2. Kebutuhan Protein
Kebutuhan protein pada pasien gagal ginjal sangat bergantung pada jenis gagal
ginjal yang dialami oleh pasien dan jenis dialisis yang dilakukan oleh pasien. Pada
pasien dewasa dengan gagal ginjal kronis yang tidak menerima dialisis, maka konsumsi
nitrogen per kilogram bahan makanan adalah 0,6 gram apabila kebutuhan kalori
terpenuhi dan protein yang dikonsumsi harus berasal dari protein dengan nilai biologis
yang tinggi. Penurunan asupan protein dapat mereduksi sindrom uremik dan
menghambat dialisis pada pasien dengan gagal ginjal kronis yang stabil. Akan tetapi,
penurunan asupan protein ini tidak diharapkan karena dapat menimbulkan malnutrisi
atau intake kalori yang tidak adekuat.
Kebutuhan protein pada pasien dengan gagal ginjal akut adalah sekitar 0,6- 0,8
gram per kilogram berat badan tubuh apabila fungsi ginjal sudah menurun dan tidak
mengalami dialisis. Sedangkan apabila fungsi ginjal sudah membaik dan terdapat
perlakuan dialisis maka lebutuhan protein adalah 1,2-1,3 gram per kilogram berat
badan.
Pada pasien dengan hemodialisis, maka lebutuhan kalori sebesar 1,2 gram per
kilogram berat badan per hari untuk pasien dengan dialisis yang stabil dan sebesar
1,2-1,3 gram untuk pasien dengan heodialisis peritoneal yang stabil. Pasien dengan
malnutrisi, acute catabolic illness atau luka postoperatif sebaiknya mendapat protein
lebih dari 1,3 gram per kilogram berat badan per hari. Sebuah studi menunjukkan
konsumsi protein sebesar 2-2,5 gram per kilogram berat badan per hari dapat
memperbaiki keseimbangan Nitrogen pada pasien dengan gagal ginjal akut. Akan
tetapi, konsumsi protein diatas 1,5-1,6 gram per hari per kilogram berat badan akan
meningkatkan frekuensi dari dialisis.
3. Kebutuhan Vitamin
Pasien dengan gagal ginjal sangat riskan untuk defisiensi beberapa
mikronutient. Pasien dengan dialisis dapat kehilangan vitamin larut air seperti
thiamine, asam folate, pyridoxine dan asam askorbat (vitamin C). Akan tetapi, pasien
dengan gagal ginjal akan menyebabkan turunnya ekskresi vitamin A dan menyebabkan
hypervitaminosis A. Sehingga konsumsi vitamin A perlu mendapat perhatian. Vitamin
E sangat dibutuhkan sebagai antioxidant sehingga mencegah asidosis pada pasien.
Konsumsi vitamin E sebesar 300-800 IU dapat mencegah oksidasi pada sel. Akan
tetapi, hal ini masih menjadi sesuatu yang controversial.
Vitamin D merupakan vitamin yang mengalami defisiensi karena salah satu
fungsi ginjal adalah untuk aktivasi dari vitamin D. Selain itu, meningkatnya level PTH
(Pituitary Hormon) akan menyebabkan vitamin D menurun. Pasien dengan penurunan
fungsi ginjal kronis (GFR 20-60 mL/min) yang disertai dengan meningkatnya level
PTH harus dilakukan pengecekan vitamin D dalam bentuk 25-Hidroksi kolekalsiferol
atau 25-OH vitamin D. Pasien dengan kadar 25-OH vitamin D <75>
Berikut adalah rekomendasi intake vitamin pada pasien dengan hemodialisis:
Tabel 3. Rekomendasi intake vitamin pasien hemodialisis
Vitamin Rekomendasi
Thiamin 1,1-1,2 mg/hari
Riboflavin 1,1-1,3 mg/hari
Niacin 14-16 mg/hari
Asam pantotenat 5 mg/hari
Piridoksin 10 mg/hari
Sianokobalamin 2,4 mg/hari
Biotin 30 mcg/hari
Asam askorbat 75-90 mg/hari
Asam folat 1 mg/hari
Zink 15 mg/hari
4. Kebutuhan Mineral
a. Kalsium
Kalsium adalah mineral yang sangat penting untuk pembentukan tulang yang kuat.
Namun makanan yang mengandung kadar kalium yang baik biasanya juga
mengandung kadar fosfat yang tinggi. Untuk itu cara terbaik untuk mencegah
hilangnya kalsium adalah dengan membatasi asupan makanan yang mengandung fosfat
yang tinggi. Untuk menjaga keseimbangan kadar kalsium dan fosfat biasanya penderita
diminta mengkonsumsi obat pengikat fosfat (phosphate binder) dan bijaksana dalam
mengkonsumsi makanan.
Pemasukan kalsium sebanyak 1000 mg/hari diperlukan untuk mencegah atau
menunda kemajuan dari osteodistrofi ginjal atau demineralisasi tulang, akibat dari
asidosis kronis dan gangguan metabolisme vitamin D. Karena pemasukan susu
biasanya dibatasi hanya 1 mangkuk sehari untuk mengurangi pemasukan protein dan
fosfat, maka diperlukan suplemen tambahan kalsium. Suplemen kalsium tidak boleh
diberikan bila kadar fosfat serum tidak terkontrol, karena bahaya terjadinya presipitasi
kalsium dalam ginjal.
b. Fosfat
Seperti juga ureum, ginjal yang rusak tidak lagi mampu untuk membuang fosfat
dari darah yang menyebabkan tingginya kadar fosfat dalam darah. Kadar fosfat yang
tinggi dapat menyebabkan tubuh kehilangan kalsium dari tulang. Efeknya adalah
tulang menjadi sangat lemah dan mudah patah. Untuk mengontrol kadar fosfat dalam
darah, penderita seyogyanya mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar fosfat
yang rendah. Fosfat terdapat di sebagian besar makanan namun pada beberapa jenis
makanan berikut ini terkandung kadar fosfat yang tinggi yaitu :
Produk susu seperti susu, keju, pudding, yogurt,dan ice cream
Kacang kacangan, selai kacang
Minuman seperti bir, cola maupun jenis soft drink lainnya
Progresivitas dari insufisiensi ginjal tampak lebih lambat dengan diet yang
mengandung fosfat kurang dari 600 mg/hari. Dengan mengurangi jenis makanan yang
disebutkan diatas cukup untuk membatasi protein yang masuk, dan memungkinkan
tercapainya kadar pemasukan yang diinginkan.
Antasida aluminium hidroksida diberikan secara oral bila diperlukan untuk
mengikat fosfat makanan dan mencegah absorpsinya. Aluminium hidroksida ini dapat
ditambahkan dalam adonan kue supaya dapat lebh mudah diterima oleh pasien. Namun,
kecenderungan saat ini adalah lebih banyak menurunkan kadar fosfat dari makanan dan
minuman daripada penggunaan zat pengikat secara rutin. Penggunaan aluminium
hidroksida yang menahun dapat mengakibatkan keracunan aluminium dengan gejala
ataksia, demensia, dan memperburuk osteodistrofi tulang.
c. Kalium
Kalium merupakan salah satu mineral yang penting bagi tubuh kita terutama untuk
membantu otot dan jantung bekerja dengan baik.Kalium dengan kadar yang cukup
tinggi banyak ditemukan pada sebagian besar makanan seperti :
Beberapa buah dan sayuran : pisang, alpukat, melon, jeruk, kentang
Susu dan Yoghurt
Makanan yang banyak mengandung protein yang tinggi seperti daging sapi, daging
babi,dan ikan.Terlalu banyak kalium atau terlalu sedikit akan berbahaya bagi tubuh.
Tiap penderita gagal ginjal mempunyai kebutuhan kalium yang berbeda – beda, ada
yang membutuhkan banyak kalium, sementara ada juga yang harus membatasi kalium.
Semua itu tergantung dari tingkat kerusakan ginjal dari penderita.
d. Sodium
Penderita gagal ginjal stadium awal disarankan untuk membatasi asupan sodium.
Hal ini disebabkan adanya keterkaitan antara asupan sodium, penyakit ginjal dan
hipertensi. Sodium juga banyak ditemukan pada makanan namun pada beberapa jenis
makanan berikut ini terkandung kadar sodium yang tinggi yaitu :
Garam meja, dan makanan dengan tambahan garam seperti snack
Makanan jenis fast food
Tabel 4. Kebutuhan Rekomendasi pada Pasien Gagal Ginjal
Parameter Kerja Stage 1-4 Stage 5 Stage 5 Transplantasi
nutrisi ginjal GGK hemodialisis peritoneal ginjal
normal
Kalori 30-37 35 (<60> 35 (<60> 35 (<60> 30-35
(kcal/kg/hr) 30-35 (≥60 30-35 (≥60 30-35 (≥60
th) th) th) termasuk
kalori dari
dialysate
Protein 0,8 0,6-0,75 1,2 1,2-1,3 25-30
(g/kg/hr) 50% HBV 50% HBV 50% HBV
Fat (% total 30-35% Harus perhatikan asupan PUFA, MUFA, 1.3-1.5
kcal) 250-300 mg kolesterol/hari Inisial 1.0
untuk
penjagaan
Na (mg/hr) Tidak 2.000 2.000 2.000 Tidak dibatasi
dibatasi
K (mg/hr) Tidak Berdasarkan 2.000-3.000 3.000- Tidak dibatasi
dibatasi nilai lab (8-17 4.000 (8-17
mg/kg/hr) mg/kg/hr)
Ca (mg/hr) Tidak 1200 ≤2000 dari ≤2000 dari 1200
dibatasi diet dan obat diet dan obat
P (mg/hr) Tidak Berdasarkan 800-1000 800-1000 Tidak dibatasi
dibatasi nilai lab sampai
diindikasi
harus dibatasi
Air (mL/hr) Tidak Tidak 1000+Output 1.500-2.000 Tidak dibatasi
dibatasi dibatasi urin sampai
dengan diindikasi
output urin harus dibatasi
normal
E. DIET PADA GAGAL GINJAL
1. TUJUAN DIET
Gagal Ginjal Akut :
1. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan fungsi ginjal.
2. Menurunkan kadar ureum darah.
3. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Memperbaiki dan mempertahankan status gizi optimal dan mempercepat
penyembuhan.
Gagal Ginjal Kronis :
1. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan memperhitungkan
sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja ginjal.
2. Mencegah dan menurunkan kadar ureum yang tinggi.
3. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Mencegah atau mengurangi progresivitas gagal ginjal, dengan memperlambat
penurunan laju filtrasi glomerulus.
Gagal Ginjal dengan Dialisis :
1. Mencegah defisiensi gizi serta mempertahankan dan memperbaiki status gizi,
agar pasien dapat melakukan aktivitas normal.
2. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Menjaga agar akumulasi produk sisa metabolisme tidak berlebihan.
2. SYARAT DIET
Gagal Ginjal Akut :
1. Energi cukup untuk mencegah katabolisme, yaitu 25 – 35 kkal/kg BB.
2. Protein disesuaikan dengan katabolisme protein, yaitu 0,6 – 1,5 g/kgBB. Pada
katabolik ringan kebutuhan protein 0,6 – 1 g/kgBB, katabolik sedang 0,8 – 1,2
g/kgBB, dan katabolik berat 1 – 1,5 g/kgBB.
3. Lemak sedang, yaitu 20 – 30 % dari kebutuhan energi total, atau antara 0,5 – 1,5
g/kgBB. Untuk katabolisme berat dianjurkan 0,8 – 1,5 g/kgBB.
4. Karbohidrat sebanyak sisa kebutuhan energi setelah dikurangi jumlah energi
yang diperoleh dari protein dan lemak. Apabila terdapat hipertrigliseridemia,
batasi penggunaan karbohidrat sederhana atau gula murni.
5. Natrium dan kalium batasi bila ada anuria.
6. Cairan, sebagai pengganti cairan yang keluar melalui muntah, diare, dan urin +
500 ml.
7. Bila kemampuan untuk makan rendah, makanan diberikan dalam bentuk formula
enteral atau parenteral. Bila diperlukan, tambahan suplemen asam folat, vitamin
B6, C, A dan K.
Gagal Ginjal Kronis :
1. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB.
2. Protein rendah, yaitu 0,6 – 1,5 g/kgBB. Sebagian harus bernilai biologik tinggi.
3. Lemak cukup, yaitu 20 – 30 % dari kebutuhan energi total. Diutamakan lemak
tidak jenuh ganda
4. Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi jumlah energi yang
diperoleh dari protein dan lemak.
5. Natrium dibatasi apabila ada hipertensi, edema, asites, oliguria, atau anuria.
Banyaknya natrium yang diberikan antara 1 – 3 g.
6. Kalium dibatasi (40 – 70 mEq) apabila ada hiperkalemia (kalium darah > 5,5
mEq), oliguria, atau anuria.
7. Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah pengeluaran cairan
melalui keringat dan pernafasan (± 500 ml).
8. Vitamin cukup, bila perlu diberikan tambahan suplemen asam folat, vitamin B6,
C, dan D.
Gagal Ginjal dengan Dialisis :
1. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB ideal/hari pada pasien Hemodialisis (HD)
maupun Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD). Pada CAPD
diperhitungkan jumlah energi yang berasal dari cairan dialisis. Bila diperlukan
penurunan berat badan, harus dilakukan secara berangsur (250 – 500 g/minggu)
untuk mengurangi risiko katabolisme massa tubuh tanpa lemak (Lean Body
Mass).
2. Protein tinggi, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen dan mengganti
asam amino yang hilang selama dialisis, yaitu 1 – 1,2 g/kgBB ideal/hari pada
HD dan 1,3 g/kgBB ideal/hari pada CAPD. 50% protein hendaknya bernilai
biologik tinggi.
3. Lemak normal, yaitu 15 – 30 % dari kebutuhan energi total.
4. Karbohidrat cukup, yaitu 55 – 75 % dari kebutuhan energi total.
5. Natrium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar/24 jam, yaitu :
1 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tip ½ liter
urin (HD)
1 – 4 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tiap ½
liter urin (CAPD)
6. Kalium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar/24 jam, yaitu :
2 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tip ½ liter
urin (HD)
3 g + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 g untuk tiap ½ liter
urin (CAPD)
7. Kalsium tinggi, yaitu 1000 mg/hari. Bila perlu diberikan suplemen kalsium.
8. Fosfor dibatasi, yaitu <>
9. Cairan dibatasi, yaitu jumlah urin/24 jam ditambah 500 – 750 ml.
10. Bila kemampuan untuk makan rendah, makanan diberikan dalam bentuk
formula enteral atau parenteral. Bila diperlukan, tambahan suplemen terutama
vitamin larut air seperti asam folat, vitamin B6, dan C.
Tabel 5. Bahan Makanan Sehari Untuk ARF dengan Katabolik Ringan, BBI 60 kg
Bahan Makanan berat (g) urt
beras 150 3 gls tim
telur ayam 50 1 btr
ayam 50 1 ptg sdg
ikan 50 1 ptg sdg
tempe 25 1 ptg sdg
1
tahu 50 /2 bh bsr
1
sayuran 150 1 /2 gls
buuah 300 3 ptg sdg pepaya
minyak 25 21/2 sdm
gula pasir 40 4 sdm
madu 30 3 sdm
susu 200 1 gls
kue RP*) 100 2 porsi
Nilai Gizi
Energi 1801 kkal Besi 17,1 mg
Protein 51 g (11% energi total) Vitamin A 26449 RE
Lemak 58 g (28% energi total) Tiamin 1 mg
Karbohidrat 286 g (61% energi total) Vitamin C 245 mg
Kalsium 623 mg
Pagi Siang/malam
beras 50 g = 1 gls tim nasi 50 g = 1 gls tim
telur ayam 50 g = 1 btr ikan/ayam 50 g = 1 ptg sdg
sayuran 50g = 1/2 gls tim tempe/tahu 25/50 g = 1 ptg sdg
1
minyak 5 g = /2 sdm sayuran 50 g = 1/2 gls
200 g =
susu 1 gls tim sayuran 150 g = 11/2 ptg sdg pepaya
gula pasir 10 g = 1 sdm minyak 150 g = 1 sdm
Pembagian Bahan Makanan Sehari
Pukul 10.00 Pukul 16.00
50 g =
Kue RP 1 porsi kue RP 10 g = 1 porsi
10 g =
gula pasir 1 sdm gula pasir 10 g = 1 sdm
pukul 21.00
Gula pasir 10 g = 1 sdm
Gagal Ginjal Kronis
Ada tiga jenis diet yang diberikan menurut berat badan pasien, yaitu:
1). Diet Protein Rendah I : 30 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat badan
50 kg.
2). Diet Protein Rendah II : 35 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat badan
60 kg.
3). Diet Protein Rendah III : 40 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat
badan 65 kg.
Karena kebutuhan gizi pasien penyakit ginjal kronik sangat tergantung pada
keadaan dan berat badan perorangan, maka jumlah protein yang diberikan dapat
lebih tinggi atau lebih rendah daripada standar. Mutu protein dapat ditingkatkan
dengan memberikan asam amino essensial murni.
Tabel 6. Bahan Makanan Sehari GGK
Bahan 30 g protein 35 g protein 40 g protein
berat berat
Makanan (g) urt berat (g) urt (g) urt
2 gls
1
beras 100 1 /2 gls nasi 150 2 gls nasi 150 nasi
telur ayam 50 1 btr 50 1 btr 50 1 btr
1 ptg
daging 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg 75 sdg
1
sayuran 100 1 gls 150 1 /2 gls 150 11/2 gls
2 ptg
pepaya 200 2 ptg sdg 200 2 ptg sdg 200 sdg
1
minyak 35 3 /2 sdm 40 4 sdm 40 4 sdm
gula pasir 60 6 sdm 80 8 sdm 100 10 sdm
susu bubuk 10 2 sdm 150 3 sdm 20 4 sdm
kue RP*) 150 2 sdm 150 3 porsi 150 3 porsi
madu 20 2 sdm 20 2 sdm 30 3 sdm
agar-agar 1 porsi 1 porsi 1 porsi
Tabel 7. Nilai Gizi
30 g protein 35 g protein 40 g protein
Energi (kkal) 1729 2086 2265
Protein (g) 30 35 41
Lemak (g) 57 70 75
Karbohidrat (g) 263 327 356
Kalsium (mg) 262 336 385
Besi (mg) 10 11 11.7
Vitamin A (RE) 27403 32999 33085
Tiamin (mg) 0.4 0.5 0.5
Vitamin C (mg) 182 191 192
Fosfor (mg) 497 623 702
Natrium (mg) 195 216 275
Kalium (mg) 1277 1387 1590
Sumber lemak minyak jagung, minyak kacang kelapa, santan, minyak kelapa;
tanah, minyak kelapa sawit,
minyak margarin, mentega biasa dan lemak
kedelai; margarin dan mentega hewan
rendah garam
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. Penuntun Diet. Edisi Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2005.
budiboga.blogspot.com/.../diet-bagi-penderita-penyakit-ginjal.html
Burgess DN, Bakris GL. Renal and electrolyte disorders. In : Stein JH (ed). Internal
Medicine. Diagnosis and Therapy. Norwalk : Appleton and Lange; 1993. p.
134-6.
Fauci, A. S., Kasper, D. L., Longo, D. L., Braunwald, E., Hauser, S.L., Jameson, J.L., et
al. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th ed. New York: The
McGraw-Hill Companies, 2008
harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/.../gagal-ginjal-kronik
Moore M.C. Buku Pedoman Terapi Diet dat dan Nutrisi. Edisi II. Jakarta : Hipokrates.
1997.
Nahas AM. Chronic Kidney Disease: the global challenge. Lancet 2005, p. 365:331-340.
Orth SR, Ritz E. The nephrotic syndrome. N Engl J Med 1998; 338: 1202-10.
Sukandar E, Sulaeman R. Sindroma nefrotik. Dalam : Soeparman, Soekaton U, Waspadji
S et al (eds). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 1990.
p. 282-305.
tsuki.files.wordpress.com/2007/01/nefrologi-6-ggapgk.ppt
www.ygdi.org/kidney-diseases/.../diet-rendah-protein.html