ب نزيد ننيي نعل يممـاوويرززيقننـيي ت نبااللنه وروبا وونبال يانيسل ونم ندييونا وونبزم و
ح بومدد ن ونبويا ووورزسيول و ور ن ب ورنض ز
وفيهممـا
Rodlittu billahirobba, wabi islamidina, wabimuhammadin
nabiyyaw warasulla ,robbi zidnii ilmaa warzuqnii fahmaa.
Artinya:
"Kami ridho Allah Swt sebagai Tuhanku, Islam sebagai
agamaku, dan Nabi Muhammad sebagai Nabi dan Rasul, Ya
Allah, tambahkanlah kepadaku ilmu dan berikanlah aku
pengertian yang baik"
• Data Informasi Bencana Indonesi (DIBI)-BNPB,
terlihat bahwa pada periode tahun 2005
hingga 2015 lebih dari 78% (11.648) kejadian
bencana merupakan bencana hidro
meteorologi dan hanya sekitar 22% (3.810)
merupakan bencana geologi.
Bencana adalah
• Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan/atau non-alam
maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis (UU
24/2007)
Jenis Bencana (UU 24/2007)
Alam
BENCANA
Non Alam
Sosial
6
• Bencana karena peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi
Bencana Sosial
konfik sosial antarkelompok atau antarkomunitas
• Diakibatkan oleh peristiwa non-alam yang
antara lain berupa gagal teknologi, gagal Bencana non-Alam
modernisasi, epidemi, dan wabah
penyakit; termasuk terorisme.
• Diakibatkan oleh peristiwa yang
disebabkan oleh alam (gempa bumi, Bencana alam
tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor.)
UU No. 24 tahun 2007
Macam bencana berdasarkan
Apa Tipe Bencana ?
BAHAYA GEOLOGI
SEBARAN GUNUNGAPI DI INDONES
TANAH LONGSOR
TSUNAMI
1945/12/4000
1819/ ? / ?
1762/1.8/ ?
1524/ ? / ?
1868/4/ ?
1941/ ? /5000
1881/1.2/ ?
2004/35/300,000
1907/2.8/400 1967/2/0
2 x1861/ ? / 2605
1797/ ? /300
1931/32/ ?
1883/35/36,500
2006/4/637 1994/13/238
1977/6/180
Year/Run-up (m)/Deaths
(18 major events since 1524)
HIDRO-METEOROLOGI
BANJIR
BANJIR BANDANG
Warning System
Prakiraan badai
Kecelakaan Pesawat
Risiko bencana yang
terjadi pada tiap daerah berbeda,
tergantung penyebab dan
kerentanan serta kemampuan
masyarakat di daerah tersebut.
Dalam melakukan kajian risiko bencana, pendekatan fungsi dari
tiga parameter pembentuk risiko bencana, yaitu:
1. Ancaman
2. Kerentanan,
3. Kapasitas terkait bencana
ANALISIS RISIKO BENCANA
• Dalam kajian risiko bencana ada faktor
kerentanan (vulnerability) rendahnya daya
tangkal masyarakat dalam menerima
ancaman, yang mempengaruhi tingkat risiko
bencana. Besarnya risiko dapat dikurangi oleh
adanya kemampuan masyarakat.
Pengkajian risiko bencana
• Untuk memperlihatkan potensi dampak negatif
yang mungkin timbul akibat suatu potensi
bencana yang ada.
• Potensi dampak negatif ini menggambarkan
potensi jumlah jiwa, kerugian harta benda, dan
kerusakan lingkungan yang terpapar oleh
potensi bencana. Dalam pelaksanaannya,
pengkajian risiko menggunakan rumus umum
sebagai berikut :
Analisis Risiko Bencana
1. Hazard/ancaman
2. Vulnerability/kerentanan
3. Capability/ kemampuan
4. Risiko (risk)
5. Analisis risiko bencana
Hazard
1. Suatu kondisi, secara alamiah maupun karena
ulah manusia, yang berpotensi menimbulkan
kerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa
manusia. ( BNPB,2008)
2. Bahaya berpotensi menimbulkan bencana,
tetapi tidak semua bahaya selalu menjadi
bencana.
3. Sumber bahaya, suatu peristiwa yang hebat,
atau kemungkinan
• Hazard menjadi penyebab terjadinya bencana.
• Namun bukan berarti jika ada hazard maka akan terjadi bencana.
• Contohnya, jika badai angin ataupun angin topan dengan
kekuatan yang sama melanda wilayah yang tidak ada
penghuninya, hal itu tidak dapat dianggap sebagai bencana
karena tidak berdampak pada nyawa atau kehidupan penduduk.
• Oleh karena terjadinya bencana harus dipikirkan hubungan
antara hazard dengan tempat terjadinya hazard dan tempat
hidup orang-orang. Lalu, yang menjadi permasalahannya di sini
adalah tempat hidup dan kerentanan (vulnerability) masyarakat .
Faktor Bahaya
• Geologi
– Gempabumi, tsunami,
• Teknologi
longsor, gerakan tanah – Kecelakaan
transportasi, industri
• Hidro-meteorologi
• Lingkungan
– Banjir, topan, banjir
– Kebakaran,kebakaran
bandang,kekeringan
hutan, penggundulan
• Biologi hutan.
– Epidemi, penyakit • Sosial
tanaman, hewan – Konflik, terrorisme
35
Kerentanan (vulnerability)
Sekumpulan kondisi dan atau suatu akibat keadaan (faktor
fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan) yang berpengaruh buruk
terhadap upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan
bencana.
• Misalnya : penebangan hutan, penambangan batu, membakar
hutan
Faktor Kerentanan
Fisik: • kekuatan bangunan struktur (rumah,
jalan, jembatan) terhadap ancaman
bencana
• kondisi demografi (jenis kelamin, usia,
Sosial: kesehatan, gizi, perilaku masyarakat)
terhadap ancaman bencana
• kemampuan finansial masyarakat dalam
Ekonomi: menghadapi ancaman di wilayahnya
• Tingkat ketersediaan / kelangkaan
Lingkungan: sumberdaya (lahan, air, udara) serta
kerusakan lingkungan yan terjadi. 37
1. Kerentanan Fisik
Secara fisik bentuk kerentanan yang dimiliki masyarakat berupa daya tahan
menghadapi bahaya tertentu, misalnya: kekuatan struktur bangunan rumah,
jalan, jembatan bagi masyarakat yang berada di daerah rawan gempa, adanya
tanggul pengaman banjir bagi masyarakat yang tinggal di bantaran sungai dan
sebagainya.
2. Kerentanan Ekonomi
Kemampuan ekonomi suatu individu atau masyarakat sangat menentukan tingkat
kerenta nan terhadap ancaman bahaya. Pada umumnya masyarakat atau daerah
yang miskin atau kurang mampu lebih rentan terhadap bahaya.
3. Kerentanan Sosial
Kondisi demografi (jenis kelamin, usia, kesehatan, gizi, perilaku masyarakat, pendidikan)
kekurangan pengetahuan tentang risiko bahaya dan bencana akan mempertinggi tingkat
kerentanan, demikian pula tingkat kesehatan masyarakat yang rendah juga mengakibatkan
rentan terhadap ancaman bencana.
Kerentanan sosial terdiri dari parameter kepadatan penduduk dan kelompok rentan.
Kelompok rentan terdiri dari rasio jenis kelamin, rasio kelompok umur rentan, rasio
penduduk miskin, dan rasio penduduk cacat.
4. Kerentanan Lingkungan
Lingkungan hidup suatu masyarakat sangat mempengaruhi kerentanan. Masyarakat yang
tinggal di daerah yang kering dan sulit air akan selalu terancam bahaya kekeringan,
Penduduk yang tinggal di lereng bukit atau pegunungan rentan terhadap ancaman
bencana tanah longsor dan sebagainya. Kerentanan masyarakat berkaitan dengan
seberapa besar kemampuan (capacity) kekuatan tingkat persiapan masyarakat terhadap
kejadian yang menjadi penyebab bencana.
Kemampuan (capability)
Kekuatan dan potensi yang dimiliki oleh perorangan, keluarga
dan masyarakat yang membuat mereka mampu mencegah,
mengurangi, siap-siaga, menanggapi dengan cepat atau segera
pulih dari suatu kedaruratan dan bencana.
Kemampuan adalah kondisi masyarakat yang memiliki kekuatan
dan kemampuan dalam mengkaji dan menilai ancaman serta
bagaimana masyarakat dapat mengelola lingkungan dan
sumberdaya yang ada, dimana dalam kondisi ini masyarakat
sebagai penerima manfaat dan penerima risiko bencana menjadi
bagian penting dan sebagai aktor kunci dalam pengelolaan
lingkungan untuk mengurangi risiko bencana dan ini menjadi
suatu kajian dalam melakukan manajemen bencana berbasis
masyarakat (Comunity Base Disaster Risk Management).
Resiko (risk)
• Besarnya kerugian atau kemungkinan terjadi
korban manusia, kerusakan dan kerugian
ekonomi yg disebabkan oleh bahaya tertentu
di suatu daerah pada suatu waktu tertentu.
• Resiko biasanya dihitung secara matematis,
merupakan probabilitas dari dampak atau
konsekwesi suatu bahaya.
RISIKO (RISK)
• Risiko = f (Bahaya x Kerentanan/Kemampuan)
• Semakin tinggi ancaman bahaya di suatu
daerah, maka semakin tinggi risiko daerah
tersebut terkena bencana. Demikian pula
semakin tinggi tingkat kerentanan masayarakat
atau penduduk, maka semakin tinggi pula
tingkat risikonya. Tetapi sebaliknya, semakin
tinggi tingkat kemampuan masyarakat, maka
semakin kecil risiko yang dihadapinya.
Penanggulangan bencana
sesuai siklus bencana
Fase pra bencana Fase bencana:
- situasi tidak terjadi Tanggap Darurat
bencana
- situasi terdapat
potensi bencana
Fase pasca
bencana :
Pemulihan
Penanggulangan
bencana
50
Siklus Manajemen Bencana
BENCANA
Tanggap
Kesiapan Darurat
Pencegahan Pemulihan
dan Mitigasi
MANAJEMEN BENCANA
MANAJEMEN
RESIKO
BENCANA
PENCEGAHAN
DAN MITIGASI MANAJEMEN MANAJEMEN
KEDARURATAN PEMULIHAN
KESIAPSIAGAAN
Mitigasi • Tindakan terhadap bencana
menurut PBB ada 9 kerangka,
yaitu
• Menghilangkan sama • pengkajian terhadap
sekali atau • Upaya non- kerentanan,
mengurangi secara rekayasa: peraturan • membuat perencanaan
drastis akibat dari dan pengaturan, (pencegahan bencana),
ancaman melalui pemberian sangsi • pengorganisasian,
pengendalian dan dan penghargaan • sistem informasi,
pengubahsuaian fisik dan penyuluhan. • pengumpulan sumber daya,
dan lingkungan. • Upaya rekayasa : • sistem alarm,
pananaman modal • mekanisme tindakan,
untuk bangunan
• pendidikan dan pelatihan
struktur tahan
Pencegahan ancaman bencana penduduk,
dan/atau perbaikan • gladi resik.
struktur yang sudah
ada. Kesiapsiagaan
Kegiatan-kegiatan Manajemen
Bencana
A. Pencegahan (prevention)
B. Mitigasi (mitigation)
C. Kesiapan (preparedness)
D. Peringatan Dini (early warning)
E. Tanggap Darurat (response)
F. Bantuan Darurat (relief)
G. Pemulihan (recovery)
H. Rehablitasi (rehabilitation)
I. Rekonstruksi (reconstruction)
Pencegahan (prevention)
• Upaya yang dilakukan untuk
mencegah terjadinya bencana (jika
mungkin dengan meniadakan
bahaya).
Misalnya :
- Melarang pembakaran hutan
dalam perladangan
- Melarang penambangan batu
di daerah yang curam.
Mitigasi Bencana
• Serangkaian upaya untuk
mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun
penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman
bencana (UU 24/2007)
56
Tindakan mitigasi Pasif / Non Struktural
1. Penyusunan peraturan perundang-undangan
2. Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah.
3. Pembuatan pedoman/standar/prosedur
4. Pembuatan brosur/leafet/poster
5. Penelitian / pengkajian karakteristik bencana
6. Pengkajian / analisis risiko bencana
7. Internalisasi PB dalam muatan lokal pendidikan
8. Pembentukan organisasi atau satuan gugus tugas bencana
9. Perkuatan unit-unit sosial dalam masyarakat, seperti forum
10. Pengarus-utamaan PB dalam perencanaan pembangunan
Mitigasi aktif antara lain
1. Pembuatan dan penempatan tanda-tanda
peringatan, bahaya, larangan memasuki daerah
rawan bencana dsb.
2. Pemindahan penduduk dari daerah yang rawan
bencana ke daerah yang lebih aman.
3. Pembuatan bangunan struktur yang berfungsi
untuk mencegah, mengamankan dan mengurangi
dampak yang ditimbulkan oleh bencana, seperti:
tanggul, dam, penahan erosi pantai, bangunan
tahan gempa dan sejenisnya.
Kesiapsiagaan
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna (UU 24/2007)
• Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi:
1. pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan sumber
daya;
2. penentuan status keadaan darurat bencana;
3. penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
4. pemenuhan kebutuhan dasar;
5. perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
6. pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
Bantuan Darurat (relief)
• Merupakan upaya
untuk memberikan
bantuan berkaitan
dengan pemenuhan
kebutuhan dasar
berupa :
- pangan,
- sandang
- tempat tinggal
sementara
- kesehatan,
sanitasi
dan air bersih
Fase Saat Bencana dari sudut pandang pelayanan medis
Fase
• 48 jam pertama sejak
bencana fase pelayanan
medis darurat
Akut
Fase
• satu minggu sejak terjadinya
SubAkut bencana
Setelah Bencana
Fase
Proses pemulihan Rekonstruksi/
Fase darurat kondisi Rehabilitasi
Pemulihan masyarakat yang
terkena bencana, Fase Rhabilitasi:
dengan memfungsikan perbaikan dan pemulihan
kembali prasarana dan semua
sarana pada keadaan aspek pelayanan publik
semula. atau masyarakat sampai
tingkat yang memadai pada
wilayah pascabencana
Upaya yang dilakukan adalah
memperbaiki prasarana dan Fase rekonstruksi :
pelayanan dasar (jalan, listrik, air Rekonstruksi adalah
bersih, pasar puskesmas, dll). pembangunan kembali
semua
prasarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayah
pascabencana, baik pada
tingkat pemerintahan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi:
1. perbaikan lingkungan daerah bencana;
2. perbaikan prasarana dan sarana umum;
3. pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;
4. pemulihan sosial psikologis;
5. pelayanan kesehatan;
6. rekonsiliasi dan resolusi konfik;
7. pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya;
8. pemulihan keamanan dan ketertiban;
9. pemulihan fungsi pemerintahan; dan
10. pemulihan fungsi pelayanan publik
Dampak bencana terhadap kesehatan
• Kasus 1:
• Wabah penyakit demam berdarah menyerang
sebuah kota yang sangat padat penduduknya.
Kota ini dibangun di daerah rawa-rawa dan
memiliki wilayah yang kumuh. Persediaan air
bersih menjadi masalah bagi warga di kota
tersebut.
• Kasus 2 :
• Angin ribut yang sangat besar menyerang sebuah kota
besar yang cukup modern. Selama 15 menit angin
disertai hujan melanda kota itu. Banyak pohon dan
tiang yang tumbang, begitu juga dengan beberapa
atap bangunan terbang terbawa angin. Warga banyak
yang berada di rumah ataupun di kantor.
• Di antara dua keadaan itu, manakah yang lebih besar
risiko bencananya. Coba kaitkan dengan materi risiko
bencana yang baru saja kita pelajari.
Perbedaan keperawatan gawat
darurat dan keperawatan bencana
• Kondisi gawat darurat dan bencana merupakan
keadaan yang membutuhkan penanganan
segera.
• Keduanya melakukan ”pengobatan darurat
terhadap pasien yang muncul dalam berbagai
kejadian”.
• Namun ada perbedaan yang sangat prinsip
antara gawat darurat dan bencana. Apakah itu?
• Perbedaan utama di antara keduanya terletak pada
keseimbangan antara “kebutuhan perawatan
kesehatan dan pengobatan” dan ”sumber-sumber
medis (tenaga kesehatan, obat-obatan, dan
peralatan)".
• Keperawatan gawat darurat yang diberikan dalam
keadaan normal, memungkinkan tersedianya sumber
daya medis yang banyak dalam memberikan pelayanan
sesuai kebutuhan pasien, baik yang penyakitnya ringan
maupun berat.Sehingga pengobatan dan perawatan
intensif dapat diberikan dengan segera kepada setiap
pasien yang datang secara bergantian.
• Tetapi selama fase akut bencana, pengobatan dan kesehatan
masyarakat membutuhkan sangat banyak sumber tenaga medis
sehingga terjadi ketidakseimbangan. Pada fase akut bencana,
fasilitas penunjang kehidupan (listrik, gas, air) tidak berfungsi
secara sempurna, obat-obatan tidak tersedia, dan tenaga
medisnya kurang,namun banyak korban luka ringan atau luka
sedangyang datang ke rumah sakit.
• Sebagian korban tersebut menjadikan rumah sakit sebagai tempat
mengungsi sementara, karena mereka beranggapan bahwa
"rumah sakit adalah aman" dan ”akan mendapatkan pengobatan”.
• Beberapa korban dengan luka parah dan luka kritis dapat juga
dibawa ke beberapa fasilitas kesehatan oleh orang lain, namun jika
pasien tidak dapat berjalan sendiri, atau jika tidak ada orang yang
membawa mereka, maka mereka akan tetap tertinggal di lokasi
bencana tersebut.