Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

PRESENTASI KASUS : GANGGUAN PRILAKU KEKERASAN


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa Yang Diampu Oleh
Ibu Sri Wulan Lindasari, M.Kep.,Ners

Disusun Oleh :
Kelompok 7
AGNI SHAFARINA 1708168
GINA ANTINI 1708212
MELINDA HERLIANI 1708235
NABILA FITRIA 1708242
RIMA NOVIANTI FIRDAUS 1708264
TIARA INDAH N A P 1708294
YANTI ROSALINA 1708304
YOSEP SUHERLAN 1708305

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS DAERAH DI SUMEDANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan kasih-
Nya, atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami terima, serta petunjuk-Nya sehingga
memberikan kemudahan bagi kami dalam penyusunan makalah ini.
Didalam makalah ini kami selaku penyusun hanya sebatas ilmu yang dapat kami sajikan
sebagai salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa dengan judul “Presentasi kasus : Gangguan
Resiko Prilaku Kekerasan”.
Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kami mengenai materi
makalah yang kami buat, menjadikan keterbatasan kami pula untuk memberikan penjabaran yang lebih
dalam makalah ini.
Harapan kami, semoga makalah ini membawa manfaat bagi kita setidaknya untuk sekedar
membuka cakrawala berfikir kita .Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam proses pembuatan ini.

Bandung, November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
.....................................................................................................................................................................
i
DAFTAR ISI
.....................................................................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................................................................
Rumusan Masalah
.....................................................................................................................................................................
Tujuan Penulisan ........................................................................................................................................
BAB II LANDASAN TEORI
Pengertian Prilaku Kekerasan .....................................................................................................................
Rentang Respon ..........................................................................................................................................
Faktor predisposisi ......................................................................................................................................
Faktor Fresifitasi..........................................................................................................................................
Tanda dan Gejala Prilaku Kekerasan ..........................................................................................................
Rencana Tindakan Keperawatan ................................................................................................................
BAB III PEMBAHASAN KASUS
Pembahasan Kasus......................................................................................................................................
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan .................................................................................................................................................
Saran ...........................................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan Jiwa yaitu suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan
pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu atau hambatan dalam
melaksanakan peran sosial.
Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrem dari marah atau
ketakutan/panik. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan dipandang sebagai rentang dimana agresif
verbal disuatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi yang lain. Suatu keadaan yang
menimbulkan emosi, perasaan frustasi, benci atau marah. Hal ini akan memengaruhi perilaku
seseorang. Berdasarkan keadaan emosi secara mendalam tersebut terkadang perilaku menjadi
agresif atau melukai karena penggunaan koping yang kurang bagus. Perilaku kekerasan (PK)
adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara
fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang
tak terkontrol (Kusumawati, dkk. 2010 : 80).
Gangguan jiwa pada mulanya dianggap suatu yang gaib, sehingga penanganannya secara
supranatural spiristik yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kekuatan gaib. Gangguan jiwa
merupakan suatu gangguan yang terjadi pada unsur jiwa yang manifestasinya pada kesadaran,
emosi, persepsi dan interjensi. Salah satu gangguan jiwa tersebut adalah gangguan perilaku
kekerasan. Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai suatu responterhadap kecemasan
yang dirasakan sebagai ancaman individu. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan
konstruksif pada saat terjadi dapat melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti
perasaan yang sebenarnya sehingga individu tidak mengalami kecemasan, stress,dan merasa
bersalah dan bahkan merusa diri sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan ?
1.2.2 Bagaimana Rentang respon ?
1.2.3 Apa saja Faktor predisposisi dan faktor presifitasi?
1.2.4 Apa saja tanda dan gejala halusinasi ?
1.2.5 Bagaimana Rencana Tindakan Keperawatan ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui pengertian
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana Rentang respon
1.3.3 Untuk mengetahui Faktor predisposisi dan faktor presifitasi.
1.3.4 Untuk mengetahui Tanda dan gejala
1.3.5 Untuk mengetahui Rencana Tindakan Keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Yosep, 2007). Perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan
secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai amuk dan gaduh gelisah yang tak
terkontrol (Farida & Yudi, 2011).
Resiko perilaku kekerasan atau agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan
dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol (Yosep, 2007). Resiko
mencederai diri yaitu suatu kegiatan yang dapat menimbulkan kematian baik secara langsung maupun
tidak langsung yang sebenarnya dapat dicegah (Depkes, 2007). Dari beberapa pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa perilaku kekerasan yaitu ungkapan perasaan marah yang mengakibatkan hilangnya
kontrol diri dimana individu bisa berperilaku menyerang atau melakukan suatu tindakan yang dapat
membahayakan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

2.2 Rentang respon


Rentang Respon Marah
Respon Adaptif Respon Maladaptif

 Asertif adalah pengungkapan marah tanpa menyakiti, melukai persaan orang lain, tanpa
merendahkan harga diri orang lain.
 Frustasi adalah respon yang timbulakibat gagal mencapai tujuan
 Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang dialami,
sifat tidak berani mengemukakan keinginan dan pendapat sendiri.

2.3 Faktor predisposisi


a. Faktor psikologis
1) Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan akan
timbul dorongan agresif yang memotivasi perilaku kekerasan.
2) Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang tidak
menyenangkan.
3) Rasa frustasi.
4) Adanya kekerasan dalam rumah, keluarga, atau lingkungan.
5) Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa
aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang
rendah. Agresi dan kekerasan dapat memberikan kekuatan dan prestise yang dapat
meningkatkan citra diri serta memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya
berasumsi bahwa perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan secara
terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri pelaku tindak
kekerasan.
6) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang dipelajari, individu yang
memiliki pengaruh biologik dipengaruhi oleh contoh peran eksternal dibandingkan anak-
anak tanpa faktor predisposisi biologik.
b. Faktor sosial budaya
Seseorang akan berespons terhadap peningkatan emosionalnya secara agresif sesuai
dengan respons yang dipelajarinya. Sesuai dengan teori menurut Bandura bahwa agresif tidak
berbeda dengan respon-respon yang lain. Faktor ini dapat dipelajari melalui observasi atau
imitasi, dan semakin sering mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan
terjadi. Budaya juga dapat mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu
mendefinisikan ekspresi marah yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima.
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku kekerasan
sebagai cara penyelesaiannya masalah perilaku kekerasan merupakan faktor predisposisi
terjadinya perilaku kekerasan.
c. Faktor biologis
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya stimulus elektris ringan pada
hipotalamus (pada sistem limbik) ternyata menimbulkan perilaku agresif, dimana jika terjadi
kerusakan fungsi limbik (untuk emosi dan perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran rasional),
dan lobus temporal (untuk interpretasi indra penciuman dan memori) akan menimbulkan mata
terbuka lebar, pupil berdilatasi, dan hendak menyerang objek yang ada di sekitarnya.
Selain itu berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi
seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai berikut
a) Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis mempunyai implikasi
dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam
menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respon agresif.
b) Pengaruh biokimia, menurut Goldstein dalam Townsend (1996) menyatakan bahwa
berbagai neurotransmitter (epinefrin, norepinefrin, dopamine, asetilkolin, dan serotonin)
sangat berperan dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Peningkatan
hormon androgen dan norepinefrin serta penurunan serotonin dan GABA (6 dan 7) pada
cairan serebrospinal merupakan faktor predisposisi penting yang menyebabkan timbulnya
perilaku agresif pada seseorang.
c) Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat kaitannya dengan
genetik termasuk genetik tipe kariotipe XYY, yang umumnya dimiliki oleh penghuni
penjara tindak kriminal (narapidana)
d) Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan berbagai gangguan serebral,
tumor otak (khususnya pada limbik dan lobus temporal) trauma otak, apenyakit
ensefalitis, epilepsi (epilepsi lobus temporal) terbukti berpengaruh terhadap perilaku
agresif dan tindak kekerasan.

2.4 Faktor presifitasi


Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa injury
secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut.
a) Klien
Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh dengan agresif,
dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b) Interaksi
Penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa terancam baik
internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal dari lingkungan.
c) Lingkungan
Panas, padat, dan bising.

Menurut Shives (1998) dalam Fitria (2009), hal-hal yang dapat menimbulkan perilaku
kekerasan atau penganiayaan antara lain sebagai berikut.
a) Kesulitan kondisi sosial ekonomi.
b) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu.
c) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuannya dalam
menempatkan diri sebagai orang yang dewasa.
d) Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti penyalahgunaan obat dan alkohol
serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa frustasi.
e) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

2.5 Tanda dan gejala


Menurut Direja (2011) tanda dan gejala yang terjadi pada perilaku kekerasanterdiri dari :
1. Fisik
Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan
tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras, kasar,
ketus.
3. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan, amuk/agresif.
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel,tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan, dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang mengeluarkan
kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan kreativitas
terhambat.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.
Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual.

MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


DS :
a. Mengungkapkan mendengar atau melihat objek yang mengancam
b. Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir.
DO :
a. Wajah tegang merah
b. Mondar-mandir
c. Mata melotot, rahang mengatup
d. Tangan mengepal
e. Keluar banyak keringat
f. Mata merah
g. Tatapan mata tajam
h. Muka merah

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri dan orang lain.
2. Harga diri rendah kronik
2.6 RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa Kep. Rencana Tindakan Keperawatan Rasional

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Risiko Perilaku Tujuan umum : Setelah dilakukan …X PASIEN Hubungan saling percaya
Kekerasan Setelah dilakukan tindakan pertemuan diharapkan pasien SP 1 merupakan dasar untuk
selama … diharapkan klien tidak mampu : 1. Identifikasi penyebab, tanda & hubungan selanjutnya.
melakukan tindakan kekerasan baik a. Klien mau membalas gejala, PK yang dilakukan, akibat
kepada diri sendiri, orang lain salam PK
b. Klien mau berjabat 2. Jelaskan cara mengontrol PK :
maupun lingkungan.
tangan fisik, obat, verbal, spiritual
c. Klien mau menyebut 3. Latihan cara mengontrol PK
Tujuan khusus :
nama secara fisik : Tarik nafas dalam
Setelah dilakukan pertemuan d. Klien mau tersenyum
dan pukul Kasur dan bantal
e. Klien ada kontak mata
selama … diharapkan klien tidak 4. Masukan pada jadwal untuk
f. Klien mau mengetahui
melakukan tindakan kekerasan baik latihan fisik
nama perawat
kepada diri sendiri, orang lain g. Klien mau menyediakan
maupun lingkungan dengan waktu untuk perawat.
kriteria :
1. Klien dapat mebina hubungan
saling percaya
2. Klien dapat mengidentifikasi
penyebab perilaku kekerasan
3. Diskusikan tanda-tanda pada
pasien jika terjadi perilaku
kekerasan
4. Klien dapat mengidentifikasi
perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
5. Klien dapat mengidentifikasi
akibat perilaku kekerasan
6. Klien dapat mengidentifikasi
cara konstruktif dalam berespon
terhadap kemarahan.
7. Klien dapat mendemonstrasikan
cara mengontrol perilaku
kekerasan
8. Klien mendapat dukungan
keluarga dalam mengontrol
18

BAB III
PEMBAHASAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN SENSORI RESIKO PRILAKU
KEKERASAN DIRUANG MERPATI RSJ PROVINSI JAWA BARAT

RUANG RAWAT : MERPATI


I. IDENTITAS
a. Identitas Klien
Inisial : Ny. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 33 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status : Bercerai
Suku : Sunda
Alamat : Dsn. P RT 03 RW 12 Ds. M Kec. P Kab. G
Informan : Kaka Kandung klien
Tanggal Masuk RS : 24 Oktober 2019
Tanggal Pengkajian : 29 Oktober 2019 Pukul : 15.00 WIB

b. Identitas penanggung jawab


Nama : Tn. N (L)
Umur : 35 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Hubungan dengan klien : Kaka kandung
Alamat : Dsn. P RT 03 RW 12 Ds. M Kec. P Kab. G

II. ALASAN MASUK/KELUHAN UTAMA


Klien mengatakan masuk rumah sakit jiwa diantar oleh ibu dan kaka kandungnya. Dengan alas an masuk, klien
dirumah ngamuk dan melempar barang-barang rumah tangga.
Pada saat dikaji klien tampak marah, tatapan mata tajam, berbicara keras, curigaan, ketika ditanya mengenai
anak dan suami klien langsung tegang, rahang keras, mata melotot dan kesal.
Masalah Keperawatan : Resiko Prilaku Kekerasan

II. FAKTOR PREDISPOSISI


Klien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa dan sakit 3 tahun yang lalu. Selama sakit itu, klien berobat
ke dokter praktek dan pengobatan sebelumnya tidak berhasil, karena klien malas minum obat. Klien merasa
18

dirinya tidak sakit. Klien pernah melakukan penganiayaan kepada anggota keluarganya. Klien mengatakan tidak
ada anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa sepertinya. Pengalamn yang tidak menyenangkan bagi
klien yaitu tidak diterima dikeluarga besar suaminya.
Masalah Keperawatan : Resiko Prilaku Kekerasan

IV. FISIK
a. Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/90 Mmhg
Nadi : 80x/ menit
Respirasi : 20x/ menit
Suhu : 36 C
b. Ukur :
Berat Badan : 58 kg
Tinggi Badan ; 160 cm
c. Fisik : klien mengatakan tidak ada keluhan fisik yang dirasakan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

V. PSIKOSOSIAL
a. Genogram : Tiga generasi
 Pola asuh : klien mengatakan anak ke 4 dari 6 bersaudara, klien tinggal bersama ibu kandung, adik dan
kakak kandung. Klien mengatakan sejak kecil sampai dewasa diasuh dengan didikan yang keras namun
mendidik, seperti harus menjalankan shalat lima waktu dan harus tepat waktu.
 Pola komunikasi : klien mengatakan saat punya masalah klien bercerita kepada ibu kandungnya.
 Pola pengambil keputusan : klien mengatakan jika ada masalah yang memerlukan pengambilan
keputusan klien kadang dilibatkan dalam mengambil keputusan dan bermusyawarah dengan
keluarganya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
a. Konsep Diri
 Gambaran diri
Klien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya, mengatakan dirinya cantic.
 Identitas
Klien mengatakan sebagai seorang perempuan.
 Peran
Klien mengatakan peran dirinya dalam keluarga, seorang anak dan seorang Ibu.
 Ideal diri
Klien mengatakan ingin membuka usaha, saat ini hal yang paling ia harapkan sembuh, ingin
pulang kerumah untuk bertemu ibunya.
 Harga diri
Klien mengatakan dirinya dihargai oleh orang sekitarnya dan klien mengatakan dirinya tidak
merasa direndahkan.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
b. Hubungan Sosial
 Orang yang berarti : Klien mengatakan orang yang paling berarti dalam hidupnya adalah ibu dan
kaka kandungnya.
 Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : Klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan
kelompok atau masyarakat. Klien lebih memilih diam dirumah, berdiskusi dengan keluarga.
 Hambatan dalam berhuhungan dengan orang lain : Klien mengatakan tidak ada hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain
18

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah


c. Spiritual
 Nilai dan keyakinan : Klien beragama islam. Klien mengatakan bahwa dirinya akan sembuh
dengan berdoa pada allah swt.
 Kegiatan ibadah : Klien mengatakan saat dirumah suka menjalankan shalat namun kadang
kadang tidak. Klien juga suka mengaji setelah melaksanakan shalat

Masalah keperawatan : tidak ada masalah

VI. STATUS MENTAL


a. Penampilan

Penampilan klien kurang rapih, rambut acak-acakan, mandi 2x sehari, gigi terlihat kotor, Bab dan BAK
masih belum dikamar mandi padahal sudah diberitahu, penggunaan pakaian sudah sesuai, penggunaan baju
tidak terbalik.
Masalah keperawatan : Defisit Perawatan Diri : Kebersihan
b. Pembicaraan

Pembicaraan klien mendominasi, namun apabila ada pertanyaan dan permintaan pengulangan jawaban,
ekspresi wajah klien berubah tegang dan tampak kesal, dan gelisah.
Masalah keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
c. Aktivitas Motorik
Klien tampak gelisah, ekspresi wajah tegang dan klien tampak terlihat menahan amarah dan kesal.
Masalah keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
d. Alam Perasaan
Klien mengatakan kesal berada di rumah sakit jiwa dan ingin segera pulang bertemu dengan keluarga
terutama dengan ibu kandungnya. Klien tampak gelisah, marah dan tegang.

Masalah keperawatan : Resiko Prilaku Kekerasan


e. Afek

Klien labil, pada saat dikaji ekspresi klien tegang, kesal, emosi klien berubah-ubah ketika meminta
pengulangan jawaban dan pertanyaan klien mudah marah dan kesal serta bosan.
Masalah keperawatan ; tidak ada masalah keperawatan
f. interaksi selama wawancara
Pada saat dikaji klien selalu menjawab dengan cepat, klien bersedia menjawab semua pertanyaan,
kadang klien bertanya, klien tampak bermusuhan, tidak kooperatif, mudah tersinggung, kontak mata
kurang, selama berkomunikasi klien tidak mau menatap lawan bicara, dan hanya focus melihat
kedepan.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
g. Persepsi
Pada saat dikaji klien mengatakan kadang-kadang suka melihat nona-nona sedang menjahit, namun
tidak jelas datangnya kapan.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
h. Proses pikir
Pada saat dikaji pembicaraan klien berputar-putar dulu tetapi sampai pada tujuan. Pembicaraan klien
suka mengulang pembicarannya berkali-kali.
Masalah keperawata ; tidak ada masalah keperawatan
i. isi pikir
18

pada saat dikaji klien tidak memiliki gangguan isi pikir seperti obsesi, depresonalisasi, ide yang terkait
pikiran magis atau waham.
Masalah keperawatan :” tidak ada masalah keperawatan
j. tingkat kesadaran
pada saat dikaji klien menyebutkan bahwa dirinya sedang berada dirumah sakit jiwa tidak mengalami
disorientasi. Klien dapat menyebutkan tanggal bulan dan tahun.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
k. memori
 Daya ingat jangka panjang : klien dapat mengingat daya ingat jangka panjang yaitu klien
menceritakan pengalaman masa lalunya.
 Daya ingat jangka pendek : klien mengingat daya ingat jangka pendek yaitu klien ingat diantarkan
oleh kakanya ke rumah sakit jiwa
 Daya ingat saat ini : klien dapat menyebutkan kembali nama mahasiswa yang sedang mengajaknya
bicara.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Klien mampu berkonsentrasi dan mampu menyelesaikan perhitungan. Contohnya saat ditanya berapa
jumlah mahasiswa yang ada diruangan klien menjawab dengan benar yaitu ada 8 orang. Dan jika
mahasiswa pergi 3 orang klien menyebutkan mahasiswa hingga 5 orang.
Malasah keperawatan : tidak ada masalah
m. Kemampuan penilaian
Klien dapat menilai dengan baik. Contohnya saat ditanya, jika hendak makan. Langsung makan atau
berdoa terlebih dahulu klien menjawab yang baik itu berdoa terlebih dahulu.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
n. Daya Tilik
Pada saat dikaji klien menyadari bahwa dirinya sakit atau gangguan jiwa sehingga di bawa ke Rumah
Sakit Jiwa.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan

a. Klien mengaku makan sendiri tanpa bantuan orang lain , klien mampu memberesekan alat makannya sendiri
saat setelah makan.
b. Klien dapat mengontrol BA/BAK sehingga dilakukan dikamar mandi tanpa bantuan orang lain dan
membersihakan diri dan pakaian setelah BAB/BAK.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
c. Klien mampu mandi sendiri tanpa bantuan orang lain dengan frekuensi 2x/sehari
d. Klien mampu berapakaian sendiri dan menggantii pakaian sesuai dengan seragam tanpa batuan orang lain.
Klien mampu merapihkan rambutnya sendiri

Tidur siang lamanya kurang lebih 3 jam dari pukul 13.00-16.00 WIB
18

Tidur malam lamanya kurang lebih pukul 5-6 jam.

Klien slalu berdoa jika mau tidur.


e. Klien mampu minum obat secara teratur dan benar dengan bantuan perawat. Obat yang harus diminum
harus sesuai dengan anjuran dokter. Setelah pulang dari RSJ klien mengatakan akan minum obatnya tertaur.

2. Pemeliharaan kesehatan
f. Klien mengatakan bahwa sesudah pulang nanti, klien akan melanjutkan pengobatan rawat jalan.
3. Kegiatan didalam rumaSebelum masuk
RSJ klien mengatakan selama dirumah
klien selalu membantu ibunya
membereskan rumah dan
mempersiapkan makanan. Setelah
pulang dari RSJ kllien mengatakan
akan melakukan kegiatannn dalam
rumah yaitu membantu ibunya
membereskan rumah.
4. Kegiatan diluar rumah
Sebelum masuk rumah sakit jiwa klien mengatakan selama dirumah selalu berbelanja kepasar,
menyapu halaman. klien mengatakan akan kembali beraktifitas seperti sebelumnya.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keoerawatan

VII. MEKANISME KOPING


Klien tinggal bersama ibu kandung , adik dan kakak kandung, jika mendapat masalah klien
hanya diam, terkadang bereaksi berlebih, membentak orang lain, melempar barang-barang rumah
tangga. untuk menenangkan diri klien biasanya berbicara kepada ibunya. setelah pulang dari RSJ , saat
klien mendapatkan masalah maka klien akan menceritakan pada keluarganya.
Masalah keperawatan : Resiko Prilaku Kekerasan

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Tidak ada masalah pada sppikososial dan lingkungan klien.

X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG


Klien mengetahui tentang penyakit jiwanya, faktor presifitasi, koping, sistem pendukkung, penyakit fisik dan
obat obatan
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

XI. ASPEK MEDIK


Diagnosa Medis : Skizoafektif.
Terapi Medik :
Tanggal
18

XII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


a. Resiko Prilaku Kekerasan
b. Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi : Penglihatan
c. Defisit Perawatan Diri : Kebersihan

XIII. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN (SESUAI URUTAN PRIORITAS)


a. Resiko Prilaku Kekerasan
b. Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi : Penglihatan
c. Defisit Perawatan Diri : Kebersihan

ANALISA DATA
DATA SENJANG MASALAH
DS : Resiko Prilaku Kekerasan
- “saya merasa kesal”
- “ saya pernah melakukan penganiayaan
kepada anggota keluarga.”
- “Saya marah.”

DO :
- Wajah klien tampak tegang
- Tatapan mata klien tajam, mata melotot,
rahang mengatup’
- Mata klien tampak merah
- Berbicara keras
- Klien mudah bosan dan kesal
- Ekspresi wajah klien tampak gelisah dan
menahan amarah
- Klien mudah tersinggung.
- Ketika berkommunikasi kontak mata
kurang
- Klien tampak mondar mandir
- Ketika berkomunikasi tampak
bermusuhan
DS : Halusinasi
- “ saya suka melihat nona-nona sedang
menjahit”
- “Saya melihat bayangan itu tidak tentu
dan tidak jelas kapan”
DS :
18

- klien tampak melihat ketempat tertentu.


DS : Defisit Perawatan Diri
- “saya malas menyisir”
- “saya malas menggosok gigi”
- “Saya malas berkeramas”
DO :
- Gigi klien tampak kotor
- Rambut klien tampak acak-acakan
- Rambut klien teraba keras (gimbal)
18

PERENCANAAN

No Diagnosa Perencanaan
Tanggal
Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

31 Risiko Tujuan umum : Setelah dilakukan interaksi PASIEN Hubungan saling percaya merupakan
Oktober Perilaku Setelah dilakukan selama 2 X pertemuan SP 1 dasar untuk hubungan selanjutnya.
2019 Kekerasan tindakan keperawatan diharapkan pasien mampu : 1. Identifikasi penyebab,
selama 10 kali pertemuan 1. Klien mau membalas tanda & gejala, PK yang
diharapkan klien tidak salam dilakukan, akibat PK
2. Klien mau berjabat 2. Jelaskan cara mengontrol
melakukan tindakan
tangan PK : fisik, obat, verbal,
kekerasan baik kepada
3. Klien mau menyebut
spiritual
diri sendiri, orang lain
nama 3. Latihan cara mengontrol
maupun lingkungan. 4. Klien mau tersenyum
PK secara fisik : Tarik
5. Klien ada kontak mata
6. Klien mau mengetahui nafas dalam dan pukul
Tujuan khusus :
nama perawat Kasur dan bantan
Setelah dilakukan 7. Klien mau 4. Masukan pada jadwal
pertemuan selama 3 kali menyediakan waktu untuk latihan fisik
diharapkan klien tidak untuk perawat.
melakukan tindakan
kekerasan baik kepada
diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan
dengan kriteria :
1. Klien dapat mebina
18

hubungan saling
percaya
2. Klien dapat
mengidentifikasi
penyebab perilaku
kekerasan
3. Diskusikan tanda-
tanda pada pasien
jika terjadi perilaku
kekerasan
4. Klien dapat
mengidentifikasi
perilaku kekerasan
yang biasa
dilakukan.
5. Klien dapat
mengidentifikasi
akibat perilaku
kekerasan
6. Klien dapat
mengidentifikasi
cara konstruktif
dalam berespon
terhadap kemarahan.
7. Klien dapat
mendemonstrasikan
cara mengontrol
perilaku kekerasan
18

8. Klien mendapat
dukungan keluarga
dalam mengontrol
perilaku kekerasan.
9. Klien dapat
menggunakan obat
dengan benar (sesuai
program
pengobatan)
Tujuan khusus : Kriteria Evaluasi : SP 2 Beri kesempatan untuk
Klien dapat mengontrol
1. Klien mengungkapkan 1. Evaluasi kegiatan latihan mengungkapkan perasaannya dapat
PK dengan cara
perasaannya fisik. Beri pujian membantu mengurangi stress dan
mengonsumsi obat. 2. Klien dapat 2. Latih cara mengontrol
penyebab marah, jengkel/ kesal dapat
mengungkapkan PK dengan obat (jelaskan
diketahui.
penyebab perasaan 6 benar : jenis, guna,
marah, jengkel/ kesal ( dosis, frekuensi, cara,
diri sendiri, orang lain kontinuitas minum obat)
3. Masukkan pada jadwal
dan lingkungan)
kegiatan untuk latihan
fisik dan minum obat
Tujuan khusus : Kriteria evaluasi : SP 3 1. Pengungkapan perasaan yang
Klien dapat mengontrol
1. Klien dapat 1. Evaluasi kegiatan latihan timbul berguna untuk perawat
PK secara verbal.
mengungkapkan fisik & obat. Beri pujian agar dapat mengetahui hal yang
2. Latih cara mengontrol
tanda-tanda marah, dialami dan dirasakan saat jengkel
PK secara verbal (3 cara, 2. Menilai bagaiaman tanda-tanda
jengkel/ kesal
2. Klien dapat yaitu : mengungkapkan, saat klien jengkel/ kesal
3. Menarik kesimpulan bersama
menyimpulkan tanda- meminta, menolak
klien supaya klien mengetahui
tanda marah, jengkel/ dengan benar)
18

kesal yang dialami. 3. Masukkan pada jadwal secara garis besar tanda- tanda
kegiatan untuk latihan marah / kesal.
fisik, minum obat dan
verbal
Tujuan khusus : Kriteria evaluasi: SP 4 1. Mengeksplorasi perasaan klien
Klien dapat mengontrol
1. Klien dapat 1. Evaluasi kegiatan latihan terhadap perilaku kekerasan yang
PK dengan spiritual.
mengungkapkan fisik & obat & verbal. biasa dilakukan
2. Mengidentifikasi perilaku
perilaku kekerasan Beri pujian
2. Latih cara mengontrol kekerasan yang biasa klien
yang biasa dilakukan
spiritual (2 kegiatan) lakukan dan dengan bantuan
klien.
3. Masukkan pada jadwal
perawat bisa membedakan
2. Klien dapat bermain
kegiatan untuk latihan
perilaku konstruktif dengan
peran dengan
fisik, minum obat, verbal
destruktif
perilaku kekerasan
dan spiritual 3. Dapat membantu klien, dapat
yang biasa dilakukan
menggunakan cara yang dapat
Klien mengetahui
menyelesaikan masalah.
cara yang biasa dapat
menyelesaikan
masalah/ tidak.
Kriteria evaluasi : KELUARGA
Klien dapat menjelaskan SP 1
akibat dari cara yang 1. Diskusikan masalah
digunakan klien. yang dirasakan dalam
merawat pasien
2. Jelaskan pengertian,
tanda & gejala, dan
proses terjadinya PK.
3. Jelaskan cara merawat
18

PK
4. Latih satu cara merawat
PK dengan melakukan
kegiatan fisik : Tarik
nafas dalam dan pukul
Kasur dan bantal
5. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal dan
memberi pujian
Kriteria evaluasi : SP 2
Klien dapat melakukan 1. Evaluasi kegiatan
cara berespon terhdap keluarga dalam
kemarahan secara merawat/melatih pasien
konstruktif. fisik. Beri pujian
2. Jelaskan 6 benar cara
memberikan obat
3. Latih cara
memberikan/membimbing
minum oba
4. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal dan
memberi punjian
Kriteria evaluasi: SP 3
1. Klien dapat 1. Evaluasi kegiatan
mendemonstrasikan keluarga dalam
cara mengontrol merawat/melatih pasien
perilaku kekerasan. fisik dan memberikan
2. Fisik: tarik nafas
obat. Beri pujian
18

dalam, olah raga, 2. Latih cara membimbing


menyiram tanaman. cara bicara yang baik
3. Verbal: mengatakan 3. Latih cara membimbing
langsung dengan tidak kegiatan spiritual
4. Anjurkan membantu
menyakiti.
4. Spiritual : pasien sesuai jadwal dan
sembahyang, berdoa, berikan pujian
ibadah lain.
SP 4
1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam
merawat/melatih pasien
fisik, memberikan obat,
latihan bicara yang baik
& kegiatan spiritual. Beri
pujian
2. Jelaskan follow up ke
RSJ/PKM, tanda
kambuh, rujukan
3. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal dan
memberikan pujian
18

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI
Tanggal : 31 Oktober 2019 pukul : 14.30 WIB Tanggal : 31 Oktober 2019 pukul : 17.30 WIB

Data S:
DS : - “Saya Kesal.”
- “ saya merasa kesal” - “ saya merasa terganggu.”
- “Saya marah” O:
- “Saya pernah melakukan penganiayaan kepada anggota keluarga” - Klien tampak menahan amarah
- Kontak mata kurang
DO : - Berbicara keras
- Tatapan mata klien tajam, mata melotot - Tatapan mata tajam
- Berbicara keras, klien tampak gelisah
- Ekspersi wajah klien tampak menahan amarah A : Masalah Teratasi Sebagian
- Klien mudah tersinggung P:
- Kontak mata kurang
- Klien tampak mondar mandir
- Ketika berkomunikasi klien tampak bermusuhan

Diagnosa Keperawatan :
Prilaku Kekerasan

Implementasi :
SP 1
1. Mengidentifikasi penyebab tanda dan gejala PK yang dirasakan, dilakukan,
akibat PK.
18

2. Menjelaskan cara mengontrol PK : fisik, obat, verbal.


3. Melatih cara mengontrol PK secara fisik : Tarik napas dalam, pukul bantal
dan pukul Kasur.
4. Memasukan pada jadwal kegiatan harian.

RTL Perawat :
Ulangi SP 1 Prilaku Kekerasan.

Tanggal : 02 November 2019 pukul : 07.10 WIB Tanggal : 02 Npvember 2019 pukul : 13.00 WIB

Data S:
DS ; - “ saya senang bias bicara dengan teteh.”
- “saya kesal” - “ saya Bahagia”
- “ saya merasa terganggu.” - Tadi kita sudah bicara tentang penyebab saya marah, tanda dan
gejalanya bagaimana, terus prilaku yang udah saya lakukan, sama
DO : akibatnya apa,
- Klien tampak menahan amarah - Terus tadi diajarin buat pukul bantal, kalo ada perasaan marah, ingin
- Kontak mata kurang marah, terus pukul Kasur dan Tarik napas.
- Berbicara keras
- Tatapan mata tajam O:
- Klien kooperatif
Diagnose Keperawatanm : - Kontak mata ada
Prilaku Kekerasan - Suara klien tidak keras
- Klien tampak tenang
Implementasi : - Klien dapat menjelaskan dan mempralktekan apa yang telah dibicarakan
SP1
18

1. Melatih cara mengontrol PK secara fisik : pukul Kasur, pukul bantal A : masalah Prilaku Kekerasan Sp 1 teratasi
2. Memasukan jadwal kegiatan harian. P : ibu apabila merasa marah ibu bias langsung lakukan cara-cara tang tadi sudah kita
bicarakan. Bias dengan Teknik napas dalam, pukul bantal dan pukul Kasur.
RTL Perawat ;
Lanjutkan SP 2 Prilaku Kekerasan

Tanggal : 04 November 2019 pukul : 08.30 WIB


Data
DS :
18

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
18
18

DAFTAR PUSTAKA

Eko Prabowo.(2014).Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Nuna Medika


Mukhripah Damaiyanti.(2012).Asuhan Keperawatan Jiwa.Samarinda: Refka Aditama
Nita Fitria 2010. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai