Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Peternakan Indonesia, Juni 2018 Vol.

20 (2): 116-123
ISSN 1907-1760 E-ISSN 2460-6626

Pengaruh Suplementasi Sumber Protein Hijauan Leguminosa terhadap Produksi Amonia


dan Protein Total Ruminal Secara In Vitro

The Effect of Legumes’ Protein Supplementation Towards Production of in vitro Ammonia


and Total Ruminant Protein

R. S. Prayitno1*, F. Wahyono2 dan E. Pangestu2


1
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Farming Semarang Jl Pawiyatan Luhur IV / 15 Semarang
2
Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto, Kampus Tembalang, Semarang 50275
*E-mail: ryantoko.spr@gmail.com
(Diterima: 12 Februari 2018; Disetujui: 14 April 2018)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari konsentrat yang berbeda dengan sumber
beberapa jenis leguminosa terhadap konsentrasi NH3, dan protein total rumen secara in vitro. Materi
penelitian berupa konsentrat (kandungan PK 13%, TDN 65%). Rancangan percobaan yang digunakan
adalah rancangan acak lengkap dengan 7 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan konsentrat adalah T1 (6%
Crotalaria usaramoensi), T2 (6% Crotalaria juncea),T3 (6% Tephrosia), T4 (3% Crotalaria usaramoensi
+ 3% Crotalaria juncea), T5 (3% Crotalaria usaramoensi + 3% Tephrosia), T6 (3% Crotalaria juncea
+ 3% Tephrosia), T7 (2% Crotalaria usaramoensi + 2% Crotalaria juncea + 2% Tephrosia). Parameter
yang diamati adalah produksi NH3 dan produksi protein total. Data yang diperoleh dianalisis dengan
analisis ragam dan apabila terdapat pengaruh nyata (P<0,05) akibat perlakuan, dilanjutkan dengan uji
wilayah ganda Duncan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
konsentrat yang ditambah dengan berbagai jenis leguminosa mampu meningkatkan produksi amonia dan
protein total. Konsentrat dengan suplemen leguminosa jenis Crotalaria mampu meningkatkan produksi
NH3 dan produksi protein total. Sedangkan konsentrat dengan suplemen leguminosa jenis Tephrosia di atas
3% akan menurunkan produksi NH3 dan protein total.
Kata kunci: in vitro, leguminosa, NH3, protein

ABSTRACT

This study aimed at discovering the effect of different concentrate deriving from various kinds of
legumes towards the ammonia (NH3) concentration in vitro and total protein in rumen. The research
materials consisted of concentrate (both PK content and TDN of 13% and 65% respeectively). The
experiment used a complete random design equipped with 7 treatments and 3 trials. The concentrate
treatment was T1 (6% of Crotalaria usaramoensi), T2 (6% of Crotalaria juncea), T3(6% of Tephrosia),
T4 (3% of Crotalaria usaramoensi + 3% Crotalaria juncea), T5 (3% of Crotalaria usaramoensi + 3%
Tephrosia),T6 (3% of Crotalaria juncea + 3% Tephrosia), T7 (2% of Crotalaria usaramoensi + 2% of
Crotalaria juncea + 2% of Tephrosia). There were t obswo erved parameters; production of NH3 and total
protein. The collected data were analyzed by using variance analysis. At a significant influence was found
(P<0.05) resulting from the treatment, then, it was followed by a Duncan multiple area test to find out the
difference among treatments. The research results indicated that the concentrate added by various kinds
of legumes was capable of increasing ammonia and total protein productions. The concentrate added by
legumes of Crotalaria increased the production of both NH3 and total protein. However, the concentrate
added by legumes of Tephrosia above 3% likely decrease both NH3 and total protein productions.
Keywords: in Vitro, leguminose, NH3, protein

116 Pengaruh Suplementasi Sumber Protein … (Prayitno et al.)


Vol. 20 (2): 116-123

PEDAHULUAN leguminosa sebagai komponen sumber protein


dalam formulasi konsentrat dapat dijadikan
Perkembangan suatu usaha peternakan solusi, namun sebelum diaplikasikan pada
dipengaruhi oleh ketersediaan pakan. Pakan ternak, perlu diuji potensi nutrisi yang
merupakan biaya produksi terbesar dalam dikandungnya khususnya kandungan kualitas
usaha peternakan, mengingat 60 hingga 70 % protein. Kualitas protein pakan dapat diketahui
biaya dikeluarkan untuk penyediaan pakan. dengan menguji fermentabilitasnya di dalam
Pakan sumber protein yang diberikan pada rumen. Fermentabilitas pakan mencerminkan
ternak umumnya mahal harganya, khususnya tingkat degradibilitas pakan didalam rumen.
yang berasal dari produk hewan, biji-bijian Degradasi protein pakan akan menghasilkan
dan hasil sampingnya karena pemanfaatannya amonia (NH3) yang digunakan oleh mikrobia
pada ternak ruminansia bersaing dengan pakan rumen untuk membentuk protein tubuhnya.
ternak non ruminansia. Salah satu alternatif Protein mikrobia merupakan salah satu
yang dapat dilakukan adalah pemanfaatan sumber protein yang dibutuhkan oleh
leguminosa sebagai sumber protein, karena ruminansia selain protein pakan yang lolos
tanaman leguminosa dapat tumbuh dimana dari degradasi mikrobia rumen. Protein total
saja dan belum termanfaatkan secara merupakan gabungan dari protein pakan yang
maksimal. Potensi leguminosa begitu besar lolos dari degradasi mikrobia rumen dan
sehingga leguminosa dapat dimanfaatkan protein mikrobia.
sebagai bahan penyusun pakan konsentrat Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
ruminansia. Leguminosa sebagai pakan mengetahui pengaruh konsentrat dengan
ternak umumnya dibatasi karena leguminosa jenis leguminosa yang berbeda terhadap
mengandung zat antinutrisi yang dapat konsentrasi NH3 dan protein total rumen secara
mengakibatkan kematian, oleh karena itu in vitro. Hasil dari penelitian ini diharapkan
sebelum daun leguminosa diberikan ke ternak memberikan informasi mengenai kualitas
perlu dilakukan pelayuan dan pengeringan konsentrat yang bersumber dari berbagai jenis
(Widodo, 2005). Leguminosa jenis Crotalaria dan jumlah leguminosa ditinjau dari produksi
juncea memiliki zat antinutrisi bernama NH3 dan protein total rumen. Hipotesis dalam
pyrrolizidine. Fu et al. (2004) menyatakan penelitian ini adalah berbagai jenis dan jumlah
bahwa alkaloid jenis Pyrrolizidine dengan leguminosa pada konsentrat memberikan
dosis 65 mg/kg pada tikus, hamster 81 mg/kg, pengaruh berbeda terhadap produksi NH3 dan
unggas 85 mg/kg, burung puyuh 279 mg/kg produksi protein total.
dan babi ≥ 800 mg/kg mampu menyebabkan
kematian pada 50% hewan percobaan.
METODE
Kandungan alkaloid jenis Pyrrolizidine di
dalam Crotalaria juncea sebesar 75,44 –
Materi Penelitian
84,05 mg/kg (Prayitno et al., 2013).
Materi yang digunakan adalah bahan
Konsentrat adalah pakan ternak yang
pakan yang meliputi pollard, bungkil kelapa
berasal dari biji-bijian atau hasil samping
sawit, bungkil kelapa, bungkil kedelai,
dari pengolahan produk pengolahan misalnya
onggok, tetes, dedak padi dan legum yang
bungkil kacang, bungkil kedelai, bungkil
terdiri dari Crotalaria juncea (CJ), Crotalaria
kelapa dan dedak padi (Darmono, 1993).
usaramoensi (CU), dan Tephrosia (kacang
Menurut Blakely dan Bade (1994), campuran
babi), cairan rumen kambing sebagai
konsentrat dari bahan-bahan pakan sumber
supernatan, larutan McDougall, asam borat,
protein dan sumber energi kandungan
indikator metil merah dan brom kresol hijau,
proteinnya bervariasi antara 12 dan 18 %, yang
Na2CO3 jenuh, vaselin, H2SO4 0.0055 N,
paling umum dipakai 14 sampai 16 % berdasar
larutan TCA 20% dan SSA 2%, asam sulfat
bahan kering. Oleh karena itu pemanfaatan

Pengaruh Suplementasi Sumber Protein … (Prayitno et al.) 117


Vol. 20 (2): 116-123

Tabel 1. Hasil uji kualitas konsentrat bersuplemen protein hijauan leguminosa secara In Vitro
Perlakuan
Parameter
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7
NH3 (mM) 8,29a 8,12ab 7,53c 8,00ab 7,72bc 7,74b 8,34a
Protein Total
187,01b 213,21a 126,43c 169,13b 134,24c 137,18c 225,80a
(mg/g)
Keterangan: superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05).

0,3N, NaOH 33%, katalisator selen dan kupri untuk menguji pengaruh perlakuan, dan
sulfat serta indikator campuran (MR + MB). dilanjutkan dengan uji wilayah ganda Duncan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini untuk menguji perbedaan antar perlakuan.
adalah blender, tabung reaksi, pipet, tabung
fermentor, sentrifuse, termos, eksikator, HASIL DAN PEMBAHASAN
timbangan analitis, tabung suling khusus
beserta labu destilasi, pendingin Leibig, Hasil penelitian konsentrat bersuplemen
gelas beker, erlenmeyer, buret, oven, tanur protein hijauan leguminosa ditinjau dari
listrik, inkubator, tutup fermentor, cawan produksi NH3 dan protein total secara in vitro
conwey, peralatan titrasi, pipet ukur 1 ml dan dapat dilihat pada Tabel 1.
waterbath.
Produksi Amonia (NH3)
Metode Penelitian
Hasil penelitian tentang konsentrat
Penelitian menggunakan rancangan bersuplemen protein hijauan leguminosa
acak lengkap dengan 7 perlakuan dan 3 secara in vitro tehadap produksi amonia
ulangan. Perlakuan yang diterapkan yaitu: disajikan pada Tabel 1. Hasil analisis ragam
T1 = konsentrat mengandung 6% Crotalaria menunjukkan adanya perbedaan (P<0,05)
usaramoensi antar perlakuan pada produksi NH3.
T2 = konsentrat mengandung 6% Crotalaria Rata-rata produksi NH3 dari konsentrat
juncea bersuplemen protein hijauan leguminosa pada
T3 = konsentrat mengandung 6% kacang babi, perlakuan T1; T2; T3; T4; T5; T6; dan T7
T4 = konsentrat mengandung 3 % Crotalaria berturut-turut sebanyak 8,29; 8,12; 7,53; 8,00;
usaramoensi + 3% Crotalaria juncea 7,72; 7,74; dan 8,34 mM. Berdasarkan uji
T5 = konsentrat mengandung 3% Crotalaria wilayah Duncan ditunjukkan bahwa perlakuan
usaramoensi + 3% kacang babi, T1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan T2,
T6 = konsentrat mengandung 3% Crotalaria T4 dan T7, namun berbeda nyata (P < 0,05)
juncea + 3% kacang babi, dengan perlakuan T3, T5, dan T6.
T7 = konsentrat mengandung 2% Crotalaria
usaramoensi + 2% Crotalaria juncea + Tingkat degradabilitas protein
2% kacang babi pakan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi produksi NH3. Kondisi
Paramater yang diamati adalah produksi tersebut nampak pada perlakuan T1, T2, T4,
NH3 dan protein total. Penelitian dilakukan dan T7 yang produksi NH3 tidak berbeda
dalam 2 tahapan uji, Pertama adalah menguji nyata, hal ini dikarenakan jumlah total asupan
kecernaan dan fermentabilitas masing– protein terutama dari leguminosa di atas
masing leguminosa sebagai data pendukung 10,46% dari total protein yang terkandung
dalam pembuatan konsentrat. Kedua adalah dalam konsentrat (Tabel 2). Jenis dan
menguji fermentabilitas konsentrat secara in jumlah leguminosa dalam konsentrat akan
vitro dengan mengukur NH3 dan protein total. mempengaruhi tingkat degradasi protein,
Data yang diperoleh diolah secara statistik sehingga faktor yang mempengaruhi produksi
menggunakan analisis ragam (uji ANOVA) NH3 kemungkinan adalah kelarutan atau

118 Pengaruh Suplementasi Sumber Protein … (Prayitno et al.)


Vol. 20 (2): 116-123

Tabel 2. Presentase jumlah asupan protein masing–masing leguminosa pada perlakuan (%).
Leguminosa T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7
Crotalaria juncea - 12,05 - 5,90 - 6,09 4,01
Crotalaria usaramoensi 13,28 - - 6,33 6,51 - 4,31
Kacang babi - - 6,68 - 3,23 3,25 2,14
Jumlah 13,28 12,05 6,68 12,23 9,74 9,34 10,46

Tabel 3. Rata-rata Kecernaan Bahan Kering (KcBK), Kecernaan Bahan Organik (KcBO), Produksi
NH3, Produksi VFA, pada masing-masing leguminosa.
Perlakuan
Parameter
Crotalaria usaramoensi Crotalaria juncea Kacang babi
KcBK (%) 88,20b 92,56a 80,14c
KcBO (%) 89,11a 91,22a 79,03b
NH3 (mM) 1,32b 1,68ab 2,49a
VFA (mM) 111,87a 131,87a 125,77a

degradabilitas protein dari masing-masing tahan terhadap degradasi mikrobia rumen.


bahan pakan penyusun konsentrat, terutama Didukung oleh pernyataan subrata et al.
leguminosa. Leguminosa sebagai sumber (2005) bahwa penurunan produksi NH3
protein konsentrat memiliki keistimewaan disebabkan oleh bahan pakan yang diproteksi
yaitu memiliki tingkat kecernaan bahan sehingga terjadi peningkatan pasokan protein
organik yang tinggi di atas 80,14% (Tabel 3). (asam amino) ke dalam intestinum dan kepada
Hal tersebut akan mempengaruhi produksi ternak inang.
NH3, Sesuai pendapat pendapat Widiyanto Faktor–faktor yang mempengaruhi
(1996) yang menyatakan bahwa degradabilitas produksi NH3 adalah kadar protein pakan,
protein pakan juga tercermin dari kecernaan kelarutan / degradabilitas protein, dan sumber
bahan organik karena protein merupakan dan proporsi karbohidrat terlarut (Ranjhan,
komponen bahan organik. Pendapat 1980). Ditambahkan oleh Cahyani, R.D et al.
tersebut diperkuat oleh Suparjo (1999) yang (2012) bahwa tinggi rendahnya konsentrasi
menyatakan bahwa kecernaan bahan organik NH3 dipengaruhi oleh jumlah degradasi
lebih tinggi di dalam rumen memberikan protein kasar (PK) dalam rumen. Konsentrasi
kontribusi N-NH3 untuk mikroba yang lebih NH3 meningkat jika tingkat degradasi PK
tinggi. Jenis dan jumlah leguminosa dalam dalam rumen tinggi, namun jika tingkat
konsentrat akan mempengaruhi tingkat degradasi PK dalam rumen rendah maka
degradasi protein. konsentrasi NH3 yang dihasilkan juga rendah.
Penambahan leguminosa jenis Mikroba dapat bekerja dengan optimal untuk
Tephrosia ≥ 3% (T3, T5, T6) menyebabkan merombak asam amino yamg selanjutnya
produksi NH3 dibawah 8,00 mM, hal itu digunakan untuk menyusun protein tubuhnya.
dikarenakan sifat dari leguminosa yang Suasana pH rumen yang asam (pH rendah)
memiliki serat kasar tinggi (26,58%) sehingga dapat menyebabkan menurunnya aktivitas
mikrobia rumen sulit merombak bahan mikroba dalam rumen (Mahesti, 2009).
organik yang terkandung dalam leguminosa. Keseluruhan produksi amonia dalam
Hal tersebut didukung oleh pendapat Owen penelitian ini sebesar 7,72 hingga 8,34
dan Bergen (1983) dalam Baldwin and Allison mM sudah cukup untuk mendukung proses
(1983) bahwa faktor yang mempengaruhi biosintesis protein mikrobia. Hal ini sesuai
produksi NH3 adalah tingkat degradabilitas dengan pendapat Sutardi (1994) dalam
protein bahan pakan pakan dan protein yang

Pengaruh Suplementasi Sumber Protein … (Prayitno et al.) 119


Vol. 20 (2): 116-123

Tabel 4. Rata-rata Kecernaan Bahan Kering (KcBK), Kecernaan Bahan Organik (KcBO) dari
konsentrat bersumber protein hijauan leguminosa
Perlakuan
Parameter
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7
KcBK (%) 55,88 55,42 50,59 49,07 48,86 43,41 42,39
KcBO (%) 56,42 55,32 49,88 48,94 47,40 44,44 42,33
VFA (Mm) 135,00 133,33 121,33 128,33 126,67 125,00 146,67

Muhtarudin dan Liman (2006), bahwa sintesis yang terkandung. Sesuai pendapat Sumarno
protein mikrobia rumen akan maksimal et al. (2002) bahwa senyawa asam amino
bila didukung konsentrasi amonia 4 hingga lain seperti alkaloid mampu mempengaruhi
12 mM. Ditambahkan oleh Arora (1995) informasi mengenai kandungan protein yang
bahwa produksi NH3 selain ditentukan oleh diperoleh. Didukung oleh Retno Ningrum
kandungan protein kasar juga dipengaruhi et al. (2016) bahwa senyawa alkaloid
oleh degradabilitas protein kasar. Hasil mempunyai kemampuan untuk menghambat
penelitian Putra (2006) menunjukkan sintesis protein. Pyrrolizidine merupakan
bahwa meningkatnya produksi NH3 seiring senyawa turunan dari alkaloid (Prayitno et al.,
dengan meningkatnya jumlah populasi 2013)
mikrobia dalam rumen dikarenakan tingkat Berdasarkan uji wilayah Duncan
degradabilitas daun waru yang tinggi. Hasil menunjukkan bahwa perlakuan T7 tidak
penelitian ini lebih besar dari hasil penelitian berbeda nyata dengan T2, namun berbeda
Aswandi et al. (2012) bahwa bahan pakan nyata (P<0,05) dengan T1, T4, T5, T6, dan
yang mempunyai kandungan protein kasar T3. Perlakuan T1 tidak berbeda nyata dengan
(PK) sebesar 10,56% maka akan menghasilkan T4 tetapi berbeda nyata dengan T5, T6, dan
kadar amonia (NH3) sebesar 3,60 – 3,73 mM. T3. Perlakuan T1 tidak berbeda nyata dengan
Hal tersebut mengindikasikan bahwa hasil T4 disebabkan oleh kandungan serat kasarnya
kadar aonia di tentukan oleh besar kecilnya antar kedua perlakuan tidak berbeda jauh
kandungan protein kasar pada bahan pakan. (24,39 dan 24,41). Lignin merupakan salah
Produksi Protein Total satu bagian dari serat kasar, sehingga semakin
Hasil penelitian tentang konsentrat tingginya serat kasar juga dapat mempengaruhi
bersuplemen protein hijauan leguminosa penyerapan protein. Sesuai pernyataan
secara in vitro terhadap produksi protein Makkar (2003) bahwa tannin merupakan
total dapat disajikan pada Tabel 1. Hasil senyawa polyphenolic yang mampu mengikat
perhitungan analisis ragam menunjukan protein dan membentuk senyawa komplek.
adanya perbedaan (P<0,05) antar perlakuan Ditambahkan oleh Yulistiani et al. (2011)
pada produksi protein total. bahwa tanin mempunyai kemampuan untuk
mengikat protein pada pH netral sehingga
Rata-rata produksi protein total dari
mampu meningkatkan protein lolos degradasi
konsentrat bersuplemen protein hijauan
rumen, namun jika kondisi pH asam dan basa
leguminosa pada perlakuan T1; T2; T3;
tanin tidak mampu mengikat protein sehingga
T4; T5; T6; dan T7 masing-masing sebagai
pada abomasum dan usus kecil protein dapat
berikut 187,01; 213,21; 126,43; 169,13;
di cerna.
134,24; 137,18; dan 225,80 mg/%. Protein
total merupakan penjumlahan protein pakan Gambaran secara umum produksi
yang tahan degradasi dari rumen dan protein NH3 dengan produksi protein total berjalan
mikrobia itu sendiri. Produksi protein total selaras, namun pada T1 terdapat perbedaan
tertinggi pada perlakuan T7 dan terendah pada antara produksi protein total dengan produksi
perlakuan T3, hal ini terkait oleh antinutrisi NH3. Hal ini dikarenakan produksi NH3

120 Pengaruh Suplementasi Sumber Protein … (Prayitno et al.)


Vol. 20 (2): 116-123

kurang diimbangi oleh produksi VFA total DAFTAR PUSTAKA


(Tabel 4) untuk sintesis protein mikrobia,
sehingga protein mikrobia yang dihasilkan Anggorodi, R. 1998. Ilmu Makanan Ternak
diduga belum optimal untuk meningkatkan Umum. Gramedia, Jakarta.
produksi protein total. Prasetiyono (2008) Arora, S. P. 1995. Pencernaan Mikroba pada
bahwa pasokan mikrobia dan protein lolos Ruminansia. Gadjah Mada University
degradasi merupakan salah satu faktor yang Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan
mempengaruhi jumlah protein total yang oleh Retno Murwani).
terserap di usus halus. Ada beberapa faktor
Aswandi, C. I. Sutrisno, M. Arifin, dan A.
yang menyebabkan belum optimalnya
Joelal. 2012. Efek complete feed
sintesis protein mikrobia sehingga belum
bonggol berbagai varietas tanaman
dapat meningkatkan produksi protein total.
pisang terhadap pH, NH3 dan VFA
Kondisi idealnya adalah sumber energi
pada kambing kacang. (Effect of
tersebut dapat difermentasi sama cepatnya
complete feed containing starch tubers
dengan pembentukan NH3, sehingga bila
of different varieties of banana plants
NH3 terbentuk pada saat itu pula produk
on pH, NH3 and VFA of kacang goat)
fermentasi asal karbohidrat yang akan
.Agricultural Counselling College of
berfungsi sebagai sumber energi dan sumber
Manokwari, Doctoral Program Animal
karbon. Ditambahkan oleh Widyobroto et
Sciences, University of Diponegoro.
al. (1992) dalam Nuswantara et al. (2006),
JITP. 2(2)
tidak serempaknya sumber karbohidrat
terfermentasi yang tersedia dengan sumber Baldwin, R. L. and M. J. Allison. 1983.
protein sehingga belum terbentuk kondisi Rumen Metabolism. Journal Animal
yang ideal bagi mikrobia dalam proses Science 57: 461-477
sintesis protein tubuhnya. Sutardi (1977) Blakely, J. dan D.H. Bade. 1994. Ilmu
bahwa cara untuk memperkecil degradasi Peternakan. Gadjah Mada University
protein dalam rumen adalah watering Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan
(mempercepat laju pergerakan protein dalam oleh B. Sri gandono)
rumen); salting (ternak akan haus sehinga Cahyani, R.D., L.K. Nuswantara dan A.
banyak minum dan sebagian protein terbawa Subrata. 2012. Pengaruh Proteksi
dari rumen); penambahan bahan kimia (tannin Protein Tepung Kedelai dengan Tanin
dan formaldehid); dan cooking (protein Daun Bakau Terhadap Kosentrasi
menggumpal sehingga daya larutnya turun). Amonia, Undegraded Protein dan
Protein Total Secara In Vitro. Animal
KESIMPULAN Agriculture Journal. 1(1): 159-166
Darmono. 1993. Tata Laksana Usaha
Berdasarkan hasil penelitian dapat Sapi Kereman. Yayasan Kanisius,
disimpulkan bahwa konsentrat dengan Yogyakarta.
suplemen leguminosa jenis Crotalaria Fu, P.P., Q. Xia, G. Lin and M.W. Chou. 2004.
mampu meningkatkan produksi NH3 dan Pyrrolizidine alkaloid-Genotoxicity,
produksi protein total. Sedangkan konsentrat metebolism enzymes, metabolic
dengan suplemen leguminosa jenis Tephrosia activation and mechanisms. Drug
di atas 3% akan menurunkan produksi NH3 metabolism reviews, New York. 36 (1):
dan protein total. 1-55
Disarankan perlu untuk menganalisis Hidayat Tanuwiria, U., Budi Ayuningsih,
tentang batas maksimal penambahan dan Mansyur. 2005. Fermentanilitas
Crotalaria sebagai suplemen protein dalam dan Kecernaan Ransum Lengkap Sapi
konsentrat.

Pengaruh Suplementasi Sumber Protein … (Prayitno et al.) 121


Vol. 20 (2): 116-123

Perah Berbasis Jerami Padi dan pucuk Rhizopus oryzae dan R. Oligosporus.
Tebu Teramoniasi (In Vitro). Jurnal BIODIVERSITAS. 8(2): 223-227
Ilmu Ternak. 5(2): 64-69 Putra, S. 2006. Pengaruh suplementasi
Mahesti, G, 2009. Pemanfaatan Protein gensia defaunasi dan waktu inkubasi
pada Domba Lokal Jantan dengan terhadap bahan kering, bahan organik
Bobot Badan dan Aras Pemberian terdegradasi, dan produks fermeentasi
Pakan yang Berbeda. Program Studi secara in vitro.  Jurnal Produksi Ternak
(Animal Production) 8: 121-130.
Magister Ilmu Ternak Program
Pasca Sarjana Fakultas Peternakan Ranjhan, S. K. 1980. Animal Nutrition in
Tropics. 2nd Ed. Vikas Publishing House
Universitas Diponegoro, Semarang Pvt Ltd., New Delhi.
Makkar, H. P. S. 2003. Effect and fate Retno Ningrum, Elly P, dan Sukarsono. 2016.
of tannins in ruminant animals, Identifikasi Senyawa Alkaloid dari
adaptation to tannins, and strategies Batang Karamunting (Rhodomyrtus
to overcome detrimental effect of tomentosa) sebagai Bahan Ajar Biologi
feeding tannin-rich feeds. Small untuk SMA Kelas X. Jurnal Pendidikan
Ruminant Research 49:241-256 Biologi Indonesia. 2(3): 231-236
Muhtarudin dan Liman. 2006. Penentuan Subrata, A., A. Agus dan L.M. Yusiati. 2005.
tingkat penggunaan mineral organik Pemanfaatan tanin ampas teh terhadap
untuk memperbaiki bioproses rumen efek defaunasi, parameter fermentasi
pada kambing secara in vitro.Jurnal rumen dan sintesis protein mikroba
Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia 8: 132- secara in vitro. Agrosains. 18 (4) : 473-
140 487.
Nuswantara, L. K., M. Soejono, R. Utomo, Sumarno, Sri N, Narsito dan Iip Izul Falah.
B. P. Widyobroto dan H. Hartadi. 2006. 2002. Estimasi Kadar Protein dalam
Parameter fermentasi rumen pada Bahan Pangan melalui Analisis
sapi peranakan frisian holstein yang Nitrogen Total dan Analisis Asam
diberi pakan basal jerami padi dengan Amino. Majalah Farmasi Indonesia.
supplementasi sumber nitrogen dan 13(1): 34-43
energi berbeda. J. Indon. Anim. Agric Sunarso. 1984. Mutu Protein Limbah Agro
31 (4): 268-275. Industri Ditinjau dari Perombakannya
Prasetiyono, B.W.H.E. 2008. Rekayasa oleh Mikroorganisme Rumen dan
Suplemen Protein pada Ransum Sapi Potensinya dalam Menyediakan Protein
Pedaging Berbasis Jerami dan Dedak bagi Pencernaan Pasca Rumen. Fakultas
Padi. Program Pasca Sarjana Institut Pasca Sarjana Institut Pertanian, Bogor.
Pertanian Bogor, Bogor. (Disertasi (Tesis).
Doktor Peternakan). Suparjo. 1999. Studi tentang peran intestine
Prayitno, R.S., Sumarsono and S. Anwar. digestible protein pakan dalam
2013. Effect of row spacing and menunjang pembentukan protein
cutting interval on product forages and mikroba rumen dan pertumbuhan sapi
antinutrition of Orok-orok (Crotalaria peranakan ongole. J. Ilmiah Ilmu-Ilmu
juncea). International journal of science Peternakan. 4 (2) : 18 – 28.
and technology. 2(8): 595-598 Sutardi, T. 1977. Ikhtisar Ruminologi.
Purwoko, T dan Noor Soesanti H. 2007. Bahan Penataran Kursus Peternakan
Kandungan Protein Kecap manis Tanpa Sapi Perah. Kayu Ambon, Lembang.
Fermentasi Moromi Hasil Fermentasi Departemen Ilmu Makanan Ternak,
Fakultas Peternakan IPB, Bogor.

122 Pengaruh Suplementasi Sumber Protein … (Prayitno et al.)


Vol. 20 (2): 116-123

Widiyanto. 1996. Teknologi amofer untuk Muhammadiyah. Malang.


meningkatkan daya guna limbah Yulistiani, D., J.W. Mathius dan W. Puastuti.
berserat sebagai pakan ternak 2011. Bungkil kedelai terproteksi tanin
ruminansia. J. Pengembangan cairan batang pisang dalam pakan
Peternakan Tropis : 7-13. domba sedang tumbuh. JITV. 16 (4) :
Widodo, W. 2005. Tanaman Beracun dalam 33-40.
Kehidupan Ternak, Penerbit Universitas

Pengaruh Suplementasi Sumber Protein … (Prayitno et al.) 123

Anda mungkin juga menyukai