Anda di halaman 1dari 19

BAB II

PEMBAHASAN

A. Penyakit Degeneratif

a. Definisi
Penyakit-penyakit system saraf dengan perjalanan klinis yang memburuk
progresif, biasa dikenal sebagai penyakit degeneratif. Proses patologik pada system
saraf biasanya lebih sering digolongkan berdasarkan efeknya pada fungsi dari orang
tersebut dari pada berdasarkan penyebabnya karena dapat sebab –sebab yang masih
dalam meneyelidiki dan belum diketahui.efek-efek dari neurologi degeneratif
cendrung berlangsung lama atau menetap sehingga pasien harus berusaha akan
mencari metode baru untuk menyesuikan diri. Banyak penyakit degenerative yang
mempengaruhi system saraf bermanfaat sebagai suatu sindrom klinis yang khusus
sehingga jika bisa mengenalinya akan sangat membantu untuk diagnosis. Contohny:
penyakit alzheirmer ditandai dengan demensia yang progresif tanpa adanya defisit
neurologis hingga mencapai stadium terminal; sklerosis lateral miotropik adalah
penyakit neurrologi motorik yang luas yang ditandai dengan kelemahan otot tanpa
perubahan pada sensorik; kelainan postur dan gerakan yang khas yang terjadi
berangsur-angsur merupakan cirri khas dari penyakit Parkinson dan korea huntingtone
dan sklerosis multiple, suatu penyakit demielinisasi, ditandai dangan serangan defisit
neurologik fokal atau multi fokal yang berulang.
Kelainan-kelainan neurologik lain yang dibicarakan dalam bab ini meliputi
infeksi system saraf pusat dan meastenia grafis, suatu penyakit yang bermanisfestasi
sebagai kelemahan dan kelelahan otot-otot rangka akibat defisiensi reseptor
aseltikolin pada sambungan neuromuscular.

b. Etiologi

Parkinso merupakan suatu kondisi neurodegeneratif yang progresif akibat kematian


sel-sel dopaminergik / sel-sel otak pada substansia nigra.
Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki
(involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur / menahan gerakan-gerakan
yang tidak disadarinya. Dan penyebab kematian sek-sel SNc belum diketahui dengan
pasti tetapi faktor-faktor yang kemungkinan menjadi penyebab adalah:
genetic,lingkungan,umur,ras,cedera karnioserebral,stress emosional.(Sudoyo Aru )
Parkinson diklasifikasikan sebagai berikut: (Sudoyo Aru )
1. Primer atau idiopatik
- Penyebab tidak diketahui
- Sebagian besar merupakan penyakit Parkinson
- Ada peran toksin yang berasal dari lingkungan
- Ada peran faktor genetic bersifat, sporadis

3
4

2. Sekunder atau akuisita


- Timbul setelah terpajan suatu penyakit / zat
- Infeksi dan paska infeksi otak (ensepalitis)
- Terpapar kronis oleh toksin
- Efek obat
- Paska stroke (vascular)
- Lain-lain: hipotiroid,hipoparatiroid,tumor/terauma otak, hidrosepalus
bertekanan normal
3. Sindrom parkinso plus: timbul bersama dengan gejala neurologi
4. Kelainan degenerative diturunkan (heredode generative disorders)
5.

c. Manifestasi Klinis

Gejala Parkinson dapat muncul pada usia berapapu, tetapi onset rata-rata gejala terjadi pada usia
60 tahun dan jarang ditemukan pada usia 30 tahun.
Panyakit perkinson memiliki gejala klinis sebagai berikut:
1. Tremor terjadi pada saat istirahat dengan tingkat keparahan relative stabil
2. Bradikinesia (pergerakan lambat), hilang sevcara spontan
3. Hypokinase (berkurangnya gerakan)
4. Tindakan dan pergerakan yang tidak terkontrol
5. Ganguan saraf otonom (sulit tidur,berkeringat, hipotensi ortostatik).
6. Dysathriya (kesulitan bicara karena kelumpuhan otot)
7. Dysphagia (kesulitan menelan)
8. Perubahan status mental (dpresi,demensia,ansietas,apatis,halusinasi psikosis)
9. Wajah seperti topeng

d. Pemeriksaan Penunjang
1. EEG (biasanya terjadi perlambatan yang progresif), MRI,PET
2. CT-scan kepala (biasanya terjadi atrofik kortikaldifuse,sulki melebar, hidrosefalua
eks vakuo). Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan
penanganan secara holistic meliputi berbagai bidang. Untuk saat ini tidak ada
terapi untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan dapat mengatasi gejala
yang timbul.

e. Penatalaksanaan

Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan penanganan secara


holistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi untuk mrnyrmbuhkan
penyakit, ini tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatsi gejala yang timbul.
Pengobatan penyakit parkinso bersifat individual dan simtomatik,oabat-obatan yang biasa
diberikan adalah untuk pengobatan atau mengantikan atau meniru dopamine yang akan
memperbaiki tremor,rigditas, slowness dan menghambat perkembangan dari penyakit itu.
Perawatan ini dapat dilakukan dengan pemberian obat dan terapi fisik seperti terapi bejalan,
terapi suara atau berbiacara dan pasien diaharapkan tetap melakukan kegiatan sehari-hari.
1. Terapi obat-obatan
5

Beberapa obat yang diberikan pada penderitaan penyakit Parkinson:


a. Antikolinergik
Cotohnya: tropine (cogentin) trihexyphenidyl (artane), berguna untuk mengendalikan
gejala dari penyakit Parkinson dan untuk mengaluskan pergerakan.
b. Carbidopa/lepodopa
Lepodopa merupakan mengobatan utama untuk penyakit Parkinson. Didalam otak
lepodopa dirubah menjadi dopamine. L-dopa akan diubah menjadi dopamine pada
neuron dopanimegik oleh. L-aromatik asam amino dekarboksilase (dopa
dekarboksilase). Walaupun demikian, hanya 1-5% dari L-dopa memasuki neuron
dopaminergik, sisanya dimetabolisme disembarang tempat, mengakibatkan efek
samping yang luas. Levodopa mengurangi tremor, kekakuan otot dan memperbaiki
gerakan. Pederita penyakit Parkinson ringan bisa kembali menjalani aktivitasnya
secara normal. Obat ini diberikan bersama carbidopa untuk mrningkatkan
evektifitasnya dan mengurangi efek sampingnya.
c. COMT inhibitors
Contohnya entacapone (comtan), tolcapone (Tasmar). Untuk mengontrol fluktuasi
motor pada pasien yang mengunakan obat levodopa.tolcapone adalah pengambat
enzim COMT. Memperpanjang efek L-Dopa tapi karena efek samping yang
berlebihan seperti liver toksin, maka jarang digunakan. Jenis yang sama, entacapone,
tidak menimbulkan meurunan fungsi liver.
a) Agonis dopamine
Agonis dopamine seperti bromokripin (parlodel), pergolid (permax), pramipexol
(mirapex), ropinirol. Kabergolin, apomorfin dan lisurid dianggap cukup efektif
untuk mengobati gejala Parkinson. Obat ini bekerja dengan meransang reseptor
dopamin , akan tetapi obat ini juga menyebabkan penurunan reseptor dopamin
secara progresif yang selanjut nya akan menimbulkan peninggakatan gejala
Parkinson. Obat dapat berguna untuk mengobati pasien yang pernah mengalami
serangan yang berfluktuasi dan diskinesia sebagai akiabat dari levodopa dosis
tinggi apomorfin dapay diinjeksikan subkutan . dosis rendah yang diberikan
setiap hari dapat mengurangi fluktuasi gejala motorik.
b) MAO-B inhibitors
Contohnya slegeline (eldepryl), rasagaline (azilect). Inhibitor MAO diduga
berguna pada penyakit Parkinson karena neuotransmisi dopamine dapat
ditingkatkan dengan mencegah perusakannya .selegiline dapat pula
memperlambat memburuknya sindrom Parkinson, dengan demikian terapi
levodopa dapay di tanguhkan selama beberapa waktu. Berguna untuk
mengendalikan gejala dari penyakit parkinson. Yaitu untuk menghaluskan
pergerakan. Selegilin dan rasagilin mengurangai dengan menghabisi monoamine
oksidase B (MAO-B), sehingga menghambat perusakan pergerakan dopamine
yang dikeluarkan oleh nuoron dopaminergik. Efek sampingnya adalah insomnia.
Kombinasi dengan L-dopa dapat meningkatkan angka kematian,yang sampai saat
ini tidak bisa diterangkan secra jelas. Efek lain dari kombinasi ini adalah
stomatitis.
c) Amantadine (symmetrel)
Berguna untuk perawatan akinesia, dyskinesia, kekakuan, gemetaran.
d) Inhibitor dopa dekarboksilasi dan levodopa
Untuk mencegah agar levodopa tidak diubah menjadi dopamin diluar otak, maka
levodopa dikombinasikan dengan inhibitor enzim dopa dekarboksilase. Untuk
6

maksud ini dapat digunakan karbidopa tidak dapat menembus


benserazide(madopar). Dopamine dan karbidopa tidak dapat menembus sawar-
otak-darah. Dengan demikian lebih banyak levedopa yang dapat menembus
sawar-otak-darah, untuk kemudian dikonversi menjadi dopamine di otak.
1. Deep Brain Stimulation (DBS)
Pada tahun 1987, diperkenalkan pengobatan dengan cara memasukkan elektroda
yang memancarkan implus listrik frekuensi tinggi terus-menerus kedalam otak.
Terapi ini disebut deep brain stimulation (DBS). DBS adalah tindakan minimal
invasif yang dioperasikan melalui panduan komputer dengan tingkat kerusakan
minimal untuk mencangkokan alat medis yang disebut neurostimulator untuk
menghasilkan stimulasi elektrik pada wilayah target didalam otak yang terlibat
dalam pengendalian gerakan.
2. Terapi fisik
Sebagian terbesar penderita Parkinson akan merasa efek baik dari terapi fisik.
Pasien akan termotivasi sehingga terapi ini bisa dilakukan dirumah, dengan
diberikan petunjuk atau latihan contoh diklinik terpi fisik. Program terapi fisik
pada penyakit Parkinson merupakan program jangka panjang dan jenis terapi
disesuaikan dengan perkembangan atau perburukan penyakit, misalnya
perubahan pada rigiditas, tremor dan hambatan lainya. Latihan fisik yang
teratur,yoga, taichi, ataupun tari dapat bermanfaat dalam menjaga dan
meningkatkan mobilitas, fleksibilitas,keseimbangan. Latihan dasar selalu
dianjurkan, seperti membawa tas, memakai dasi, mengunyah keras, dan
memindahkan makanan didalam mulut.
3. Terapi suara
Perawatan yang paling besar untuk kekacauan suara yang diakibatkan oleh
penyakit Parkinson adalah dengan Lee silverman voice treatment (LSVT). LSVT
focus untuk meningkatkan volume suara. Suatu studi menemukan bahwa alat
elektronik yang menyediakan umpan balik indera pendengar atau frequency
adutory feedback (FAF) untuk meningkatkan kejernihan suara.
4. Terapi gen
Pada saat sekarang ini, penyelidikan telah dilakukan hingga tahap terapi gen yang
melibatkan penggunaan virus yang tidak berbahaya yang dikirim kebagian otak
yang disebut subthalamic nucleus (STN). Gen yang digunakan memerintah untuk
memproduksi sebuah enzim yang disebut glutamic acid decarboxylase (GAD)
yang mempercepat produksi neurotransmitter (GABA). GABA bertindak sebagai
penghambat langsung sel yang terlalu aktif di STN.
5. Pencangkokan saraf
Cangkok sel stem secara genetic untuk memproduksi dopamine atau sel stem
yang berubah menjadi sel memproduksi dopamine telah mulai dilakukan.
6. Operasi
Operasi untuk penderita Parkinson jarang dilakukan sejak ditemukanya levodopa
operasi dilakukan pada pasien dengan parkinso yang sudah parah dimana terpi
dengan obat tidak mencukupi. Operasi dilakukan thalatotomi dan stimulasi
thalamik.
7. Terapi neuroprotektif
Terapi neuroprotektif dapat melindungi neuron dari kematian sel yang diiduksi
progresifitas penyakit.
8. Nutrisi
7

Vitamin C dan dan vitamin E dosis tinggi secara teori dapat menguangi
kerusakan sel yang terjadi pada pasien Parkinson. Kedua vitamin tersebut
diperlukan dalam aktivitas enzim superxid dismustase dan katalase untuk
menetralakan anion superxid yang dapat merusak sel. Belum lama ini, koenzim
Q10 juga adalah suatu zat sintesi baru yang memilik struktur dan fungsi mirip
dengan koenzim Q10.

f. Masalah yang lazim muncul


1. Hambatan mobilitas fisik b.d kekakuaan dan kelemahan otot
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan tremor dan gangguan motorik
3. Konstipasi b.d kurang aktifitas fisik
4. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidak mampuan
menelan
5. Hambatan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi darah ke otak, kekakuan
otot wajah
6. Resoko jatuh b.d gangguan pada penglihatan
7. Ketidak efektifan koping b.d depresi dan disfungsi karenaperkembangan penyakit
8. Gangguan citra tubuh b.d perkembangan penyakit(perubahan pada wajah)

g. Discharge planning
1. Berikan dukungan dari keluarga
2. Lakukan latihan gerak: fisioterapi, okupasi, dan psikotrapi
3. Dating kepsikolog diperlikan untuk mengkaji fungsi kongnitif, kepribadian status
mental penderita dan keluarga
4. Makan- makanan yang bergizi
5. Meningkatkan komuniaksi
6. Berusaha mandiri dalam perawatan diri
7. Konsultasikan dengan dokter tentang tindakan pembedahan
8. Hindarkan factor yang menyebabkan jatuh
9. Kenali penyebab dan pelajari terapi penyembuhannya
8

h. Pathway

Faktor predisposisi lesi di substansia nigra,


faktor usia, aterosklerotik, post ensefalitis,
88
induksi obat, dan keracunan logam berat

Dopamin menipis dalam substansia nigra


dan korpus striatum

Kehilangan kelola dan


substansi nigra

Globus palidus mengeluarkan


impuls yang abnormal

Impuls globus palidus ini tidak melakukan inhibisi


terhadap korteks piramidalis dan ekstrapiramidalis

Kerusakan kontrol gerakan voluntar yang


memiliki ketangkasan sesuai dan gerakan
otomatis

Aliran darah serebral Gangguan N. III Manifestasi otonom Gangguan N. VIII Tremor ritmik
regional menurun bradikenisis

Manifestasi psikiatrik
Gangguan konstraksi Berkeringat, kulit Rigiditas deserebrasi Perubahan wajah
otot-otot bola mata berminyak, rasa lelah dan sikap tubuh
berlebihan dan otot
terasa nyeri, hipotensi
Perubahan kepribadian, Gangguan Perubahan gaya Gangguan citra diri
postural, penurunan
psikosis, demensia, dan konvergensi berjalan, kekakuan
kemampuan bentuk
konfusi akut dalam beraktivitas
efektif

Pandangan kabur
Kognitif Resiko tinggi Hambatan mobilitas
Persepsi kebersihan jalan napas fisik
akut tidak efektif, risiko
Perubahan persepsi
penurunan perfusi
sensori Penurunan aktivitas
perifer, nyeri,
Kerusakan komunikasi fisik umum
gangguan ADL
verbal, perubahan
proses pikir, koping
Risiko konstipasi
individu tidak efektif

Gangguan eliminasi
alvi
9

Asuhan keperawatan pada pasien degeneratif

1. Diagnosa
a. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan keterbatasan fleksibelitas otot/sendi
b. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, pengobatan, prognosa, dan hasil yang
dicapai
c. Perubahan eliminasi feses: konstipasi berhubungan dengan kurang pemasukan cairan,
diet dan immobilisasi.
2. Perencanaan
a. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan keterbatasan fleksibelitas otot/sendi
Tujuan
Klien akan ambulasi, akan menggerakkan sendi secara mudah dan fleksibelitas secara
maksimum
Intervensi :
1. Kaji fungsi motorik untuk menetapkan kemampuan dan ketebatasan
2. Tetapkan derajat ambulasi ( ketergantungan dan kemandirian)
3. Konsultasikan kepada fisioterapi untuk mendapatkan alat bantu mobilisasi
dan/atau latihan yang mempengaruhi otot
4. Lakukan/intruksikan klien/keluarga untuk melakukan latihan pergerakan sendi
5. Konsultasikan kepada occupational therapist untuk melatih tangan/lengan
6. Bantu klien/anjurkan untuk menggantikan posisi sendiri setiap 2jam
7. Anjurkan untuk memaksimumkan kemandirian bila memungkinkan
b. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, pengobatan, prognosa dan hasil yang
dicapai
Tujuan
Klien akan memperlihatkan pengetahuan yang adekuat tentang penyakit parkinson
Intervensi :
1. Tetapkan pengetahuan yang ada dari klien/keluarga tentang penyakit, pengaruh
terhadap peran dan tanggung jawabnya
2. Kaji kemampuan belajar, membaca untuk belajar
3. Bantu mengembangkan kegiatan sehari-hari, meliputi istirahat, latihan, aktifitas
4. Berikan informasi secara tertulis tetang penyakit parkinson, meliputi: pengobatan,
aktifitas, latihan, pencegahan dan pengontrolan sejak awal dari komplikasi,
konstipasi, efek samping terapi obat
10

Kriteria Evaluasi
klien:
1. Mengungkapkan pengetahuan secara adekuat tentang proses penyakit, tindakan
pencegahan komplikasi
2. Mengetahui tentang pengobatan yang didapat, efek samping dan tindakan yang
harus dilakukan
3. Memiliki perencanaan jadwal sehari-hari, meliputi keseimbangan istirahat dan
aktifitas
c. Perubahan eliminasi feses : konstipasi berhubungan dengan tidak adekuat pemasukan
cairan dan diet, immobilitasi fisik.
Tujuan
Klien akan mengeluarkan feses secara teratur
Intervensi
1. Tetapkan pemasukan nutrisi yang biasa dilakukan untuk mencegah perubahan
buang air besar
2. Anjurkan untuk banyak minum dan makan tinggi serat, jika dapat ditoleransi
3. Bantu dengan mobilisasi dan meninngkatkan aktifitas; instruksikan klien/keluarga
tentang pentingnya latihan untuk merangsang pertaltik
4. Berikan pelembek feses, laxative bentuk serat (bulk), suppositoria, enam sesuai
kebutuhan; evaluasi efektifitasnya.
11

Kecemasan (Ansietas)
a. Definisi

Banyak para ahli yang menguraikan definisi ansietas, namun dari sekian banyak
definisi yang dikemukakan pada dasarnya pengertian ansietas akan mengarah pada
suatu kesimpulan yang sama.

Kata ansietas berasal dari bahasa latin, angere yang berarti tercekik atau tercekat.
Gangguan ansietas adalah keadaan tegang yang berlebihan atau tidak pada tempatnya
yang ditandai oleh perasaan khawatir, tidak menentu atau takut. Ansietas sangat
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak
memiliki obyek yang spesifik. Kondisi dialami secara subyektif dan dikomunikasikan
dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan
penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon
emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan
untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan
kehidupan (Maramis, 2009 dan Stuart dan Sundeen, 1990).

Ansietas adalah suatu gejala yang tidak menyenangkan, sensasi cemas, takut
dan terkadang panik akan suatu bencana yang mengancam dan tidak terelakkan
yang dapat atau tidak berhubungan dengan rangsang eksternal (Fracchione, 2004).

Kecemasan adalah respon emosi tanpa obyek yang spesifik dialami, di


komunikasi secara interpersonal. Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran
yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan di hubungkan dengan
perasaan tidak menentu dan tidak berdaya (Kaplan dan sadock, 1997).

b. Etiologi

Gangguan ansietas pada dasarnya mempunyai penyebab multifaktorial, baik


dari diri sendiri, faktor biologis, faktor sosial, psikologis,
penyalahgunaan/pemakaian obat tertentu secara berlebihan, maupun gejala yang
timbul dari suatu penyakit lain. (Fracchione:2004).

1. Faktor Predisposisi:

a) Dalam pandangan psikoanalitik ansietas adalah konflim emosional yang terjadi


antara dua elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan insting
dan impuls primitif seseorang. Sedangkan superego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau aku.
Berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan fungsi
ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

b) Menurut pandangan interpersonal ansietas timbul dari perasaan takut terdapat


tidak adanya pnerimaan dan penolakan interpersonal. Ansitas juga berhubungan
dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
12

menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah terutama


mudah mengalami perkembanag ansietas yang berat.

c) Menurut pandangan perilaku ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala


sesuatu yang menggangu kemampuan seseorang utuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Ansietas dapat disebabkan karena frustasi, konflik, tekanan, krisis,
ketakutan yang terus menerus yang disebabkan oleh kesusahan dan kegaglan
yang bertubi-tubi, adanya kecenderungan-kecenderungan harga diri yang
terhalang, respressi terdapat macam-macam masalah emosional, akan tetapi bisa
berlangsung secara sempurna(incomplete repress), atau dorongan-dorongan
seksual yang tidak terdapat kepuasan dan terhambat,sehingga mengakibatkan
banyak konflik batin (Cameroon,2004).

d) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang


biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan
ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi. Ansietas juga dapat
disebabkan karena ada pengaruh faktor genetik dari keluarga. Penelitian telah
melaporkan bahwa dua pertiga sampai tiga perempat pasien yang tertekan
ansietas memiliki sekurang-kurangnya satu anak saudara derajat pertama
dengan ansietas spesifik tipe spesifik yang sama (Brust,2007)

e) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk


benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas.
Penhambat asam aminobutirik-gamma neroregulator (GABA) juga mungkin
memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan
ansietas, sebagaimana halnya dengan endorfin.

f) Penyalahgunaan atau penggunaan obat/zat tertentu yang berlebihan juga


merupakan salah satu penyebab utama ansietas. Seperti alkoholisme, intoksikasi
kafein, hipertiroidisme, dan feokromositoma harus disingkirkan dalam
mengatasi gejala ansietas ini (Brust, 2007). Karena sebagai besar orang akan
berlari ke hal-hal tadi untuk menhadapi ansietas yang timbul pada dirinya.

2. Menurut teori neurobiology

a) Kimia otak dan factor perkembangan Penelitian menunjukkan bahwa sistem


syaraf otonom atau noradrenergic yang menyebabkan seseorang mengalami
kecemasan lebih besar tingaaktannya dari orang lain

b) Abnormalisasi regulasi substansia kimia otak seperti serotonin dan GABA


(gamma-aminobutyric acid) berperan dalam perkembangan cemas

c) Amygdala sebagai pusat komunkasi antara bagian otak yang memproses input
sensori dan bagian otak yang menginterpretasikan input (amygdala
mengidentfikasi informasi sensori yang masuk sebagai ancaman dan kemudian
menimbulkan perasaan cemas/takut). Amygdala berperan dalam phobia,
13

mengkoordiasikan rasa takut, memory, dan emosi, dan semua respon fisik
terhadap situasi yang penuh dengan stressor

d) Locus ceruleus, adalah satu area otak yang mengawali respon terhadap suatu
bahaya dan mungkin respon tersebut berlebihan pada beberapa individu
sehingga mneyebabkan seseorang mudah mengalami cemas khususnya PTSD
(post traumatic sindrom disorder)

e) Hippocampus, bertanggung jawab terhadap stimuli yang mengancam dan


berperan dalam pengkodean informasi ke dalam memori

f) Striatum, berperan dalam control motorik, terlibat dalam OCD (obsessive


compulsive disorder)

g) Jaras saraf assendens yang mengandung noradrenalin dan 5-hidroksitriptamin


menginervasi lobus limbic dan neokorteks. Meningkatnya aktivitas saraf
noradregenik akan menimbulkan meningkatnya keterjagaan; meningkat nya
aktivitas saraf 5-hidroksitriptamin akan meningkatkan respon terhadap stimulus
yang bersifat aversif. (Maramis, 2009)

h) Penyakit fisik

i) Paparan bahaya/trauma fisik dan psikologis.

3. Menurut teori psikologi

a) Harga diri rendah


b) Pemalu pada masa kanak-kanak
c) Orang tua yang pemarah, terlalu banyak kritik
d) Ketidaknyamanan dengan agresi
e) Mengalami peristiwa yang menakutkan
4. Beberapa faktor resiko ansietas

a) Wanita 2x lebih besar dari pada laki-laki

b) Etnik

c) Perpisahan

d) Pernah mengalami kekerasan fisik saat anak-anak, sexual abuse

e) Status sosial dan ekonomi rendah

f) Riwayat keluarga (pernah adanya penyimpangan yang hampir sama.

c. Rentang respon ansietas


14

1. Rentang respon individu terhadap ansietas berfluktuasi antara respon adaptif


dan maladaptif seperti terlihat pada gambar :

Respon adaptif  --------------------------------------- Respon Maladaptif


______________________________________________________

antisipasi               ringan                   sedang              berat               panik

Respon ansietas sering kali tidak berkaitan dengan ancaman yang nyata,
namun tetap dapat membuat seseorang tidak mampu bertindak atau bahkan
menarik diri.

2. Tingkat ansietas

Beberapa teori membagi ansietas kedalam emapt tingkat sesuai dengan rentang
respon ansietas yaitu :

a) Ansietas ringan

Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan kehidupan sehari-


hari. Pada tingkat ini lapang persepsi meningkat dan individu akan
berhati-hati dan waspada. Pada tingkat ini individu terdorong untuk
belajar dan akan menghasilkan pertumbuhan dan ktreativitas.

b) Ansietas sedang

Pada tingkat ini lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu


lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan
hal lain.

c) Ansietas berat

Pada ansietas berat, lapang persepsi menjadi sangat menurun. Individu


cenderumng memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang
lain. Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak
pengarahan.

d) Ansietas panic

Pada tingkat ini individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak
dapat melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan.

d. Penilaian tingkat ansietas

Untuk test kecemasan dapat dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan


langsung, mendengarkan cerita serta mengobservasinya, terutama perilaku non
15

verbal. Hal ini berguna untuk menentukan adanya kecemasan dan tingkat
kecemasannya (Maramis, 1995).

1. Dalam penilaian kecemasan dipakai skor HARS (Hamilton Anxiety Rating


Scale) yang dianggap baku, gejala-gejala yang tercantum pada HARS dari 14
item dengan perincian sebagai berikut :

No Gx. Psikologi Gx. Fisik


Cemas Gejala Somatik
-   Firsat buruk     Nyeri otot

-   Takut pada pikiran sendiri     Kaku

-   Mudah tersinggung     Gigi gemeretak

Ketegangan     Iman tidak setabil

-    Merasa tegang Gejala Sensorik


-   Lesu     Penglihatan kabur

-   Mudah terkejut     Merasa lemah

-   Tidak bisa tidur dengan nyenyak Gejala Kardiovaskuler


-   Mudah menangis     Berdebar-debar

-   Gemetar     Nyeri dada

-   Gelisah     Denyut nadi lemah

Ketakutan     Rasa lemah seperti mau pingsan

-    Pada gelap Gejala Pernafasan


-    Ditinggal sendiri     Rasa tertekan didada

-    Pada orang asing     Perasaan tercekik

-    Pada binatang besar     Merasa sesak

-    Pada kerumunan orang banyak Gejala Gastrointestinal


Gangguan Tidur     Sulit menelan

-    Sukar masuk tidur     Ganngguan pencernaan

-    Terbangun malam hari     Mual muntah

-    Tidak pulas     Berat badan berkurang

-    Mimpi buruk     Konstipasi

Gangguan Kecerdasan Gejala Urogenitalia


-   Daya ingat menurun     Sering kencing

-   Sering bingung     Tidak dapat menahan kencing

Perasan Depresi     Amenorhoe

-    Kehilangan minat     Impoten

-    Berkurangnya kesenangan pada hobi Gejala Vegetatif


-    Sedih     Mulut kering

-    Bangun dini hari     Muka kering

-    Perasaan berubah-ubah sepanjang     Mudah berkeringat


hari      Sakit kepala
16

     Bulu roma berdiri


Perilaku saat wawancara
-     Gelisah
-     Tidak tenang
-     Muka tegang
-     Mengerutkan kepala
-     Jari gemetar
-     Muka marah
     Nafas pendek

e. Jenis-jenis gangguan ansietas

Ciri utama sindrom ansietas terdiri atas meningkatnya keterjagaan (Hyperarousal),


meningkatnya aktivitas simpatetik dan perasaan subjektif ketakutan serta
kecemasan. Beberapa gangguan terkait ansietas dapat dilihat pada bagan berikut
ini.

1. Gangguan Ansietas Fobik

Fobia adalah ketakutan yang berlebihan yang disebabkan oleh benda, binatang
ataupun peristiwa tertentu. sifatnya biasanya tidak rasional, dan timbul akibat
peristiwa traumatik yang pernah dialami individu. Fobia juga merupakan
penolakan berdasar ketakutan terhadap benda atau situasi yang dihadapi, yang
sebetulnya tidak berbahaya dan penderita mengakui bahwa ketakutan itu tidak
ada dasarnya. Fobia simpel: sumber binatang, ketinggian, tempat tertutup,
darah. Yang menderita banyak wanita, dimulai semenjak kecil. Gangguan
ansietas fobik dibagi menjadi:

a. Fobia Spesifik

Fobia spesifik dahulu dikenal dengan fobia sederhana. Fobia spesifik


ditandai oleh ketakutan yang tidak rasional akan objek atau situasi
tertentu. Gangguan ini termasuk gangguan medik yang paling sering
didapati, namun demikian sebagian kasus hanyalah ringan dan tidak perlu
mendapatkan pengobatan. misalnya: ketakutan terhadap kucing
(ailurfobia), ketakutan terhadap ketinggian (acrofobia), ketakutan terhadap
tempat tertutup (agorafobia).

b. Fobia Sosial

Fobia sosial dikenal juga dengan gangguan ansietas sosial, fobia sosial
adalah ketakutan akan diamati dan dipermalukan di depan publik. Hal ini
bermanifestasi sebagai rasa malu dan tidak nyaman yang sangat
berlebihan di situasi sosial. Hal ini mendorong orang untuk menghindari
17

situasi sosial dan ini tidak disebabkan karena masalah fisik atau mental
(seperti gagap, jerawat, atau gangguan kepribadian).

c. Agorafobia

Agorafobia berasal dari kata latin agora yang berarti pasar di luar ruang.
Agorafobia sering disalahartikan sebagai ketakutan akan ruang terbuka.
Agorafobia ditandai oleh ketakutan hebat yang membuat tidak berdaya
akan tempat atau situasi yang sulit untuk meloloskan diri atau sulit untuk
mendapatkan pertolongan apabila terjadi serangan cemas. Akibatnya,
orang dengan agorafobia mambatasi geraknya sebatas tempat yang dirasa
aman, biasanya di dalam rumah.

Pada fobia terjadi salah pindah kecemasan pada barang atau keadaan yang
mula-mula menimbulkan kecemasan itu. Jadi terdapat dua mekanisme
pembelaan, yaitu salah pindah dan simbolisasi. Apabila berhadepan
dengan objek atau situasi tersebut, orang dengan fobia akan mengalami
perasaan panik, berkeringat, berusaha menghindar, sulit untuk bernapas,
dan jantung berdebar. Sebagian besar orang dewasa yang menderita fobia
sebagian besar menyadari bahwa ketakutannya tidak rasional dan banyak
yang memilih untuk mencoba menahan perasaan ansietas yang hebat dari
pada mengungkapkan gangguannya. (Maramis, 2009)

2. Gangguan Panik

Gangguan panik ditandai dengan serangan ansietas atau teror yang berkala
(serangan panik) setiap episode berlangsung sekitar 15 – 30 menit, meskipun
efek sisa dapat berlangsung lebih lama. Selama serangan panik, penderita
merasakan sangat ketakutan atau tidak nyaman yang disertai oleh jantung
berdebar, nyeri dada, perasaan tercekik, berkeringat, gemetar, mual, pusing,
perasaan yang tidak riil, dan takut mati atau takut menjadi gila.

Serangan panik dapat terjadi secara spontan ataupun sebagai respon terhadap
situasi tertentu. Frekuensi serangan sangan bervariasi, ada yang sering (setiap
minggu), tetapi berlangsung berbulan-bulan. Ada juga yang mengalami
serangkaian serangan tetapi diikuti periode tenang selama berminggu-minggu.
Serangan panik juga dapt terjadi pada gangguan ansietas lain seperti pada
fobia dan gangguan stres pascatrauma. Kerena itu diperlukan ketelitian dalam
membedakan cirri-ciri gangguan tersebut dengan gangguan panik.

Penatalaksanaan. Serangan panik awal seringkali diobati di unit gawat darurat


karena individu tersebut mengira bahwa ia mengalami serangan jantung.
Kondisi medis lainnya harus diabaikan sebelum diagnosis gangguan panik
terdeteksi.

a. Medikasi. Digunakan obat antiansietas, seperti benzodiazepine dan


buspiron. Antidepresan, terutama antidepresan trisiklik, telah dinyatakan
18

efektif untuk mengobati gangguan panik. The Food and Drug


Administration (FDA) baru-baru ini menyetujui penggunaan selective
serotonin reuptake inhibitor (SSRI), paroksetin (Paxil) dan sentralin
(Zoloft) dalam pengobatan gangguan panic. Meskipun inhibitor
monoamina oksidase dapat digunakan namun obat ini membutuhkan
restriksi diet.

b. Terapi perilaku kognitif adalah terapi yang bertarget proses berpikir


penyebab panik dan perilaku yang menimbulkan dan mempertahankan
gejala ansietas. Teknik-teknik spesifik yang termasuk dalam terapi ini
antara lain adalah penyuluhan klien, resktrukrisasi kognitif, dan
pernafasan relaksasi terkendali.

3. Gangguan ansietas menyeluruh

Gangguan ansietas menyeluruh termasuk yang paling banyak dijumpai


disamping gangguan panik. Gambaran umum penyakit ini adalah adanya
kekhawatiran atau ansietas yang kurang lebih konstan, yang tidak sebanding
dengan tingkat stressor sesungguhnya dalam kehidupan. Ansietas tersebut
terjadi dalam jangka waktu yang panjang meskipun tampaknya tidak ada
stressor yang spesifik atau nyata, meskipun stress dapat memperburuk
gangguan ini. Penderita kesulitan untuk mengendalikan ansietasnya dan
cenderung untuk tidak yakin pada diri sendiri.

Untuk diagnosis gangguan anxietas menyeluruh, anxietas harus dibedakan


dengan anxietas yang ada pada gangguan anxietas lain. Apa lagi, lebih dari
separuh penderita gangguan anxietas menyeluruh juga menderita gangguan
anxietas lain atau depresi.

Gejala lain yang mungkin ditemukan adalah rasa gelisah, kelelahan, sulit
berkonsentrasi, mudah tersinggung, ketegangan otot, dan gangguan tidur.

4. Gangguan campuran ansietas dan depresif

Gangguan ini merupakan penyakit tersendiri dan dinamakan demikian karena


secara bersamaan didapati gejala-gejala depresi dan ansietas pada penderita.
Perlu diperhatikan bahwa baik gejala-gejala depresi maupun gejala-gejala
anxietas yang ada tidak memenuhi kriteria diagnosis untuk periode depresi
dan gangguan anxietas. Apabila gejala-gejala yang ada memenuhi kriteria
untuk episode depresi dan gangguan anxietas, maka hal itu adalah
komordibitas antara keduanya.
19

f. Pathway

Penyakit sistem Rangsangan Perubahan posisi


vestibuler perifer berlebihhan

Pergeseran hebat
Gangguan susunan pada kumpulan
vestibuler/keseimbangan kanalis posterios

Proses pengolahan Koping individu


informasi terganggu tidak efektif

ketidakcocokan yang
disampaikan ke pusat
kesadaran

(sistem motorik) respon (sistem otonom) (pusat vestibuler)


penyesuaian otot tidak gejala otonom gejala vertigo
adekuat

Kurang
Nistagmus Rasa tidak pengetahuan
stabil

Resiko jatuh Nausea Ansietas


20

g. Terapi pada Klien Ansietas

1. Terapi

Terapi pada ansietas pada umumnya dapat dilakukan dengan 2 cara yakni terapi
psikologis (psikoterapi) atau terapi dengan obat-obatan (farmakoterapi). Angka-
angka keberhasilan terapi yang tinggi dilaporkan pada kasus-kasus dengan
diagnosis dini. Psikoterapi sederhana sangat efektif, khususnya dalam konteks
hubungan pasien dan dokter yang baik, sehingga dapat membantu mengurangi
farmakoterapi yang tidak perlu.

a. Terapi psikologis

Penyuluhann psikiatrik atau psikologis dan manipulasi lingkungan tidak


jarang pula dibutuhkan. Biasanya terapi-terapi psikologis pada ansietas
tersebut merupakan bagian dari manajemen untuk mengatasi kebanyakan
kondisi medis. Namun untuk melakukan psikoloterapi semacam itu tidak
selalu mungkin dapat dilakukan, khususnya yang ada dalam rumah sakit.
Jangkauan dari ketersediaan pelayanan seringkali terbatas, dan tidak semua
pasien siap untuk menyetujui sebuah skenario tertentu.

Terapi pada ansietas tidak harus dilakukan oleh seorang psikiatrik, namun
seharusnya dapat diterapkan oleh semua dokter yang berkompeten,
sehingga keterbatasan pelayanan dapat diatasi. Memberikan informasi
selalu menjadi langkah awal dalam menolong pasien ansietas, yang mana
informasi yang diberikan harus sesuai dengan kadaranya dan selalu
memberikan harapan sebuah kejelasan dan informasi mengenai kondisi
yang sedang ia alami, dengan melakukan tindakan tadi, menunjukkan
kepada pasien bahwa mereka benar-benar dipedulikan dan dirawat.

Komunikasi yang efektif adalah esensial dalam pemberian informasi,


dokter-dokter terlatih dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan terbuka
dari pasien, mampu memahami kondisi psikis, dan kemampuan
memberikan nasehat-nasehat yang baik sangat dibutuhkan, sehingga akan
tercipta komunikasi yang efektif. Yang mana akan mampu membantu
pasien dalam mengurangi beban psikisnya.

b. Terapi religi

Terapi ini sering digolongkan sebagai sebuah terapi psikis, namun


sayangnya tidak semua dokter berkompeten mampu melakukannya, dan
terapi ini biasanya hanya dapat dilakukan oleh seorang yang memang ahli
dalam bidang spiritual. Terapi religi biasanya membantu pasien untuk lebih
tenang dan memberi waktu pasien untuk memahami dirinya sendiri,
sehingga menciptakan sebuah kesadaran dalam diri sendiri. Hal ini
cenderung lebih efektif karena kesadaran tersebut muncul dari diri sang
pasien sendiri.
21

Terapi ini dilakukan melalui sharing kepada ahli religi yang dipercaya oleh
penderita, dan kemudian ahli religi tersebut memberi nasehat-nasehat untuk
lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, namun tak jarang juga terapi
semacam ini dilakukan secara individual tanpa seorang agamawan yang
membimbing. Terapi semacam ini terkadang pada akhirnya juga
membentuk sebuah karakteristik atau watak yang baru dari penderita.

c. Terapi farmakologi

Beberapa jenis obat-obatan biasanya dapat digunakan untuk mengatasi dan


mengurangi ansietas, dan masing-masing obat mmeiliki keuntungan dan
kekurangan masing-masing. Penggunaan suatu zat dalam jangka waktu
yang lama pun tidak akan membuahkan hasil yang baik untuk kesehatan
fisik sang pasien sendiri.

Anda mungkin juga menyukai