LP DHF
LP DHF
A. Tinjauan Teori
1. Konsep Dasar Dengue Hemorrhagic Fever
a. Pengertian
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah infeksi virus dengue dapat
asimptomatis atau dapat menimbulkan demam undifeferentiatid, demam dengue
(DF) dengan rembesan plasma yang dapat menimbulkan syok dengue,
DSSWHO, (2014)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang di
sebabkan oleh virus dengue yang tergolong Anthropod-Born virus, genus
flavivirus dan family Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes, terutama Aedes Aegyepti atau Aedes albopiktus. Kemenkes RI, (2015).
Demam berdarah dengue (DBD) ( dengue haemoragic fever (DHF) adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis
demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik Suhendro, dkk, (2014).
Jadi dapat disimpulkan Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Amihropod-Born
vinus, genus flavivirus dan family Fiaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes terutama Aedes Aegypti atau Aedes albopiktus. Manifestasi
klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik Ridha, (2014)
menyebutkan DHE diklasifikasikan menjadi empat tingkatan keparahan, yaitu:
1). Derajat I : Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala tidak khas dan satu
satunya manifestasi perdarahan adalah uji torniquet.
2). Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan seperti epistaksis,
hematomesis, melena dan pendarahan gusi.
3). Derajat III: Ditambah gejala- gejala kegagalan pendarahan otak, nadi cepat
dan lemah, (kurang dari 120 x/menit) tekanan darah sempit, tekanan darah
menurun.
4). Derajat IV : Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur, akral dingin,
berkeringat, kulit tampak biru.
b. Anatomi Fisiologi
1). Anatomi Darah
Menunut Wijaya (2013) menyebutkan darah menyebutkan suatu cairan
yang berada di dalam tubuh yang mengalir dalam arteri, kapiler dan vena
yang mengirimkan oksigen dan zat-zat gizi ke jaringan dan membawa
karbon dioksida dan hasil limbah lainnya. Darah adalah cairan yang
terdapat pada semua makhtuk hidup ( kecuali tumbuhan) tingkat tinggi
yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh
jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan
juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah mermiliki
warna merah yang berasal dari kandungan oksigen dan karbon dioksida di
dalamnya. Adanya oksigen dalam darah diambil dengan jalan bernafas, dan
zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran/metabolisme di 38°C,
dan pH 7,37-745.
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah
mengangkut oksigen yang diperłukan oleh sel-sel di seluruh tubulı. Darah
juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa
metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang
bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon
dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.
a). Sel Pembeku (Trombosit/Keping Darah)
Trombosit merupakan benan-benda kecil yang mati yang bentuk
dan ukurannyas bermacam-macam, ada yang bulat dan lonjong,
warnanya putih, nomal puda orang dewasa 200.000- 300.000/mm3.
bagian ini merupakan fragmen sel tanpa nukleus yang berasal dari
sumsum tulang. Ukuran trombosit mencapai setengah ukuran sel darah
merah. Sitoplasmanya terbungkus suatu membran plasma dan
mengandung berbagai jenis granula yang berhubungan dengan proses
koagulasi darah. Fungsinya memegang peranan penting dalam
pembekuan darah (hemostasis). Jika banyaknya kurang dari normal,
maka kalau ada luka darah tidak lekas membeku sehingga timbul
perdarahan yang terus- menerus. Trombosit lebih dari 300.000 disebut
trombositosis. Trombosit yang kurang dari 200.00 disebut
trombositopenia. Trombosit memiliki masa hidup dalam darah antara
5-9 hari. Trombosit yang tua atau mati diambil dari sistem peredaran
darah, terutama oleh makrofag jaringan. Lebih dari separuh trombosit
diambil oleh makrofag dalam limpa, pada waktu darah melewati organ
tersebut. Di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut
membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah, yaitu Ca2+ dan
fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka.
Ketika kita luka maka darah akan keluar, trombosit pecah dan
mengeluarkan zat yang dinamakan trombokinase. Trombokinasi ini
akan bertemu dengan protrombin dengan pertolongan Ca2+ akan
menjadi trombin. Trombin akan bertemu dengan fibrin yang
merupakan benang-benang halus, bentuk jaringan yang tidak teratur
letaknya, yang akan menahan sel darah, dengan demikian terjadilah
pembekuan. Protrombin di buat didalam hati dan untuk membuatnya
diperlukan vitamin K, dengan demikian vitamin K penting untuk
pembekuan darah.
c. Patofisiologi
1). Etiologi
Dalam Suhendro, dkk, (2014) menyebutkan Demam dengue dan
demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk
dalam genus Flavivirus, keluanga Flaviviridae, Flavivirus merupakan virus
dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan
berat molekul 4x106.
Terdapat serotype virus yaitu DEN-1, DEN-2. DEN-3, dan DEN-4
yang semunnya dapat menyebabkan demam berdarah. Keempat scrotipe
ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe terbanyak.
Terdapat reaksi silang antara serotipe dengue dengan Flavivirus lain seperti
yellow Fever, Japanese encephalitis dan West Nile virus.
Dalam laboratorium virus dengue dapat bereplikasi pada hewan
mamalia seperti tikus, kelinci, anjing, kelelawar dan primata. Survei
epidemiologi pada hewan ternak didapat antibodi terhadap virus dengue
pada hewan kuda, sapi, dan babi. Penelitian pada antropoda menunjukan
virus dengue dapat bereplikasi pada nyamuk genus Aedes (Stegomyia) dan
thoxorhynchites.
2). Proses Terjadi
Menurut Nursalam,(2008) menyebutkan Penyebab penyakit Deman
Berdarsh Dengue (DBD) atau dengue Fever (DHF) adalah virus dengue. Di
Indonesia, virus tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe
virus dengue yang termasuk dalam grup B dari arthropedi bome vinuses (
Arboviruses), yaitu DEN-I, DEN 2, DEN -3, Dan DEN-4. Ternyata DEN-2
Dan DEN-3 merupakan serotipe yang menjadi penyebab terbanyak. Di
Thailand, dilaporkan serotipe DEN -2 adalah dominan. Sementara di
Indonesia, yang terutama dominan adalah DEN-3. Tetapi akhir akhir ini ada
kecenderungan dominasi DEN-2.
Infeksi oleh salah satu serotipe menimbulkan antibodi seumur hidup
terhadap serotipe bersangkutan, tetapi tidak ada perlindungan terhadap
serotipe lain. Virus dengue ini terutama ditularkan melalui vektor nyamuk
aedes aegypty. Nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensidaris, dan
beberepa spesies lainnya kurang berperan, Jenis nyamuk ini terdapat hampir
di seluruh indonesia kecuali di ketinggian lebih dari 1000m diatas
permukasan laut.
Mekanisme sebenamya mengenai patofisiologi, hemodinamika, dan
biokimia DHF hingga kini belum di ketahui secara pasti. Sebagian besar
Sarjana masih menganut The Secondary Heterologous Infection
Hiypothesis yang menyatakan bahwa DHF dapat terjadi apabila seseorang
terinfeksi dengue untuk pertama kalinya mendapat infeksi berulang dengan
tipe virus dengue yang berbeda.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit
membedakan DHF dari dengue klasik adalah meningkatnya permeabilitas
dinding pembuluh plasma, menurunnya volume plasma, serta terjadinya
hipotensi, trombositopeni dan dastesis hemorrhagik. Pada kasus berat,
renjatan terjadi secara akut dan nilai hematokrit meningkat bersamaan
dengan menghilngnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah.
Ada dugaan bahwa renjatan terjadi sebagai akibat kebocoran plasma ke
darah extravaskuler melalui kapiler yang rusak, sehingga mengakibatkan
menurunnya volume plasma dengan meningkatnya nilai hematokrit. Bukti
dugaan ini adalah ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga
serosa, yaitu rongga perotonium, pleura,dan perikard yang ternyata
melebihi pemberian cairan infus, serta terjadinya bendungan pembuluh
darah paru. Plasma merembes selama perjalanan penyakit dimulai dari awal
demam sampai puncaknya pada masa renjatan.
Trombositopeni yang hebat, gangguan fungsi trombosit, dan kelainan
fungsi koagulasi merupakan penyebab utama terjadinya perdarahan,
perdarahan kulit disebabkan oleh faktor kapiler dan trombositopeni,
sedangkan perdarahan pasif diakibatkan oleh kelainan yang lebih kompleks,
yaitu trombositopeni, gangguan faktor pembekuan, dan mungkia juga faktor
DIC.
Patogenesis DHF berkaitan dengan sistem komplemen, yaitu sistem
dalam sirkulasi darah yang terdiri dari 11 komponen protein dengan bentuk
tidak akif dan labil terhadap panas. Sedangkan reaksi terhadap reaksi
tethadap infeksi, terjadi aktivasi komplemen sehingga dilepaskanlah
anafilaktoksin C3a Dan C5a yang mampu membebaskan histamin sebagai
mediator kuat dalam peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah
dan berperan dalam terjadinya renjatan. Seperti ada infeksi virus yang lain,
infeksi virus dengue juga merupakan self limiing infectious disease yang
akan berakhir sekitar 2-7 hari.
Infeksi virus Dengue mengakibatkan manifestasi klinis yang bervariasi
mulai dari asimptomatik, yang merupakan penyakit yang paling ringan
(mild undifferentiated febrile illnes) demam dengue (dengue fever), demam
berdarah dengue (DBD) atau Dengue Hiemorragic Fever (DHF) sampai
sindrom syock dengue (DSS), Walaupun secara epidemiologis infeksi
ringan lebih banyak terjadi, tetapi peda awal penyakit hampir tidak
mungkin membedakan antara infeksi ringan atau berat.
Bentuk ringan demam dengue menyerang semun golongan umur dan
bermenifestasi lebih berat pada orang dewasa. Demam dengue pada bayi
dan anak berupa demam ringan yang disertai dengan timbulnya ruam
makulopapular. Pada anak besar dan dewasa, penyakit ini dikenal dengaa
sindrom trias dengue, yang berupa demam tinggi mendadak, dan timbulnya
nyeri pada anggota badan (kepala,bola mata, punggung dan sendi),dan
timbulnya ruam makulopapular. Pasien dengan panyakit demam dengue
biasanya sembuh tanpa adanya gejala sisa.
3). Manifestasi Klinis
Menurut Suhendro, dkk, (2014) mengatakan tanda gejala DHF yaitu
sebagai berikut
a). Demam Berdarah Dengue
Berdasarkan kriteria WHO 1997 daiam Nurarif, (2015) diagnosis DBD
ditegakan bila semua hal dibawah ini terpenuhi:
(1). Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat
bifasik.
(2). Manifestasi pendarahan yang biasanya berupa:
(a). Uji tourniquet positif
Menurut WHO (2014) menyebutkan tes tourniquet dilakukan
dengan menggembungkan maset tekanan darah pada lengan
atas sumpai titik tengah atas tekanan sistolik dan diastolic
selama 5 menit. Tes dianggap positif bila ada petekie 20 atau
lebih per 2,5 cm (1 inc). Tes mungkin negative atau positif
ringan selama fase syok berat. Ini biasanya manjadi positif,
kadang positif kuat, bila tes dilakukan setełah pemulihan dari
syok.
(b). Petekie, ekimosis atau purpura
(c). Perdarahan mukosa (epitakis, pendarahan gusi), saliran
cerna,tempat bekas suntikan
(d). Hemetamesis atau melena
(3). Trombositopenia <100.00/uL
(4). Kebocoran plasma yag ditandai dengan
(a). Peningkatan nilai trombosit 20 dari nilai baku sesuai
umur dan jenis kelamin
(b). Penurunan nilai hematokrit 20 setealah pemberian cairan
yang adekuat
(5). Tanda-tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteimia, asites, dan
efusi pleura
4). Komplikasi
a). Perdarahan intrakranial dan herniasi batang otak karena edema serebral
b). DSS
Syok adalah kedaruratan medis, pemberian segera cairan intravena
untuk meningkatkan volume plasma. Anak - anak dapat masuk dan
keluat dari syok selama periode 48 jam. Tanda dan gejalanya yaitu
seluruh kriteria DBD diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi
yaitu :
(1). Penurunan kesadaran, gelisah
(2). Nadi cepat, lemah
(3). Hipotesis
(4). Tekanan darah turun 20 mmHg
(5). Perfusi perifer menurun
(6). Kulit dingin dan lembab
c). Penggunaan jalur intravena terkontaminasi dapat mengakibatkan sepsis
Gram-negatif yang disertai dengan demam, syok, dan perdarahan berat
d). Pneumonie dan infeksi lain dapat menyebabkan demam
e). Dehidrasi berlebihan dapat menyebabkan gagal jantung atau
pernapasan
f). Gagal hepar karena keberhasilan resusitasi dengan gagal sirkulasi berat
d. Pemeriksaan Diagnostik
Dalam Suhendro, dkk, (2014) dapat dilakukan permeriksaan diagnostic sebagai
berikut:
1). Laboratorium
a). Leukosit : dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui
limpostosis relative ( 45 % dari total leukosit ) disertai adanya limfosit
plasma biru ( LPB ) > 15 % dari jumiah total leukosit yang pada fase
syok akan meningkat
b). Trombosit: umunnya terdapat trombositopenia (penurunan jumlah
pilatelet dalam darah di bawah batas minimal yaitu <150.000
mikorliter) pada hari ke 3-8
c). Hematokrit: kebocoran plasma dibuktikan dengan di temukan
peningkatan hematokrit > 20 % dari hematokrit awal, umumnya
dimulai pada hari ke-3 demam
d). Hemostasis dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer,
tau FDP pada keadan yang dicurigai terjudi pendarahan atau kelainan
pembekuan
e). Protein/albumin dapat terjadi hopoproteinemis (menururnya jumlah
protein darah), akibat kebocoran plasma.
f). SGOT/SGPT dapat meningkat
g). Ureum, kreatinin : bila di dapatkan gangguan fungsi ginjal
h). Elekrolit : sebagai paremetar pemantaauaan pemberian cairan
i). Golongan darah dan cross match ( uji cocck serasi) bila akan diberikan
tranfusi darah atau komponen darah
j). Imumoserologi dilakakan pemeriksaun TgM dan IgG terhap dengue,
IgM : terditeksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3,
menghilang setelah 60-90 hari
IgG : pade infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari k-14, pada
infeksi sekunder lg Gr mulai terdeteksi hari ke-2
k). Uji HI : diakukan pengambilan bahan saat pulang dari perawatan, uji
ini digunakan untuk kepentingan surveilans
l). NS I : antigen NS 1 dapat dideieksi pada awal demam hari pertarma
sampai hari ke delapan. Sensitivitas antigen NS 1 berkisar 63 % -93,4
% dengan spesifisatas 100 % sama tinginya dengan spesifisites gold
standard kultur virus. Hasil negative antigen NS 1 menyingkirkan
adanya infeksi virus dengue.
2). Pemeriksaan radiologi
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan
tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai
pada kedua hemitoraks. Asites dan pleura dapat pula dideteksi dengan
pemeriksaan USG
2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Menurut Nunalam, (2008) menyebutkan data data muncul pada pasien DHF
yaitu sebagai berikut
a. Pengkajian
1). Identitas
Nama, umur, (pada DHF paling sering menyerang usia kurang dari 15
tahun), jenis kelamin, slamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan
orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2). Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pesien DHF untuk datang ke rumah
sakit adalah panas tinggi dan lemah.
3). Riwayat penyakit sekarang
Didapakan adanya keluhan pasien mendadak yang disertai menggigil dan
saat demam kesadaran compasmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke
-3 dan ke-7 den anak semakin lemah. Kadang kadang disertai dengam
keluhan batuk, pilek, nyeri telan, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata
terasa pegal, serta adanya manifestasi perndarahan pada kulit, gusi (grade
III, IV), melena atau hematemesis.
4). Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyaki it apa saja yang pernah di derita. Pada DHF, anak bisa mengalami
serangan ulang DHF dengan tipe virus yang lain.
5). Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yeng baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindari.
6). Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan
status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor
predisposisinya. Anak yeng menderits DHF sering mengalami keluhan
mual, muntah dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan
tidalk disertai dengan pemenuhun nutrisi yang mecukupi, maka anak dapet
mengalami penurunan berat badan sehingaa status gizinya kurang.
7). Kondisi lingkugan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungam baju dan
kamar).
8). Pola kebiasaan
a). Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan
berkurang dan nafsu makan menurun
b). Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang-kadang anak mengalami
diare/konstipasi, sementara DHF grade III-IV bisa terjadi melena
c). Eliminasi urine (buang air keeil) perlu dikaji apakah sering kencing,
sedikit/banyak : sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi
hematuria.
d). Tidur dan istirahat : Anak sering mengelami kurang tidur karena
mengalami sakit/hyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan
kualitas tidur maupun istirahat berkurang
e). Kebersihan : Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang, terutama masalah membersihkan tempat
serangan nyamuka aedes aegepty.
f). Perilaku dan tanggapan bila ada kaluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
9). Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari
ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DHF,
keadaan fisik anak adalah scebagai berikut :
a). Grade I : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda-
tanda vital dan nadi lemah
b). Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umun lemah, ada
pendarahan spontan atau petekie, pendarahan gusi dam telinga, serta
nadi lemah, kecil, dan tidak teratur
c). Grade III: kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur.
d). Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba, tensi
tidak terukur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin berkeringat
dan kulit tampak biru.
10). System integument
a). Adanya petekie pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
dingin dan lembab.
b). Kuku sianosis/tidak
c). Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy),
mata anemis, hidung kadang mengalami pendarahan (epitaksis) pada
grade II, III, IV, pada mulut didapat bahwa mukosa mulut kering,
terjadi pendarahan gusi dan nyeri telan. Sementara tenggorokan
mengalami hyperemia pharing dan terjadi pendarahan telinga (pada
Grade II, II, IV)
d). Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax
terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi
pleura), rales +, Ronchi +, yang biasanya terdapat pada grade III dan
IV.
e). Abdomen, mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali),
dan asites.
f). Ekstremitas. Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang
11). Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai :
a). Hb dan PCV meningkat ( 20 % )
b). Trmbositopenia ( 100.000/ml)
c). Leucopenia (memungkinkan normal atau lekositosis)
d). Ig.D dengan positif
e). Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia
f). Urium dan pH darah mungkin meningkat.
g). Asidosis metabolik : pCo <35-40 mmHg dan HCO3 rendah.
h). SGOT/SGPT mungkin meningkat
b. Perencanaan
Rencana keperawatan ada 2 tahap yaitu prioritas dan rencana perawatan.
Perencanaan keperawatan adalah suatu pemikiran tentang perumusan tujuan,
tindakan dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada pasien berdasarkan
analisis pengkajian agar dapat teratasi masalah kesehatan.
Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan :
Tindakan keperawatan :
Tindakan keperawatan :
Tindakan keperawatan :
Tindakan keperawatan :
Tindakan keperawatan :
Tindakan keperawatan :
a). Kaji tingkat pengetahuan keluarga atau pasien tentang penyakit DHF
Rasional : Mengetahui sejauhmana tingkat pengetahuan
pasien/keluarga tentang penyakit.
b). Beri penjelasan kepada pasien atau keluarga tentang penyebab, gejala
dan pencegahan penyakit DHF
Rasional : Diharapkan pasien/keluarga mengerti tentang penyakit,
penyebab dan pencegahannya.
c). Beri kesempatan pada keluarga atau pasien untuk menanyakan hal-hal
yang tidak diketahui
Rasional Mengurangi kecemasan dan memotivasi dalam perawatan
pasien.
d). Lakukan evaluasi setelah memberikan penjelasan pada keluarga atau
pasien
Rasional : Mengetahui tentang informasi yang telahdiberikan apakah
benar-benar sudah dimengerti atau tidak.
c. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independent)
dan tindakan kolaborasi.
1). Tindakan mandiri (independent) adalah aktivitas perawat yang didasarkan
pada kesimpulan atau keputusn sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau
perintah dari petugas kesehatan lain.
2). Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan
bersama seperti dokter dan petugas kesehatan lain
Jika tujuan tercapai, maka perlu dikaji ulang letak kesalahannya, dicari
jalan keluarnya, kemudian catat apa yang ditemukan, serta apakah perlu
dilakukan perubahan intervensi.
Dari masalah yang muncul hal diharapkan pada evaluasi adalah sebagai
berikut: