Anda di halaman 1dari 13

Disusun Oleh:

KELOMPOK III

1. Mohammad Al Fahmid Taher


2. Salim Mahagia
3. Nur Ainie Rabiasa
4. Nining Rumodar
5. Natasya Alya Bilondatu
6. Ditia Puili

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


MUHAMMADIYAH MANADO
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah “EJAAN PADA
TAHUN 1947”. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai”EJAAN PADA TAHUN 1947”.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-
kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa sarana yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun.

Manado, September 2019


Penulis

KELOMPOK III
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i


KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Tujuan penulisan ............................................................................................ 2
1.3 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................. 3


2.1 Pengertian dari Ejaan .......... .......................................................................... 3
2.2 Perkembangan Ejaan . .................................................................................... 3
2.3 Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) – 1947-1972............................................ 4
2.4 Faktor Pemicu Hadirnya Ejaan Soewandi...................................................... 5
2.5 Ciri-ciri Ejaan Soewandi............................................................................... . 6
2.6 Prinsip-prinsip yang Mendasari Perubahan Ejaan dalam Bahasa Indonesia. 7

BAB III PEMBAHASAN ... .................................................................................... 8


3.1 Kesimpulam ............. .................................................................................... 8
3.2 Saran ........................ .................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan karena selain digunakan sebagai alat
komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara
tulisan, dizaman era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi ini, masyarakat
dituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami informasi disegala aspek
kehidupan sosial secara baik dan benar, sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut,
bahasa berfungsi sebagai media penyampaian informasi secara baik dan tepat dengan
penyampaian berita atau materi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakan
media tersebut secara baik dan benar.

Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa, disinilah peran aturan baku
tersebut digunakan dalm hal ini kita selalu memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan
indonesia yang baik dan benar. Ejaan yang disempurnakan (EYD) adalah Sub materi dalam
ketata bahasaan indonesia, yang memiliki peran yang cukup besar dalam mengatur etika
berbahasa secara tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut dapat disampaikan dan
dipahami secara komprehensif dan terarah.

Dalam prakteknya diharapkan aturan tersebut dapat digunakan dalam keseharian


masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa indonesia dapat digunakan secara baik
dan benar.
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa Pengertian dari Ejaan?


2. Apa pengertian dari Perkembangan Ejaan?
3. Apa Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) – 1947-1972?
4. Apa saja Faktor Pemicu Hadirnya Ejaan Soewandi?
5. Apa saja Ciri-ciri Ejaan Soewandi?
6. Apa saja Prinsip-prinsip yang Mendasari Perubahan Ejaan dalam Bahasa Indonesia?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:

1. Menjelaskan pengertian dari ejaan dan perkembangan ejaan


2. Menjelaskan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) – 1947-1972 dan faktor pemicu hadirnya
ejaan soewandi
3. Mengetahui apa-apa saja ciri-ciri ejaan soewandi dan prinsip-prinsip yang mendasari
perubahan ejaan dalam bahasa indoneisa
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ejaan


Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan
bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya
dalam suatu bahasa).
Secara teknis, yang dimaksud ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, penulisan
unsur serapan, dan pemakaian tanda baca.
2.2 Perkembangan Ejaan
Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa melayu dengan huruf latin, yang disebut Ejaan
Van Ophuijsen. Merancang ejaan itu yang dibantu oleh Engku Nawawi gelar Soetan
Ma’moer dan Moehammad Taibsoetan Ibrahim.
Hal-hal yang menonjol dalam Ejaan Van ophuijsen yaitu:
Huruf “j” untuk menuliskan kata-kata “jang,pajang,sajang”.
Huruf “oe” untuk menuliskan kata-kata “goeroe,itoe,oemoer”.
Tanda dia kritik seperti,ain dan trema, untuk menuliskan kata-kata ma’
moer,’akal,ta’,pa’,dan dinamai

Contoh ejaan soewandi:

 Goeroe:Guru
 Rakjat:rakyat
 Ubur2:ubur-ubur
 Bajaj:bajay
 Ber-main2:bermain-main
 Ke-barat2-an:kebarat-baratan
 Hoejan:hujan
 Toegas:tugas
 Moerid:murid
 Djarum:jarum
Ejaan republic ditetapkan pada 1947 oleh soewandi,mentri pengajaran, pendidikan, dan
kebudayaan pada masa itu. Dikenal juga dengan sebutan ejaan soewandi,pemilihan nama
ejaan republic tampaknya berkaitan dengan peristiwa kemerdakaan RI.
Kemudian Pada tanggal 19 Maret 1947 Ejaan Soewandi diresmikan untuk menggantikan
Ejaan Van Ophuijsen, ejaan ini dikena oleh masyarakat dengan julukan ejaan republik.
hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu, yaitu:

 Huruf oe diganti dengan u seperti pada guru, itu, umur.


 Bunyi hamzah dengan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti kepada kata-kata tak, pak,
maklum dan rakjat.
Kata ulang bisa ditulis dengan angka-2, seperti anak2, ber-jalan2 dan ke-barat2-an.
Awalan di dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutnya,
seperti kata depan di, pada, dirumah, dikebun, disamakan, dengan imbuhan di-pada ditulis
dan di karang.
Setelahnya pada Kongres bahasa Indonesia II Medan (1959) sidang perutusan
Indonesia dan Melayu (Slametmulyana-syeh Nasir bin Ismail,ketua) menghasilkan konsep
ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan Ejaan Melindo (Melayu–Indonesia).

2.3 Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) – 1947-1972

Raden Soewandi
Ejaan ini disebut sebagai Ejaan Soewandi karena diresmikan tanggal 17 Maret 1947 oleh
Menteri, Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan saat itu, yaitu Raden Soeawandi,
menggantikan ejaan Ophuijsen. Sebenarnya nama resminya adalah ejaan Republik, namun
lebih dikenal dengan ejaan Soewandi.

Mr. raden soewandi(1899-1964) Adalah mentri kehakiman Republik Indonesia pada


kabinmet sjahril I dan kabinet sjahril II kemudian mentri pengajaran pada kabinet sjahril III.

2.4 Faktor Pemicu Hadirnya Ejaan Soewandi

Menteri yang sebenarnya ahli hukum dan merupakan notaris pertama bumiputera ini
punya alasan mencanangkan ejaan ini. Faktor kebangsaan Indonesia yang sudah merdeka
dan ingin mengikis citra Belanda yang diwakili oleh ejaan Ophuij sen membuat pentingnya
adanya perubahan ejaan di bahasa kita.

Apalagi, saat itu Londo sedang sirik-siriknya melihat pencapaian kemerdekaan mantan
negara jajahannya ini hingga datang lagi ke Indonesia dengan memboncengi sekutu (tahun
1947). Semakin jelek deh impresi Belanda yang terwakilkan dalam ejaan Ophuijsen.

Pada tahun 1901 ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang disebut Ejaan van
Ophuijsen, ditetapkan. Ejaan tersebut dirancang oleh van Ophuijsen dibantu oleh Engku
Nawawi Gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.

Hal-hal yang menonjol dalam ejaan ini adalah sebagai berikut:

1. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang.


2. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.
3. Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer,
‘akal, ta’, pa’, dinamai’.

Pada akhir 1959 sidang perutusan Indonesia dan Melayu (Slametmulyana-Syeh Nasir
bin Ismail, Ketua) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan
nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). Perkembangan politik selama tahun-tahun
berikutnya mengurungkan peresmian ejaan itu.
Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian
Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57,
Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang
berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan
pemakaian ejaan itu.

Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia,


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran
Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas.

Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975
memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan
Pedoman Umum Pembentukan Istilah.

Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat
Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.

2.5 Ciri-ciri Ejaan Soewandi

Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata dulu, aku, Sukarni, republik (perhatikan
gambar prangko di atas), dsb:

1. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, pada kata-kata makmur, tak, pak, atau
hamzahnya dihilangkan menjadi kira-kira, apa elo masih menulis jum’at alih-alih jumat?
2. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada mobil2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
Jadi terjawab deh kenapa sampai saat ini kita masih sering menuliskan angka 2 sebagai
perwakilan kata ulang. Tapi sayang, kalau konteks bahasa baku, hal ini sudah kedaluarsa.
3. Awalan di– dan kata depan di keduanya ditulis serangkai dengan kata yang menyertainya.
Alhasil, penulisan disekolah atau dijalan disamakan dengan dijual atau diminum. Nah,
penulisan di- sebagai awalan dan kata depan selalu menjadi momok dalam tutur lisan
maupun tulisan. Saat mestinya digabung, dijalankan menjadi di jalankan. Sebaliknya, di
mana menjadi dimana.
4. Penghapusan tanda diakritis atau pembeda antara huruf vokal tengah / yang disebut schwa
oleh para linguis atau e ‘pepet’ disamakan dengan e ‘taling’. Gue pribadi agak keberatan
dengan penghapusan ini. Akibatnya, karena dialek bahasa Indonesia kita sangat beragam
dan dipengaruhi bahasa daerah masing-masing, jadi mestinya kita bisa maklum jika ada
orang Ambon/Papua yang kesulitan mengeja Tebet (konsensusnya Tbt) tetapi malah dieja
Tebet (seperti mengeja bebek). Atau misalnya, komputer yang bagi orang Batak dieja
sebagai komputer (seperti mengeja e pada kemah) alih-alih komputer (seperti mengeja e
pada terbang). Namun begitu, ada juga pendapat bahwa hal ini baik karena menuliskan
tanda diakritis tidaklah praktis.

2.6 Prinsip-prinsip yang Mendasari Perubahan Ejaan dalam Bahasa Indonesia

Ejaan dalam konteks Bahasa Indonesia sendiri mengalami perubahan beberapa kali sejak
seratus tahun ini. Motif yang mendasari perubahan ejaan itu umumnya karena alasan politik.
Tapi, sebelum kita masuk ke cerita pengaruh-pengaruh politik apa saja yang memotori
perubahan tersebut, ada baiknya kita perlu tahu dulu nih prinsip aja sih yang biasanya
digunakan para ahli bahasa dalam melakukan perubahan ejaan.

Prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

1. Prinsip kehematan (efisiensi)

Bayangkan, kalau elo disuruh menulis kalimat ini menggunakan ejaan jadul (zaman
doele): saya selalu galau jika memikirkannya. Jadinya seperti ini: saja selaloe galaoe
djika memiirkannja.

Lebih efisien kalau kita pakai ejaan yang sekarang, kan? Lagipula, ada beda antara
pengucapan dan penulisan.
2. Prinsip keluwesan

Keluwesan berarti kemampuan adaptasi terhadap perkembangan zaman. Pada contoh


yang gue sebutin sebelumnya, keliatan kan, dengan ejaan zaman sekarang, kita lebih luwes
menulis dan mengucapkannya.

3. Prinsip kepraktisan

Prinsip kepraktisan ini terkait dengan penggunaan tanda diakritis. Apa tuh tanda diakritis? Itu lho,
tanda di atas huruf yang biasanya dipake di negara-negara yang masih berbahasa tonal, kayak
Mandarin, Jerman, Ceko, Vietnam, Islandia, atau Spanyol.

Tanda diakritis tetap dipertahankan di negara-negara tersebut karena adanya perbedaan makna
yang dikandung. Dulu, bahasa kita sempat menggunakan penanda diakritis lho, tetapi dihapuskan
dengan alasan kepraktisan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan
bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya
dalam suatu bahasa).
Secara teknis, yang dimaksud ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, penulisan
unsur serapan, dan pemakaian tanda baca.
Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa melayu dengan huruf latin, yang disebut Ejaan
Van Ophuijsen. Merancang ejaan itu yang dibantu oleh Engku Nawawi gelar Soetan
Ma’moer dan Moehammad Taibsoetan Ibrahim.
Ejaan ini disebut sebagai Ejaan Soewandi karena diresmikan tanggal 17 Maret 1947
oleh Menteri, Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan saat itu, yaitu Raden Soeawandi,
menggantikan ejaan Ophuijsen. Sebenarnya nama resminya adalah ejaan Republik, namun
lebih dikenal dengan ejaan Soewandi.

3.2 Saran
sudah menjadi kewajiban kita sebagai kaum pelajar untuk selalu mengingatkan kepada
masyarakat guna dapat menggunakan kaidah tata bahasa indonesia yang baik dan benar.
Karena bagaimanapun bahasa memiliki peran penting dalam proses pembangunan karakter
masyarakat dalam bangsa ini.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Republik

https://www.bahasakita.com/id/bahas-bahasa/dari-ejaan-van-ophuijsen-hingga-eyd/

Anda mungkin juga menyukai