Anda di halaman 1dari 6

… rakyat Indonesia mesti mendapat dasar negara yang berasal

daripada peradaban kebangsaan Indonesia; orang timur pulang kepada


kebudayaan timur.”
“… kita tidak berniat, lalu akan meniru sesuatu susunan tata negara
negeri luaran. Kita bangsa Indonesia masuk yang beradab dan
kebudayaan kita beribu-ribu tahun umurnya.”
Mr. Mohammad Yamin mengusulkan lima asas dan dasar bagi negara
Indonesia merdeka yang akan didirikan, yaitu:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Sosial.
Setelah selesai berpidato, Mr. Mohammad Yamin menyampaikan
4.5
24 pilih

TERIMA KASIH
52
Komentartidak puas? sampaikan!
nurulhasanahramliPemula
Pada tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin dalam pidato singkatnya mengemukakan lima
asas yaitu:

- peri kebangsaan
- peri ke Tuhanan
- kesejahteraan rakyat
- peri kemanusiaan
- peri kerakyatan

Jawaban
Pada sesi pertama persidangan BPUPKI yang dilaksanakan pada 29 Mei – 1 Juni 1945 beberapa
anggota BPUPKI diminta untuk menyampaikan usulan mengenai bahan-bahan konstitusi dan rancangan
“blue print” Negara Republik Indonesia yang akan didirikan. Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Mohammad
Yamin menyampaikan usul dasar negara dihadapan sidang pleno BPUPKI baik dalam pidato maupun
secara tertulis yang disampaikan kepada BPUPKI.
Baik dalam kerangka uraian pidato maupun dalam presentasi lisan Muh Yamin mengemukakan
lima calon dasar negara yaitu:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri ke-Tuhanan
3. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

Simak lebih lanjut di Brainly.co.id - https://brainly.co.id/tugas/6539597#readmore

Pada tanggal 31 Mei 1945, Mr. Soepomo menyampaikan pidatonya tentang dasar negara.
Menurut Mr. Soepomo, dasar negara Indonesia merdeka adalah sebagai berikut. 1. Persatuan 2.
Kekeluargaan 3. Keseimbangan Lahir dan Batin 4. Musyawarah 5. Keadilan Rakyat Mr. Soepomo juga
menekankan bahwa negara Indonesia merdeka bukan negara yang mempersatukan dirinya dengan
golongan terbesar dalam masyarakat dan tidak mempersatukan dirinya dengan golongan yang paling
kuat (golongan politik atau ekonomi yang paling kuat). Akan tetapi, negara mempersatukan diri dengan
segala lapisan rakyat yang berbeda golongan dan paham.

Simak lebih lanjut di Brainly.co.id - https://brainly.co.id/tugas/2871904#readmore


idang selama 3 hari itu digelar dengan agenda tunggal yakni menjawab pertanyaan Dr
Radjiman, "Indonesia merdeka yang akan kita dirikan nanti, dasarnya apa?"

Secara bergantian anggota BPUPKI menyampaikan pandangannya. Pada 1 Juni 1945 Sukarno
mendapat giliran untuk menyampaikan gagasannya tentang dasar negara Indonesia. Tak ada
waktu bagi Bung Karno untuk menyampaikan pendapatnya secara tertulis. Namun susunan
kalimat dan pilihan katanya bisa memukau peserta sidang BPUPKI yang waktu itu bernama
Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai.
"Sesudah tiga hari berturut-turut anggota-anggota Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai mengeluarkan
pendapat-pendapatnya, maka sekarang saya mendapat kehormatan dari Paduka Tuan Ketua
yang mulia untuk mengemukakan pendapat saya. Saya akan menetapi permintaan Paduka
Tuan Ketua yang mulia. Apakah permintaan Paduka Tuan Ketua yang mulia? Paduka Tuan
Ketua yang mulia minta kepada sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai untuk mengemukakan
dasar Indonesia Merdeka. Dasar inilah nanti akan saya kemukakan di dalam pidato saya ini,"
begitu kata Bung Karno mengawali pidatonya seperti dikutip dari http://www.academia.edu,
Rabu (1/6/2016).

Dalam pidatonya Bung Karno mengatakan bahwa tentunya semua anggota BPUPKI sepakat
bahwa negara yang didirikan adalah untuk semua rakyat dari ujung Aceh sampai Irian, kini
Papua. "Dasar pertama, yang baik dijadikan dasar buat negara Indonesia, ialah dasar
Kebangsaan. Kita mendirikan satu Negara Kebangsaan Indonesia," kata Bung Karno.

Bung Karno meminta maaf kepada umat Islam dan anggota BPUPKI Ki Bagoes Hadikoesoemo
yang merupakan ulama dari Yogyakarta sekaligus Ketua Umum PP Muhammadiyah periode
1942-1945. "Saya minta, Saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo dan Saudara-saudara Islam lain,
maafkanlah saya memakai perkataan kebangsaan‖ ini! Saya pun orang Islam," tambah Bung
Karno.

Kebangsaan yang dimaksud, kata Bung Karno, bukan dalam artian sempit. "Di atas satu
kebangsaan Indonesia, dalam arti yang dimaksudkan oleh Saudara Ki Bagoes Hadikoesoemo
itulah, kita dasarkan negara Indonesia," papar Bung Karno.

Dari dasar pertama, Bung Karno loncat ke dasar ketiga. "Kemudian, apakah dasar yang ke-3?
Dasar itu ialah dasar mufakat, dasar perwakilan, dasar permusyawaratan. Negara Indonesia
bukan satu negara untuk satu orang, bukan satu negara untuk satu golongan, walaupun
golongan kaya. Tetapi kita mendirikan negara ―semua buat semua ― satu buat semua, semua
buat satu. Saya yakin, bahwa syarat yang mutlak untuk kuatnya negara
Indonesia ialah permusyawaratan, perwakilan," kata dia.

Prinsip ke-4 yang diusulkan Bung Karno adalah kesejahteraan. Bagi Sukarno tak boleh ada
kemiskinan di dalam Indonesia merdeka. "Saya di dalam 3 hari ini belum mendengarkan prinsip
itu, yaitu prinsip kesejahteraan, prinsip tidak akan ada kemiskinan di dalam Indonesia Merdeka,"
begitu kata si Bung.

Bung Karno telah menyampaikan 4 prinsip dasar negara yakni: 1.Kebangsaan Indonesia; 2.
Internasionalisme atau perikemanusiaan; 3. Mufakat atau demokrasi; 4. Kesejahteraan sosial.

"Prinsip yang kelima hendaknya: Menyusun Indonesia Merdeka dengan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Prinsip Ketuhanan! Bukan saja bangsa Indonesia bertuhan, tetapi
masing-masing orang Indonesia hendaknya bertuhan Tuhannya sendiri. Yang Kristen
menyembah Tuhan menurut petunjuk Isa al Masih, yang Islam bertuhan menurut petunjuk Nabi
Muhammad SAW, orang Buddha menjalankan ibadatnya menurut kitab-kitab yang ada
padanya. Tetapi marilah kita semuanya bertuhan. Hendaknya negara Indonesia ialah negara
yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhannya dengan cara yang leluasa," papar Bung
Karno.

Gagasan Bung Karno soal 5 prinsip dasar negara itu diterima secara aklamasi oleh semua
anggota BPUPKI. Selanjutnya BPUPKI membentuk Panitia Sembilan untuk merumuskan dan
menyusun Undang-Undang Dasar. Panitia Sembilan untuk merumuskan dan menyusun
Undang-Undang Dasar. Panitia Sembilan terdiri dari Ir Sukarno, Muhammad Hatta, Mr AA
Maramis, Abikusno Tjokrokusumo, Abdulkahar Muzakir, HA Salim, Wahid Hasjim, Achmad
Soebardjo dan Muhammad Yamin.

Pancasila kemudian dicantumkan dalam Mukadimah Undang-Undang Dasar 1945, yang


disahkan dan dinyatakan sah sebagai dasar negara Indonesia Merdeka pada tanggal 18
Agustus 1945.
(erd/nrl)
Rumusan I: Moh. Yamin, Mr.[sunting | sunting sumber]

Pada sesi pertama persidangan BPUPKI yang dilaksanakan pada 29 Mei – 1 Juni 1945 beberapa anggota
BPUPKI diminta untuk menyampaikan usulan mengenai bahan-bahan konstitusi dan rancangan “blue print”
Negara Republik Indonesia yang akan didirikan. Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Mohammad
Yamin menyampaikan usul dasar negara dihadapan sidang pleno BPUPKI baik dalam pidato maupun secara
tertulis yang disampaikan kepada BPUPKI.

Rumusan Pidato[sunting | sunting sumber]

Baik dalam kerangka uraian pidato maupun dalam presentasi lisan Muh Yamin mengemukakan lima calon
dasar negara yaitu[1]:

1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri ke-Tuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

Rumusan Tertulis[sunting | sunting sumber]

Selain usulan lisan Muh Yamin tercatat menyampaikan usulan tertulis mengenai rancangan dasar negara.
Usulan tertulis yang disampaikan kepada BPUPKI oleh Muh Yamin berbeda dengan rumusan kata-kata dan
sistematikanya dengan yang dipresentasikan secara lisan, yaitu[2]:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Rumusan II: Dr.Soepomo[sunting | sunting sumber]

Pada tanggal 31 Mei 1945, Soepomo pun menyampaikan rumusan dasar negaranya, yaitu:

1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat

Rumusan III: Ir. Soekarno[sunting | sunting sumber]


Selain Muh Yamin dan Soepomo, beberapa anggota BPUPKI juga menyampaikan usul dasar negara, di
antaranya adalah Ir Sukarno[3]. Usul ini disampaikan pada 1 Juni 1945 yang kemudian dikenal sebagai hari
lahir Pancasila.Namun masyarakat bangsa indonesia ada yang tidak setuju mengenai pancasila yaitu
Ketuhanan, dengan menjalankan syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya.Lalu diganti bunyinya menjadi
Ketuhanan Yg Maha Esa. Usul Sukarno sebenarnya tidak hanya satu melainkan tiga buah usulan calon dasar
negara yaitu lima prinsip, tiga prinsip, dan satu prinsip. Sukarno pula-lah yang mengemukakan dan
menggunakan istilah “Pancasila” (secara harfiah berarti lima dasar) pada rumusannya ini atas saran seorang
ahli bahasa (Muhammad Yamin) yang duduk di sebelah Sukarno. Oleh karena itu rumusan Sukarno di atas
disebut dengan Pancasila, Trisila, dan Ekasila[4].

Rumusan Pancasila [5][sunting | sunting sumber]

1. Kebangsaan Indonesia - atau nasionalisme -


2. Internasionalisme - atau peri-kemanusiaan -
3. Mufakat - atau demokrasi -
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan

Rumusan Trisila [6][sunting | sunting sumber]

1. Sosio-nasionalisme
2. Sosio-demokratis
3. ke-Tuhanan

Rumusan Ekasila [7][sunting | sunting sumber]

1. Gotong-Royong

Anda mungkin juga menyukai