Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program imunisasi dan pemberian vaksinasi merupakan salah satu

upaya pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan,

kecacatan dan kematian dari penyakit khususnya pada balita yang mana dapat

meningkatkan kekebalan secara aktif terhadap suatu penyakit. Menjaga sehat

sebelum sakit adalah salah satu pengingat bahwa kesehatan sangat penting dan

menjadi harta manusia yang paling berharga. Kondisi yang terjadi saat ini

banyak masyarakat yang kurang mendapat informasi mengenai penularan virus

campak dan rubella yang berbahaya bagi kesehatan (Kussanti & Leliana,

2018).

WHO (2017) mengatakan Campak dan Rubella merupakan penyakit

infeksi menular melalui saluran nafas yang disebabkan oleh virus. Banyak cara

yang dapat menjadi jalur masuknya virus Campak maupun Rubella salah

satunya melalui batuk dan bersin. Penyebab dari Campak adalah virus genus

morbillivirus sedangkan Rubella disebabkan oleh virus RNA dari golongan

togavirus. Rubella adalah jenis lain dari measles yang dikenal dengan campak

Jerman. Rubella termasuk dalam penyakit ringan pada anak, tetapi dapat

memberikan dampak buruk apabila terjadi pada ibu hamil trimester pertama yaitu

keguguran ataupun kecacatan pada bayi sering disebut Congenital Rubella

Syndrom (CRS) seperti kelainan jantung dan mata, ketulian dan keterlambatan

perkembangan (Depkes RI, 2017).

1
2

Campak dan Rubella ditergetkan dapat dieliminasi di 5 regional WHO

tahun 2020, untuk mencapai target tersebut dilakukan meningkatkan kekebalan

masyarakat dengan memberikan dua dosis vaksin yaitu campak dan rubella

melalui imunisasi rutin. Pemberian vaksinasi MR (Measles Rubella) akan

melindungi anak dari kecacatan dan kematian (Ditjen P2P, 2017). Sasaran

cakupan imunisasi adalah anak dengan usia 9 – 15 tahun. Penyakit campak dan

rubella dapat memberikan dampak buruk terhadap kesehatan anak di

Indonesia, sehingga pemerintah melaksanakan kampanye vaksinasi MR

(MMR VIS - Indonesia, 2012).

Data WHO tahun 2015 mengatakan bahwa Indonesia temasuk 10

negara dengan kasus Campak terbesar di dunia. Terdapat 535.000 anak

meninggal karena measles. Sedangkan pada tahun 2008, lebih dari 110.000

terdapat bayi yang lahir dengan Congenital Rubella Syndrom (CRS), dan angka

tertinggi di temukan di Asia Tenggara (85%) dan Afrika (38%) (WHO, 2012

dalam Claudianawati, 2018).

Penyakit rubella di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan

yang memerlukan pencegahan secara efektif. Pada tahun 2014, dilaporkan

terdapat 12.943 kasus campak, lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 yang

sebesar 11.521 kasus. Jumlah kasus meninggal sebanyak 8 kasus, yang

dilaporkan dari 5 provinsi yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan

Riau, dan Kalimantan Timur. Inciden Rate (RI) campak pada tahun 2014

sebesar 5,13 per 100.000 penduduk, meningkat dibandingkan tahun 2013 yang

sebesar 4,64 per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2015). Dari tahun 2010
3

sampai 2015, diperkirakan terdapat 23.164 kasus penyakit campak dan 30.463

kasus penyakit rubella (Kemenkes RI, 2016).

Data Kemenkes pada Januari s.d Juli 2017 mencatat sebanyak 8.099

suspek Campak Rubella (2.535 positif campak dan 1.549 positif Rubella).

Apabila di bandingkan dengan laporan kasus pasca pelaksanaan imunisasi

massal di pulau jawa, laporan kasus mengalami penurunan menjadi 1.045

suspek Campak Rubella (38 positif campak dan 176 positif Rubella)

(Kemenkes RI, 2017).

Berdasarkan studi pendahuluan peneliti mandapatkan data dari Dinas

Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat dari jumlah kesuluruhan Kabupaten

yang ada di Kalbar pada tahun 2016 mencatat sebanyak 341 suspek campak

rubella (35 positif campak dan 20 positif rubella). Pada tahun 2017 mencatat

sebanyak 1202 suspek Campak Rubella (70 positif campak dan 50 positif

rubella). Pada Januari s.d Oktober 2018 mencatat seabanyak 582 suspek

Campak Rubella (39 positif campak dan 28 positif rubella).

Berdasarkan data Dinkes Kabupaten Kubu Raya pada tahun 2016 s.d

2018 dihitung dari total keseluruhan puskesmas yang ada di Kubu Raya, suspek

campak rubella berjumlah 161 kasus, jumlah kasus tersebut ditemukan 15

positif campak dan 17 positif rubella. Dari total sembilan Kecamatan yang ada

di Kabupaten Kubu Raya, terjadinya penyakit campak rubella dihitung dari

Januari s.d September 2018 yang banyak ditemukan terdapat di Kecamatan

Sungai Raya tepatnya di puskesmas Sungai Raya Dalam sebanyak 17 kasus.


4

Berdasarkan laporan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kubu Raya

Kalimantan Barat mengatakan, bahwa Kubu Raya berstatus darurat Rubella.

Ada 12 kasus anak ditemukan di Kubu Raya yang positif terinfeksi Rubella

dan 27 positif Campak Measles. Sample yang diambil disemua kecamatan di

Kubu Raya berjumlah lebih dari 50 sample didapati masyarakat yang positif

Rubella. Rubella ini bukan lagi KLB tetapi sudah darurat, sudah seperti

bencana karena penyebarannya juga hanya berpapasan bisa terjangkit.

Penyebaran dan terjangkitnya rubella ke masyarakat lain di Kubu Raya sangat

berpotensi besar. Terlebih masih banyaknya yang menolak vaksin MR

khususnya dari lembaga pendidikan dibawah naungan kementrian agama

(Berli Hamdani, 2018).

Pengetahuan orang tua atau masyarakat Kubu Raya masih minimnya

tingkat pengetahuan terhadah penyakit rubella, sehingga pada saat pelaksaan

imunisasi masih ada hambatan terutama orang tua yang tidak mau anaknya

diimunisasi, karena ketidaktahuan orang tua, pengertian yang salah dan

disebabkan adanya persepsi bagaimana vaksinasi Measles Rubella atau MR ini

masih menjadi sesuatu yang terdengar asing di masyarakat Kubu Raya.

Sehingga ada satu pertanyaan besar dari masyarakat tentang “penyakit” apa

sebenarnya Rubella ini (Achyar, 2018).

Pengetahuan sangat berperan penting dalam pemberian imunisasi

anjuran dan mempengaruhi sikap mereka dalam pengambilan keputusan

pemberian Imunisasi tambahan, akan tetapi dikarenakan kurangnya

pengetahuan ibu menjadikan imunisasi ini dianggap tidak penting. Ibu


5

berperan penting dalam kebutuhan imunisasi anaknya, ada beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi diantaranya pengetahuan tentang vaksinasi dan

pendidikan ibu (Senewe, et al., 2017 dalam Claudianawati, 2018).

Pengetahuan tentang vaksinasi yang baik akan mempengaruhi minat

ibu memvaksinasikan anaknya. Ibu dengan pengetahuan yang tinggi akan

memberikan kebutuhan imunisasi kepada anaknya serta memperhatikan waktu

yang tepat, begitu juga sebaliknya ibu dengan pengetahuan rendah tidak akan

mengetahui imunisasi apa yang seharusnya diberikan pada anaknya (Triana,

2016).

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik meneliti tentang

“Gambaran Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Vaksinasi MR (Measles,

Rubella) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Raya Dalam Kabupaten Kubu

Raya”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan diteliti

oleh peneliti adalah “ Bagaimanakah Gambaran Tingkat Pengetahuan Orang

Tua Tentang Vaksinasi MR (Measles, Rubella) Di Wilayah Kerja Puskesmas

Sungai Raya Dalam Kabupaten Kubu Raya?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin disampaikan penulis dalam penelitian ini mencakup tujuan

umum dan khusus yaitu:


6

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan

Orang Tua tentang Vaksinasi MR (Measles, Rubella) di wilayah kerja

Puskesmas Sungai Raya Dalam Kabupaten Kubu Raya.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karateristik demografi orang tua (usia, jenis kelamin,

pendidikan dan pekerjaan) di wilayah kerja Puskesmas Sungai Raya

Dalam Kabupaten Kubu Raya.

b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan Orang Tua tentang Vaksinasi

MR (Measles, Rubella) di wilayah kerja Puskesmas Sungai Raya Dalam

Kabupaten Kubu Raya.

D. Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini sangat bermanfaat terutama bagi:

1. Bagi Peneliti

Manfaat dari penelitian ini bagi penulis ialah banyak mendapat pengalaman

menarik, menambah wawasan, keterampilan, agar mendapatkan informasi-

informasi terbaru mengenai pengetahuan masyarakat tentang Vaksinasi

MR (Measles, Rubella), dapat menerapkan berbagai ilmu pengetahuan

yang telah diperoleh selama masa perkuliahan serta merupakan media

nyata untuk mendapatkan pengalaman secara langsung dalam melakukan

penelitian dikemudian hari hasil penelitian ini dapat peneulis terapkan

dalam dunia kerja.


7

2. Bagi Institusi Kesehatan

Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah informasi tentang

pengetahuan masyarakat tentangVaksinasi MR (Measles, Rubella). Selain

itu penelitian ini dapat dijadikan referensi serta data yang akurat,

memberikan data yang berguna baik untuk instansi kesehatan maupun

untuk penelitian yang akan datang.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai masukan masyarakat dalam

meningkatkan pengetahuan tentangVaksinasi MR (Measles, Rubella).

4. Bagi Pembaca

Dari penelitian ini diharapkan memberikan wawasan dan pengetahuan bagi

para pembaca, terutama mengetahui tentang pengetahuan tentang

Vaksinasi MR (Measles, Rubella).

Anda mungkin juga menyukai