Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN PANTI WERDHA

HARAPAN IBU NGALIYAN


SEMARANG

MATA KULIAH HOLISTIK 1


Dosen pembimbing:
Sarah Uliya, S.Kep., M.Kes

Disusun oleh:

Unggul Wasis Wicaksana


NIM : 22020118183027

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menua adalah suatu proses alamiah yang dialami oleh setiap
manusia dimana dalam tahapan ini mengalami penurunan kemampuan
fungsi organ tubuh maupun fungsi kognitifnya. Aspek –aspek yang
mengalami perubahan antara lain fungsi biologis, fungsi psikologis, sosial
dan ekonomi. Proses menua ini bukanlah suatu penyakit melainkan suatu
tahapan tumbuh kembang pada manusia. Menurut World health
organisation (WHO), lansia dikategorikan sebagai seseorang yang
memiliki usia lebih dari 60 tahun dimana dalam kondisi ini secara fisiologis
tubuh manusia mengalami penurunan fungsi dan akan diperberat dengan
penyakit fisik penyerta. Umur panjang tentu menjadi dambaan setiap orang
dan menjadi indikator keberhasilan suatu negara dalam bidang kesehatan
dan kesejahteraan bila usia harapan hidupnya tinggi namun hal ini
berdampak pula pada tinggi angka lansia pada suatu negara.
Gambaran perbandingan jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia
yang berusia lebih dari 65 tahun ke atas selalu terjadi peningkatan dari 5 %
di tahun 1980 menjadi 7% ditahun 2000. Terjadinya peningkatan jumlah
penduduk lanjut usia ini yang tidak diikuti dengan tingkat pendidikan yang
baik dan menurunnya derajat kesehatan, mengakibatkan perubahan pola
hidup yang dialami oleh lansia yang semula mandiri menjadi lebih
bergantung pada keluarga, masyarakat dan negara (Hardywinoto, 2005)
Bentuk ketergantungan dari lansia ini memiliki implikasi bahwa
lansia harus tinggal satu rumah dengan anak atau keluarganya. Masa ini
adalah dambaan bagi lansia untuk bersama dengan keluarga sesuai dengan
sistem kekeluargaan yang mayoritas di anut di Indonesia bahwa dalam satu
keluarga tiga generasi didalamnya dan kedudukan lansia adalah sebagai
tetua atau yang dimuliakan. Kondisi ini adalah situasi ideal bagi seorang
lansia, namun tidak semua lansia mengalami kondisi tersebut. Beberapa
hambatan yang menjadi penyebab lansia tidak tinggal serumah dengan
anak atau kelurganya antara lain karena keengganan anak dalam merawat
orang tua, ketiadaan anggota keluarga karena tidak menikah atau keinginan
pribadi agar tidak merepotkan keluarga.
Ny. Jumiati usia 71 tahun tidak memiliki keluarga inti karena tidak
menikah dan sulit mencari kerabat dekatnya. Alasan inilah yang mendasari
ny. Jumiati tinggal di panti werdha selama 2 tahun terakhir

B. Tujuan
1. Menguraikan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan
2. Mengetahui kehidupan lansia di panti dan kondisi kesehatannya
3. Mengetahui hal-hal positif dan hal-hal yang dianggap kurang baik yang
dilakukan lansia selama berada di panti

C. Manfaat
1. Menjadi sumber informasi bagi para pembaca
2. Menambah pengalaman dalam menyusun karya ilmiah bagi penulis

D. Waktu dan Tempat Kegiatan


Kegiatan dilakukan di Panti Werdha Harapan Ibu Ngaliyan
Semarang, pada tanggal 16 November 2018, pukul 08.00 WIB.

E. Metode yang Digunakan


Observasi dan wawancara

F. Alat yang Digunakan


1. Perekam suara
2. Kertas
3. Pulpen
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Lansia
Lanjut usia (Lansia) merupakan seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih (KEMENKES RI, 2015). Lansia merupakan tahap kehidupan
yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh dalam beradaptasi
dengan lingkungan (Effendi dan Mahfudli, 2009). Lansia memiliki tugas
kehidupan yang berbeda dengan usia lainnya. Tugas kehidupan pada lansia
antara lain menyesuaikan penurunan kekuatan fisik dan keadaan,
menyesuaikan terhadap masa pensiun, menerima diri sendiri sebagai
individu lansia, mempertahankan kepuasan pengaturan hidup,
menyesuaikan dengan kematian pasangan maupun keluarga dekat, dan
menemukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup (Potter dan Perry,
2005).
B. Batasan Umur Lansia
Batasan umur lansia menurut WHO adalah sebagai berikut (Efendi
& Makhfudli, 2009) :
a. Usia pertengahan (Mid age) (usia 45 – 59 tahun)
b. Lanjut usia (Elderly) (usia 60 – 74 tahun)
c. Lanjut usia tua (Old) (usia 75 – 90 tahun)
d. Usia sangat tua (Very Old) (usia > 90 tahun)

C. Karakteristik Lansia
a. Berusia lebih dari 60 tahun yang sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU
No.12 tentang kesehatan.
b. Kebutuhan hidup dan masalah yang muncul bervariasi dari rentang
sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial hingga spiritual,
serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi
Terdapat beberapa perubahan psikologis yang dialami oleh lansia
antara lain sebagai berikut :
1) Kenangan (memori) :
Kenangan jangka panjang : berjam-jam atau berhari-hari yang
lalu mencakup beberapa perubahan. Kenangan jangka pendek atau
seketika : 0-10 menit atau kenangan buruk
2) Inteligenta Quantion (IQ) :
Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan.
Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor,
terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan
dari faktor waktu.
3) Kualitas hidup
Secara umum kualitas hidup mencakup semua area kehidupan :
komponen material dan lingkungan, komponen fisik, mental, dan
sosial. Konsep kualitas hidup selalu dikaitkan dengan kesehatan fisik,
kemandirian dan kemamuan fungsional, penerimaan diri, optimism,
pencapaian tujuan hidup.
4) Depresi
Merupakan masalah mental yang sering terjadi dan jarang
terdeteksi karena sering dianggap sebagai efek dari proses menua.atau
penyakit kronis.

Pola aktivitas dan latihan akan menurun setelah umur 40 tahun,


sehingga saat lansia kemampuan akan turun antara 30 – 50%. Olah
raga pada lanjut usia perlu memperhatikan beberapa aspek antara lain
latihan yang ringan tidak terlalu mengandalkan kekuatan fisik, bersifat
aerobik dan tidak kompettitif atau bertanding sebagai contoh antara
lain berjalan-jalan, bersepeda, berenang, melakukan pekerjaan rumah
dan senam (Maryam dkk, 2008).
BAB III
PEMBAHASAN

A. Profil Panti

Nama : Panti Werdha Harapan Ibu Semarang


Berdiri : 1996
Alamat : Jl. Beringin, RT. 001/07, Ngaliyan, Semarang
Daya tampung : 50 orang
Jumlah penghuni : 35 orang (1 orang laki-laki dan 34 orang perempuan)
Jenis kegiatan : 1.Senam lansia dan kerajinan tangan
2. Pengajian Agama Islam (Kamis)
3. Ibadah untuk Agama Kristen dan Katholik
Pendanaan : 1. Kementrian Sosial Pusat
2. Yayasan Dharmais

B. Identitas Lansia
Nama : ny. Juminah
Asal : Semarang
TTl/umur : 1 Januari 1947
Jenis kelamin : Perempuan
Tgl masuk : 26 Maret 2015

1. Perkembangan Fisik
Ny. Juminah memiliki tinggi badan 155 cm dan berat badan 55 kg
jadi bila di hitung IMT nya adalah 22, 9 dan dalam kategori normal.
Tampilan rambut beliau semuanya telah beruban dan kulit keriput karena
memang faktor usia. Keluhan kesehatan yang paling utama untuk saat ini
adalah keluhan rasa nyeri pada kaki kiri setelah terjatuh di dapur. Skala
nyeri saat dilakukan pengkajian adalah 4 (empat). Nyeri akan diperberat
bila pasien melakukan akitifitas oleh karena itu pasien lebih sering
tiduran di tempat tidur. Mobilisasi di luar tempat tidur harus memerlukan
bantuan, misal saat mandi beliau harus di bantu dengan menggunakan
kursi roda. Pola eliminasi urin tiap hari sebanyak 5-6 kali dan dilakukan
di tempat tidur. Ny. Juminah melakukan latihan fisik dengan senam kaki
yang sudah diajarkan di panti, beliau mampu memperagakannya dengan
baik.

2. Perkembangan Kognitif
Saat dilakukan wawancara beliau mampu untuk mengingat tanggal
lahir, usia, alamat sebelum beliau tinggal di panti mampu di jawab
dengan baik. Beliau mampu menceritakan dengan baik hal-hal yang
telah lama terjadi dan sedikit sulit mengingat kejadian yang baru saja
terjadi, seperti mengingat nama praktikan yang sedang bertugas, hal apa
saja yang dilakukan kemarin sore oleh karena itu sesuai dengan tahap
perkembangannya beliau lebih kuat pada memori jangka panjang
daripada memori jangka pendek.\

3. Perkembangan Psikologis dan Sosial


Ibu Juminah adalah seorang nenek yang terbuka, ramah dan
mudah bercerita kepada orang lain. Pribadinya yang terbuka mampu
mengungkapkan semua isi hatinya tentang suka dukanya tinggal di panti.
Beliau hanya mampu menyelesaikan pendidikan sekolah dasar karena
ketiadaan biaya. Pertama kali beliau dibawa ke panti oleh Ketua RT
setempat karena tidak memiliki sanak saudara dan tempat tinggal. Beliau
telah ditinggal mati oleh saudaranya dan semasa hidup tidak pernah
menikah. Rasa syukur sering terucap dari beliau walaupun tinggal di
panti, karena bila tinggal di panti tidak merepotkan orang lain dan ada
tempat untuk tidur.
Komunikasi sosial beliau sangat bagus, mampu berinteraksi
dengan baik kepada tamu, mahasiswa praktik maupun teman dalam
panti. Beliau mampu menghafal nama teman - temannya dan mahasiswa
yang pernah praktik di panti tersebut. Beliau tampak terbuka dalam
menceritakan pengalaman hidupnya dan tampak sesekali ingin menangis
bila bercerita tentang masa lalunya. Beliau juga mengatakan memelihara
kucing di panti untuk menghilangkan kesedihan walaupun itu dilakukan
dengan sembunyi - sembunyi. Setiap kali makan beliau selalu
menyisihkan makanannya untuk kucing kesayangannya yang di taruh di
bawah tempat tidur.

4. Perkembangan Spiritual
Beliau adalah seorang muslin yang menjalankan keyakinnya
yaiut sholat walaupun beliau mengakui tidak begitu rajin dalam
menjalankannya. Beliau percaya semua ini adalah kehendal Allah SWT
dan hadus dijalani dengan ikhlas. Harapan beliau adalah meninggal
dengan tenang.

C. Refleksi diri
Pelajaran hidup yang mampu di ambil dari ny. Juminah adalah
tetap sabar dalam menghadapi kehidupan sesulit apapun itu. Setiap orang
memiliki pandangan yang berbeda tentang arti dari nilai keluarga dan
pasangan hidup. Identifikasi yang tepat mengenai hal tersebut mampu
memberikan asuhan keperawatan yang profesional, tanpa melukai hati
dari klien dan menumbuhkan rasa saling percaya.

D. Teori Pendukung
Teori keperawatan dari Jean Watson yang menitikberatkan pada
aspek psikososial dengan 10 caratif faktor nya bisa diaplikasian pada
asuhan keperawatan pada lansia yang cenderung mengalami masalah
psikologis. Seorang perawat harus memiliki rasa peduli kepada kliennya.
Sikap caring yang ditunjukkan kepada klien merupakan ruh atau inti
dalam proses keperawatan.
E. Rencana pengembangan diri
Untuk dapat menjadi seorang perawat profesional diperlukan
adanya rencana pengembangan diri, antara lain:
1. Mempunyai dedikasi yang tinggi dalam merawat pasien
2. Melakukan komunikasi terapeutik kepada pasien
3. Mengembangkan self reflection dan self awareness
4. Mengutamakan kepentingan pasien dari kepentingan diri sendiri
5. Memberikan asuhan keperawatan sesuai prosedur
6. Bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya secara optimal
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Ferry., dan Makhfudzi. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas :


Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Potter, Patricia., dan Perry, Anne G. (2005). Buku Ajar Fundamental


Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik edisi 4. Jakarta : EGC.

Maryam, Siti. Ekasari, Mia Fatma. Rosidawati,dkk. 2008. Mengenal usia lanjut
dan perawatannya. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai