Konstipasi adalah persepsi gangguan buang air besar berupa berkurangnya frekuensi defekasi,
sensasi tidak puas atau tidak lampiasnya buang air besar, terdapat rasa sakit, perlu ekstra
mengejan atau feses yang keras. Proses defekasi dapat terjadi kurang dari 3 kali seminggu atau
lebih dari 3 hari tidak defekasi. Penderita konstipasi biasanya juga perlu mengejan secara
berlebihan sewaktu defekasi.
Konstipasi juga berarti pelannya pergerakan tinja melalui kolon. Kondisi ini sering berhubungan
dengan sejumlah besar tinja yang kering dan keras pada kolon desendens yang menumpuk
karena penyerapan cairan berlangsung lama.
Jenis konstipasi terdiri dari: konstipasi kolonik, konstipasi dirasakan/ persepsi (perceived
constipation), dan konstipasi idiopatik. Defekasi yang tidak teratur yang abnormal, dan juga
pengerasan feses tak normal yang membuat pasasenya sulit dan kadang menimbulkan nyeri
disebut sebagai konstipasi kolonik. Konstipasi persepsi adalah masalah subjektif yang terjadi
bila pola eliminasi usus seseorang tidak konsisten dengan apa yang dirasakan orang tersebut
sebagai normal. Konstipasi idiopatik terjadi apabila tidak didapatkan penyakit organik yang
menimbulkan konstipasi.
Hasil konsensus nasional penatalaksanaan konstipasi di Indonesia tahun 2006 membagi
konstipasi menjadi konstipasi primer dan konstipasi sekunder. Konstipasi primer terdiri dari
konstipasi dengan transit normal (konstipasi fungsional), konstipasi dengan transit lambat, dan
disfungsi anorektal. Konstipasi sekunder merupakan konstipasi yang disebabkan oleh penyakit
lain, yaitu: penyakit endokrin dan metabolik, kondisi psikologis, kondisi miopatik, abnormalitas
struktural, penyakit neurologis, kehamilan dan penyalahgunaan laksansia.
Penyebab:
a. Gangguan fungsi yang meliputi: kelemahan otot abdomen, pengingkaran
kebiasaan/ mengabaikan keinginan untuk defekasi, ketidakadekuatan defekasi
(misalnya: tanpa waktu, posisi saat defekasi, dan privasi), kurangnya aktivitas
fisik, kebiasaan defekasi tidak teratur, dan perubahan lingkungan yang baru
terjadi
b. Psikologis/ psikogenik yang meliputi: depresi, stres emosional, dan konfusi
mental.
c. Farmakologis: penggunaan antasida (kalsium dan aluminium), antidepresan,
antikolinergik, antipsikotik, antihipertensi, barium sulfat, suplemen zat besi, dan
penyalahgunaan laksatif.
d. Mekanis: Ketidakseimbangan elektrolit, hemoroid, megakolon (penyakit
Hirschprung), gangguan neurologis, obesitas, obstruksi pascaoperasi, kehamilan,
pembesaran prostat, abses rektal atau ulkus, fisura anal rektal, striktur anal rektal,
prolaps rektal, rektokel, dan tumor
e. Fisiologis: perubahan pola makan dan makanan yang biasa dikonsumsi,
penurunan motilitas saluran gastrointestinal, dehidrasi, insufisiensi asupan serat,
insufisiensi asupan cairan, pola makan buruk.
Penanganan:
Penanganan konstipasi berikut ini akan dijelaskan berdasarkan 4 bentuk intervensi
keperawatan tersebut:
Observasi keperawatan terhadap konstipasi meliputi: waktu defekasi terakhir; pola
defekasi termasuk frekuensi, konsistensi, bentuk, volume dan warna feses; bising
usus; tanda dan gejala konstipasi dan impaksi; adanya inkontinensia fekal; masalah
defekasi yang muncul sebelumnya; pola defekasi rutin; penggunaan laksatif; bentuk
pengobatan yang menimbulkan efek samping gastrointestinal.
Program latihan defekasi; peningkatan masukan cairan (2500-3000 ml/ hari); terapi
nutrisi (masukan serat 20- 30 g/ hari); impaksi fekal secara manual jika diperlukan;
enema atau irigasi sesuai keperluan; terapi komplementer (akupresur, terapi herbal,
refleksologi); manajemen stres; program latihan rutin untuk memperkuat otot
abdomen
Tukak Lambung
Tukak peptik merupakan penyakit akibat gangguan pada saluran gastrointestinal atas yang
disebabkan sekresi asam dan pepsin yang berlebihan oleh mukosa lambung.
Penyebab:
Helicobacter pylori diketahui sebagai penyebab utama tukak lambung, selain NSAID dan
penyebab yang jarang adalah Syndrome Zollinger Ellison dan penyakit Chron disease.
Bakteri tersebut terdapat di mukosa lambung dan juga banyak ditemukan pada permukaan
epitel di antrum lambung.
Pengobatan:
Pengobatan tukak peptik ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien,
menghilangkan keluhan, menyembuhkan tukak, mencegah kekambuhan dan komplikasi.
Pilihan pengobatan yang paling tepat untuk penyakit tukak peptik tergantung pada
penyebabnya. Terapi kombinasi obat diperlukan untuk penyakit tukak peptik. Kombinasi
dua jenis antibiotik dengan PPI (Proton Pump Inhibitor) atau bismuth digunakan untuk
terapi eradikasi H. pylory, sedangkan kombinasi H2 reseptor antagonis, PPI atau sukralfat
dapat digunakan untuk terapi yang disebabkan NSAID. Penggunaan obat yang tidak
rasional masih sering dijumpai di pusat-pusat kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas.
Ketidaktepatan indikasi, obat, pasien, dan dosis dapat menyebabkan kegagalan terapi. Gaya
hidup yang kurang sehat seperti merokok, konsumsi makanan dan minuman cepat saji serta
minuman beralkohol dapat meningkatkan terjadinya angka kekambuhan dan komplikasi
perdarahan pada saluran cerna, kanker bahkan kematian.
Terapi pengobatan penyakit tukak peptik bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien, menghilangkan keluhan, menyembuhkan tukak, mencegah kekambuhan dan
komplikasi (Berardi & Welage, 2008). Pilihan pengobatan yang paling tepat untuk penyakit
tukak peptik tergantung pada penyebabnya. Terapi yang paling efektif umumnya untuk
mengobati atau menghilangkan penyebab yang mendasari terjadinya tukak. Secara umum,
penatalaksanaan terapi pada tukak peptik adalah sebagai berikut:
a. Non Farmakologi
1) Menghentikan konsumsi minuman beralkohol, rokok dan penggunaan
NSAID.
2) Beristirahat yang cukup, dan menghindari stress.
3) Menghindari makanan dan minuman yang memicu sekresi asam lambung
yang berlebih, seperti cabai, teh, kopi, dan alkohol.
b. Farmakologi
1) Antasida
Antasida meningkatkan pH lumen lambung, sehingga dapat
menetralkan asam lambung serta meningkatkan kecepatan pengosongan
lambung. Antasida yang mengandung magnesium, tidak larut dalam air
dan bekerja cukup cepat. Magnesium mempunyai efek laksatif dan bisa
menyebabkan diare, sedangkan preparat antasida yang mengandung
aluminium, bekerja relatif lambat dan menyebabkan konstipasi. Kombinasi
antara magnesium dan aluminium dapat digunakan untuk meminimalkan
efek pada motilitas .
2) PPI (Pump Proton Inhibitor)
Inhibitor pompa proton (PPI) adalah penekan sekresi lambung yang
paling potensial. Contohnya seperti omeprazole, esomeprazole,
lansoprazole, rabeprazole dan pantoprazole Obat-obat golongan PPI dapat
menghambat sekresi asam lambung dengan cara memblok H + / K +
ATPase (Adenosine Triphosphatase) yang terdapat di sel parietal lambung.
Obat-obat tersebut dapat digunakan untuk terapi eradikasi H. pylori yang
dikombinasikan dengan
antibiotik. Selain itu juga dapat digunakan untuk terapi tukak peptik yang
disebabkan NSAID (BNF 58, 2009).
Penggunaan pantoprazole intravena setelah terapi endoskopi pada
perdarahan tukak peptik dapat menurunkan angka kejadian perdarahan ulang,
tindakan operasi, dan mengurangi lama waktu rawat inap di rumah sakit
(Wang et al., 2009).
3) Antagonis reseptor H2 histamin
Obat-obat golongan ini memblok kerja histamin pada sel parietal dan
mengurangi sekresi asam, sekaligus mengurangi nyeri akibat ulkus peptikum
dan meningkatkan kecepatan penyembuhan tukak. Contoh obat-obatnya
seperti simetidin dan ranitidin (Neal, 2007).
4) Sukralfat
Sukralfat merupakan agen pelindung mukosa yang melindungi ulkus
epitel dari zat ulcerogenic, seperti asam lambung, pepsin dan empedu. Hal ini
juga secara langsung mengadsorbsi empedu dan pepsin (Truter, 2009).
Sulkrafat mengalami polimerisasi pada pH < 4 untuk menghasilkan gel yang
sangat lengket dan melekat kuat pada dasar ulkus (Neal, 2007).
5) Analog Prostaglandin
Misoprostol merupakan golongan analog prostaglandin yang memiliki
mekanisme kerja menjaga mukosa lambung dengan cara menghambat sekresi
asam lambung (Avunduk, 2008). Penggunaan misoprostol tidak
direkomendasikan untuk anak-anak dan dikontraindikasikan terhadap wanita
hamil, karena dapat menimbulkan kontraksi otot uterus yang dapat
menyebabkan keguguran (Lacy et al., 2010).
6) Bismuth subsitrat
Bismuth subsitrat dapat melindungi ulkus dari asam lambung, pepsin
dan empedu dengan membentuk lapisan di dasar ulkus. Obat ini lebih efektif
dibandingkan dengan antagonis reseptor H2 histamin dan agen penyembuhan
tukak lainnya (Truter, 2009).
Low Back Pain
Nyeri punggung bawah atau LBP adalah nyeri yang terbatas pada regio lumbal,
tetapi gejalanya lebih merata dan tidak hanya terbatas pada satu radiks saraf, namun secara
Nyeri punggung bawah (low back pain) adalah nyeri di daerah punggung bawah,
yang mungkin disebabkan oleh masalah saraf, iritasi otot atau lesi tulang. Nyeri punggung
bawah dapat mengikuti cedera atau trauma punggung, tapi rasa sakit juga dapat
disebabkan oleh kondisi degeneratif seperti penyakit artritis, osteoporosis atau penyakit
tulang lainnya, infeksi virus, iritasi pada sendi dan cakram sendi, atau kelainan bawaan
pada tulang belakang. Obesitas, merokok, berat badan saat hamil, stres, kondisi fisik yang
buruk, postur yang tidak sesuai untuk kegiatan yang dilakukan, dan posisi tidur yang
Gejala penyakit punggung yang sering dirasakan adalah nyeri, kaku, deformitas,
dan nyeri serta paraestesia atau rasa lemah pada tungkai. Gejala serangan pertama sangat
penting. Dari awal kejadian serangan perlu diperhatikan, yaitu apakah serangannya
dimulai dengan tiba – tiba, mungkin setelah menggeliat, atau secara berangsur – angsur
tanpa kejadian apapun. Dan yang diperhatikan pula gejala yang ditimbulkan menetap atau
kadang – kadang berkurang. Selain itu juga perlu memperhatikan sikap tubuh, dan gejala
yang penting pula yaitu apakah adanya sekret uretra, retensi urine, dan inkontinensia
Penyebab:
Etiologi nyeri punggung bermacam – macam, yang paling banyak adalah penyebab
sistem neuromuskuloskeletal. Disamping itu LBP dapat merupakan nyeri rujukan dari
sistem neuromuskuloskeletal dapat diakibatkan beberapa faktor, ialah (a) otot, (b) discus
intervertebralis, (c) sendi apofiseal, anterior, sakroiliaka, (d) kompresi saraf / radiks, (e)
Nyeri punggung dapat disebabkan oleh berbagai kelaianan yang terjadi pada tulang
belakang, otot, discus intervertebralis, sendi, maupun struktur lain yang menyokong
tulang belakang. Kelainan tersebut antara lain: (1) kelainan kongenital / kelainan
ganggguan korda spinalis, (2) trauma minor, seperti regangan, cedera whiplash, (3)
neoplastik, steroid eksogen, (4) hernia discus intervertebralis, (5) degeneratif kompleks
diskus misalnya osteofit, gangguan discus internal, stenosis spinalis dengan klaudikasio
reumatoid, (6) arthritis spondylosis, seperti artropati facet atau sacroiliaka, autoimun
hematologic, tumor tulang primer, (8) infeksi / inflamasi, seperti osteomyelitis vertebral,
abses epidural, sepsis discus, meningitis, arachnoiditis lumbal. (9) metabolik osteoporosis
lainnya, seperti nyeri alih dari gangguan visceral, sikap tubuh, psikiatrik, sindrom nyeri
kronik.
Pengobatan:
Pada kondisi nyeri punggung bawah karena spondilosis dan scoliosis, modalitas
Micro Wave Diathermy adalah salah satu terapi heating yang mengunakan stressor
fisis berupa energi elektronik yang dihasilkan oleh arus bolak balik frekuensi 2450 MHz
Efek hangat yang dihasilkan oleh energi listrik oleh arus bolak balik tersebut
meningkatkan suhu lokal dan menghasilkan vasodilatasi pembuluh darah. Dengan adanya
vasodilatasi pembuluh darah maka akan terjadi beberapa mekanisme dalam tubuh seperti
konsentrasi aliran darah ke otot maka suplai oksigen dan nutrisi akan semakin banyak dan
MWD.
Menurut Sujanto (2007), dalam penggunaan MWD terdapat efek fisiologis dan
efek terapeutik. Dimana efek fisiologis tersebut mencakup perubahan pada temperatur,
jaringan ikat, jarinagan otot, jaringan saraf. Sedangkan efek terapeutik lebih ke arah
jaringan lunak, kontraktur jaringan dan gangguan konduktivitas. Efek panas yang
dihasilkan oleh MWD selain dapat mengurangi nyeri, MWD juga dapat memberikan
rileksasi pada otot sehingga dapat mengurangi spasme otot, karena sirkulasi darah serta
pasokan O2 pada daerah nyeri tersebut menjadi lancar. Setelah berkurangnya spasme otot
ini maka akan lebih mudah untuk melakukan gerakan – gerakan pada terapi latihan yang
akan dilakukan.
secara elektris melalui kulit. Dua pasang elektroda yang berperekat dipasang pada
punggung, dikedua sisi dari tulang punggung. Elektroda ini dihubungkan dengan sebuah
kotak kecil yang mempunyai tombol-tombol putar dan tekan. Tombol putar
mengendalikan kekuatan dan frekuensi denyut listrik yang dihasilkan oleh mesin. Denyut
ini menghambat pesan nyeri yang dikirim ke otak dari rahim dan leher rahim serta
merangsang tubuh mengeluarkan bahan pereda nyeri alaminya, yaitu endorfin. Penelitian
melalui kulit untuk kontrol rasa sakit, dihubungkan dengan kulit menggunakan dua atau
lebih elektroda, diterapkan pada frekuensi tinggi (>50Hz) atau frekuensi rendah (<10Hz)
Tipe TENS terbagi menjadi 3, yaitu TENS konvensional, Intens TENS, dan
Acupuntur Like TENS (Slamet, 2008). Dari tipe TENS yang beragam, maka terdapat
indikasi dan kontra indikasi dari penggunaan alat tersebut. Indikasi dari penggunaan TENS
antara lain:
(a) pada kondisi akut: nyeri pasca operasi, nyeri sewaktu melahirkan, nyeri haid
(dysmenorrhea), nyeri musculosceletal, dan nyeri akibat patah tulang, (b) nyeri yang
berhubungan dengan penanganan kasus gigi, (c) pada kondisi kronik: nyeri punggung
bawah, arthritis, nyeri punting dan nyeri phantom, neuralgia pasca herpetic, neuralgia
trigeminal, (d) injuri saraf tepi, (e) angina pectoris, (f) nyeri fascial,
(g) nyeri tulang akibat metastase. Sedangkan untuk kontraindikasi dari penggunaan TENS
antara lain: (a) penyakit vaskuler, (b) adanya kecenderungan perdarahan, (c) keganasan
pada area yang diterapi, (d) pasien beralat pacu jantung, (e) kehamilan, apabila terapi
diberikan pada area pungggung dan abdomen, (f) luka terbuka yang sangat lebar, (g)
kondisi infeksi, (h) pasien yang mengalami gangguan hambatan komunikasi, (i) kondisi
dermatologi.
penghambatan pre sinaps pada medula spinalis, pelepasan endorfin yang merupakan
analgesik alami dalam tubuh dan penghambat langsung pada saraf yang terserang secara
abnormal.
Dismenore
a. Primary dysmenorrhea, adalah nyeri haid yang dijumpai pada alat- alat
genital yang nyata. Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah
menarche. Dismenore primer adalah suatu kondisi yang dihubungkan
dengan siklus ovulasi
b. Secondary dysmenorrhea, adalah nyeri saat menstruasi yang disebabkan
oleh kelainan ginekologi atau kandungan. Pada umumnya terjadi pada
wanita yang berusia lebih dari 25 tahun. Dismenore sekunder adalah
nyeri menstruasi yang berkembang dari dismenore primer yang terjadi
sesudah usia 25 tahun dan penyebabnya karena kelainan pelvis
Penyebab:
a. Faktor Psikis
Pada gadis-gadis yang emosional, apabila tidak mendapatkan
pengetahuan yang jelas maka mudah terjadi dismenore.
b. Faktor konstitusional
Faktor ini erat hubungannya dengan faktor psikis. Faktor-faktor seperti
anemia, penyakit menahun dan sebagainya mempengaruhi timbulnya
dismenore.
c. Faktor obstruksi kanalis servikalis
Salah satu faktor yang paling tua untuk menerangkan terjadinya
dismenore adalah stenosus kanalis servikalis. Pada wanita uterus
hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosus kanalis servikalis, akan
tetapi hal tersebut tidak anggap sebagai faktor yang penting sebagai
penyebab terjadinya dismenore.
d. Faktor endokrin
Pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada
dismenore primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan.
Faktor ini mempunyai hubungan dengan tonus dan kontraktilitas otot
uterus.
Pengobatan:
a. Dismenorea primer
Penatalaksanaan medis pada dismenorea primer terdiri atas pemberian
kontrasepsi oral dan NSAIDs. Pada kontrasepsi oral bekerja dengan
mengurangi volume darah menstruasi dengan menekan endometrium
dan ovulasi, sehingga kadar protaglandin menjadi rendah. Golongan
obat NSAID yang diberikan pada pasien dismenorea primer yaitu
ibuprofen, naproksen dan asam mefenamat. Medikasi diberikan setelah
nyeri dirasakan, dan dilanjutkan selama 2 sampai 3 hari pertama pada
saat menstruasi.
b. Dismenorea sekunder
Penatalaksanaan atau terapi fisik untuk dismenorea sekunder bergantung
dengan penyebabnya. Pemberian terapi NSAIDs, karena nyeri yang
disebabkan oleh peningkatan protaglandin. Antibiotik dapat diberikan
ketika ada infeksi dan pembedahan dapat dilakukan jika terdapat
abnormalitas anatomi dan struktural.
Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut
usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg.
Penyebab:
Hipertensi essensial
Hipertensi essensial atau idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan dasar patologis yang
jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi essensial. Penyebab hipertensi meliputi faktor
genetik dan lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, kepekaan
terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokontriktor, resistensi insulin dan lain-
lain. Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, stress
Pada sebagian besar pasien, kenaikan berat badan yang berlebihan dan gaya hidup
tampaknya memiliki peran yang utama dalam menyebabkan hipertensi. Kebanyakan pasien
hipertensi memiliki berat badan yang berlebih dan penelitian pada berbagai populasi
menunjukkan bahwa kenaikan berat badan yang berlebih (obesitas) memberikan risiko 65-70 %
Hipertensi sekunder
Meliputi 5-10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder dari penyakit komorbid
atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Pada kebanyakan kasus,
disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab
sekunder yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat
penyakit misalnya ginjal, jantung koroner, diabetes dan kelainan sistem saraf pusat.
Pengobatan:
Pengendalian faktor risiko penyakit jantung koroner yang dapat saling berpengaruh terhadap
terjadinya hipertensi, hanya terbatas pada faktor risiko yang dapat diubah, dengan usaha-usaha
sebagai berikut :
obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang-
orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan sesorang yang badannya
yang mempunyai kelebihan berat badan lebih dari 20% dan hiperkolestrol
Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dirasakan. Batasi sampai
dengan kurang dari 5 gram (1 sendok teh) per hari pada saat memasak.
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol
Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak
(Depkes, 2006b).
e. Berhenti merokok
monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat
risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri. Tidak ada cara yang benar-benar
kematian akibat penyakit hipertensi dengan cara seminimal mungkin menurunkan gangguan
terhadap kualitas hidup penderita. Pengobatan hipertensi dimulai dengan obat tunggal, masa
kerja yang panjang sekali sehari dan dosis dititrasi. Obat berikutnya mungkin dapat ditambahkan
selama beberapa bulan perjalanan terapi. Pemilihan obat atau kombinasi yang cocok bergantung
pada keparahan penyakit dan respon penderita terhadap obat antihipertensi. Beberapa prinsip
antihipertensi.
seumur hidup.
Dikenal 5 kelompok obat lini pertama (first line drug) yang lazim digunakan untuk
pengobatan awal hipertensi, yaitu diuretik, penyekat reseptor beta adrenergik (β-blocker),
penghambat angiotensin-converting enzyme (ACE- inhibitor), penghambat reseptor angiotensin
Pada JNC VII, penyekat reseptor alfa adrenergik (α-blocker) tidak dimasukkan dalam
kelompok obat lini pertama. Sedangkan pada JNC sebelumnya termasuk lini pertama.
Selain itu dikenal juga tiga kelompok obat yang dianggap lini kedua yaitu: penghambat
Asma
Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh reaksi
hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan T-lymphocytes terhadap stimulus
tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea, whizzing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang
bersifat reversibel dan terjadi secara episodik berulang (Brunner and suddarth, 2011). Penyakit
asma merupakan proses inflamasi kronik saluran pernapasan yang melibatkan banyak sel dan
elemennya.
Penyebab:
a. Faktor presdiposisi
bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma jika
terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitifitas saluran
b. Faktor presipitasi
1) Alergen
2) Perubahan cuaca
3) Stress
4) Lingkungan Kerja
industri tekstil, pabrik asbes atau polisi lalul intas. Gejala ini
aktifitas tersebut.
kronik.
Pengobatan:
a. Pengendalian asma
1) Pengetahuan
dijalaninya kedepan .
2) Monitor
Infertilitas
Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk memiliki keturunan
dimana wanita belum mengalami kehamilan setelah bersenggama secara teratur 2-3 x /
minggu, tanpa memakai metode pencegahan selama 12 bulan.
Pasangan suami-istri dianggap fertil untuk bisa memiliki anak apabila suami
memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu menghasilkan dan
menyalurkan sel kelamin pria (spermatozoa) ke dalam organ reproduksi istri dan istri
memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu menghasilkan sel
kelamin wanita (sel telur atau ovum) yang dapat dibuahi oleh spermatozoa dan memiliki
rahim yang dapat menjadi tempat perkembangan janin, embrio, hingga bayi berusia cukup
bulan dan dilahirkan. Dua faktor yang telah disebutkan tersebut apabila tidak dimiliki oleh
pasangan suami-istri, pasangan tersebut tidak akan mampu memiliki anak atau infertil.
Penyebab:
2. Obstruksi
1. Gangguan Spermatogenesis
Analisis sperma dapat mengungkapkan jumlah spermatozoa normal atau tidak.
Pengambilan spesimen segar dengan cara masturbasi di laboratorium. Standar untuk
spesimen semen normal telah ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia .
3. Faktor Sederhana
Faktor sederhana seperti memakai celana jeans ketat, mandi dengan air terlalu
panas, atau berganti lingkungan ke iklim tropis dapat menyebabkan keadaan luar panas
yang tidak menguntungkan untuk produksi sperma sehat.
Pengobatan:
b. Faktor sperma
Karakteristik sperma tidak terkait langsung dengan laju kehamilan, tidak terdapat bukti
cukup kuat bahwa pengobatan varikokel memberikan hasil yang baik terhadap terjadinya
kehamilan. Pemberian vitamin, anti oksidan dan carnitine tidak memiliki bukti cukup kuat
terhadap kualitas sperma.
c. Endometriosis
Bila dijumpai endometriosis derajat minimal dan ringan pada laparoskopi diagnostik,
tindakan dilanjutkan dengan laparoskopi operatif. Endometriosis derajat sedang-berat
merupakan indikasi fertilisasi in vitro.