Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

KETUBAN PECAH DINI (KPD)

A. DEFINISI
1) Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/rupturnya
selaput amnion sebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya atau
pecahnya selaput amnion sebelum usia kehamilannya mencapai 37 minggu
dengan atau tanpa kontraksi. (mitayani.2011.buku keperawatan maternitas)
2) Ketuban pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
sebelum waktu nya melahirkan, hal ini dapat terjadi pada akhirnya
kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan.
(sujiyati.2009.asuhan patologi kebidanan)
3) Ketuban pecah dini (KPD) merupakan pecahnya selaput
janin sebelum proses persalinan dimulai,pada usia kurang dari 37 minggu.
(errol norwiz dan john, obstetric dan ginekologi. 2007)
4) Ketuban pecah dini adalah pecah/rupturnya selaput amnion
sebelum dimulainya persalinan dan sebelum usia kehamilan mencapai 37
minggu dengan kontraksi atau tanpa kontraksi.

B. ETIOLOGI
1) Persalinan prematur
2) Korioamnionitis terjadi dua kali sebanyak KPD
3) Malposisi atau malpresentasi janin
4) Faktor yang mengabitkan kerusakan serviks
 Pemakaian alat – alat pada serviks sebelumnya (misalnya aborsi
terapeutik, LEEP dan sebagainya)

1
 Peningkatan paritas yang memungkinkan kerusakan serviks selama
pelahiran sebelumnya
 Inkompeteni serviks
5) Riwayat KPD sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih
6) Faktor – faktor yang berhubungan dengan berat ibu
 Kelebihan berat badan sebelum kehamilan
 Penambahan berat badan sebelum kehamilan
7) Merokok selama kehamilan
8) Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang
kuat daripada ibu muda
9) Riwayat hubungan seksual baru – baru ini
(buku obstetric dan ginekologi.2009.geri morgan)

C. PATHOFISIOLOGI
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan
menginduksi kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban. Banyak
mikroorganisme servikovaginal, menghasilkan fosfolipid C yang dapat
meningkatkan konsentrasi secara local asam arakidonat dan lebih lanjut
menyebabkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa dan selanjutnya menyebabkan
kontraksi miometrium. Pada infeksi juga dihasilkan produk sekresi akibat
aktivitas monosit/makrofag, yaitu sitokrin, interleukin 1, factor nekrosis tumor
dan interleukin 6. Platelet activating factor yang diproduksi oleh paru – paru
janin dan ginjal janinya yang ditemukan dalam cairan amnion, secara sinergis
juga mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin yang masuk kedalam
cairan amnion juga akan merangsang sel – sel disidua untuk memproduksi
sitokin dan kemudian prostaglandin yang menyebabkan dimulainya persalinan.
Adanya kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme
lain terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi. Enzim bacterial
dan atau produk host yang disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat

2
menyebabkan kelemahan dan rupture kulit ketuban. Banyak flora servikoginal
komensal dan patogenik mempunyai kemampuan memproduksi protease dan
kolagenase yang menurunkan kekuatan tenaga kulit ketuban. Elastase leukosit
polimorfonuklear secara spesifik dapat memecah kolagen tipe III papa
manusia, membuktikan bahwa infiltrasi leukosit pada kulit ketuban yang terjadi
karena kolonisasi bakteri atau infeksi dapat menyebabkan pengurangan
kolagen tipe III dan menyebabkan ketuban pecah dini.
Enzim hidrolitik lain, termasuk katepsin B, katepsin N, kolagenase yang
dihasilkan netrofil dan makrofag, nampaknya melemahkan kulit ketuban. Sel
inflamasi manusia juga menguraikan aktifator plasminogen yang mengubah
plasminogen menjadi plasmin, potensial, potensial menjasi penyebab ketuban
pecah dini.

D. PHATWAY

3
E. TANDA DAN GEJALA
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina, aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin
cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan ciri pucat dan bergaris

4
warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi
sampai kelahiran, tetapi bila anda duduk atau berdiri kepala janin yang sudah
terletak dibawah biasanya “mengganjal” atau menyambut kebocoran untuk
sementara.
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda – tanda infeksi yang terjadi.
(buku asuhan patologi kebidanan.sujiyatini.2009)

F. FAKTOR RESIKO ATAU PREDISPOSISI KETUBAN PECAH DINI


a. Kehamilan multipel : kembar dua (50%) dan kembar tiga (90%)
b. Riwayat persalinan preterm sebelumnya : risiko 2 – 4
c. Tindakan sanggama : TIDAK berpengaruh kepada risiko, KECUALI
jika higiene buruk predisposisi terhadap infeksi
d. Perdarahan pervagina : trimester pertama (risiko 2x), trimester
kedua/ketiga (20x)
e. Bakteriuria : risiko 2x (prevalensi 7%)
f. PH vagina di atas 4.5 : risiko 32% (vs. 16%)
g. Servix tipis / kurang dari 39 mm : risiko 25% (vs. 7%)
h. Flora vagina abnormal : risiko 2 – 3x

i. Fibronectin > 50 ng/ml : risiko 83% (vs. 19%)


j. Kadar CRH (corticotropin releasing hormone) maternal tinggi
misalnya pada stress psikologis dapat menjadi stimulasi persalinan
pretermatur

G. KOMPLIKASI
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia 37 minggu
adalah sindrom distress pernapasan,yang terjadi pada 10 – 40% bayi baru lahir.
Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil dengan KPD
premature sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis
(radang pada korion dan amnion). Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya
tali pusar dapat terjadi pada KPD.
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD praterm.
Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal terjadi pada KPD praterm.

5
Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD prater mini terjadi pada usia
kehamilan kurang dari 23 minggu.
a. Infeksi intrauterine
b. Tali pusat menumbung
c. Prematuritas
d. Distosia
(buku asuhan patologi kebidanan.sujiyatini.2009)

H. PENATALAKSANAAN
a. Pencegahan
1. Obati infeksi gonokokus, klamidi dan vaginosis bacterial.
2. Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung
untuk mngurangi atau berhenti.
3. Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil.
4. Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trisemester
akhir bila ada faktor predisposisi.
b. Bila ketuban telah pecah
1. Anjurkan pengkajian secara saksama, upayakan mengetahui waktu
terjadinya pecahnya ketuban.
2. Bila robekan ketuban tampak kasar :
 Saat pasien berbaring terlentang, tekan fundus untuk
melihat adanya semburan cairan dari vagina.
 Basahai kapas asupan dengan cairan dan lakukan pulasan
pada slide untuk mengkaji ferning dibawah mikroskop.
 Sebagian cairan diusapkan kekertas Nitrazene. Bila positif,
pertimbangkan uji diagnostik bila pasien sebelumnya tidak
melakukan hubungan seksual tidak ada perdarahan dan tidak
dilakukan pemeriksaan pervagina menggunakan jeli K – Y.
3. Bila pecah ketuban atau tanda kemungkinan infeksi tidak jelas,
lakukan pemeriksaan pekulum steril.
 Kaji nilai bishop serviks (lihat Nilai Bishop, tabel 5 – 2).
 Lakukan kultur serviks hanya bila ada tanda infeksi.
 Dapatkan spesimen cairan lain dengan lidi kapas steril yang
dipulaskan pada slide untuk mengkaji ferning dubawah
mikroskop.
4. Bila usia gestasi kurang dari 37 minggu atau pasien terjangkit
herpes Tipe 2, rujuk ke dokter.
c. Penatalaksanaan agresif
1. Jel prostaglandin atau misoprostol (meskipun tidak disetujui
penggunaannya) dapat diberikan setelah konsultasi dengan dokter.

6
2. Mungkin dibutuhkan rangkaian induksi pitocin bila serviks tidak
berespons.
3. Beberapa ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya persalinan. Bila
tidak ada tanda, mulai pemberian pitocin.
4. Berikan cairan per IV pantau janin.
5. Peningkatan resiko seksio sesaria bila induksi tidak efektif.
6. Bila pengambilan keputusan bergantung pada kelayakan serviks
untuk di indikasi, kaji nilai bishop (lihat label 5 – 2) setelah
pemeriksaan spekulum. Bila diputuskan untuk menunggu persalinan,
tidak ada lagi pemeriksaan yang dilakukan, baik manipulasi dengan
tangan maupun spekulum, sampai persalinan dimulai atau induksi
dimulai.
7. Periksa hitung darah lengka bila ketuban pecah. Ulangi
pemeriksaan pada hari berikutnya sampai pelahiran atau lebih sering
bila ada tanda infeksi.
8. Lakukan NST setelah ketuban pecah waspada adanya takikardia
janin yang merupakan salah satu tanda infeksi.
9. Mulai induksi setelah konsultasi dengan dokter bila :
 Suhu tubuh ibu meningkat signifikan
 Terjadi takikardia janin
 Lokia tampak keruh
 Iritabilitas atau nyeri tekan uterus yang signifikan
 Kultur vagina menunjukan strepkus beta hemolitikus
 Hitung darah lengkap menunjukan kenaikan sel darah putih
d. Penatalaksanaan persalinan lebih dari 24 jam setelah ketuban pecah
1. Pesalinan spontas
 Ukur suhu tubuh pasien setiap 2 jam, berikan antibiotik bila
ada demam
 Anjurkan pemantauan janin internal
 Beritahu dokter spesialis obstetri dan spesialis anak atau
praktisi perawat neonatus
 Lakukan kultur sesuai panduan
2. Indikasi persalinan
 Lakukan secara rutin setelah konsultasi dengan dokter
 Ukur suhu tubuh setiap 2 jam
 Antibiotik : pemberian antibiotik memiliki beragam
panduan, banyak yang memberikan 1 – 2 g ampisilin per IV atau
1 – 2 g Mefoxin per IV ssetiap 6 jam sebagai profilakis. Beberapa
panduan lainnya menyarankan untuk mengukur suhu tubuh ibu
dan DJJ untuk menentuan kapan aantibiotik mungkin diperlukan.

7
(buku obstetric dan ginekologi,2009,geri morgan)

ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM SEKSIO SESAREA ATAS


INDIKSI KETUBAN PECAH DINI

A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
a. Identitas
Nama : Ny. G
Umur : 31 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Pasiraman Kidul RT 02 RW 02 Pekuncen,
Banyumas
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
No. RM : 939489
Tanggal pengkajian : 13 April 2015
Diagnosa medis : G1P1A0 Post Sc atas Indikasi KPD
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. T
Umur : 31 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Pasiraman Kidul RT 02 RW 02 Pekuncen,
Banyumas
Hubungan : Suami

2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri perut bekas operasi

8
P : Nyeri karena post Sc
Q : Nyeri seperti ditusuk – tusuk
R : Nyeri bagian perut bawah
S : Skala 5
T : Hilang timbul
b. Keluhan tambahan
Klien mengatakan tidak bisa tidur, selain itu klien sering
terlihat bingung dan bertanya – tanya pada perawat tentang ASI.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan pada tanggal 12 April 2015 merasa
kencang – kencang dan terasa sangat nyeri, dibawa ke Puskesmas
Ajibarang, pada pukul 23.00 WIB ketuban pecah sebelum hari
perkiraan lahir dan dirujuk ke IGD VK RSMS pada tanggal 13
April 2015 jam 01.00 WIB dengan diagnosa G1P1A0 dengan usia
kehamilan 38 minggu +1 hari dengan KPD , ketuban sudah pecah
selama 10 jam sebelum proses persalinan. Klien sudah melakukan
pemeriksaan USG tanggal 16 Maret 2015 (USG 2 dimensi)
dengan hasil janin hidup, ukuran kehamilan 34 minggu aktivitas
janin sangat baik dan adanya presentasi bokong, ketuban sudah
pecah selama 10 jam sebelum proses persalinan.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan sebelumnya belum pernah melahirkan,
operasi dan belum pernah dirawat di RS.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan keluarga tidak pernah mengalami ketuban
pecah dini seperti yang klien alami, tidak mempunyai penyakit
menular atau penyakit berbahaya seperti hipertensi, DM serta
TBC.

f. Riwayat Obstetri
1) Menstruasi
 Menarche : 14 tahun
 Siklus Menstruasi : 28 hari, lamanya 7 hari
 Karakteristik : Teratur, tidak ada dismenore
2) G1P1A0
 HPHT : 20 Juli 2014
 HPL : 27 April 2015
 Usia kehamilan : 38 minggu +1 hari
 TB : 160 cm
 BB sebelum hamil : 43 kg
 Penambahan BB : 14 kg

9
3) Keluhan yang muncul selama kehamilan ini
Trimester Keluhan
I Tidak ada keluhan
II Tidak ada keluhan
Adanya rembesan
III ketuban, presbo, UK : 34
minggu

3. POLA FUNGSIONAL GORDON


a. Pola Persepsi Kesehatan
DS : Klien mengatakan kesehatan itu penting, saat hamil sering
memeriksakan kesehatan ke bidan.
DO : Riwayat ANC teratur, trimester I : 3 kali, trimester II : 3
kali, trimester III : 6 kali.
b. Pola Nutrisi
DS : Klien mengatakan sat hamil mengonsumsi sayuran dan
susu ibu dan terkadang buah-buahan, makan 3 kali dalam
sehari, minum 6 – 7 gelas dalam sehari, setelah
melahirkan nafsu makan baik.
DO : Klien tampak menghabiskan 1 porsi makanan yang
disediakan RS.
c. Pola Eliminasi

10
DS : Klien mengatakan saat hamil BAK lancar 5 – 6 kali dalam
sehari, BAB 1 kali dalam sehari, setelah melahirkan klien
belum BAB, BAK lancar.
DO : Terpasang DC.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
DS : Klien mengatakan semua aktivitasnya masih dibantu oleh
keluarganya, badannya masih terasa sakit bila digerakan.
DO : Klien terlihat berhati – hati bila ingin bergerak.
e. Pola Persepsi dan Kognitif
DS : Klien mengatakan alat indranya masih berfungsi dengan
baik dan tidak ada gangguan.
DO : Klien dapat menggunakan alat indranya dengan baik tanpa
bantuan.

f. Pola Peran dan Hubungan


DS : Klien mengatakan peranya sebagai ibu sudah terlengkapi
dengan di karuniai anak.
DO : Klien terlihat selalu ditemani suami dan keluarganya.
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
DS : Klien mengatakan senang telah melahirkan dan ingin
segera pulang.
DO : Klien terlihat kooperatif saat pengkajian dan saat
dilakukan tindakan.
h. Pola Reproduksi Seksualitas
DS : Klien mengatakan tidak ada masalah pada organ
reproduksinya.
DO : Klien berjenis kelamin perempuan.
i. Pola Koping dan Stress
DS : Klien mengatakan setiap ada masalah selalu didiskusikan
dengan keluarganya.
DO : Klien dirawat di RS atas persetujuan keluarga.
j. Pola Nilai dan Kepercayaan
DS : Klien mengatakan memasrahkan segalanya kepada Allah
dan berusaha semampunya.
DO : Klien beragama islam dan tampak sabar.

4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Status Gizi : Baik

11
Vital Sign : TD: 100/70 mmHg, N: 84x/menit, S: 36,5ºC, RR:
20x/menit
b. Pemeriksaan Head to Toe
1) Kepala
Bentuk : Mesochesepali
Kulit rambut : rambut hitam, tidak ada luka, bersih
2) Mata : pupil isokor, sklera tidak ikterik,
kinjungtiva ananemis
3) Hidung : bersih, tidak ada gangguan
penciuman, tidak ada polip
4) Telinga : tidak ada gangguan
pendengaran, tidak ada serumen
5) Mulut : Bersih, mukosa bibir lembab, tidak
ada stomatitis
6) Gigi : tdak terdapat karies gigi
7) Leher : tidak terdapat adanya pembesaran
klenjar tyroid
8) Dada : dinding dada simetris
9) Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : teraba ictus cordis tidak teraba
Perkusi : pekak
Auskultasi : regular, tidak terdengar bunyi tambahan
10) Paru – paru
Inspeksi : pengembangan paru kanan paru kiri
simetris
Palpasi : gerakan dada kanan dan kiri sama, tidaka
ada nyeri tekan
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikular
11) Abdomen
Inspeksi : TFU dibawah pusat 2 jari
Auskultasi : bising usus normal
Palpasi : tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : timpani
12) Ekstremitas
Atas : tidak ada oedema, infus terpasang tangan
kiri
Bawah : tidak ada oedema, turgor kulit baik

c. Riwayat KB
Klien sebelumnya belum pernah menggunakan KB

12
d. Rencana KB
Klien telah di pasang IUD setelah melahirkan anak pertama ini

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan USG
Tanggal : 16 Maret 2015
Jenis pemeriksaan : USG 2 dimensi
Janin : Tunggal, hidup, presentasi bokong,
punggung kanan.
Plasenta : Berimplementasi di fundus grad II, tidak
menutupi OUI.
Amnion : Volume amnion cukup, partikel (+)
Biometri : BPD 8,43 cm, HC 30,63 cm, AC 29,41, FL
6,41 cm, TBJ 2195±3,29 gr
Jantung : DJJ 135 kali/ menit, teratur.
Anomali : Tidak tampak kelainan kongenital mayor
Aktivitas : Baik
Lain – lain : Jenis kelmin memungkinkan perempuan
Penilaian : Janin hidup, umur kehamilan 34 minggu
(Tp: 16 Maret 2015), aktivitas dan keadaan
janin saat ini baik, presentasi bokong.

b. Pemeriksaan Penunjang
Parameter Hasil Satuan Nilai normal
Hemoglobin 9,2 g/dL 12,0-16,0
Leukosit 12,360 /µL 4.800-10.800
Hematokrit 25 % 37-47
Eritrosit 2,9 10^6/µL 4,2-5,4
Trombosit 188.000 /µL 150.000-
450.000
MCV 86,6 fL 79,0-99,0
MCH 31,0 Pg 27,0-31,0
MCHC 36,7 % 33,0-37,0
RDW 13,3 % 11.5-14.5
MPV 9,7 fL 7,2-11,1
Basofil 0,2 % 0,0-1,0
Eosinofil 0,1 % 2,0-4,0
Segmen 83,6 % 2.00-5.00
Limfosit 9,3 % 25.0-40.0
Monosit 6.,1 % 2,0-8,0

13
6. TERAPI
a. Injeksi Ketorolac 2x30mg
b. Oral Clindamicin 2x500mg
c. Oral Asamefenamat 2x500mg
d. IV FD RL 20tpm

B. ANALISA DATA
NO. DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
1 DS : Klien mengatakan nyeri Agen injuri Nyeri akut
perut bekas oprasi fisik
P : Nyeri karena post Sc
Q : Nyeri seperti ditusuk
– tusuk
R : Nyeri bagian perut
bawah
S : Skala 5
T : Hilang timbul
DO : Klien terlihat meringis
menahan sakit
TTV :
TD : 100/70 mmHg
N : 84x/menit
S : 36,5ºC
RR : 20x/menit
2 DS : Klien mengatakan Kelemahan Intoleransi
aktivitasnya masih dibantu umum aktivitas
keluarganya, badannya masih
terasa sakit bila digerakan
DO : Klien terlihat berhati –
hati bila ingin bergerak

C. DIAGNOSA
KEPERAWATAN

14
1. Nyeri akut b.d
agen injuri fisik
2. Intoleransi
aktivitas b.d kelemahan umum

D. INTERVENSI
No. Tujuan dan Kriteria (NOC) Intervensi (NIC)
1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x Pain
24 jam diharapkan nyeri berkurang atau hilang. Management :
NOC : Pain Control a. Kaji nyeri
Indikator Awal secara
Tujuan komprehensif
Mampu mengontrol nyeri 3 (catat lokasi,
5 karakteristik,
Melaporkan adanya nyeri 3 durasi, frekuensi,
5 kualitas dan
Frekuensi nyeri 3 intensitas).
5 b. Ajarkan
Ekspresi nyeri pada wajah 3 tentang teknik
5 non –
Tanda vital dalam rentang normal 4 farmakologi.
5 c. beri posisi
Keterangan : tidur yang
1 : Kuat Nyaman dan
2 : Berat lingkungan yang
3 : Sedang tenang.
4 : Ringan d. Monitor vital
5 : Tidak ada sign.

15
2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x I : Activity
24 jam Therapy
Diharapkan aktifitas meningkat. a. Jika
NOC : Activity Tolerance memungkinkan
Indikator Awal tingkatkan
Tujuan aktifitas secara
Vital sign dalam rentang normal 3 5 bertahap (dari
saat beraktifitas duduk, jalan,
Laporan ADL (Activity Daily Living) 3 5 aktifitas normal).
meningkat b. Monitor intake
Kemampuan bicara saat latihan 3 nutrisi untuk
5 memastikan
Keterangan : kecukupan
1 : Keluhan ekstrim sumber energi.
2 : Keluhan berat II : Energy
3 : Keluhan sedang Management
4 : Keluhan ringan a. Observasi
5 : Tidak ada keluhan adanya
pembatasan klien
dalam
melakukan
aktifitas.
b. Monitor
lamanya pola
tidur atau
istirahat klien.

E. IMPLEMENTASI
Tanggal Dx Implementasi Respon Klien Paraf

16
13 April 2015
15.30 1, 2 Mengkaji KU klien. Sedang, compos
mentis.
15.35 1, 2 Mengkaji keluhan
Klien mengatakan
klien.
nyeri perut bekas
operasi. Klien
15.40 1 terlihat meringis
Mengkaji nyeri
menahan sakit.
secara
P : Nyeri karena post
komprehensif.
Sc
Q : Nyeri seperti
ditusuk – tusuk
R : Nyeri bagian
perut bawah
S : Skala 5
15.45 1 T : Hilang timbul
Klien terlihat
Melatih napas dalam
meringis menahan
17.45 1, 2 untuk mengurangi
sakit.
nyeri.
Klien mau
Mengukur tanda –
melakukan dan
18.00 1 tanda vital.
kooperatif.
TD : 100/70 mmHg
18.10 1 Memberikan N : 84x/menit
S : 36,5oC
kolaborasi terapi
R : 20x/menit
injeksi. Injeksi sudah
Memberikan
diberikan, klien
kolaborasi terapi
19.15 2 kooperatif.
oral asam Klien meminum
mefenamat 2 x 500 obat.
19.30 2 mg dan clindamicin
2 x 500 mg.
Mengobservasi
Klien terlihat sangat
20.00 1, 2 pembatasan klien
berhati – hati dalam
dalam melakukan
21.00 1, 2
bergerak.
aktivitas.
Memotivasi ibu
Klien mau

17
untuk berulang melakukan dan
memberikan ASI kooperatif.
pada bayinya.
Klien mengikuti dan
Menganjurkan ibu
kooperatif.
untuk istirahat.
Mengikuti operan
jaga.
14 April 2015
07.30 1, 2 Mengkaji KU klien. Sedang, compos
mentis.
Mengobservasi
Klien mengatakan
keluhan.
nyeri perut bekas
operasi sudah
07.35 1
Memberikan
berkurang sedikit.
kolaborasi terapi Injeksi sudah
injeksi diberikan, klien
Ketorolac 2 x 30
meminum obat.
mg.
Terapi oral
Asam mefenamat 2
x 500 mg dan
07.45 1
Clindamicin 2 x 500
mg.
P : Nyeri karena post
Mengkaji nyeri
Sc
secara
Q : Nyeri seperti
komprenhensif.
ditusuk – tusuk
R : Nyeri bagian
perut bawah
S : Skala 4
07.50 1
T : Hilang timbul
Klien terlihat
08.00 1 sesekali meringis
Melatih napas dalam menahan sakit.
Klien mau
untuk mengurangi
melakukan dan
nyeri.
Memberikan kooperatif.
Injeksi sudah
kolaborasi terapi

18
injeksi diberikan, klien
Ketorolac 3 x 30
kooperatif.
08.30 2
mg.
Terapi oral
12.00 1, 2
Asam mefenamat 3
x 500 mg dan
clindamycin 3 x 500
14.00
mg.
Klien mau mengikuti
Melatih klien miring
dan kooperatif.
kanan dan kiri.
TD : 110/80 mmHg
Mengukur tanda –
N : 88x/menit
tanda vital. S : 36,6oC
R : 20x/menit

Mengikuti operan
jaga.
15 April 2015
07.30 1, 2 Mengobservasi Klien mengatakan
keluhan. nyeri perut bekas
operasi sudah
07.35 1
Memberikan berkurang sedikit.
Klien meminum
kolaborasi terapi
obat.
oral
Asam mefenamat 2
x 500 mg
08.00 1 Clindamicin 2 x 500
mg.
P : Nyeri karena post
Mengkaji nyeri
Sc
secara
Q : Nyeri sepperti di
komprehensif.
tusuk – tusuk
R : Nyeri bagian
perut bawah
S : Skala 3
T : Hilang timbul
08.20 1, 2
Klien terlihat
meringis menahan
Mengukur tanda – sakit.
09.00 2
TD : 110/80 mmHg
tanda vital.

19
N : 89x/menit
10.00 2 S : 36,6oC
Melatih pasien R : 20x/menit
Klien mau mengikuti
untuk duduk
dan kooperatif.
bersandar.
11.00 2 Memotivasi klien
Klien mengikuti dan
agar bayinya
kooperatif.
13.30 2 ditelateni untuk
menetek payudara
ibu. Klien mau
Menganjurkan klien
melakukan dan
untuk istirahat.
kooperatif.
Klien kooperatif.
Discharge planning.

F. EVALUASI
Tanggal Dx Catatan Perkembangan Para
f
13 April 2015 1 S : Klien mengatakan nyeri perut bekas operasi
O : P : Nyeri karena post Sc
Q : Nyeri seperti di tusuk – tusuk

20
R : Nyeri bagian perut bawah
S : Skala 5
T : Hilang timbul
TD : 110/70 mmHg
N : 86x/menit
S : 36,6oC
R : 20x/menit
A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian
Indikator Awal Tujuan Akhir
Mampu mengontrol nyeri 3 5 4
Melaporkan adanya nyeri 3 5 4
Frekuensi nyeri 3 5 3
Ekspresi nyeri pada wajah 3 5 3
Tanda vital dalam rentang 4 5 4
normal
P : Lanjutkan intervensi :
a. Ajarkan teknik pengendalian nyeri non
farmakologi.
b. Beri posisi tidur yang nyaman dan lingkungan
yang tenang.
c. Kolaborasi pemberian obat analgetik.
d. Monitor vital sign.
2 S : Klien mengatakan aktivitasnya masih dibantu
keluarga, badannya masih terasa sakit bila di gerakkan
O : Klien terlihat berhati – hati bila ingin bergerak
A : Masalah intoleransi aktifitas belum teratasi
Indikator Awal Tujuan Akhir
Vital sign dalam rentang 3 5 4
normal saat beraktifitas
Laporan ADL meningkat 3 5 3
Kemampuan bicara saat 3 5 4
latihan
P : Lanjutkan intervensi
a. Jika memungkinkan tingkatkan aktifitas secara
bertahap (dari duduk, jalan, aktifitas maksimal).
b. Monitor intake nutrisi untuk memastikan
kecukupan sumber energy.
c. Monitor pola tidur dan lamanya tidur istirahat

21
klien.
14 April 2015 1 S : klien mengatakan nyeri perut bekas operasi sudah
berkurang sedikit.
O : P : nyeri karena post Sc
Q : Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R : Nyeri bagian perut bawah
S : Skala 4
T : Hilang timbul
TD : 110/80 mmHg
N : 86x/menit
S : 36,5oC
R : 22x/menit
A : Masalah nyeri teratasi sebagian
Indikator Awal Tujuan Akhir
Mampu mengontrol nyeri 4 5 5
Melaporkan adanya nyeri 4 5 5
Frekuensi nyeri 3 5 4
Ekspresi nyeri pada wajah 3 5 4
Tanda vital dalam rentang 4 5 5
normal
P : Lanjutkan intervensi
a. Ajarkan tekhnik pengendalian nyeri non
farmakologi
b. Kolaborasi pemberian obat analgetik
c. Monitor vital sign
2 S : klien mengatakan aktivitasnya masih dibantu
keluarga, badannya masih terasa sedikit sakit bila
digerakkan
O : klien terlihat berhati – hati bila ingin bergerak
A : masalah intoleransi aktifitas teratasi sebagian
Indikator Awal Tujuan Akhir
Vital sign dalam rentang normal 4 5 5
saat beraktifitas
Laporan ADL meningkat 3 5 4
Kemampuan bicara saat latihan 4 5 5
P : Lanjutkan intervensi
d. Jika memungkinkan tingkatkan aktifitas secara
bertahap (dari duduk, jalan, aktifitas

22
maksimal).
e. Monitor intake nutrisi untuk memastikan
kecukupan sumber energy.
f. Monitor pola tidur dan lamanya tidur istirahat
klien.
15 April 2015 1 S : Klien mengatakan nyeri perut bekas operasi sudah
ringan
O : P : Nyeri karena post Sc
Q : Nyeri seperti di tusuk – tusuk
R : Nyeri bagian perut bawah
S : Skala 3
T : Hilang timbul
TD : 110/80 mmHg
N : 88x/menit
S : 36,7oC
R : 22x/menit
A : Masalah nyeri teratasi sebagian
Indikator Awal Tujuan Akhir
Mampu mengontrol nyeri 5 5 5
Melaporkan adanya nyeri 5 5 5
Frekuensi nyeri 4 5 4
Ekspresi nyeri pada wajah 4 5 5
Tanda vital dalam rentang 5 5 5
normal
P : Lanjutkan intervensi
a. Kolaborasi pemberian obat analgetik
2 S : Klien mengatakan aktifitasnya masih sedikit dibantu
keluarga, badannya sudah lebih bisa untuk beraktifitas.
O : Klien terlihat berhati – hati bila ingin bergerak
A : Masalah intoleransi aktifitas teratasi
Indikator Awal Tujuan Akhir
Vital sign dalam rentang normal 5 5 5
saat beraktifitas
Laporan ADL meningkat 4 5 4
Kemampuan bicara saat latihan 5 5 4
P : Lanjutkan intervensi
Jika memungkinkan tingkatkan aktifitas secara
bertahap (dari duduk, jalan, aktifitas maksimal).

23
24

Anda mungkin juga menyukai