KELOMPOK III
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah “EJAAN PADA
TAHUN 1947”. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai”EJAAN PADA TAHUN 1947”.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-
kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun.
KELOMPOK III
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan karena selain digunakan sebagai alat
komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara
tulisan, dizaman era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi ini, masyarakat
dituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami informasi disegala aspek
kehidupan sosial secara baik dan benar, sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut,
bahasa berfungsi sebagai media penyampaian informasi secara baik dan tepat dengan
penyampaian berita atau materi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakan
media tersebut secara baik dan benar.
Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa, disinilah peran aturan baku
tersebut digunakan dalm hal ini kita selalu memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan
indonesia yang baik dan benar. Ejaan yang disempurnakan (EYD) adalah Sub materi dalam
ketata bahasaan indonesia, yang memiliki peran yang cukup besar dalam mengatur etika
berbahasa secara tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut dapat disampaikan dan
dipahami secara komprehensif dan terarah.
Goeroe:Guru
Rakjat:rakyat
Ubur2:ubur-ubur
Bajaj:bajay
Ber-main2:bermain-main
Ke-barat2-an:kebarat-baratan
Hoejan:hujan
Toegas:tugas
Moerid:murid
Djarum:jarum
Ejaan republic ditetapkan pada 1947 oleh soewandi,mentri pengajaran, pendidikan, dan
kebudayaan pada masa itu. Dikenal juga dengan sebutan ejaan soewandi,pemilihan nama
ejaan republic tampaknya berkaitan dengan peristiwa kemerdakaan RI.
Kemudian Pada tanggal 19 Maret 1947 Ejaan Soewandi diresmikan untuk menggantikan
Ejaan Van Ophuijsen, ejaan ini dikena oleh masyarakat dengan julukan ejaan republik.
hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu, yaitu:
Raden Soewandi
Ejaan ini disebut sebagai Ejaan Soewandi karena diresmikan tanggal 17 Maret 1947 oleh
Menteri, Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan saat itu, yaitu Raden Soeawandi,
menggantikan ejaan Ophuijsen. Sebenarnya nama resminya adalah ejaan Republik, namun
lebih dikenal dengan ejaan Soewandi.
Menteri yang sebenarnya ahli hukum dan merupakan notaris pertama bumiputera ini
punya alasan mencanangkan ejaan ini. Faktor kebangsaan Indonesia yang sudah merdeka
dan ingin mengikis citra Belanda yang diwakili oleh ejaan Ophuij sen membuat pentingnya
adanya perubahan ejaan di bahasa kita.
Apalagi, saat itu Londo sedang sirik-siriknya melihat pencapaian kemerdekaan mantan
negara jajahannya ini hingga datang lagi ke Indonesia dengan memboncengi sekutu (tahun
1947). Semakin jelek deh impresi Belanda yang terwakilkan dalam ejaan Ophuijsen.
Pada tahun 1901 ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang disebut Ejaan van
Ophuijsen, ditetapkan. Ejaan tersebut dirancang oleh van Ophuijsen dibantu oleh Engku
Nawawi Gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.
Pada akhir 1959 sidang perutusan Indonesia dan Melayu (Slametmulyana-Syeh Nasir
bin Ismail, Ketua) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan
nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). Perkembangan politik selama tahun-tahun
berikutnya mengurungkan peresmian ejaan itu.
Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian
Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57,
Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang
berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan
pemakaian ejaan itu.
Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975
memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat
Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.
Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata dulu, aku, Sukarni, republik (perhatikan
gambar prangko di atas), dsb:
1. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, pada kata-kata makmur, tak, pak, atau
hamzahnya dihilangkan menjadi kira-kira, apa elo masih menulis jum’at alih-alih jumat?
2. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada mobil2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
Jadi terjawab deh kenapa sampai saat ini kita masih sering menuliskan angka 2 sebagai
perwakilan kata ulang. Tapi sayang, kalau konteks bahasa baku, hal ini sudah kedaluarsa.
3. Awalan di– dan kata depan di keduanya ditulis serangkai dengan kata yang menyertainya.
Alhasil, penulisan disekolah atau dijalan disamakan dengan dijual atau diminum. Nah,
penulisan di- sebagai awalan dan kata depan selalu menjadi momok dalam tutur lisan
maupun tulisan. Saat mestinya digabung, dijalankan menjadi di jalankan. Sebaliknya, di
mana menjadi dimana.
4. Penghapusan tanda diakritis atau pembeda antara huruf vokal tengah / yang disebut schwa
oleh para linguis atau e ‘pepet’ disamakan dengan e ‘taling’. Gue pribadi agak keberatan
dengan penghapusan ini. Akibatnya, karena dialek bahasa Indonesia kita sangat beragam
dan dipengaruhi bahasa daerah masing-masing, jadi mestinya kita bisa maklum jika ada
orang Ambon/Papua yang kesulitan mengeja Tebet (konsensusnya Tbt) tetapi malah dieja
Tebet (seperti mengeja bebek). Atau misalnya, komputer yang bagi orang Batak dieja
sebagai komputer (seperti mengeja e pada kemah) alih-alih komputer (seperti mengeja e
pada terbang). Namun begitu, ada juga pendapat bahwa hal ini baik karena menuliskan
tanda diakritis tidaklah praktis.
Ejaan dalam konteks Bahasa Indonesia sendiri mengalami perubahan beberapa kali sejak
seratus tahun ini. Motif yang mendasari perubahan ejaan itu umumnya karena alasan politik.
Tapi, sebelum kita masuk ke cerita pengaruh-pengaruh politik apa saja yang memotori
perubahan tersebut, ada baiknya kita perlu tahu dulu nih prinsip aja sih yang biasanya
digunakan para ahli bahasa dalam melakukan perubahan ejaan.
Bayangkan, kalau elo disuruh menulis kalimat ini menggunakan ejaan jadul (zaman
doele): saya selalu galau jika memikirkannya. Jadinya seperti ini: saja selaloe galaoe
djika memiirkannja.
Lebih efisien kalau kita pakai ejaan yang sekarang, kan? Lagipula, ada beda antara
pengucapan dan penulisan.
2. Prinsip keluwesan
3. Prinsip kepraktisan
Prinsip kepraktisan ini terkait dengan penggunaan tanda diakritis. Apa tuh tanda diakritis? Itu lho,
tanda di atas huruf yang biasanya dipake di negara-negara yang masih berbahasa tonal, kayak
Mandarin, Jerman, Ceko, Vietnam, Islandia, atau Spanyol.
Tanda diakritis tetap dipertahankan di negara-negara tersebut karena adanya perbedaan makna
yang dikandung. Dulu, bahasa kita sempat menggunakan penanda diakritis lho, tetapi dihapuskan
dengan alasan kepraktisan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan
bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya
dalam suatu bahasa).
Secara teknis, yang dimaksud ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, penulisan
unsur serapan, dan pemakaian tanda baca.
Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa melayu dengan huruf latin, yang disebut Ejaan
Van Ophuijsen. Merancang ejaan itu yang dibantu oleh Engku Nawawi gelar Soetan
Ma’moer dan Moehammad Taibsoetan Ibrahim.
Ejaan ini disebut sebagai Ejaan Soewandi karena diresmikan tanggal 17 Maret 1947
oleh Menteri, Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan saat itu, yaitu Raden Soeawandi,
menggantikan ejaan Ophuijsen. Sebenarnya nama resminya adalah ejaan Republik, namun
lebih dikenal dengan ejaan Soewandi.
3.2 Saran
sudah menjadi kewajiban kita sebagai kaum pelajar untuk selalu mengingatkan kepada
masyarakat guna dapat menggunakan kaidah tata bahasa indonesia yang baik dan benar.
Karena bagaimanapun bahasa memiliki peran penting dalam proses pembangunan karakter
masyarakat dalam bangsa ini.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Republik
https://www.bahasakita.com/id/bahas-bahasa/dari-ejaan-van-ophuijsen-hingga-eyd/