Anda di halaman 1dari 78

Konsep Disaster &

Analisis Risiko Bencana


Ridha Mardiyani, M.Kep
DOA SEBELUM BELAJAR

‫ب نزيد ننيي نعل يممـاوويرززيقننـيي‬ ‫ت نبااللنه وروبا وونبال يانيسل ونم ندييونا وونبزم و‬
‫ح بومدد ن ونبويا ووورزسيول و ور ن ب‬ ‫ورنض ز‬
‫وفيهممـا‬
 
Rodlittu  billahirobba,  wabi  islamidina,  wabimuhammadin 
nabiyyaw warasulla ,robbi zidnii ilmaa warzuqnii fahmaa.

Artinya:
"Kami  ridho  Allah  Swt  sebagai  Tuhanku,  Islam  sebagai 
agamaku,  dan  Nabi  Muhammad  sebagai  Nabi  dan  Rasul,  Ya 
Allah,  tambahkanlah  kepadaku  ilmu  dan  berikanlah  aku 
pengertian yang baik"
 
• Data Informasi Bencana Indonesi (DIBI)-BNPB, 
terlihat bahwa pada periode tahun 2005 
hingga 2015 lebih dari 78% (11.648) kejadian 
bencana merupakan bencana hidro 
meteorologi dan hanya sekitar 22% (3.810) 
merupakan bencana geologi.
Bencana adalah 
• Peristiwa  atau  rangkaian  peristiwa  yang 
mengancam  dan  mengganggu  kehidupan  dan 
penghidupan  masyarakat  yang  disebabkan, 
baik  oleh  faktor  alam  dan/atau  non-alam 
maupun  faktor  manusia  sehingga 
mengakibatkan  timbulnya  korban  jiwa 
manusia,  kerusakan  lingkungan,  kerugian 
harta  benda,  dan  dampak  psikologis (UU
24/2007)
Jenis Bencana (UU 24/2007)

Alam

BENCANA
Non Alam

Sosial
6
• Bencana karena peristiwa atau rangkaian peristiwa 
yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi 
Bencana Sosial
konfik sosial antarkelompok atau antarkomunitas
• Diakibatkan oleh peristiwa non-alam yang 
antara lain berupa gagal teknologi, gagal  Bencana non-Alam
modernisasi, epidemi, dan wabah 
penyakit; termasuk terorisme.
• Diakibatkan oleh peristiwa yang 
disebabkan oleh alam (gempa bumi,  Bencana alam 
tsunami, gunung meletus, banjir, 
kekeringan, angin topan, dan tanah 
longsor.)
UU No. 24 tahun 2007 
Macam bencana berdasarkan
Apa Tipe Bencana ?
BAHAYA GEOLOGI
SEBARAN GUNUNGAPI DI INDONES
TANAH LONGSOR
TSUNAMI

1945/12/4000
1819/ ? / ?
1762/1.8/ ?
1524/ ? / ?
1868/4/ ?
1941/ ? /5000
1881/1.2/ ?

2004/35/300,000
1907/2.8/400 1967/2/0
2 x1861/ ? / 2605
1797/ ? /300
1931/32/ ?
1883/35/36,500
2006/4/637 1994/13/238
1977/6/180

Year/Run-up (m)/Deaths
(18 major events since 1524)
HIDRO-METEOROLOGI
BANJIR
BANJIR BANDANG

Banjir Bandang Bohorok


KEKERINGAN

Perbaikan saluran (di Cirebon) Kekeringan di Jawa 2003


TOPAN

Warning System

Prakiraan badai

Awan Badai Tropical Cyclone


BIOLOGI
BIOLOGI
Epidemi, penyakit
tanaman, hewan,
SARS, Flu Burung
dll.

Kandang kurang Bersih ?

Korban Flu Burung


BAHAYA TEKNOLOGI
Bahaya Teknologi

Kecelakaan Pesawat

Semburan lumpur Sidoarjo

Akibat Radiasi Nuklir / Radioaktif


LINGKUNGAN
KEBAKARAN HUTAN

Memadamkan kebakaran hutan

Peta Rawan Kebakaran Hutan


SOSIAL
TEROR
Konflik Sosial di Pontianak

Tragedi Bom Bali


Analisis Risiko Bencana
Analisis Risiko Bencana

Risiko bencana yang
terjadi pada tiap daerah berbeda, 
tergantung penyebab dan 
kerentanan serta kemampuan
masyarakat di daerah tersebut.
Dalam melakukan kajian risiko bencana, pendekatan fungsi dari
tiga parameter pembentuk risiko bencana, yaitu:
1. Ancaman
2. Kerentanan, 
3. Kapasitas terkait bencana
ANALISIS RISIKO BENCANA

•  Dalam kajian risiko bencana ada faktor 
kerentanan (vulnerability) rendahnya daya 
tangkal masyarakat dalam menerima 
ancaman, yang mempengaruhi tingkat risiko 
bencana. Besarnya risiko dapat dikurangi oleh 
adanya kemampuan masyarakat.
Pengkajian risiko bencana
• Untuk memperlihatkan potensi dampak negatif 
yang  mungkin  timbul  akibat  suatu  potensi 
bencana yang ada. 
• Potensi  dampak  negatif  ini  menggambarkan 
potensi jumlah jiwa, kerugian harta benda, dan 
kerusakan  lingkungan  yang  terpapar  oleh 
potensi  bencana.  Dalam  pelaksanaannya, 
pengkajian  risiko  menggunakan  rumus  umum 
sebagai berikut :
Analisis Risiko Bencana
1. Hazard/ancaman
2. Vulnerability/kerentanan
3. Capability/ kemampuan
4. Risiko (risk)
5. Analisis risiko bencana
Hazard
1. Suatu kondisi, secara alamiah maupun karena 
ulah manusia, yang berpotensi menimbulkan 
kerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa 
manusia. ( BNPB,2008)
2. Bahaya berpotensi menimbulkan bencana, 
tetapi tidak semua bahaya selalu menjadi 
bencana.
3. Sumber bahaya, suatu peristiwa yang hebat, 
atau kemungkinan
• Hazard menjadi penyebab terjadinya bencana.
• Namun bukan berarti jika ada hazard maka akan terjadi bencana.
• Contohnya, jika badai angin ataupun angin topan dengan 
kekuatan  yang  sama  melanda  wilayah  yang  tidak  ada 
penghuninya,  hal  itu  tidak  dapat  dianggap  sebagai  bencana 
karena tidak berdampak pada nyawa atau kehidupan penduduk.
• Oleh  karena  terjadinya  bencana  harus  dipikirkan  hubungan 
antara  hazard dengan tempat  terjadinya  hazard dan tempat
hidup orang-orang. Lalu, yang menjadi permasalahannya  di  sini 
adalah tempat hidup dan kerentanan (vulnerability) masyarakat .
Faktor Bahaya
• Geologi
– Gempabumi, tsunami,
• Teknologi
longsor, gerakan tanah – Kecelakaan
transportasi, industri
• Hidro-meteorologi
• Lingkungan
– Banjir, topan, banjir
– Kebakaran,kebakaran
bandang,kekeringan
hutan, penggundulan
• Biologi hutan.
– Epidemi, penyakit • Sosial
tanaman, hewan – Konflik, terrorisme
35
Kerentanan (vulnerability)
Sekumpulan  kondisi  dan  atau  suatu  akibat  keadaan  (faktor 
fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan) yang berpengaruh buruk 
terhadap  upaya-upaya  pencegahan  dan  penanggulangan 
bencana.

Kerentanan  (vulnerability)  adalah  keadaan  atau  sifat/perilaku 


manusia  atau  masyarakat  yang  menyebabkan 
ketidakmampuan  menghadapi  bahaya  atau  ancaman  (BNPB, 
2008).

• Misalnya : penebangan hutan, penambangan batu, membakar 
hutan
Faktor Kerentanan
Fisik:  • kekuatan bangunan struktur (rumah, 
jalan, jembatan) terhadap ancaman 
bencana

• kondisi demografi (jenis kelamin, usia, 
Sosial:  kesehatan, gizi, perilaku masyarakat) 
terhadap ancaman bencana

• kemampuan finansial masyarakat dalam 
Ekonomi:  menghadapi ancaman di wilayahnya

• Tingkat ketersediaan / kelangkaan 
Lingkungan: sumberdaya (lahan, air, udara) serta 
kerusakan lingkungan yan terjadi. 37
1. Kerentanan Fisik
Secara  fisik  bentuk  kerentanan  yang  dimiliki  masyarakat  berupa  daya  tahan 
menghadapi  bahaya  tertentu,  misalnya:  kekuatan  struktur  bangunan  rumah, 
jalan,  jembatan  bagi  masyarakat  yang  berada  di  daerah  rawan  gempa,  adanya 
tanggul  pengaman  banjir  bagi  masyarakat  yang  tinggal  di  bantaran  sungai  dan 
sebagainya.
2. Kerentanan Ekonomi
Kemampuan ekonomi suatu individu atau masyarakat sangat menentukan tingkat 
kerenta nan terhadap ancaman bahaya. Pada umumnya masyarakat atau daerah 
yang miskin atau kurang mampu lebih rentan terhadap bahaya.
3. Kerentanan Sosial
Kondisi  demografi  (jenis  kelamin,  usia,  kesehatan,  gizi,  perilaku  masyarakat,  pendidikan) 
kekurangan  pengetahuan  tentang  risiko  bahaya  dan  bencana  akan  mempertinggi  tingkat 
kerentanan, demikian pula tingkat kesehatan masyarakat yang rendah juga mengakibatkan 
rentan terhadap ancaman bencana. 
Kerentanan  sosial  terdiri  dari  parameter  kepadatan  penduduk  dan  kelompok  rentan. 
Kelompok  rentan  terdiri  dari  rasio  jenis  kelamin,  rasio  kelompok  umur  rentan,  rasio 
penduduk miskin, dan rasio penduduk cacat. 

4. Kerentanan Lingkungan
Lingkungan hidup suatu masyarakat sangat mempengaruhi kerentanan. Masyarakat yang 
tinggal  di  daerah  yang  kering  dan  sulit  air  akan  selalu  terancam  bahaya  kekeringan, 
Penduduk  yang  tinggal  di  lereng  bukit  atau  pegunungan  rentan  terhadap  ancaman 
bencana  tanah  longsor  dan  sebagainya.  Kerentanan  masyarakat  berkaitan  dengan 
seberapa besar kemampuan (capacity) kekuatan tingkat persiapan masyarakat terhadap 
kejadian yang menjadi penyebab bencana.
Kemampuan (capability)
Kekuatan  dan  potensi  yang  dimiliki  oleh  perorangan,  keluarga 
dan    masyarakat  yang  membuat  mereka  mampu  mencegah, 
mengurangi,  siap-siaga,  menanggapi  dengan  cepat  atau  segera 
pulih dari suatu kedaruratan dan bencana.

Kemampuan adalah kondisi masyarakat yang memiliki kekuatan 
dan  kemampuan  dalam  mengkaji  dan  menilai  ancaman  serta 
bagaimana  masyarakat  dapat  mengelola  lingkungan  dan 
sumberdaya  yang  ada,  dimana  dalam  kondisi  ini  masyarakat 
sebagai penerima manfaat dan penerima risiko bencana menjadi 
bagian  penting  dan  sebagai  aktor  kunci  dalam  pengelolaan 
lingkungan  untuk  mengurangi  risiko  bencana  dan  ini  menjadi 
suatu  kajian  dalam  melakukan  manajemen  bencana  berbasis 
masyarakat (Comunity Base Disaster Risk Management).
Resiko (risk)
• Besarnya kerugian atau kemungkinan terjadi 
korban manusia, kerusakan dan kerugian 
ekonomi yg disebabkan oleh bahaya tertentu 
di  suatu daerah pada suatu waktu tertentu.
• Resiko biasanya dihitung secara matematis, 
merupakan probabilitas dari dampak atau 
konsekwesi suatu bahaya. 
RISIKO (RISK)

• Risiko (risk) adalah probabilitas timbulnya


konsekuensi yang merusak atau kerugian yang 
sudah diperkirakan (hilangnya nyawa, 
cederanya orang-orang, terganggunya harta 
benda, penghidupan dan aktivitas ekonomi, 
atau rusaknya lingkungan) yang diakibatkan 
oleh adanya interaksi antara bahaya yang 
ditimbulkan alam atau diakibatkan manusia 
serta kondisi yang rentan (ISDR, 2004).
• Risiko adalah besarnya kerugian atau kemungkinan 
terjadi korban manusia, kerusakan dan kerugian 
ekonomi yg disebabkan oleh bahaya tertentu di suatu 
daerah pada suatu waktu tertentu. Resiko biasanya 
dihitung secara matematis, merupakan probabilitas dari 
dampak atau konsekwensi suatu bahaya (Affeltrnger, 
2006). 
• Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa risiko adalah 
kemungkinan kerugian yang dapat diperkirakan akibat 
kerusakan alam, kesalahan manusia serta kondisi rentan
ANALISIS KEMUNGKINAN DAMPAK BENCANA

• Risiko = f (Bahaya x Kerentanan/Kemampuan)
• Semakin tinggi ancaman bahaya di suatu 
daerah, maka semakin tinggi risiko daerah 
tersebut terkena bencana. Demikian pula 
semakin tinggi tingkat kerentanan masayarakat 
atau penduduk, maka semakin tinggi pula 
tingkat risikonya. Tetapi sebaliknya, semakin 
tinggi tingkat kemampuan masyarakat, maka 
semakin kecil risiko yang dihadapinya.
Penanggulangan bencana 
sesuai siklus bencana
Fase pra bencana Fase bencana: 
- situasi tidak terjadi  Tanggap Darurat
bencana
- situasi terdapat 
potensi bencana 
Fase pasca 
bencana : 
Pemulihan

Penanggulangan 
bencana
50
Siklus Manajemen Bencana
BENCANA

Tanggap
Kesiapan Darurat

Pencegahan Pemulihan
dan Mitigasi
MANAJEMEN BENCANA

MANAJEMEN
RESIKO
BENCANA
PENCEGAHAN
DAN MITIGASI MANAJEMEN MANAJEMEN
KEDARURATAN PEMULIHAN
KESIAPSIAGAAN

PRA BENCANA SAAT BENCANA PASCA BENCANA


52
Penanggulangan bencana 
Berdasarkan siklus  
Pra Bencana

Mitigasi • Tindakan terhadap bencana 
menurut PBB ada 9 kerangka, 
yaitu
• Menghilangkan sama  • pengkajian terhadap 
sekali  atau  • Upaya non- kerentanan, 
mengurangi  secara  rekayasa: peraturan  • membuat perencanaan 
drastis  akibat  dari  dan pengaturan,  (pencegahan bencana),
ancaman  melalui  pemberian sangsi  • pengorganisasian, 
pengendalian  dan  dan penghargaan  • sistem informasi, 
pengubahsuaian  fisik  dan penyuluhan.  • pengumpulan sumber daya, 
dan lingkungan.  • Upaya rekayasa :   • sistem alarm, 
pananaman modal  • mekanisme tindakan,
untuk bangunan 
• pendidikan dan pelatihan 
struktur tahan 
Pencegahan ancaman bencana  penduduk,
dan/atau perbaikan  • gladi resik.
struktur yang sudah 
ada.  Kesiapsiagaan
Kegiatan-kegiatan Manajemen
Bencana
A. Pencegahan (prevention)
B. Mitigasi (mitigation)
C. Kesiapan (preparedness)
D. Peringatan Dini (early warning)
E. Tanggap Darurat (response)
F. Bantuan Darurat (relief)
G. Pemulihan (recovery)
H. Rehablitasi (rehabilitation)
I. Rekonstruksi (reconstruction)
Pencegahan (prevention)
• Upaya yang dilakukan untuk
mencegah terjadinya bencana (jika
mungkin dengan meniadakan
bahaya).
Misalnya :
- Melarang pembakaran hutan
dalam perladangan
- Melarang penambangan batu
di daerah yang curam.
Mitigasi Bencana
• Serangkaian upaya untuk
mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun
penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman
bencana (UU 24/2007)

56
Tindakan mitigasi Pasif / Non Struktural

1. Penyusunan peraturan perundang-undangan
2. Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah.
3. Pembuatan pedoman/standar/prosedur
4. Pembuatan brosur/leafet/poster
5. Penelitian / pengkajian karakteristik bencana
6. Pengkajian / analisis risiko bencana
7. Internalisasi PB dalam muatan lokal pendidikan
8. Pembentukan organisasi atau satuan gugus tugas bencana
9. Perkuatan unit-unit sosial dalam masyarakat, seperti forum
10. Pengarus-utamaan PB dalam perencanaan pembangunan
Mitigasi aktif antara lain
1. Pembuatan dan penempatan tanda-tanda 
peringatan, bahaya, larangan memasuki daerah 
rawan bencana dsb.
2. Pemindahan penduduk dari daerah yang rawan 
bencana ke daerah yang lebih aman.
3. Pembuatan bangunan struktur yang berfungsi 
untuk mencegah, mengamankan dan mengurangi 
dampak yang ditimbulkan oleh bencana, seperti: 
tanggul, dam, penahan erosi pantai, bangunan 
tahan gempa dan sejenisnya.
Kesiapsiagaan
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna (UU 24/2007)

Misalnya: Penyiapan sarana komunikasi, pos


komando, penyiapan lokasi evakuasi,
Rencana Kontinjensi, dan sosialisasi
peraturan / pedoman penanggulangan
bencana.
59
• Upaya kesiapsiagaan dilakukan pada saat bencana mulai 
teridentifikasi akan terjadi, kegiatan yang dilakukan antara lain:
1. Pengaktifan pos-pos siaga bencana dengan segenap unsur 
pendukungnya.
2. Pelatihan siaga / simulasi / gladi / teknis bagi setiap sektor 
Penanggulangan bencana (SAR, sosial, kesehatan, prasarana dan 
pekerjaan umum).
3. Inventarisasi sumber daya pendukung kedaruratan
4. Penyiapan dukungan dan mobilisasi sumberdaya/logistik.
5. Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan 
terpadu guna mendukung tugas kebencanaan.
6. Penyiapan dan pemasangan instrumen sistem peringatan dini 
(early warning)
7. Penyusunan rencana kontinjensi (contingency plan)
8. Mobilisasi sumber daya (personil dan prasarana/sarana peralatan)
Peringatan Dini

Serangkaian kegiatan pemberian


peringatan sesegera mungkin kepada
masyarakat tentang kemungkinan
terjadinya bencana pada suatu tempat oleh
lembaga yang berwenang (UU 24/2007)

Pemberian peringatan dini harus :


• Menjangkau masyarakat (accesible)
• Segera (immediate)
• Tegas tidak membingungkan (coherent)
• Bersifat resmi (official)
61
Fase Saat Bencana

• Saat bencana disebut juga sebagai tanggap darurat. Fase tanggap 


darurat atau tindakan adalah fase dimana dilakukan berbagai aksi 
darurat yang nyata untuk menjaga diri sendiri atau harta kekayaan.
• Aktivitas yang dilakukan secara kongkret yaitu:
1. instruksi pengungsian
2. pencarian dan penyelamatan korban
3. menjamin keamanan di lokasi bencana
4. pengkajian terhadap kerugian akibat bencana
5. pembagian dan penggunaan alat perlengkapan pada kondisi darurat
6. pengiriman dan penyerahan barang material, dan
7. menyediakan tempat pengungsian,
Tanggap Darurat
(response)
Upaya yang dilakukan segera pada saat
kejadian bencana, untuk menanggulangi
dampak yang ditimbulkan, terutama berupa
penyelamatan korban dan harta benda,
evakuasi dan pengungsian.

• Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi:
1. pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan sumber 
daya;
2. penentuan status keadaan darurat bencana;
3. penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
4. pemenuhan kebutuhan dasar;
5. perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
6. pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
Bantuan Darurat (relief)

• Merupakan upaya
untuk memberikan
bantuan berkaitan
dengan pemenuhan
kebutuhan dasar
berupa :
- pangan,
- sandang
- tempat tinggal
sementara
- kesehatan,
sanitasi
dan air bersih
Fase Saat Bencana dari sudut pandang pelayanan medis

Fase 
•  48 jam pertama sejak 
bencana  fase pelayanan 
medis darurat
Akut

Fase 
• satu minggu sejak terjadinya 
SubAkut bencana
Setelah Bencana

Fase
Proses pemulihan Rekonstruksi/
Fase darurat kondisi Rehabilitasi
Pemulihan masyarakat yang
terkena bencana, Fase Rhabilitasi:
dengan memfungsikan perbaikan dan pemulihan
kembali prasarana dan semua
sarana pada keadaan aspek pelayanan publik
semula. atau masyarakat sampai
tingkat yang memadai pada
wilayah pascabencana
Upaya yang dilakukan adalah
memperbaiki prasarana dan Fase rekonstruksi :
pelayanan dasar (jalan, listrik, air Rekonstruksi adalah
bersih, pasar puskesmas, dll). pembangunan kembali
semua
prasarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayah
pascabencana, baik pada
tingkat pemerintahan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi:

1. perbaikan lingkungan daerah bencana;
2. perbaikan prasarana dan sarana umum;
3. pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;
4. pemulihan sosial psikologis;
5. pelayanan kesehatan;
6. rekonsiliasi dan resolusi konfik;
7. pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya;
8. pemulihan keamanan dan ketertiban;
9. pemulihan fungsi pemerintahan; dan
10. pemulihan fungsi pelayanan publik
Dampak bencana terhadap kesehatan
• Kasus 1:
• Wabah penyakit demam berdarah menyerang 
sebuah kota yang sangat padat penduduknya. 
Kota ini dibangun di daerah rawa-rawa dan 
memiliki wilayah yang kumuh. Persediaan air 
bersih menjadi masalah bagi warga di kota 
tersebut.
• Kasus 2 :
• Angin ribut yang sangat besar menyerang sebuah kota 
besar yang cukup modern. Selama 15 menit angin 
disertai hujan melanda kota itu. Banyak pohon dan 
tiang yang tumbang, begitu juga dengan beberapa 
atap bangunan terbang terbawa angin. Warga banyak 
yang berada di rumah ataupun di kantor.
• Di antara dua keadaan itu, manakah yang lebih besar 
risiko bencananya. Coba kaitkan dengan materi risiko 
bencana yang baru saja kita pelajari.
Perbedaan keperawatan gawat 
darurat dan keperawatan bencana
• Kondisi gawat darurat dan bencana merupakan 
keadaan  yang  membutuhkan  penanganan 
segera.
•   Keduanya  melakukan  ”pengobatan  darurat 
terhadap  pasien  yang  muncul  dalam  berbagai 
kejadian”. 
• Namun  ada  perbedaan  yang  sangat  prinsip 
antara gawat darurat dan bencana. Apakah itu?
• Perbedaan  utama  di  antara  keduanya  terletak  pada 
keseimbangan  antara  “kebutuhan  perawatan 
kesehatan  dan  pengobatan”  dan  ”sumber-sumber 
medis  (tenaga  kesehatan,  obat-obatan,  dan 
peralatan)".
• Keperawatan  gawat  darurat  yang  diberikan  dalam 
keadaan  normal,  memungkinkan  tersedianya  sumber 
daya medis yang banyak dalam memberikan pelayanan 
sesuai kebutuhan pasien, baik yang penyakitnya ringan 
maupun  berat.Sehingga  pengobatan  dan  perawatan 
intensif  dapat  diberikan  dengan  segera  kepada  setiap 
pasien yang datang secara bergantian.
• Tetapi  selama  fase  akut  bencana,  pengobatan  dan  kesehatan 
masyarakat  membutuhkan  sangat  banyak  sumber  tenaga  medis 
sehingga  terjadi  ketidakseimbangan.  Pada  fase  akut  bencana, 
fasilitas  penunjang  kehidupan  (listrik,  gas,  air)  tidak  berfungsi 
secara  sempurna,  obat-obatan  tidak  tersedia,  dan  tenaga 
medisnya  kurang,namun  banyak  korban  luka  ringan  atau  luka 
sedangyang datang ke rumah sakit. 
• Sebagian korban tersebut menjadikan rumah sakit sebagai tempat 
mengungsi  sementara,  karena  mereka  beranggapan  bahwa 
"rumah sakit adalah aman" dan ”akan mendapatkan pengobatan”.
• Beberapa korban dengan luka parah dan luka kritis dapat juga 
dibawa ke beberapa fasilitas kesehatan oleh orang lain, namun jika 
pasien tidak dapat berjalan sendiri, atau jika tidak ada orang yang 
membawa mereka, maka mereka akan tetap tertinggal di lokasi 
bencana tersebut.

Anda mungkin juga menyukai