi
berikutnya. Sebagai contoh, guru yang berkeinginan membentuk anak didikanya
menjadi manusia yang cerdas maka arah dari usahanya ialah menciptakan situasi
belajar yang dapat mengembangkan kecerdasan.
2. Tujuan sebagai titik akhir.
Dalam kaitan ini, apa yang diperhatikan adalah hal-hal yang terletak pada
jangkuan masa datang. Misalnya, jika seorang pendidik bertujuan agar anak
didiknya menjadi manusia yang berakhlak mulia, tentu menekannya di sini adalah
deskripsi tentang pribadi akhlakul karimah yang diinginkannya tersebut.
3. Tujuan sebagai titik pangkal mencapai tujuan lain.
Dalam hal ini, tujun pendidikan yang satu dengan yang lain merupakan satu
kesatuan yang tak terpisahkan.
4. Memberi nilai pada usaha yang dilakukan.
Dalam konteks usaha-usaha yang dilakukan, kadang-kadang didapati tujuannya
yang lebih luhur dan lebih mulia dibanding yang lainnya semua ini terlihat apabila
berdasarkan nilai-nilai tertentu.

d. Fungsi Supervisi Pendidikan


Fungsi utama supervisi pendidikan ditujukan pada perbaikan dan peningkatan
kualitas pengajaran. Baik Franseth Jane, maupun Ayer (dalam Encyclopedia of
Educational Research : Chester Harris, 1958:1442), mengemukakan bahwa fungsi
utama supervisi ialah membina program pengajaran yang ada sebaik-baiknya
sehingga selalu ada usaha perbaikan.

8
Menurut Swearingen terdapat 8 fungsi supervisi sebagai berikut:
a. Mengkoordinasi semua usaha sekolah. Usaha-usaha sekolah meliputi:
1. Usaha tiap guru
Guru ingin mengemukakan ide dan menguraikan materi pelajaran menurut
pandanga-nnya ke arah peningkatan. Usaha-usaha yang bersifat individu
tersebut perlu di koordinasi. Itulah fungsi supervisi.
2. Usaha-usaha sekolah
Sekolah dalam menentukan kebijakan, merumuskan tujuan-tujuan atas setiap
kegiatan sekolah, termasuk program-program sepanjang tahun ajaran, perlu ada
koordinasi yang baik.
3. Usaha-usaha bagi pertumbuhan jabatan setiap guru ingin bertumbuh dalam
jabatan-nya. Oleh karena itu, guru selalu belajar terus menerus, mengikuti
seminar, workshop, dan lain-lain. Mereka berusaha meningkatkan diri agar
lebih baik. untuk itu, perlu ada koordinasi yang merupakan tugas dari supervisi.
b. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah. Kepemimpinan merupakan suatu
keterampilan yang harus dipelajari dan membutuhkan latihan yang terus-menerus.
Salah satu fungsi supervisi adalah melatih dan memperlengkapi guru-guru agar
mereka memiliki keteram-pilan dalam kepemimpinan disekolah.
c. Memperluas pengalaman guru. Supervisi harus dapat memotivasi guru-guru untuk
mau belajar dari pengalaman nyata dilapangan. Melalui pengalaman baru ini
mereka dapat belajar untuk memperkaya pengetahuan mereka.
d. Menstimukasi usaha-usaha sekolah yang kreatif. Seorang supervisi harus bisa
memberi-kan stimulus agar guru-guru tidak hanya berdasarkan instruksi atasan,
tetapi mereka adalah pelaku aktif dalam proses belajar mengajar.
e. Memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus. Penilaian yang diberikan
harus bersifat menyeluruh dan kontinu. Mengadakan penilaian secara teratur
merupakan suatu fungsi utama dari supervisi pendidikan.
f. Menganalisis situuasi belajar mengajar. Tujuan dari supervisi adalah untuk
memperbaiki situasi belajar mengajar. Penganalisisan memberi pengalaman baru
dalam menyusun strategi dan usaha ke arah perbaikan.

9
g. Memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada setiap anggota staf supervisi
befungsi untuk memberikan dorongan stimulasi dan membantu guru agar dapat
mengembangkan pengetahuan dalam ketrampilan mengajar.
h. Memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam merumuskan tujuan-
tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru.

B. Ruang Lingkup Supervisi Pendidikan


Ruang lingkup supervisi pendidikan merupakan seluruh aspek kemampuan
yang ada kaitannya dengan penyelenggaraan suatu sekolah. Bafadhal dalam Mukhtar
dan Iskandar mengatakan pada hakikatnya ruang lingkup supervisi suatu sekolah
meliputi :
1. Supervisi dibidang kurikulum.
2. Supervisi dibidang kesiswaan.
3. Supervisi dibidang kepegawaian.
4. Supervisi dibidang sarana dan prasarana.
5. Supervisi dibidang keuangan.
6. Supervisi dibidang humas.
7. Supervisi dibidang ketatausahaan.
Ruang lingkup supervisi pendidikan secara umum meliputi supervisi akademik
yang berhubungan dengan aspek pelaksanaan proses pembelajaran, supervisi
akademik dilakukan dengan pendekatan supervisi klinis, dan supervisi manajerial
yang berhubungan dengan aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang mengacu
pada 8 (delapan) standar nasional pendidikan meliputi :
1. Standar isi.
2. Standar proses.
3. Standar kompetensi lulusan.
4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan.
5. Standar sarana dan prasarana.
6. Standar pengelolaan.
7. Standar pembiayaan.

10
8. Standar penilaian pendidikan.
Menurut Yahya (2017), ruang lingkup supervisi pendidikan ini ada dua yaitu
supervisi akademik dan supervisi manejerial. Berikut ini penjelasannya.
1. Supervisi Akademik
Secara etimologis supervisi akademik terdiri dari kata supervisi dan
akademik. Kata akademik berasal dari bahasa Inggris academy berasal dari bahasa
Latin academia, kata yang disebut terakhir ini berasal dari bahasa Yunani
academeia yang mempunyai beberapa makna, salah satunya berarti suatu
masyarakat atau kumpulan orang-orang terpelajar. Kata akademik dalam konteks
sekolah, diartikan dengan segala hal yang berhubungan dengan penguasaan ilmu
pengetahuan yang harus dikuasai oleh siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran, sehingga yang disebut kegiatan akademik adalah kegiatan proses
pembelajaran dan hal-hal lain yang terkait dengan itu misalnya penyusunan jadwal
akademik pembelajaran dan silabusnya. APSI (2006).
Berdasarkan hal tersebut, dapat diartikan bahwa supervisi akademik adalah
kegiatan pengawasan yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi-kondisi dalam
upaya meingkatkan kualitas produk didik melalui usaha memotivasi,
membimbing, membina, dan mengarahkan orang-orang yang terkait dengan
kegiatan akademik.
Tujuan dari supervisi akademik adalah :
a. Membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalnya.
b. Diselenggarakan untuk memonitor KBM di sekolah melalui class visit
kepsek di saat guru mengajar, percakapan pribadi dengan guru, teman
sejawat atau dengan sebagian murid-muridnya.
c. Mendorong guru menerapkan kemampuannya dalam melaksanakan tugasnya
mendorong guru agar memiliki komitmen terhadap tugas dan tanggung
jawab.
2. Supervisi Manejerial
Supervisi manajerial merupakan pengawasan atau pemantaun dan pembinaan
terhadap pengelolaan selain pendidikan atau biasa disebut dengan pengawasan

11
terhadap administrasi sekolah. APSI (2006). Hal yang diawasi supervisi
manajerial antara lain:
a. Managemen kurikulum dan pembelajaran
b. Kesiswaan
c. Sarana prasana
d. Ketenagaan
e. Keuangan
f. Hubungan sekolah dengan masyarakat (adanya komite sekolah)
g. Layanan khusus
Dalam pelaksanaannya, supervisi manajerial mempunyai prinsip-prinsip, yaitu:
a. Pengawas tidak otoriter
b. Menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis
c. Supervisi dilaksanakan berkesinambungan
d. Supervisi harus demokratis, aktif dan kooperatif
e. Program yang intergral, orientasinya tujuan Pendidikan Nasional
f. Supervisi harus komprehensif, mencakup keseluruhan aspek
g. Harus konstruktif
h. Harus objektif
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa supervisi manajerial
merupakan supervisi yang kawasannya berada di luar proses pembelajaran,
seperti mengenai kesiswaan, sarpras, kurikulum, keuangan, dan lain-lain.
Sedangkan supervisi akademik merupakan supervisi yang kawasannya terdapat
pada saat proses pembelajaran itu sendang dilaksanakan, misalnya metode,
strategi, model apa yang digunakan seorang guru dalam menyampaikan
pembelajarannya. (APSI, 2006)

C. Prinsip-Prinsip Supervisi Pendidikan


Secara sederhana prinsip-prinsip Supervisi adalah sebagai berikut :
1. Supervisi hendaknya memberikan rasa aman kepada pihak yang disupervisi.
2. Supervisi hendaknya bersifat Kontrukstif dan Kreatif

12
3. Supervisi hendaknya realistis didasarkan pada keadaan dan kenyataan sebenarnya.
4. Kegiatan supervisi hendaknya terlaksana dengan sederhana.
5. Dalam pelaksanaan supervisi hendaknya terjalin hubungan profesional, bukan
didasarkan atas hubungan pribadi.
6. Supervisi hendaknya didasarkan pada kemampuan, kesanggupan, kondisi dan
sikap pihak yang disupervisi.
7. Supervisi harus menolong guru agar senantiasa tumbuh sendiri tidak tergantung
pada kepala sekolah
Pendapat lain mengenai Prinsip-prinsip Supervisi adalah :
1. Supervisi bersifat memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada guru
dan staf sekolah lain untuk mengatasi masalah dan mengatasi kesulitan dan bukan
mencari-cari kesalahan.
2. Pemberian bantuan dan bimbingan dilakukan secara langsung, artinya bahwa
pihak yang mendapat bantuan dan bimbingan tersebut tanpa dipaksa atau
dibukakan hatinya dapat merasa sendiri serta sepadan dengan kemampuan untuk
dapat mengatasi sendiri.
3. Apabila supervisor merencanakan akan memberikan saran atau umpan balik,
sebaiknya disampaikan sesegera mungkin agar tidak lupa. Sebaiknya supervisor
memberikan kesempatan kepada pihak yang disupervisi untuk mengajukan
pertanyaan atau tanggapan.
4. Kegiatan supervisi sebaiknya dilakukan secara berkala misalnya 3 bulan sekali,
bukan menurut minat dan kesempatan yang dimiliki oleh supervisor.
5. Suasana yang terjadi selama supervisi berlangsung hendaknya mencerminkan
adanya hubungan yang baik antara supervisor dan yang disupervisi tercipta
suasana kemitraan yang akrab. Hal ini bertujuan agar pihak yang disupervisi tidak
akan segan-segan mengemukakan pendapat tentang kesulitan yang dihadapi atau
kekurangan yang dimiliki.
6. Untuk menjaga agar apa yang dilakukan dan yang ditemukan tidak hilang atau
terlupakan, sebaiknya supervisor membuat catatan singkat, berisi hal – hal penting
yang diperlukan untuk membuat laporan.

13
Sementara dalam buku Pedoman Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Agama
(Ditjen Islam Depag, 2003), dijelaskan bahwa prinsip-prinsip supervisi pada dasarnya
akan diarahkan pada 3 hal sebagai berikut:
1. Prinsip Fundamental
Yaitu prinsip yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur Pancasila dan Agama.
Pancasila merupakan dasar atau prinsip fundamental bagi setiap supervisor
pendidikan Indonesia. Bahwa seorang supervisor haruslah seorang pancasilais
sejati.
2. Prinsip Praktis
Yaitu dapat dikerjakan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Dalam prinsip
ini terdapat dua sisi, yaitu:
a. Prinsip-Prinsip Negatif:
Prinsip negatif merupakan pedoman yang tidak boleh dilakukan seorang
supervisor dalam pelaksanaan supervise.
1. Supervisi tidak boleh bersifat mendesak (otoriter).
2. Supervisi tidak boleh didasarkan atas kekuasaan.
3. Supervisi tidak mencari kelemahan/kekurangan/ kesalahan.
4. Supervisi jangan terlalu berharap cepat mengharapkan hasil atau perubahan.
5. Supervisi tidak boleh menuntut prestasi di luar kemampuan bawahannya.
6. Supervisi tidak boleg egois, tidak jujur dan menutup diri terhadap kritik dan
saran dari bawahannya.
b. Prinsip-Prinsip Positif:
Prinsip positif merupakan pedoman yang harus dilakukan seorang supervisor
agar berhasil dalam pembinaannya.
1. Supervisi bersifat konstruktif dan kreatif
2. Supervisi didasarkan kepada sumber-sumber kolektif dari kelompok tidak
hanya dari supervisor sendiri.
3. Supervisi harus dilakukan berdasarkan hubungan professional, bukan
berdasarkan hubungan pribadi.
4. Supervisi hendaknya progresif, tekun, sabar, tabah, dan tawakal.

14
5. Supervisi harus jujur, objektif dan siap mengevaluasi diri sendiri demi
kemajuan.
Disamping prinsip asasi ini, dapat kita bedakan juga prinsip-prinsip positif dan
prinsip negatif. Yang dimaksud dengan prinsip positif disini adalah prinsip-prinsip
yang patut kita ikuti, sedangkan yang dimaksud dengan prinsip-prinsip negatif adalah
prinsip yang merupakan larangan bagi kita.
1. Prinsip Positif
a. Supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif.
Kepala Sekolah sebagai supervisor harus menghargai kepribadian guru. Dalam
pembicaraan-pembicaraan bersama ia memberi kesempatan kepada guru-guru
untuk melahirkan pikiran, perasaan dan pendapatnya. Keputusan-keputusan
diambil dengan jalan musyawarah. Tujuan-tujuan yang hendak dicapai adalah
tujuan bersama. Dalam suasana yang demikian terpupuklah kerja sama yang
baik antara pimpinan dengan yang dipimpin. Guru-guru saling membantu
dalam melaksanakan tugasnya di sekolah.
b. Supervisi harus kreatif dan konstruktif
Supervisor harus menyadari bahwa setiap guru pasti mempunyai kelebihan dan
kekurangan, oleh karena itu hendaklah ia berusaha memberikan dorongan
kepada guru-guru untuk mengembangkan kelebihan-kelebihan itu dan
menciptakan sesuatu yang baru demi kepentingan anak didik mereka.
Kekurangan-kekuranganya dibicarakan dengan guru yang bersangkutan atau
dalam kelompok bersama mereka mencari jalan keluar untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan itu.
c. Supervisi harus scientific dan efektif.
Dalam menghadapi masalah hendaknya supervisor bersikap “scientivic”. Ini
berarti bahwa ia harus mendengarkan masalah yang dihadapi guru dengan
penuh perhatian, mengumpulkan data, kemudian mengolahnya dan akhirnya
menarik kesimpulan serta mengambil keputusan. Supervisi membantu guru-
guru dalam mempersiapkan pelajaran yang diberikan, dalam menggunakan alat
pelajaran, serta menyusun tes bagi siswa secara efektif. Supervisi

15
mengkoordinir teori dan praktik sambil menolong guru-guru mengerti teori dan
praktik sambil menolong guru-guru mengerti teori supervisor, menolong
mereka untuk mengetrapkan di dalam pelaksanaan tugasnya di sekolah. Ia
dengan setia berusaha memperbaiki metode dan cara penggunaanya, sehingga
teori itu dapat menjadi efektif.
d. Supervisi harus dapat memberi persamaan aman kepada guru-guru.
Kepala sekolah yang merangkap sebagai supervisor bagaikan bapak atau
saudara bagi mereka yang senantiasa siap membantu mereka dalam
memecahkan masalah yang mereka hadapi. Dengan demikian terpupuklah rasa
aman pada guru-guru dan mereka tidak tertekan serta bebas untuk
mengeluarkan kenyataan.
e. Supervisi harus berdasarkan kenyataan.
Supervisi yang dilakasanakan kepala sekolah hendaklah didasarkan atas
keadaan yang sebenarnya yang dapat dilihat, disaksikan dan diketahui oleh
kepala sekolah itu sendiri dari dekat. Data yang diperoleh bukan data yang
sebenarnya yaitu keadaan murid, lingkungan belajar mengajar, keadaan alat-alat
pelajaran yang sebenarnya, semua ini merupakan bahan-bahan yang nyata bagi
supervisor untuk melaksanakan tugasnya sebaik mungkin.
f. Supervisi harus memberi kesempatan kepada supervisor dan guru-guru untuk
mengadakan self evaluation.
Supaya pelayanan supervisi mendatangkan manfaat serta menjadi mantap, baik
bagi kepala sekolah maupun bagi guru-guru, maka hendaknya kepala sekolah
dapat mengembangkan dirinya terlebih dahulu. Agar supaya ia dapat
mengembangkan dirinya sendiri, maka perlu sekali ia berusaha mengadakan
self evaluation setiap kali. Melalui self evaluation setiap kali. Melalui self
evaluation ini ia dapat mengetahui kelebihan-kelebihan, juga kekurangan-
kekurangan dan kelemahanya. Kemudian ia akan berusaha juga untuk
memperbaiki kekuranganya. Demikian pula ia dapat membantu guru-guru
dalam self evaluation demi kepentingan anak didiknya.

16
2. Prinsip-Prinsip Negatif
Prinsip-prinsip negatif ini merupakan larangan bagi kepala sekolah sebagai
supervisor, adalah sebagai berikut:
a. Seorang supervisor tidak boleh bersikap otoriter.
b. Seorang supervisor tidak boleh mencari kesalahan pada guru-guru.
c. Seorang supervisor bukan inspektur yang ditugaskan untuk memeriksa apakah
peraturan-peraturan dan instruksi-instruksi yang telah diberikan dilaksanakan
atau tidak.
d. Seorang supervisor tidak boleh menganggap dirinya lebih dari guru-guru oleh
karena jabatanya.
e. Seorang supervisor tidak boleh terlalu banyak memperhatikan hal-hal kecil
dalam cara-cara guru mengajar.
f. Seorang supervisor tidak boleh lekas kecewa, bila ia mengalami kegagalan

D. Peranan Supervisi Pendidikan


Supervisi bertujuan membantu guru dalam meningkatkan kemampuannya agar
situasi belajar mengajar menjadi lebih baik. Keberhasilan supervisor mencapai tujuan
supervisi dipengaruhi berbagai faktor, salah satu diantaranya adalah faktor guru yang
disupervisi. Menurut Surya, Mohamad (2002) peranan dan partisipasi guru tersebut
dapat dilihat dari setiap fase dalam proses supervisi, sebagai berikut :
1. Fase Perencanaan
Penyusunan perencanaan supervisi memerlukan berbagai data dan informasi,
terutama yan berkaitan dengan guru dan proses belajar mengajar yang
dilaksanakan. Dalam hal ini diperlukan keterbukaan dan kesediaan guru-guru
untuk memberikan data dan informasi mengenai permasalahan dan kesulitan yang
mereka temui dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru.
2. Fase Pelaksanaan
Perlaksanaan supervisi memerlukan kerja sama yang baik antara guru dan
supervisor. Guru-guru perlu menyadari bahwa kehadiran supervisor di sekolah

17
bertujuan membantu dan membina kemampuan guru, bukan mencari-cari
kesalahan.
3. Fase Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan supervisi memberikan manfaat bagi supervisor dan
guru. Supervisor dapat mengetahui target yang sudah dicapai dalam pelaksanaan
peningkatan kemampuannya. Dalam hal ini guru diharapkan dapat menerima hasil
evaluasi secara terbuka, dan bersedia menerima saran dan arahan supervisor untuk
perbaikannya.
Seorang supervisor, dapat berperan sebagai:
1. Coordinator
Artinya supervisor dapat mengoordinasikan program belajar-mengajar yang ada
dalam proses pendidikan.
2. Konsultan
Artinya supervisor dapat memberi bantuan dan mengkonsultasikan masalah
yang dialami guru.
3. Pemimpin kelompok
Artinya supervisor dapat memimpin sejumlah guru dalam mengembangkan
potensi yang ada pada setiap guru.
4. Evaluator
Artinya supervisor dapat membantu guru-guru dalam menilai hasil dan proses
pembealajaran.

18
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Supervisi pendidikan merupakan satu elemen penting dalam pendidikan yang
dapat mendorong perbaikan pendidikan. Supervisi pendidikan bertujuan untuk
menumbuhkan kesadaran dari dalam. Sehingga, timbul keinginan untuk melakukan
perbaikan supaya pendidikan mengalami peningkatan kualitas, terhindar dari
keterbelakangan, kemerosotan, dan kemunduran. Supervisi pendidikan juga bertujuan
untuk membangun kebersamaan dan kekompakan dalam melangkah sesuai target
yang ditentukan. Fokus tujuan supervisi pendidikan adalah pencapaian tujuan
pendidikan yang menjadi tanggung jawab Kepala Sekolah dan guru. Supervisi
pendidikan perlu memperhatikan beberapa faktor yang sifatnya khusus, sehingga
dapat membantu mencari dan menentukan kegiatan supervisi yang efektif.
Fungsi yang sangat strategis dari supervisi pendidikan adalah mendorong
supervisor, yaitu Kepala Sekolah, Pemilik, dan Pengawas dengan otoritas masing-
masing, untuk mengembangkan keahlian dan kompetensi mereka. Sehingga, mereka
mampu melakukan supervisi secara efektif, produktif, dan kreatif. Buku ini
membantu supervisor dan para akademisi untuk memahami bahwa supervisi
dilakukan dalam rangka menjadikan Kepala Sekolah hebat dan guru profesional,
sehingga pendidikan yang bermutu dapat tercapai.
Supervisi dalam pendidikan bukan hanya sekedar kontrol atau melihat apakah
segala kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana atau program yang telah
digariskan, tetapi mencakup penentuan kondisi-kondisi atau syarat-syarat personal
maupun material yang diperlukan untuk terciptanya situasi belajar-mengajar yang
efektif. Secara khusus buku ini menyajikan informasi yang utuh dan menyeluruh
tentang supervisi pendidikan, yang keberhasilannya tidak terlepas dari peran guru,
Kepala Sekolah, dan pengawas.

19
B. Saran
Supervisi haruslah ada pada setiap sekolah dan diberlakukan secara benar dan
baik serta tegas agar sekolah dapat berkembang dengan baik dan tujuan sekolah dapat
tercapai dengan baik pula.

20
DAFTAR PUSTAKA

Aedi. 2014. Pengawasan pendidikan Tinjauan Teori dan Praktik. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
APSI. 2006. Buku Instrumen Supervisi (IS) Akademik. Jakarta: Dirjen PMPTK.
Donni, Juni Priansa. 1990. Manajemen Supervisi dan Kepemimpinan Kepala Sekolah.
Bandung : Alfabeta
Kisbiyanto. 2008. Supervisi Pendidikan. Kudus: STAIN Kudus.
Manullang., dan Marihot A. M. H. 2005. Manajemen Personalia. Yogyakarta: UGM
Press.
Mulyasa, 2005. Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: Rosdakarya.
Purwanto, N. 2000. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Sahertian, Piet A. 2000. Konsep Dasar dan Tehnik Supervisi Pendidikan Dalam
Rangka Mengembangkan Sumber Daya Manusia. Jakarta : Rineka Cipta.
Somad, R., & Priansa, D. J. 2012. Manajemen Supervisi dan Kepemimpinan
Kepala Sekolah. Bandung: Alfabeta.
Surya, Mohamad. 2002. Peran Organisasi Guru dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan.Jakarta: Grafindo Persada.
Yahya. 2017. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Padang: Universitas Negeri
Padang.

21

Anda mungkin juga menyukai